Analisa Keselamatan Awak Kapal Berdasarkan Konsep The … · 2012-01-17 · 2003 – 2008, Jumlah...

7
Analisa Keselamatan Awak Kapal Berdasarkan Konsep The Maritime Labour Convention (MLC) 2006 di Rute Penyeberangan Ketapang - Gilimanuk Ivan Nathanael*, Raja Oloan Saut Gurning**, Trika Pitana*** Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology *email : [email protected] **email : [email protected] ***email : [email protected] ABSTRACT There are so many accidents in sea,one of location is in Ketapang – Gilimanuk, especially ferry ships. Ferry ship accidents are caused by bad weather, traffic crossing, crew fatigue, and age of ship. In this study, Interviews and questionnaires for crew who have experience to navigate from BP2IP and Ketapang – Gilimanuk ferry crews are used. Slovin method is used to determined minimum sample. Questionnaire that have been developed is used to determine the factors that affect safety and performance of ferry crew. AHP is used to get the highest criteria and subcriteria that cause low safety performance of crew. The highest criteria is crews fatigue. Result of research purpose for new plan of shift work,by considering MLC and STCW’95. The provisions of a new shift work design are three-day shift rotation, shift work for 12 hours, and the addition of holiday being of a six-day holiday. KEY WORDS: AHP,Shift Work,MLC PENDAHULUAN Kapal Ferry adalah Kapal laut yang digunakan sebagai sarana transportasi angkutan laut.Saat ini cukup banyak kapal yang mengalami kecelakaan di laut. Cuaca yang buruk,lalu lintas penyeberangan yang begitu padat,visibilitas yang sangat kurang di malam hari, serta umur kapal yang sangat tua berkontribusi untuk kecelakaan kapal sehingga pekerjaan menjadi pelaut merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi dan sangat berbahaya. Selain itu, faktor kebisingan dan getaran juga sangatlah berpengaruh menjadi penyebab bahaya pada awak kapal, karena kapal adalah tempat untuk bekerja dalam waktu yang tidak sebentar (Tomaszunas,1999). Menurut laporan yang ada, kecelakaan kerja pada pelaut lebih banyak daripada orang yang ada di darat (Roberts dan Hansen, 2002 ) Tingginya kasus kecelakaan transportasi laut yang ada di Indonesia yang terjadi selama ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, baik pemilik kapal, pemerintah, instansi yang terkait dan masyarakat yang berperan aktif dalam menanggulangi hal tersebut. Berdasarkan laporan akhir antara Pejabat Pembuat Komite Nasional Keselamatan Transportasi dengan Direktur PT. Trans Asia Consultans Nomor 002/STD/KNTR/KNKT/IV/09 tanggal 16 April 2009 tentang Pekerjaan Kajian Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut Tahun 2003 – 2008, Jumlah kecelakaan kapal pelayaran di Indonesia cukup memprihatinkan, terutama selama periode 2003-2008, dengan terjadinya 691 kasus kecelakaan. Pada tahun 2003 tercatat 71 peristiwa kecelakaan, tahun 2004: 79 kecelakaan, 2005: 125 kecelakaan, Laporan Akhir Kajian Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut Tahun 2003 – 2008 42 2006: 119 kecelakaan, 2007: 159 kecelakaan dan pada tahun 2008 terjadi 138 kasus kecelakaan, rata-rata kenaikan selama 6 tahun terakhir adalah 17%. Jenis kecelakaan yang terjadi rata-rata selama 6 tahun (2003-2008) adalah tenggelam (37%), kandas (13%), tubrukan (15%), kebakaran (18%) dan jenis kecelakaan lainnya (17%). Sedangkan penyebab kecelakaan kapal adalah 37% human error, 23% kesalahan teknis, 38% karena kondisi alam dan 2% untuk penyebab lainnya. Gambar 1 Persentase Kecelakaan Laut berdasarkan faktor penyebab (2003-2008) PT “X “ merupakan salah satu perusahaan ternama yang bergerak di bidang transportasi laut di Indonesia. Dengan menyandang nama besarnya serta pengalaman berpuluh tahun, Perusahaan ini ingin selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi customer. Mereka melayani jalur laut penyeberangan dalam negeri. Berdasarkan Konvensi International STCW (Standard Trainning Certification Watchkeeping for Seafarer) Code’78 Amendemen’95 yang ingin mengoptimalkan keselamatan pada awak kapal di laut, Perusahaan ini harus memberikan perhatian yang lebih besar pada potensi bahaya yang mengancam kelancaran kerja yang sedang berlangsung, yaitu gangguan kesehatan pada awak kapal dan rawannya tingkat stress dan kelelahan yang ditimbulkan yang bisa memperbesar resiko terjadinya kecelakaan dilaut. Sangat banyak faktor-faktor psikologi yang menyebabkan kecelakaan manusia. Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendesain shift kerja dan mencari penyebab faktor apa yang memiliki dampak cukup tinggi pada awak kapal dengan menggunakan kuesioner dan metode analytical hierarchy process (AHP) untuk mengetahui faktor yang berpotensi mempengaruhi kinerja awak kapal dimana hal ini akan berpengaruh dalam dasar untuk merancang shift kerja yang baru. Shift kerja ini diharapkan mampu mengoptimalkan keselamatan awak kapal. TINJAUAN PUSTAKA Untuk Kapal ferry penyeberangan di Gilimanuk bila memiliki GT 500, maka awak kapal yang di butuhkan untuk 1 kapal nya adalah : 1 orang Nahkoda (ANT IV),2 orang mualim (ANT V),1 orang operator radio (sertifikat ORU),1 orang juru mudi,dan 1 orang koki,sedangkan untuk kamar mesin dengan penggerak kurang dari 750 KW adalah 7( tujuh ) orang dengan rincian sebagai berikut : 1 orang Kepala Kamar Mesin (ATT V), 1 orang masinis II (ATT V), 1 orang masinis (ATT V),1 orang mandor mesin dan 3 orang juru minyak. Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Pada populasi ini,kelebihan dari penelitian yang melibatkan keseluruhan membuat data dijamin lebih lengkap dan pengambilan kesimpulan lebih akurat .Akan tetapi,membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu). Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Bila populasi besar dan tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat digunakan sampel. Pengambilan sampel ini sangat berguna karena lebih hemat waktu,tenaga, dan biaya. Pada penelitian ini, penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan Slovin, yaitu : (2.1) (Sumber : Umar,2004) Dimana, n = Jumlah sampel yang akan digunakan N = Jumlah populasi e = nilai error Teknis 23% Lain-lain 2% Manusia 37% Alam 38% Persentase kecelakaan laut Teknis Lain-lain Manusia Alam

Transcript of Analisa Keselamatan Awak Kapal Berdasarkan Konsep The … · 2012-01-17 · 2003 – 2008, Jumlah...

Analisa Keselamatan Awak Kapal Berdasarkan Konsep The Maritime Labour Convention (MLC) 2006

di Rute Penyeberangan Ketapang - Gilimanuk

Ivan Nathanael*, Raja Oloan Saut Gurning**, Trika Pitana***

Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology

*email : [email protected]

**email : [email protected]

***email : [email protected]

ABSTRACT

There are so many accidents in sea,one of location is in

Ketapang – Gilimanuk, especially ferry ships. Ferry ship accidents

are caused by bad weather, traffic crossing, crew fatigue, and age

of ship. In this study, Interviews and questionnaires for crew who

have experience to navigate from BP2IP and Ketapang –

Gilimanuk ferry crews are used. Slovin method is used to

determined minimum sample. Questionnaire that have been

developed is used to determine the factors that affect safety and

performance of ferry crew. AHP is used to get the highest criteria

and subcriteria that cause low safety performance of crew. The

highest criteria is crews fatigue. Result of research purpose for

new plan of shift work,by considering MLC and STCW’95. The

provisions of a new shift work design are three-day shift rotation,

shift work for 12 hours, and the addition of holiday being of a

six-day holiday.

KEY WORDS: AHP,Shift Work,MLC

PENDAHULUAN

Kapal Ferry adalah Kapal laut yang digunakan sebagai sarana

transportasi angkutan laut.Saat ini cukup banyak kapal yang mengalami

kecelakaan di laut. Cuaca yang buruk,lalu lintas penyeberangan yang

begitu padat,visibilitas yang sangat kurang di malam hari, serta umur

kapal yang sangat tua berkontribusi untuk kecelakaan kapal sehingga

pekerjaan menjadi pelaut merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi

dan sangat berbahaya. Selain itu, faktor kebisingan dan getaran juga

sangatlah berpengaruh menjadi penyebab bahaya pada awak kapal,

karena kapal adalah tempat untuk bekerja dalam waktu yang tidak

sebentar (Tomaszunas,1999). Menurut laporan yang ada, kecelakaan

kerja pada pelaut lebih banyak daripada orang yang ada di darat

(Roberts dan Hansen, 2002 )

Tingginya kasus kecelakaan transportasi laut yang ada di Indonesia yang terjadi selama ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, baik pemilik kapal, pemerintah, instansi yang terkait dan masyarakat yang berperan aktif dalam menanggulangi hal tersebut. Berdasarkan laporan akhir antara Pejabat Pembuat Komite Nasional Keselamatan Transportasi dengan Direktur PT. Trans Asia Consultans Nomor 002/STD/KNTR/KNKT/IV/09 tanggal 16 April 2009 tentang Pekerjaan Kajian Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut Tahun 2003 – 2008, Jumlah kecelakaan kapal pelayaran di Indonesia cukup memprihatinkan, terutama selama periode 2003-2008, dengan terjadinya 691 kasus kecelakaan. Pada tahun 2003 tercatat 71 peristiwa kecelakaan, tahun 2004: 79 kecelakaan, 2005: 125 kecelakaan, Laporan Akhir Kajian Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut Tahun 2003 – 2008 42 2006: 119 kecelakaan, 2007: 159 kecelakaan dan pada tahun 2008 terjadi 138 kasus kecelakaan, rata-rata kenaikan selama 6 tahun terakhir adalah 17%. Jenis kecelakaan yang terjadi rata-rata selama 6 tahun (2003-2008) adalah tenggelam (37%), kandas (13%), tubrukan (15%), kebakaran (18%) dan jenis kecelakaan lainnya (17%).

Sedangkan penyebab kecelakaan kapal adalah 37% human error, 23% kesalahan teknis, 38% karena kondisi alam dan 2% untuk penyebab lainnya.

Gambar 1 Persentase Kecelakaan Laut berdasarkan faktor penyebab (2003-2008)

PT “X “ merupakan salah satu perusahaan ternama yang bergerak di bidang

transportasi laut di Indonesia. Dengan menyandang nama besarnya serta

pengalaman berpuluh tahun, Perusahaan ini ingin selalu memberikan

pelayanan yang terbaik bagi customer. Mereka melayani jalur laut

penyeberangan dalam negeri. Berdasarkan Konvensi International STCW

(Standard Trainning Certification Watchkeeping for Seafarer) Code’78

Amendemen’95 yang ingin mengoptimalkan keselamatan pada awak kapal di

laut, Perusahaan ini harus memberikan perhatian yang lebih besar pada

potensi bahaya yang mengancam kelancaran kerja yang sedang berlangsung,

yaitu gangguan kesehatan pada awak kapal dan rawannya tingkat stress dan

kelelahan yang ditimbulkan yang bisa memperbesar resiko terjadinya

kecelakaan dilaut. Sangat banyak faktor-faktor psikologi yang menyebabkan

kecelakaan manusia. Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendesain shift

kerja dan mencari penyebab faktor apa yang memiliki dampak cukup tinggi

pada awak kapal dengan menggunakan kuesioner dan metode analytical

hierarchy process (AHP) untuk mengetahui faktor yang berpotensi

mempengaruhi kinerja awak kapal dimana hal ini akan berpengaruh dalam

dasar untuk merancang shift kerja yang baru. Shift kerja ini diharapkan

mampu mengoptimalkan keselamatan awak kapal.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk Kapal ferry penyeberangan di Gilimanuk bila memiliki GT 500, maka awak kapal yang di butuhkan untuk 1 kapal nya adalah : 1 orang Nahkoda (ANT IV),2 orang mualim (ANT V),1 orang operator radio (sertifikat ORU),1 orang juru mudi,dan 1 orang koki,sedangkan untuk kamar mesin dengan penggerak kurang dari 750 KW adalah 7( tujuh ) orang dengan rincian sebagai berikut : 1 orang Kepala Kamar Mesin (ATT V), 1 orang masinis II (ATT V), 1 orang masinis (ATT V),1 orang mandor mesin dan 3 orang juru minyak. Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Pada populasi ini,kelebihan dari penelitian yang melibatkan keseluruhan membuat data dijamin lebih lengkap dan pengambilan kesimpulan lebih akurat .Akan tetapi,membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu). Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Bila populasi besar dan tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat digunakan sampel. Pengambilan sampel ini sangat berguna karena lebih hemat waktu,tenaga, dan biaya. Pada penelitian ini, penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan Slovin, yaitu :

(2.1)

(Sumber : Umar,2004)

Dimana,

n = Jumlah sampel yang akan digunakan

N = Jumlah populasi

e = nilai error

Teknis 23%

Lain-lain 2%

Manusia 37%

Alam 38%

Persentase kecelakaan laut TeknisLain-lainManusiaAlam

Penelitian ini menggunakan metode kuesioner.Kuesioner disebarkan

kepada awak kapal,maka akan diperoleh faktor apa saja yang menjadi

penyebab turunnya performance pada awak kapal.Berdasarkan data

diatas,di gunakan AHP untuk mencari kriteria dan subkriteria. Analitic

Hierarchy Process (AHP) ini diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty

pada periode 1971-1975.AHP merupakan suatu metode untuk

membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan

menggunakan beberapa kriteria (multi kriteria).Menurut Latifah (2005)

Pada dasarnya,AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran

Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP banyak digunakan dalam

penyusunan prioritas. Hierarki masalah disusun untuk membantu

proses pengambilan keputusan yang memperhatikan seluruh elemen

keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa

melihat masalah tersebut sebagai suatu sistem dengan suatu struktur

tertentu. Suatu hierarki dalam AHP merupakan kumpulan

elemen-elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dimana tiap

tingkat mencakup beberapa elemen yang homogen. Sebuah elemen

menjadi kriteria dan patokan pembentukan elemen-elemen yang berada

dibawah menunjukan sebuah hierarki keputusan. Expert Choice adalah

sebuah aplikasi yang khusus digunakan sebagai alat bantu

implementasi model-model dalam Decision Support System (DSS) atau

lebih dikenal dengan sebutan sistem penunjang keputusan. Perhitungan

matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix)

dilakukan dengan menggunakan program Expert Choice, dimana input

data berdasarkan responden dengan cara memberikan penilaian antar

kriteria. Pengukuran utama yang diambil oleh industri terhadap

kelelahan antara awak kapal telah mengenalkan regulasi tentang

batasan jam kerja dan waktu istirahat.Indonesia sendiri kurang dalam

pendekatan holistik dalam menangani penyebab kelelahan.Pada

konvensi internasional pertama yang berhubungan dengan jam kerja

dari pelaut adalah ILO konvensi 109 (1958) tentang Upah,Jam

kerja,dan awak kapal (laut).Tetapi hasilnya nihil karena hanya ada 15

negara yang meratifikasi peraturan tersebut ( Reyner ,2000).ILO adalah

badan yang mengatur standar kerja yang juga membawahi MLC

sebagai badan yang mengatur standar kerja di dunia kemaritiman.Pada

MLC ada ketentuan-ketentuan yang sangat penting diantaranya:

1. Usia minimum

pada konvensi ini usia minimum adalah 16 tahun,Jika dibawah itu tidak ada orang yang dipekerjakan pada sebuah

kapal.Untuk jam malam,kerja awak kapal di bawah usia 18

tahun tidak diperbolehkan.

2. Sertifikat Kesehatan

Daftar sertifikat kesehatan harus menyatakan secara khusus

bahwa pendengaran dan penglihatan dari awak kapal yang

bersangkutan dan penglihatan warna.Sertifikat ini berlaku

selama 2 tahun kecuali pada awak kapal yang berusia 18 tahun

maksimum berlaku harus satu tahun.Untuk sertifikasi

penglihatan warna berlaku untuk jangka waktu maksimum

enam tahun.

3. Jam lembur dalam satu minggu tidak diperbolehkan melebihi

48 jam.

4. Jam Kerja

Jam kerja artinya waktu dimana awak kapal melakukan

pekerjaan di kapal.Maksimum kerja tidak boleh melebihi 14

jam dalam periode 24 jam, sedangkan jam minimum istirahat

tersebut tidak kurang dari 10 jam dalam periode 24 jam.

METODOLOGI MULAI

Identifikasi dan

perumusan masalah

Menentukan Tujuan

Studi Literatur

Internet

Tugas Akhir

Paper

Jurnal

Buku

Desain Shift Kerja berdasar

standar MLC 2006

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Distribusi Kuesioner (awak

kapal)

Analisa Data dan Interpretasi

Variabel kuesioner

(wawancara dengan orang

yang berkompeten)

Menghasilkan

Kuesioner

Variabel Kuesioner

untuk AHP(Interview

dan hasil kuesioner

Pengujian

KonsistensiUji Validasi dan

Realibilitas

Cr >0,1No

Yes

Tidak Valid

Valid

Gambar 2 . Flow Chart Penelitian

Pada tahapan ini dilakukan proses identifikasi terhadap permasalahan yang ada

khususnya pada awak kapal. Dari kondisi tersebut tentunya akan didapat

kriteria yang berpengaruh pada kinerja awak kapal,selain itu mengidentifikasi

tingkat keluhan awak kapal selama bekerja shift kemudian merumuskan

masalah mengenai perancangan sistem shift kerja untuk mengurangi tingkat

keluhan dan keselamatan dari awak kapal.

Tahapan awal dari pembuatan kuesioner ini didapatkan dari interview pada

pihak terkait yang berkompeten dalam bidangnya terhadap penentuan variabel

yang berpengaruh terhadap kinerja awak kapal. Dari hasil interview tersebut kemudian diolah menjadi sebuah kuesioner perbandingan berdasarkan variabel

yang telah didapatkan dari pihak yang telah di lakukan interview. Kuesioner

akan didistribusikan pada awak kapal.

Dari variabel yang telah diperoleh dari kuesioner tersebut maka langkah

berikutnya yaitu penentuan nilai tiap variabel meggunakan metode AHP

(Analytical Hierarchy Process) dengan software Expert Choice. Pertanyaan

dalam kuesioner mempunyai beberapa opsi jawaban dengan skala tertentu. Dari

masing-masing pertanyaan yang memiliki opsi jawaban tersebut kemudian

diproses lagi menggunakan rataan geometric karena penilaian disini melibatkan

banyak orang

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui

suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus kurang atau sama dengan

0,1 , dimana 0,2 adalah nilai maksimum yang dapat ditoleransi

Pada penelitian ini digunakan validitas konstruk untuk mengukur validitas

dengan menggunakan nilai korelasi pearson product moment,dimana

perhitungan menggunakan excel untuk memvalidasi,kemudian menghitung

nilai realibilitasnya menggunakan software SPSS. Dari hasil kuesioner yang

kemudian telah validasi dan digunakan untuk AHP,selanjutnya adalah

menganalisa data dan menginterpretasikan isi kuesioner yang telah di validasi

Pada Tahap ini akan dilakukan perancangan shift kerja yang didasarkan pada

UU tentang pelaut no 7 tahun 2000 dan berdasarkan MLC 2006,

sertakeluhan-keluhan dari isi kuesioner.

A. Hasil Analisa Pengamatan di Kapal

Perusahaan “x” memiliki beberapa ketentuan bagi para awak kapal saat

menjalankan shift kerja di kapal.Ketentuan ini meliputi panjang jam

kerja,ketentuan libur/cuti,uang premi, dan jumlah awak kapal yang bekerja di

setiap shift. Ketentuan yang berlaku ini diperoleh dari hasil wawancara dengan

pihak Kapten kapal dan SDM. Keterangan-keterangan yang berhasil

dikumpulkan dapat digunakan sebagai informasi awal mengenai pengaturan

shift kerja yang ditetapkan perusahaan tersebut. Di bawah ini merupakan

beberapa ketentuan yang diberlakukan oleh PT “x” :

1. Kapal beroperasi selama 24jam dalam sehari,7 hari dalam

seminggu termasuk hari libur umum.

2. Setiap awak kapal dapat mengambil cuti tahunan selama 12

hari kerja.

3. Pembagian awak kapal ke dalam 2 grup shift kerja dimana

pada tiap grup mengikuti telah mengikuti pengaturan

tentang pengawakan kapal menurut Undang-Undang yang

berlaku.Untuk Keseluruhan kapal (Jumlahnya 3) per shift

kerja nya 18 jam

4. Pemberian uang makan kepada masing-masing awak kapal

sebesar Rp.10.000 per hari.Dengan jalan ini pihak perusahaan tidak terlalu repot menyediakan makanan

tambahan,para awak kapal juga bebas dalam menentukan

penggunaan uang pengganti fooding intake tersebut.

5. Dalam satu bulan hanya terdapat 5 hari libur yang kurang

memadai untuk para awak kapal yang dikarenakan cukup

banyak mereka yang berasal dari Surabaya.Sistem kerja

dengan 25 hari kerja dengan durasi 18 jam per shift dan

5hari libur dirasa cukup berat.

Hal ini terlihat dengan keluhan-keluhan yang didapat dari kuesioner .Untuk jam-jam yang kebagian malam pun sangat tidak menguntungkan.Konsekuensi yang dihadapi oleh awak kapal adalah terganggunya pola tidur sehingga nantinya mempengaruhi kemampuan awak kapal untuk beradaptasi dengan shift malam.Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada circadian rhythm terutama ketika bekerja dimalam hari sehingga otomatis kondisi tubuh akan berubah dan berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru.Dapat kita lihat juga perusahaan memberlakukan 8jam normatif dan 10 jam lembur rutin.Hal ini tidak sesuai dengan Maritime Labour Convention (MLC 2006) MLC adalah standar untuk keselamatan awak kapal yang nantinya akan di terapkan di Indonesia.Dimana dalam salah satu butirnya adalah setiap awak kapal harus memiliki jam istirahat minimal 10jam sehari.Dimana jika pada kapal lintas panjang biasanya diterapkan sistem 4+6jam istirahat.Sehingga jumlah kerja maksimal untuk 1 hari adalah 14 jam.Hal ini juga tidak sesuai dengan Undang-Undang RI no13 tentang ketenagakerjaan pasal 78 ayat 1 yang menyatakan bahwa waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3(tiga)jam dalam sehari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.jam lembur yang terlalu berlebihan walaupun menguntungkan awak kapal dari sisi finansial karena uang lembur yang dihitung berdasarkan jam sebenarnya justru merugikan awak kapal karena mengganggu kondisi kesehatan fisik maupun psikis mereka yang nantinya akan mempengaruhi mereka ketika bekerja.

B. Pembahasan Analisa rekap hasil Kuesioner Bagian I

Rekap hasil kuesioner merupakan pengelompokan data kuesioner

berdasarkan pertanyaan yang diberikan sehingga diperoleh suatu

bentuk tabel rangkuman dari hasil kuesioner yang telah dibagikan

untuk memudahkan pengumpulan data.Pada tabel rangkuman hasil

kuesioner dapat dilihat pada lampiran bagian C. Responden yang

merupakan awak kapal yang bekerja pada shift pagi dan shift malam

dalam satu bulan yang terdiri dari 64 orang laki-laki dan 1 perempuan

memberikan informasi penting melalui hasil kuesioner bahwa sebagian

besar dari mereka yaitu 90,77 % menyatakan lebih memilih bekerja di

shift pagi.Hampir semua responden mengatakan bahwa mereka lebih nyaman bekerja di pagi hari karena bisa lebih menjaga kesehatan badan

dengan bekerja di shift malam sehingga kondisi badan tetap fit

walaupun ditambah dengan jam lembur.Selain itu responden yang

sebagian besar telah berkeluarga ini (93,84% ) menjadi lebih memiliki

banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga (khusus orang

banyuwangi asli) sehingga komunikasi dengan anggota keluarga tidak

akan terganggu dan bekerja pun menjadi lebih tenang.

Sedangkan mereka yang perantau(dari Surabaya,Madura dan

Semarang) memiliki waktu luang untuk mencari hiburan di kota

Banyuwangi.Sisa responden sebesar 10,77% menyatakan lebih

memilih bekerja di shift yang dimulai malam karena mereka bisa

melakukan pekerjaan lain di pagi harinya untuk penghasilan

tambahan.Hal ini bisa terjadi karena besarnya gaji yang diterima dari

hasil bekerja sebagai awak kapal(serang dan kelasi) dirasa kurang

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga bekerja di shift

malam yang memiliki banyak dampak negatif menjadi pilihan mereka

karena alasan ekonomi.Pada kuesioner I ini sebanyak 66,15%

responden menyatakan perlu dilakukan perubahan terhadap sistem shift

kerja yang diberlakukan oleh perusahaan.Sedangkan sisanya sebanyak

33,85% responden mengaku bahwa sistem shift yang ada saat ini sudah

bagus kecuali dalam hal intensif yang mestinya mereka terima.

E. Analisa Rekap Hasil Kuesioner Bagian II.1

Bagian kedua adalah yaitu perbandingan antara shift pagi dan shift

malam. Hasil Kuesioner bagian II dapat dilihat pada Lampiran C hasil

kuesioner bagian II.1.

Untuk pertanyaan kelompok pertama memberikan hasil sebagai

berikut :

Untuk kondisi mengantuk,dirasakan oleh karyawan shift pagi pada selang

waktu antara pukul 12.00-14.00 untuk jam normatif.Hal ini bisa terjadi karena

pada jam-jam tersebut terjadi akumulasi kelelahan sehingga kantuk pun

menyerang.Selain itu secara alamiah tubuh kita mengalami circadian rhythm

yang akan membuat rasa kantuk akan terjadi pada saat-saat lelah dan saat suhu

tubuh meningkat.Sedangkan awak kapal pada shift malam mengaku merasa

mengantuk pada selang waktu antara pukul 01.00-04.00 karena akumulasi

kelelahan terjadi pada saat-saat tersebut.

Untuk kondisi paling bersemangat dirasakan oleh awak kapal shift pagi pada selang waktu pukul 08.00-10.00 dan pada shift malam pada selang waktu pukul

19.00-21.00.Pada waktu tersebut energi masih maksimal dan belum

dihadapkan pada suasana maupun lingkungan kerja yang monoton sehingga

semangat kerja masih tinggi.Untuk kondisi lelah dirasakan pada selang waktu

13.00-14.00.Sedangkan pada shift malam mengaku mengalami lelah pada

selang waktu pukul 02.00-04.00.Hal ini bisa terjadi karena pada jam-jam

tersebut terjadi akumulasi kelelahan dan terkurasnya energi setelah bekerja

selama lebih kurang 4-5jam.Untuk Kebisingan,pada Kamar Mesin,rata-rata

melebihi dari 100dB.

C. Analisa Rekap Hasil Kuesioner Bagian II.2

Data Hasil kuesioner bagian II kelompok pertanyaan kedua adalah mengenai

responden saat bekerja dan persepsi mereka tentang karakteristik shift kerja

yang dinyatakan hal-hal seperti berikut ini :

1. Prioritas jenis shift kerja yang paling diinginkan adalah

pagi.Sebanyak 58 orang responden atau 89,2% dari

keseluruhan populasi data memilih prioritas ini.

2. Persepsi responden saat bekerja shift malam 3hari

berturut-turut adalah 58,46% menyatakan biasa-biasa saja,

27,69 % merasa terganggu 13,84% merasa nyaman

3. Jenis shift kerja yang lebih baik menurut responden adalah

shift yang berputar sebanyak 75,38% ,shift yang

tetap(permanen) sebanyak 6,15% dan18,46% memilih

kombinasi dari keduanya.

4. Responden paling menyukai waktu pergantian shift pada

pukul 07.00 dengan jumlah responden 67,69% 5. Reaponden memilih waktu istirahat selama 2 hari tiap

minggunya dengan prosentase sebanyak 78,46%

6. Kriteria yang paling diinginkan responden terhadap suatu

shift kerja adalah mudah dipahami sebesar 52,30%

Sebagian responden menyatakan bahwa penyediaan fasilitas khusus

sangatlah penting ( 89,23%)

D. Analisa Uji Validitas Kuesioner Bagian III

Penelitian ini merupakan penelitian survai, dimana informasi dikumpulkan dari

responden dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner penelitian dibuat

mengacu terhadap variabel-variabel penelitian yang telah ditentukan

berdasarkan kerangka dari suatu konsep, agar variabel-variabel tersebut

menghasilkan data yang tepat maka diperlukan suatu alat ukur yang

tepat.Pengujian validitas ini dilakukkan pada kuesioner bagian III yang berhasil

mengetahui level frekuensi beberapa jenis keluhan yang pernah di alami oleh

awak kapal pada shift pagi dan shift malam.Uji validitas dilakukan dengan

mencari r hitung dengan menggunakan rumus :

rxy=

2

11

22

11

2

1 11

YYnXXn

YXYXn

n

ii

n

ii

n

ii

n

ii

n

i

n

iii

n

iii

(4.3)

Keterangan.

rxy : Korelasi pearson product moment

Xi : Skor pertanyaan ke-i yang diberikan oleh masing-masing responden

Yi : Skor total seluruh pertanyaan untuk masing-masing responden

n : Banyak responden

Hasil dari r hitung ini kemudian dibandingkan dengan r tabel.Data dikatakan

valid apabila r hitung lebih besar daripada r tabel.Dengan N = 65,derajat

kebebasan = N-65=63,dan α = 5%,maka nilai r tabel adalah 0,244 dimana r

tabel ini menurut standar Tabel Statistik Untuk Korelasi Product Moment

Pearson..Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel ,maka atribut tersebut

dikatakan valid,berarti responden dalam menilai kriteria variabel tidak

mengalami bias yang besar dalam memahami isi kuesioner sehingga persepsi

terhadap kuesioner tersebut tidaklah berbeda.Dari hasil pengolahan data dapat

kita lihat bahwa semua jenis keluhan pada shift pagi memiliki nilai r hitung

yang lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,244),tetapi ada satu soal yang tidak valid,yaitu pada pertanyaan menyangkut responden apakah menderita penyakit

akibat kerja shift(paru-paru,jantung,sesak nafas).

Soal ini memiliki nilai r hitung yang kurang dari nilai r tabel,sehingga

atribut soal ini dihilangkan pada pertanyaan shift pagi.Untuk shift

malam dapat dilihat bahwa semua jenis keluhan memiliki nilai r hitung

yang lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,244).Hal ini berarti semua

jenis keluhan pada shift malam bisa dikatakan atribut yang valid.Jika

nilai r hitung lebih besar dari r tabel,maka atribut tersebut dikatakan

valid,berarti responden dalam menilai kriteria variabel tidak

mengalami bias yang besar dalam memahami isi kuesioner sehingga

persepsi terhadap kuesioner tidaklah berbeda.Tetapi bila r hitung lebih

kecil dari r tabel,maka atribut tersebut dikatakan tidak valid,berarti

responden mengalami bias pada atribut soal yang ditanyakan.Dengan demikian atribut-atribut soal diatas yang diajukan lewat kuesioner yang

mengukur keluhan yang dikumpulkan cukup menggambarkan keadaan

yang ingin diukur,dalam hal ini jenis keluhan dalam bekerja shift kapal

pada kondisi pagi dan malam.

Pengujian realibilitas ini juga dilakukan pada kuesioner bagian III

dengan menggunakan Realibility Analysis pada software SPSS.Analisis

ini bertujuan untuk menguji apakah alat ukur yang digunakan dapat

dipercaya atau dapat diandalkan.Yang dimasukkan dalam pengujian

sebagai input data hanyalah atribut yang valid saja(hasil dari uji

validitas di atas).Dari hasil perhitungan untuk input data shift pagi

diperoleh nilai alpha 0,3844(Output SPSS dibawah ini).Dengan nilai r

tabel = 0,244 (derajat kebebasan =n-2=63 dan α=5%),berarti nilai alpha

> nilai r tabel dan kuesioner shift pagi dapat dikatakan reliabel.Untuk

Shift malam,diperoleh nilai alpha sebesar 0,4672(Output SPSS

dibawah ini).Dengan nilai r tabel = 0,244 (derajat kebebasan =n-2=63

dan α=5%),berarti nilai alpha > nilai r tabel dan kuesioner shift pagi

dapat dikatakan reliabel. Pada uji realibilitas ini memiliki tujuan untuk

menguji apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan .Untuk

atribut yang dimasukkan dalam pengujian sebagai input data hanyalah

atribut yang valid saja(hasil dari uji validitas).Kuesioner dianggap

reliabel jika nilai alpha pada output lebih besar dari nilai r tabel.Dari

hasil perhitungan untuk input data shift pagi diperoleh nilai alpha

=0,3844.Dengan nilai r tabel = 0,244 ,derajat kebebasan n-2=63 dan α =

5%,maka nilai alpha > nilai r tabel dan kuesioner shift pagi dikatakan

reliabel (atribut yang tidak valid tidak dimasukkan).Kemudian untuk

shift malam,hasil perhitungan untuk input data shift malam diperoleh nilai alpha = 0,4672. Dengan nilai r tabel = 0,244 derajat kebebasan

n-2=63 dan α = 5%,maka nilai alpha > nilai r tabel dan shift malam

dapat dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.Artinya berapa kalipun

pertanyaan kuesioner diulang pada responden yang berbeda untuk

mengukur hal yang sama dalam hal ini jenis keluhan akan

menunjukkan hasil yang relatif konsisten karena kuesioner yang

dibagikan telah menjadi alat ukur yang layak

F. Identifikasi Faktor jenis keluhan yang Mempengaruhi kinerja

awak kapal

Pada proses identifikasi faktor jenis keluhan ini,telah kita

dapatkan kriteria dan subkriteria yang ditentukan,dimana hasil

identifikasi didapat dari hasil kuesioner yang di sebar dan melakukan

wawancara dengan awak kapal ferry yang berpengalaman. di BP2IP.

Analytic Hierarchy Process (AHP) juga dapat digunakan dalam suatu

kelompok. Sumbang saran dan saling berbagi ide dan wawasan sering

menghasilkan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang

masalah, dari pada seorang pengambil keputusan tunggal. Dengan

menggunakan model ini dalam suatu pertemuan kelompok, anggota

kelompok menstruktur persoalannya, memberi penilaian

(pertimbangan), memperdebatkan penilaian itu dan memberi

argumentasi untuk nilai-nilai tertentu sampai tercapai konsesus atau

kompromi. Perdebatan boleh ditiadakan dan pendapat perseorangan

diambil melalui kuesioner yang disebarkan kepada tiap-tiap anggota

sebagai responden. Nilai akhirnya diperoleh dari rata-rata geometrik

penilaian (geometric mean).

Gambar 3 .Faktor yang paling berpengaruh pada performance awak kapal

Perhitungan Global Weight

Dalam skripsi ini metode yang digunakan adalah analytic

hierarchy process (AHP).

Faktor

Fisik

Faktor

Psikis

Faktor

Lingkungan

Faktor

Sosial

Faktor Fisik 1,00 0,22 0,23 0,22

Faktor Psikis 4,75 1,00 0,48 0,45

Faktor

Lingkungan 4,39 2,16 1,00 1,28

Faktor Sosial 4,65 2,29 0,85 1,00

Kelelahan Mengantuk Menderita Penyakit

Kelelahan 1,00 0,22 0,14

Mengantuk 4,65 1,00 0,37

Menderita Penyakit 7,06 2,74 1,00

Bosan Tidak bersemangat Stress

Bosan 1,00 0,36 0,32

Tidak Bersemangat 2,86 1,00 0,51

Stress 3,09 2,03 1,00

Kebisingan

yang tinggi

Suhu

Udara

Panas

Suhu

Udara

dingin

Kurangnya

cahaya

Kebisingan

yang tinggi 1,00 0,88 1,40 0,49

Suhu Udara

Panas 1,19 1,00 0,96 0,42

Suhu Udara

dingin 0,72 1,04 1,00 0,53

Kurangnya

cahaya 2,04 2,40 1,90 1,00

Keluhan

FaktorFisik

Lelah

Mengantuk

Menderita penyakit

Faktor Psikis

Stress

Tidak bersemangat

Bosan

Faktor Lingkungan

Kebisingan tinggi

Suhu udara panas

Suhu udara yang dingin

Pencahayaan yang kurang

Faktor Sosial

Perubahan aktivitas sosial

berkurangnya waktu dengan

keluarga

kurang waktu untuk hobi.

Bertengkar dengan pasangan

Perub

ahan

aktifit

as

sosial

Waktu

dengan

keluarga

berkuran

g

Waktu

untuk

hobi

berkur

ang

Bertengkar

dengan

pasangan

Perubahan

kegiatan

ibadah

Perubaha

n

aktifitas

sosial

1 3,22 3,29 1,58 1,07

Waktu

dengan

keluarga

berkuran

g

0,36 1 0,49 0,42 0,43

Waktu

untuk

hobi

berkuran

g

0,31 2,03 1 0,31 0,78

Bertengk

ar dengan

pasangan

0,63 2,38 3,26 1 0,94

Perubaha

n

kegiatan

ibadah

0,93 2,31 1,30 1,05 1

Pengolahan data dengan bantuan perangkat lunak expert

choice digunakan untuk mengetahui tingkat prioritas dari masing

kriteria dan subkriteria yang mempengaruhi kinerja performansi awak

kapal saat berlayar. Struktur model AHP yang diterapkan expert choice

adalah model dari sebuah pohon terbalik. Ada suatu tujuan tunggal di

puncak pohon yang mewakili tujuan dari masalah pengambilan

keputusan. 100 % bobot keputusan ada pada titik ini. Tepat di bawah

tujuan adalah semua kriteria-kriteria yang mempengaruhi kinerja

tersebut. Bobot dari tujuan harus dibagi diantara titik kriteria

berdasarkan rating yang diperoleh. Ada beberapa metode dalam expert

choice untuk melakukan hal tersebut. Semua didasarkan dengan

membandingkan semua kriteria untuk menetapkan distribusi atau

penyebaran bobot kriteria tersebut. Hasil dari perbandingan dengan

software ini yaitu didapatkan kriteria dengan skala prioritas yang lebih

diutamakan dan nilai konsistensi rasio yang menunjukkan bahwa

apakah nilai pembobotan risiko ini masih cukup konsisten untuk

dipakai. Berikut ini langkah dalam menggunakan perangkat lunak

expert choice :

Langkah pertama adalah menentukan tujuan dari permasalahan

yang akan di selesaikan, dalam hal ini adalah kinerja. Setelah

menentukan tujuan dari permasalahan yang akan diselesaikan,

kemudian menentukan kriteria dan subkriteria yang telah didapatkan.

Hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4 Kriteria dan Subkriteria pada Expert Choice

Setelah dimasukkan data nilai input AHP ke dalam perangkat simulasi

expert choice, maka tiap pembandingan kriteria tersebut akan

dikelompokkan berdasarkan nilai. Nilai tersebut akan dibuat menjadi

kata pembanding seperti moderat, equal, extereme dan yang lainnya.

Hasil data dari kuesioner akan dilakukan analisa keputusan kriteria

kinerja menggunakan expert choice ini, akan didapatkan sebuah nilai

prioritas dari tahapan pembanding kriteria yang telah dilakukan.

Penjumlahan nilai tersebut akan menghasilkan suatu nilai konsistensi

rasio atau nilai akhir pembanding keputusan tersebut. Skala hasil yang

digunakan yaitu apabila hasil konsistensi rasio lebih kecil dari 0,1 atau

10%, maka hasil kriteria tersebut dapat diperbolehkan untuk dipakai, kalau nilai hasil melebihi nilai konsistensi rasio lebih dari 0,1 maka

perhitungan nilai bobot pembanding kriteria harus diulang.Langkah

selanjutnya adalah memberi nilai-nilai pada perbandingan berpasangan

yang telah didapatkan dari kuesioner.

Nilai-nilai dari perbandingan berpasangan tersebut dimasukkan

kedalam tabel yang telah disediakan pada perangkat lunak ini.

Berikut ini adalah tampilan dari tabel perbandingan berpasangan

pada perangkat lunak Expert Choice dan pengisian tabelnya:

Gambar 5 .Perbandingan Berpasangan faktor Fisik

Gambar diatas memberikan sebuah perbandingan berpasangan dalam

perangkat lunak Eexpert Choice, disini dijelaskan bahwa terdapat dua kondisi

yang memiliki nilai kepentingan yang berbeda tingkat nilainya. Pengisian

dalam Expert Choice ini dilakukan setelah mendapatkan nilai matrik

perbandingan dari hasil kuesioner.Setelah mengisi semua nilai-nilai dari

kriteria dan subkriteria pada tabel tersebut maka langkah selanjutnya adalah

menghitung bobot dari perbandingan berpasangan tersebut. Hasil dari

perangkat lunak tersebut akan menghasilkan nilai masing-masing kriteria yang

secara kumulatif membentuk urutan peringkat nilai dari yang tertinggi sampai

yang terendah dari semua kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil

pembobotan dari perangkat lunak expert choice

Gambar 1. Faktor kriteria yang paling berpengaruh

Gambar 2. Faktor kriteria yang paling berpengaruh

Gambar 3. Subkriteria yang paling berpengaruh

Faktor Fisik; 60%

Faktor Psikis; 19%

Faktor Lingkungan;

10%

FaktorSosial; 11%

Kriteria

Faktor Fisik

Faktor Psikis

Faktor Lingkungan

FaktorSosial

Gambar 4. Faktor yang paling mempengaruhi keselamatan awak kapal

Dari hasil pengolahan data tersebut faktor jenis keluhan yang paling

berpengaruh terhadap kinerja awak kapal adalah faktor fisik =0,459

dengan sub kriteria Lelah = 0,435 Faktor kedua yang berpengaruh

adalah Mengantuk 0,114

Nilai konsistensi rasio yang didapatkan dari analisa perbandingan

kriteria kondisi kapal yaitu untuk kriteria kondisi kapal 0.04, maka hasil ini menunjukkan bahwa nilai pembobotan antar elemen berpasangan

dengan elemen berpasangan lain yang ada di dalam matriks

perbandingan tersebut cukup konsisten.

Faktor Fisik Lingkungan kerja

Menurut Wignjosoebroto,2000) lelah dipengaruhi oleh Kondisi

lingkungan yaitu suhu udara yang terlalu panas dan suasana kerja yang

monoton.Hal ini dapat dilihat pada kamar mesin yang memiliki suhu

37°C ini mengakibatkan kondisi gerah dan mendukung naiknya

temperatur tubuh sesuai dengan siklus circadian rythm

manusia,sehingga badan akan cepat lelah.Sedangkan suasana kerja

yang monoton akan mengakibatkan kelelahan monotonis yaitu jenis

kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin dan

monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan

(Wignjosoebroto,2000).Sehingga keadaan seperti ini akan

menyebabkan berkurangnya kekuatan dan ketahanan fisik tubuh

Gambar 5. Foto Alat Pengukur Kebisingan pada ruang mesin I

Gambar 6. Foto Alat Pengukur Kebisingan pada ruang mesin II

produktivitas dan keselamatan.Pada awak kapal ,aspek kesehatan dan

keselamatan sangat terkait.Hasil AHP menunjukkan bahwa pada awak

kapal,keluhan yang paling mempengaruhi kinerja dan keselamatan awak kapal

adalah kelelahan, yang kedua adalah mengantuk dan yang ketiga adalah

bosan.Rasa bosan identik dengan stres yang dialami oleh awak kapal.Tiga hal

yang paling mempengaruhi ini,dapat mengakibatkan kecelakaan

kapal.Menurut kuesioner yang telah di analisa,aspek kelelahan diakibatkan

oleh jadwal kerja yang terlalu panjang,dimana efek kelelahan dapat

mengakibatkan kesalahan,kecelakaan kerja,dan perilaku yang tidak aman.

Dengan melakukan perubahan pada shift kerja diharapkan penyebab lelah

maupun mengantuk dapat diminimalkan.Selain itu identifikasi awal hasil kuesioner menunjukkan bahwa 66,15% pekerja setuju bila seandainya

dilakukan perubahan pengaturan shift terutama dalam masalah diadakannya

rotasi shift kerja.Dengan durasi shift lama 18 jam,awak kapal akan sangat cepat

mengalami kelelahan.Hal itu dapat disebabkan oleh kurangnya

istirahat(tidur).Selain itu kelelahan dapat berakibat menurunkan kewaspadaan

dalam bekerja.Meskipun shift lama memiliki waktu istirahat yang cukup lama

(18 jam karena diganti oleh shift yang selanjutnya),akan tetapi menurut

penelitian yang dilakukan oleh Sanquist et al (2003) jika dalam 1 hari(24 jam)

tidak beristirahat selama 8 jam, maka akan mengumpulkan utang tidur(kurang

tidur). Kurang tidur kronis dapat berkontribusi untuk konsekuensi kesehatan

termasuk obesitas,diabetes,dan tekanan darah tinggi.Bahkan orang orang muda

yang mengalami utang tidur selama seminggu menunjukkan peningkatan efek

stres.Akan sangat penting apabila awak kapal mendapatkan istirahat yang

cukup untuk mempertahankan kewaspadaan terhadap pekerjaan. Oleh karena

itu dilakukan perbaikan terhadap panjang rotasi kerja,durasi jam kerja,jumlah

hari libur,serta adanya perlakuan tertentu untuk mengurangi terjadinya

kelelahan seperti yang telah dikeluhkan pekerja sehingga diharapkan dengan

melakukan perbaikan terhadap desain shift kerja yang ada sekarang semua jenis

keluhan yang dialami dapat terakomodasi..terhadap perancangan shift kerja

yang baru,dari segi rotasi,durasi shift dan hal lainnya untuk meminimalkan

tingkat keluhan dan mendapatkan optimasi keselamatan awak kapal

Perbandingan Shift lama dan yang baru

No Faktor Shift lama Shift baru

1 Jenis Shift Tidak Berotasi

2 Panjang rotasi Tidak ada 3 hari sekali

3 Durasi Shift(lembur rutin) 18 jam 12 jam

4 Waktu Libur 5hari perbulan 6hari perbulan

5 Jam Kerja 07.00-01.00(18jam) 07.00-19.00(12

jam)

Keterangan tabel adalah :

Untuk Shift yang baru menggunakan shift yang berotasi karena perusahaan ini

menggunakan kebijakan untuk membagi shift menjadi dua grup untuk menjaga

kelangsungan beroperasinya kapal ferry untuk penyeberangan yang beroperasi

selama 24jam sehari dan 7 hari seminggu.

Rotasi akan diberlakukan.Hal ini berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara

dengan awak kapal yang mengeluhkan pola tidur yang cukup terganggu.Pada

perancangan shift baru juga tidak dapat mengikuti pola kontinental atau pola metropolitan karena kedua pola tersebut hanya berlaku untuk perusahaan yang

menggunakan 3 shift kerja.Oleh karena itu rotasi shift per 3 hari dipilih untuk

menjaga pola tidur

Pada shift yang lama jam normatifnya adalah 8 jam dan lembur 10 jam

sehingga total waktu durasi per shiftnya adalah 18 jam.Sedangkan pada shift

yang baru,durasi tiap shift adalah 12 jam dimana 8 jam normatif dan 4 jam

lembur rutin.Pada penelitian yang di lakukan oleh Spurgeon (2003) yang

membahas tentang waktu kerja yang berdampak pada keselamatan dan

kesehatan berdasarkan International Labour Office,sistem shift 12 jam harus di

perkenalkan kepada awak kapal dengan hati-hati,Kerja shift malam seharusnya

dibatasi atau di hindari.Tetapi melihat perusahaan yang hanya menggunakan 2

shift kerja,maka di lakukan rotasi cepat yaitu 3 hari sekali,hal ini berguna untuk

mengurangi dampak yang terjadi saat kerja malam.

44%

11%

5%

11%

3%

3%

3%

3%

1%

2%

1%

3%

4%

1%

Subkriteria

Kelelahan

Mengantuk

Menderita Penyakit

Bosan

Tidak bersemangat

Stres

Kebisingan yangtinggiSuhu udara panas

Suhu udara dingin

Kurang cahaya

perubahan kegiatanberibadahBertengkar denganpasanganWaktu untuk hobiberkurangWaktu untukkeluarga berkurangPerubahan aktifitassosial

Hanya saja berdasarkan ketentuan MLC 2006 dan IMO yang terbaru

mengharuskan awak kapal harus memiliki jam istirahat minimal 10 jam

dalam waktu 1 hari(24 jam).Sehingga shift lama yang menggunakan

sistem 8jam normatif dan 10 jam lembur rutin tidak diperbolehkan.

Waktu Libur

Untuk waktu libur,sesuai dengan hasil kuesioner yang menginginkan

libur selama 6 hari dalam sebulan sangat rasional.Hal itu berdasarkan

awak kapal yang berasal dari Surabaya,Madura dan

Banyuwangi.Banyak awak kapal yang mengeluhkan bahwa waktu

istirahat selama 5 hari dirasa kurang.

Food Intake

Untuk mengatasi rasa bosan dan lelah setelah beberapa jam

bekerja,maka food intake adalah cara yang paling tepat untuk awak

kapal.Makanan yang dapat diberikan bisa berupa snack ataupun

minuman yang dapat menambah tenaga.Kopi atau teh merupakan

contoh minuman yang memiliki efek stimulan (Grandjean,1986 )

meskipun hanya sesaat.Stimulan ringan ini sangat tepat diberikan untuk

mengurangi rasa penat akibat kerja yang monoton.Dibawah ini adalah

contoh makanan dan minuman ringan beserta kandungan kalori yang

dapat diberikan kepada karyawan sebagai rekomendasi

(Grandjean,1986). Dari data kuesioner,dapat dilihat bahwa awak kapal

mulai kurang bersemangat pukul 10.00-11.00.Oleh karena itu pada

jam-jam tersebut perlu dilakukan treatment khusus untuk memotivasi

kembali semangat awak kapal agar kembali bersemangat dan

mendapatkan energi.Durasi food intake yang diusulkan tidak lebih dari

15 menit.Untuk Shift malam waktu food intake yang tepat adalah pada

pukul 23.00 dan 02.00,dengan durasi masing-masing kurang dari 15

menit.

Uang makan perusahaan ini,per hari sebesar Rp 10.000,00.Untuk uang

makan per hari di rasa cukup kurang.Dari hasil wawancara dengan

Silaban G selaku Pimpinan ASDP Gilimanuk,untuk uang makan awak

kapal ferry penyeberangan,rata-rata di atas Rp 20.000,00.Pada PT

ASDP,uang makan per hari adalah Rp 60.000. Menurut survey yang

dilakukan,untuk memenuhi makanan bergizi,untuk satu kali makan di

daerah pelabuhan sebesar Rp 7.500.Maka uang makan per hari yang

dianjurkan adalah Rp 15.000,dimana dalam satu shift selama 12 jam di

estimasikan untuk makan 2x per shift.

Faktor umur pada awak kapal cukup berpengaruh pada kinerja.Mereka

yang beranjak tua akan menghadapi suatu permasalahan lebih baik

dengan kerja shift.Karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman

mengatasi masalah.Tetapi untuk permasalahan tidur sangat perlu bagi

orang yang beranjak tua.Pada penelitian yang dilakukan Harma(1995)

dan Nachreiner (1998) menunjukkan bahwa di usia sekitar akhir empat

puluhan dan awal lima puluhan menghasilkan penurunan kemampuan

untuk mengatasi kerja shift.Alasan untuk hal ini tidak sepenuhnya

dipahami,tetapi terkait dengan pola tidur yang berubah pada pekerja

yang lebih tua.Hal ini mungkin terkait dengan pergeseran dari ritme

circadian rhythms yang biasanya terjadi pada pertengahan usia,selain

itu circadian rhythms orang tua lebih lambat untuk menyesuaikan

daripada orang muda.

Kesimpulan

Setelah melaksanakan seluruh proses pengerjaan Skripsi ini, dan dari

hasil pengolahan data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kriteria-kriteria tertinggi berdasarkan faktor yang

mempengaruhi kinerja awak kapal saat berlayar adalah

Faktor Fisik (Lelah,mengantuk,dan menderita penyakit).

Faktor Psikis (Stress,tidak bersemangat,dan bosan).

Faktor Lingkungan(Kebisingan yang tinggi,suhu udara

panas,suhu udara dingin,pencahayaan berkurang).

Faktor sosial (perubahan aktifitas sosial,berkurangnya

waktu dengan keluarga,kurang waktu untuk

hobi,bertengkar dengan pasangan).

2. Mendapatkan alternatif jadwal shift kerja terbaik yang

bisa diterapkan perusahaan untuk mempertahankan

kinerja para pekerjanya berdasarkan standar Internasional MLC 2006 dan departemen tenaga kerja dengan ketentuan

satu shift selama 12 jam (8 jam normatif dan 4 jam lembur

rutin),rotasi shift dengan durasi 3 hari,dan penambahan

hari libur menjadi 6 hari.Untuk uang makan diberikan

tambahan menjadi Rp 15.000,dimana diestimasikan untuk

2x sehari makan bergizi,dan diberikan food intake saat

jam 10 pagi dan saat jam 3 sore.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Grandjean, E. 1986. Fitting the Task To the Man : An ergonomic Approach.

Taylor and Francis,London and Philadelphia.

[2] Grandjean, E. 1988. Fitting the Task to the Man 4th Edition. Taylor &

Francis Publisher, London.

[3] International Labour Organisation. 2006. Maritime Labour

Convention(MLC) 2006.

[4] Kurniawati, T. 2004. Manajemen Shift Kerja (Studi Kasus Departemen

Heavy Maintenance PT Merpati Maintenance Facility).Tugas Akhir

Jurusan Teknik Industri,Institut Teknologi Sepuluh

Nopember,Surabaya

[5] Kurniawan, Antara, I.G.W. 2004. Dampak Night and Shift Works terhadap kesehatan tubuh(studi kasus pada karyawan Hotel "KPH"

Bali).Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2,buku 1 hal 86-92.

[6] Pulat, M. B. 2002. The Fundamental Ergonomics. Prentice Hall Englewood

Cliffs, New Jersey.

[7] Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses

Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang

Kompleks. Pustaka Binama Pressindo.

[8] Sekretariat Negara. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 2000 Tentang Kepelautan.

[9] Sekretariat Negara. 20003. Undang-Undang Republik Indonesia no 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

[10] Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai.PT

Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

[11] Spurgeon, A. 2003. Working time Its impact on safety and health.

International Labour Office

[12] Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Cetakan ke-5. Bandung: Tarsito

[13] Supranto, J. 1998. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta:

Rineka Cipta.

[14] Wignjosoebroto, S. 1998. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri,

Edisi ke 1. Jakarta. Guna Widya.

[15] Wignjosoebroto, S (2000). Ergonomi,Studi gerak dan wajtu.Penerbit Guna

Widya,Surabaya. [16] Wijayanti, R.S, ( 2005). Shift Kerja dan Karakteristik Individu dengan

Kinerja Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2004.Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

[17] Williamson, A.M. And Feyer, A.M. (1995). Causes of accidents and the

time of day. Work and Stress, 9: 158-164

[18] Undang-Undang Republik Indonesia no 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

[19] Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 7

[20] tahun 2000 tentang kepelautan

[21] Maritime Labour Convention(MLC) 2006

Tipe Snack Kandungan

kalori

1 Cangkir kopi susu

dengan 2 sendok gula

37

1 gelas susu 66

1 cangkir ovaltine dengan

susu

130

Roti dan buah 240

Roti dengan keju 300