Analisa Ratio 2

17
MODUL 04 ANALISIS RASIO KEUANGAN A. Metode Rasio Keuangan Bentuk Rasio Keuangan 1. Liquidity ratio Alat ukur kemampuan perusahaan ketika mengalami financial distress. 2. Asset management ratio Alat ukur efektivitas dalam menggunakan asset. 3. Debt management ratio Alat analisis melalui pinjaman. Rasio ini dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan perusahaan 4. Profitability ratio Alat ukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. 5. Market value ratio Alat ukur kinerja perusahaan di pasar yang dicerminkan melalui harga pasar saham. LIQUIDITY RATIO Current Ratio = Rasio lancar menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar ( hutang-hutang lancar jangka pendek ). Current ratio sebesar 2 : 1 misalnya, memberikan indikasi bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki Rp. 2 aktiva lancar ( PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB us Zainul Arifin SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 1

Transcript of Analisa Ratio 2

Page 1: Analisa Ratio 2

MODUL 04

ANALISIS RASIO KEUANGAN

A. Metode Rasio Keuangan

Bentuk Rasio Keuangan

1. Liquidity ratio

Alat ukur kemampuan perusahaan ketika mengalami financial distress.

2. Asset management ratio

Alat ukur efektivitas dalam menggunakan asset.

3. Debt management ratio

Alat analisis melalui pinjaman. Rasio ini dapat dijadikan sebagai indikator

kesehatan perusahaan

4. Profitability ratio

Alat ukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.

5. Market value ratio

Alat ukur kinerja perusahaan di pasar yang dicerminkan melalui harga pasar

saham.

LIQUIDITY RATIO

Current Ratio =

Rasio lancar menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan

membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar ( hutang-hutang lancar

jangka pendek ).

Current ratio sebesar 2 : 1 misalnya, memberikan indikasi bahwa perusahaan

yang bersangkutan memiliki Rp. 2 aktiva lancar ( current assets ) untuk menutup

setiap Rp. 1 hutang lancar ( current liabilities ).

Quick Ratio or Acid Test Ratio =

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 1

Page 2: Analisa Ratio 2

Acid test ratio atau sering pula disebut Quick ratio merupakan indikator pengukuran

likuiditas perusahaan yang lebih ketat.

Dalam perhitungan, inventories, yang umumnya bukan merupakan aktiva likuid,

tidak dimasukkan sebagai aktiva lancar. Oleh karena itu, rasio ini menunjukkan secara

lebih tepat bagaimana hutang lancar ditutup dengan aktiva yang lebih likuid seperti kas,

dan aktiva-aktiva lainnya yang lebih likuid. Pengecualian inventories ini dari current

assets adalah karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dialihkan menjadi

uang tunai.

Cash Ratio =

ASSET MANAGEMENT RATIO

Day Sales Outstanding =

DSO = ACP (Average Collection Period)

Account Receivables Turnover =

Inventory Turnover =

Inventory Turnover =

Fixed Assets Turnover =

Total Assets TurnOver =

DEBT MANAGEMENT RATIO

Debt to Equity Ratio / Rasio Hutang

Rasio hutang menunjukkan berapa banyak hutang termasuk hutang jangka

pendek dan hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aset-aset

perusahaan, yang diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total

aktiva perusahaan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 2

Page 3: Analisa Ratio 2

Times Interest Earnet =

PROFITABIILTY RATIO

Rasio ini adalah hasil akhir operasi suatu perusahaan untuk satu periode dan

merupakan indikator yang efektif untuk menarik kesimpulan mengenai kemampuan

manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan, yang diukur dengan

membandingkan laba usaha terhadap penjualan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Operating profit margin1 :

1. Jumlah unit produk yang dijual jika biaya perusahaan dan beban bersifat tetap.

2. Rata-rata harga jual tiap unit produk.

3. Beban produksi atau beban perolehan produk perusahaan.

4. Kemampuan dalam mengendalikan beban administrasi dan umum.

5. Kemampuan mengendalikan beban pemasaran dan distribusi produk

perusahaan.

Return on Total Assets =

Return on Common Equity =

Tingkat pengembalian saham biasa menunjukkan rata-rata penghitungan

pengembalian atas investasi pemegang saham, yang diukur dengan

membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa.

MARKET VALUE RATIO

Price/Earning (P/E) =

1

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 3

Page 4: Analisa Ratio 2

Market/Book =

Keterangan :

Book Value Per Share =

Earning Per Share = EPS =

Dividends Per Share = DPS =

Dividends Payout Ratio = DPR =

Retained Earnings = R/E = Net Income – Dividend available for Common Stock

Retention Ratio = ( 1-DPR )

Total Common Equity = Common Stock + Paid in Capital + Retained Earnings

Adalah analisis fundamental yang banyak digunakan oleh analis dan investor

yang berpengalaman. Konsep relative valuation adalah membuat perbandingan

sehingga didapatkan nilai intrinsik dari perusahaan. Pada konsep lain, seperti teknik

discounted cash flow ditemui beberapa kesulitan dalam aplikasinya, yang

mengakibatkan kesalahan dalam menghitung nilai intrinsik perusahaan. Relative

valuation menggunakan benchmarks dalam aplikasinya, seperti market, industri, atau

data historis perusahaan.

a. Price to Book Value

Ada beberapa alasan investor menggunakan rasio ini dalam analisis investasi.

Pertama, karena nilai book value relatif stabil. Kemudian yang kedua karena adanya

standar akuntansi yang sama pada setiap perusahaan dalam penggunaannya, sehingga

bisa dibandingkan nilainya antar perusahaan, apakah suatu saham undervalued atau

overvalued2. Suatu saham disebut undervalued bilamana harga sahamnya di bawah

nilai buku perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya saham dikatakan overvalued

apabila harganya melebihi nilai buku. Untuk mengetahui apakah suatu saham termasuk

undervalued atau overvalued dapat digunakan formula berikut :

2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 4

Page 5: Analisa Ratio 2

Book value atau nilai buku pada dasarnya adalah adalah nilai riil suatu saham.

Nilai buku suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara membagi seluruh modal

sendiri perusahaan dengan semua saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh.

b. Price Earning Ratio

Rasio ini digunakan secara luas oleh pelaku pasar modal untuk menilai suatu

harga saham. Pada prinsipnya price earning ratio memberikan indikasi mengenai jangka

waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan

keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Rasio ini menggambarkan

kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba

perusahaan. Price earning ratio dihitung dengan formula berikut :

Hasil rasio 14,5 misalnya, berarti bahwa saham perusahaan yang bersangkutan (

pada saat itu ) dijual dengan harga 14,5 kali dari EPS, atau dengan kata lain investor

membayar Rp. 14,5 untuk setiap Rp. 1 laba perusahaan. Sampai saat ini belum ada

kesepakatan penuh mengenai nilai PER yang dianggap ideal atas harga saham suatu

perusahaan3. Rasio ini dapat memberi informasi bahwa semakin kecil nilai PER maka

semakin rendah pula harga saham karena semakin cepat jangka waktu pengembalian

dana investasi.

Bentuk Analisis Laporan Keuangan lainnya

1. Analytical Hierarchy Process ( AHP )

AHP dikembangkan pada musim semi 1970 di Amerika serikat. Awalnya AHP

digunakan untuk menghadapi masalah perencanaan militer dalam menghadapi berbagai

kemungkinan. Selanjutnya diaplikasikan dalam pengembangan rencana transportasi

untuk Sudan. Segera setelah itu, aplikasi AHP meluas ke pemerintah dan perusahaan,

baik di Amerika maupun luar Amerika termasuk Indonesia. Thomas L. Saaty adalah

orang yang pertama kali mengenalkan AHP.

3

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 5

Page 6: Analisa Ratio 2

AHP digunakan sebagai metode untuk membuat peringkat dari beberapa alternatif

keputusan dan menentukan satu yang terbaik diantaranya ketika si pembuat keputusan

memiliki beberapa kriteria yang dapat mendasari keputusan yang akan diambilnya.

AHP terdiri dari tiga level hirarki, level hirarki yang pertama adalah tujuan dari

pengambilan keputusan, pada kasus diatas adalah untuk memilih mobil yang akan

dibeli. Level hirarki yang kedua adalah bagaimana kontribusi dari empat kriteria diatas

terhadap pencapaian tujuan. Level hirarki terakhir adalah kita akan mencari tahu

bagaimana kontribusi dari tiap alternatif terhadap setiap kriteria.

Secara umum, langkah-langkah dalam pembuatan keputusan dengan menggunakan

AHP adalah sebagai berikut4 :

1. Buat pairwise comparison matrix untuk setiap alternatif keputusan terhadap

setiap kriteria

2. Synthesization

3. Buat pairwise comparison matrix untuk setiap kriteria

4. Hitung the normalized matrix

5. Buat the preference vector

6. Hitung nilai keseluruhan untuk setiap alternatif keputusan

7. Buat peringkat dari alternatif berdasarkan nilai pada langkah sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya kita akan mencoba untuk melakukan demonstrasi AHP

dengan menggunakan kasus di atas, yaitu seseorang yang akan membeli sebuah mobil

dan ia dihadapkan pada beberapa pilihan atau alternatif, yaitu mobil A, B, dan C. Kriteria

yang dia miliki adalah harga, kenyamanan, konsumsi bahan bakar dan performa dari

masing-masing mobil.

4

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 6

Page 7: Analisa Ratio 2

Gambar 1. Model Pembuatan Keputusan dengan AHP

Pada langkah yang pertama, pengambil keputusan menilai kontribusi setiap

alternatif terhadap kriteria dengan menggunakan pairwise comparisons. Dalam pairwise

comparisons, pengambil keputusan membandingkan dua alternatif terhadap satu kriteria

yang mengindikasikan preferensinya. Perbandingan ini menggunakan value / scale

untuk membedakan tingkat atau level preferensi.

Bentuk skala rasio seperti dibawah ini merupakan input dalam model AHP

sekaligus menyatakan persepsi seseorang dalam menghadapi masalah pengambilan

keputusan. Angka-angka rasio itu kemudian diorganisir dalam sebuah matriks yang

disebut matriks pairwise comparison ( matriks perbandingan ). Oleh karena

keterbatasan otak manusia, maka skala rasio tersebut juga dibatasi dalam model AHP

ditentukan batas 1 – 9 dan dianggap cukup mewakili persepsi manusia.

Adapun alasan mengapa model AHP membatasi skala 1 – 9 adalah berdasar

penelitian yang dilakukan seorang ahli psikologis ( Miller, 1956 ) menunjukkan bahwa

manusia tidak dapat secara simultan membandingkan lebih dari tujuh objek ( tambah

atau kurang dua )5. Pada kondisi seperti itu manusia akan kehilangan konsistensinya

dalam melakukan perbandingan. Di samping itu, berdasar penelitian yang dilakukan

terhadap mahasiswa ekstensi FEUI ( Bambang, 1992 ) untuk menguji daya ingat akan

sejumlah angka yang tidak berurutan dimulai dari satu angka, dua angka hingga sepuluh

5

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 7

Membeli Mobil

Harga Kenyamanan Konsumsi Bahan Bakar

Performa

Mobil A Mobil B Mobil C

Page 8: Analisa Ratio 2

angka, menunjukkan bahwa umumnya mereka dapat mengingat empat angka dengan

baik. Namun, mulai lima angka hingga tujuh angka hanya beberapa orang saja yang

bisa mengingatnya. Hasil penelitian ini paling tidak bisa menguatkan kesimpulan di atas

mengenai keterbatasan kemampuan mengingat seorang manusia.

Standard preference scale yang digunakan untuk AHP disajikan dalam tabel

berikut :

Preference LevelNumerical

Value

Equally preferred 1

Equally to moderately preferred 2

Moderately preferred 3

Moderately to strongly preferred 4

Strongly preferred 5

Strongly to very strongly preferred 6

Very strongly preferred 7

Very strongly to extremely preferred 8

Extremely preferred 9

Tabel 1. Preference scale for pairwise comparisons

Setiap skala diatas menyatakan perbandingan antara dua item. Sebagai contoh,

jika mobil A adalah “moderately preferred” jika dibandingkan dengan mobil B, maka

skala 3 dapat diberikan sebagai nilai dari perbandingan tersebut, selain itu skala 3 juga

dapat menyatakan preferensi dari pembuat keputusan pada satu kriteria terhadap

kriteria lainnya. Sebaliknya, jika ingin membandingkan antara mobil B terhadap mobil A,

maka si pembuat keputusan tidak perlu lagi untuk memberikan preference scale, tetapi

cukup dengan membalik (invers) skala yang telah dinyatakan sebelumnya, jadi nilai dari

perbandingan antara mobil B terhadap mobil A adalah 1/3.

Perbandingan diatas dilakukan terhadap setiap kriteria mobil yang diinginkan

terhadap alternative mobil yang ada, misalnya harga. Setelah selesai, hasil

perbandingan dapat dinyatakan dalam bentuk matriks seperti di bawah ini.

Tabel 2. Matriks perbandingan harga terhadap tiap alternatif

  Harga

Mobil A B C

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 8

Page 9: Analisa Ratio 2

A 1 3 2

B 1 ∕ 3 1 1 ∕ 5

C 1 ∕ 2 5 1

Untuk perbandingan setiap alternatif terhadap kriteria lain akan disajikan dalam pairwise

comparison matrix berikut :

Tabel 2.3.

Matriks

Gambar 2. perbandingan tiap kriteria terhadap alternative

Langkah selanjutnya adalah synthesization, pada tahap ini akan ditentukan nilai

preferensi dengan cara menjumlahkan setiap nilai pada pairwise comparison matrix.

Penjumlahan nilai pada kriteria harga ditampilkan seperti di bawah ini :

Tabel 3. Penjumlahan nilai pairwise comparison

Lalu setiap nilai pada masing-masing kolom dibagi dengan jumlah yang telah

dihitung sebelumnya, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 9

Kenyamanan

A1 6

1 ∕

3

B

1 ∕

61

1 ∕

9

C 3 9 1

Performa

A1

1 ∕

3

1 ∕

2

B 3 1 4

C2

1 ∕

41

Konsumsi BBM

A1

1 ∕

31

B 3 1 7

C1

1 ∕

71

  Harga

Mobil A B C

A 1 3 2

B 1 ∕ 3 1 1 ∕ 5

C 1 ∕ 2 5 1

Jumlah 11 ∕ 6 9 16 ∕ 5

  Harga

Mobil A B C

A 6 / 11 3 / 9 5 / 8

B 2 / 11 1 / 9 1 / 16

C 3 / 11 5 / 9 5 / 16

Page 10: Analisa Ratio 2

Tabel 4. Hasil pembagian pairwise comparison

Setiap kolom diatas jika dijumlahkan maka hasilnya adalah 1. Nilai-nilai pada

matriks di atas kita rubah ke bentuk desimal agar kita dapat mencari rata-rata nilai pada

tiap baris ( normalized matrix ), hasilnya sebagai berikut :

  Harga  

Mobil A B C

Row

average

A 0.5455 0.3333 0.625 0.5012

B 0.1818 0.1111 0.0625 0.1185

C 0.2727 0.5566 0.3125 0.3803

        1

Tabel 5. Pairwise comparison dalam bentuk decimal

Dari kolom Row Average pada tabel diatas, kita bisa mengambil kesimpulan

bahwa berdasarkan kriteria harga, peringkat preferensi mobil yang diinginkan oleh si

pengambil keputusan adalah mobil A, mobil C dan mobil B.

Kolom Row average tersebut bisa juga kita tulis kan dalam bentuk preference

vector sebagai berikut :

Harga

A 0.5012

B 0.1185

C 0.3803

1

Tabel 6. Preference vector kriteria harga

Preference vectors untuk kriteria lain ditampilkan sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 10

Page 11: Analisa Ratio 2

Tabel 7. Preference vector tiap kriteria

Empat preference vector untuk empat kriteria diatas dapat kita sajikan dalam

sebuah preference matrix seperti di bawah ini :

  Kriteria  

Mobil Harga Kenyamanan Konsumsi BBM Performa

A 0.5012 0.2819 0.1780 0.1561

B 0.1185 0.0598 0.6850 0.6196

C 0.3803 0.6583 0.1360 0.2243

Tabel 8. Preference matrix dari semua kriteria

Berikutnya adalah membuat pairwise comparison matrix untuk setiap kriteria.

Matriks ini dibuat dengan berdasarkan preference scale pada tabel 9.

Kriteria Harga Kenyamanan

Konsumsi

BBM Performa

Harga 1 1 / 5 3 4

Kenyamanan 5 1 9 7

Konsumsi

BBM 1 / 3 1 / 9 1 2

Performa  1 / 4  1 / 7  1 / 2 1 

Tabel 9. Pairwise comparison matrix tiap kriteria

Selanjutnya adalah membuat normalized matrix dengan data pada pairwise

comparison matrix, hasilnya adalah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 11

Konsumsi

BBM

A 0.1780

B 0.6850

C 0.1360

Performa

A 0.1561

B 0.6196

C 0.2243

Kenyamanan

A 0.2819

B 0.0598

C 0.6583

Page 12: Analisa Ratio 2

Kriteria Harga Kenyamanan

Konsumsi

BBM Performa

Row

Averages

Harga 0.1519 0.1375 0.2222 0.2857 0.1993

Kenyamanan 0.7595 0.6878 0.6667 0.5000 0.6535

Konsumsi

BBM 0.0506 0.0764 0.0741 0.1429 0.0860

Performa 0.0380 0.0938 0.0370 0.0714 0.0612

          1

Tabel 10. Normalized matrix

Preference vector dari matriks diatas :

Kriteria

Harga 0.1993

Kenyamanan 0.6535

Konsumsi BBM 0.0860

Performa 0.0612

Tabel 11. Preference vector dari criteria

Langkah terakhir adalah membuat peringkat dari alternatif dengan cara

mengalikan preference matrix dibawah ini dengan preference vector ( perkalian

matriks ).

  Kriteria  

Mobil Harga Kenyamanan Konsumsi BBM Performa

A 0.5012 0.2819 0.1780 0.1561

B 0.1185 0.0598 0.6850 0.6196

C 0.3803 0.6583 0.1360 0.2243

Tabel 12. Hasil perkalian preference vector dengan preference matrix

Berdasarkan perhitungan, maka peringkat terakhir dari alternatif adalah sebagai

berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 12

Page 13: Analisa Ratio 2

Mobil Score

C 0.5314

A 0.3091

B 0.1595

  1

Tabel 13. Peringkat akhir alternatif

Pendekatan analisis rasio keuangan

Suatu nilai rasio yang telah dihitung akan mempunyai makna jika rasio itu

mempunyai nilai pembandingnya. Perbendingan analisis dapat dilakukan dengan dua

pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan vertikal (time series)

Adalah analisis rasio yang dilakukan dengan membandingkan rasio sejenis dari

satu perusahaan tertentu berdasarkan laporan keuangan dari periode berbeda.

Misalkan current ratio tahun 20X1 dengan tahun 20X2 untuk perusahaan yang

sama.

2. Pendekatan horizontal (cross section)

Adalah analsis rasio yang dilakukan dengan membandingkan rasio sejenis antara

satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, atau dengan industrinya, pada

periode yang sama. Misalkan debt ratio perusahaan dibandingkan dengan

industrinya untuk laporan keuangan tahun yang sama.

Kelemahan analisis rasio:

Analisis rasio adalah bentuk analsis keuangan yang paling mudah dan sederhana.

Namun dalam penggunaannya harus hati-hati. Beberapa kelemahan dari analsis rasio

adalah:

1. Laporan keuangan tidak lepas dari bias yang dapat disebabkan oleh pihak yang

membuat laporan itu sendiri. Misalkan kesalahan dalam melakukan sampel data.

Kelemahan itu berakibat pada hasil yang tidak valid, sehingga rasio yang

dihasilkannya juga tidak valid.

2. Jika analisis dilakukan dengan pendekatan vertikal, terjadi bias terhadap nilai waktu

dari uang karena menyusutnya nilai tukar dari uang.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 13

Page 14: Analisa Ratio 2

3. Jika analsis dilakukan dengan pendekatan horizontal, maka laporan keuangan dari

dua perusahaan yang dibandingkan harus menggunakan metode pencatatan

akuntansi yang sama, jika tidak menjadi bias.

4. Window dressing.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 14