Analisa Ratio 2
-
Upload
arif-mulyono -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Analisa Ratio 2
MODUL 04
ANALISIS RASIO KEUANGAN
A. Metode Rasio Keuangan
Bentuk Rasio Keuangan
1. Liquidity ratio
Alat ukur kemampuan perusahaan ketika mengalami financial distress.
2. Asset management ratio
Alat ukur efektivitas dalam menggunakan asset.
3. Debt management ratio
Alat analisis melalui pinjaman. Rasio ini dapat dijadikan sebagai indikator
kesehatan perusahaan
4. Profitability ratio
Alat ukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.
5. Market value ratio
Alat ukur kinerja perusahaan di pasar yang dicerminkan melalui harga pasar
saham.
LIQUIDITY RATIO
Current Ratio =
Rasio lancar menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan
membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar ( hutang-hutang lancar
jangka pendek ).
Current ratio sebesar 2 : 1 misalnya, memberikan indikasi bahwa perusahaan
yang bersangkutan memiliki Rp. 2 aktiva lancar ( current assets ) untuk menutup
setiap Rp. 1 hutang lancar ( current liabilities ).
Quick Ratio or Acid Test Ratio =
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 1
Acid test ratio atau sering pula disebut Quick ratio merupakan indikator pengukuran
likuiditas perusahaan yang lebih ketat.
Dalam perhitungan, inventories, yang umumnya bukan merupakan aktiva likuid,
tidak dimasukkan sebagai aktiva lancar. Oleh karena itu, rasio ini menunjukkan secara
lebih tepat bagaimana hutang lancar ditutup dengan aktiva yang lebih likuid seperti kas,
dan aktiva-aktiva lainnya yang lebih likuid. Pengecualian inventories ini dari current
assets adalah karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dialihkan menjadi
uang tunai.
Cash Ratio =
ASSET MANAGEMENT RATIO
Day Sales Outstanding =
DSO = ACP (Average Collection Period)
Account Receivables Turnover =
Inventory Turnover =
Inventory Turnover =
Fixed Assets Turnover =
Total Assets TurnOver =
DEBT MANAGEMENT RATIO
Debt to Equity Ratio / Rasio Hutang
Rasio hutang menunjukkan berapa banyak hutang termasuk hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aset-aset
perusahaan, yang diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total
aktiva perusahaan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 2
Times Interest Earnet =
PROFITABIILTY RATIO
Rasio ini adalah hasil akhir operasi suatu perusahaan untuk satu periode dan
merupakan indikator yang efektif untuk menarik kesimpulan mengenai kemampuan
manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan, yang diukur dengan
membandingkan laba usaha terhadap penjualan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Operating profit margin1 :
1. Jumlah unit produk yang dijual jika biaya perusahaan dan beban bersifat tetap.
2. Rata-rata harga jual tiap unit produk.
3. Beban produksi atau beban perolehan produk perusahaan.
4. Kemampuan dalam mengendalikan beban administrasi dan umum.
5. Kemampuan mengendalikan beban pemasaran dan distribusi produk
perusahaan.
Return on Total Assets =
Return on Common Equity =
Tingkat pengembalian saham biasa menunjukkan rata-rata penghitungan
pengembalian atas investasi pemegang saham, yang diukur dengan
membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa.
MARKET VALUE RATIO
Price/Earning (P/E) =
1
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 3
Market/Book =
Keterangan :
Book Value Per Share =
Earning Per Share = EPS =
Dividends Per Share = DPS =
Dividends Payout Ratio = DPR =
Retained Earnings = R/E = Net Income – Dividend available for Common Stock
Retention Ratio = ( 1-DPR )
Total Common Equity = Common Stock + Paid in Capital + Retained Earnings
Adalah analisis fundamental yang banyak digunakan oleh analis dan investor
yang berpengalaman. Konsep relative valuation adalah membuat perbandingan
sehingga didapatkan nilai intrinsik dari perusahaan. Pada konsep lain, seperti teknik
discounted cash flow ditemui beberapa kesulitan dalam aplikasinya, yang
mengakibatkan kesalahan dalam menghitung nilai intrinsik perusahaan. Relative
valuation menggunakan benchmarks dalam aplikasinya, seperti market, industri, atau
data historis perusahaan.
a. Price to Book Value
Ada beberapa alasan investor menggunakan rasio ini dalam analisis investasi.
Pertama, karena nilai book value relatif stabil. Kemudian yang kedua karena adanya
standar akuntansi yang sama pada setiap perusahaan dalam penggunaannya, sehingga
bisa dibandingkan nilainya antar perusahaan, apakah suatu saham undervalued atau
overvalued2. Suatu saham disebut undervalued bilamana harga sahamnya di bawah
nilai buku perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya saham dikatakan overvalued
apabila harganya melebihi nilai buku. Untuk mengetahui apakah suatu saham termasuk
undervalued atau overvalued dapat digunakan formula berikut :
2
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 4
Book value atau nilai buku pada dasarnya adalah adalah nilai riil suatu saham.
Nilai buku suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara membagi seluruh modal
sendiri perusahaan dengan semua saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh.
b. Price Earning Ratio
Rasio ini digunakan secara luas oleh pelaku pasar modal untuk menilai suatu
harga saham. Pada prinsipnya price earning ratio memberikan indikasi mengenai jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Rasio ini menggambarkan
kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba
perusahaan. Price earning ratio dihitung dengan formula berikut :
Hasil rasio 14,5 misalnya, berarti bahwa saham perusahaan yang bersangkutan (
pada saat itu ) dijual dengan harga 14,5 kali dari EPS, atau dengan kata lain investor
membayar Rp. 14,5 untuk setiap Rp. 1 laba perusahaan. Sampai saat ini belum ada
kesepakatan penuh mengenai nilai PER yang dianggap ideal atas harga saham suatu
perusahaan3. Rasio ini dapat memberi informasi bahwa semakin kecil nilai PER maka
semakin rendah pula harga saham karena semakin cepat jangka waktu pengembalian
dana investasi.
Bentuk Analisis Laporan Keuangan lainnya
1. Analytical Hierarchy Process ( AHP )
AHP dikembangkan pada musim semi 1970 di Amerika serikat. Awalnya AHP
digunakan untuk menghadapi masalah perencanaan militer dalam menghadapi berbagai
kemungkinan. Selanjutnya diaplikasikan dalam pengembangan rencana transportasi
untuk Sudan. Segera setelah itu, aplikasi AHP meluas ke pemerintah dan perusahaan,
baik di Amerika maupun luar Amerika termasuk Indonesia. Thomas L. Saaty adalah
orang yang pertama kali mengenalkan AHP.
3
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 5
AHP digunakan sebagai metode untuk membuat peringkat dari beberapa alternatif
keputusan dan menentukan satu yang terbaik diantaranya ketika si pembuat keputusan
memiliki beberapa kriteria yang dapat mendasari keputusan yang akan diambilnya.
AHP terdiri dari tiga level hirarki, level hirarki yang pertama adalah tujuan dari
pengambilan keputusan, pada kasus diatas adalah untuk memilih mobil yang akan
dibeli. Level hirarki yang kedua adalah bagaimana kontribusi dari empat kriteria diatas
terhadap pencapaian tujuan. Level hirarki terakhir adalah kita akan mencari tahu
bagaimana kontribusi dari tiap alternatif terhadap setiap kriteria.
Secara umum, langkah-langkah dalam pembuatan keputusan dengan menggunakan
AHP adalah sebagai berikut4 :
1. Buat pairwise comparison matrix untuk setiap alternatif keputusan terhadap
setiap kriteria
2. Synthesization
3. Buat pairwise comparison matrix untuk setiap kriteria
4. Hitung the normalized matrix
5. Buat the preference vector
6. Hitung nilai keseluruhan untuk setiap alternatif keputusan
7. Buat peringkat dari alternatif berdasarkan nilai pada langkah sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya kita akan mencoba untuk melakukan demonstrasi AHP
dengan menggunakan kasus di atas, yaitu seseorang yang akan membeli sebuah mobil
dan ia dihadapkan pada beberapa pilihan atau alternatif, yaitu mobil A, B, dan C. Kriteria
yang dia miliki adalah harga, kenyamanan, konsumsi bahan bakar dan performa dari
masing-masing mobil.
4
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 6
Gambar 1. Model Pembuatan Keputusan dengan AHP
Pada langkah yang pertama, pengambil keputusan menilai kontribusi setiap
alternatif terhadap kriteria dengan menggunakan pairwise comparisons. Dalam pairwise
comparisons, pengambil keputusan membandingkan dua alternatif terhadap satu kriteria
yang mengindikasikan preferensinya. Perbandingan ini menggunakan value / scale
untuk membedakan tingkat atau level preferensi.
Bentuk skala rasio seperti dibawah ini merupakan input dalam model AHP
sekaligus menyatakan persepsi seseorang dalam menghadapi masalah pengambilan
keputusan. Angka-angka rasio itu kemudian diorganisir dalam sebuah matriks yang
disebut matriks pairwise comparison ( matriks perbandingan ). Oleh karena
keterbatasan otak manusia, maka skala rasio tersebut juga dibatasi dalam model AHP
ditentukan batas 1 – 9 dan dianggap cukup mewakili persepsi manusia.
Adapun alasan mengapa model AHP membatasi skala 1 – 9 adalah berdasar
penelitian yang dilakukan seorang ahli psikologis ( Miller, 1956 ) menunjukkan bahwa
manusia tidak dapat secara simultan membandingkan lebih dari tujuh objek ( tambah
atau kurang dua )5. Pada kondisi seperti itu manusia akan kehilangan konsistensinya
dalam melakukan perbandingan. Di samping itu, berdasar penelitian yang dilakukan
terhadap mahasiswa ekstensi FEUI ( Bambang, 1992 ) untuk menguji daya ingat akan
sejumlah angka yang tidak berurutan dimulai dari satu angka, dua angka hingga sepuluh
5
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 7
Membeli Mobil
Harga Kenyamanan Konsumsi Bahan Bakar
Performa
Mobil A Mobil B Mobil C
angka, menunjukkan bahwa umumnya mereka dapat mengingat empat angka dengan
baik. Namun, mulai lima angka hingga tujuh angka hanya beberapa orang saja yang
bisa mengingatnya. Hasil penelitian ini paling tidak bisa menguatkan kesimpulan di atas
mengenai keterbatasan kemampuan mengingat seorang manusia.
Standard preference scale yang digunakan untuk AHP disajikan dalam tabel
berikut :
Preference LevelNumerical
Value
Equally preferred 1
Equally to moderately preferred 2
Moderately preferred 3
Moderately to strongly preferred 4
Strongly preferred 5
Strongly to very strongly preferred 6
Very strongly preferred 7
Very strongly to extremely preferred 8
Extremely preferred 9
Tabel 1. Preference scale for pairwise comparisons
Setiap skala diatas menyatakan perbandingan antara dua item. Sebagai contoh,
jika mobil A adalah “moderately preferred” jika dibandingkan dengan mobil B, maka
skala 3 dapat diberikan sebagai nilai dari perbandingan tersebut, selain itu skala 3 juga
dapat menyatakan preferensi dari pembuat keputusan pada satu kriteria terhadap
kriteria lainnya. Sebaliknya, jika ingin membandingkan antara mobil B terhadap mobil A,
maka si pembuat keputusan tidak perlu lagi untuk memberikan preference scale, tetapi
cukup dengan membalik (invers) skala yang telah dinyatakan sebelumnya, jadi nilai dari
perbandingan antara mobil B terhadap mobil A adalah 1/3.
Perbandingan diatas dilakukan terhadap setiap kriteria mobil yang diinginkan
terhadap alternative mobil yang ada, misalnya harga. Setelah selesai, hasil
perbandingan dapat dinyatakan dalam bentuk matriks seperti di bawah ini.
Tabel 2. Matriks perbandingan harga terhadap tiap alternatif
Harga
Mobil A B C
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 8
A 1 3 2
B 1 ∕ 3 1 1 ∕ 5
C 1 ∕ 2 5 1
Untuk perbandingan setiap alternatif terhadap kriteria lain akan disajikan dalam pairwise
comparison matrix berikut :
Tabel 2.3.
Matriks
Gambar 2. perbandingan tiap kriteria terhadap alternative
Langkah selanjutnya adalah synthesization, pada tahap ini akan ditentukan nilai
preferensi dengan cara menjumlahkan setiap nilai pada pairwise comparison matrix.
Penjumlahan nilai pada kriteria harga ditampilkan seperti di bawah ini :
Tabel 3. Penjumlahan nilai pairwise comparison
Lalu setiap nilai pada masing-masing kolom dibagi dengan jumlah yang telah
dihitung sebelumnya, maka akan didapat hasil sebagai berikut :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 9
Kenyamanan
A1 6
1 ∕
3
B
1 ∕
61
1 ∕
9
C 3 9 1
Performa
A1
1 ∕
3
1 ∕
2
B 3 1 4
C2
1 ∕
41
Konsumsi BBM
A1
1 ∕
31
B 3 1 7
C1
1 ∕
71
Harga
Mobil A B C
A 1 3 2
B 1 ∕ 3 1 1 ∕ 5
C 1 ∕ 2 5 1
Jumlah 11 ∕ 6 9 16 ∕ 5
Harga
Mobil A B C
A 6 / 11 3 / 9 5 / 8
B 2 / 11 1 / 9 1 / 16
C 3 / 11 5 / 9 5 / 16
Tabel 4. Hasil pembagian pairwise comparison
Setiap kolom diatas jika dijumlahkan maka hasilnya adalah 1. Nilai-nilai pada
matriks di atas kita rubah ke bentuk desimal agar kita dapat mencari rata-rata nilai pada
tiap baris ( normalized matrix ), hasilnya sebagai berikut :
Harga
Mobil A B C
Row
average
A 0.5455 0.3333 0.625 0.5012
B 0.1818 0.1111 0.0625 0.1185
C 0.2727 0.5566 0.3125 0.3803
1
Tabel 5. Pairwise comparison dalam bentuk decimal
Dari kolom Row Average pada tabel diatas, kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa berdasarkan kriteria harga, peringkat preferensi mobil yang diinginkan oleh si
pengambil keputusan adalah mobil A, mobil C dan mobil B.
Kolom Row average tersebut bisa juga kita tulis kan dalam bentuk preference
vector sebagai berikut :
Harga
A 0.5012
B 0.1185
C 0.3803
1
Tabel 6. Preference vector kriteria harga
Preference vectors untuk kriteria lain ditampilkan sebagai berikut :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 10
Tabel 7. Preference vector tiap kriteria
Empat preference vector untuk empat kriteria diatas dapat kita sajikan dalam
sebuah preference matrix seperti di bawah ini :
Kriteria
Mobil Harga Kenyamanan Konsumsi BBM Performa
A 0.5012 0.2819 0.1780 0.1561
B 0.1185 0.0598 0.6850 0.6196
C 0.3803 0.6583 0.1360 0.2243
Tabel 8. Preference matrix dari semua kriteria
Berikutnya adalah membuat pairwise comparison matrix untuk setiap kriteria.
Matriks ini dibuat dengan berdasarkan preference scale pada tabel 9.
Kriteria Harga Kenyamanan
Konsumsi
BBM Performa
Harga 1 1 / 5 3 4
Kenyamanan 5 1 9 7
Konsumsi
BBM 1 / 3 1 / 9 1 2
Performa 1 / 4 1 / 7 1 / 2 1
Tabel 9. Pairwise comparison matrix tiap kriteria
Selanjutnya adalah membuat normalized matrix dengan data pada pairwise
comparison matrix, hasilnya adalah sebagai berikut :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 11
Konsumsi
BBM
A 0.1780
B 0.6850
C 0.1360
Performa
A 0.1561
B 0.6196
C 0.2243
Kenyamanan
A 0.2819
B 0.0598
C 0.6583
Kriteria Harga Kenyamanan
Konsumsi
BBM Performa
Row
Averages
Harga 0.1519 0.1375 0.2222 0.2857 0.1993
Kenyamanan 0.7595 0.6878 0.6667 0.5000 0.6535
Konsumsi
BBM 0.0506 0.0764 0.0741 0.1429 0.0860
Performa 0.0380 0.0938 0.0370 0.0714 0.0612
1
Tabel 10. Normalized matrix
Preference vector dari matriks diatas :
Kriteria
Harga 0.1993
Kenyamanan 0.6535
Konsumsi BBM 0.0860
Performa 0.0612
Tabel 11. Preference vector dari criteria
Langkah terakhir adalah membuat peringkat dari alternatif dengan cara
mengalikan preference matrix dibawah ini dengan preference vector ( perkalian
matriks ).
Kriteria
Mobil Harga Kenyamanan Konsumsi BBM Performa
A 0.5012 0.2819 0.1780 0.1561
B 0.1185 0.0598 0.6850 0.6196
C 0.3803 0.6583 0.1360 0.2243
Tabel 12. Hasil perkalian preference vector dengan preference matrix
Berdasarkan perhitungan, maka peringkat terakhir dari alternatif adalah sebagai
berikut :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 12
Mobil Score
C 0.5314
A 0.3091
B 0.1595
1
Tabel 13. Peringkat akhir alternatif
Pendekatan analisis rasio keuangan
Suatu nilai rasio yang telah dihitung akan mempunyai makna jika rasio itu
mempunyai nilai pembandingnya. Perbendingan analisis dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan vertikal (time series)
Adalah analisis rasio yang dilakukan dengan membandingkan rasio sejenis dari
satu perusahaan tertentu berdasarkan laporan keuangan dari periode berbeda.
Misalkan current ratio tahun 20X1 dengan tahun 20X2 untuk perusahaan yang
sama.
2. Pendekatan horizontal (cross section)
Adalah analsis rasio yang dilakukan dengan membandingkan rasio sejenis antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, atau dengan industrinya, pada
periode yang sama. Misalkan debt ratio perusahaan dibandingkan dengan
industrinya untuk laporan keuangan tahun yang sama.
Kelemahan analisis rasio:
Analisis rasio adalah bentuk analsis keuangan yang paling mudah dan sederhana.
Namun dalam penggunaannya harus hati-hati. Beberapa kelemahan dari analsis rasio
adalah:
1. Laporan keuangan tidak lepas dari bias yang dapat disebabkan oleh pihak yang
membuat laporan itu sendiri. Misalkan kesalahan dalam melakukan sampel data.
Kelemahan itu berakibat pada hasil yang tidak valid, sehingga rasio yang
dihasilkannya juga tidak valid.
2. Jika analisis dilakukan dengan pendekatan vertikal, terjadi bias terhadap nilai waktu
dari uang karena menyusutnya nilai tukar dari uang.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 13
3. Jika analsis dilakukan dengan pendekatan horizontal, maka laporan keuangan dari
dua perusahaan yang dibandingkan harus menggunakan metode pencatatan
akuntansi yang sama, jika tidak menjadi bias.
4. Window dressing.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Zainul Arifin
SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN 14