Analisa Proximate Batubara
-
Upload
dony-puterasriwijaya -
Category
Documents
-
view
71 -
download
3
description
Transcript of Analisa Proximate Batubara
ANALISA PROXIMATE BATUBARA (COAL PROXIMATE ANALYSIS)
11:24:00 AM WIJI UTAMA 1 COMMENT
(Sumber: Komarudin)
Analisa proximate dalam batubara merupakan analisa yang terdiri dari
analisa moisture in the analysis sample, ash, volatile matter dan fixed
carbon. Analisa ini dapat mengacu pada standar ASTM D 3172 yaitu
mengenai Standard Practice for Proximate Analysis of Coal and Coke. Atau
mengacu pada standar ISO 17246 yaitu coal proximate analysis. Analisa
proximate ini berguna untuk menentukan rank batubara, rasio pembakaran
(fuel ratio) dan dapat digunakan untuk mengkonversi basis analisa untuk
parameter uji. Masing- masing parameter dalam proximate memiliki
prosedur tersendiri dalam pengujiannya. Moisture in the analysis sampel
mengacu pada Standar ASTM D3173 Standard Test Method for Moisture in
the analysis sampel for coal and coke. Atau dalam standar ISO 11722
mengenai Solid mineral fuels Hard coal, Determination of moisture in the
general analysis test sample by drying in nitrogen. Moisture in the
analysis merupakan nilai moisture batubara pada saat setelah batubara
tersebut di air drying (diangin-anginkan) pada suhu 30-40 0C. dan sampel
yang digunakan adalah sampel yang lolos ayakan 250 micrometer. Sampel
batubara dipanaskan pada suhu 105 0C dibawah aliran gas nitrogen atau
dapat pula dengan air compressed (udara tekan). Dengan pemanasan ini, air
yang ada dalam batubara akan menguap seluruhnya. Karena kita tahu
bahwa titik didih air berada pada 100 0C. Massa yang hilang akibat
pemanasan ini dihitung sebagai persen massa terhadap massa awal yang
digunakan, sehingga diperoleh nilai % moisture in the analysis sampel. pada
dasarnya semua parameter itu ditentukan pada sample setelah air drying
sehingga basisnya adalah air dried basis (adb) atau as determined
basis (adb). Untuk mengkonversi basis adb ke basis lainnya, maka digunakan
nilai Moisture in the analysis sample dengan rumus table konversi. Table
konversi ini dapat mengacu pada standar ASTM D3180 Standard Practice
for Calculating Coal and Coke Analyses from As-Determined to Different
Bases. Atau dalam standar ISO 1170 Coal and coke calculation of analysis to
different bases.
Sementara analisa ash dalam ISO 1171 Solid minerals fuels -
Determination of ash Atau ASTM D 3174 Standard Test Method for Ash in the
Analysis Sample of Coal and Coke from Coal, Merupakan massa residu zat
anorganik yang tidak terbakar setelah batubara dibakar dengan
sempurna. setelah batubara dibakar dengan
sempurna, material organic seperti carbon, hydrogen, sulfur dan oksigen
serta zat-zat volatil akan menguap sementara mineral matter atau zat
anorganik tidak terbakar karena akan membentuk senyawa metal oksida
dan disebut sebagai ash atau abu sebagai sisa pembakaran. Batubara
dibakar dengan sempurna pada suhu 815 o C. Massa residu yang
tertinggal dihitung sebagai persen massa terhadap massa awal yang
digunakan, sehingga diperoleh nilai % Ash. Sama halnya dengan nilai
moisture in the analysis sample, nilai Ash juga dipakai dalam mengkalkulasi
basis analisa, yaitu mengkonversi ke basis dry ash free (daf).
Volatil Matter merupakan massa yang hilang pada pemanasan
batubara pada suhu 950 0C. Namun pada pemanasan ini, bukan hanya zat
volatile yang menguap, tetapi air juga ikut menguap. Sehingga dalam
penentuan volatile matter harus dikoreksi dengan nilai moisture in the
analysis sample pada waktu analisa yang bersamaan. Volatile matter ini
mengacu pada standar ISO 562 Hard coal and coke - Determination of
volatile matter content Atau standard ASTM D 3175 Standard Test Method
for Volatile Matter in the Analysis Sample of Coal and Coke. Nilai volatile
matter batubara berguna dalam klasifikasi batubara berdasarkan rank. Dan
dapat pula digunakan sebagai indikasi dengan sifat nyala pada pembakaran
batubara. Semakin tinggi nilai Volatil Matter, maka penyalaan dan
pembakaran batubara menjadi lebih mudah.
Sementara fixed carbon merupakan kadar karbon yang tertambat atau
karbon tetap tertinggal bersama abu bila batubara telah dibakar dan setelah
zat terbang habis. Fixed carbon merupakan kadar karbon yang pada
temperature penetapan volatile matter tidak menguap. Sedangkan carbon
yang menguap pada temperature tersebut termasuk kedalam volatile
matter. Penentuan fixed carbon ditetapkan dari analisa tak langsung. Yaitu
dihitung dari nilai kalkulasi total (by difference), dan dirumuskan sebagai
berikut
% Fixed Carbon = 100 – (% Moisture In the analysis sample – % ash – %
Volatil matter).
Pada rumus diatas terlihat, bahwa kalkulasi total dari analisa proximate
(Moisture, Ash, Volatil Matter dan Fixed Carbon) harus berjumlah 100
%. Sebagai contoh suatu analisa sampel batubara menghasilkan nilai
sebagai berikut :
· Moisture In the analysis sample (adb) : 26.10 %
· Ash (adb) : 3.42 %
· Volatil matter (adb) : 34.61 %
· Fixed Carbon (adb) : 35.87 %
· Total : 100.00 %
Jika hasil analisa tersebut dikonversi kedalam dried basis (db) dengan
koreksi nilai Moisture In the analysis sample, maka hasil analisa tersebut
menjadi sebagai berikut :
· Moisture In the analysis sample (db) : - %
· Ash (db) : 4.63 %
· Volatil matter (db) : 46.83 %
· Fixed Carbon (db) : 48.54 %
· Total : 100.00 %
Dari hasil konversi diatas terlihat bahwa dengan dry base (db) yaitu tanpa
nilai moisture maka nilai Ash, Volatil matter dan fixed carbon menjadi
meningkat. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kondisi dimana batubara
diasumsikan bebas air total. Nilai Fixed Carbon (FC) memberikan perkiraan
kasar nilai kalor batubara karena FC merupakan penghasil panas utama
pada proses pembakaran, sehingga semakin besar kandungan FC, kualitas
batubara semakin bagus Sementara itu Penggunaan nilai fixed carbon, FC
dengan Volatil matter, VM dibuat sebagai suatu ratio yang dinamakan fuel
ratio (FR) yang dirumuskan sebagai berikut : FR =FC/VM. Untuk batubara
lignit biasanya memiliki nilai FR < 1, nilai FR bituminous antara 1-4 dan
antrasit memiliki nilai FR > 4