ANALISA PERANCANGAN FASILITAS WISATA EDUKASI BATIK …
Transcript of ANALISA PERANCANGAN FASILITAS WISATA EDUKASI BATIK …
34
35
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN FASILITAS WISATA EDUKASI BATIK
CIPRAT KARYA DIFABILITAS DI KABUPATEN BLITAR
4.1 Analisa Eksternal (Tapak Dan Kondisi Lingkungan)
4.1.1 Studi Pemilihan dan Analisa Tapak Terpilih
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Blitar
36
Gambar 4.2 Eksisting kawasanperencanaan alternatif tapak
Terdapat dua alternatif tapak di Desa Resapombo Kecamatan Doko Kabupaten Blitar. Pemilihan lokasi tapak pada desa Resapombo yaitu pada lokasi 2 karena di lokasi inilah cikal bakal lahirnya Batik Ciprat, letaknya pula yang strategis yang bisa di akses melalui via Kabupaten Blitar Maupun Via Kabupaten Malang via Wisata Religi Gunung Kawi. Serta sejalur dengan wisata2 alam yang lain. seperti kebun The Sirah Kencong, Air Terjun Selo Kajar Dan Hutan pinus Gogoniti.
Menuju Jalan Raya Malang- Blitar /Menuju Wisata Hutan
Pinus Gogoniti
Menuju Wisata Air Terjun Selo Kajar / Menuju Kota Malang via Wisata Religi
Menuju Kebun The Sirah Kencong / Gunung Kawi
37
Gambar 4.3 Tapak alternatif 1. Gambar 4.4 Tapak alternatif 2.
Tapak merupakan salah satu factor penting dalam perancangan sebuah wisata karena sangat mendukung suasana yang akan di sajikan wisata tersebut sesuai dengan tema nya. Oleh karena itu, pemilihan tapak merupakan unsur penting yang harus dipertimbangkan. Penilaian dari dua alternatif tapak diatas sebagai berikut.
Tabel 4.1 Penilaian alternatif tapak
Sumber: Analisa Penulis, 2021
Dari hasil penilaian tersebut dipilihlah tapak alternatif 2, dengan acuan berdasarkan kriteria dalam tabel 4.1
38
4.1.2 Analisa Kondisi Dan Batas Eksisting Tapak
Gambar 4.5 Analisa Kondisi dan Batas Eksisting Tapak
Tapak merupakan lahan kosong yang berupa lapangan dan sawah. Batas-batas pada tapak dari sisi selatan site merupakan sawah, Sisi barat merupakan perbukitan, sisi Utara merupakan pemukiman warga namun masih dibatasi dengan kebun warga, sedangkan pada sisi Timur site merupakan kebun Kayu sengon .
Tanggapan:
Dengan keuntungan site yang seperti itu maka dapat
memaksimalkan view alami pada sekitar site dan juga dapat
39
memaksimalkan batasan site berupa vegetasi pohon Sengon yang sudah ada di sekeliling site.
4.1.3 Analisa Peraturan Setempat (KDB dan Batas Tapak, GSB, KLB, dll)
Gambar 4.6 Analisa Peraturan Setempat
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2011 – 2031 Pasal 109 (1). Ketentuan teknis kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Intensitas pemanfaatan permukiman, perdagangan, dan jasa serta fasilitas umum maksimum 20% dari luas areal yang ada, KDB yang diijinkan 30%, KLB 30% dan KDH 70%;
Luas Lahan X KDB = 19.550 m² x 30% = 5.865 m² maka sisa tanah yang boleh di bangun adalah 5.865 m²(KDB)
KLB x Luas Lahan = 30% X 19.550 = 5.865 m²
Menurut arahan peraturan yang ada, untuk GSB lebar jalan : ½ + 1
6m : ½ + 1 = 4m
40
Tanggapan:
Pada area garis sempadan dimanfaatkan sebagai RTH. Dan memaksimalkan ukuran ruangan karena hanya dibatasi satu lantai bangunan saja.
4.1.4 Analisa Pencapaian Pada Tapak
Gambar 4.7 Analisa Pencapaian Pada Tapak
Akses menuju tapak hanya bisa di akses pada satu sisi tapak pada bagian barat yaitu jalan Desa Resapombo. Pencapaian ke tapak merupakan satu – satunya pencapaian darat yang mudah dijangkau. Sistem transportasinya bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan angkutan lokal desa.
Tanggapan:
Dalam desain, pencapaian kendaraan masuk menuju ke dalam tapak akan menggunakan satu entrance saja namun akan dipisah jalur kendaraan masuk dan kendaraan keluar. Hal ini didasari oleh pertimbangan dengan memanfaatkan kontur tanah yang ada, tetapi masih dapat mempermudah sirkulasi kendaraan yang lalu lalang pada site.
41
4.1.5 Analisa Entrance Pada Tapak
Gambar 4.8 Analisa Enterance Pada Tapak
Entrance pada site ini berada di sisi barat tapak yang hanya memiliki 1 entrance saja, dan harus menuruni ramp sejauh ± 50 meter karena site berada 3 meter dibawah jalan raya desa resapombo.
Tanggapan:
Dengan memanfaatkan entrance yang sudah ada hanya saja dimaksimalkan ukurannya agar bisa dilalui dua jalur masuk dan keluar tapak. Tetapi juga menambah entrance di sisi barat daya site guna menjadi akses masuk kendaraan service.
42
4.1.6 Analisa Sirkulasi Pada Tapak
Gambar 4.9 Analisa Sirkulasi Pada Tapak Sirkulasi pada site ini berada pada sisi barat site yaitu jalan
Desa Resapombo. Yang memiliki lebar jalan 5 meter dengan kepadatan kendaraan yang dinilai rendah. Sehingga sirkulasi di depan site bisa terbilang lancar.
Tanggapan:
Secara keseluruhan jalan Desa Resapombo. merupakan jalur sirkulasi kendaraan saja. Sirkulasi pada tapak di bedakan jalur kendaraan pengunjung dan kendaraan service. Hal ini didasari akses menuju tapak yang hanya ada pada bagian sisi barat site, sehingga kita dapat menambah satu lagi enterance di sisi barat daya site guna menjadi akses masuk dan keluar kendaraan servis
43
A C
4.1.7 Analisa View Pada Tapak
Gambar 4.10 Analisa View Pada Tapak
A. View Menuju site : 1) View terbaik memandang yaitu dari arah selatan
site maupun utara site.
44
B. View keluar site:
1) View terbaik memandang mengarah kearah utara dengan pemandangan view Gunung Kawi, barat dengan pemandangan perbukitan, Timur den gan hutan mahonni nya.
Tanggapan:
Keuntungannya Bisa memaksimalkan view ke segala arah dan bisa mendisain bangunan dengan banyak bukaan agar ketika kita di dalamnya masih mendapatkan nuansa alami.
4.1.8 Analisa Parkir Pada Tapak
a. Kapasitas parkir
Kapasitas parkir di objek Wisata Edukasi Batik Ciprat Sebagai berikut:
Jenis kendaraan Jumlah/hari Mobil 40 unit Motor 50 unit Bus 3 unit Mobil service 5 unit
Tabel 4.2 : Analisa kapasitas parkir (Analisa penuis,2021)
b. Pola Penyebaran Dan Porletakan Parkir Pola penyebaran parkir dikawasan ini menggunakan pola
parkir mobil lurus serong menghadap dua arah dan satu arah. Sedangkan motor berada dalam satu kompleks yang ditata berbaris.
45
Gambar 4.11 Pola parkir mobil Gambar 4.12 Pola parkir motor
Peletakan parkir mobil berada di sebelah selatan site dan motor berada di sebelah utara parkir mobil. Sedangkan parkir kendaraan service berada di bagian sisi utara site.
4.1.9 Analisa Lansekap Pada Tapak ( Soft Material dan Hard Material)
4.2.1 Analisa Lansekap Pada Tapak
Gambar 4.13. Jalan beton Gambar 4.14 Softcape
46
A. Hardspace
Hardspace pada tapak hanya terdapat pada sirkulasi entrance masuk tapak yang berupa jalan beton.
B. Softcape
Hampir keseluruhan kawasan berupa softcape diantaranya area batas-batas site yang merupakan vegetasi dan permukaan site yang tertutupi rerumputan.
Tanggapan :
Dengan data analisa tersebut maka dapat menambahkan hardcpace berupa ramp, guiding block, yang bermaterial tidak licin yang disebabkan lokasi tapak yang berada di daerah yang memiliki kelembaban tinggi. Serta memakaksimalkan dan mempertahankan vegetasi yang ada di dalam site maupun di luar site akan tetapi kita perlu menambahkan vegetasi yang memiliki beragam warna guna menjadi aksen baru untuk site tersebut.
4.1.10 Analisa Drainase Pada Tapak
Gambar 4.15. Analisa Drainase Pada Tapak
47
Hanya di sebrang (sisi utara / sebrang jalan) yang terdapat drainase. Drainase tersebut adalah drainase desa. Sedangkan di dalam hanya ada drainase dari sawah saja dan juga karena lantainya masih berupa tanah dan bekas sawah sehingga air bisa meresap ke dalam tanah. Akan tetapi hal ini juga berdampak buruk jika air tidak meresap maka yang terjadi adalah tanah becek.
Tanggapan :
Dengan data tersebut sebaiknya ditambahkan drainase di sekitar site. Atau juga mengsiasati dengan biopori. Dan juga menggunakan sumur resapan sebagai pengelolaan limbah nantinya agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
4.1.11 Analisa Kebisingan Pada Tapak
Gambar 4.16. Analisa Kebisingan
a) Kebisingan terbesar berasal dari kendaraan yang lalu lalang di sebelah barat site dengan intensitas kendaraan yang rendah. Sehingga tidak terlalu berdampak secara signifikan.
48
Tanggapan:
Terdapat banyak vegetasi alami seperti pohon di sekeliling site sehingga bisa menyaring kebisingan dari luar yang menuju kedalam site.
4.1.12 Analisa Utilitas Pada Tapak
Gambar 4.17. Analisa Utilitas
Sudah ada saluran listrik dari PLN yaitu tepat di depan site atau di sisi barat site.
Tanggapan:
Penambahan utilitas berupa sumur sebagai sistim air bersih pada site, gardu listrik serta beberapa hydrant di luar site
49
4.1.13 Analisa Iklim Pada Tapak
Gambar 4.18. Iklim
Matahari terbit dari sisi timur atau belakang tapak melewati sisi site terpanjang menuju ke barat. Pada siang hari matahari berada di atas tapak dimana semua massa bangunan akan menerima panas secara keseluruhan. Ketika pagi dan sore cahaya matahari tertutupi oleh adanya perbukitan di sisi barat dan timur site sehingga menimbulkan bayangan yang dapat menaungi tapak di pagi dan sore hari.
Gambar 4.19.Grafik suhu
50
Dengan ketinggian 655 mdpl. Suhu terendah dan maksimal disana bisa mencapai 23°-30° derajat celcius dengan kelembapan udara sebesar 60% – 80%.
Angin yang berhembus ada dua jenis yaitu angin:
a) Angin Gunung ( Montain Wind): Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung / di atas lereng gunung) menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah. Disebut juga arus Katabatik (catabatic flows).
b) Angin Lembah :
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi labil dan cenderung menaiki lereng. Disebuut juga arus anabatik (anabatic flows).
Sehingga tekanan angin dari dua arah tersebut cukup besar apalagi letak site yang di apit dua perbukitan , sehingga dapat memberikan tekanan yang cukup tinggi pada bangunan tapak.
51
Tabel 4.3 Curah Hujan per Tahun
Serta curah hujan sebesar 9,42 / hari
Tanggapan:
a) Memaksimalkan cahaya matahari dengan memaksimalkan bukaan pada massa bangunan sebagai pencahayaan alami.
b) Bentuk massa dibuat memanjang dari utara ke selatan guna mengurangi tekanan angin pada bangunan.
c) Menggunakan vegetasi pohon peneduh yang tidak banyak cabang guna mengurangi tekanan angin terhadap pohon yang menyebabkan pohon tumbang
d) Pemberian vegetasi pada sekeliling tapak untuk memecah angin, agar tekanan angin pada massa bangunan tidak terlalu besar.
e) Menggunakan material yang tahan akan kelembapan tinggi.Memaksimalkan kerja drainase di dalam tapak maupun luar tapak
52
F.Penunjang
F.Sekunder
F.Primer
4.1.14 Analisa Zoning Pada Tapak
Gambar 4.20 Zoning
Zoning fungsi pada penempatan fungsi utama pada bagian utara serta fungsi sekunder dan penunjang berada di sisi selatan dan timur site. Hal tersebut bertujuan agar ketika pengunjung akan menuju fungsi utama dapat melewati fungsi-fungsi lainnya sehingga tidak ada satu area fungsi yang mati. Karena letak entrance bangunan yang berada di sisi selatan tapak nantinya.
53
4.2 Analisa Internal (Bangunan) 4.2.1 Analisa Jumlah Pengguna Bangunan
Tabel 4.4 Analisa Jumlah Pengguna
JENIS AKTIFITAS JENIS PENGGUNA JUMLAH PENGGUNA
Bekerja Pengelola 25-30 Menerima tamu Rapat Penerimaan Pengelola 2
Pengunjung 100 Perdagangan Staf kasir 3
Pengunjung 100-200 Keamanan Pengelola 5 Bidang kerajinan dan edukasi
Pengrajin Batik 20 Pengrajin Kerajinan dari Batik
20
Pengunjung 100-200 Melihat pameran Pengunjung 100-200 Istirahat Pengujung 50-100 Menikmati Taman dan ber swafoto
Semua pengguna 100-200
Ibadah Semua pengguna 20-40 Makan dan minum Penjual makanan 15
Pengunjung 100-150 Buang air Semua pengguna Fleksibel Menginap Beberapa Pengrajin 10-20 Bongkar muat barang Supplier 3 truk Menyimpan barang Supplier, Pengelola,
Pengrajin 10-15
Parkir kendaraan Semua pengguna Fleksibel Pemeliharaan Staff ME 1
Staff Pompa 1 Staff Genset 1 Staff penghawaan 1
54
4.2.2 Analisa Aktifitas Pengguna Bangunan dan penetapan Program Kegiatan
Tabel 4.5 Analisa Aktifitas Pengguna Bangunan dan Penetapan Program Kegiatan
A. Kegiatan Utama KLASIFIKASI
FUNGSI JENIS AKTIFITAS SIFAT PRILAKU AKTIFITAS
Produksi Membuat produk Semi Publik
Pembuatan batik ciprat Pembuatan kerajinan dari batik
Edukasi produk Publik Mengedukasi dan belajar membatik secara langsung.
Pengemasan produk Semi Publik
Menata dan mengemas
B. Kegiatan Penunjang
KLASIFIKASI FUNGSI
JENIS AKTIFITAS SIFAT PRILAKU AKTIFITAS
Ruang Pengelola
Berkerja Privat Membentuk tanah liat menjadi gerabah
Edukasi pengujung Publik Menjadi tourguide Melatih Publik Melatih para disabilitas Gallery dan Toko Souvenir
Display pameran Publik Mengedukasi pengunjung
Penjualan. Publik Kasir Privat Menata barang Privat Mengambil barang Taman ramah disabilitas
Bersantai Publik Menikmati taman Bersosialisasi Publik Berinteraksi antar
pengunjung. Gedung pertemuan
Pertemuan / rapat Publik Flexsibel sesuai penyewa
55
C. Kegiatan Pelengkap
KLASIFIKASI FUNGSI
JENIS AKTIFITAS SIFAT PRILAKU AKTIFITAS
Foodcourt Makan Semi publik
Memasak, berdagang, Makan dan minum
Home Stay Menginap Privat Menginap, Beristirahat Parkir kendaraan
Memarkir kendaraan Publik Menaruh kendaraan Promosi produk Publik Mengambil kendaraan
Ibadah Tempat ibadah Publik Melakukan kegiatan beribadah Tempat wudhu Publik
Keamanan Keamanan dan pengawasan
Semi public
Menjaga keamanan
Privat Melakukan pengawsan melalui CCTV
Hiburan Bersantai dan istirahat
Publik Berkeliling pada ruang terbuka (taman)
Menerima dan penyimpanan
Bongkar muat barang Privat Supplier mengantarkan barang
Menyimpan barang Privat Barang datang dimasukkan ke gudang penyimpanan
Privat Pengambilan barang keperluan tiap ruang
Servis Pemeliharaan Privat Perbaikan dan pemeliharaan pada ME, Genset, Pompa dan Penghawaan
56
4.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang Pada Bangunan
Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Ruang
57
Pos keamanan
Ruang rapat
Pantry dapur
Pengelola Parkir
pengelola Hall/Lobby
Ruang MEE
Ruang karyawan
Ruang pimpinan
4.2.4 Analisa Sirkulasi Pengguna Pada Bangunan
1) Sirkulasi Pelaku Tetap
Pengrajin
2) Sirkulasi Pelaku Tidak Tetap
Pengunjung
Gambar 4.21 Sirkulasi Pelaku
Loket tiket
R.Produksi R. Produksi Batik Kerajinan dari
Batik
Parkir Lobby/Hall Taman Gallery
Dan souvenir
Ruang informasi Musholla Food Court
Toilet Gudang
Parkir difabel
Lobby/Hall Tempat perebusan
Home Stay Tempat
Produksi Tempat
penjemuran
58
4.2.5 Analisa Hubungan Ruang Pada Bangunan
Gambar 4.22 Matriks Hubungan Ruang
59
4.2.6 Analisa Besaran Ruang Pada Bangunan
60
Tabel 4.7 Analisa Besaran Ruang
61
4.2.7 Analisa Massa Bangunan
Berdasarkan pada analisa fungsi dan pengelompokan sesuai fungsinya yang beracu pada analisa sistim sirkulasi external lalu ditinjau dari luas lahan dan konsep sirkulasi rute dalam berwisata edukasi maka direkomendasikan bangunan menggunakan massa banyak. Dengan ketinggian bangunan paling tinggi berupa massa utama menggunakan 2 lantai dan massa yang lainnya 1 lantai. Pembagian massa antara lain:
Pembagian Massa Jenis Massa Massa 1 Lobby
Loket Ruang pengelola G. Pertemuan ATM Centre
Massa 2 R. Produksi Batik R. Pembelajaran
Massa 3 R. Produksi kerajinan dari Batik R. Pembelajaran
Massa 4 Gallery Souvenir
Massa 5 Foodcourt Massa 6 Taman Ramah Disabilitas Massa 7 Musholla Massa 8 Gudang dan R. Genset
Tabel 4.8 Pembagian massa 4.2.8 Analisa Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan disesuaikan dengan bentuk tapak dan arah entrance ke dalam tapak guna memaksimalkan luas tapak yang bisa di bangun agar tidak ada area yang kosong.
4.2.9 Analisa Struktur Bangunan
A. Struktur Bawah/ Pondasi
Tapak terletak di area bekas persawahan dan lapangan
62
bola dengan kondisi tanah yang gembur. Sehingga bangunan dengan podasi tapak sudah cukup dibangun di area ini dengan hanya 1 lantai bangunan yang akan di bangun di area ini.
Gambar 4.23 Pondasi Tapak
B. Dinding
Pemilihan material dinding menggunakan material bata merah
Gambar 4.24. Bata merah Gambar 4.25 Tekstur Bata Merah Tanpa Aci
Pemilihan material ini karena batu bata merah yang dinilai lebih tahan lama serta sudah banyak tukang yang bisa mengaplikasikannya, serta keuntungan menggunakan akan menciptakan kesan tradisional jika tanpa di beri aci pada dinding.
C. Atap
Struktur atap pada bangunan fungsi utama berbentuk Limasan namun juga di kombinasi dengan minimalis untuk menyesuaikan betuk bangunannya, tetapi tetap dengan menggunakan material kayu guna menciptakan kesan
63
tradisional pada area produksi dan edukasi agar pengguna merasa nyaman dan betah dalam beraktivitas.
Gambar 4.26. Atap limas Gambar 4.27. Atap minimalis
Material atap yang digunakan adalah atap genteng tanah liat karena mudah didapat, kuat dan dapat menciptakan kesan tradisional pada bangunan.
4.2.10 Analisa Sirkulasi Horizontal dan Vertikal Pada Bangunan
1. Analisa Sirkulasi Horizontal: a. Guiding Block
Gambar 4.30 Guiding Block
Menggunakan Guiding Block dalam upaya membantu
Gambar 4.28 Genteng Tanahliat Berfinishing
Gambar 4.29 Atap Spandex pasir
64
kemudahan aksesbilitas para difabel. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya blok atau cetakan sebagai pemandu jalan. Arti Guiding Block adalah keramik atau ubin yang memiliki desain khusus seperti bulatan-bulatan dan garis lurus yang diperuntukkan untuk membantu mengarahkan pejalan kaki yang memiliki kebutuhan khusus terutama bagi penyandang tunanetra.
DOT BLOCK Teksture ubin bermotif bulat bulat yang memberi peringatan terhadap adanya perubahan situasi sekitarnya. LINE BLOCK Teksture ubin bermotif garis garis yang menunjukkan arah perjalanan.
b. Pegangan dari besi
Pegangan untuk kaum difabel dari besi dan kayu yang dinilai
Gambar 4.32 Ramp dengan pegangan besi
Gambar 4.33 Ramp dengan pegangan Kayu
Gambar 4.31 Texture Guiding Block
65
lebih kuat serta estetik sebagai pengaman sekaligus membatu asesbilitas para difabel agar mereka merasa aman.
2. Analisa sirkulasi vertical
Pada perancangan ini, bangunan menggunakan 1 lantai bangunan saja sehingga hanya membutuhkan ramp ketika ada perbedaan ketinggian elevasi bangunan
4.2.11 Analisa Transportasi Pada Bangunan
Transportasi bangunan hanya dapat di akses oleh pengguna kursi roda saja.
4.2.12 Analisa Utilitas Pada Bangunan
A. Analisa Sistem Listrik
Pada sisi barat site terdapat tiang tiang listrik yang menjadi satu satunya sumber listrik pada tapak.
B. Analisa Sistem Air Bersih
Sistem air bersih menggunakan sumur tanah dan akan di distribusikan lewat pompa air.
C. Analisa Sistem Air Kotor
Limbah cair dari sistem air kotor berasal dari wastafel, urinoir dan air bekas rebusan batik yang setelah itu akan disalurkan ke dalam sumur resapan untuk kemudian dapat difilter sebelum disalurkan ke selokan. Limbah padat berasal dari toilet yang disalurkan ke septictank dengan tujuan menguraikan limbah padat sebelum disalurkan ke
Gambar 4.34 Ramp
66
jaringan selokan.
D. Analisa Sistem Pencahayaan
Pencahayaan saat ini hanya ada di luar site yaitu pada penerangan lampu jalan dan pencahayaan alami dari matahari saja.
E. Analisa Sistem Penghawaan
Berdasarkan analisa iklim di sekitar site, udara di sekitar site terbilang cukup dingin dengan rata-rata 23°-30° celcius sehingga tidak terlalu membutuhkan penghawaan buatan, tetapi kita bisa memaksimalkan penghawaan alami.
F. Analisa Sistem Pemadam Kebakaran
Dalam site kita bisa Menggunakan Pipa hydrant dan sebaran alat pemadaman portable dengan tekanan dari air yang bersistem downfeat yang memanfaatkan gravitasi bumi, sehingga tekanan air akan semakin tinggi dan lebih cepat untuk memadamkan api.