ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

12
111 ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN METODE RGEC (Studi Pada Bank Harda Internasional Tbk dan Bank Amar Indonesia Tbk Tahun 2017-2020) Ajeng Komala Fauziyyah 1 , Nabilah Qori’ Mega Utami 2 , Tomy Rizky Izzalqurny 3 12, Universitas Jember, 3 Universitas Negeri Malang [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan dua bank swasta yakni Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) dan Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) pada tahun 2017-2020 menggunakan metode RGEC. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana sumber data berasal dari laporan keuangan publikasi dan kemudian dianalisis guna mengetahui tingkat kesehatan dari kedua bank bersangkutan. Faktor Risk Profile dapat dinilai dari rasio NPL dan LDR dimana pada hasil perhitungan rasio NPL dan LDR tahun 2017-2020, Bank Harda lebih unggul dibandingkan Bank Amar, namun kedua bank tersebut dinyatakan sebagai bank yang sehat. Hal ini karena kedua bank tersebut memiliki kemampuan untuk mengelola resiko kredit dan resiko likuiditas dengan baik. Hasil dari GCG pada kedua bank sama-sama berada pada peringkat 3 yakni dengan predikat cukup sehat. Faktor Earnings penilaian dilakukan menggunakan rasio ROA dimana kedua bank berada pada peringkat pertama dengan predikat sangat sehat. Pada faktor Capital yang dinilai dengan menggunakan rasio CAR menunjukkan bahwa kedua bank memiliki tingkat kesehatan yang sangat sehat pada tahun 2017-2020. Kata Kunci: Kesehatan Bank, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital Abstract The purpose of this study was to determine the difference in the soundness of two private banks, namely Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) and Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) in 2017-2020 using the RGEC method. This study uses a descriptive type of research where the data source comes from published financial statements and then analyzed to determine the soundness of the two banks concerned. The Risk Profile factor can be assessed from the NPL and LDR ratios where in the calculation of the NPL and LDR ratios for 2017-2020, Bank Harda is superior to Bank Amar, but both banks are declared healthy banks. This is because both banks have the ability to manage credit risk and liquidity risk well. The results of GCG in both banks are in rank 3 with the predicate quite healthy. Earnings factor is assessed using the ROA ratio where both banks are in the first rank with a very healthy predicate. The Capital factor assessed using the CAR ratio shows both banks have a very healthy level of soundness in 2017-2020. Keywords: Bank Health, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital PENDAHULUAN Perekonomian suatu negara tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya peran dari sektor perbankan didalamnya (Sumarauw et al., 2015). Suatu bank sebaiknya selalu memantau stabilitas dari tingkat kesehatannya. Informasi terkait dengan tingkat kesehatan sangat diperlukan bagi pihak berkepentingan guna mengetahui kinerja dari bank tersebut. Kondisi kesehatan bank baik keuangan dan non keuangan sangat penting bagi para stakeholder seperti pemilik, para manajemen perusahaan, masyarakat selaku nasabah dan juga BI selaku bank sentral yang bertugas untuk menjadi pengawas. Tingkat kesehatan dari suatu bank dapat dianalisa melalui laporan keuangan bank yang telah dipublikasikan dan dapat dilihat melalui web resmi bank bersangkutan maupun melalui web Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No.6, Hal 111-122. No. ISSN 2797-0760

Transcript of ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Page 1: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

111

ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK

MENGGUNAKAN METODE RGEC

(Studi Pada Bank Harda Internasional Tbk dan Bank Amar Indonesia

Tbk Tahun 2017-2020)

Ajeng Komala Fauziyyah1, Nabilah Qori’ Mega Utami2, Tomy Rizky Izzalqurny3 12,Universitas Jember, 3Universitas Negeri Malang

[email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan dua bank swasta yakni Bank

Harda Internasional Tbk (BBHI) dan Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) pada tahun 2017-2020

menggunakan metode RGEC. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana sumber data

berasal dari laporan keuangan publikasi dan kemudian dianalisis guna mengetahui tingkat kesehatan dari

kedua bank bersangkutan. Faktor Risk Profile dapat dinilai dari rasio NPL dan LDR dimana pada hasil

perhitungan rasio NPL dan LDR tahun 2017-2020, Bank Harda lebih unggul dibandingkan Bank Amar,

namun kedua bank tersebut dinyatakan sebagai bank yang sehat. Hal ini karena kedua bank tersebut

memiliki kemampuan untuk mengelola resiko kredit dan resiko likuiditas dengan baik. Hasil dari GCG

pada kedua bank sama-sama berada pada peringkat 3 yakni dengan predikat cukup sehat. Faktor Earnings

penilaian dilakukan menggunakan rasio ROA dimana kedua bank berada pada peringkat pertama dengan

predikat sangat sehat. Pada faktor Capital yang dinilai dengan menggunakan rasio CAR menunjukkan

bahwa kedua bank memiliki tingkat kesehatan yang sangat sehat pada tahun 2017-2020.

Kata Kunci: Kesehatan Bank, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital

Abstract

The purpose of this study was to determine the difference in the soundness of two private banks, namely

Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) and Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) in 2017-2020 using the

RGEC method. This study uses a descriptive type of research where the data source comes from published

financial statements and then analyzed to determine the soundness of the two banks concerned. The Risk

Profile factor can be assessed from the NPL and LDR ratios where in the calculation of the NPL and LDR

ratios for 2017-2020, Bank Harda is superior to Bank Amar, but both banks are declared healthy banks.

This is because both banks have the ability to manage credit risk and liquidity risk well. The results of GCG

in both banks are in rank 3 with the predicate quite healthy. Earnings factor is assessed using the ROA ratio

where both banks are in the first rank with a very healthy predicate. The Capital factor assessed using the

CAR ratio shows both banks have a very healthy level of soundness in 2017-2020.

Keywords: Bank Health, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital

PENDAHULUAN

Perekonomian suatu negara tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya peran dari

sektor perbankan didalamnya (Sumarauw et al., 2015). Suatu bank sebaiknya selalu memantau

stabilitas dari tingkat kesehatannya. Informasi terkait dengan tingkat kesehatan sangat diperlukan

bagi pihak berkepentingan guna mengetahui kinerja dari bank tersebut. Kondisi kesehatan bank

baik keuangan dan non keuangan sangat penting bagi para stakeholder seperti pemilik, para

manajemen perusahaan, masyarakat selaku nasabah dan juga BI selaku bank sentral yang bertugas

untuk menjadi pengawas.

Tingkat kesehatan dari suatu bank dapat dianalisa melalui laporan keuangan bank yang

telah dipublikasikan dan dapat dilihat melalui web resmi bank bersangkutan maupun melalui web

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No.6, Hal 111-122.

No. ISSN 2797-0760

Page 2: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

112

resmi BEI. Bank harus rutin melaporkan kondisi keuangannya secara berkala setiap periode

tertentu. Melalui laporan keuangan inilah dapat diketahui kondisi kesehatan suatu bank dan dapat

digunakan sebagai media perbaikan guna meningkatkan kesehatannya. Analisis terkait tingkat

kesehatan bank ini diperlukan guna mengetahui keadaan suatu bank apakah dalam keadaan sehat

atau tidak. Untuk bank yang memiliki tingkat kesehatan yang baik, analisis ini bisa digunakan

agar bank tersebut tetap mempertahankan kondisinya, sedangkan untuk bank yang tidak memiliki

tingkat kesehatan yang baik maka bisa dijadikan pedoman agar segera menangani masalahnya

dan meningkatkan kinerja agar memiliki kondisi yang sehat (Christian et al., 2017).

Melalui Surat Edaran BI No.30/3/UPPB tanggal 30 April 1997, tingkat kesehatan suatu

bank dapat diukur melalui Capital (permodalan), Asset (Aktiva), Management, Earning

(rentabilitas), dan Liquidity (likuiditas) atau CAMEL. Kemudian BI mengeluarkan peraturan

No.6/10/PBI tahun 2004 yang menambahkan Sensitivity to Market Risk sebagai penyempurna

dari metode sebelumnya sehingga kemudian disebut metode CAMELS. Dikarenakan adanya

perkembangan perbankan nasional yang pesat, muncul surat edaran baru yang mana Bank

Indonesia mengubah model penilaian kesehatan bank yakni SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25

Oktober 2011 yang berisikan bahwa bank diharuskan untuk melakukan evaluasi independen

secara rutin tingkat kesehatannya dan kemudian memutuskan cara yang efektif untuk

memperbaiki tingkat kesehatan dengan menilai faktor risk profile, good corporate governance,

earnings, dan capitals (RGEC). Hal ini sudah banyak dilakukan penelitian.

Penelitian yang dilakukan Sumarauw et al. (2015) menunjukkan bahwa tingkat kesehatan

bank antara Bank BRI dan Bank Mandiri menggunakan rasio NPL memiliki perbedaan yaitu

kualitas kredit Bank BRI lebih baik dibandingkan dengan Bank Mandiri. Sedangkan untuk

penilaian yang menggunakan rasio likuiditas, faktor rentabilitas atau earnings dan rasio CAR

tidak memiliki perbedaan, kedua bank tersebut berada pada predikat sehat. Penelitian yang

dilakukan Christian et al. (2017) menunjukkan bahwa Bank BRI berada pada tingkat sehat dan

Bank Mandiri berada di tingkat sangat sehat. Pengukuruan GCG pada Bank BRI dikatakan bahwa

perusahaan masih belum baik dalam hal penanganan resiko kredit, dan pada Bank Mandiri

dikatakan bahwa kemampuan perusahaan sudah cukup baik. Dalam pengukuran Risk Profile,

Earning dan Capital Bank BRI dan Bank Mandiri sudah dalam kategori sehat. Penelitian yang

dilakukan Prastianingsih et al. (2019) yang mengatakan bahwa tingkat kesehatan yang dilihat dari

Risk Profile, GCG, Earning, dan Capital pada Bank BRI memiliki tingkat yang lebih baik

dibandingkatn dengan Bank BNI. Karena hasil pengukuran rasio LDR dan GCG pada Bank BRI

yaitu sangat sehat sedangkan Bank BNI yang hanya kategori cukup sehat. Pada pengukuran lain

seperti Risk Profile, Earnings dan Capital kedua bank tersebut dalam kategori sangat sehat.

Dengan demikian mengukur kesehataan perbankan sangat penting untuk dilakukan, terlebih pada

era pandemi ini.

Bank yang kami pilih pada penelitian ini adalah Bank Harda Internasional (BBHI) dan

Bank Amar Indonesia (AMAR). Pemilihan Bank ini dikarenakan, kami ingin membandingkan

Bank diluar BUMN di Indonesia, sehingga dapat menunjukkan seberapa besar dampak Pandemi

terhadap Bank diluar BUMN, karena tentunya tidak akan mendapatkan banyak bantuan lebih dari

pemerintah. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan bank

menggunakan metode RGEC dengan bank Harda Internasional Tbk dan Bank Amar Indonesia

pada tahun 2017-2020 sebagai obyek penelitian.

Page 3: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

113

KAJIAN PUSTAKA

Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan

usaha yang menerima uang dari masyarakat yang berbentuk simpanan, dan simpanan tersebut

yang akan diberikan dalam bentuk kredit agar meningkatkan kesejahtaeraan masyarakat. Menurut

Prastianingsih et al. (2019) Bank adalah lembaga keuangan yang cukup startegis untuk

meningkatkan perekonomian Indonesia, baik secara mikro maupun makro. Perbankan sudah

dikenal lama oleh masyarakat baik dari kalangan pelajar, maupun pegawai, ibu rumah tangga.

Bank juga untuk membantu kepentingan seperti memperlancar usaha bagi para pengusaha yang

membutuhkan bantuan jasa perbankan.

Bank juga dikenal sebagai tempat melakukan transaksi seperti penukaran uang,

pembayaran setoran, menyimpan uang. Bank merupakan industri yang kegiatannya

mengandalakan masyarakat sebagai nasabah (Lasta et al., 2014). Bank menjadi kepercayaan

masyarakat dalam mengelola dana untuk disimpan atau menjadi investasi. Bank harus menjaga

kepercayaan nasabah dengan mengelola manajemen yang baik dengan memperhatikan kesehatan

masyarakat.

Kesehatan Bank

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingakat

Kesehatan Bank Umum bahwa kesehatan bank adalah merupakan sarana untuk mengetahui

kondisi bank agar menentukan strategi yang baik untuk kebelangsungan bank.. Dapat dikatakan

bahwa kesehatan bank adalah hasil penelitian dari berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi

bank sehingga dengan adanya penilaian kesehatan bank dapat memberikan masukkan pada bank.

Bank harus meningkatakan kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Kesehatan Bank dapat dijadikan tolak ukur bank dalam menjalankan kegiatan operasional

dan dapat memenuhi semua kewajiban sesuai dengan peraturan yang ditetapkan (Iswari & Fernos,

2019). Dapat dikatakan bahwa, pengawasan pada kesehatan sangat penting dilakukan dalam

perbankan karena kesehatan bank dapat membantu keberlangsungan suatu bank dalam

mengetahui risiko yang terjadi dan dapat membantu dalam mengambil strategi yang harus

dilakukan. Untuk meneliti kesehatan bank dapat dilihat dari laporan keuangan pada perbankan

yang sudah di audit, dari laporan keuangan tersebut untuk mengetahui kenaikan atau penurunan

yang dialami bank dapat dilihat dari pos-pos akun dalam laporan keuangan.

Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank baik secara konsilidasi ataupun individual harus

dilakukan untuk membantu mengetahui risiko yang dialami oleh Bank. Metode yang digunakan

pada penelitian ini yaitu RGEC. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP

metode RGEC dibagi menjadi:

1. Risk Profil (Profil Risiko)

Penilaian pada Profil Risiko adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui risiko

yang terdapat pada kegiatan perbankan. Penilaiann kualitas penerapan Manajemen terdiri atas

8 jenis risiko diataranya yakni risiko kredit dan risiko likuiditas yang mana digunakan dalam

penelitian ini. Penetapan peringkat faktor profil risiko berdasarkan analisa yang terstruktur

dengan memperhatikan seluruh risiko pada profil risiko. Pengukuran pada profil risk

menggunakan Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Page 4: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

114

a. Pengukuran risiko kredit menggunakan NPL

NPL = 𝐵𝑎𝑑 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%

Tabel 1 Kriteria Peringkat NPL

Sumber: Christian et al. (2017)

b. Pengukuran risiko kredit menggunakan LDR

LDR = 𝐶𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑔𝑖𝑣𝑒𝑛 𝑡𝑜 𝑡ℎ𝑒 𝑐𝑢𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑇ℎ𝑖𝑟𝑑 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑦 𝑥 100%

Tabel 2 Kriteria Peringkat LDR

Sumber: Christian et al. (2017)

2. Good Corporate Governance (GCG)

GCG merupakan rangkaian atau proses yang berpengaruh terhadap kepentingan

perusahaan agar mendapatkan keprcayaan dar investor dalam mengelola dananya (Manossoh,

2016). Jika penerapan GCG pada perusahaaan buruk dapat menimbulkan kasus seperti

malpraktik sehingga menyebabkan krisinya keuangan dan perusahaan akan gagal. Penilaian

pada faktor GCG adalah penilaian yang dilakukan pada kualitas menajemen Bank atas

pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yang berpedoman pada Peraturan BI tentang Pelaksanaan

GCG Nomor 8/4/PBI/2006 yaitu keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

independensi, dan kewajaran. Dalam pelaksanaan GCG yang dilaukan bank, bank harus

melakukan penilaian self assessment. Peringkat faktor GCG dikategorikan menjadi 5 tingat.

Berikut kriteria penetapan peringakat GCG:

Tabel 3 Kriteria Peringkat GCG

Sumber: Christian et al. (2017)

3. Earnings (Rentabilitas)

Menrutu Prastyananta et al. (2016) Rentabiliti adalah indikator kemampuan bank dalam

penilaian tingkat kesehatan bank dalam memperoleh keuntungan yang didapatkan. Penilaian

faktor Rentabilitas adalah penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan

laba atau keuntungan yang dilakukan dalam suatu periode. Menurut Amelia & Aprilianti

(2018) Rentabilitas bertujuan untuk mengukur tingkat pemaksimalan dalam memanfaatkan

sumber daya dengan tepat dan probabilitas yang diperoleh bank. Pengukuran Rentabilitas

menggunakan Return On Asset (ROA). Rumus ROA sebagai berikut:

Page 5: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

115

ROA = 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%

Tabel 4 Kriteria Peringkat ROA

Sumber: Christian et al. (2017)

4. Capital (Permodalan)

Permodalan adalah faktor yang penting bagi bank karena dengan adanya permodalan

yang baik dapat berdampak pada kelancaran dalam kegiatan operasional dalam mencapai

tujuan bank (Prastyananta et al., 2016). Penilaian faktor Permodalan dapat dilihat berdasarkan

evaluasi yang dilakukan terhadap permodalan seperti kemampuan dan pengelolaan modal

pads Bank. Bank juga harus melihat profil risiko karena semakin tinggi risiko yang terjadi

maka semakin besar modal yang harus dikeluarkan untuk mengatasi risiko tersebut untuk

melakukan penilaian pada kecukupan permodalan. Bank harus memelihara Kewajiban

Penyedia Modal Minimun (KPMM). Pengukuran pada faktor Permodalan yaitu

menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berikut ini rumus CAR:

CAR = 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙

𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%

Tabel 5 Kriteria Peringkat CAR

Sumber: Christian et al. (2017)

Kerangka Pemikiran

Berikut di bawah ini merupakan kerangka pemikiran pada penilitian ini:

Bank Harda

Internasional Tbk.

Bank Amar

Indonesia

Laporan Keuangan

Tahun 2017-2020

Penilaian

Kesehatan Bank

Menggunakan

Metode RGEC

Analisis Tingkat

Kesehatan Bank

Page 6: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

116

Hipotesis Penelitian

Penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan pada bank Harda Intrenasional Tbk dan

Bank Amar Indonesia pada tahun 2017-2020 dapat diduga bahwa memiliki perbedaan pada setiap

bank.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif dimana

akan menganalisis data dari laporan keuangan publikasi guna mengetahui perbandingan tingkat

kesehatan antara Bank Harda Internasional dengan Bank Amar Indonesia pada tahun 2017-2020.

Data sekunder yang berupa laporan keuangan publikasi yang dapat diakses melalui web resmi

bank Harda Internasional dan Bank Amar Indonesia selain itu juga dapat diakses melalui web

resmi BEI. Peneliti memakai metode analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Risk Profil

a. Rasio NPL

Rasio NPL berguna untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengelola resiko

kreditnya. Berikut penyajian tabel dari NPL Bank Harda Internasional dan Bank Amar

Indonesia tahun 2017-2020:

Tabel 6 Rasio NPL

NPL (%)

Tahun BBHI Peringkat AMAR Peringkat

2017 2,39 2 3,14 2

2018 2,44 2 (0,61) 1

2019 3,93 2 (3,32) 2

2020 1,75 1 4,80 2

Rata-rata 2,62 2 2,96 2

Pada tabel diatas, terlihat bahwa NPL Bank Harda Internasional (BBHI) pada

tahun 2017 sebesar 2,39, tahun 2018 sebesar 2,44, tahun 2019 sebesar 3,93, dan pada

tahun 2020 sebesar 1,75. Sedangkan pada Bank Amar Indonesia (AMAR), NPL pada

tahun 2017 sebesar 3,14, tahun 2018 sebesar 0,61, tahun 2019 sebesar 3,32, dan tahun

2020 sebesar 4,80. Selama kurun waktu 4 tahun, BBHI memperoleh tingkatan bank yang

sehat dalam perhitungan rasio NPL-nya dengan rata-rata sebesar 2,62%. Untuk bank

AMAR sendiri selama kurun waktu 4 tahun juga memperoleh tingkatan sebagai bank

yang sehat dalam perhitungan rasio NPL-nya dengan rata-rata sebesar 2,96%.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kedua bank

memiliki kondisi yang sehat dikarenakan mampu mengelola resiko kreditnya dengan baik

selama tahun 2017-2020. Manajemen bank sangat berhati-hati dalam penyaluran

kreditnya untuk menghindari munculnya kredit bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua bank ini memiliki kemungkinan yang rendah untuk menghadapi kerugian dalam

risiko kreditnya. Dapat disimpulkan bahwa BBHI dan AMAR memiliki kemampuan

untuk mengendalikan jumlah kredit yang bermasalah dimasa depan.

Page 7: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

117

b. Rasio LDR

Rasio LDR berguna untuk mengetahui tingkat likuiditas dari suatu bank. Berikut

tabel yang menunjukkan LDR yang dimiliki oleh BBHI dan AMAR pada tahun 2017-

2020:

Tabel 7 Rasio LDR

LDR (%)

Tahun BBHI Peringkat AMAR Peringkat

2017 90,04 2 95,65 2

2018 94,78 2 132,46 4

2019 94,43 2 112,86 3

2020 82,54 2 74,32 1

Rata-rata 90,44 2 103,82 3

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, rasio LDR BBHI pada tahun

2017 sebesar 90,04, tahun 2018 sebesar 94,78, tahun 2019 sebesar 94,43, dan tahun 2020

sebesar 82,54. Sedangkan pada AMAR, rasio LDR pada tahun 2017 sebesar 95,65, tahun

2018 sebesar 132,46, tahun 2018 sebesar 112,86, dan tahun 2020 sebesar 74,32. Selama

kurun waktu 4 tahun, BBHI memiliki tingkatan sebagai bank yang sehat dalam

perhitungan rasio LDR-nya dengan rata-rata sebesar 90,44%. Untuk AMAR, memiliki

tingkatan sebagai bank yang cukup sehat dengan rata-rata perhitungan sebesar 103,82%.

Untuk bank AMAR yang tingkat kesehatannya terus mengalami fluktuasi dan

rasio LDR masih terbilang cukup sehat, ada baiknya jika bank tetap harus memperhatikan

penyaluran kredit yang akan diberikan. Secara keseluruhan, kedua bank tersebut memiliki

kemampuan untuk membayar kewajiban dikarenakan adanya ketersediaan sumber dana

yang cukup baik. Bank mampu menjaga tingkatan likuiditas sesuai dengan peraturan BI.

Good Corporate Governance (GCG)

GCG merupakan kebijakan untuk mengatur antara pengelola perusahaan dengan semua

stakeholder dalam mencapai peningkatan pada perusahaan. Berikut tabel penilaian GCG yang

dimiliki oleh BBHI dan AMAR tahun 2017-2020:

Tabel 8 Penilaian GCG

GCG

Tahun

Peringkat

BBHI AMAR

2017 2 3

2018 3 3

2019 3 2

2020 3 3

Rata-rata 3 3

Page 8: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

118

Data diatas menunjukkan bahwa peringkat GCG pada BBHI Pada tahun 2017 berada di

peringkat 2, tahun 2018 di peringkat 3, tahun 2019 di peringkat 3, dan tahun 2020 di peringkat 3.

Sedangkan pada AMAR, peringkat GCG di tahun 2017 berada di peringkat 3, tahun 2018

peringkat 3, tahun 2019 peringkat 2, dan tahun 2020 peringkat 3.

Dapat disimpulkan bahwa kedua bank tersebut memiliki penilaian GCG pada peringkat

3 (cukup sehat). BBHI dan AMAR dalam menerapkan GCG pada perusahaan sudah cukup baik.

Secara keseluruhan kedua bank sudah mampu menerapkan prinsip-prinsip GCG yang baik bagi

perusahaan seperti Keterbukaan, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi dan

Kewajaran sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Earnings

Rasio ROA

ROA merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan dari suatu entitas

dalam memperoleh laba yang didapat dari hasil pegelolaan sumber dayanya atau aset yang

dimiliki. Berikut disajikan tabel ROA yang dimiliki oleh BBHI dan AMAR tahun 2017-2020:

Tabel 9 Rasio ROA

ROA (%)

Tahun BBHI Peringkat AMAR Peringkat

2017 0,69 3 0,79 3

2018 (5,06) 1 1,59 1

2019 (1,87) 1 2,99 1

2020 2,04 1 0,74 3

Rata-rata 2,41 1 1,52 1

Berdasarkan perhitungan dari tabel yang disajikan diatas, hasil perhitungan ROA BBHI

pada tahun 2017 sebesar 0,69, tahun 2018 sebesar 5,06, tahun 2019 sebesar 1,87, dan tahun 2020

sebesar 2,04. Untuk perhitungan ROA pada AMAR tahun 2017 sebesar 0,79, tahun 2018 sebesar

1,59, tahun 2019 sebesar 2,99, dan tahun 2020 sebesar 0,74. Dalam kurun waktu 4 tahun, BBHI

memperoleh tingkatan sebagai bank yang sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 2,41%.

Begitu pula dengan AMAR juga mendapatkan tingkatan sebagai bank yang sangat sehat dengan

rata-rata nilai yang dimiliki sebesar 1,52%.

Dapat disimpulkan bahwa, kedua bank ini memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dan

mempunyai kemampuan yang baik dalam memperoleh suatu laba. Bank juga memiliki total asset

yang sangat banyak sehingga kemampuan dalam memperoleh suatu laba juga sangat kuat.

Capital

CAR

CAR adalah rasio yang berfungsi untuk mengeahui kemampuan suatu bank dalam

penyediaan dana yang bertujuan untuk menanggulangi risiko kerugian yang akan hadapi bank.

Berikut perhitungan CAR yang dilakukan pada BBHI dan AMAR tahun 2017-2020:

Page 9: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

119

Tabel 10 Rasio CAR

CAR (%)

Tahun BBHI Peringkat AMAR Peringkat

2017 19,60 1 84,86 1

2018 16,85 1 42,43 1

2019 16,20 1 55,64 1

2020 19,61 1 45,34 1

Rata-rata 18,06 1 57,06 1

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rasio CAR yang dimiliki oleh BBHI pada

tahun 2017 sebesar 19,60, tahun 2018 sebesar 16,85, tahun 2019 sebesar 16,20, dan tahun 2020

sebesar 19,61. Untuk rasio CAR yang dimiliki AMAR pada tahun 2017 sebesar 84,86, tahun 2018

sebesar 42,43, tahun 2019 sebesar 55,64, dan tahun 2020 sebesar 45,34. Dalam kurun waktu 4

tahun, kedua bank memiliki tingkatan sebagai bank yang sangat sehat dimana Bank Harda

Internasional memiliki rata-rata perhitungan sebesar 18,06% dan Bank Amar Indonesia memiliki

rata-rata perhitungan sebesar 57,06%.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan bank dalam menangani risiko yang mungkin akan

terjadi sekarang maupun dimasa yang akan datang sangat baik dikarenakan bank memiliki cukup

modal untuk mengcover itu risiko-risiko yang akan bermunculan.

Diskusi

Pada profil resiko (Risk Profile) yang dinilai menggunakan rasio NPL, BBHI di tahun

2017-2019 berada pada peringkat 2 dengan predikat sebagai bank yang sehat dan mengalami

peningkatan kualitas dimana pada tahun 2020 BBHI berhasil mendapatkan peringkat 1 dengan

predikat sebagai bank yang sangat sehat. Sementara itu AMAR pada tahun 2018 mengalami

peningkatan kualitas dimana pada tahun 2017 berpredikat sebagai bank yang sehat dan pada 2018

memiliki predikat sebagai bank yang sangat sehat. Akan tetapi, pada tahun 2019 dan 2020,

AMAR berada pada tingkat 2 yang mana berpredikat sebagai bank yang sehat. Dari rata-rata yang

dihitung menggunakan rasio NPL, BBHI lebih unggul dengan total rata-rata sebesar 2,62

sementara AMAR memiliki rata-rata sebesar 2,96. Hal tersebut menunjukkan walaupun kedua

bank memiliki predikat sebagai bank yang sehat, namun berdasarkan rasio perhitungan NPL

BBHI lebih mampu mengelola resiko kreditnya dengan baik dibanding dengan bank AMAR.

Dilihat dari hasil rata-rata yang dihasilkan oleh BBHI, manajemen bank lebih baik dalam

mengelola dan menyalurkan kreditnya sehingga dapat menghindari timbulnya kredit bermasalah

dimasa depan. Selanjutkan profil resiko juga dapat dinilai melalui rasio LDR dimana BBHI terus

memiliki predikat sebagai bank sehat selama periode 2017-2018 sementara AMAR cenderung

mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2017 bank AMAR berpredikat sebagai bank yang sehat

namun pada 2018 bank berpredikat sebagai bank yang kurang sehat, sementara pada tahun 2019

bank AMAR mengalami peningkat lagi sebagai bank berpredikat cukup sehat dan pada tahun

2020 bank mengalami peningkatan drastic dimana berpredikat sebagia bank yang sangat sehat.

Dari hasil perhitungan rata-rata dengan menggunakan rasio LDR, BBHI juga lebih unggul

dibandingkan dengan AMAR dimana BBHI memiliki rata-rata sebesar 90,44 dengan predikat

Page 10: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

120

bank sehat sedangan AMAR memiliki rata-rata sebesar 103,82 dengan predikat sebagai bank yang

cukup sehat. Hal tersebut memunjukkan bahwa BBHI lebih mampu dalam melunasi seluruh

kewajiban yang dimiliki karena memiliki sumber dana yang lebih baik dibandingkan dengan

AMAR. BBHI juga lebih mampu dalam menjaga tingkat likuiditasnya sesuai dengan ketetapan

BI.

Pada GCG, BBHI mengalami penurunan pada tahun 2018 dimana pada tahun 2017 BBHI

berpredikat sebagai bank yang sehat namun pada tahun 2018-2020 mengalami penurunan dan

stabil dipredikat sebagai bank yang cukup sehat.Sementara AMAR pada tahun 2017 dan 2018

berpredikat sebagai bank yang cukup sehat namun mengalami peningkatan pada tahun 2019

sebagai bank yang sehat lalu mengalami penurunan kembali ditaun 2020 dan kembali pada

predikat sebagai bank yang cukup sehat. Dari hasil rata-rata penilaian GCG, kedua bank memiliki

predikat sebagai bank yang cukup sehat. Kedua bank telah menerapkan GCG cukup baik dengan

menerapkan prinsip yang telah sesuai dengan peraturan OJK. Dalam hal tata kelola, kedua bank

tidak ada yang lebih unggul dikarenakan memiliki predikat dan fluktuasi yang sama.

Selanjutnya yakni rentablitas (Earnings) yang dinilai menggunakan rasio ROA, BBHI

pada tahun 2017 memiliki predikat sebagai bank yang cukup sehat namun pada tahun 2018-2020

stabil sebagai bank yang sanagt sehat Sementara AMAR pada tahun 2017 berpredikat sebagai

bank yang cukup sehat dan di tahun 2018-2019 bank mengalami peningkatan dengan predikat

sebagai bank yang sanagt sehat. Namun, ditahun 2020, bank mengalami penurunan kembali

sebagai bank dengan predikat yang cukup sehat. Dari rata-rata perhitungan rasio ROA, BBHI

juga lebih unggul dengan rata-rata sebesar 2,41 sementara AMAR sebesar 1,52. Hal tersebut

menunjukkan bahwa walaupun kedua bank tersebut sama-sama berpredikat sebagai bank yang

sangat sehat, namun BBHI memiliki tingkat profitabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan

AMAR. BBHI memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memperoleh suatu laba.

Terakhir yakni permodalan atau Capital yang dinilai dengan menggunakan rasio CAR,

BBHI dalam periode 2017-2020 stabil dengan predikat sebagai bank yang sangat sehat. Begitu

pula dengan AMAR juga stabil dengan predikat sebagai bank yang sangat sehat dalam periode

2017-2020. Dari hasil perhitungan menggunakan rasio CAR, AMAR lebih unggul dibandingkan

dengan BBHI dengan rata-rata sebesar 57,06 sementara BBHI memiliki rata-rata sebesar 18,06.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kedua bank berada pada predikat bank yang sangat sehat,

namun AMAR lebih mampu menangani resiko yang mungkin akan muncul dikemudian hari

dikarenakan memiliki lebih banyak modal untuk mengcover resiko yang bermunculan.

SIMPULAN

Pengukuruan Profil Risiko menggunakan metode rasio NPL Bank BHI dan Bank Amar

mendapatkan hasil rata-rata > 2%. Dapat dikatakan bahwa kedua bank sama-sama berada di

peringkat 2 yaitu sehat. Sedangkan menggunakan metode rasio LDR, Bank BHI dan Bank Amar

memiliki tingkat kesehatan yang berbeda. Bank BHI berada pada peringkat 2 yaitu kondisi bank

dalam keadaan sehat. Bank Amar tingkat kesehatannya mengalami fluktuasi dan berada di

peringkat 3 yaitu kondisi bank dalam keadaan cukup sehat. Pengukuran GCG pada Bank BHI dan

Bank Amar melalui self assessment mendapatkan hasil rata-rata yaitu peringkat 3 (cukup sehat).

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017-2020 Bank BHI dan Bank Amar telah menerapakan

prinsip-prinsip GCG dengan cukup baik. Pengukuruan Rentabilitas (Earnings) dengan

menggunakan metode rasio ROA pada Bank BHI dan Bank Amar berada di peringkat 1 (sangat

sehat) karena hasil rata-rata ROA kedua bank > 1,5%. Hal ini menunjukkan bahwa Bank BHI dan

Bank Amar dalam mengelola aset perusahaan dengan sangat baik. Pengukuran Permodalan

Page 11: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

121

(Capital) menggunakan metode rasio CAR pada Bank BHI dan Bank Amar berada di peringkat

1 (sangat sehat). Hasil rata-rata CAR pada kedua bank mendapatkan hasil >12%. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua bank dapat menangani risiko kerugian yang akan terjadi sekarang

maupun di masa depan.

Implikasi praktis yang bisa peneliti sampaikan adalah bank BHI dan Bank Amar

diharapkan dapat meminimalkan terjadinya risiko kredit dan resiko liabilitas dengan menjaga

serta mengawasi kredit yang diberikan kepada nasabah sesuai dengan peraturan-peraturan

perkreditan. Bank juga harus memperhatikan kewajiban bank dan memperhatikan jumlah kredit

yang diberikan kepada pihak ketiga agar likuiditas sesuai dengan standard dan dapat

meningkatkan aktivitas operasional bank. Bank BHI dan Bank Amar diharapkan untuk

meningkatkan dan memperkuat GCG. Penerapan GCG pada bank yang efektif dapat memperbaiki

kualitas kinerja perusahaan tersebut. Bank BHI dan Bank Amar harus meningkatkan kinerjanya

agar tetap mendapat kepercayaan nasabah sehingga memperkuat dan berkembangnya bank.

Dengan meningkatkan tingkat kesehatan bank dapat menambah atau meningkatnya jumlah aset

yang dimiliki, serta pendapatan operasional dan laba akan meningkat di masa yang akan datang

sehingga kinerja bank akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, E., & Aprilianti, A. C. (2018). Penilaian Tingkat Kesehatan Bank: Pendekatan CAMEL

Dan RGEC. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 6(2), 189–208.

https://doi.org/10.35836/jakis.v6i2.5

Bank Indonesia. (2006). Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance. 1–30.

Bank Indonesia. (2011a). Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank. Peraturan Bank Indonesia, 1–31.

Bank Indonesia. (2011b). Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Christian, F. J., Tommy, P., & Tulung, J. (2017). Analisa Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Metode RGEC pada Bank BRI dan Mandiri Periode 2012-2015. Jurnal EMBA, 5(2), 530–

540.

Indonesia, B. (2011). Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum.

Indonesia, R. (n.d.). Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Lembaran Negara

Republik Indonesia, 182. http://www.bphn.go.id/data/documents/98uu010.pdf

Iswari, M., & Fernos, J. (2019). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada Pt. Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Barat. 1–22. https://doi.org/10.31227/osf.io/ja7ty

Lasta, H. A., Arifin, Z., & Nuzula, N. F. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings,

Capital). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 13(2).

https://doi.org/10.32505/ihtiyath.v2i2.710

Manossoh, H. (2016). Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kualitas Laporan

Keuangan. In PT Norlive Kharisma Indonesia : Bandung.

Prastianingsih, J. E., Widarno, B., & Harimurti, F. (2019). Analisis Perbandingan Tingkat

Page 12: ANALISA PERBANDINGAN KESEHATAN BANK …

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 6 ISSN 2797-0760

122

Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC pada Bank BNI dan Bank BRI

Periode 2015-2017. Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi Informasi, 15, 451–459.

Prastyananta, F., Saifi, M., & NP, M. (2016). ANALISIS PENGGUNAAN METODE RGEC

(RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL)

UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN BANK (Studi Pada Bank Umum

Yang Terdaftar Di BEI Periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas

Brawijaya, 35(2), 68–76.

Sumarauw, J., Rotinsulu, T. O., & Korompis, V. E. (2015). Analisis Perbandingan Tingkat

Kesehatan Bank Berdasarkan Metode Rgec (Studi pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

dan PT. Bank Mandiri Tbk Tahun 2012-2014). Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis

Dan Akuntansi, 3(4), 433–442.