Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

download Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

of 235

Transcript of Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    1/235

    Saluran Transmisi

    AnalisisAnalisisAnalisisAnalisisSistem TenagaSistem TenagaSistem TenagaSistem Tenaga

    Sudaryatno Sudirham

    Darpublic Edisi Juli 2012

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    2/235

    i

    Analisis

    Sistem Tenaga

    oleh

    Sudaryatno Sudirham

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    3/235

    ii

    Hak cipta pada penulis

    SUDIRHAM, SUDARYATNO

    Analisis Sistem Tenaga

    Darpublic, Kanayakan D-30, Bandung, 40135.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    4/235

    iii

    Pengantar

    Buku ini berisi bahasan analisis sistem tenaga, yang merupakan

    suatu analisis pada tingkat transmisi (tidak termasuk sistem

    distribusi); pembahasan disajikan dalam lima bab. Bab pertama

    berisi tinjauan umum pada sistem tenaga, mencakup ketersediaansumber energi sampai dengan sistem polifasa, pada pembebanan

    seimbang dan tak seimbang; di sini diberikan penjelasan mengenai

    perhitungan dalam per-unit serta komponen simetris yang akan

    dimanfaatkan pada pembahasan di bab-bab selanjutnya. Tiga bab

    berikutnya berisi bahasan mengenai piranti utama sistem tenaga,

    mencakup saluran transmisi, transformator, dan mesin sinkron; di

    tiga bab ini dibahas rangkaian ekivalen serta kondisi pembebanan

    yang mungkin terjadi. Bab terakhir berisi bahasan mengenai

    permasalahan aliran daya, dengan salah satu metoda silusi yaitumetoda Newton-Raphson. Pada dasarnya kondisi operasional sistem

    yang dibahas adalah kondisi mantap; hanya sedikit disinggung

    situasi transien pada saluran transmisi dan mesin sinkron. Stabilitas

    transien dan analisis keadaan hubung singkat belum dibahas dalam

    buku ini.

    Mudah-mudahan sajian ini bermanfaat bagi para pembaca. Saran dan

    usulan para pembaca untuk perbaikan dalam publikasi selanjutnya,

    sangat penulis harapkan.

    Bandung, Juli 2012

    Wassalam,

    Penulis.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    5/235

    iv

    DarpublicKanayakan D-30, Bandung, 40135

    Open CoursesOpen Course Ware disediakan olehDarpublic di

    www.ee-cafe.org

    dalam format .ppsx beranimasi

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    6/235

    v

    Daftar Isi

    Kata Pengantar iii

    Daftar Isi v

    Bab 1: Tinjauan Pada Sistem Tenaga 1

    Energi yang Tersedia. Struktur Sistem Tenaga Listrik.

    Penyaluran Energi Listrik. Sumber Energi Primer.

    Beban. Sistem Polifasa. Sistem Tiga-fasa Seimbang.

    Sistem Tiga-fasa Tak Seimbang. Pernyataan Sistem

    Tenaga.

    Bab 2: Saluran Transmisi 47

    Impedansi dan Admitansi. Rangkaian Ekivalen.

    Perubahan Pembebanan. Perubahan Panjang Saluran.

    Lossless Line. Analisis Pembebanan Saluran Transmisi.

    Transien Pada Saluran Transmisi.

    Bab 3: Transformator 113

    Transformator Satu fasa. Transformator Pada Sistem

    Tiga-fasa. Transformator Tiga Belitan. Transformator

    Tiga-fasa Dibangaun Dari Transformator Satu-fasa.

    Pergeseran Fasa Pada Hubungan Y-. Sistem Per-UnitPada Saluran Dengan Transformator. Transformator

    Polifasa.

    Bab 4: Mesin Sinkron 157

    Mesin Sinkron Kutub Menonjol. Mesin Sinkron Rotor

    Silindris. Kopling Turbin-Generator. Daya Mesin

    Sinkron. Batas Operasi Mesin Sinkron. Transien Pada

    Mesin Sinkron. Lebih Lanjut Tentang Mesin Sinkron

    Kutub Menonjol.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    7/235

    vi

    Bab 5: Analisis Aliran Daya 197Analisis Aliran Daya. Persamaan Arus-Tegangan.

    Persamaan Aliran Daya. Metoda Newton-Raphson.

    Contoh Sistem Dua Bus. Contoh Sistem Tiga Bus.

    Daftar Pustaka 225

    Biodata Penulis 226

    Indeks 227

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    8/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    1

    BAB 1 Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    1.1 Energi Yang Tersedia dan Energi Listrik

    Energi tersedia di alam dalam berbagai bentuk, dan manusia

    mengubahnya ke dalam bentuk energi listrik untuk memenuhi

    kebutuhannya. Pengubahan atau konversi ini memberikan

    keuntungan namun konversi tersebut juga memerlukan biaya yang

    tidak kecil.

    Berbagai bentuk energi yang mungkin dikonversikan ke dalam

    energi listrik:

    Energi radiasi (sinar matahari). Energi panas bumi. Energi kimia (batubara, minyak bumi). Energi kinetik gelombang laut. Energi kinetic arus laut. Energi potensial air terjun. Energi nuklir.

    Bentuk energi listrik memberikan beberapa keuntungan:

    Lebih mudah diatur/dikendalikan. Dapat ditransmisikan dengan kecepatan cahaya. Dapat dikonversikan ke bentuk energi lain dengan efisiensi

    tinggi.

    Bebas polusi, walaupun dalam konversinya dari bentukaslinya menimbulkan juga masalah polusi.

    Konversi ke bentuk lain biasanya mudah dan sederhana.

    Kelemahan energi listrik terutama adalah bahwa prosespenyediaannya memerlukan pendanaan cukup besar. Kita sadari

    bahwa sistem tenaga listrik adalah besar baik dilihat dari ukurannya,

    investasinya, jumlah energi yang dikelola, besaran fisisnya

    (tegangan, arus) sampai kepada piranti-pirantinya. Oleh karena itu

    pembangunan sistem biasanya dilakukan tidak selalu dari nol

    melainkan mengembangakan sistem yang sudah ada; kebutuhan

    energi listrik yang terus tumbuh, memaksa sistem tenaga listrik

    selalu di-modifikasi dengan mengambil manfaat dari perkembangan

    teknologi yang terjadi.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    9/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    2 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Dalam Tinjauan Sistem Tenaga Listrik ini, kita banyak menoleh ke

    PLN. Energi listrik diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada

    tahun 1897 (masih zaman penjajahan) dengan didirikannya

    perusahaan listrik pertama yang bernama Nederlandsche Indische

    Electriciteit Maatschappij (NIEM) di Batavia (sekarang Jakarta)

    dengan kantor pusat di Gambir. Dua belas tahun setelah itu di

    Surabaya didirikan Algemeene Indische Electriciteit Maatschappij

    (ANIEM) pada tahun 1909 oleh perusahaan gas NIGM [Ensiklopedi

    Blora, 2011]. Frekuensi yang digunakan pada sistem tenaga yang

    dibangun adalah 50 Hz, standar Eropa.

    Yang menarik dalam kaitan perkembangan kelistrikan di Indonesia

    adalah bahwa pengenalan energi listrik di Indonesia tidaklah jauh

    dari perkembangan kelistrikan di Amerika. Kita baca misalnyadalam buku Charles A Gross [1] bahwa pada tahun 1890-an

    perusahaan Westinghouse baru bereksperimen dengan apa yang

    disebut alternating current. Persaingan berkembang antara

    General Electric dan Westinghouse dalam menentukan apakah dc

    atau ac yang sebaiknya digunakan oleh industri. Pada akhirnya

    bentukac dapat diterima, antara lain oleh alasan-alasan berikut:

    Transformator (ac) memberikan kemungkinan untuk

    mengubah tegangan maupun arus secara mudah.

    Generator ac jauh lebih sederhana dibandingkan dengangenerator dc.

    Motor-motor ac juga lebih sederhana dan lebih murah dari

    motor dc.

    Pada sekitar 1900 masih diperdebatkan mengenai frekuensi yang

    harus digunakan dalam mencatu daya ac, apakah 25, 50, 60, 125,

    dan 133 Hz. Jika tidak di-standarkan akan diperlukan beaya untuk

    peralatan konversi agar antar sistem dapat dihubungkan. Pada waktu

    itu pembangkit hidro cenderung menggunakan 25 Hz karena turbin

    air dapat dirancang untuk mencapai efisiensi yang lebih baik padakecepatan yang sesuai dengan pembangkitan 25 Hz. Masalah yang

    timbul pada penggunaan frekuensi ini adalah terjadinya flickerpada

    lampu pijar. Pada akhirnya diterimalah frekuensi 60 Hz sebagai

    frekuensi standar karena pada frekuensi ini flicker tidak lagi terasa

    dan turbin uap berkinerja baik pada kecepatan perputaran yang

    berkaitan yaitu 3600 dan 1800 rpm. Sementara itu di Eropa

    ditetapkanfrekuensi50 Hz sebagai frekuensi standar.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    10/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    3

    Pemanfaatan energi listrik yang pertama kali adalah untuk keperluan

    penerangan. Lampu listrik terus dikembangkan untuk memperoleh

    lumen per watt semakin tinggi. Kebutuhan energi listrik kemudian

    berkembang, tidak hanya untuk memenuhi keperluan penerangan

    tetapi juga keperluan akan energi untuk mengoperasikan berbagai

    alat rumah tanggga, alat kantor, pabrik-pabrik, gedung-gedung,

    sampai ke arena hiburan. Kebutuhan yang terus meningkat tersebut

    memerlukan penyaluran energi dengan tegangan yang lebih tinggi.

    Dibuatlah transformator penaik tegangan untuk mengirimkan energi

    dan transformator penurun tegangan untuk disesuaikan dengan

    kebutuhan pengguna.

    1.2 Struktur Sistem Tenaga Listrik

    An electrical power system can be defined as follows: An

    electrical power system is a network of interconnected components

    designed to convert nonelectrical energy continuously into the

    electrical form; transport the electrical energy over potentially

    great distances; transform the electrical energy into a specific

    form subject to close tolerances; and convert the electrical energy

    into a usable nonelectrical form. [1].

    Agar dapat diimplementasikan, sistem ini harus aman, dapat

    diandalkan, ekonomis, ramah lingkungan, dan secara sosial dapatditerima. Sistem tenaga dapat dipandang terdiri dari beberapa sub-

    sistem, yaitu

    Pembangkitan (Generation)

    Transmisi (Transmission)

    Subtransmission

    Distribusi: primer, sekunder

    Beban

    1.2.1 Pembangkitan

    Piranti utama di sub-sistem pembangkitan adalah generator yang

    merupakan sumber energi listrik. Istilah sumber energi di sini

    agaknya kurang tepat, mengingat bahwa sesungguhnya generator

    hanyalah mengubah energi non-listrik menjadi energi listrik.

    Generator ini, di pusat pembangkit tenaga air misalnya,

    digerakkan (diputar) oleh turbin air dan turbin sendiri digerakkan

    oleh air terjun. Air terjunlah yang sesungguhnya sumber energi.

    Namun demikian pembahasan kita hanya menyangkut sistem

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    11/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    4 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    tenaga listrik, sehingga peralatan-peralatan di depan generator

    tidak kita bicarakan dan kita menganggap generator sebagai

    sumber energi.

    Pada umumnya generator merupakan mesin berputar, yangmembangkitkan daya mulai dari puluhan kW hingga lebih dari

    1000 MW, dengan tegangan mulai dari 380 V sampai 25 kV. Sisi

    keluaran generator merupakan sistem tiga-fasa.

    1.2.2 Transmisi

    Daya listrik dari pusat pembangkit disalurkan ke berbagai tempat

    melalui saluran transmisi. Tegangan saluran transmisi di sistem

    PLN adalah 150 kV, yang disebut Saluran Udara Tegangan Tinggi

    (SUTT) dan 275 500 kV yang disebut Saluran Udara TeganganEkstra Tinggi (SUTET). Di Amerika digunakan tegangan mulai

    115 kV sampai 765 kV.

    Sesungguhnya ada dua kemungkinan pembangunan saluran

    transmisi yaitu bawah tanah (underground) dan diatas tanah

    (overhead) yang kita sebut saluran udara. Saluran udaralah yang

    umum digunakan. Saluran udara ini biasanya panjang sampai

    ratusan kilometer. Konduktor yang digunakan adalah konduktor

    telanjang (tanpa isolasi padat) sehingga ia harus didukung oleh

    isolator yang terpasang pada menara. Saluran ini berhubunganlangsung dengan udara sekitarnya sehingga sangat terpengaruh

    oleh kondisi alam seperti polusi dan petir.

    Jaringan transmisi harus memiliki fleksibilitas untuk menyalurkan

    daya besar melalui sejumlah route. Ia harus dirancang sedemikian

    rupa sehingga gagalnya sejumlah kecil saluran tidak menyebabkan

    kegagalan seluruh sistem. Saluran ini juga harus mampu berfungsi

    sebagai penghubung yang mampu menyalurkan energi ke kedua

    arah.

    Piranti yang menghubungkan generator dan saluran transmisi

    adalah transformator, yang berfungsi untuk mengubah tegangan

    keluaran generator ke tegangan transmisi yang lebih tinggi.

    1.2.3 Subtransmissi

    Di Indonesia (jaringan PLN), istilah subtransmisi tidak

    digunakan. Di PLN pernah digunakan saluran dengan tegangan 30

    kV dan 70 kV, namun telah mulai ditinggalkan. Saluran

    subtransmisi biasanya tidak panjang (kurang dari beberapa puluh

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    12/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    5

    kilometer), kapasitas rendah (kurang dari 100 MVA) dan banyak

    cabang untuk mencatu pusat-pusat beban.

    1.2.4 Distribusi

    Saluran transmisi mencatu gardu-gardu induk, di mana tegangan

    diturunkan menjadi tegangan distribusi primer. Jaringan distribusi

    primer mencatu pelanggan tegangan menengah 20 kV. Pernah

    pula digunakan tegangan 6 dan 12 kV namun telah ditinggalkan.

    Jaringan distribusi primer bisa dirancang sebagai jaringan radial

    ataupun loop. (lihat Gb.1.1) Pada jaringan radial daya mengalir

    satu arah yaitu dari sumber (gardu) ke beban

    (pengguna/pelang

    gan). Padajaringan loop,

    beban dapat

    menerima daya

    lebih dari satu

    arah. Selain radial

    dan loop,

    dikembangkan

    pula struktur

    jaringan spindle.Pada tahap

    terakhir, tegangan

    diturunkan lagi

    menjadi 380/220

    V. Jaringan yang

    melayani

    pengguna pada tegangan rendah ini merupakan jaringan distribusi

    sekunder. Jaringan ini bisa sangat rumit, terutama di lokasipadat

    pengguna.

    1.2.5 Beban

    Beban (pengguna/pelanggan) mengambil energi listrik dari

    jaringan. Ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam melayani beban

    ini.

    1. Tegangan harus konstan, tidak naik-turun.

    2. Frekuensi harus konstan.

    Radial

    Loop

    Gb.15.1 Jaringan radial dan loop.

    GIBeban 1 Beban 2

    Beban 3 Beban 4

    GI

    Beban 1 Beban 2

    Beban 3 Beban 4

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    13/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    6 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    3. Bentuk gelombang tegangan sedapat mungkin sinusoidal.

    Untuk menentukan apakah ketentuan ini terpenuhi atau tidak,

    digunakan indeks kinerja.

    1. Regulasi Tegangan: Deviasi nilai tegangan pada waktu bebanberubah dalam batas-batasnya. Biasanya diambil sekitar 5%.

    2. Regulasi Frekuensi: Pada keadaan normal, variasi frekuensi

    biasanya cukup kecil, Hz1.0 , dan tidak terasa oleh beban.

    3. Kandungan Harmonisa: (Lihat:Analisis Rangkaian Listrik Jilid-

    3).

    1.3 Penyaluran Energi Listrik

    Kita mengenal dua cara penyaluran energi listrik yaitu penyaluranmenggunakan arus searah (selanjutnya kita sebut sistem arus searah,

    disingkat sistem AS) dan menggunakan arus bolak-balik sinusoidal

    (selanjutnya kita sebut sistem arus bolak-balik, disingkat sistem

    ABB). Berikut ini kita akan melihat perbandingan daya maksimum

    yang mampu disalurkan melalui beberapa konfigurasi saluran.

    1.3.1. Daya

    Perhatikan

    situasipenyaluran

    daya antar

    dua jaringan

    seperti

    diperlihatkan

    pada Gb.1.2.

    Hubungan

    antara A dan B digambarkan hanya dengan dua garis. Namun

    penyaluran daya dari A ke B biasanya dilakukan dengan sejumlahkonduktor (2, 3, 4 konduktor) dengan susunan tertentu, yang kita

    sebut konfigurasi saluran.

    Daya (laju aliran energi) dari A ke B adalah

    vip = (1.1)

    p = daya, v = tegangan, i = arus (yang ditulis dengan huruf kecil

    untuk menunjukkan bahwa mereka merupakan fungsi waktu).

    Untuk memperbesar aliran daya, v dan/atau i harus diperbesar.

    Akan tetapi upaya memperbesar kedua besaran ini dibatasi oleh

    Gb.15.2. Penyaluran daya antara dua jaringan.

    Jaringan

    B

    +

    v

    i

    Jaringan

    A

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    14/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    7

    kemampuan teknologi. Arus dibatasi oleh kemampuan hantar arus

    dari konduktor, sedangkan tegangan dibatasi oleh kekuatan isolasi.

    Konduktor dibuat dari material yang memiliki konduktivitas listrik

    yang tinggi, memiliki kekuatan mekanis yang sesuai, sertaekonomis. Untuk itu banyak digunakan aluminum untuk saluran

    transmisi, dan tembaga untuk saluran distribusi serta bagian-

    bagian tertentu sistem tenaga. Kemampuan hantar arus dari suatu

    konduktor terkait erat dengan kerapatan arus dan luas

    penampangnya.

    AJI maxmax = (1.2)

    maxI = arus maksimum, maxJ = kerapatan arus maksimum, A =

    luas penampang konduktor. Kerapatan arus maksimum, maxJ ,ditentukan oleh pembatasan temperatur maksimum konduktor agar

    tidak terjadi kerusakan konduktor serta isolasinya.

    1.3.2. Konfigurasi Saluran

    Berikut ini kita akan memperbandingkan daya maksimum yang

    mampu disalurkan melalui suatu konfigurasi saluran tertentu.[1].

    Ada enam konfigurasi yang akan kita lihat yaitu sistem AS 2

    kawat, sisten AS 3 kawat, sistem ABB 1 fasa 2 kawat, sistem ABB

    2 fasa 3 kawat, dan sistem ABB 3 fasa 4 kawat.

    Pada setiap konfigurasi, salah satu kawat di-tanah-kan, dan disebut

    kawat netral; kawat yang tidak ditanahkan disebut kawat fasa.

    Dalam memperbandingkan kemampuan penyaluran setiap

    konfigurasi ini kita tetapkan bahwa

    1. Luas penampang konduktor total, yaitu total jumlah luas

    penampang kawat fasa dan kawat netral, adalah samayaitu

    A. Karena salah satu saluran adalah saluran balik (netral)

    maka luas penampang konduktor yang sesungguhnyadigunakan untukmengirim daya adalah lebih kecil dariA.

    2. Kerapatan arus yang mengalir tidak melebihi batas

    kerapatan arus maksimum yang di tentukan, yaitu J0.

    Pembatasan ini diperlukan karena kita akan

    memperbandingkan kemampuan penyaluran daya pada

    berbagai konfigurasi. Bukan arus yang kita tetapkan

    mempunyai batas maksimum karena setiap konfigurasi

    memiliki luas penampang konduktor kirim yang berbeda.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    15/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    8 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Dengan membatasi kerapatan arus maksimum, maka setiap

    konfigurasi memiliki arus maksimum yang berbeda.

    3. Tegangan setiap konduktor ke ground (tegangan fasa ke

    netral) tidak melebihi batas maksimum yang ditentukanyaitu V0. Tegangan antara kawat fasa dan kawat netral,

    berbeda antara satu konfigurasi dengan konfigurasi yang

    lain. Tegangan maksimum ini kita batasi untuk melihat

    berapakah daya yang dapat disalurkan pada tegangan fasa-

    netral maksimum dengan kerapatan arus yang juga

    maksimum.

    4. Kawat netral (yang ditanahkan) merupakan saluran balik.

    Konfigurasi (a): Sistem AS, 2 kawat, salah satu kawat adalah kawat

    netral yang merupakan saluran balik.

    Total luas konduktor adalah A, koduktor yang ditanahkan

    merupakan penghantar balik. Jadi sistem ini menyalurkan daya

    melalui konduktor dengan luas penampang 0,5A. Daya yang mampu

    disalurkan paling tinggi adalah

    000 5.0)5.0( PVJAPa == dengan 000 VAJP = (1.3)

    Selanjutnya kita menggunakan 000 VAJP = sebagai referensi untukmelihat kemampuan penyaluran daya pada konfigurasi yang lain;

    yaitu berapa kali P0 kemampuan penyaluran dayanya.

    Konfigurasi (b): Sistem AS, 3 kawat; dua kawat merupakan saluran

    kirim, satu bertegangan positif dan yang satu lagi bertegangan

    negatif. Kawat ke-tiga adalah saluran balik yang ditanahkan.

    Konduktor pertama bertegangan positif sedangkan konduktor kedua

    bertegangan negatif, konduktor ketiga ditanahkan. Karena tegangan

    berlawanan, arus di konduktor pertama dan kedua juga berlawanan

    arah. Konduktor ketiga merupakan konduktor netral sebagai

    +V0

    0,5A 0,5An

    V0

    V0

    0,5A 0,5An

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    16/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    9

    penghamtar balik sehingga di konduktor ini arus balik dari

    konduktor pertama dan kedua berlawanan arah; jika pembebanan

    seimbang kedua arus balik ini saling meniadakan. Hal ini

    memungkinkan penampang konduktor netral dibuat kecil saja

    sehingga total penampang konduktor dapat dikatakan tetap sama

    denganA. Daya maksimum yang dapat ditransmisikan adalah

    000)5.0(2 PVJAPb == (1.4)

    Dari persamaan (1.4) terlihat bahwa kemampuan menyalurkan daya

    pada konfigurasi (b) ini dua kali lipat dari konfigurasi (a).

    Konfigurasi (c): Sistem ABB satu fasa, dua kawat; satu kawat fasa

    dan yang lain kawat netral.

    Misalkan gelombang tegangan sefasa dengan arusnya,

    tVv m = cos tIi m = cos (1.5)

    Daya sesaat adalah

    ( )tIVtIVvip mmmmc +=== 2cos12

    cos2

    (1.6)

    Daya ini berfluktuasi dengan frekuensi 2. Nilai rata-rata bagianyang berada dalam tanda kurung adalah 1, sehingga daya rata-rata

    (atau daya nyata) adalah

    VIIVIV

    P mmmm ===222

    (1.7)

    dengan V dan I adalah nilai efektif (rms). Arus efektif maksimumyang bisa disalurkan adalah

    05.0 AJI= (1.8)

    (di sini kita menganggap bahwa arus bolak-balik yang menglir di

    konduktor terdistribusi secara merata di seluruh penampang

    walaupun kenyataannya tidak demikian karena terjadi efek kulit.

    Namun anggapan ini cukup layak untuk keperluan diskusi.)

    Karena kita telah menetapkan bahwa tegangan konduktor tidak lebih

    dari nilai batas V0 maka tegangan efektif maksimum adalah

    0,707V0

    0,5A 0,5An

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    17/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    10 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    00 707,02

    VV

    V == (1.9)

    Nilai ini yang dicantumkan pada gambar konfigurasi.

    Daya maksimum yang dapat ditransmisikan adalah

    0000

    0 354.0354.02

    5.0 PVAJV

    AJIVPc ==== (1.10)

    Persamaan (1.10) menunjukkan bahwa kemampuan penyaluran daya

    pada konfigurasi ini hanya sekitar 35% dari kemampuan sistem AS

    3 kawat. Selain itu, sebagaimana ditunjukkan oleh (1.6) penyaluran

    daya berfluktuasi, berarti laju penyaluran energi tidaklah konstan.

    Penyaluran energi semacam ini akan memaksa turbin penggerakgenerator juga memasok energi dengan laju yang berfluktuasi. Hal

    demikian tentu tidak dikehendaki. Oleh karena itu konfigurasi ini

    tidak digunakan untuk keluaran generator di pusat pembangkit.

    Konfigurasi (d): sistem ABB satu fasa tiga kawat.

    Sistem ini memiliki keuntungan seperti halnya untuk arus searah;

    oleh karena itu daya maksimum yang mampu disalurkan adalah dua

    kali lipat kemampuan penyaluran daya pada sistem ABB satu fasa

    dua kawat (konfigurasi (c)).

    0707,02 PPP cd == (1.11)

    Nilai daya sesaat diperlihatkan pada Gb.1.3, bersama dengan nilai

    sesaat daya pada konfigurasi (c). Perhatikan bahwa daya

    berfluktuasi dengan nilai rata-rata yang positif. Walaupun daya

    rata-rata bernilai positif, fluktuasi daya yang terjadi merupakan

    kelemahan dari konfigurasi (d) dan (c). Penyaluran energi tidak

    terjadi secara mantap; aliran energi berfluktuasi.

    Konfigurasi (e): Sistem ABB, 2 fasa, 3 kawat; dua kawat fasa dan

    satu kawat netral.

    0,707V0

    0,5A 0,5An

    0,707V0

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    18/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    11

    Jika tegangan dan arus di fasax adalah

    tVv mx = cos tIi mx = cos (1.12.a)

    dan di fasay berbeda 90o,

    tVv my = sin tIi my = sin (1.12.b)maka daya sesaat menjadi

    mmmmyyxxe IVttIVivivp =+=+=22

    sincos (1.13)

    Persamaan (1.13) ini cukup mengejutkan. Perhatikan bahwa daya

    sesaat bernilai konstan. Daya rata-rata sama dengan daya sesaat.

    mmee IVpP == (l5.14)

    Karena tegangan tidak boleh melebihi batas V0 maka tegangan

    maksimum adalah

    0VVm = (1.15.a)

    Arus di kedua fasa berbeda 90o, sehingga penghantar netral

    mengalirkan arus 2 kali arus fasa; luas penampangnya juga harus

    dibuat 2 kali sehingga perbandingan luas penampang konduktor

    fasa dan netral adalah 1:1: 2 . Luas penampang konduktor fasa

    menjadi ( =+ )22/(1 0,293 kaliA. Arus maksimum konduktor fasaadalah

    2)293.0(0 AJIm = (1.15.b)

    Sehingga daya rata-rata adalah

    000 414.0

    2

    2)293,0(

    2P

    AJVIVP mme === (1.16)

    0,707V0

    0,293A 0,293A

    n

    0,707V00,414A

    x y

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    19/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    12 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Perhatikan bahwa konduktor netral berpenampang lebih besar dari

    konduktor fasa sebab ia harus mengalirkan arus 2 kali dari arus

    fasa, jika sistem beroperasi dalam keadaan seimbang. Hal ini dapat

    dimengerti karena arus balik dari kedua fasa berbeda 90o

    dan bukan180

    osehingga tidak saling meniadakan. Akan tetapi di konfigurasi

    ini aliran daya tidak berfluktuasi seperti dinyatakan oleh persamaan

    (1.13).

    Konfigurasi (f): Sistem ABB 3 fasa, 4 kawat; tiga kawat fasa dan

    satu kawat netral.

    Tegangan dan arus fasa berbeda 120o. Dengan urutan fasa positif,

    tegangan dan arus tersebut adalah:

    ).120(cos;0120(cos;cos

    ).120(cos);120(cos;cos

    oo

    oo

    +===

    +===

    tIitIitIi

    tVvtVvtVv

    mcmbma

    mcmbma(1.17)

    Daya sesaat adalah

    ( ))120(cos)120(coscos o2o22 +++=++=

    tttIV

    ivivivp

    mm

    ccbbaaf(1.18)

    Dengan memanfaatkan relasi trigonometri

    2

    2cos1cos

    2 += (1.19)

    persamaan (1.18) menjadi

    ( )

    2

    3

    )2402cos()2402cos(2cos32

    oo

    mm

    mmf

    IV

    tttIVp

    =

    ++++=(1.20)

    Sekali lagi kita lihat di sini bahwa daya sesaat sama dengan daya

    rata-rata, yaitu

    VIIV

    pP mmff 32

    3=== (1.21)

    0,707V0

    0,333A n

    0,707V0

    0,707V0

    0,333A0,333A

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    20/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    13

    Tegangan dan arus efektif yang diperkenankan adalah

    00 333.0dan2

    AJIV

    V == (1.22)

    sehingga

    000 707.0333.02

    3PAJ

    VPf == (1.23)

    Gb.1.3. Kurva daya terhadap waktu pada enam

    konfigurasi saluran.

    Hasil perhitungan untuk enam konfigurasi di atas, dimuatkan dalam

    Tabel-1.1.

    Tabel-1.1: Daya maksimum yang mampu ditransmisikan

    pada enam kofigurasi

    Konfigurasi Modus operasi Daya maksimum

    a) Dua kawat AS 0.500P0

    b) Tiga kawat AS 1,000P0c) Dua kawat ABB, 1 fasa 0,354P0

    d) Tiga kawat ABB, 1fasa 0,707P0

    e) Tiga kawat ABB, 2fasa 0,414P0

    f) Empat kawat ABB, 3 fasa 0,707P0

    Bagaimana memilih konfigurasi yang akan digunakan untuk

    menyalurkan energi? Misalkan kita memilih sisem ABB.

    Konfigurasi c) dan d) kelihatannya terpaksa kita tolak karena

    1,141P0

    1,000P0

    0,707P0

    0,500P0

    0,354P0

    Konfig. (a)

    Konfig.(b)

    Konfig. (e)

    Konfig. (d), (f)

    Konfig. (c)

    t

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    21/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    14 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    terjadinya fluktuasi aliran daya pada konfigurasi ini. Di antara

    konfigurasi e) dan f) kita lebih memilih f) karena konfigurasi ini

    memiliki kemampuan penyaluran daya lebih tinggi.

    Bagaimanakah sistem penyaluran energi dengan jumlah fasa lebihbanyak? Sistem multifasa dengan konfigurasi N fasa, N+1 kawat

    akan memiliki kemampuan penyaluran daya sebesar 0,707P0. Jadi

    sistem 3 fasa 4 kawat merupakan sistem multi fasa yang paling

    sederhana ditinjau dari kemampuan penyaluran daya.

    Perhitungan-perhitungan di atas ditujukan hanya untuk melihat

    kemampuan penyaluran daya di setiap konfigurasi. Dalam

    pembangunan saluran transmisi masih harus diperhitungkan banyak

    faktor, misalnya keperluan akan isolator, menara, susut energi.

    Makin banyak kita gunakan saluran fasa, makin bayak diperlukanisolator dan perancangan menara pun harus disesuaikan.

    Jika kita perhatikan Tabel-1.1 di atas, transmisi AS tiga kawat,

    memiliki kemampuan penyaluran daya paling tinggi untuk total luas

    penampang konduktor yang sama. Kemajuan teknologi telah

    memungkinkan digunakannya sistem transmisi AS dan mengatasi

    kendala yang selama ini dihadapi. Mulai dari suatu jarak transmisi

    tertentu, biaya pembanguan sistem transmisi AS sudah menjadi

    lebih rendah dari sistem ABB. PLN merencanakan pembangunan

    transmisi AS untuk menghubungkan Sumatra dan Jawa.

    1.4 Sumber Energi Primer

    Sebagaimana telah disinggung, generator yang kita sebut sebagai

    sumber, tidak lain adalah piranti pengubah (konversi) energi dari

    energi non-listrik ke energi listrik. Dalam hal konversi elektro-

    mekanik, energi non-listrik berupa energi mekanik yang diberikan

    oleh turbin, dan turbin sendiri menerima energi masukan berupa

    energi thermal yang diubah olehnya menjadi gerak putar untuk

    memutar generator. Masukan energi thermal ke turbin berasal dari

    sumber energi primer, yang dapat berupa energi thermal maupun

    non-thermal.

    1.4.1. Sumber Energi Primer pada Pusat Pembangkit Thermal

    Batubara. Cadangan batubara Indonesia terlihat pada gambar

    berikut.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    22/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    15

    Data: Pusat Informasi & Statistik Batubara dan Mineral, Ditjen GSM, DESDM. / RUKN.

    Untuk pembangkitan, batubara harus diangkut dari lokasi tambang

    ke pusat pembangkit. Untuk pusat pembangkit di Jawa, biaya angkut

    ini tidak sedikit dan dapat terganggu bila cuaca buruk. Hasil

    tambang batubara ada dua kategori yaitu batubara dengan

    kandungan kalori tinggi dan kandungan kalori rendah.

    Minyak Bumi. Gambar berikut menginformasikan cadangan

    minyak Indonesia.

    Data: Pusat Informasi Energi, DESDM. / RUKN.

    Penggunaan minyak sebagai sumber energi primer untuk

    pembangkitan energi listrik terus diusahakan untuk dikurangi

    proporsinya karena harga yang terlalu tinggi.

    Gas Alam. Cadangan gas bumi Indonesia terbaca pada gambar

    berikut. Penggunaan gas alam sebagai sumber energi primer untuk

    pembangkitan energi listrik diperbesar proporsinya untuk

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    23/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    16 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    menggantikan minyak. Pengangkutan gas dari sumber gas ke pusat

    pembangkit dilakukan melalui pipa gas.

    Data: Pusat Informasi Energi, DESDM. / RUKN.

    Panas Bumi..Energi panas bumi cukup banyak tersedia di Indonesia.

    Penggunaan energi ini masih perlu dikembangkan. Gambar dan

    daftar berikut ini memperlihatkan distribusi lokasi sumber energi

    panas bumi.

    1.Daerah Aceh 17 lks 9.Banten 5 lks 17.Sulawesi Utara 5 lks

    2.Sumatra Utara 16 lks 10.Jawa Barat 40 lks 18.Gorontalo 2 lks

    3.Sumatra Barat 16 lks 11 Jawa Tengah 14 lks 19.Sulawesi Tengah 14 lks

    4.Riau 1 lks 12.DI Yogyakarta 1 lks 20.Sulawesi Selatan 16 lks

    5.Jambi 8 lks 13.Jawa Timur 11 lks 21.Sulawesi Tenggara 13 lks6.Sumatra Selatan 8 lks 14.Bali 5 lks 22.Maluku 15 lks

    7.Bengkulu 6 lks 15.NTB 3 lks 23.Papua 2 lks

    8.Lampung 13 lks 16.NTT 18 lks 24.Kalimantan 3 lks

    Total lokasi: 251Data: Pusat Informasi Energi, DESDM. /RUKN.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    24/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    17

    Biomassa. Sumber energi ini belum berkembang walaupun dalam

    skala rumah tangga telah mulai dirintis.

    Sampah. Sampah sebagai sumber pembangkit energi listrik masih

    diwacanakan terutama untuk mengatasi masalah sampah di kotaBandung.

    Energi Nuklir. Penggunaan energi nuklir di Indonesia masih dalam

    tingkat wacana. Sementara itu Jerman sudah mulai meninggalkan

    penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan energi listrik.

    1.4.2. Sumber Energi Primer Pusat Pembangkit Nonthermal

    Tenaga Air (Hydro). Tenaga air merupakan sumber energi yang

    paling murah dan kelangsungannya dapat dipercaya. Namun

    pembangunannya memerlukan waktu lama dibandingkan dengan

    pembangkit thermal. Dibandingkan dengan pembangkit thermal,

    pembangkit tenaga air dapat di-startdengan sangat cepat; sementara

    untuk men-start pembangkit thermal diperlukan waktu untuk

    pemanasan. Oleh karena itu pembangkit tenaga air biasanya

    digunakan sebagai pembangkit untuk memenuhi beban puncak,

    sementara pembangkit thermal menanggung beban dasar.

    Angin. Di Eropa energi angin telah banyak dimanfaatkan namun di

    Indonesia masih belum berkembang walaupun telah mulai ada.Gelombang Laut. Sumber energi ini belum termanfaatkan di

    Indonesia.

    Arus laut.Di Indonesia sumber energi ini masih menjadi wacana.

    Tenaga Surya. Di Indonesia Sumber energi ini telah mulai

    dimanfaatkan baik sebagai sumber tenaga listrik stand alone

    maupun sebagai pusat pembangkit walaupun masih dalam skala

    yang tidak besar.

    1.5. Beban

    1.5.1. Pengelompokan Beban

    Tujuan dibangunnya suatu sistem tenaga adalah untuk mencatu

    energi ke beban yang berupa peralatan-peralatan yang mengubah

    energi listrik menjadi bentuk energi yang sesuai dengan kebutuhan

    pengguna. Jenis peralatan sangat beragam, ada yang statis, ada

    yang berputar, ada pula yang merupakan gabungan statis dan

    berputar. Dalam pengusahaan tenaga listrik beban tidak

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    25/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    18 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    diklasifikasikan berdasarkan peralatan yang dicatu akan tetapi

    berdasarkan sifat-sifat umum pengguna akhir. PLN melakukan

    klasifikasi beban (pelanggan) sebagai berikut.

    Beban Rumah Tangga. Energi di jenis beban ini digunakanuntuk mencatu peralatan rumah tangga yang sangat beragam.

    Beban ini biasanya tersebar dalam area yang luas.

    Beban Industri. Beban ini membutuhkan sejumlah besar energi

    untuk keperluan manufaktur dan proses-proses produksi. Beban

    demikian biasanya terlokalisasi pada titik-titik beban di area

    tertentu.

    Beban Komersial. Jenis beban ini bisa sekumpulan peralatan

    kecil seperti di rumah tangga, akan tetapi memerlukan daya agakbesar untuk penerangan, pemanasan dan pendinginan. Beban ini

    lebih tersebar dibandingkan dengan beban industri tetapi tidak

    se-tersebar beban rumah tangga; misalnya pusat perbelanjaan,

    bandara, hotel.

    Beban Lain. Beban lain yang dimaksud di sini adalah beban-

    beban yang terkait dengan pentarifan ataupun pelayanan tertentu.

    Termasuk di dalamnya adalah beban kantor pemerintah, sosial,

    dan penerangan jalan umum.

    Di PLN jumlah pelanggan Rumah Tangga sangat dominan;

    sementara jumlah pelanggan Industri dan pelanggan Komersial

    sangat sedikit dibanding dengan jumlah pelanggan Rumah

    Tangga. Namun demikian daya tersambung ke pelanggan tidaklah

    proporsional dengan jumlah pelanggan. Dan sudah barang tentu

    demikian juga dengan penggunaan energi per kelompok

    pelanggan.

    1.5.2. Model BebanUntuk keperluan analisis, kita perlu mengombinasikan berbagai

    karakteristik piranti listrik yang jumlahnya ribuan ke satu titik

    beban tertentu. Melakukan kombinasi secara harfiah tentulah tidak

    mungkin. Oleh karena itu kita membangun model beban; beban

    dapat kita modelkan sebagai sumber tegangan, atau sumber arus,

    atau impedansi.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    26/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    19

    Model sumber tegangan Model sumber arus Model impedansi

    Gb.1.4. Model-model beban

    Model yang kita pilih tentulah yang mewakili sifat-sifat yang

    menonjol dari beban. Beban yang pasif misalnya, kita modelkan

    sebagai suatu impedansi. Beban yang karakter arusnya menonjol,

    kita modelkan sebagai sumber arus; hal ini misalnya digunakanpada beban nonlinier.

    1.5.3. Pengaruh Perubahan Tegangan dan Perubahan Frekuensi

    Daya yang mengalir ke beban tergantung dari tegangan maupun

    frekuensi. Apabila terjadi perubahan tegangan dan/atau perubahan

    frekuensi, daya yang mengalir ke beban akan berubah pula.

    Sesungguhnya, beban mengharapkan tegangan dan frekuensi tidak

    berubah-ubah. Namun situasi operasional sering memaksaterjadinya perubahan-perubahan besaran tersebut. Masuknya

    beban besar yang tiba-tiba ke jaringan akan diikuti oleh penurunan

    tegangan; keluarnya beban besar yang tiba-tiba akan menyebabkan

    kenaikan tegangan. Di jaringan sistem tenaga, dipasang peralatan

    untuk membatasi lama terjadinya suatu perubahan tegangan. Pada

    umumnya, jika perubahan tegangan tidak besar (karena tegangan

    seharusnya tidak berubah-ubah, sesuai standar) pasokan daya ke

    beban dapat didekati dengan hubungan linier

    ffQV

    VQPQf

    fPV

    VPPP

    +

    +=

    +

    += 00 ; (1.24)

    dengan 0VVV = = perubahan tegangan sekitar titik referensi

    V0, 0fff = = perubahan frekuensi sekitar titik referensif0.

    Diferensial parsialf

    Q

    V

    Q

    f

    P

    V

    P

    ,,, dapat diturunkan melalui

    rangkaian dengan model beban. Mereka juga dapat diturunkan dari

    Beban

    +

    Z

    E

    Beban

    ++

    Z

    E

    BebanZ

    E+

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    27/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    20 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    data-data yang dikumpulkan dari pengukuran praktis yang

    kemudian dihitung menggunakan computer.

    CONTOH-1.1: Kita akanmemperbandingkan

    pengaruh perubahan

    tegangan dan perubahan

    frekuesi pada rangkaianR-L

    seri dan rangkaianR-L parallel dengan melihat

    VPVQfPVP /dan,/,/,/ .

    Solusi untuk rangkaian seri:

    222

    2

    222

    2

    222

    22oo

    )(0

    0

    LR

    LVj

    LR

    RV

    LjRLR

    V

    LjR

    V

    LjR

    VVSseri

    +

    +

    +=

    ++

    =

    =

    +

    ==

    IV

    222

    2222

    2322222

    222

    2

    2222222

    22

    222

    2

    2

    ;)(

    2)(

    2;

    )(

    2

    LR

    LV

    V

    Q

    LR

    VLLVLRQ

    LR

    LVQ

    LR

    RV

    V

    P

    LR

    LRVP

    LR

    RVP

    seri

    seriseri

    seriseriseri

    +

    =

    ++=

    +=

    +=

    +

    =

    +=

    Solusi untuk rangkaian parallel:

    L

    V

    V

    Q

    L

    LVQ

    L

    VQ

    R

    V

    V

    PP

    R

    VP

    L

    Vj

    R

    V

    LjRS

    paralelparalelparalel

    paralelparalelparalel

    paralel

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    +=

    +==

    2;

    )(

    2;0

    2

    22

    2

    22VVVIV

    Perhatikan: ketergantungan terhadap tegangan kedua rangkaian ini

    sama, yaitu sebanding dengan tegangan. Akan tetapi

    ketergantungan terhadap frekuensi sangat berbeda. Polinom

    L

    R+

    v

    R L

    +

    v

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    28/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    21

    pangkat 4 dari penyebut pada /seriP membuat penyebut

    hampir tak berubah bila terjadi perubahan hanya 10% misalnya;Oleh karena itu /seriP dapat dikatakan berbanding lurus

    dengan . Sebaliknya /paralelP bernilai nol; perubahan

    frekuensi tidak mempengaruhi besarnya daya nyata.

    1.6. Sistem Polifasa

    Kita telah mempelajari salah satu sistem polifasa yaitu sistem tiga-

    fasa. Di sub-bab ini kita akan melihat secara lebih umum, dan juga

    akan melihat bagaimana perhitungan-perhitungan dilakukan baik

    pada kondisi pembebanan seimbang maupun tidak seimbang.

    1.6.1. Sistem Polifasa Secara Umum

    Kita lihat secara umum suatu sistem polifasa. Gb.1.5. berikut ini

    memperlihatkan hubungan dua jaringan secara umum yaitu

    jaringan A dan B yang dihubungkan dengan (N+1) konduktor.

    Salah satu konduktor adalah konduktor netral; jadi sistem ini

    adalah sistemNfasa.

    Gb.1.5. Dua jaringan dihubungkan dengan (N+1) konduktor.

    n

    a

    b

    z

    znV

    aI

    bI

    zI

    nI

    anV bnV

    Jaringan

    A

    Jaringan

    B

    .

    .

    .

    . . . .

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    29/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    22 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Tegangan konduktor fasa terhadap netral adalah sebagai berikut

    aaaan V ======== VV = tegangan fasa a.

    bbbbn V ======== VV = tegangan fasa b.

    zzzzn V ======== VV = tegangan fasaz.Arus di setiap penghantar fasa adalah

    aaa I ====I = arus fasa a.

    bbb I ====I = arus fasa b.

    zzz I ====I = arus fasaz.

    nnn I ====I = arus penghantar netral.

    Menurut hukum arus Kirchhoff

    0....... ====++++++++++++++++++++ nzcba IIIII (1.25)

    Daya kompleks total (sejumlahNfasa) yang mengalir ke B adalah:

    =

    =+++=z

    ai

    izzbbaaNf SS IVIVIV ...... (1.26.a)

    dengan

    zcbai

    S iii

    ,.......,,====

    ==== IV (1.26.b)

    Dapat dimengerti pula bahwa

    iiiiz

    ai

    iNf IVPPP ===

    cos, (1.27.a)

    iiii

    z

    ai

    iNf IVQQQ ===

    sin, (1.28.b)

    Dalam kondisi pembebanan seimbang

    fzba VVVV ==== ...... (1.29.a)

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    30/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    23

    dan, dengan mengambil fasa a sebagai referensi,

    360dan

    .....;2;;0

    o

    N

    nncba

    =

    ====

    (1.29.b)

    Dalam pembebanan seimbang ini, arus fasa dan sudut adalah:

    fzba IIII ==== ...... = arus fasa (1.30.a)

    ==================== zcba ....... = sudut faktor daya (1.30.b)

    Urutan penamaan fasa abc. . . z kita sebut urutan positif. Jika

    seandainya urutan penamaan ini kita balik, z . . cba maka kita

    mempunyai urutan negatif.Sementara itu tegangan fasa-fasa adalah

    jjii

    jiij

    VV

    zcbaji

    ====

    ========

    .......,,,VVV(1.31)

    yang dalam kondisi seimbang akan menjadi

    fji V======== VV = tegangan fasa-netral (1.32)

    dan

    )]cos(1[2 jifij VV ==== (1.33)

    Perhatikan Gb.1.4. Gambar ini memperlihatkan hubungan

    tegangan fasa-

    netral

    znbnan VVV .........,,

    serta tegangan

    fasa-fasaab

    V

    danazV .

    Diperlihatkan

    pula arus fasa

    aI yang

    lagging

    terhadapanV .

    abV

    anV

    znV

    bnV

    N

    o360====

    aI

    azV

    Gb.15.4 Fasor tegangan sistemN-fasa

    seimbang.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    31/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    24 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Perbandingan tegangan fasa-fasa terhadap tegangan fasa-netral

    untukNdari 2 sampai 12 (dinormalisasi terhadap Va) diberikan

    pada Tabel -1.1.

    Table 1.1. Rasio tegangan fasa-fasa terhadap tegangan fasa

    untuk sistem 2 12 fasa, dinormalisir terhadap Va[1]

    N: 1 2 3 4 5 6

    Vab/Va 2,000 1,732 1,414 1,176 1,000

    Vac/Va 1,732 2,000 1,902 1,732

    Vad/Va 1,414 1,902 2,000

    Vae/Va 1,176 1,732

    Vaf/Va 1,000

    N: 7 8 9 10 11 12

    Vab/Va 0,868 0,765 0,684 0,618 0,563 0,518

    Vac/Va 1,564 1,414 1,286 1,176 1,081 1,000

    Vad/Va 1,950 1,848 1,732 1,618 1,511 1,414

    Vae/Va 1,950 2,000 1,970 1,902 1,819 1,732

    Vaf/Va 1,564 1,848 1,970 2,000 1,980 1,932

    Vag/Va 0,868 1,414 1,732 1,902 1,980 2,000

    Vah/Va 0,765 0,286 1,618 1,819 1,932

    Vai/Va 0,684 1,176 1,511 1,732

    Vaj/Va 0,618 1,081 1,414

    Vak/Va 0,563 1,000

    Val/Va 0,518

    Daya sesaat total untukN 3 adalah

    =

    == ==

    cos

    )cos()cos()2)(2(

    ff

    z

    ai

    i

    z

    ai

    iiNf

    INV

    ittIVivp(1.34)

    Persamaan (1.26) menunjukkan bahwa sistem ABB multifasa

    memberikan transfer daya yang konstan seperti pada sistem AS.

    Itulah sebabnya sistem tenaga dibangun sebagai sistem multifasa

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    32/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    25

    yang beroperasi seimbang. Jika kita lanjutkan perhitungan kita

    akan memperoleh relasi

    =

    =

    =

    sin

    cos

    ffNf

    ffNf

    ffNf

    INVQ

    INVP

    INVS

    (1.35)

    1.6.2. Hubungan Bintang dan Hubungan Mesh

    Jika jaringan B adalah jaringan pasif, ia dapat dinyatakan dengan

    model impedansi. Impedansi pada sistem multifasa dapat

    dihubungkan bintang ataupun mesh; rangkaian ini diperlihatkan

    pada Gb.1.5.

    Bintang Mesh

    Gb.1.5 Hubungan bintang dan hubungan mesh.

    Transformasi dari rangkaian bintang ke mesh diturunkan sebagaiberikut.

    Rangkaian bintang :

    Y

    f

    Y

    anaY

    Z

    V

    Z

    o0========

    VI (1.36)

    Rangkaian mesh:

    aYI

    ZY

    ZY

    ZY

    ZY.

    .

    .

    a

    b

    c

    z

    aIa

    b

    c

    z

    Z

    Z

    Z

    Z

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    33/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    26 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    (((( ))))

    )cos1(2

    )101101(

    1

    ====++++====

    ++++====++++====

    Z

    V

    Z

    V

    ZZZ

    foo

    f

    znanbnanazab

    a VVVVVV

    I(1.37)

    Jika kedua rangkaian ini harus sama maka

    YaYa ZZII )cos1(2 ======== (1.38)

    CONTOH-1.2: Sumber 6 fasa seimbang dengan V01000o=aV ,

    urutan fasa abc, mencatu beban 6 fasa seimbang S6f = 900 kVA,

    faktor daya = 0.8 lagging. (a) Hitunglah arus fasa; (b) Hitungtegangan fasa-fasa ac; (c) Hitung impedansi ekivalen Y, ZY ; (d)

    Hitung impedansi ekivalen , Z.

    Solusi:

    kV01V01000 oo ==aV

    (a) A150

    1

    6/9006/6===

    fasa

    fasa

    V

    SI

    (b) V031732120100001000 ooo === caac VVV

    (c) o1 9.36)8.0(cos;67.6150

    1000=====

    fasa

    fasaY

    I

    VZ

    o9.3667.6 +=YZ

    oo 9.3667.6)2/1(2)60cos1(2 +==== YYY ZZZZ

    1.7. Sistem Tiga-fasa Seimbang

    Sistem tiga-fasa adalah sistem multifasa yang paling sederhana.

    Lihat Gb.1.6. Dengan urutan positif abc, tegangan-tegangan fasa

    adalah

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    34/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    27

    oo

    o

    o

    120240

    120

    0

    +===

    ==

    ==

    ffccn

    fbbn

    faan

    VV

    V

    V

    VV

    VV

    VV

    (1.39)

    Tegangan fasa-fasa adalah

    o

    o

    o

    1503

    903

    303

    +==

    ==

    ==

    facca

    fcbbc

    faaab

    V

    V

    V

    VVV

    VVV

    VVV

    (1.40)

    Gb.1.6. Sistem tiga-fasa.

    Jika jaringan B adalah jaringan pasif, ia dapat dimodelkan dengan

    impedansi dan impedansi ini dapat terhubung Y atau , seperti

    diperlihatkan oleh Gb.1.7.

    Gb.1.7. Beban terhubung

    dan terhubung Y.

    a

    b

    c

    Y

    YZ

    YZ

    YZ

    Z

    a

    b

    c

    Z

    Z

    n

    a

    b

    c

    aV bV cV

    aI

    bI

    cI

    nI

    Jaringan

    B

    Jaringan

    A

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    35/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    28 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Dalam kondisi seimbang, arus-arus fasa pada hubungan Y adalah

    0

    )240(

    )120(

    )0(

    o

    o

    o

    =

    =

    =

    ===

    n

    fc

    fb

    fY

    f

    Y

    aa

    I

    I

    IZ

    V

    Z

    I

    I

    I

    VI

    (1.41)

    Gb. 1.8. memperlihatkan diagram fasor tegangan dan arus pada

    sistem tiga-fasa seimbang dengan beban induktif; arus lagging

    terhadap tegangan.

    Transformasi hubungan Y ke diberikan oleh (1.30), yang untuk

    sistem tiga-fasao120==== .

    YY ZZZ 3)cos1(2 == (1.42)

    Jika diperlukan, arus pada cabang-cabang hubungan dapat

    dihitung, dengan relasi

    ===

    ZZZ

    caca

    bcbc

    abab

    VI

    VI

    VI ;; (1.43)

    Gb.15.8. Diagram fasor sistem tiga

    fasa seimbang; urutan fasa abc.

    abV

    aV

    caV

    bcV

    cVbV

    cV

    aV

    bVcI

    aIbI

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    36/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    29

    Hubungan arus fasaaI pada Gb.1.6, yang juga disebut arus saluran

    (line current)LI , dengan arus pada cabang adalah

    bccacabbcbcaaba IIIIIIIII === ;; (1.44)

    1.8. Sistem Tiga-fasa Tak-seimbang

    Dalam sistem tiga-fasa seimbang, besar tegangan adalah sama di

    semua fasa dan antara fasa yang berurutan terdapat beda fasa 120o.

    Demikian pula halnya dengan arus; keadaan ini membuat arus di

    penghantar netral bernilai nol. Tidak demikian halnya dengan

    keadaan tak-seimbang; tegangan dan arus di setiap fasa tidak sama

    dan beda fasa antar tegangan fasa-netral tidak 120o

    .

    1.8.1. Komponen Simetris

    Tegangan di setiap fasa (fasa-netral) sistem tak-seimbang dapat

    kita tuliskan sebagai

    cccbbbaaa VVV === VVV ;;

    Satu kesatuan tiga fasor tak-seimbang ini, dipandang sebagai

    terdiri dari tiga komponen fasor seimbang yaitu:komponen urutan positif

    komponen urutan negatif

    komponen urutan nol

    Komponen urutan positif adalah fasor tiga-fasa seimbang dengan

    selisih sudut fasa 120o, dengan urutan abc. Komponen urutan

    negatif adalah fasor tiga-fasa seimbang dengan selisih sudut fasa

    120o dengan urutan cba, dan komponen urutan nol adalah fasor

    tiga-fasa tanpa selisih sudut fasa. Tiga set fasor seimbang inidigambarkan pada Gb.1.9. Perhatikanlah bahwa baik komponen

    urutan positif maupun negatif, memiliki selisih sudut fasa 120o;

    artinya kemunculan tegangan berselisih 120o secara berurutan,

    sedangkan komponen urutan nol tidak memiliki selisih sudut fasa,

    yang berarti gelombang tegangan di ketiga-fasa muncul dan

    bervariasi secara bersamaan. Oleh karena itu jumlah fasor arus

    urutan nol di titik penghatar netral tidaklah nol melainkan 3 kali

    arus urutan nol.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    37/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    30 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Komponen urutan nol diberi tambahan indeks 0, urutan positif

    diberi tambahan indeks 1, urutan negatif dengan tambahan indeks

    2. Komponen-komponen ini disebut komponen simetris. Dengan

    komponen simetris ini maka pernyataan tegangan semula (yang

    tidak seimbang) menjadi

    210

    210

    210

    ;

    ;

    cccc

    bbbb

    aaaa

    VVVV

    VVVV

    VVVV

    ++=

    ++=

    ++=(1.45)

    Urutan nol Urutan positif Urutan negatif

    Gb.1.9. Komponen seimbang dari fasor tegangantiga-fasa

    tak-seimbang.

    1.8.2. Operator a

    Penulisan komponen urutan dilakukan dengan memanfaatkan

    operator a, yang sesungguhnya adalah fasor satuan yang

    berbentuk

    o1201====a (1.46)

    Suatu fasor, apabila kita kalikan dengan a akan menjadi fasor lain

    yang terputar ke arah positif sebesar 120o; dan jika kita kalikan

    dengan a2

    akan terputar ke arah posistif 240o

    (operator semacamini telah pernah kita kenal yaitu operator o901=j ). Kitamanfaatkan operator a ini untuk menuliskan komponen urutan

    positif dan negatif. Dengan operator a ini, indeks a,b,c dapat kita

    hilangkan karena arah fasor sudah dinyatakan oleh operator a,

    sehingga kita dapat menuliskan

    2bV

    2aV

    2cV

    1cV

    1aV

    1bV

    000 ,, cba VVV

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    38/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    31

    2222

    222

    02

    11111

    0000

    ;;

    ;;

    VVVVVV

    VVVVVV

    VVVV

    aa

    aa

    cba

    acba

    cba

    ===

    ===

    ===

    sehingga

    22

    10

    212

    0

    210

    VVVV

    VVVV

    VVVV

    aa

    aa

    c

    b

    a

    ++=

    ++=

    ++=

    (1.47)

    Agar lebih jelas, perhatikan Gb.1.10 berikut ini.

    Urutan nol Urutan positif Urutan negatif

    Gb.1.10. Penulisan komponen urutan denganmenggunakan operator a.

    Persamaan (1.47) dapat kita tuliskan dalam bentuk matriks

    menjadi

    =

    2

    1

    0

    2

    2

    1

    1

    111

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    aa

    aa

    c

    b

    a

    (1.48)

    1.8.3. Mencari Komponen Simetris

    Komponen simetris adalah besaran-besaran hasil olah matematik;

    ia tidak diukur dalam praktek. Yang terukur adalah besaran-

    besaran yang tak-seimbang yaitu cba VVV ,, . Komponen simetris

    dapat kita cari dari (1.47.a) dengan menjumlahkan fasor-fasor dan

    dengan mengingat bahwa (1 + a + a2) = 0, yaitu

    0V

    11 ca VV ====

    11 aVV ====

    112

    ba VV ====

    22 aVV ====

    22 ba VV ====

    222

    ca VV ====

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    39/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    32 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    22

    10

    212

    0

    210

    VVVV

    VVVV

    VVVV

    aa

    aa

    c

    b

    a

    ++=

    ++=

    ++=

    022

    12

    0 3)1()1(3 VVVVVVV =++++++=++ aaaacba

    ( )cba VVVV ++=3

    10 (1.49.a)

    Jika baris ke-dua (1.47.a) kita kalikan dengan a dan baris ke-tiga

    kita kalikan dengan a2, kemudian kita jumlahkan, kita peroleh:

    24

    13

    022

    22

    13

    0

    210

    VVVV

    VVVV

    VVVV

    aaaa

    aaaa

    c

    b

    a

    ++=

    ++=

    ++=

    122

    1022 3)1(3)1( VVVVVVV =++++++=++ aaaaaa cba

    ( )cba aa VVVV 213

    1++= (1.49.b)

    Jika baris ke-dua (1.47.a) kita kalikan dengan a2 dan baris ke-tiga

    kita kalikan dengan a, kemudian kita jumlahkan, kita peroleh:

    23

    12

    0

    23

    14

    022

    210

    VVVV

    VVVV

    VVVV

    aaaa

    aaaa

    c

    b

    a

    ++=

    ++=

    ++=

    2212

    022 33)1()1( VVVVVVV =++++++=++ aaaaaa cba

    ( )cba aa VVVV ++= 213

    1(1.49.c)

    Relasi (1.49.a,b,c) kita kumpulkan dalam satu penulisan matriks:

    =

    C

    B

    A

    aa

    aa

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    1

    1

    111

    3

    1

    2

    2

    2

    1

    0

    (1.50)

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    40/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    33

    Dengan demikian kita mempunyai dua relasi antara besaran fasa

    dan komponen simetrisnya yaitu (1.48) dan (1.50) yang masing-

    masing dapat kita tuliskan dengan lebih kompak sebagai berikut:

    abc

    abc

    VTV

    VTV~

    ][~

    ~][~

    1012

    012

    =

    =(1.51.a)

    dengan

    [ ]

    1

    1

    111

    T2

    2

    =

    aa

    aa dan [ ]

    =

    aa

    aa2

    21

    1

    1

    111

    3

    1T (1.51.b)

    Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh relasi untuk arus

    abc

    abc

    ITI

    ITI

    ~][

    ~

    ~][

    ~

    1012

    012

    =

    =(1.51.c)

    1.8.4. Relasi Transformasi

    Relasi (1.51) inilah pasangan relasi untuk menghitung komponen

    urutan jika diketahui besaran fasanya, dan sebaliknya menghitung

    besaran fasa jika diketahui komponen urutannya; mereka kitasebut relasi transformasi fasor tak-seimbang. Perhatikan sekali

    lagi bahwa masing-masing komponen urutan membentuk fasor

    seimbang; komponen simetris adalah besaran-besaran hasil olah

    matematik, tidak diukur dalam praktek; yang terukur adalah

    besaran-besaran yang tak-seimbang yaitu cba VVV ,, .

    CONTOH-1.3: Diketahui 0and,601,601oo === cba III ,

    hitunglah komponen-komponen simetrisnya .

    Solusi:

    ( ) ( )

    ( )

    ( ) ( )o

    oo21

    602

    3

    1732,11

    3

    1

    0)866,05,0()866,05,0(3

    1

    06016013

    1

    3

    1

    =+=

    ++++=

    ++=++=

    j

    jj

    aa cba IIII

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    41/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    34 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    ( ) ( )

    ( )

    ( ) o

    oo22

    120333,0866,05,03

    1

    01)866,05,0(3

    1

    018016013

    1

    3

    1

    =+=

    ++=

    ++=++=

    j

    j

    aa cba IIII

    ( ) ( )

    ( )

    ( ) o

    oo0

    0333,00131

    0)866,05,0()866,05,0(3

    1

    06016013

    1

    3

    1

    =+=

    +++=

    ++=++=

    j

    jj

    cba IIII

    Perhatikan: perhitungan dalam soal ini memberikan

    o

    00

    ooo2

    22

    ooooo11

    0333,0

    360333,0120333,02401

    180667,0)60120(3

    260

    3

    21201

    ==

    ===

    =+===

    II

    II

    II

    c

    c

    c

    a

    a

    sedangkan diketahui 0=cI

    Kita yakinkan:

    0333,0333,0667,0021 ++=++= cccc IIII

    1.8.3. Impedansi Urutan

    Jika impedansiCBA

    ZZZ ,, merupakan impedansi-impedansi

    dengan tegangan antar terminal masing-masing ''' ,, ccbbaa VVV

    maka

    =

    c

    b

    a

    ABC

    cc

    bb

    aa

    Z

    I

    I

    I

    V

    V

    V

    ][

    '

    '

    '

    atau lebih kompak

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    42/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    35

    abcABCabc Z IV~][

    ~)'( = (1.52)

    )'(~

    abcV adalah tegangan antar terminal impedansi dan abcI~

    adalah arus yang melalui impedansi. [ ]ABCZ adalah matriks 3 3,yang elemen-elemennya merupakan impedansi total yang terdiri

    dari impedansi sendiri dan impedansi bersama. Kita akan melihat

    sebuah contoh saluran transmisi yang mendapat pembebanan tidak

    seimbang.

    CONTOH-1.4: Suatu saluran tiga-fasa masing masing memiliki

    reaktansi sediriXs sedangkan antar fasa terdapat reaktansi bersama

    Xm. Resistansi konduktor diabaikan. Tentukanlah impedansi urutan.Perhatikan bahwa Xs adalah reaktansi sendiri dan Xm adalah

    reaktansi bersama antar konduktor.

    Solusi:

    csbmamcccc

    cmbsambbbb

    cmbmasaaaa

    jXjXjX

    jXjXjX

    jXjXjX

    IIIVVV

    IIIVVV

    IIIVVV

    ++==

    ++==

    ++==

    ''

    ''

    ''

    yang dapat dituliskan dalam bentuk matriks

    =

    c

    b

    a

    smm

    msm

    mms

    c

    b

    a

    c

    b

    a

    XXX

    XXX

    XXX

    j

    I

    I

    I

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    '

    '

    '

    dan dapat dituliskan dengan lebih kompak

    .

    .

    .

    mX mX

    mX sX

    sX

    sX

    aI

    bI

    cI

    cba III ++

    aV

    bV

    cV

    aV

    bV

    cV

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    43/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    36 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    abcABCabcabc Z IVV~][

    ~~=

    Karena

    0121

    012012

    ~

    ][

    ~

    dan,

    ~

    ][

    ~

    ,

    ~

    ][

    ~

    ITIVTVVTV ===

    abcabcabc

    maka relasi diatas menjadi

    012012012~

    ][][~

    ][~

    ][ ITVTVT ABCZ= atau

    0121

    012012~

    ][][][~~

    ITTVV ABCZ=

    Pada relasi terakhir ini terdapat faktor

    [ ] [ ][ ]TT1

    ABCZ

    yang dapat kita hitung sebagai berikut:

    [ ] [ ][ ]

    +

    =

    ++++ ++++

    +++

    =

    =

    ms

    ms

    ms

    msmsms

    msmsms

    msmsms

    smm

    msm

    mms

    ABC

    XX

    XX

    XX

    j

    aaaa

    XaaXXaXaXXXaXaXaaXXX

    XXXXXXj

    aa

    aa

    XXX

    XXX

    XXX

    j

    aa

    aaZ

    00

    00

    002

    11

    111

    )1()1()1()1(

    222

    3

    1

    1

    111

    1

    1

    111

    3

    1TT

    2

    2

    22

    22

    2

    2

    2

    21-

    Hasil perhitungan ini memberikan relasi berikut

    012012012

    2

    1

    0

    012012012

    ~][

    ~

    00

    00

    00

    ~

    00

    00

    002~~

    II

    IVV

    Z

    Z

    Z

    Z

    XX

    XX

    XX

    j

    ms

    ms

    ms

    =

    =

    =

    +

    =

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    44/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    37

    Jika didefinisikan:

    Impedansi urutan nol )2(0 ms XXjZ +=

    Impedeansi urutan positif )(1 ms XXjZ = Impedansi urutan negatif )(2 ms XXjZ =

    Rangkaian ekivalen urutan dari rangkaian dalam relasi ini

    digambarkan sebagai berikut:

    Urutan nol Urutan positif Urutan negatif

    1.9.4. Daya Pada Sistem Tak-seimbang

    Daya pada sistem tiga-fasa adalah jumlah daya setiap fasa.

    ++= ccbbaafS IVIVIV3 atau dalam bentuk matriks

    [ ]

    =

    = abcabcT

    c

    b

    a

    cbafS IV

    I

    I

    I

    VVV~~

    3 (1.53)

    ( abcTV~

    adalah transposisi dari abcV~

    )

    Karena 012012~

    ][~

    dan~

    ][~

    ITIVTV == abcabc , maka relasidiatas menjadi

    = 0120123~

    ][][~

    ITTV TfS (1.54)

    Catatan: TTabcTabc ][~~

    ~

    ][~

    012012 TVVVTV ==

    == 012012~][~~][~ ITIITI abcabc

    Pada (1.54) terdapat faktor [ ] [ ]TT T yang dapat kita hitung

    [ ] [ ]

    =

    =

    =

    100

    010

    001

    3

    300

    030

    003

    1

    1

    111

    1

    1

    111

    TT2

    2

    2

    2

    aa

    aa

    aa

    aaT

    0Z

    0V 0V 1Z

    1V 1V 2Z

    2V 2V

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    45/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    38 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Dengan demikian (1.54) dapat dituliskan

    = 0120123~~

    3 IV TfS atau

    ++= 2211003 3 IVIVIVfS (1.55)

    CONTOH-1.5: Hitunglah daya tiga-fasa pada kondisi tidak

    seimbang seperti berikut:

    A

    10

    10

    10

    dankV

    0

    10

    10

    =

    =

    j

    ABCABC IV

    Solusi (1):

    [ ]

    ==

    10

    10

    10

    dan01010

    j

    ABCABCT IV

    Kita akan menghitung daya tiga-fasa langsung dengan

    mengalikan kedua matriks kolom ini

    [ ] kVA)100100(0100100

    10

    1010

    010103 jjj

    S f =++=

    =

    Hasil ini kita peroleh dengan mengaplikasikan langsung

    formulasi daya dengan mengambil nilai-nilai tegangan dan arus

    yang tidak simetris. Berikut ini kita akan menyelesaikan soal ini

    melalui komponen simetris.

    Solusi (2):Tegangan urutan adalah:

    [ ]

    +

    +=

    ==

    01010

    01010

    0

    3

    1

    0

    10

    10

    1

    1

    111

    3

    1~T

    ~

    22

    21012

    a

    a

    aa

    aaABCVV

    Dari sini kita hitung T012~V

    [ ]1010101003

    1~ 2012 aaT = V

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    46/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    39

    Arus urutan adalah:

    [ ]

    +

    +=

    +

    +=

    =

    ==

    1010

    1010

    0

    3

    1~

    1010

    1010

    0

    3

    1

    101010

    101010

    0

    3

    1

    10

    10

    10

    1

    1

    111

    3

    1~T

    ~

    012

    2

    2

    2

    21

    012

    j

    j

    j

    j

    aaj

    aaj

    j

    aa

    aaABC

    I

    II

    Daya tiga-fasa adalah

    [ ]

    [ ]( ) kVA)100100(300300

    3

    1

    )1010)(1010()1010)(1010(031

    1010

    1010

    0

    101010-1003

    1

    3

    13

    ~3

    2

    2

    0120123

    jj

    jaja

    j

    jaa

    S Tf

    ==

    ++++=

    +

    +=

    = IV

    (catatan: 12 =+ aa )

    Komentar: Hasil perhitungan dengan perkalian langsung

    tegangan dan arus tak-seimbang sama dengan hasil

    perkalian melalui komponen simetris. Jika hasilnya sama,mengapa kita harus bersusah payah mencari komponen

    simetris terlebih dulu? Persoalan pada pembebanan tak-

    seimbang tidak hanya menghitung daya, tetapi juga arus

    dan tegangan; misalnya menghitung arus hubung singkat

    yang tidak simetris, yang tetap memerlukan perhitungan

    komponen simetris.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    47/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    40 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    1.9. Pernyataan Sistem Tenaga

    Sistem tenaga merupakan rangkaian listrik yang rumit. Disamping

    banyaknya macam piranti yang ada di dalamnya, sistem ini jugasistem multifasa (umumnya tiga-fasa), dan ia beroperasi pada

    banyak tingkat tegangan. Agar analisis dapat dilakukan, maka

    sistem tenaga harus dapat dinyatakan secara mudah.

    1.9.1. Diagram Satu Garis

    Langkah pertama dalam analisis adalah memindahkan rangkaian

    sistem tenaga ke atas kertas dalam bentuk diagram rangkaian.

    Diagram rangkaian untuk sistem tenaga berupa diagram satu garis

    (single line diagram). Diagram ini sederhana namun menunjukkan

    secara lengkap interkoneksi berbagai piranti. Walaupun hanya satu

    garis, ia menggambarkan sistem multifasa. Berikut ini contoh dari

    diagram satu garis.

    Gb.1.11. Diagram satu garis.

    Gb.1.11. memperlihatkan sebuah generator terhubung Y, dengan

    titik netral yang ditanahkan melalui sebuah impedansi. Generator

    ini dihubungkan ke trasformator tiga belitan melalui bus-1. Belitanprimer trafo terhubung , belitan sekunder terhubung Y dengan

    titik netral ditanahkan langsung dan terhubung ke bus-2,

    sedangkan belitan tertier dihubungkan masuk ke bus-3 untuk

    mencatu beban.

    Dari bus-2 melalui circuit breaker masuk ke saluran transmisi

    melalui bus-4. Ujung saluran transmisi melalui bus-5 terhubung ke

    transformator 2 belitan; transformator ini terhubung Y- dengan

    Generator

    Y-ditanahkanmelalui

    impedansi

    beban

    Saluran

    transmisi

    Trafo2 belitan

    bebanNomer bus

    Trafo

    3 belitan

    CircuitBreaker

    GYZ

    Y

    Y1

    3

    2 4

    5 6

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    48/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    41

    titik netral primernya ditanahkan langsung. Sekunder

    transformator terhubung ke bus-6 untuk mencatu beban.

    Dalam diagram satu garis, impedansi-impedansi tidak

    digambarkan. Untuk analisis, diagram satu garis perluditerjemahkan menjadi diagram rangkaian listrik model satu

    fasa seperti terlihat pada Gb. 1.12.

    Gb.1.12. Model satu fasa dari diagram satu garis Gb.1.11.

    Dengan model satu fasa inilah analisis dilakukan. Dalam Gb.1.12.

    ini saluran transmisi dinyatakan dengan rangkaian ekivalennya,

    yaitu rangkaian ekivalen , yang akan kita pelajari lebih lanjut.

    1.9.2. Sistem Per-Unit

    Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau

    normalisasi. Besaran-besaran sistem dalam satuan masing-masing,

    tegangan dalam volt arus dalam ampere impedansi dalam ohm,

    ditransformasikan ke dalam besaran tak berdimensi yaitu per-unit

    (disingkat pu). Pada mulanya transformasi ke dalam per-unit

    dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan, namun dengan

    perkembangan penggunaan computer maksud penyederhanaan itu

    sudah kurang berarti lagi. Walaupun demikian, beberapakeuntungan yang terkandung dalam sistem per-unit (yang akan

    kita lihat kemudian) masih terasakan dan oleh karena itu kita akan

    pelajari.

    Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran

    tersebut dengan suatu besaran basis. Besaran basis ini berdimensi

    sama dengan dimensi besaran aslinya sehingga nilai per-unit

    besaran itu menjadi tidak berdimensi

    Transformator

    Rangkaian

    ekivalen

    salurantransmisi

    Transformator

    bebanbeban

    Circuit

    breaker

    Generator

    1

    3

    2 4 5 6

    +

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    49/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    42 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    snilai basi

    ngguhnyanilai sesuunit-perNilai =

    Nilai sesungguhnya mungkin berupa bilangan kompleks, namun

    nilai basis yang ditetapkan adalah bilangan nyata. Oleh karena itusudut fasa nilai dalam per-unit sama dengan sudut fasa

    sesungguhnya.

    Sebagai contoh kita ambil daya kompleks

    )( == VIS IV (1.56)

    di mana adalah sudut fasa tegangan dan adalah sudut fasaarus. Untuk menyatakan Sdalam per-unit kita tetapkan Sbasisyang

    berupa bilangan nyata, sehingga

    )()(

    =

    = pubasis

    pu SS

    SS (1.57)

    Didefinisikan pula bahwa

    basisbasisbasis IVS = (1.58)

    Nilai Sbasis dipilih secara bebas dan biasanya dipilih angka yang

    memberi kemudahan seperti puluhan, ratusan dan ribuan. JikaSbasis sudah ditentukan kita harus memilih salah satu Vbasis atau

    Ibasis untuk ditentukan secara bebas, tetapi tidak kedua-duanya bisa

    dipilih bebas.

    Jika kita hitung Spu dari (1.56) dan (1.57) kita peroleh

    =

    == pupubasisbasisbasis

    pu IVIV

    IV

    S

    SS (1.59)

    Nilai basis untuk impedansi ditentukan menggunakan relasi

    basis

    basis

    basis

    basisbasis

    S

    V

    I

    VZ

    2

    == (1.60)

    Dengan Zbasis ini relasi arus dan teganganI

    VIV == atau ZZ

    akan memberikan

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    50/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    43

    basisbasisbasis IVZ

    Z

    /

    /IV= atau

    pu

    pupu

    I

    VZ = (1.61)

    Karena jXRZ += maka

    basisbasisbasisbasis Z

    Xj

    Z

    R

    Z

    jXR

    Z

    Z+=

    += atau

    pupupu jXRZ += (1.62)

    Jadi tidaklah perlu menentukan nilai basis untukR dan X secara

    sendiri-sendiri. Selain itu tidak pula diperlukan menentukan nilai

    basis untu P dan Q secara sendiri-sendiri pula.

    basisbasis S

    jQP

    S

    S += atau

    pupupu jQPS += (1.63)

    Contoh-1.6:Nyatakanlah

    besaran-besaranpada rangkaian

    satu fasa berikut

    ini dalam per-

    unit dengan mengambil Sbasis = 1000 VA dan Vbasis = 200 V.

    Solusi:

    V200VA;1000 == basisbasis VS

    A5200

    1000

    === basis

    basisbasis V

    S

    I

    === 405

    200

    basis

    basisbasis

    I

    VZ

    Maka: pu01200

    0200 oo

    =

    =puV

    pu1,0

    40

    4==puR

    V0200 o=V 4 4j 8j

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    51/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    44 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    pu1,040

    4==CpuX

    pu2,040

    8==

    LpuX

    Transformasi rangkaian dalam per-unit menjadi seperti

    gambar di bawah ini.

    pu4521,01,01,02,01,01,0 o=+=+= jjjZpu

    pu45254520,1

    01 oo

    o

    =

    ==

    pu

    pupu

    Z

    VI

    pu4525452501 ooo === pupupu IVS

    1.9.3. Sistem Per-Unit Dalam Sistem Tiga-fasa

    Di sub-bab sebelumnya, kita lihat aplikasi sistem per-unit pada

    sistem satu fasa. Untuk sistem tiga-fasa (yang kita ketahui bahwa

    sistem tiga-fasa ini sangat luas dipakai dalam penyediaan energi

    listrik) dikembangkan pengertian nilai basis tambahan sebagai

    berikut.

    3/

    3

    3

    3

    3

    basisbasis

    basisYbasis

    basisasisf

    basisbasis

    basisYbasis

    basisbasisff

    basisbasisf

    II

    II

    II

    ZZZZ

    VV

    SS

    =

    =

    =

    ==

    =

    =

    (1.64)

    Bagaimana implementasi dari nilai-nilai basis di atas, akan kita

    lihat pada contoh berikut ini.

    pu1,0 pu1,0jpu2,0jpu01

    o

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    52/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    45

    Contoh-1.5: Sebuah sumber tiga-fasa dengan tegangan fasa-fasa 6

    kV mencatu dua beban seimbang yang tersambung parallel: beban-

    A: 600 kVA, faktor daya 0,8 lagging, beban-B: 300 kVA, faktor

    daya 0,6 leading. Tentukan nilai basis untuk sistem ini, hitung arus

    saluran dalam per-unit dan dalam ampere, dan impedansi beban A.

    Solusi:

    Penentuan nilai basis adalah sembarang. Kita pilih S3f basis = 600

    kVA dan Vff basis= 6 kV, sehingga

    ===

    ===

    ==

    ==

    6074,57

    3464

    A74,573/6

    200

    V34643

    6

    2003

    600

    basis

    basisbasis

    basis

    basisbasis

    basis

    basis

    I

    VZ

    V

    SI

    V

    kVAS

    Sumber ini terbebani seimbang sehingga hanya ada urutan positif.

    Besaran per fasa adalah:

    Beban-A:

    9,361200

    9,36200

    kVA9,36200

    )(f.d.9,36)8,0(coskVA;2003

    600

    oo

    o

    o1

    =+

    ==

    =

    +====

    basis

    AApu

    A

    AA

    S

    SS

    S

    lagS

    6,08,09,3619,36101

    9,361

    ;013/6

    3/6

    o

    o

    o

    o

    jIV

    SI

    V

    ApuApu

    ApuApu

    Apu

    ===

    ==

    ==

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    53/235

    Tinjauan Pada Sistem Tenaga

    46 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Beban-B:

    4,03,01,535,0

    1,535,0

    01

    1,535,0

    01

    1,535.0200

    1,53100

    kVA1,53100

    )(f.d.1,53)6,0cos(kVA;100

    3

    300

    o

    o

    o

    o

    o

    oo

    o

    o

    jI

    V

    SI

    VV

    S

    SS

    S

    leadS

    Bpu

    Bpu

    BpuBpu

    ApuBpu

    basis

    BBpu

    B

    BB

    +==

    =

    ==

    ==

    =

    ==

    =

    ====

    Arus saluran:

    2,01,14,03,06,08.0 jjjIII BpuApupu =++=+=

    A3,1055,6455,1151,6374,57)2,01,1( o=== jjI

    Impedansi beban-A:

    o

    o

    o

    9,361361

    01=

    ==

    Apu

    ApuApu

    I

    VZ

    +== )3648(9,3660 o jZA

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    54/235

    Saluran Transmisi

    47

    BAB 2 Saluran Transmisi

    Saluran transmisi merupakan koridor yang harus dilalui dalam

    penyaluran energi listrik. Saluran transmisi biasanya dinyatakan

    menggunakan rangkaian ekivalen. Hal ini telah kita lihat secara

    selintas pada pembahasan diagram satu garis, Gb.1.9. Walaupun

    rangkaian ekivalen saluran transmisi cukup sederhana, ada empat

    hal yang perlu kita perhatikan yaitu:

    Resistansi konduktor,

    Imbas tegangan di satu konduktor oleh arus yang mengalirdi konduktor yang lain,

    Arus kapasitif karena adanya medan listrik antar konduktor,

    Arus bocor pada isolator.

    Dalam analisis sistem tenaga, arus bocor pada isolator biasanya

    diabaikan karena cukup kecil dibandingkan dengan arus konduktor.

    Namun masalah arus bocor menjadi sangat penting jika kita

    membahas isolator karena arus bocor ini mengawali terjadinyakerusakan pada permukaan isolator yang dapat mengakibatkan

    flashoverdan kegagalan sistem.

    Karena saluran udara memanfaatkan udara sebagai bahan isolasi,

    perlu kita lihat besaran-besaran fisis udara yang akan masuk dalam

    perhitungan-perhitungan saluran transmisi, yaitu:

    Permeabilitas: permeabilitas magnetik udara dianggap sama

    dengan permeabilitas ruang hampa:

    H/m104 700 == r

    Permitivitas: permitivitas listrik udara dianggap sama dengan

    permitivitas ruang hampa:

    F/m36

    10 9

    00 ==

    r

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    55/235

    Saluran Transmisi

    48 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    2.1. Impedansi dan Admitansi

    2.1.1. Resistansi

    Material yang biasa digunakansebagai konduktor adalah tembaga

    dan aluminum. Untuk saluran transmisi banyak digunakan

    aluminum dan kita mengenal jenis-jenis konduktor aluminum,

    seperti:

    Aluminum: AAL (all aluminum coductor) Aloy aluminum: AAAL (all aluminum alloy conductor) Aluminum dengan penguatan kawat baja: ACSR

    (aluminum conductor steel reinforced)Data mengenai ukuran, konstruksi, resistansi [ per km], radius[cm], GMR [cm] (Geometric Mean Radius), serta kemampuan

    mengalirkan arus [A], dapat kita peroleh dari standar / spesifikasi;

    untuk sementara kita tidak membahasnya.

    Relasi resistansi untuk arus searah adalah

    = A

    lRAS (2.1)

    dengan l panjang konduktor [m], A luas penampang konduktor[m2], dan adalah resistivitas bahan.

    C][20.m1077,1

    C][20.m1083,2

    o8

    o8

    =

    =

    Al

    Al

    Resistansi tergantung dari temperature,

    01

    02

    12 TT

    TT

    TT +

    += (2.2)

    Untuk aluminum C228o0 =T ; untuk tembaga C241o

    0 =T

    Resistansi untuk arus bolak-balik lebih besar dari resistansi untuk

    arus searah karena ada efek kulityaitu kecenderungan arus bolak-

    balik untuk mengalir melalui daerah pinggiran penampang

    konduktor.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    56/235

    Saluran Transmisi

    49

    Selain daripada itu, kondukor saluran transmisi merupakan pilinan

    konduktor sehingga panjang konduktor sesungguhnya lebih dari

    panjang lateral yang kita ukur.

    2.1.2. Induktansi

    Arus di suatu konduktor menimbulkan medan magnit di

    sekelilingnya dan juga di dalam konduktor itu sendiri walaupun

    yang di dalam konduktor tidak merata di seluruh penampang.

    Menurut hukum Ampere, jika arus yang mengalir pada konduktor

    adalah i maka medan magnet H di sekitar konduktor diperoleh

    dengan relasi =l

    iHdl . Di titik berjarakx di luar konduktor

    relasi ini menjadi

    x

    iHx

    =2

    (2.3)

    Jika konduktor kita anggap sangat panjang dan l adalah satu

    segmen dari padanya, maka fluksi magnet yang melingkupi

    segmen ini sampai jarakDx dari konduktor adalah

    r

    Dildx

    x

    ilHldx

    xD

    r

    D

    r

    xx

    ln22

    =

    ==

    (2.4)

    dimana r adalah radius konduktor. Persamaan (2.4) ini adalah

    fluksi lingkup di luar konduktor. Masih ada fluksi di dalam

    konduktor yang harus diperhitungkan. Untuk mencakup fluksi di

    dalam konduktor tersebut, didefinisikan suatu radius ekivalen yang

    disebut Geometric Mean Radius (GMR), r, sehingga (2.4) menjadi

    r

    Dil x

    = ln

    2

    (2.5)

    GMR adalah suatu radius fiktif yang lebih kecil dari radius fisik

    konduktor. Radius fiktif (GMR) ini kita anggap sebagai radius

    konduktor manakala kita berbicara tentang fluksi magnet sekitar

    konduktor. Dengan r yang lebih kecil dari r ini, kita telahmemperhitungkan adanya fluksi magnet di dalam konduktor.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    57/235

    Saluran Transmisi

    50 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    2.1.2.1. Sistem Dua Konduktor

    Kita perhatikan suatu saluran daya listrik yang terdiri dari dua

    konduktor, satu adalah saluran kirim dan satu lagi saluran balik.Saluran kirim dialiri arus i sedangkan saluran balik juga dialiri

    arus i tetapi dengan arah yang berlawanan; hal ini digambarkan

    pada Gb.2.1. Kita pandang sistem dua konduktor ini sebagai satu

    segmen dari loop yang sangat panjang. Pada ujung-ujung

    segmen loop ini terdapat tegangan di antara kedua konduktor,

    yaitu AA vv dan .

    Jika panjang segmen ini adalah l maka arus iA di saluran A

    memberikan fluksi lingkup menembus bidang segmen loop inisebesar

    A

    ANAAN

    r

    Dli

    = ln

    21 (2.6.a)

    Arus iA di saluran balik N memberikan fluksi lingkup sebesar

    N

    ANAAN

    r

    Dli

    = ln

    22 (2.6.b)

    Di ruang antara A dan N, fluksi 1AN dan 2AN saling menguatkan sehinggafluksi lingkup total menjadi

    NA

    ANAAAAN

    rr

    Dli

    =+=

    2

    21 ln2

    (2.6.c)

    AN adalah fluksi lingkup konduktorA-N yang ditimbulkan oleh iA, dan

    Gb.2.1. Saluran kirim A dan saluran balik N.

    N

    A

    N

    AAi

    Ai

    Av Av

    Nkonduktor:

    Akonduktor:

    NkeAjarak:

    GMRr

    GMRr

    D

    N

    A

    AN

    A

    AND

    N

    Fluksi saling

    menguatkan

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    58/235

    Saluran Transmisi

    51

    merupakan fluksi sendiri yang akan memberikan induktansi

    sendiri LAA.

    2.1.2.2. Sistem Tiga Konduktor

    Kita lihat sekarang sistem tiga konduktor, saluran kirim A dan B

    serta saluran balik N, seperti terlihat pada Gb.2.2. Arus iAdan iB

    masing-masing mengalir di A dan B sedang di N mengalir arus

    balik )( BA ii + . Kita akan menghitung fluksi lingkup segmenloop yang menjadi perhatian kita yaitu fluksi lingkup pada

    segmen loop yang dibentuk oleh saluran A dan saluran balik N.

    Dalam situasi ini arus iA di konduktor A dan arus balik (iA+iB) di

    N memberikan fluksi lingkup sebesar

    N

    ANBA

    A

    ANAANB

    r

    Dlii

    r

    Dli

    ++

    = ln

    2

    )(ln

    21 (2.7.a)

    Sementara itu arus iBdi konduktor B juga memberikan fluksi

    B

    BNB

    B

    ABBANB

    r

    Dli

    r

    Dli

    +

    = ln

    2ln

    22 (2.7.b)

    Karena arus iB searah dengan iA maka suku pertama (2.7.b)memperlemah fluksi antara A dan B, sedangkan suku ke-dua

    memperkuat fluksi antara B dan N. Fluksi lingkup antara A dan

    N dengan kehadiran B menjadi

    +

    +

    +

    =

    +=

    B

    BN

    B

    AB

    N

    ANB

    N

    AN

    A

    ANA

    ANBANBANB

    r

    D

    r

    D

    r

    Dli

    r

    D

    r

    Dlilnlnln

    2lnln

    2

    21

    Gb.2.2. Saluran kirim A dan B, dan

    saluran balik N

    A

    B

    N

    A

    B

    N

    Ai

    Bi

    BA ii +

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    59/235

    Saluran Transmisi

    52 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    atau

    +

    =

    ABN

    BNANB

    NA

    ANAANB

    Dr

    DDli

    rr

    Dliln

    2ln

    2

    2

    (2.7.c)

    ANB adalah fluksi lingkup segmen loop A-N dengan kehadiranarus di konduktor B yang jika kita bandingkan dengan (2.6.c)

    terlihat bahwa suku ke-dua (2.7.c) adalah tambahan yang

    disebabkan oleh adanya arus iB.

    Kita lihat sekarang fluksi lingkup segmen loop B-N antara

    konduktor B dan N. Fluksi lingkup yang ditimbulkan oleh arus

    di B dan arus di N adalah

    N

    BNAB

    B

    BNBBNA

    r

    Dlii

    r

    Dli

    ++

    = ln

    2

    )(ln

    21 (2.8.a)

    dan fluksi yang ditimbulkan oleh iA yang memperkuat fluksi

    1BNA adalah

    AB

    ANA

    A

    AB

    A

    ANABNA

    D

    Dli

    r

    D

    r

    Dliln

    2lnln

    22

    =

    = (2.8.b)

    sehingga fluksi lingkup konduktor B-N menjadi

    NAB

    ANBNA

    NB

    BNBBNABNABNA

    rD

    DDli

    rr

    Dli

    +

    =+= ln

    2ln

    2

    2

    21 (2.8.c)

    Kita lihat bahwa formulasi (2.8.c) mirip dengan (2.7.c); suku

    pertama adalah fluksi yang ditimbulkan oleh arus iB sedangkan

    suku kedua adalah tambahan yang disebabkan oleh arus iA.

    2.2.1.3. Sistem Empat Konduktor

    Dengan cara yang sama, kita menghitung fluksi-fluksi lingkup

    pada sistem empat konduktor dengan tiga konduktor A, B, dan C

    masing-masing dengan arus iA,iB, dan iC, dan konduktor balik N

    dengan arus )( CBA iii ++ seperti terlihat pada Gb.2.3.

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    60/235

    Saluran Transmisi

    53

    Fluksi lingkup konduktor A-N, B-N, dan C-N adalah:

    +

    +

    =

    +

    +

    +++

    =

    ACN

    CNANC

    ABN

    BNANB

    NA

    ANA

    C

    ACC

    C

    CNC

    B

    ABB

    B

    BNB

    N

    ANCBA

    A

    ANAAN

    Dr

    DDi

    Dr

    DDi

    rr

    Di

    l

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Diii

    r

    Di

    l

    lnlnln2

    lnln2

    lnln2

    ln)(ln2

    2

    (2.9.a)

    ++

    +

    =

    +

    +

    +++

    =

    BCN

    CNBNC

    NB

    BNB

    ABN

    ANBNA

    C

    BCC

    C

    CNC

    A

    ABA

    A

    ANA

    N

    BNCBA

    B

    BNBBN

    Dr

    DDi

    rr

    Di

    Dr

    DDi

    l

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Diii

    r

    Di

    l

    lnlnln2

    lnln2

    lnln2

    ln)(ln2

    2

    (2.9.b)

    +

    +

    =

    +

    +

    +++

    =

    NC

    CNC

    BCN

    BNCNB

    ACN

    ANCNA

    B

    BCB

    B

    BNB

    A

    ACA

    A

    ANA

    N

    CNCBA

    A

    CNCCN

    rr

    Di

    Dr

    DDi

    Dr

    DDi

    l

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Di

    r

    Diii

    r

    Di

    l

    2

    lnlnln2

    lnln2

    lnln2

    ln)(ln2

    (2.9.c)

    Gb.2.3. Sistem empat konduktor.

    A

    B

    C

    N

    A

    B

    C

    N

    ANv

    BNv

    CNv

    ANv

    BNv

    CNv

    Bi

    Ci

    CBA iii ++

    NC,B,A,:,;konduktor;dankonduktorjarak: jiiGMRrjiD iij =

  • 7/31/2019 Analisa Sistem Tenaga (Sutt)

    61/235

    Saluran Transmisi

    54 Sudaryatno Sudirham,Analisis Rangkaian Listrik(3)

    Penurunan relasi (2.9) sudah barang tentu tidak terbatas hanya untuk

    empat konduktor. Akan tetapi dalam pembahasan ini kita

    mengaitkannya dengan keperluan kita untuk meninjau sistem tiga-

    fasa. Oleh karena itu kita batasi tinjauan pada sistem empat

    konduktor. Dalam bentuk matriks, (2.9) dapat kita tuliskan sebagai

    =

    C

    B

    A

    NC

    CN

    BCN

    BNCN

    ACN

    ANCN

    BCN

    CNBN

    NB

    BN

    ABN

    ANBN

    ACN

    CNAN

    ABN

    BNAN

    NA

    AN

    CN

    BN

    AN

    i

    i

    i

    rr

    D

    Dr

    DD

    Dr

    DD

    Dr

    DD

    rr

    D

    Dr

    DD

    Dr

    DD

    Dr

    DD

    rr

    D

    l

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    ln2

    2

    2

    2

    (2.10)

    Turunan terhadap waktu dari fluksi lingkup memberikan tegangan

    imbas

    =

    dt

    didt

    didt

    di

    rr

    D

    Dr

    DD

    Dr

    DDDr

    DD

    rr

    D