Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini...

4
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 1 AbstrakAnalisa pengaruh proses segmentasi citra terhadap klasifikasi citra rontgen paru-paru dengan JST backpropagation telah dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data citra grayscale foto sinar-X paru-paru yang terlah didiagnosa oleh dokter sebanyak 150 data dengan rincian 90 data untuk pelatihan dan 60 data untuk pengujian. Citra foto rontgen ini akan disegmentasi terlebih dahulu sebelum diklasifikasikan ke dalam tipe paru-paru normal, paru-paru yang terkena kanker dan paru-paru yang terkena efusi. Segementasi dilakukan dengan menggunakan mask yang dibuat dengan proses deteksi tepi canny dan operasi morfologi dilasi. Pada proses pelatihan didapatkan nilai akurasi sebesar 100% sedangkan proses pengujian menunjukkan akurasi sebesar 68,33%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dengan bahan dan metode yang sama tanpa proses segmentasi, pada penelitian terjadi peningkatan performasi jaringan. Dengan adanya proses segmentasi citra, jaringan lebih mudah mengenali pola masukkan dari citra. Kata KunciSegmentasi Citra, Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation, Citra foto rontgen paru-paru I. PENDAHULUAN Aplikasi pengolahan citra telah berkembang cukup pesat sejak Land, Zworykin, dan Hatke menemukan electronic translating microskope untuk memperagakan citra ultraungu pada layar televisi pada tahun 1958. Setelah itu bermunculan berbagai aplikasi untuk mendeskripsikan citra ke dalam bentuk digital. Salah satu aplikasi pencitraan digital yang paling terkenal dalam bidang medis sampai saat ini adalah tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan dengan menggunakan radiasi sinar X[1]. Dalam dunia biomedis, hasil citra sinar-X atau sinar rontgen sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit dalam tubuh pasien. Pendiagnosaan ini biasanya dilakukan oleh dokter/ahli radiolog dengan cara menganalisa citra foto X-ray dan menemukan kelainan yang ada. Salah satu tugas seorang dokter dan ahli radiolog yang penting dan cukup sulit adalah ketika mendeteksi dan mendiagnosa kelainan organ tubuh yang letaknya tersembunyi. Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang sulit dideteksi dan didiagnosis oleh kebanyakan ahli radiolog. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kegagalan ahli radiolog untuk mendiagnosa bintil kecil pada paru-paru sebesar 30% dari kasus nyata [2]. Kesalahan ini dapat disebabkan karena struktur anatomi yang terlihat samar atau rendahnya kualitas gambar atau bahkan dapat disebabkan karena faktor subyektivitas dan kriteria pengambilan keputusan yang berbeda antara dokter atau ahli radiolog. Untuk membantu dan mempermudah kinerja dokter dan ahli radiolog tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat lunak komputer untuk membantu diagnosis yang efektif, cepat, dan akurat. Dalam penelitian ini dikenalkan jaringan syaraf tiruan (JST) yang diharapkan mampu mengidentifikasi citra sinar-X paru-paru. Jaringan Syaraf Tiruan adalah sistem pemrosesan informasi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti jaringan saraf biologis (otak manusia). Elemen-elemen struktural dari JST secara umum adalah simpul-simpul, lapisan-lapisan, sambungan antar simpul, paket bobot sambungan. Simpul-simpul dianggap sebagai elemen komputasional atau elemen pemroses karena didalamnya terjadi penjumlahan input-input yang diterima ( i x ) terlebih dahulu dikalikan dengan bobot sambungan ( i w ) yang dibawa tiap input. [3] Dalam penelitian ini, metode klasifikasi yang digunakan dalah jaringan syaraf tiruan umpan maju, dengan pembobot dikoreksi yang dinamakan metode Backpropagation. Hal ini disebabkan metode Backpropagation termasuk ke dalam pelatihan supervised (terbimbing) dan cocok untuk berbagai aplikasi, serta hasil yang dikerjakan lebih optimal dibandingkan dengan metode jaringan syaraf tiruan lainnya[4]. Pada penelitian ini citra paru-paru akan diklasifikasikan ke tiga kondisi, yakni kondisi normal, kanker, dan efusi yang dibedakan berdasarkan warna pada paru-paru. Paru-paru normal akan tampak hitam dan tidak terdapat adanya flek putih yang menutupi paru-paru. Paru-paru yang terkena kanker akan terlihat adanya flek-flek putih yang menutupi paru-paru. Sedangkan untuk efusi warna putih yang menutupi paru-paru lebih rapat dan dominan[5]. Kinerja klasifikasi jaringan syaraf tiruan dapat ditingkat dengan beberapa faktor, salah satunya dengan proses pengolahan citra sebelum diklasifikasi. Pengolahan citra merupakan suatu sistem di mana proses dilakukan dengan masukan berupa citra, dan menghasilkan citra pula dengan kualitas yang lebih baik[6]. Dalam penelitian ini, pengolahan citra yang digunakan dan dapat diperkiran dapat meningkatkan performasi kinerja JST backpropagation adalah segmentasi citra untuk menfokuskan analisis citra pada daerah dada(paru-paru) yang menjadi objek dalam penelitian ini. Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap Klasifikasi Citra Rontgen Paru-Paru dengan JST Backpropagation Muhimmatul Khoiro, M. Arief Bustomi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Transcript of Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini...

Page 1: Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 1

Abstrak— Analisa pengaruh proses segmentasi citra

terhadap klasifikasi citra rontgen paru-paru dengan JST

backpropagation telah dilakukan. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa data citra grayscale foto sinar-X

paru-paru yang terlah didiagnosa oleh dokter sebanyak 150 data

dengan rincian 90 data untuk pelatihan dan 60 data untuk

pengujian. Citra foto rontgen ini akan disegmentasi terlebih

dahulu sebelum diklasifikasikan ke dalam tipe paru-paru

normal, paru-paru yang terkena kanker dan paru-paru yang

terkena efusi. Segementasi dilakukan dengan menggunakan

mask yang dibuat dengan proses deteksi tepi canny dan operasi

morfologi dilasi. Pada proses pelatihan didapatkan nilai akurasi

sebesar 100% sedangkan proses pengujian menunjukkan akurasi

sebesar 68,33%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian

sebelumnya dengan bahan dan metode yang sama tanpa proses

segmentasi, pada penelitian terjadi peningkatan performasi

jaringan. Dengan adanya proses segmentasi citra, jaringan lebih

mudah mengenali pola masukkan dari citra.

Kata Kunci—Segmentasi Citra, Jaringan Syaraf Tiruan

Backpropagation, Citra foto rontgen paru-paru

I. PENDAHULUAN

Aplikasi pengolahan citra telah berkembang cukup pesat

sejak Land, Zworykin, dan Hatke menemukan electronic

translating microskope untuk memperagakan citra ultraungu

pada layar televisi pada tahun 1958. Setelah itu bermunculan

berbagai aplikasi untuk mendeskripsikan citra ke dalam

bentuk digital. Salah satu aplikasi pencitraan digital yang

paling terkenal dalam bidang medis sampai saat ini adalah

tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk

merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara

keseluruhan dengan menggunakan radiasi sinar X[1].

Dalam dunia biomedis, hasil citra sinar-X atau sinar

rontgen sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit dalam

tubuh pasien. Pendiagnosaan ini biasanya dilakukan oleh

dokter/ahli radiolog dengan cara menganalisa citra foto X-ray

dan menemukan kelainan yang ada. Salah satu tugas seorang

dokter dan ahli radiolog yang penting dan cukup sulit adalah

ketika mendeteksi dan mendiagnosa kelainan organ tubuh

yang letaknya tersembunyi.

Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang sulit

dideteksi dan didiagnosis oleh kebanyakan ahli radiolog. Dari

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kegagalan

ahli radiolog untuk mendiagnosa bintil kecil pada paru-paru

sebesar 30% dari kasus nyata [2]. Kesalahan ini dapat

disebabkan karena struktur anatomi yang terlihat samar atau

rendahnya kualitas gambar atau bahkan dapat disebabkan

karena faktor subyektivitas dan kriteria pengambilan

keputusan yang berbeda antara dokter atau ahli radiolog.

Untuk membantu dan mempermudah kinerja dokter dan

ahli radiolog tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat

lunak komputer untuk membantu diagnosis yang efektif,

cepat, dan akurat. Dalam penelitian ini dikenalkan jaringan

syaraf tiruan (JST) yang diharapkan mampu mengidentifikasi

citra sinar-X paru-paru.

Jaringan Syaraf Tiruan adalah sistem pemrosesan

informasi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti

jaringan saraf biologis (otak manusia). Elemen-elemen

struktural dari JST secara umum adalah simpul-simpul,

lapisan-lapisan, sambungan antar simpul, paket bobot

sambungan. Simpul-simpul dianggap sebagai elemen

komputasional atau elemen pemroses karena didalamnya

terjadi penjumlahan input-input yang diterima ( ix ) terlebih

dahulu dikalikan dengan bobot sambungan ( iw ) yang dibawa

tiap input. [3]

Dalam penelitian ini, metode klasifikasi yang digunakan

dalah jaringan syaraf tiruan umpan maju, dengan pembobot

dikoreksi yang dinamakan metode Backpropagation. Hal ini

disebabkan metode Backpropagation termasuk ke dalam

pelatihan supervised (terbimbing) dan cocok untuk berbagai

aplikasi, serta hasil yang dikerjakan lebih optimal

dibandingkan dengan metode jaringan syaraf tiruan lainnya[4].

Pada penelitian ini citra paru-paru akan diklasifikasikan

ke tiga kondisi, yakni kondisi normal, kanker, dan efusi yang

dibedakan berdasarkan warna pada paru-paru. Paru-paru

normal akan tampak hitam dan tidak terdapat adanya flek

putih yang menutupi paru-paru. Paru-paru yang terkena

kanker akan terlihat adanya flek-flek putih yang menutupi

paru-paru. Sedangkan untuk efusi warna putih yang menutupi

paru-paru lebih rapat dan dominan[5].

Kinerja klasifikasi jaringan syaraf tiruan dapat ditingkat

dengan beberapa faktor, salah satunya dengan proses

pengolahan citra sebelum diklasifikasi. Pengolahan citra

merupakan suatu sistem di mana proses dilakukan dengan

masukan berupa citra, dan menghasilkan citra pula dengan

kualitas yang lebih baik[6]. Dalam penelitian ini, pengolahan

citra yang digunakan dan dapat diperkiran dapat

meningkatkan performasi kinerja JST backpropagation adalah

segmentasi citra untuk menfokuskan analisis citra pada daerah

dada(paru-paru) yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra

terhadap Klasifikasi Citra Rontgen Paru-Paru

dengan JST Backpropagation

Muhimmatul Khoiro, M. Arief Bustomi.

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

Page 2: Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 2

(a) (b) (c)

Gambar 1. Contoh citra digital hasil rontgen paru-paru: (a) normal,

(b) efusi, (c) kanker

Proses segmentasi daerah dada dilakukan untuk

memisahkan daerah paru-paru yang terlihat pada citra dari

background, seperti bagian tulang bahu sehingga obyek yang

akan didiskripsikan selanjutnya lebih terfokus pada daerah

dada saja[7]. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh proses segmentasi citra terhadap klasifikasi citra

rontgen dengan mengacu pada penelitian sebelumnya dengan

judul ―Klasifikasi Citra Paru-paru dengan Ekstraksi Fitur

Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation‖.

Diharapkan penelitian ini akan menghasilkan perfomasi yang

lebih optimal dari penelitian sebelumnya.

II. METODE

A.Obyek penelitian

Obyek yang digunakan merupakan citra rontgen

paru-paru sebanyak 150 citra yang telah didiagnosa oleh

dokter sebelumnya. Obyek tersebut dibagi untuk keperluan

pelatihan perangkat lunak sebanyak 90 sampel dengan rincian

30 sampel citra X-ray paru-paru normal, 30 sampel citra X-ray

paru-paru yang terkena kanker dan 30 sampel citra X-ray

paru-paru yang terkena efusi dan untuk keperluan pengujian

perangkat lunak sebanyak 60 sampel dengan rincian 20

sampel citra X-ray paru-paru normal, 20 sampel citra X-ray

paru-paru yang terkena kanker dan 20 sampel citra X-ray

paru-paru yang terkena efusi. Citra digital tersebut tersimpan

dalam format BMP (Bitmap) dengan resolusi 8 bit. Gambar 1

merupakan contoh data citra yang diolah dalam penelitian

Tugas Akhir ini. Sedangkan dalam perancangan perangkat

lunak digunakan pemrograman Matlab versi

7.10.0.499(R2010a).

B. Pemrosesan Awal Citra

Pemrosesan awal citra sangat penting dilakukan untuk

meningkatkan kualitas visual citra dan menonjolkan beberapa

aspek informasi yang terkandung dalam citra sehigga dapat

mempermudah proses yang akan dilakukan selanjutnya. Hal

pertama yang dilakukan dalam proses ini adalah mengubah

Citra yang awalnya merupakan tipe RGB diubah menjadi citra

grayscale agar dapat mempermudah proses analisis lebih

lanjut. Kemudian dilakukan proses filterisasi citra untuk

mengurangi noise pada citra dengan menggunakan median

filter dan proses ekualisasi histogram adaptif untuk

memperlihatkan detail pada citra. Citra hasil pemrosesan awal

dapat dilihat pada gambar 2 (a)

C. Segmentasi Daerah Paru-paru

Proses segmentasi dilakukan untuk memisahkan daerah

(a) (b)

Gambar 2. (a) Citra hasil pemrosesan awal, (b) Citra hasil

segmentasi

dada yang menjadi obyek fokusan dalam penelitian ini dari

obyek yang lainnya di dalam citra (tulang bahu, dan

sebagainya). Pada proses ini dilakukan pembuatan mask citra

dimana mask tersebut merupakancitra biner yang

menunjukkan luasan daerah paru-paru dengan nilai piksel 1

dan sisanya dengan nilai piksel 0. Pembuatan mask sendiri

dibuat menggunakan beberapa operasi pengolahan citra yakni

deteksi tepi canny, komplemen dan operasi morphologi erosi

dengan menggunakan strel square berukuran 2x2 kemudian

dibentuk secara manual. Segmentasi dilakukan dengan

mengalikan (multiplying) citra dengan mask. Citra hasil

segmentasi dapat dilihat pada gambar 2 (b).

D. Ekstraksi Fitur Citra

Proses ekstraksi ciri bertujuan untuk mendapatkan

informasi-informasi penting dari citra paru-paru. Citra yang

telah difilter kemudian diekstraksi nilai-nilai fitur histogram

yang ada pada citra tersebut. Ekstraksi fitur histogram

merupakan metode pengambilan ciri yang didasarkan pada

karakteristik histogram citra. Histogram menunjukkan

probabilitas kemunculan nilai derajat keabuan piksel pada

suatu citra. Dari nilai-nilai pada histogram yang dihasilkan,

dapat dihitung beberapa parameter ciri orde pertama, antara

beberapa fitur yang digunakan dalam penelitian ini yakni rata-

rata (mean), standar deviasi, kurtosis, skewness dan entropy

[6].

E. Klasifikasi Citra dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Backpropagation

Proses pengklasifikasian citra pada penelitian ini

dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation.

Proses pengklasifikasian ini terdiri dari dua proses yakni

proses pelatiahan dan proses pengujian. Jaringan terlebih

dahulu dilatihkan dengan citra latih. Pelatihan dilakukan

dengan menggunakan parameter-parameter yang bernilai

tetap, yakni jumlah neuron layar tersembunyi sebanyak 2500,

epoch 370, learning rate 0,1 dan error 10-6

. Pelatihan yang

dilakukan bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai bobot dari

jaringan. Bobot yang didapatkan akan tersimpan dan menjadi

nilai yang akan digunakan untuk proses pengujian citra uji.

Analisa proses klasifikasi dilakukan dengan

menggunakan performasi sistem jaringan. Performasi sistem

jaringan diuji dengan menggunakan nilai akurasi. Dimana

nilai akurasi merupakan tingkat keakuratan sistem dalam

mengenali data input yang diberikan sehingga menghasilkan

Page 3: Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 3

Gambar 3. Arsitektur Jaringan Backpropagation dalam penelitian

Gambar 4. Tampilan Neural network Training (proses pelatihan

Jaringan) pada MATLAB

output yang benar. Secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

100%

jumlah data yang benarakurasi

jumlah data keseluruhan ...................... (1)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelatihan Sistem Jaringann

Klasifikasi citra rontgen paru-paru dalam penelitian ini

menggunakan metode jaringan syaraf tiruan Backpropagation

dimana di dalamnya terdapat dua proses, yakni proses

pelatihan jaringan dan proses pengujian jaringan. Proses

pelatihan digunakan untuk mencari bobot dan proses

pengujian digunakan untuk menguji sistem dengan

menggunakan bobot yang telah didapatkan pada proses

pelatihan.

Jaringan syaraf tiruan backpropagation memiliki

arsitektur jaringan yang terdiri dari layar input, layar

tersembunyi dan layar output. Pembangunan sistem jaringan

dilakukan dengan mengubah parameter-parameter yang ada di

dalamnya, seperti jumah layar tersembunyi, jumlah neuron

pada layar tersembunyi, dan fungsi aktifasi. Pada penelitian

Gambar 4. grafik performasi pelatihan jaringan

ini, jaringan yang dibentuk memiliki satu layar tersembunyi

dimana layar tersembunyi mengandung 2500 neuron, seperti

yang ditunjukkan pada gambar 3.

Jaringan syaraf tiruan yang dibentuk dalam penelitian

menggunakan fungsi aktivasi sigmoid bipolar yang nilainya

berkisar antara -1 hingga 1. Fungsi ini digunakan berdasarkan

penentuan target yang digunakan. Dalam penelitian ini,

digunakan tiga nilai target yakni nilai target -1 untuk jenis

citra rontgen paru-paru efusi, nilai target 0 untuk jenis citra

rontgen paru-paru kanker dan nilai target 1 untuk jenis citra

rontgen paru-paru normal.

Perfomasi sistem jaringan dapat dilihat dari perhitungan

tingkat akurasi yang menunjukkan tingkat keakuratan sistem

dalam mengenali input yang diberikan sehingga menghasilkan

output yang benar Dalam proses pelatihan, nilai akurasi yang

didapatkan berubah-berubah. Hal ini terjadi karena inisialisasi

bobot awal jaringan ditentukan secara otomatis oleh program

MATLAB secara acak. Dari pelatihan yang dilakukan

berulang kali dengan parameter yang tetap didapatkan nilai

akurasi pelatihan terbaik, seperti tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil klasifikasi citra latih

Citra

Latih

Terdeteksi sebagai Tingkat

Akurasi

Jumlah

Citra Normal Kanker Efusi

Normal 30 0 0 100% 30

Kanker 0 30 0 100% 30

Efusi 0 0 30 100% 30

Rata-rata prosentase 100% 90

Gambar 4. menunjukkan tampilan proses pelatihan

jaringan pada program MATLAB yang menghasilkan nilai

akurasi seperti pada tabel 1. Pada gambar tersebut dapat

terlihat jelas bahwa waktu yang dibutuhkan untuk proses

pelatihan adalah 15 detik. Waktu ini dapat dibilang cukup

lama untuk proses pelatihan saja. Oleh karena itu, waktu

pelatihan dibatasi sebelumnya. Setelah proses pelatihan

dengan 370 iterasi dihasilkan nilai error sebesar 0,00583. Nilai

ini cukup relatif kecil dan dapat dianggap mendekati nilai

error yang diharapkan sebelumnya.

Gambar 5. menunjukkan grafik performasi pelatihan

jaringan yang diplot berdasarkan nilai Mean Squared Error

(MSE) pada setiap iterasi. Dapat dilihat pada grafik tersebut

bahwa nilai MSE relatif turun pada setiap iterasi dan

Page 4: Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap ... · tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 4

mendapatkan nilai mse terendah (performasi terbaik) setelah

iterasi ke-370. Hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan

dapat mengenali pola klasifikasi dengan 370 iterasi dan sistem

jaringan yang terbentuk dapat dikatakan cukup baik untuk

mengklasifikasi citra rontgen paru-paru. Dari proses pelatihan

ini, didapatkan bobot yang kemudian disimpan untuk proses

pengujian selanjutnya

B. Pengujian Sistem Jaringan

Proses pengujian digunakan untuk menguji sistem

dengan menggunakan bobot yang telah didapatkan pada

proses pelatihan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan

data 60 citra uji yang telah dipilih sebelumnya. Dengan

menggunakan bobot yang didapatkan pada proses pelatihan

sebelumnya, didapatkan hasil klasifikasi citra uji, seperti pada

tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Klasifikasi Data Latih

Citra

Latih

Terdeteksi sebagai Tingkat

Akurasi

Jumlah

Citra Normal Kanker Efusi

Normal 13 3 4 65% 20

Kanker 5 10 5 50% 20

Efusi 0 2 18 90% 20

Rata-rata prosentase 68,33% 60

Pada tabel 2 di atas menunjukkan sistem masih belum

bisa mengklasifikasi citra uji dengan benar seluruhnya. Citra

uji yang masih sedikit untuk dikenali adalah citra rontgen

paru-paru kanker sedangkan citra uji yang paling banyak

dikenali adalah jenis citra paru-paru efusi. Hal ini dapat

dikarenakan citra paru-paru efusi memiliki karakteristik yang

terlihat berbada dari jenis citra paru-paru yang lain, yakni

daerah paru-paru yang terlihat di dalam citra paru-paru efusi

memiliki luas paling kecil daripada yang lain sehingga lebih

mudah dikenali oleh jaringan.

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Hasan Bisri pada tahun 2013, penelitian ini

dilakukan dengan bahan yang sama dan metode yang sama

namun dalam penelitian ini persiapan bahan juga dilakukan

dengan proses segmentasi citra paru-paru untuk menfokuskan

analisis citra pada daerah dada saja. Dimana pada penelitian

sebelumnya didapatkan nilai akurasi pelatihan sebesar 98,89%

dengan nilai error 0,01 dan nilai akurasi pada pengujian

sebesar 65%. Hasil penelitian menunjukkan nilai akurasi pada

proses pelatihan dan proses pengujian mengalami peningkatan

daripada penelitian sebelumnya. Bahkan pada proses

pelatihan, jaringan dapat mengenali seluruh citra masukkan

dengan ditandai dengan nilai akurasi pelatihan mencapai

100%. Selain itu, nilai error yang dihasilkan juga jauh lebih

kecil yang menunjukkan tingkat kesalahan pengenalan

jaringan tehadap citra yang telah disegmentasi juga lebih kecil.

Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya proses segmentasi

citra, jaringan lebih mudah mengenali pola masukkan dari

citra.

IV. KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian

yang telah dilakukan adalah jika dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya, proses segmentasi pada klasifikasi

dapat meningkatkan performasi jaringan pada proses pelatihan

dan proses pengujian dengan tingkat akurasi sebesar 100%

pada pelatihan dan 68,33% pada pengujian. Dengan adanya

proses segmentasi citra, jaringan lebih mudah mengenali pola

masukkan dari citra.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.

Arief Bustomi selaku dosen pembimbing yang telah memberi

bimbingan, saran serta diskusi sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Watiningsih, Tri. Juni 2012. Pengolahan Citra Foto Sinar-X untuk

Mendeteksi Kelainan Paru. Teodolita, vol. 13, pp 14-30.

[2] Fontana, R. S. Sanderson, D. R. Woolner, L. B. Taylor, W. F. Miller,

W. E. dan Muhm, J. R. 1986. Lung cancer screening: The Mayo

program. J. Occupat. Med., Vol. 28, pp. 746 – 750.

[3] Nurhayati dan Iskandarianto, Fitri Adi. 2010. Penerapan Metode Back

Propagation Neural Network pada Pendeteksian Kelainan Otak

Ischemic Cerebral Infraction dengan Bahasa Pemrograman Delphi.

Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Surabaya.

[4] Mardiyanto, Is. dan Pratiwi, Dian. 2008. Sistem Deteksi Penyakit

Pengeroposan Tulang dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Backpropagation dan Representasi Ciri dalam Ruang Eigen. Universitas

Trisakti. Jakarta. CommIT, Vol. 2, No 1.

[5] Saksono, Hanung Tyas. Rizal, Achmad. Usman, Koredianto. 2010.

Pendeteksian Kanker Paru-paru dengan menggunakan Transformasi

Wavelet dan Metode Linear Discriminant Analysis. Institut Teknologi

Telkom. Bandung.

[6] Bisri, Hasan. 2013. Klasifikasi Citra Paru-paru dengan Ekstraksi Fitur

Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. J. Sains dan

Seni POMITS, vol.2. 2337-3520

[7] Patil, Dr. S.A. dan Kuchanur, M.B. 2012. Lung Cancer Classification

Using Image processing. International Journal of Engineering and

Innovative Technology (IJEIT). vol. 2. Pp. 2277-3754