Analisa Rasio Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Finansial Pada PT. Lippobank Tbk Dan...
description
Transcript of Analisa Rasio Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Finansial Pada PT. Lippobank Tbk Dan...
Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Tingkat Kesehatan
Finansial pada PT. Lippobank Tbk dan Pengaruhnya terhadap
Peningkatan Laba
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikanProgram Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
Universitas Pekalongan
Dyan Herawati S.
NPM : 02.2636.E
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Pembahasan
Industri perbankan memegang peran esensial bagi pertumbuhan
ekonomi nasional. Bank sebagai financial intermediary memiliki posisi
strategis dalam perekonomian. Industri perbankan mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan semakin banyak bank yang
melakukan go public. Perkembangan industri perbankan memberi banyak
kesempatan untuk memilih jenis bank sebagai tempat untuk
mempercayakan pengelolaan uang kita.
Dalam menjalankan usahanya bank melakukannya dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam
bentuk investasi. Fungsi bank sebagai penghimpun dana menjadikan bank
disebut lembaga kepercayaan. Kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank
dipengaruhi oleh kinerja bank bersangkutan, posisi keuangan, kapabilitas,
integritas, kredibilitas, manajemen, serta jaminan keamanan atas dana
nasabah.
Masyarakat sebagai pengguna jasa bank harus lebih selektif dalam
memilih bank, karena jika salah akan berakibat fatal. Salah satu cara untuk
memilih bank adalah dengan mengetahui kesehatan dan kinerja bank
bersangkutan. Dalam Pasal 29 tentang kewajiban bank memelihara tingkat
kesehatan bank dikatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan
2
bank sesuai dengan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian. Dari pasal tersebut kita tahu bahwa tingkat kesehatan
bank dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan tertentu.
Rasio-rasio keuangan tersebut dapat dihitung berdasarkan laporan
keuangan suatu bank yang terdiri dari neraca, laporan komitmen dan
kontijensi, laporan kualitas aktiva produktif, serta laporan laba rugi, Dari
perhitungan rasio-rasio keuangan kita dapat menilai tingkat kesehatan dan
kinerja bank.
Sesuai dengan SK. Direktur Bank Indonesia No. 30/12KEP/Dir dan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/UPPB tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat tanggal 30 April 1997 yaitu
bahwa penilaian tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank yaitu Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif,
Manajemen, Rentabilitas dan Likuiditas .
Penilaian terhadap hasil usaha Bank tersebut diukur dengan lima
indicator yaitu CAMEL.
1. Capital Adequacy ( Permodalan ).
Capital Adequacy atau permodalan yang cukup berkaitan dengan
penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup resiko
3
kerugian yang ditimbulkan dari penanaman dana dalam aktiva produktif,
penanaman benda tetap dan inventaris.
Modal Bank terdiri dari 2 komponen :
a. Modal Inti
Yang terdiri dari modal setor, agio saham, cadangan umum, cadangan
tujuan,laba ditahun, laba tahun lalu dan laba tahun berjalan.
b. Modal Pelengkap
Yang terdiri dari cadangan – cadangan yang dibentuk tidak dari laba,
serta pinjaman yang sifatnya seperti modal.
2. Assets Quality ( Kualitas Aktiva Produktif ).
Aktiva produktif atau sering disebut sebagai Earning Assets adalah
semua aktiva yang dimiliki Bank dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan yang sesuai dengan fungsinya.
Jenis Aktiva Produktif yang ada di PT. Lippo Bank adalah pinjaman
yang diberikan, penempatan dana pada bank lain.
Bank perlu mengukur tingkat Collectibility Aktiva yaitu keadaan
pembayaran kembali pokok , angsuran pokok dan bunga kredit oleh
nasabah. Ada 4 tingkatan Collectibility yaitu lancar, kurang lancar,
diragukan dan macet.
3. Management Risk .
Merupakan inti dari pengukuran apakah sebuah bank telah dikelola
berdasarkan azas – azas Perbankan yang sehat atau tidak sehat.
4
4. Earning Ability ( Rentabilitas ).
Kemampuan Bank dalam menghasilkan keuntungan yang wajar sesuai
dengan Line Business.
5. Liquidity Sufficiency ( Likuiditas ).
Kemampuan Bank untuk memenuhi kewajibannya segera tagih.
Bank merupakan jantung bagi pertumbuhan perekonomian , dan
lembaga kepercayaan masyarakat penyimpan dana, maka untuk itu bank
dituntut untuk sehat sesuai ketentuan Bank Indonesia. Dengan demikian
bank harus menjaga kepercayaan masyarakat tersebut yang tercermin
dari analisis rasio – rasio dalam kriteria CAMEL.
Dari uraian di atas penulis berkeinginan untuk menganalisis tingkat
kesehatan suatu bank dengan judul ANALISIS RASIO KEUANGAN
UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL PADA
PT. LIPPOBANK, Tbk. DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENNGKATAN LABA.
1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Untuk menilai tingkat kesehatan dan kinerja bank terlebih dulu
harus melakukan perhitungan nilai kredit kesehatan bank didasarkan
pada 5 (lima) faktor yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan
Liquidity (CAMEL) yang sesuai dengan SK.DIR.BI.No. 30/KEP/ DIR
Tanggal 30 April 1997. sedangkan penilaian kinerja bank dapat
dianalisis melalui trend perkembangan rasio-rasio keuangan CAMEL.
5
1.2.2.Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah maka penulis hanya
menggunakan 4 faktor yaitu capital, assets, earning dan liquidity.
Masalah management tidak dianalisis karena keterbatasan informasi
yang dimiliki oleh penulis.
1.2.3.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan rasio keuangan PT. LIPPOBANK, Tbk
Periode 2002 – 2006.
2. Bagaimana perkembangan tingkat kesehatan berdasarkan rasio
keuangan PT. LIPPOBANK, Tbk Periode 2002 – 2006.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki tujuan antara lain :
1. Untuk menganalisis hasil rasio keuangan PT. LIPPOBANK, Tbk Periode
2002-2006.
2. Untuk menganalisis tingkat kesehatan PT. LIPPOBANK, Tbk Periode
2002 – 2006.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi layak atau tidaknya bank tersebut dijadikan
investasi kepada masyarakat sebagai pengguna jasa bank terutama
nasabah PT. LIPPOBANK, Tbk.
6
2. Untuk memberikan informasi kepada PT. LIPPOBANK, Tbk sebagai
bahan pengambilan kebijaksanaan di masa mendatang.
3. Sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan yang telah dijalankan
manajemen.
7
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasar penelitian yang berhubungan dengan rasio keuangan
diperoleh hasil :
1. Uswatun Khasanah, tahun 2005 dengan skripsi yang berjudul Analisis
Rasio Keuangan Untuk Menilai Kesehatan Finansial Perbankan pada PT.
Bank Syariah Muamalat, Tbk,
2. Edi Susanto, tahun 2004 dengan skripsi yang berjudul Rasio Keuangan
Sebagai Alat Untuk Menilai Kelayakan Pemberian Kredit Kepada Koperasi
Primkopkar PT. Primatexco Indonesia,
3. Ika Rahmawati, tahun 2006 dengan skripsi yang berjudul Analisis Rasio
Keuangan Untuk Menilai Kesehatan Finansial Perbankan pada PD. BKK
Batang, dinyatakan bahwa :
a. Penelitian – penelitian tersebut menggunakan rasio keuangan dengan
memperhitungkan bobot masing – masing faktor yang dinilai yaitu permodalan ,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
b. Hasil dari penelitian penghitungan rasio keuangan tersebut
menunjukkan tingkat kesehatan bank mengalami peningkatan yang
signifikan.
Berikut tabel penelitian terdahulu :
No. Nama peneliti Judul Alat analisis Hasil penelitian
1. Uswatun Khasanah Analisis rasio CAMEL Perkembangan
8
(2005) keuangan untuk menilai kesehatan finansial perbankan pada PT. Bank Syariah Muamalat, Tbk
tingkat kesehatan Bank Syariah Muamalat, Tbk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kinerja dimana pada tahun 1997 mencapai nilai kredit sebesar 74,2 dengan predikat cukup sehat.
2. Edi Susianto(2004)
Rasio keuangan sebagai alat untuk menilai kelayakan pemberian kredit kepada Koperasi Primkopkar PT. Primatexco Indonesia.
Rasio keuangan:- Rasio Likuiditas- Rasio Leverage- Rasio Aktivitas- Rasio Profitabilitas
Tingkat cash rasio dari tahun 1998 – 2002 sebagai berikut : 30,28%, 51,48%, 70,52%,69,36% dan 73,85%. Hal ini berarti pada tahun 1998 tingkat cash rasio kurang dari 50% artinya tidak memenuhi kriteria kelayakan atau tidak layak untuk diberikan kredit sedangkan untuk tahun 1999 – 2002 cash ratio berada pada lebih dari 50% artinya memenuhi kriteria kelayakan atau layak untuk diberikan kredit.
No. Nama peneliti Judul Alat analisis Hasil penelitian3. Ika Rakhmawati
(2006)Analisis rasio keuangan untuk
CAMEL Perkembangan tingkat kesehatan
9
menilai kesehatan finansial perbankan pada PD. BKK Batang
PD. BKK Batang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kinerja dimana pada tahun 2000 mencapai nilai kredit sebesar 94,2 dengan predikat cukup sehat.
2.2. Landasan Teori
1. Pengertian Bank
Mendengar kata Bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita,
terutama yang hidup di perkotaan. Bahkan di pedesaan sekalipun saat
ini kata Bank bukan merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut
kata Bank setiap orang selalu mengkaitkannya dengan uang, sehingga
selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan Bank
selalu ada kaitanya dengan uang. hal ini tidak salah, karena Bank
memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan, di Negara–negara maju Bank bahkan
sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali
bertransaksi.
Kata Bank berasal dari bahasa Italia Banco, artinya meja yang
dipergunakan untuk penitipan dan penukaran uang di pasar. Pada
dasarnya Bank berfungsi sebagai pengumpul dana, pemberi kredit ,
dan menjadi perantara di dalam lalu lintas pembayaran. Peranan Bank
ini semakin berkembang dan bidang usahanya pun semakin luas.
Sejalan dengan kemajuan peradaban, teknologi informasi dan
globalisasi perekonomian internasional.
Bank merupakan perusahaan yang dinamis yang mendorong
pertumbuhan perekonomian nasional. Usaha Bank bukan saja sebagai
penyimpan dan pemberi kredit, tetapi juga pencipta alat-alat
10
pembayaran, stabilisasi moneter, dan dinamisator pertumbuhan
perekonomian suatu negara. Bahkan Bank mendorong terjalinnya
hubungan perekonomian perdagangan internasional antarnegara di
dunia.
Setiap perusahaan baru akan tumbuh dan berkembang, jika
perusahaan itu memanfaatkan jasa-jasa perbankan. Demikian juga
efektivitas dana akan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan jasa-
jasa perbankan ini.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bagi kita arti dan pentingnya
Bank dalam membanu kehidupan masyarakat, perusahaan, dan
pemerintah. Untuk lebih jelasnya pengertian Bank ini, penulis
kemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana terebut ke masyarakt serta memberikan jasa Bank
lainnya.
Menurut Undang- undang nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang – Undang nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan, mengatakan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi di atas fungsi dari bank dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat atau
penerima kredit. Dalam pengertian bank menerima dana yang
berupa simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka
11
dan rekening giro. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank
melaksanakan operasi Perkreditan secara pasif dengan
menghimpun dana dari pihak ketiga.
b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi
perkreditan secara aktif.
c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan
dan pembayaran uang.
Bank sebagai lembaga perantara (intermediary) dalam sistem
keuangan memiliki beberapa peranan sebagai berikut :
a. Bank sebagai lembaga perantara (intermediasi)
Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan
bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas
perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan
bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke
arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga
keuangan bukan bank merupakan perantara keuangan (Financial
Intermediaris) sebagai prasarana pendukung yang amat vital
untuk menunjang kelancaran perekonomian.
b. Peranan bank dalam sistem keuangan
12
Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran
yang penting dalam sistem keuangan, yaitu :
1) Pengalihan asset (asset transmitation)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan
pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati sumber dana tersebut, diperoleh
dari pemilik dana yaitu dari unit surplus yang jangka waktunya
dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana.
2) Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai
kemudahan kepada pelaku bisnis untuk melakukan transaksi
barang dan jasa.
Produk-produk yang dikeluarkan oleh Bank dan Lembaga
Keuangan bukan bank (giro, tabungan, deposito, dan sebagainya)
merupakan pengganti dari uang dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
3) Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam
bentuk produk-produk berupa giro, deposito, tabungan dan
sebagainya. Produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat
likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas pemilik
dana, mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya.
13
4) Efisiensi (efficiency)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya
transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank dan
lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah
mempertemukan pemilik dan pengguna dana. Lembaga keuangan
memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling
membutuhkan.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap
laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan
informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan
menjadi lebih baik.
Ada beberapa macam pemakai laporan keuangan yang
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Diantaranya adalah :
a. Investor
Para investor berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan,
atau menjual investasi tersebut. Selain itu ,mereka juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam membayar deviden.
b. Kreditor (Pemberi Pinjaman)
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
c. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya
14
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Shareholder’s (para pemegang saham)
Pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai
kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh,
dan penambahan modal untuk bussiness plan selanjutnya.
e. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi yang berkaitan dengan
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika terlibat dalam perjanjian
jangka panjang.
f. Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas
perusahaan. Selain itu untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan
nasional.
g. Karyawan
Karyawan memerlukan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan, sehingga dengan informasi ini memungkinkan mereka
melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
h. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangakaian aktivitasnya.
Pengertian laporan keuangan adalah “kartu skor” periodik
yang memuat hasil investasi operasi dan pembelanjaan perusahaan
(Erich, 1999 : 52).
Laporan keuangan adalah produk akhir dari suatu sistem
akuntansi (Amin Widjaja, 2000 : 27).
15
Jadi menurut penulis pengertian dari laporan keuangan itu
sendiri adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan
yang akan datang.
a. Tujuan laporan keuangan
Bank melakukan publikasi laporan keuangan agar berbagai
pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran yang lebih
akurat atau tepat mengenai keadaan keuangan dan usaha bank.
Agar laporan keuangan dapat bermanfaat bagi para pemakainya
maka harus memenuhi tujuan kualitatif sebagai berikut :
(Mardiasmo : 27 : 1000).
1) Laporan keuangan harus relevan artinya laporan keuangan harus
dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
2) Laporan keuangan harus dapat dimengerti oleh para
pemakaiannya oleh karena itu laporan keuangan harus
dinyatakan dalam bentuk dan menggunakan istilah yang
disesuaikan dengan batas pengertian pemakaiannya.
3) Laporan keuangan harus dapat diuji kebenarannya oleh penguji
yang independen dan obyektif dengan menggunakan metode
pengukuran yang sama.
16
4) Laporan keuangan harus netral, dalam arti tidak disajikan untuk
memenuhi kebutuhan infomrasi pihak tertentu, melainkan harus
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pemakai informasi.
5) Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu, sehingga
pengambilan keputusan dapat ditetapkan sedini mungkin.
6) Laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan perusahaan tersebut pada periode sebelumnya, dengan
demikian laporan keuangan tersebut dapat bermanfaat.
7) Laporan keuangan harus lengkap, dalam arti menyajikan
informasi keuangan yang memadai sesuai dengan yang
diperlukan oleh pemakainya.
b. Komponen laporan keuangan
Komponen laporan keuangan bank terdiri dari : (Amin
widjaja, 2000: 43).
1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Laporan posisi keuangan mencakup asset, liability, equity, dari
pemilik rekening investasi tidak terbatas dan sejenisnya serta
modal pemilik pada suatu tunggal yang harus diungkapkan.
2) Laporan Rugi Laba
Laporan laba rugi mencakup investasi, biaya – biaya,
keuntungan, kerugian yang harus diungkapkan berdasarkan
17
jenisnya selama periode yang dicakup oleh laporan laba rugi.
Sifat dari pendapatan, biaya – biaya, keuntungan dan kerugian
material dari kegiatan lain yang harus diungkapkan. Diperlukan
direvaluasi aktiva dan pasiva dengan nilai setara kas harus
diungkapkan termasuk prinsip – prinsip umum yang digunakan
oleh bank di dalam revaluasi aktiva dan pasiva.
3) Laporan arus kas
Laporan arus kas harus membedakan antara arus kas dari
operasi, arus kas dari kegiatan investasi, dan arus kas dari
kegiatan penyaluran kredit. Disamping itu laporan ini
mengungkapkan komponen utama dari masing-masing kategori
arus kas. Laporan arus kas harus mengungkapkan kenaikan /
penurunan netto pada kas dari setara kas selama periode yang
dicakup dalam laporan ini dan saldo kas dan setara kas pada
awal dan akhir periode.
Transaksi dan transfer lain yang tidak mengharuskan
pembayaran / tidak menimbulkan penerimaan kas harus
diungkapkan, misalnya saham bonus / pembayaran aktiva
sebagai tawaran dari saham – saham pada equity. Kebijakan
bank mengenai komponen kas dan setara kas yang diungkapkan
sebagai dasar pembuatan laporan arus kas harus diungkapkan.
4) Laporan perubahan modal pemilik dan laporan laba ditahan
18
Laporan perubahan modal pemilik / laporan laba ditahan periode
yang dicakup oleh laporan perubahan pemilik / laba ditahan
harus diungkapkan. Laporan tersebut harus mengungkapkan hal
– hal sebagai berikut :
(a) Modal disetor, cadangan legal dan pilihan (discretionary)
secara terpisah dan laba ditahan pada awal periode dengan
pengungkapan terpisah mengenai jumlah pendapatan yang
diperkirakan berasal dari revaluasi aktiva dan pasiva dengan
nilai setara kasnya.
(b) Kontribusi modal para pemilik selama periode.
(c) Pendapatan (kerugian) netto selama periode.
(d) Distribusi kepada para pemilik selama periode.
(e) Kenaikan (penurunan) pada cadangan legal dan pilihan
(discretionary) selama periode.
(f) Laba ditahan pada awal periode dengan pengungkapan
terpisah mengenai jumlah laba ditahan yang diperkirakan
yang berasal dari revaluasi aktiva dan pasiva dengan nilai
setara kasnya.
5) Laporan komitmen dan kontijensi
Laporan komitmen dan kontijensi wajib disusun secara
sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai
19
posisi komitmen dan kontijensi baik yang bersifat tagihan
maupun kewajiban pada tanggal laporan.
Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji
yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable) secara sepihak dan
harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi, seperti komitmen kredit, komitmen penjualan atau
pembelian aktiva bank dengan syarat repurchase agreement
(repo) serta komitmen penyediaan fasilitas perbankan.
Kontijensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang
kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya
satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.
Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontijensi disusun
berdasarkan urutan tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap
posisi keuangan dan hasil usaha bank komitmen dan kontijensi.,
baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban masing-
masing disajikan tersendiri.
6) Catatan laporan keuangan
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi dan
material yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut
relevan dan bisa dipercaya bagi para pemakainya, informasi itu
harus mencakup hal – hal berikut :
1. Pengungkapan informasi dasar mengenai bank antara lain :
20
a. Nama bank, negera dimana bank didirikan, tanggal
pendirian, bentuk badan hokum, sifat dari kegiatan yang
boleh dilakukan untuk melaksanakan anggaran dasarnya
dan jasa – jasa perbankan yang diberikan.
b. Nama nama anak perusahaan bank yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan dengan baik tersebut.
Negara dimana didirikan, prosentase kepemilikan bank
pada masing – masing anak perusahaan, sifat dari
keorganisasian mereka dan alasan tidak memasukkan
mereka dalam laporan konsolidasi bank.
c. Nama holding company dan nama – nama afiliasi lain.
d. Perlakuan pakak dimana bank tersebut didirikan.
A. Pengungkapan mata uang yang digunakan untuk
pengukuran aktiva dan metode yang digunakan untuk
mengubah saldo dan transaksi dalam mata uang asing.
B. Pengungkapan kebijakan akuntasi yang signifikan yaitu
kebijakan yang menyampaikan prinsip-prinsip akuntansi,
dasar-dasar, aturan-aturan, dan metode yang telah diadopsi
oleh manajemen bank untuk pembuatan dan penyajian
laporan keuangan.
C. Pengungkapan setiap pembatasan yang tidak lazim yang
dikenakan pada bank oleh suatu lembaga lembaga peraturan /
21
pengawasan setelah pertimbangan yang memadai terhadap
peraturan mengenai pengungkapan pembatasan tersebut.
D. Pengungkapan mengenai besar asset yang diinvestasikan,
didepositokan atau digunakan dalam konsentrasi-konsentrasi
berikut :
a. Suatu sektor ekonomi missal sektor pertanian, jasa,
industri, real estate dan lain-lain.
b. Seorang pelanggan nasabah, termasuk bank lain / suatu
lembaga keuangan tanpa menyebut nama pelanggan
tersebut.
c. Suatu daerah geografis domestik yang mempunyai ciri
khas ekonomi yang unik
d. Negara asing
E. Pengungkapan konsentrasi sumber-sumber rekening
investasi tidak terbatas dan rekening lainnya yaitu besarnya
saldo jenis-jenis rekening tersebut dan rekening di bank.
F. Pengungkapan distribusi rekening investasi tidak terbatas
dan jenisnya / setaranya dan rekening-rekening lain sesuai
dengan masa jatuh tempo.
G. Pengungkapan distribusi assets sesuai dengan masa jatuh
tempo atau perkiraan masa sampai konversi.
22
H. Pengungkapan resiko dikaitkan dengan assets dan
liabilities yang dinyatakan dalam compensating balanced
dalam mata uang asing.
10.Pengungkapan mengenai contingencies yang ada pada
tanggal laporan posisi keuangan termasuk yang berasal dari
penerbitan L/C / jaminan instrumen kredit dan instrumen
sejenisnya.
11.Pengungkapan mengenai sifat dan jumlah komitmen
keuangan outstanding yang signifikan pada tanggal laporan
posisi keuangan yang tidak bisa dibatalkan oleh bank tanpa
biaya penalti yang signifikan.
12.Pengungkapan mengenai assets yang terbatas atau assets
yang dijaminkan.
13.Pengungkapan perubahan akuntansi yaitu mengenai sifat-
sifat dan dampak dari perubahan itu.
14.Pengungkapan metode yang digunakan bank untuk
mengalokasikan keuntungan / kerugian investasi antara
pemilik rekening investasi sebagai manajer investasi / ikut
serta dalam investasi dengan dananya sendiri.
15.Penyertaan, laporan data lain yang membantu dalam
menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemakai
laporan keuangan sebagaimana detentukan dalam statement
of objective.
23
Laporan-laporan tersebut harus diterbitkan dalam bentuk
laporan komparatif, minimal mencakup laporan dari periode
sebelumnya yang bisa dibandingkan.
3. Arti Pentingnya Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank dapat dilihat
dari laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik.
Laporan ini juga menggambarkan kinerja bank selama periode
tersebut guna mengetahui kondisi bank maka setiap laporan yang
disajikan harus dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dari laporan tersebut dianalisis dengan alat analisa berupa rasio,
rasio ini dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang
sehat atau tidaknya kondisi keuangan suatu bank.
Apabila bank mengetahui bahwa dia berada di bawah rata-rata
yang ditetapkan maka haruslah dianalisa faktor/apa yang
menyebabkannya, kemudian diambil kebijaksanaan finansial untuk
meningkatkan rasionya sehingga menjadi rata-rata atau di atas rata-
rata ketentuan bank yang diwajibkan.
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai
segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apabila bank tersebut
dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat,
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank
24
dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut
harus dijalankan atau bahkan dihentikan operasinya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah
ditentukan oleh Bank Indonesia yang diatur menurut Surat Edaran
Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 2 Mei 1993 yang kemudian
digantikan dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.30/II/KFP/DIR/ tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Adapun pokok-pokok perbedaan antara tata cara penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
a. Faktor permodalan
Berdasarkan ketentuan yang berlaku bank-bank diwajibkan untuk
memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
sekurang-kurangnya 8%. Oleh karena itu cara penilaian terhadap
rasio modal yang kurang dari 8% dalam ketentuan yang baru
diberikan predikat kurang sehat maksimum dengan nilai kredit 65.
modal yang kurang dari 8% dalam ketentuan yang baru diberikan
predikat kurang maksimum dengan nilai kredit 65.
Perlu dikemukakan bahwa sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal kualitas
aktiva produktif dan pembentukan penyisihan aktiva produktif,
25
mulai akhir Desember 1996 perhitungan besarnya modal inti Bank
Umum dalam penilaian tingkat kesehatan faktor permodalan akan
dikurangi dengan kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAWD) terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk.
b. Faktor kualitas aktiva produktif
Salah satu komponen dalam penilaian faktor Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) dalam ketentuan lama yaitu perbandingan antara
jumlah PPAP terhadap jumlah Aktiva Produktif yang
Diklasifikasikan (APD) dalam ketentuan baru digantikan dengan
komponen jumlah PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAWD.
c. Faktor likuiditas
Pengaruh rasio kredit terhadap dana yang diterima sebagai salah
satu komponen dalam faktor likuiditas yang semula dinilai tidak
sehat dengan nilai kredit 0 untuk rasio 115% atau lebih dan sehat
dengan nilai kredit 100 untuk rasio kurang dari 115%.
d. Pelaksanaan ketentuan yang mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 304/KEP/DIR taggal 4 April 1997 dan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 29/192/KEP/DIR tanggal 26 Maret
1997, pemenuhan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Kredit
Ekspor (KE) tidak lagi dikaitkan dengan tingkat penilaian
26
kesehatan bank. Sehubungan dengan ini dalam ketentuan tingkat
kesehatan bank yang baru pemenuhan terhadap dua ketentuan
tersebut dikeluarkan dari penilaian tingkat kesehatan bank.
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada
peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu, bank-bank
diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun
berkala mengenai seluruh aktifitasnya dalam suatu periode tertentu.
Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah,
karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus
kesehatannya. Akan tetapi yang terus menerus tidak sehat,
mungkin harus dapat pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia
sebagai pengawas dan pembina bank-bank.
2.3. Kerangka Pemikiran
Informasi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan komitmen dan kontijensi, serta laporan
kualitas aktiva produktif. Dari informasi tersebut kita analisis rasio-rasio
keuangan yang terdiri dari capital adequacy ratio (rasio permodalan), rasio
kualitas aktiva produktif (rasio KAP), rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas.
Berdasarkan rasio-rasio keuangan tersebut kita menilai tingkat kesehatan
bank apakah sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat) dan dari
grafik perkembangan masing-masing rasio keuangan kita dapat
menganalisis kinerja bank apakah mengalami penurunan atau peningkatan
dari tahun 2002 – 2006.
27
Gambar 1
Alur Kerangka Pemikiran
28
LaporanKeuangan
Neraca
Laporan Komitmen &
Kontijensi
Laporan Laba Rugi
Kualitas Aktiva Produktif
RasioKeuangan
KondisiKesehatan bank
Kinerja Bank
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Objek Penelitian
a. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan
melakukan studi kasus pada laporan keuangan PT. Lippo Bank, Tbk
Periode 2002 – 2006.
b. Objek penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Lippo Bank, Tbk.
3.2. Sumber dan Variabel Data
a. Sumber data
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan
yang dipublikasikan PT. Lippo Bank, Tbk dari tahun 2002 – 2006.
b. Variabel data
Data laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan komitmen dan kontijensi, serta laporan kualitas aktiva
produktif dari tahun 2002 – 2006.
3.3. Operasionalisasi Variabel
a. Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
29
b. Kesehatan bank adalah performance hasil usaha bank dalam
beroperasi yang dapat menjadi ukuran keberhasilan atau prestasi bank.
c. Kinerja bank adalah peningkatan atau penurunan rasio-rasio keuangan
jika dibandingkan tahun sebelumnya.
d. Capital adequacy ratio adalah rasio antara modal (modal ini dan
modal pelengkap) dan aktiva produktif yang mengandung resiko
(ATMR).
e. Modal ini adalah modal yang dapat berupa modal disetor, agio saham,
modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan,
laba tahun lalu, laba tahun berjalan, setelah dikurangi goodwill, dan
kekurangan jumlah PPAP.
f. Modal pelengkap adalah modal yang berupa cadangan aktiva tetap,
PPAP, modal pinjaman, pinjaman subordisi, dengan jumlah yang
dapat diperhitungkan setinggi-tingginya 100% dari modal inti.
g. Aktiva tertimbang menurut resiko adalah aktiva beresiko yang
terdapat dalam aktiva neraca dan rekening administrasi.
h. Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valas yang
dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
sesuai dengan fungsinya yang terdiri dari kredit yang diberikan oleh
bank, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, kecuali
giro dan penyertaan.
30
i. Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif yang
sudah lama atau mengandung potensi tidak memberikan penghasilan
atau menimbulkan kerugian bagi bank.
j. Cadangan penghapusan aktiva produktif adalah kewajiban bank untuk
membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif yang cukup
guna menutupi resiko, kemungkinan kerugian.
k. Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menciptakan penghasilan
atau keuntungan atas aktiva yang dimilikinya diukur dengan rasio
return on assets dan beban operasional terhadap pendapatan
operasional.
l. Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya yang diukur dengan loan to deposit ratio (LDR).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi dengan cara mendokumentasikan data – data
yang terjadi di tahun – tahun lalu.
3.5. Tehnik Analisis
a. Analisis rasio keuangan CAMEL
1) Capital (permodalan) dinilai berdasarkan rasio modal terhadap
aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dirumuskan sebagai
berikut :
31
ModalCAR = x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2) Assets (kualitas aktiva produktif) dinilai berdasarkan 2 rasio
yaitu :
a) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan (APD)
terhadap aktiva produktif yang dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan KAP = x 100% Total Aktiva Produktif
b) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wajib dibentuk oleh bank uang dirumuskan
sebagai berikut :
PPAP yang dibentuk Bank CAD = x 100% PPAP yang Wajib Dibentuk Bank
3) Earning (Rentabilitas) dinilai berdasarkan 2 rasio yaitu :
a) Rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata volume
usaha yang dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum PajakROA = x 100% Total Assets
b) Rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional, dirumuskan sebagai berikut :
Biaya OperasionalBOPO = x 100%
32
Pendapatan Operasional
4) Liquidity (likuiditas) dinilai berdasarkan 2 rasio :
a) Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva
lancar dalam rupaih, dirumuskan.
Call Money x 100%Aktiva Lancar
b) Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank
dalam rupiah dan valas, dirumuskan sebagai berikut :
PinjamanLDR = x 100% Dana yang Diterima oleh Bank
b. Analisis penilaian tingkat kesehatan bank
1) Pemberian bobot pada masing-masing rasio yang terdiri atas
beberapa faktor sebagai berikut :
33
Tabel 1.1
Tabel Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank
Faktor yang dinilai
Komponen Bobot
1. Permodalan
Rasio modal terhadap aktiva tertimbang. 25%
2. Kualitas aktiva produktif
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
30%25%
5%
3. Manajemen a. Manajemen umum.
b. Manajemen resiko.
25%10%15%
4. Rentabilitas a. Rasio laba terhadap rata-
rata volume usaha.b. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.
10%5%
5%
5. Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih
call money terhadap aktiva lancar dalam rupiah.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valas.
10%5%
5%
Sumber : SK.DIR.M.No. 30/11/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997
2) Penilaian tingkat kesehatan bank
Penilaian tingkat kesehatan bank ditetapkan dalam empat golongan
predikat tingkat kesehatan bank sebagai berikut :
34
Tabel 1.2
Nilai kredit untuk menentukan tingkat kesehatan bank
Nilai Kredit Predikat81 s.d 10066 s.d < 8151 s.d < 669 s.d < 51
SehatCukup sehatKurang sehatTidak sehat
Sumber : SK.DIR.M.No. 30/11/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997
c. Analisa kinerja bank
Menggambarkan perkembangan rasio-rasio keuangan dalam
sebuah trend kemudian dianalisis peningkatan atau penurunan kinerja
bank, selanjutnya dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan atau penurunan kinerja bank.
d. Analisis Regresi Linier
Analisa ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh analisis
rasio keuangan untuk menilai tingkat kesehatan finansial pada PT. Lippo
Bank, Tbk. dan pengaruhnya terhadap peningkatan laba
Rumus persamaan garis regresi linier yaitu:
Y = a + b ( X )
Keterangan :
Y : Peningkatan Laba
a : Konstanta besarnya Y , apabila X = 0
35
b : Koefisien yang menunjukan berapa kali besarnya X
x : Tingkat Kesehatan Bank
nilai konstanta a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
e. Uji (beta)
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi , uji ini untuk melihat
apakah nilai itu cukup signifikan, dengan kata lain apakah nila itu
tidak diperoleh karena faktor kebetulan saja. maka perlu diadakan
pengujian dengan prosedur sebagai berikut (Pangestu S, 1998:83-84)
1).. Formulasi hipotesis
H0 : = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara
Tingkat kesehatan bank terhadap peningkatan laba.
H1 : 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat
kesehatan bank terhadap peningkatan laba .
2). Dipilih level of siginificance = 0,05
3). Kriteria pengujian
H0 diterima apabila : -t tabel < t hitung < t tabel
H0 ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel
36
- t tabel t tabel
4). Menentukan t hitung :
St
dimana
n
XX
SeS
22
2n
XYbYaYSe
2
S : Standard error of the regression coefficient
Se : Standard error of estimate
n : Jumlah data observasi yang diteliti
5). Kesimpulan
Ho diterima atau ditolak
f. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui variasi dari variabel
yang satu (Varibel Y) disebabkan oleh perubahan variabel yang lain
(Variabel X), dan koefisien determinasi biasanya dinyatakan dalam
persen .
Rumus :
Kp = r2 X 100 %
37
Dimana :
r2 : koefisien korelasi dikuadratkan
100% : Konstanta pengetesan
38