Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

38
Laporan Praktikum Hutan Kota ANALISA PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI HUTAN KOTA (Studi Kasus Hutan Kota di Kabupaten Cianjur Jawa Barat) Dosen Pembimbing: Nurdin Sulistyono, S.Hut., M.Si. Oleh: Berkat F. Gulő 041201002 Desli Triman Zendratő 041201024 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

Transcript of Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

Page 1: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

Laporan Praktikum Hutan Kota

ANALISA PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI HUTAN KOTA (Studi Kasus Hutan Kota di Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

Dosen Pembimbing: Nurdin Sulistyono, S.Hut., M.Si.

Oleh: Berkat F. Gulő 041201002 Desli Triman Zendratő 041201024

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

Page 2: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karunia yang telah dilimpahkanNya, sehingga penulis masih memiliki

kesempatan untuk menyelesaikan laporan ini. Adapun laporan ini merupakan

salah satu tugas Praktikum Hutan Kota.

Laporan ini berjudul “Analisa Peraturan Perundangan Mengenai Hutan

Kota: Studi Kasus Hutan Kota di Kabupaten Cianjur Jawa Barat”. Keberadaan

hutan kota di suatu daerah secara ekologi sangat dibutuhkan, akan tetapi secara

yuridis juga diperlukan landasan hukum yang melandasi keberadaan hutan kota

tersebut. Landasan hukum hutan kota sangat penting, karena terkait dengan tujuan

penggunaan lahan. Dengan adanya landasan hukum yang kuat, maka keberadaan

hutan kota di daerah perkotaan dapat dijamin keberadaannya sehingga fungsi

ekologinya tetap lestari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Nurdin Sulistyono, S.Hut., M.Si. yang telah memberikan

materi kuliah Hutan Kota dan kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah turut

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan sumbangsihnya dalam

penulisan laporan ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, oleh

karena itu, penulis mengharapkan sumbangan saran yang bersifat membangun

sehingga menjadikan laporan ini lebih baik. Akhir kata, penulis mengharapkan

laporan ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membutuhkan.

Medan, November 2007

Penulis

Page 3: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 Tujuan .................................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 Kabupaten Cianjur .................................................................................................. 3 Pembangunan Yang Berkelanjutan ........................................................................ 8 Ruang Terbuka Hijau .............................................................................................. 9 Hutan Kota .............................................................................................................. 9

METODE PRAKTIKUM ..................................................................................... 12 Waktu dan Tempat ................................................................................................ 12 Alat dan Bahan ...................................................................................................... 12 Prosedur ................................................................................................................ 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 13 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan ........................ 13 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang ................ 13 3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ............................................ 15 4. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota ............... 16 5. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 ........................ 17 6. Rencana Strategis Pembangunan Pemerintah Kabupaten Cianjur .................. 19

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 22 Kesimpulan .......................................................................................................... 22 Saran ...................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

LAMPIRAN

Page 4: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

iii

DAFTAR TABEL

1. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 .................................... 13

2. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 .................................... 14

3. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 ............................ 15

4. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 ............................ 16

5. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 ....................... 18

Page 5: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kutipan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

2. Kutipan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3. Kutipan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

4. Kutipan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006

Page 6: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah

merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan

keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dapat diamati bahwa

perkembangan pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan

diperkirakan akan terus berlanjut. Perkembangan ini akan membawa dampak

keruangan dalam bentuk terjadinya perubahan pola pemanfaatan ruang, baik

direncanakan ataupun tidak direncanakan (Tinambunan, 2007).

Perkembangan akibat pembangunan daerah juga tengah berlangsung di

Kabupaten Cianjur Jawa Barat, khususnya bagian kota Cianjur. Pertumbuhan dan

Perkembangan kota Cianjur pada dasarnya saling bergantungan dengan daerah

yang lebih luas (regional), yaitu berupa interaksi kegiatan-kegiatan sosial,

ekonomi, dan pemerintahan. Selaras dengan hal tersebut, di dalam konsep

pengembangan wilayah regional Jawa Barat, kota Cianjur termasuk daerah

penyangga pengaruh pengembangan wilayah Bandung Raya. Beberapa fungsi

yang sangat menonjol, yaitu sebagai pusat pemerintah, perdagangan dan jasa,

serta pusat pengembangan sosial budaya. Disamping itu, kota Cianjur di lintasi

jaringan jalan antara kota-kota besar, seperti Bandung dan Jakarta sehingga

potensi itu memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan Kabupaten

Cianjur maupun bagi kota Cianjur sendiri (Pemkab Cianjur, 2005a).

Pertumbuhan Kabupaten Cianjur bagi kota Cianjur tidak akan selalu

berdampak positif, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif. Upaya

Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk memperluas jaringan jalan secara ekonomi

mungkin akan berdampak positif, akan tetapi secara ekologi mungkin akan

berdampak sebaliknya. Perluasan jaringan jalan yang direncanakan Pemerintah

Kabupaten Cianjur meliputi: pembangunan jalan lingkar timur dari awal ruas

Workshop sampai akhir ruas Rawabango, pembangunan jalan tembus awal ruas

jalan Sindanglaka sampai akhir ruas Rawabango dan pembangunan/relokasi sub

terminal di Kawasan Pasir Hayam, Sindanglaka, Karangtengah dan Warungbatu

Panembong. Dengan adanya rencana pembangunan tersebut, maka kemungkinan

Page 7: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

2

besar akan terjadi perubahan pola keruangan dan penggunaan lahan. Kondisi ini

dapat berdampak pada keberadaan hutan kota di kota Cianjur. Dimana, untuk

menambah jaringan jalan maka sebagian areal hutan kota Cianjur akan diubah

penggunaannya.

Seringkali kondisi seperti menjadikan hutan kota sebagai objek yang harus

berada di luar prioritas pembangunan, dimana faktor ekonomi lebih dominan.

Peraturan perundangan yang mengatur keberadaan hutan kota seringkali tidak

mampu menjadi landasan hukum yang kuat yang mampu menjaga kelestarian

hutan kota itu sendiri. Fungsi peraturan perundangan yang dimaksudkan sebagai

landasan hukum keberadaan hutan kota sehingga hutan kota tetap lestari tidak

dapat berjalan dengan baik. Kurang tepatnya pelaksanaan peraturan perundangan

terkait keberadaan hutan kota dimungkinkan karena aturan-aturan yang termuat di

dalamnya masih kurang tepat, sehingga terdapat kelonggaran pelaksanaan

peraturan perundangan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis

melakukan analisa berbagai peraturan perundangan yang terkait hutan kota. Dan

dalam hal ini penulis melakukan studi kasus terhadap keberadaan hutan kota yang

terdapat di kawasan kabupaten Cianjur propinsi Jawa Barat.

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:

- Untuk mengetahui berbagai peraturan perundangan yang menjadi landasan

hukum hutan kota di kabupaten Cianjur propinsi Jawa Barat.

- Untuk menganalisa peraturan perundangan yang ada.

Page 8: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kabupaten Cianjur

1. Administrasi

Secara administratif kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah 350.148 ha.

Dan terbagi dalam 26 Kecamatan, 335 Desa dan 6 Kelurahan di wilayah kota

Cianjur, dengan batas-batas administratif :

- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Purwakarta.

- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan

Kabupaten (Pemkab Cianjur, 2005a).

Gambar 1. Keadaan perkotaan di kabupaten Cianjur

2. Geografis

Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun rata-rata

1.000 – 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari per-tahun. Dengan

iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur subur dan

mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai

modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Lahan-lahan

pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan

perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang

dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber daya pengairan tanaman pertanian. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur

Page 9: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

4

350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan

produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan

basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha

(16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan

penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak/kolam, 25.261

Ha (7,20 %) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa

penggunaan lain-lain (Pemkab Cianjur, 2005b).

Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah

pembangunan yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.

1. Wilayah Utara, meliputi 13 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,

Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande,

Cikalongkulon, Cugenang , Sukaresmi dan Pacet.

2. Wilayah Tengah, meliputi 7 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka,

Campaka Mulya, Tanggeung, Pagelaran dan Kadupandak.

3. Wilayah Selatan, meliputi 6 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta,

Sindangbarang, Cidaun , Naringgul dan Cikadu (Pemkab Cianjur, 2005c).

3. Ekonomi

Sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor

pertanian, Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Sektor

pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB kabupaten Cianjur. Ini

terbukti dengan terkenalnya produksi beras Cianjur di pelosok negeri.

Perdagangan yang juga merupakan salah satu faktor yang ikut mendukung sektor

perekonomian, mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Ini terlihat

dengan dibangunnya Pasar Induk Cianjur dan Pasar Muka Cianjur yang

dilengkapi departemen store Ramayana, Pusat Grosir dan Super Mall Harimart

yang terletak di Jl Dr Muwardi Rancagoong yang kesemuanya itu merupakan

pusat perdagangan tradisional yang berwajah modern. Selain dari perdagangan,

sektor perekonomian juga didukung oleh pariwisata dengan adanya Kebun Raya

Cibodas, selain itu juga dikenal pusat pariwisata lainnya yaitu Gunung Gede,

Istana Kepresidenan dan lain-lain (Departemen PU, 2005).

Page 10: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

5

4. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan hasil Sensus Penduduk

(SP) 2000 berjumlah 1.931.840 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 %,

terdiri dari: penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 949.676 jiwa. Dengan kepadatan penduduk tidak merata, yaitu: 63,90%

di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78%; 19,19% di wilayah tengah dengan

luas wilayah 28,25%; dan 17,12% di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70%

(Pemkab Cianjur, 2005d).

Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Pacet

sebanyak 170.224 jiwa dan Kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa.

Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa adalah

Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa)

dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah

penduduknya terkecil adalah Kecamatan Naringgul sebanyak 41.235 jiwa.

Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa adalah

Kecamatan Sindangbarang, Takokak dan Sukanagara (Pemkab Cianjur, 2005d).

Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius

dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98 %,

sedangkan penduduk non muslim mencapai 2 %, dengan rincian sebagai berikut :

- Penduduk bergama Islam = 1.893.203 orang (98%)

- Penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7%)

- Penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang ( 0,3%) (Pemkab

Cianjur, 2005d).

Tingkat Partisipasi Usia Sekolah (Pemkab Cianjur, 2005d), adalah sebagai

berikut :

- Angka Partisipasi Kasar SD/MI Tahun 2000 mencapai 84,52 %

- Angka Pastisipasi Kasar SMTP mencapai 38,50 %

- Angka Partisipasi Kasar SMTA mencapai 11,98 %

5. Rencana Pembangunan

Sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor

pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi.

Page 11: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

6

Produksi padi pertahun sekitar 625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah

dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi

sekitar 40 %. Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur.

Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan ini, didominasi

oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula setiap hari belasan

ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek (Pemkab Cianjur, 2005c).

Gambar 2. Lahan pertanian di Kabupaten Cianjur

Pengembangan usaha perikanan air tawar dan laut di Kabupaten Cianjur

cukup potensial. Baik untuk usaha berskala kecil maupun besar. Beberapa faktor

pendukungnya adalah : jumlah penduduk yang relatif besar serta tersedianya lahan

budi daya ikan air tawar dan ikan laut. Usaha pertambakan ikan dan penagkapan

ikan laut memiliki peluang besar di wilayah Cianjur selatan, khususnya di

sepanjang pantai Cidaun hingga Agrabinta. Di wilayah ini, mulai dirintis dan di

kembangkan pertambakan budi daya udang. Sedangkan budi daya ikan tawar

terbuka luas di cianjur utara dan cianjur tengah. Di wilayah ini terdapat budi daya

ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha

jaring terapung di danau Cirata, yang sekaligus merupakan salah satu obyek

wisata yang mulai berkembang (Pemkab Cianjur, 2005c).

Sementara itu, potensi perkebunan di Kabupaten Cianjur cukup besar

dimana sekitar 19,4 % dari seluruh luas merupakan areal perkebunan . Selama in

dikelola oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 10.709 hektar, Perkebunan

Page 12: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

7

Besar Swasta (PBS) sekitar 20.174 hektar dan Perkebunan Rakyat (PR) seluas

37.167 hektar. Peningkatan produksi perkebunan, terutama komoditi teh cukup

baik. Produktivitas teh rakyat mampu mencapai antara 1.400 - 1.500 kg teh kering

per hektar. Sedangkan yang di kelola oleh perkebunan besar rata-rata mencapai di

atas 2.000 kg per hektar (Pemkab Cianjur, 2005c).

Gambar 3. Kondisi lahan perkebunan di kabupaten Cianjur

Dari indikator pencapaian indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks

daya beli masyarakat, maka secara akumulatif indeks pembanguan manusia (IPM)

di kabupaten Cianjur pada tahun 2002 sebesar 66,38 sedangkan pada tahun 2001

sebesar 66,33 menunjukkan indikasi perkembangan yang baik dan dengan angka

sebesar itu, maka Kabupaten Cianjur termasuk ke dalam status menengah atas.

Klasifikasi IPM berdasarkan Indonesia Human Development tahun 2001 adalah :

Nilai IPM kurang dari 50 termasuk status rendah, nilai IPM antara 50 66 termasuk

status menengah bawah, nilai IPM antara 66 - 80 termasuk status menengah atas

dan nilai IPM diatas 80 termasuk status tinggi (Pemkab Cianjur, 2005e).

Dari hasil penelaahan dan pengkajian atas berbagai permasalahan yang harus

diatasi serta sasaran-sasaran pembangunan yang ingin dicapai, maka kabuaten

cianjur telah menetapkan Prioritas Daerah sebagaimana dituangkan di dalam

Renstra tahun 2001 - 2005 yakni :

1. Peningkatan pemerataan pembangunan infrastruktur dibidang ekonomi seperti

jalan, jembatan, air bersih serta sarana dan prasarana ekonomi lainnya.

Page 13: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

8

2. Pengembangan agribisnis dan kepariwisataan dan didukung oleh sektor-sektor

pembangunan lainnya dan peran serta masyarakat

3. Pembangunan sumber daya insani melalui pendidikan dan kesehatan

4. Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama, khususnya bagi pemeluk

agama Islam dalam rangka pembangunan ahlakul kharimah.

5. Peningkatan manajemen kinerja, profesionalisme, dan transparansi dan

akuntabilitas pemerintah daerah

6. Peningkatan pendapatan daerah dan investasi

7. Peningkatan kerja sama pembangunan dengan pemerintah pusat, propinsi serta

kerja sama daerah dengan kabupate / kota yang berbatasan dalam rangka

kinerja kebijakan dan keserasian program (Pemkab Cianjur, 2005e).

Di dalam menyusun arah dan kebijakan umum pembangunan daerah

kabupaten cianjur disamping mengacu dan menjabarkan arahan dari dokumen

Propeda dan Renstra Kabupaten Cianjur dengan prioritas-prioritasnya, juga harus

memperhatikan kriteria-kriteria utama yakni: keterkaitan dengan upaya

peningkatan IPM, penanganan kemiskinan, peningkatan pranata pembangunan

dan pengembangan inti bisnis yang meliputi agribisnis, bisnis pariwisata, jasa dan

pelayanan serta industri kecil dan kerajinan (Pemkab Cianjur, 2005e).

Pembangunan yang Berkelanjutan

Dalam usaha pelaksanaan pembangunan terasa bahwa perencanaan

ekonomi yang menghasilkan berbagai kemajuan ekonomi, serta yang dapat diukur

melalui berbagai indikator-indikator ekonomi belum dapat memberikan gambaran

bahwa usaha pembangunan berjalan secara sehat, wajar, di berbagai bidang yang

saling mendukung. Pembangunan memerlukan indikator-indikator atau ukuran-

ukuran yang lain yang dapat menunjukkan sampai seberapa jauh pembangunan

sosial ekonomi berlangsung (Tjokroamidjojo, 1995 dalam Tinambunan, 2007).

Dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,

dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air, serta

sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan

dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang

serasi. Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola terpadu melalui pendekatan

Page 14: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

9

wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial

(Djunaedi, 2001 dalam Tinambunan, 2007).

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan

yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas

pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan

hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau

diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur

vegetasinya (Fandeli, 2004 dalam Tinambunan, 2007).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang

Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah

ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam

ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau

tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan

pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

Gambar 4. Istana Presiden di Cianjur sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau

Hutan Kota

Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di

wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya

kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

Page 15: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

10

rekreasi dan kegunaan khusus lainnya (Djaiz dan Novian, 2000 dalam

Tinambunan 2007).

Hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu

menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Hutan di

perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal yang luas. Bentuknya juga

tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota dapat dibangun pada

berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria untuk menetapkan

bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat dipergunakan adalah

kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat penting hutan kota berupa

manfaat lingkungan yang terdiri atas konservasi mikroklimat, keindahan, serta

konservasi flora dan kehidupan liar (Fandeli, 2004 dalam Tinambunan, 2007).

Kehadiran pohon dalam lingkungan kehidupan manusia, khususnya

diperkotaan, memberikan nuansa kelembutan tersendiri. Perkembangan kota yang

lazimnya diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam arti harfiah ataupun

kiasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan elemen alamiah seperti air (baik

yang diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan aneka tanaman (mulai

dari rumput, semak sampai pohon) (Budihardjo, 1993 dalam Tinambunan, 2007).

Dalam pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya,

ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan

letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi

menjadi lima kelas yaitu :

1. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk

membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan

dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang

diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain

sebagainya di wilayah pemukiman.

2. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain

limbah padat, cair, maupun gas.

3. Hutan Kota Wisata/Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi

kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana

bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan

Page 16: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

11

dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi

oksigen.

4. Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk

mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek

tertentu, baik flora maupun faunanya di alam.

5. Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan

kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti

pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu

hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalulintas

padat (Irwan, 1997 dalam Tinambunan, 2007).

Page 17: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

12

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Hutan Kota yang berjudul “Analisis Peraturan Perundangan

Mengenai Hutan Kota: Studi Kasus Hutan Kota Kabupaten Cianjur Jawa Barat”

dilaksanakan selama 2 minggu yang dimulai dari tanggal 7 November – 21

November 2007. Praktikum ini dilaksanakan di Ruang 202 Kampus Departemen

Kehutanan FP USU.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah internet, yang berfungsi

untuk mencari berbagai peraturan perundangan dan informasi lainnya yang

berhubungan dengan masalah hutan kota.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

- Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

- Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

- Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

- Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota

- Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung

Prosedur

- Cari berbagai peraturan perundangan yang berskala nasional maupun regional

yang terkait permasalahan hutan kota;

- Analisa peraturan perundangan tersebut. Analisa dapat berupat analisa SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, Threat);

- Lakukan pembahasan terhadap peraturan perundangan yang ada sesuai analisa

SWOT.

Page 18: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan merupakan

peraturan perundangan tingkat nasional yang secara khusus mengatur masalah

kehutanan nasional. Terkait hutan kota di tingkat daerah, di dalam UU No. 41

Tahun 1999 dijelaskan secara jelas pada Bab II Status dan Fungsi Hutan Pasal 9

Ayat (1) dan (2) seperti yang tertera pada Tabel 1.

Dalam ayat (1) dijelaskan bahwa “Untuk kepentingan pengaturan iklim

mikro, estetika, dan resapan air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai

hutan kota”. Berdasarkan yang dimaksudkan dalam ayat (1) tersebut, maka

keberadaan hutan kota di tingkat daerah baik kabupaten maupun kotamadya

adalah sangat penting. Dimana fungsi hutan kota yang dijelaskan dalam UU No.

41 Tahun 1999 yaitu: untuk pengaturan iklim mikro, estetik, dan resapan air. Dan

dalam ayat (2) dijelaskan bahwa terkait penetapan kawasan hutan kota di daerah

diatur dengan Peraturan Pemerintah, dalam hal Peraturan Pemerintah No. 63

Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan Pasal 9 ayat (1) dan (2) menjadi landasan hukum tingkat nasional

mengenai keberadaan hutan kota di daerah, termasuk keberadaan hutan kota di

Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Tabel 1. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

No. Landasan Hukum Penjelasan 1. Bab II: Status dan Fungsi

Hutan Pasal 9

Ayat 1: Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.

Ayat 2: Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan

Ruang karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang.

Page 19: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

14

Dengan demikian UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjadi

landasan hukum tingkat nasional yang mengatur tata ruang yang meliputi ruang

darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu

kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,

dan memelihara kelangsungan hidupnya. Di dalam Undang-undang No. 26 tahun

2007 tidak dijelaskan secara rinci mengenai hutan kota, akan tetapi penjelasannya

dikaitkan dengan penjelasan hutan secara umum. Dimana landasan hukumnya

terdapat pada Pasal 17 ayat (5) bahwa: dalam rangka pelestarian lingkungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah

ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah

aliran sungai. Dalam ayat (4) dijelaskan bahwa: peruntukan kawasan lindung dan

kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi lingkungan,

sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan. Dimana berdasarkan ayat (1)

dan (3) rencana tata ruang yang mencakup struktur ruang dan rencana pola ruang

meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya. Berdasarkan

pengertian Pasal 17 ayat (1), (3), (4) dan (5) dapat disimpulkan bahwa keberadaan

kawasan hutan di daearah terkait tata ruang wilayah adalah penting. Dan dalam

konsep hutan kota, maka keberadaan hutan kota adalah penting dalam rencana tata

ruang wilayah, khususnya wilayah perkotaan. Dengan demikian Pasal 17 ayat (1),

(3), (4) dan (5) dapat dijadikan landasan hukum terhadap keberadaan hutan kota di

daerah, khususnya keberadaan hutan kota di kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Tabel 2. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 No. Landasan Hukum Penjelasan 1. Bab VI: Pelaksanaan

Penataan Ruang Bagian Kesatu: Perencanaan Tata Ruang Paragraf I: Umum Pasal 17

Ayat 1: Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

............................ Ayat 3: Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya.

Ayat 4: Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.

Ayat 5: Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.

Page 20: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

15

3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional diatur mengenai pola pemanfaatan dan struktur

ruang wilayah secara nasional. Di dalam pertauran pemerintah ini juga terdapat

penjelasan mengenai keberadaan hutan. Dimana pada pasal 10 ayat (3) huruf e

dijelaskan bahwa kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota.

Peraturan pemerintah ini dapat dijadikan salah satu landasan hukum

keberadaan hutan kota di kabupaten Cianjur. Selanjutnya, dalam pasal 34 ayat (5)

juga dijelaskan mengenai kriteria-kriteri kawasan lindung untuk kawasan terbuka

hijau kota (termasuk hutan kota), seperti yang terter dalam Tabel 3. Dan dalam

pasal 41 ayat (2) juga dijelaskan langkah pengelolaan kawasan perlindungan

seperti yang dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (5).

Tabel 3. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 No. Landasan Hukum Penjelasan 1. Bab III: Pola Pemanfaatan

dan Struktur Ruang Wilayah Nasional Bagian Kedua: Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional Pasal 10

Ayat 3: Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. sempadan pantai; b. sempadan sungai; c. kawasan sekitar danau/waduk. d. kawasan sekitar mata air; e. kawasan terbuka hijau kota termasuk

didalamnya hutan kota. 2. Bab IV: Kriteria dan Pola

Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya dan Kawasan Tertentu Bagian Pertama: Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung Paragraf 1: Kriteria Kawasan Lindung Pasal 34

Ayat 5: Kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf e adalah:

a. lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di kawasan permukiman, industri, tepi sungai/pantai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;

b. hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 hektar;

c. hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk jalur;

d. jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohonan, bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik;

Page 21: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

16

e. jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.

3. Bab IV: Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya dan Kawasan Tertentu Bagian Pertama: Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung Paragraf 2: Pola Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 41

Ayat 2: Langkah-langkah pengelolaan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b berupa:

............................ e. menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk

di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara, dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta untuk mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota

Untuk tingkat nasional, peraturan perundangan yang menjadi landasan

hukum keberadaan hutan kota di daerah adalah Peraturan Pemerintah No. 63

Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Di dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan

secara jelas dan rinci tentang hutan kota, termasuk di dalamnya pengertian hutan

kota, tujuan dan fungsi, pengelolaan dan pemanfaatan hutan kota. Berdasarkan PP

No. 63 Tahun 2002 tersebut, hutan kota didefinisikan sebagai suatu hamparan

lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah

perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai

hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Dengan demikian keberadaan hutan kota

terkait statusnya sebagai hutan kota di daerah ditentukan oleh pejabat daerah.

Tabel 4. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 No. Landasan Hukum Penjelasan 1. Bab I: Ketentuan Umum

Bagian Kesatu: Pengertian Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: ............................ 2. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang

bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

2. Bab I: Ketentuan Umum Bagian Kedua: Tujuan dan Fungsi Pasal 2

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Page 22: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

17

3. Bab I: Ketentuan Umum Bagian Kedua: Tujuan dan Fungsi Pasal 3

Fungsi hutan kota adalah untuk: a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai

estetika; b. meresapkan air; c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan

fisik kota; dan d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati

Indonesia. 4. Bab II: Penyelenggaraan

Hutan Kota Bagian Kelima: Pengelolaan Paragraf 4: Perlindungan dan Pengamanan Pasal 26

Ayat 1: Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan atau penurunan fungsi hutan kota.

Ayat 2: Setiap orang dilarang : a. membakar hutan kota;

b. merambah hutan kota; c. menebang, memotong, mengambil, dan

memusnahkan tanaman dalam hutan kota, tanpa izin dari pejabat yang berwenang;

d. membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau membahayakan kelangsungan fungsi hutan kota; dan

e. mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.

5. Bab II: Penyelenggaraan Hutan Kota Bagian Kelima: Pengelolaan Paragraf 5: Pemanfaatan Pasal 27

Ayat 1: Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk keperluan : a. pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga; b. penelitian dan pengembangan; c. pendidikan; d. pelestarian plasma nutfah; dan atau e. budidaya hasil hutan bukan kayu. Ayat 2: Pemanfaatan hutan kota sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsi hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

6. Bab VI: Sanksi Pasal 37

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 26 dikenakan sanksi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

7. Bab VII: Ketentuan Peralihan Pasal 38

Hutan kota yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku dan segera menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

5. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006

Untuk tingkat lokal kabupaten Cianjur, Peraturan Daerah Propinsi Jawa

Barat No. 2 Tahun 2006 dijadikan sebagai landasan hukum keberadaan hutan kota

di seluruh daerah propinsi Jawa Barat. Untuk pengertian hutan kota, dijelaskan

pada pasal 1 ayat (12), dimana pengertian tetap mengacu kepada PP No. 63 Tahun

2002 tentang Hutan Kota.

Terkait kebijakan daerah propinsi Jawa Barat, dijelasakan dalam Bab IV

Pokok-pokok Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Bagian Kesepuluh Hutan

Kota Pasal 53. Dimana, dijelaskan bahwa kebijakan pemerintah daerah propinsi

Page 23: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

18

Jawa Barat terkait hutan kota yaitu: perlindungan terhadap hutan kota dilakukan

untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang

meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Tabel 5. Landasan Hukum Hutan Kota Kabupaten Cianjur Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006

No. Landasan Hukum Penjelasan 1. Bab I: Ketentuan Umum

Bagian Pertama: Pengertian Pasal 1

Ayat 10: Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Ayat 11: Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan

ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Ayat 12: Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang

bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

2. Bab I: Ketentuan Umum Bagian Kedua: Asas, Maksud, dan Tujuan Pasal 2

Ayat 1: Pengelolaan kawasan lindung di Daerah didasarkan atas asas manfaat, keseimbangan, keserasian, keterpaduan dan kelestarian, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan umum baik lokal, regional maupun nasional serta nilai-nilai agama dan adat budaya Daerah.

Ayat 2: Pengelolaan kawasan lindung dimaksudkan sebagai upaya memulihkan dan memelihara kondisi lingkungan, meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ayat 3: Tujuan pengelolaan kawasan lindung di Daerah adalah:

a. Mewujudkan pencapaian kawasan lindung di Jawa Barat seluas 45% pada tahun 2010, yang meliputi kawasan berfungsi lindung di dalam dan di luar kawasan hutan;

b. Mewujudkan keseimbangan ekosistem kawasan dan kelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam, sumber daya air, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa;

c. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung yang bertumpu pada kewenangan Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota dan kearifan nilai budaya setempat;

d. Mengangkat, mengakui dan mengukuhkan hak-hak dasar masyarakat adapt di Jawa Barat dalam penyelenggaraan, pelestarian dan pemulihan kawasan lindung;

Page 24: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

19

3. Bab III: Ruang Lingkup Pasal 4

Kawasan Lindung di daerah meliputi: ........ (j) hutan kota

4. Bab IV: Pokok-pokok Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Bagian Kesepuluh: Hutan Kota Pasal 53

Perlindungan terhadap hutan kota dilakukan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

5. Bab IV: Pokok-pokok Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Bagian Kesepuluh: Hutan Kota Pasal 54

Kriteria hutan kota adalah suatu hamparan yang berada pada tanah negara maupun tanah hak di wilayah perkotaan dengan luasan sekurang-kurangnya 2.500 m² dengan ketentuan persentase luas hutan kota sekurang-kurangnya 10% dari luas wilayah dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat.

6. Bab VI: Penetapan Kawasan Lindung Pasal 64

Hutan kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 53 dan Pasal 54 meliputi: a. Hutan Kota Babakan Karet, terletak di Kabupaten

Cianjur; b. Lain-lain hutan kota, tersebar di Kabupaten/Kota.

6. Rencana Strategis Pembangunan Pemerintah Kabupaten Cianjur

Fokus pembangunan yang menjdi perhatian pemerintah kabupaten cianjur

bertumpu pada 3 (tiga) bidan strategis yakni :

a. Bidang Ekonomi

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan

kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar, dengan sasaran yang di capai :

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi melalu

perbaikan, pemeliharaan dan peningkatan jaringan dan jembatan

2. Peningkatan cakupan air bersih dan air beku bagi kebutuhan masyarakat pada

sektor pertanian melalui pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan irigasi

3. Meningkatan pembangunan dalam lingkup pertanian dan perkembangan sub

system pemasaran agribisnis secara terpadu.

4. Berkembangnya potensi-potensi kepariwisataan yang berbasis potensi dan

budaya masyarakat.

5. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan mutu SDM Nelayan.

6. Meningkatnya mutu industri kecil dan menengah serta meluasnya akses

pemasaran.

7. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan jaringan listrik terutama pada daerah-

daerah potensi ekonomi dan secara teknis dapat dijangkau.

Page 25: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

20

8. Meningkatnya mutu pengolahan lingkungan pemukiman, lingkungan hidup,

dan pengendalian tata ruang daerah.

b. Bidang Kesejahteraan Rakyat

Meningkatkan mutu kehidupan sosial dan kesejahteraan rakyat melalui

pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkelanjutan dengan sasaran yang

ingin di capai :

1. Meningkatnya upaya pelayanan kesehatan masyarakat melalui pemenuhan

kebutuhan faksin dan obat-obatan, peningkatan kuantitas dan kualitas sumber-

sumber daya pelayanan kesehatan seperti prasarana / sarana dan tenaga medis

meningkatnya pengolahan kuantitas dan kualitas institusi pelayanan keluarga

berencana serta peningkatan pemberdayaan perempuan

2. Meningkatnya pelayanan pendidikan melalui penambahan dan revitalisasi

prasarana / sarana pendidikan dengan sistem imbal swadaya dan bantuan

penuh, pemenuhan tenaga pendidikan secara kuantitas serta berkembang mutu

pendidikan luar sekolah

3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana / sarana keagamaan dan

aktivitasnya serta meluaskan sosialisasi dan penerapan Gerakan Pembangunan

Akhlakulkarimah.

4. Meluasnya lapangan kerja baru berbasis kompetensi dan berorientasi kepada

kebutuhan pasar, pemasaran tenaga kerja, penempatan, penyaluran,

pendayagunaan tenaga kerja, kemitraan kerja dan perlindungan tenaga kerja

dalam mendapatkan hak-haknya sesuai dengan norma-norma ketenagakerjaan

di dalam maupun di luar negeri.

c. Bidang Pemerintahan

Meningkatkan kemampuan manajerial dan teknis serta profesionalisme

aparatur dalam rangka membangun kinerja pemerintah daerah yang akuntabel

dengan sasaran yang ingin di capai.

1. Meningkanya kinerja dan profesionalisme aparatur yang berorientasi kepada

pelayanan masyarakat

2. Terlaksananya rasionalisasi kelembagaan kepegawaian

Page 26: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

21

3. Meningkatnya pengembangan produk-produk hukum daerah yang sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat disertai penegakkannya secara

konsisten dan konsekwen.

4. Meningkatnya penyediaan prasarana dan sarana aparatur pemerintah

5. Berkembangnya mutu kehidupan berdemokrasi. Khususnya dalam

pelaksanaan pemilu 2004 serta meningkatnya mutu pengembangan

komunikasi dan informasi.

Page 27: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Peraturan perundangan yang terkait hutan kota di kabupaten Cianjur propinsi

Jawa Barat, yaitu:

- Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

- Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

- Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

- Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota

- Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota,

definisi hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-

pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah

negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat

yang berwenang

3. Rencana strategis pemerintah kabupaten Cianjur, difokuskan dalam 3 hal

yaitu: bidang ekonomi, bidang kesejahteraan masyarakat, dan bidang

pemerintahan.

Saran

Dalam upaya pembangunan daerah, keberadaan hutan kota sangat

diperlukan dan penting peranannya dalam menjaga keseimbangan lingkungan

perkotaan. Berdasarkan hal tersebut penulis menyarankan dalam rencana

pembangunan daerah keberadaan dan status hukum hutan kota sangat diperlukan

untuk menjamin secara hukum keberlangsungan hutan kota.

Page 28: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

23

DAFTAR PUSTAKA

[Departemen PU] Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Profil Kabupaten/Kota. Kota Cianjur Jawa Barat. Http://www.ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/cianjur.pdf [Selasa, 20 November 2007].

[Pemkab Cianjur] Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2005a. Perkembangan. Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Cianjur. Artikel. Http://cianjur.go.id/Ver.2.0/Content_Nomor_Menu_23_3.html [Selasa, 20 November 2007].

[Pemkab Cianjur] Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2005b. Kabupaten Cianjur. Artikel. Http://www.puncakview.com/Profile_Kab.Cianjur.htm [Selasa, 20 November 2007].

[Pemkab Cianjur] Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2005c. Sekilas Cianjur. Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Cianjur. Artikel. Http://cianjur.go.id/Ver.2.0/Content_Nomor_Menu_15_3.html [Selasa, 20 November 2007].

[Pemkab Cianjur] Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2005d. Sekilas Cianjur. Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Cianjur. Artikel. Http://cianjur.go.id/Ver.2.0/Content_Nomor_Menu_18_3.html [Selasa, 20 November 2007].

[Pemkab Cianjur] Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2005e. Fokus Pembangunan. Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Cianjur. Artikel. Http://cianjur.go.id/Ver.2.0/Content_Nomor_Menu_22_3.html [Selasa, 20 November 2007].

Tinambunan, R. S. 2007. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=458 [Minggu, 23 September 2007].

Page 29: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

24

Lampiran 1: Kutipan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Undang Undang No. 41 Tahun 1999

Tentang Kehutanan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor 41 TAHUN 1999 (41/1999)

Tanggal 30 September 1999

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

a. Bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang;

b. Bahwa hutan, sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus

c. dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung-gugat; d. Bahwa pengurusan hutan yang berkelanjutan dan berwawasan mendunia, harus menampung

dinamika aspirasi dan peran serta masyarakat, adat dan budaya, serta tata nilai masyarakat yang berdasarkan pada norma hukum nasional;

e. Bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8) sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan pengurusan hutan, dan tuntutan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti;

f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu ditetapkan undang-undang tentang Kehutanan yang baru.

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;

Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034);

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

Dengan Persetujuan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Page 30: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

25

........................................

Bab II

Status dan fungsi Hutan

Pasal 9

1. Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

........................................

Disahkan di Jakarta, Pada tanggal 30 September 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 30 September 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. MULADI LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 167 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan I, LAMBOCK V. NAHATTANDS

Page 31: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

26

Lampiran 2: Kutipan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan

berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila;

c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah;

d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan;

f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan undang-undang penataan ruang yang baru;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang- Undang tentang Penataan Ruang;

Mengingat:

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.

........................................

Page 32: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

27

BAB VI

PELAKSANAAN PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu Perencanaan Tata Ruang

Paragraf 1

Umum

........................................

Pasal 17

(1) Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. (2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana sistem pusat

permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. (3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan kawasan

lindung dan kawasan budi daya. (4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.

(5) Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.

(6) Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antarwilayah,antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem rencana tata ruang wilayah diatur dengan peraturan pemerintah.

........................................

Disahkan di Jakarta Pada tanggal 26 April 2007 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 26 April 2007 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. HAMID AWALUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 68 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, ttd. Wisnu Setiawan

Page 33: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

28

Lampiran 3: Kutipan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. sebagai negara kepulauan merupakan sumber daya alam yang perlu dikelola secara terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

b. sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, dan sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang merupakan pedoman perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang wilayah nasional, serta penataan bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dengan letak dan kedudukan yang strategis ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I dan wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun

1992 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

........................................

BAB III

POLA PEMANFAATAN DAN STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL

........................................

Bagian Kedua

Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

........................................

Pasal 10

(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi : a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; b. kawasan perlindungan setempat; c. kawasan suaka alam; d. kawasan pelestarian alam; e. kawasan cagar budaya; f. kawasan rawan bencana alam; g. kawasan lindung lainnya. (2) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi : a. kawasan hutan lindung;

Page 34: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

29

b. kawasan bergambut; c. kawasan resapan air. (3) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. sempadan pantai; b. sempadan sungai; c. kawasan sekitar danau/waduk. d. kawasan sekitar mata air; e. kawasan terbuka hijau kota termasuk didalamnya hutan kota. (4) Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi : a. cagar alam; b. suaka margasatwa; (5) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi : a. taman nasional; b. taman hutan raya; c. taman wisata alam. (6) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e tidak terbagi lagi dalam

kawasan yang lebih kecil. (7) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi antara

lain kawasan rawan letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, serta gelombang pasang dan banjir.

(8) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi : a. taman buru; b. cagar biosfir; c. kawasan perlindungan plasma nutfah; d. kawasan pengungsian satwa; e. kawasan pantai berhutan bakau.

........................................

Bab IV

Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya dan Kawasan Tertentu

Bagian Pertama

Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung

Paragraf 1

Kriteria Kawasan Lindung

Pasal 34 ........................................

(5) Kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (3) huruf e adalah: a. lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di

kawasan permukiman, industri, tepi sungai/pantai/jalan yang berada di kawasan perkotaan; b. hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas hutan

minimal 0,25 hektar; c. hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak pada satu

hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk jalur;

d. jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohonan, bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik;

e. jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.

Page 35: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

30

........................................

Bab IV

Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya dan Kawasan Tertentu

Bagian Pertama

Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung

Paragraf 2

Pola Pengelolaan Kawasan Lindung

Pasal 41

(1) Langkah-langkah pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a berupa:

a. mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidroorologis tanah di kawasan hutan lindung sehingga ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin;

b. mengendalikan hidrologi wilayah, berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta untuk melindungi ekosistem yang khas di kawasan bergambut;

c. memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

(2) Langkah-langkah pengelolaan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b berupa:

a. menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai;

b. menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai;

c. menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk;

d. menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya;

e. menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara, dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta untuk mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota.

........................................

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 1997 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SOEHARTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 1997 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd. MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1997 NOMOR 96

Page 36: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

31

Lampiran 4: Kutipan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002

Tentang Hutan Kota

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Hutan Kota; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan

Keempat Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

6. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3557);

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4206);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4207);

Page 37: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

32

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HUTAN KOTA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : (1) Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

(2) Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

........................................

Bagian Kedua

Tujuan dan Fungsi

Pasal 2

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Pasal 3

Fungsi hutan kota adalah untuk: a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika; b. meresapkan air; c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

........................................

BAB II

PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA

Bagian Kelima

Pengelolaan

Paragraf 4

Perlindungan dan Pengamanan

Pasal 26

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan atau penurunan fungsi hutan kota.

(2) Setiap orang dilarang : a. membakar hutan kota;

Page 38: Analisa Perpu Hutan Kota Cianjur

33

b. merambah hutan kota; c. menebang, memotong, mengambil, dan memusnahkan tanaman dalam hutan kota, tanpa

izin dari pejabat yang berwenang; d. membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau membahayakan

kelangsungan fungsi hutan kota; dan e. mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.

Paragraf 5

Pemanfaatan

Pasal 27

(1) Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk keperluan : a. pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga; b. penelitian dan pengembangan; c. pendidikan; d. pelestarian plasma nutfah; dan atau e. budidaya hasil hutan bukan kayu. (2) Pemanfaatan hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sepanjang tidak

mengganggu fungsi hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

........................................

BAB VI

SANKSI

Pasal 37

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 26 dikenakan sanksi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38

Hutan kota yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku dan segera menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

........................................

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 119