ANALISA KERJASAMA KELEMBAGAAN KPU DENGAN MITRA...
-
Upload
phungtuyen -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of ANALISA KERJASAMA KELEMBAGAAN KPU DENGAN MITRA...
ANALISA
KERJASAMA
KELEMBAGAAN KPU
DENGAN MITRA
STRATEGIS
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
2014
i
TIM PENYUSUN KAJIAN
HASRUL HANIF, S.IP, MA
LONGGINA NOVADONA BAYO, S.IP, MA
PRIMI SUHARMADHI PUTRI, S.IP
WENING HAPSARI M, S.IP
ii
DAFTAR ISI
BAB 1PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. PENGANTAR ............................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 3
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................... 4
D. KERANGKA ANALISA ................................................................................................ 4
E. METODE PENELITIAN .............................................................................................. 7
BAB 2PROFIL BERBAGAI BENTUK KERJASAMA KPU DENGAN MITRA STRATEGIS .............. 9
A. BIRO PERENCANAAN DAN DATA ........................................................................... 10
B. BIRO KEUANGAN ................................................................................................... 16
C. BIRO HUKUM......................................................................................................... 18
D. BIRO UMUM .......................................................................................................... 21
E. BIRO SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................. 25
F. BIRO TEKNIS, HUBUNGAN PARTISIPASI DAN MASYARAKAT (TEKNIS-HUPMAS) .. 27
G. BIRO LOGISTIK ....................................................................................................... 33
H. SEMUA BIRO .......................................................................................................... 37
BAB 3DINAMIKA KERJASAMA KPU DENGAN MITRA STRATEGIS ...................................... 39
A. BIRO PERENCANAAN DAN DATA ........................................................................... 40
B. BIRO KEUANGAN ................................................................................................... 45
C. BIRO HUKUM......................................................................................................... 49
D. BIRO UMUM .......................................................................................................... 52
E. BIRO SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................. 55
F. BIRO TEKNIS, HUBUNGAN PARTISIPASI DAN MASYARAKAT (TEKNIS-HUPMAS) .. 59
G. BIRO LOGISTIK ....................................................................................................... 64
H. INSPEKTORAT KPU ................................................................................................ 69
BAB 4REKOMENDASI OPTIMALISASI KERJASAMA KPU DENGAN MITRA STRATEGIS ....... 73
A. ASPEK EKSTERNAL ................................................................................................. 73
B. ASPEK INTERNAL KELEMBAGAAN ......................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 78
Lampiran ........................................................................................................................... 79
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
omisi Pemilihan Umum (selanjutnya disingkat: KPU)
Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang
paling krusial dalam penyelenggaraan pemilihan umum
(selanjutnya disingkat: PEMILU) di Indonesia. Sebagai salah satu
penyelenggara PEMILU, KPU memiliki tanggungjawab untuk proses
penyelenggaraan PEMILU berjalan secara demokratis, serta langsung,
umum, bebas, rahasia (LUBER)sertajujur dan adil (JURDIL).
PEMILU yang demokratis serta JURDIL dan LUBER tidak akan bisa
tercapai dengan mudah apabila KPU tidak mampu menyelenggarakan
proses tahapan pemilihan umum sesuai dengan beberapa prinsip atau
asas penting. Helena Catt, Andrew Ellis, Michael Maley, Alan Wall dan
Peter Wolf dalam buku bertajuk ‚Electoral Management Design‛ (2014:
21-25), menyebutkan bahwa sebuah lembaga penyelengara PEMILU
semestinya dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip berikut ini, yaitu:
independen, imparsialitas, integritas, transparansi, efisiensi,
profesionalisme, dan berorientasi pada pelayanan.
K
2
Hal ini selaras ini dengan UU No.15 tahun 2011 tentang Penyelenggara
PEMILU pasal 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggara PEMILU
seyogyanya bekerja berdasarkan asas-asas berikut ini, yaitu: mandiri;
jujur; adil;kepastian hukum; tertib; kepentingan umum; keterbukaan;
proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi; dan efektivitas.
Lebih lanjut dalam pasal 3 ayat (3) juga kembali ditegaskan bahwa dalam
menyelenggarakan Pemilu, KPU bebas dari pengaruh pihak mana pun
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Dengan kata lain, KPU dituntut bukan hanya profesional tapi juga
independen dalam semua proses yang ada. KPU dituntut untuk
menyelenggarakan PEMILU secara efisien dan efektif. Lebih jauh, KPU
diharapkan selalu bertindak secara independen dan imparsial serta
memiliki integritas. Terakhir, namun sangat penting, KPU juga dituntut
untuk mengelola PEMILU secara transparan dan akuntabel. Sebab,
sebagai penyelenggara PEMILU dalam tatanan politik yang demokratis,
KPU bukan hanya dituntut memiliki kinerja yang baik tapi juga butuh
kepercayaan publik dan legitimasi politik yang lebih kuat dari
masyarakat.1
1 Misalnya ketika Husni Kamil Manik, ketua KPU periode 2012-2017, menegaskan
indikator-indikator keberhasilan PEMILU, salah satu indikator yang penting untuk
dilihat adalah hal yang terkait dengan tingginya kepercayaan dan kepuasan publik
terhadap kinerja dan netralitas KPU. Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei
Indonesia (LSI) pada tanggal 4-6 Agustus 2014, menunjukkan bahwa sebanyak 67,49%
masyarakat Indonesia percaya hasil perolehan suara yang diumumkan oleh KPU dan
jajarannya. Lebih lanjut, sebanyak 61,3% masyarakat Indonesia mengaku puas terhadap
kinerja KPU. Sedangkan sekitar 70% masyarakat mempercayai netralitas
KPU.http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2014/3457/KPU-Peringati-HUT-RI-ke-
69-dengan-Tiga-Capaian-Pemilu-2014. Diakses 26 November 2014.
3
Namun,dengan mempertimbangkan kapasitas kelembgaan yang
dimiliki oleh KPU saat ini, KPU harus berhadapan dengan berbagai
tantangan dan limitasi baik secara internal maupun eksternal untuk
mewujudkan harapan ideal tersebut. Lebih jauh, proses penyelenggaraan
PEMILU sendiri merupakan proses yang kompleks dan
berkesinambungan sehingga tidak memungkinkan hanya dikelola oleh
KPU sendirian.
Maka sangat wajar apabila dalam proses penyelenggaraan PEMILU
dibutuhkan adanya kerjasama kelembagaan untuk memastikan fungsi
dan peran KPU sebagai salah satu penyelenggara PEMILU bisa berjalan
secara optimal. Kerjasama bukan hanya untuk memastikan limitasi
kelembagaan bisa tertangani namun untuk untuk memastikan PEMILU
sebagai sebagai sebuah proses yang ditopang oleh aksi kolektif bisa
berjalan dengan baik.Hal yang lebih penting lagi adalah melihat seberapa
besar kerjasama yang ada berkontribusi terhadap optimalisasi kinerja dan
independensi serta transparansi dan akuntabilitas KPU.
B. RUMUSAN MASALAH
Kajian ini berusaha untuk melihat dinamika kerjasama yang dikelola
oleh KPU dengan mitra strategis dalam rangka mengoptimalkan peran
dan fungsi KPU dalam penyelenggaraan PEMILU 2014. Oleh karena itu
ada pertanyaan dasar yang hendak di jawab yaitu:
Sejauh mana proses kerjasama kelembagaan yang dikembangkan oleh
KPU dengan mitra strategis yang ada mampu memperkuat
kapasitas kelembagaan sertaperan dan fungsi KPU dalam
mendorong Pemilu yang demokratis serta LUBER &JURDIL?
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Kajian ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat dinamika kerjasama
yang dikembangkan oleh KPU serta implikasinya terhadap optimalisasi
peran dan fungsi KPU dalam penyelenggaraan PEMILU 2014. Secara
khusus, kajian ini bertujuan untuk:
1) Mengindentifikasi tantangan penyelenggaraan PEMILU di
Indonesia serta kemampuan KPU merespon tantangan tersebut,
2) Mengindentifikasi berbagai bentuk kerjasama yang dikembangkan
oleh KPU dengan mitra strategis dalam rangka merespon berbagai
tantangan tersebut,
3) Mengindentifikasi desain KPU dalam mengembangkan kerjasama
dengan mitra strategis, dan
4) Mengidentifikasi peluang, tantangan, hambatan dan limitasi KPU
dalam mengembangkan kerjasama dengan mitra strategis, berikut
peluang keberlanjutan.
D. KERANGKA ANALISA2
Upaya kerjasama yang dibangun bisa terekspresikan sebagai proses
kemitraan (partnership) atau bisa juga kolaborasi (collaboration). Kemitraan
bisa dimaknai sebagai proses dimana berbagai kelompok pemangku
kepentingan dari berbagai organisasi didorong untuk bersama-sama
bertanggung jawab ketika menangani tantangan dan peluang di mana
mereka yang terlibat diyakini memiliki kepentingan bersama dalam
jangka panjang.Kemitraan juga bisa didefinisikan sebagai (Radovich,
Zadek & Sillanpää, 2006):
2 Sebagian besar tulisan dalam kerangka analisa ini merupakan modifikasi dari tulisan
Hasrul Hanif & Arie Ruhyanto (2007: 47:67)
5
“….two or more organizations that enter a collaborative agreement
based on 1) synergistic goals and opportunities that address
particular issues that single organizations cannot accomplish on
their own, and, 2) whose individual organizations cannot purchase
the appropriate resources or competencies through a market
transaction”
Sedangkan kolaborasi adalah proses dimana satu organisasi/entitas utama
berusaha melibatkan para pihak yang terkait dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut.
Pada dasarnya, dalam sebuah kerjasama selalu ada tiga unsur utama,
yaitu:(1) adanya unsur dua pihak atau lebih, (2) adanya interaksi dan, (3)
adanya tujuan bersama. Tiga unsur dalam kerjasama tersebut harus ada
dalam sebuah bentuk kerjasama pada suatu obyek. Adanya unsur dua
pihak atau lebih menggambarkan suatu himpunan kepentingan yang
saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi untuk mewujudkan suatu
tujuan bersama. Interaksi yang tidak bertujuan untuk pemenuhan
kepentingan masing-masing pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah
kerjasama. Sehingga sebuah interaksi dari beberapa pihak yang dilakukan
harus ada keseimbangan (equity), artinya kalau interaksi hanya untuk
memenuhi kepentingan salah satu atau sebagian pihak dan ada pihak
yang dirugikan dalam interaksi tersebut maka hubungan yang terjadi
tidak masuk dalam kriteria kerjasama. Kerjasama menempatkan pihak-
pihak yang berinteraksi pada posisi seimbang, selaras, dan serasi, karena
interaksi yang terjadi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama
tanpa ada yang dirugikan (Pamudji, 1983: 12).
Pilihan untuk melakukan kerjasama biasanya dilakukan karena ada
berbagai manfaat yang diperoleh. Setidaknya ada beberapa manfaat yang
6
diharapkan ketika kerjasama dilakukan, yaitu (Bandingkan dengan
Yudhoyono, 2003): Pertama, berbagi pengalaman. Sebuah organisasi bisa
memetik pengalaman baik atau buruk dari pengalaman organisasi sejenis
atau melakukan pembelajaran secara horisontal (horizontal learning)
sehingga ke depan justru bisa berkontribusi bagi peningkatan kinerja
organisasi tersebut. Dengan kata lain, melalui kerjasama, maka sebuah
organisasi akan dapat berbagi pengalaman dengan organisasi lain
sehingga sebuah organisasi tidak perlu mengalami apa yang mungkin
menjadi kesalahan yang pernah dilakukan oleh organisasi lain. Demikian
juga, pengalaman organisasi lain dalam menjalankan sebuah misi atau
program organisasi menjadi acuan untuk bertindak bagi suatu organisasi
dengan mempelajari apa yang menjadi hambatan ataupun yang menjadi
pendorong keberhasilan sebuah aktivitas atau program di suatu
organisasi.
Kedua, berbagi keuntungan. Dengan kerjasama, maka berbagai
organisasi atau entitas yang terikat kerjasama dapat saling berbagi
keuntungan atau manfaat. Pengelolaan bersama untuk sebuah aktivitas
atau program akan menghasilkan keuntungan dan manfaat yang dapat
dirasakan bersama sehingga organisasi tersebut dapat merasakan manfaat
secara adil dari pengelolaan yang dilakukan. Tiap organisasi akan merasa
diuntungkan dari dilakukannya kerjasama dan tidak ada yang dirugikan.
Ketiga, berbagai biaya, resiko atau beban. Dengan kerjasama, maka
organisasi yang terikat kerjasama dapat bersama-sama menanggung biaya
secara proposional sehingga biaya, resiko atau beban tidak hanya
dibebankan pada salah satu pihak saja. Misalnya, dalam penyelenggaraan
PEMILU, anggaran pengelolaan dan penyediaan sarana yang besar dapat
7
ditanggung bersama sehingga tidak terlalu membebani keuangan dari
penyelenggara PEMILU semata.
Pada dasarnya setiap proses kerjasama bisa digolongkan ke dalam
beberapa tipologi kemitraan atau kolaborasi, yaitu:
Kerjasama dalam pelayanan. Misalnya: penguatan kapasitas,
sosialisasi, dsb
Kerjasama dalam sumberdaya. Misalnya: penyediaan sumberdaya
manusia dengan kompetensi tertentu, dsb
Kerjasama dalam mengembangkan aturan main. Misalnya
membangun pakta integritas dsb
E. METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Metode studi kasus digunakan untuk memahami lebih jauh realitas
sosial dan bagaimana antar subyek memahami dan menafsir realitas
tersebut. Unit analisa adalah berbagai aktivitas kerjasama yang dilakukan
oleh KPU dalam rangka optimalisasi fungsi dan perannya dalam
penyelenggaraan PEMILU 2014.
Proses penelusuran data menggunakan metode trianggulasi, yaitu:
Data primer melalui wawancara dengan berbagai unit kerja (7 Biro
dan 1 inspektorat) yang ada di dalam sekretariat jenderal KPU RI,
yaitu: Biro Umum, Biro Perencanaan dan Data, Biro Hupmas dan
Teknis, Biro Keuangan, Biro Hukum, Biro Logistik, Biro SDM, dan
Inspektorat. Wawancara dilakukan pada tahun 2014.
Dalam wawancara tersebut ada beberapa pertanyaan kunci yang
ditanyakan kepada narasumber, yaitu:
8
Apa tantangan-tantangan penyelenggaraan PEMILU di Indonesia?
Sejauh mana tantangan-tangan tersebut direspon oleh KPU?
o Apakah KPU memiliki kapasitas memadai untuk merespon hal
tersebut?
Apakah kerjasama yang ada bisa menutup kekurangan atau
menopang kinerja kinerja KPU, terutama dalam merespon
tantangan-tantangan tersebut?
Apakah kerjasama tersebut dikembangkan berdasarkan rencana
strategis (by design) atau reaktif?
o Apakah memang sesuai dan betul-betul kebutuhan?
o Apakah menumpuk pada satu isu saja?
o Adakah isu-isu yang tidak dibutuhkan kerjasama malah
digunakan untuk kerjasama?
Apakah kesepakatan MoU kerjasama yang ada ditindaklanjuti
secara efektif?
Adakah hambatan-hambatan yang muncul dalam kerjasama?
Sejauh mana kerjasama tersebut punya prospek keberlanjutan?
Data sekunderdiperoleh dengan melakukan penelusuran: (1) data-
data di dalam KPU, seperti data kerjasama dsb, (2) data media massa
yang relevan.
Pada dasarnya, riset dilakukan dengan beberapa tahapan berikut ini:
Pengumpulan data
Proses pengelolaan data
Klasifikasi dan coding data
Analisa data
9
BAB 2
PROFIL BERBAGAI BENTUK KERJASAMA KPU DENGAN
MITRA STRATEGIS
ebagaimana telah disebutkan di dalam pengantar bab 1, KPU
dituntut untuk bisa menyelenggarakan PEMILU yang JURDIL
dan LUBER bukan hanya secara independen dan imparsial
tapi juga transparan dan profesional. Tentu saja tuntutan tersebut
bukanlah yang mudah untuk dipenuhi terlebih ketika kapasitas
kelembagaan KPU sendiri tidak selalu menopang KPU agar bisa
memenuhi tuntutan tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangka merespon tuntutan tersebut atau
mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai salah satu penyelenggara
PEMILU, khususnya PEMILU 2014, KPU menginisiasi dan
mengembangkan berbagai kerjasama dengan banyak lembaga atau mitra
strategis untuk mendukung dan membantu KPU dalam setiap tahapan
pelaksanaan PEMILU. Organisasi yang menjadi mitra strategis KPU tidak
hanya berasal dari lembaga pemerintah, baik dari kementerian maupun
non-kementerian, namun juga dari lembaga-lembaga non-pemerintah,
S
10
seperti LSM, lembaga donor internasional maupun lembaga pendidikan
tinggi.
Sebelum pembahasan yang lebih mendalam tentang tantangan,
hambatan, limitasi dan peluang kerjasama KPU dengan mitra strategis,
dalam bab ini akan diuraikan deskripsi berbagai bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh KPU dengan mitra strategis sepanjang tahun 2012-2014.
Sistematika alur argumen dalam bab ini disusun berdasarkan unit kerja
(biro dan inspektorat) yang ada di dalam Sekretariat Jenderal KPU RI.
Sekretariat Jenderal KPU merupakan lembaga pendukung profesional
dengan tugas utama membantu hal teknis administratif, termasuk
pengelolaan anggaran PEMILU. Pada dasarnya, uraian tugas masing-
masing biro dan inspektorat yang ada dalam Sekretariat Jenderal KPU RI
tergambarkan dengan jelas dalam Peraturan KPU No. 4 tahun 2010
tentang Uraian Tugas Staf Pelaksana pada Sekretariat Jenderal Komisi
Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
A. BIRO PERENCANAAN DAN DATA
Biro Perencanaan dan Data merupakan biro yang bertanggungjawab
atas penyusunan rencana program dan anggaran. Biro ini juga
bertanggungjawab atas pengelolaan kerjasama antar lembaga, penelitian
dan pengembangan serta pengelolaan data dan informasi. Hal yang tak
kalah pentingnya adalah biro ini memiliki tugas dan fungsi untuk
melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja KPU.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan fungsi dan perannya sebagai
pendukung kinerja komisioner KPU, Biro Perencanaan dan Data berusaha
untuk mengembangkan kerjasama dengan berbagai mitra strategis. Tentu
11
saja, agar tujuan kerjasama tersebut bisa tercapai dengan optimal, biro ini
juga menyusun sasaran strategis berikut indikator kinerja. Berikut ini
adalah uraian lebih mendalam tentang sasaran strategis, indikator kinerja,
lembaga mitra yang menjadi implementer dalam proses kerjasama serta
program yang dikelola dalam kerjasama Biro Perencanaan dan Data
dengan lembaga mitra strategis.
Sasaran strategis ke-1 adalah terwujudnya efektifitas perencanaan dan
program KPU. Indikator kinerja untuk mengukur tercapainya sasaran
strategis ini adalah:
o Persentase Unit Kerja yang Sasaran dan Indikator Kinerja Dalam Renja
dan RKA-KL Selaras dengan Sasaran dan Indikator Kinerja Dalam
Renstra KPU
o Jumlah Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Yang Terbit Tepat
Waktu
Untuk mencapai sasaran strategis ke-1 tersebut, Biro Perencanaan dan
Datamendorong kerjasama dengan The Asia Foundation (TAF). Bentuk
konkrit dari kerjasama ini adalah program untuk memperkuat kapasitas
KPU dalam penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien berdasarkan
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dalam program ini adalah penyusunan Renstra KPU
2012 – 2017, fasilitasi penyusunan peraturan KPU sebagai turunan UU
Keterbukaan Informasi Publik serta relasi media KPU.
Sebagai rangkaian upaya pencapaian sasaran strategis ke-1 juga, KPU
berusahamendorong peningkatan partisipasi penyandang disabilitas
dalam pemilu DPR, DPRD, DPD, Presiden & Wapres, dan kepala daerah
dalam rangka perwujudan kesetaraan hak politik setiap warganegara
Republik Indonesia. Dalam hal ini, Biro Perencanaan dan Data KPU
12
bekerjasama dengan Pusat Pemilu Akses penyandang cacat (PPUA-
PENCA). Selanjutnya, PPUA-PENCA membantu KPU dalam Peningkatan
kapasitas dan peran serta para pihak dalam upaya peningkatan partisipasi
politik penyandang disabilitas dalam PEMILU anggota DPR, DPD, DPRD,
PEMILU Presiden-Wapres serta pilkada; fasilitasi perumusan dan
penerapan regulasi/kebijakan PEMILU anggota DPR, DPD, DPRD,
PEMILU Presiden-Wapres serta pilkada yang responsive akses
penyandang disabilitas; dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
PEMILU anggota DPR, DPD, DPRD, PEMILU Presiden-Wapres serta
PILKADA yang aksesibel dan non-diskriminasi bagi pemilih disabilitas.
Terakhir, upaya pencapaian sasaran strategis ke-1 ini sangat erat
kaitannya dengan pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
2014, yaitupenilaian kemampuan rohani dan jasmani pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden dalam PEMILU Presiden-Wakil Presiden
tahun 2014. Biro Perencanaan dan Data KPU bekerjasama dengan
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melakukan penyusunan
kriteria dan standar kemampuan rohani dan jasmani pasngan calon
Presiden dan Wapres dalam pemilu Presiden dan Wapres tahun 2014;
penyusunan panduan teknis penilaian kemampuan rohani dan jasmani
pasngan calon Presiden dan Wapres dalam pemilu Presiden dan Wapres
tahun 2014 oleh Pengurus IDI yang selanjutnya ditetapkan oleh KPU;
penetapan tim pemeriksan kesehatan independen oleh pengurus IDI atas
rekomendasi KPU; proses pemeriksaan kesehatan rohani dan jasmani
pasangan calon Presiden dan Wapres dalam pemilu Presiden dan Wapres
tahun 2014; penyusunan kriteria dan rekomendasi untuk rumah sakit
pemerintah yang paling memenuhi syarat melakukan penilian kesehatan
rohani dan jasmani pasangan calon Presiden dan Wapres dalam PEMILU
13
Presiden dan Wapres tahun 2014; penunjukan rumah sakit pemerintah
oleh Pengurus IDI atas rekomendasi KPU; serta penyerahan kesimpulan
penilian kemampuan rohani dan jasmani pasangan calon Presiden dan
Wapres dalam pemilu Presiden dan Wapres tahun 2014.
Adapun sasaran strategis ke-2 adalah terwujudnya sistem administrasi
penyelenggaraan PEMILU yang tertib, efektif dan efisien dengan
menggunakan sistem aplikasi dan teknologi informasi.Indikator kinerja
untuk sasaran strategis ini adalah:
o Persentase KPU/KIP provinsi yang menyampaikan LAKIP dengan
tepat waktu,
o Persentase KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota yang
pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan rencana aksi, dan
o Jumlah aplikasi e-government yang diterapkan di lingkungan KPU
Agar sasaran tersebut tercapai, Biro Perencanaan dan Data KPU
melakukan kerjasama dengan KEMITRAAN (Partnership), Universitas
Indonesia serta Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Biro
ini dengan KEMITRAAN mengembangkan dukungan bagi peningkatan
kapasitas KPU dalam penyelanggaraan dan membaharui tata kelola
PEMILU. Program ini dijalankan dengan penyediaan sumber daya
pendukung dalam bentuk koordinasi bantuan teknis, diskusi kelompok
terfokus (FGD), riset, dan lokakarya (workshop) maupun seminar dengan
berbagai elemen masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi Integritas NKRI.
Dengan bekerjasama dengan Universitas Indonesia, Biro Perencanaan
dan Data mengembangkan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada
masyarakat, pemanfaatan teknologi informasi, serta pengembangan
sumber daya manusia dalam menunjang penyelenggaraan PEMILU.
14
Program ini dijalankan dengan kegiatan pemberdayaan bidang-bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi strategis untuk meningkatkan kinerja
para pihak; peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang sistem
pemilihan umum; serta sosialisasi dan pemsyarakatn kegiatan melalui
media publikasi serta seminar, konferensi, simposium atau lokakarya.
Biro ini juga bekerjasama dengan Badan pengkajian dan Penerapan
Teknologi- BPPT (Januari 2013 – 2017). Kerjasama ini terfokus pada
program Pemanfaatan IPTEK serta pengembangan SDM dalam
menunjang sistem PEMILU. Kegiatan-kegiatan utama dalam kerjasama ini
meliputi pemberdayaan bidang-bidang ilmu pengetahuan strategis untuk
meningktakan dan teknologi strategis untuk meningkatkan kinerja kedua
institusi; peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dalam
pemanfaatn ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang sistem
PEMILU; serta penggalangan kerjasama dengan badan-badan lainnya
dalam rangka pemanfaatan dan pemberdayaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menunjang sistem PEMILU.
Sasaran strategis yang ke-3 adalah terwujudnya penetapan DPT yang
berkualitas dengan indikator kinerja berupa persentase penduduk yang
mempunyai hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar di dalam DPT.
Namun untuk sasaran strategis yang ke-3 ini tidak ada data yang
menunjukkan Biro Perencanaan dan Data melakukan kerjasama
kelembagaan untuk mencapainya.
Sasaran strategis yang ke-4 adalah meningkatnya partisipasi pemilih di
luar negeri dalam PEMILU dengan indikator kinerja berupa persentase
pemilih di luar negeri yang menggunakan hak pilihnya dalam PEMILU.
Untuk mencapai sasaran strategis ini, Biro Perencanaan dan Data KPU
15
bekerjasama dengan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia,
khususnya dalam menyelenggarakan PEMILU 2014 bagi WNI di luar
negeri. Hal ini tentu saja sebagai salah satu kegiatan utama dalam
meningkatkan partisipasi pemilih di luar negeri, baik pada pemilihan
anggota legislatif DPR, DPD, maupun pemilihan presiden dan wakil
presiden.
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA
LEMBAGA
IMPLEMENTER
(BERDASAR
MOU)
PROGRAM
Terwujudnya
efektifitas
Perencanaan dan
Program KPU
Persentase Unit
Kerja yang Sasaran
dan Indikator
Kinerja Dalam
Renja dan RKA-KL
Selaras dengan
Sasaran dan
Indikator Kinerja
Dalam Renstra
KPU
The Asia
Foundation – TAF
(Juni 2012 – 2015)
Pusat Pemilu
Akses penyandang
cacat – PPUA-
PENCA
(2013 – 2018)
Pengurus Besar
Ikatan Dokter
Indonesia
Memperkuat kapasitas KPU dalam
penyelenggaraan Pemilu yang efektif
dan efisien berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil
Peningkatan partisipasi penyandang
disabilitas dalam pemilu DPR, DPRD,
DPD, Presiden – wapres, dan kepala
daerah dalam rangka perwujudan
kesetaraan hak politik setiap WNRI
Penilaian Kemampuan Rohani dan
Jasmani Pesangan Calon Presiden
dan Wakil Presiden dalam PEmilihan
Umum Presiden-Wapres tahun 2014
Jumlah Dokumen
Perencanaan dan
Penganggaran
Yang Terbit Tepat
Waktu
Terwujudnya
Sistem
Administrasi
Penyelenggaraan
Pemilu
Yang Tertib, Efektif
dan
Efisien Dengan
Menggunakan
Sistem
Aplikasi dan
Teknologi
Informasi
Persentase
KPU/KIP Provinsi
Yang
Menyampaikan
LAKIP Dengan
Tepat
Waktu
Kemitraan/Partner
ship (Juni 2012 –
2015)
Program dukungan bagi peningkatan
kapasitas KPU dalam
penyelanggaraan dan membaharui
tata kelola pemilu
Persentase KPU,
KPU Provinsi dan
KPU
Kabupaten/Kota
Yang Pelaksanaan
Kegiatannya
Sesuai Dengan
Rencana Aksi
Universitas
Indonesia
(Nov 2013 – 2017)
Pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat, pemanfaatn
teknologi informasi, serta
pengembangan sumber daya
manusia dalam menunjang
penyelenggaraan Pemilu
16
Jumlah Aplikasi e-
Government Yang
Diterapkan Di
Lingkungan KPU
Badan pengkajian
dan Penerapan
Teknologi- BPPT
(Januari 2013 –
2017)
Pemanfaatan IPTEK serta
pengembangan SDM dalam
menunjang sistem Pemilu
Terwujudnya
Penetapan
DPT Yang
Berkualitas
Persentase
Penduduk Yang
Mempunyai
Hak Untuk
Memilih Tetapi
Tidak Terdaftar di
Dalam DPT
N.A N.A
Meningkatnya
Partisipasi
Pemilih di Luar
Negeri
Dalam Pemilu
Persentase Pemilih
di Luar Negeri
yang
Menggunakan Hak
Pilihnya Dalam
Pemilu
Kementrian Luar
Negeri
(Desember 2012 –
September 2014)
Penyelenggaraan PEMILU 2014 bagi
WNI di luar negeri
B. BIRO KEUANGAN
Biro Keuangan KPUmerupakan salah satu biro yang sangat vital dalam
mendukung kinerja KPU. Biro ini memiliki tugas pokok untuk
pengelolaan keuangan, verifikasi pelaksanaan anggaran, akuntansi dan
pelaporan keuangan, dan perbendaharaan.
Sesuai dengan Penetapan Kinerja KPU tahun 2014, Biro Keuangan
memiliki satu sasaran strategis, yaitu terwujudnya pengelolaan
administrasi keuangan yang berkualitas, profesional dan akuntabel.
Adapun indikator kinerjanya adalah:
o Jumlah KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang menyampaikan
LPPA tepat waktu dan valid.
o Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang
menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan Standard Akuntansi
Pemerintahan (SAP),
o Jumlah Bendahara KPU Provinsi yang memahami penatausahaan dan
pembukuan bendahara sesuai dengan peraturan yang berlaku,
17
o Jumlah KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang menyampaikan
LPPA Tahapan tepat waktu dan valid,
o Jumlah draft juknis/juklak anggaran di lingkungan KPU.
Namun data yang ada menunjukkan tidak program kerjasama yang
dilakukan oleh Biro Keuangan dalam rangka mewujudkan sasaran
strategis atau mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai pendukung
bagi kerja komisioner KPU.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Lembaga
Implementer
(berdasar MoU)
Program
Terwujudnya
pengelolaan
administrasi
keuangan yang
berkualitas,
profesional dan
akuntabel
Jumlah draft juknis/juklak
anggaran di
lingkungan KPU.
N.A
N.A
Jumlah KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota yang
menyampaikan
LPPA tepat waktu dan valid.
N.A
Persentase KPU Provinsi dan
KPU
Kabupaten/Kota yang
menyampaikan
Laporan Keuangan sesuai
dengan
Standard Akuntansi
Pemerintahan
(SAP)
N.A
Jumlah Bendahara KPU Provinsi
yang memahami penatausahaan
dan
pembukuan bendahara sesuai
dengan peraturan yang berlaku
N.A
Jumlah KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota yang
menyampaikan
LPPA Tahapan tepat waktu dan
valid
N.A
Terwujudnya
pengelolaan
administrasi
keuangan yang
berkualitas,
profesional dan
akuntabel
Jumlah draft juknis/juklak
anggaran di
lingkungan KPU.
N.A
18
C. BIRO HUKUM
Biro Hukum KPU merupakan unit yang mendukung semua hal yang
terkait dengan aspek legal KPU dengan memiliki tugas pokok yang terkait
dengan perundang-undangan (kajian naskah yang terkait dengan
PEMILU, penyusunan keputusan dan peraturan KPU, dan penyuluhan
peraturan perundang-undangan); advokasi dan penyelesaian sengketa
hukum; administrasi hukum; serta dokumentasi dan informasi hukum.
Adapun yang menjadi sasaran strategis Biro Hukum KPU yang
dirumuskan pada tahun 2014 adalah meningkatnya efektifitas advokasi
hukum terkait penyelenggaraan pemilu. Indikator kinerja yang digunakan
untuk mengukur derajat capaian sasaran strategis tersebut adalah:
o Persentase kasus gugatan hukum dan sengketa hukum berkaitan
dengan pemilu yang dimenangkan KPU,
o Jumlah rancangan Peraturan KPU yang disahkan menjadi Peraturan
KPU,
o Jumlah KPU Provinsi yang mendapatkan sosialisasi peraturan dana
kampanye,
o Jumlah KPU Provinsi yang mendapatkan penyuluhan hukum
penyelenggaraan PEMILU,
o Jumlah KPU Provinsi yang mendapatkan penyuluhan persiapan
penyelesaian sengketa hasil PEMILU,
o Jumlah jenis kategori dokumentasi yang berkaitan dengan sengketa
hukum, dan
19
o Persentase DPP partai politik peserta PEMILU yang menyampaikan
laporan awal dana kampanye dan rekening khusus dana kampanye
sampai dengan batas waktu yang ditetapkan KPU.
Salah satu hal yang krusial adalah dana kampanye. Oleh karena itu,
pada pelaksanaan pemilu 2014, Biro Hukum KPU berusaha
mengembangkan kerjasama yang serius terait dengan proses pelaporan
dana awal kampanye dan rekening khusus dana kampanye, serta
penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye oleh
DPP Partai peserta pemilu sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan
oleh KPU.
Guna mencapai presentase yang maksimal, biro hukum melaksanakan
kerjasama dengan tiga lembaga dengan program dan kegiatannya
masing-masing. Pertama, Biro Hukum bekerjasama dengan Ikatan
Akuntan Indonesia dalam mendorong program penyusunan, sosialisasi
dan bimbingan teknis pedoman pelaporan dana kampanye serta
pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum
presiden-wapres tahun 2014. Kegiatan yang mencakup dalam program ini
adalah penyusunan pedoman pelaporan dana kampanye peserta pemilu,
anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum presiden-wapres
tahun 2014, dan sosialisasi bimbingan teknis peraturan KPU tentang
pedoman pelaporan dana kampanye peserta pemilu, DPR, DPD, dan
DPRD serta pemilihan umum Presiden-Wapres tahun 2014.
Kedua, Biro Hukum KPU bekerjasama dengan Institut Akuntan Publik
Indonesia. Bersama dengan mitra ini, Biro Hukum KPU memiliki program
dalam Pengembangan dan penerapan pelaksanaan audit dana kampanye
peserta pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan Presiden
dan Wapres 2014. Kegiatan-kegiatan yang meliputi program ini adalah
20
penyusunan panduan pelaksanaan audit dana kampanye; penyusunan
petunjuk pelaksanaan tertib administrasi keuangan peserta pemilihan
umum dan pedoman pelaporan dana kampanye; dan pembentukan
POKJA bantuan teknis dan sosialisasi kepada partai politik dan
rekomendasi verifikasi kantor akuntan publik.
Ketiga, Biro Hukum KPU bekerjasama dengan Pusat Pelaporan Dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dengan PPATK, Biro Hukum
KPU memiliki program kerjasama pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang dalam penghimpunan, penggunaan, dan/atau
pelaporan dana kampanye peserta pemilu. Kegiatan yang dilakukan
adalah edukasi sosialisasi; pendidikan dan pelatihan; penelitian atau riset;
serta pengembangan sistem teknologi informasi.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Lembaga
Implementor
(berdasar MoU) Program
Meningkatnya
efektifitas Advokasi Hukum
Terkait
Penyelenggaraan
pemilu
Persentase Kasus
Gugatan Hukum
dan Sengketa Hukum
Berkaitan dengan
Pemilu yang
Dimenangkan
KPU
N.A N.A
Jumlah
Rancangan
Peraturan KPU
yang disahkan menjadi
Peraturan KPU
N.A N.A
Jumlah KPU
Provinsi yang
Mendapatkan
Sosialisasi
Peraturan Dana
Kampanye
N.A N.A
Jumlah KPU
Provinsi yang
Mendapatkan
Penyuluhan
Hukum
Penyelenggaraan
N.A N.A
21
Pemilu
Jumlah KPU
Provinsi yang
Mendapatkan
Penyuluhan
Persiapan
Penyelesaian
Sengketa Hasil
Pemilu.
N.A N.A
Jumlah Jenis
Kategori
Dokumentasi
yang Berkaitan
dengan Sengketa
Hukum
N.A N.A
Persentase DPP
Partai Politik
Peserta Pemilu yang
Menyampaikan
Laporan Awal
Dana Kampanye
dan Rekening
Khusus Dana
Kampanye
sampai dengan
Batas Waktu yang
Ditetapkan KPU
Ikatan Akuntan
Indonesia (September 2013 –
Desember 2014) Institut Akuntan
Publik Indonesia
(September 2013 –
Agustus 2014) Pusat pelaporan
dan analisis
transaksi
keuangan (Februari 2014 –
2017)
Penyusunan, sosialisasi dan
bimbingan teknis pedoman
pelaporan dana kampanye
serta pemilihan umum
anggota DPR, DPD, dan
DPRD serta pemilihan umum
presiden-wapres tahun 2014 Pengembangan dan
penerapan pelaksanaan audit
dana kampanye peserta
pemilu anggota DPR, DPD,
dan DPRD serta pemilihan
presiden dan wapres 2014 Kerjasama pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana
pencucian uang dalam
penghimpunan, penggunaan,
dan/atau pelaporan dana
kampanye peserta pemilu
D. BIRO UMUM
Biro Umum KPU memiliki tugas pokok dan fungsi yang terkait dengan
pengelolaan urusan tata usaha, persidangan &protokol, rumah tangga,
dan keamanan di lingkungan KPU.Sebagaimana biro-biro yang lain di
22
KPU, Biro Umum juga menyusun sasaran strategis dalam rangka
optimalisasi peran dan fungsi KPU.
Sasaran strategis yang ke-1 adalah Terwujudnya pengelolaan Barang
Milik Negara berdasarkan SAP. Adapun indikator kinerjanya adalah:
o Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang patuh dan
tertib dalam pengelolaan Barang Milik Negara yang material,
o Jumlah laporan Barang Milik Negara berdasarkan SIMAK BMN yang
datanya sesuai dengan data SAK.
Dalam rangka mewujudkan sasaran strategis ke-1 ini, data menunjukkan
tidak ada upaya kerjasama yang dilakukan oleh Biro Umum.
Sedangkan sasaran strategis ke-2 adalah meningkatnya kualitas tata
kelola administrasi persuratan dan pengelolaan arsip dengan indikator
kinerjanya berupa jumlah KPU dan KPU Provinsi yang melakukan
pemeliharaan/ penyelamatan arsip dinamis dan statis. Dalam rangka
mencapai sasaran strategis ini Biro Umum KPU melaksanakan kerjasama
dengan Arsip Nasional RI (ANRI), khususnya dalam program
penyelamatan dan pelestarian arsip pemilu. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengadaan surat edaran penyelamatan arsip/dokumen
penyelenggaraan pemilu anggota DPR/DPD dan DPRD Serta pemilu
presiden dan wapres dan pemilukada yang meliputi: kebijakan
penyelamatan; jenis arsip pemilu dan kriteria arsip statis; prosedur
penyelamatan arsip permanen; prosedur pemusnahan arsip; prosedur
penyimpanan arsip dinamis; pengaksesan; bimbingan teknis, supervisi,
dan monitoring; dan evaluasi dan pelaporan.
Adapun sasaran strategis ke-3 adalah terpenuhinya kebutuhan sarana
dan prasarana pegawai sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dengan indikator kinerja persentase sarana dan prasarana untuk
23
memenuhi kebutuhan kerja pegawai yang berfungsi dengan baik. Untuk
memenuhi sasaran strategis ini, Biro Umum bekerjasama dengan
Lembaga Kebijakan Barang dan Jasa Pemerintah dalam program
pengadaan barang dan jasa. Kerjasama antar lembaga ini melaksanakan
kegiatan pemberdayaan sumber daya dalam bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah untuk meningkatkan kinerja kedua institusi;
fasilitasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam
penyelenggaraan pemilu tahun 2014; monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam penyelenggaraan
pemilu tahun 2014; serta sosialisasi dan pemayarakatan kegiatan melalui
seminar, konferensi, simposium, atau lokakarya.
Sasaran strategis yang ke-4 adalah meningkatnya kualitas layanan
persidangan dan protokol dengan indikator kinerja berupa persentase
hasil notulen rapat yang dapat disampaikan dalam waktu 3 hari. Sasaran
ini lebih bersifat internal dan rutinitas sehingga tidak ada aktivitas
kerjasama yang dikaitkan dengan sasaran strategis ini.
Terakhir, sasaran strategis ke-5 adalah terwujudnya keamanan dan
ketertiban di lingkungan KPU dengan indikator kinerja berupa persentase
gangguan keamanan dalam lingkungan KPU yang dapat ditanggulangi.
Lebih jauh, khusus pelaksanaan Pemilihan Umum 2014, Biro Umum KPU
juga bekerjasama dengan POLRI untuk mewujudkan keamanan dan
ketertiban di lingkungan KPU. Penyelenggaraan keamanan ini meliputi
kegiatan pengamanan tahapan penyelenggaraan PEMILU 2014 sesuai
dengan asas pemilu; pengamanan terhadap kantor dan personel KPU,
KPU Prov/kab/kota, PPK, PPS, KPPS, dan TPS; pengamanan terhadap
proses pencetakan, penyimpanan dan pergerakan/distribusi surat suara
serta kelengkapan administrasi surat suara ke tempat tujuan; pengamanan
24
terhadap pergerakan pengiriman hasil penghitungan suara; pendataan
pemilih yang telah menjadi anggota Polri serta anggota Polri yang telah
pensiun sehingga memiliki hak pilih; dan koordinasi dalam hal
ditemukan dugaan telah terjadi tindak pidana di lingkungan KPU.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Lembaga
Implementor
(berdasar MoU)
Program
Terwujudnya
pengelolaan
Barang Milik Negara
berdasarkan SAP
Persentase KPU
Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota yang
patuh dan
tertib dalam
pengelolaan Barang
Milik
Negara yang material
N.A N.A
Jumlah laporan
Barang Milik Negara
berdasarkan SIMAK
BMN yang
datanya sesuai
dengan data SAK
N.A N.A
Meningkatnya kualitas
tata kelola administrasi
persuratan dan
pengelolaan arsip
Jumlah KPU dan
KPU Provinsi yang
melakukan
pemeliharaan/
penyelamatan arsip
dinamis dan
statis
Arsip Nasional RI
– ANRI (2012)
Program penyelamatan dan
pelestarian arsip pemilu
Terpenuhinya kebutuhan
sarana dan prasarana
pegawai sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan
Persentase sarana dan
prasarana
untuk memenuhi
kebutuhan kerja
pegawai yang
berfungsi dengan
baik
Lembaga
Kebijakan Barang
dan Jasa
Pemerintah
(April 2013 – 2015)
Pengadaan barang/jasa
pemerintah pada
penyelenggaraan Pemilu
tahun 2014
Meningkatnya kualitas
layanan persidangan dan
protokol
Persentase hasil
notulen rapat yang
dapat disampaikan
dalam waktu 3
hari
25
Terwujudnya keamanan
dan ketertiban di
lingkungan KPU
Persentase gangguan
keamanan
dalam lingkungan
KPU yang dapat
ditanggulangi
POLRI (Januari
2013 – akhir
tahapan pemilu
2014)
Pengamanan
penyelenggaraan pemilu 2014
E. BIRO SUMBER DAYA MANUSIA
Biro Sumber Daya Manusia KPU memiliki tugas pokok dan fungsi
yang terkait dengan dalam tugas sehari-harinya adalah perencanaan
pengadaan sumber daya manusia, mutasi dan disiplin, pendidikan dan
pelatihan serta tata laksana SDM berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di lingkungan Sekretariat Jenderal KPU,
Sekretariat KPU Provinsidan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, sasaran strategis dari Biro Sumber Daya Manusia KPU
adalah meningkatnya kualitas pembinaan sumber daya manusia,
pelayanan dan administrasi kepegawaian. Ada dua indikator kinerja
untuk menakar derajat capaian sasaran strategis ini, yaitu:
o Persentase pengajuan berkas persyaratan administrasi kepegawaian
yang diproses 2 (dua) bulan sebelum Terhitung Mulai Tanggal (TMT),
o Persentase pelanggaran disiplin pegawai yang dikenai sanksi,
o Persentase pegawai yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
dalam rangka peningkatan kompetensi sumber daya manusia,
o Persentase Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan diangkat
melalui seleksi umum sesuai dengan kebutuhan KPU, dan
o Jumlah dokumen Nominatif Kepegawaian yang termutakhirkan setiap
bulan
26
Agar sasaran tersebut bisa dicapai secara maksimal, Biro SDM KPU
kemudian mengembangkan kerjasama dengan KEMITRAAN (Partnership)
berupa program dukungan bagi peningkatan kapasitas KPU dalam
penyelenggaraan dan membaharui tata kelola pemilu. Dalam program
tersebut, Biro Sumberdaya Manusia KPU melaksanakan kegiatan
penyediaan sumber daya pendukung dalam bentuk koordinasi bantuan
teknis, diskusi kelompok terfokus (FGD), riset, dan lokakarya (workshop)
maupun seminar dengan berbagai elemen masyarakat, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi
Integritas NKRI.
Selanjutnya, Biro ini terlibat juga dalam pengembangan program
pembangunan sumber daya di bidang demokrasi, Tata kelola dan
kepemiluan (building reseources in democracy, Governance and Election) yang
biasa disebut BRIDGE. Dalam program ini, Biro SDM KPU melakukan
kerjasama dengan Bridge Indonesia Network (BiN) untuk melaksanakan
kegiatan berupa penguatan kapasitas SDM di lingkungan KPU, KPU
Provinsi, KPU Kab/kota dan badan ad hoc penyelenggara pemilu;
penyelenggaraan program-program BRIDGE; serta koordinasi dan
komunikasi dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan program
BRIDGE.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Lembaga
Implementor
(berdasar MoU)
Program
Meningkatkan
kualitas
pembinaan
sumber daya
manusia,
pelayanan dan
administrasi
kepegawaian
Persentase pengajuan
berkas persyaratan
administrasi
kepegawaian yang
diproses 2
(dua) bulan sebelum
Terhitung Mulai
Tanggal (TMT)
N.A N.A
Persentase pelanggaran
disiplin pegawai yang
N.A N.A
27
dikenai sanksi
Persentase pegawai
yang telah mengikuti
pendidikan dan
pelatihan dalam rangka
peningkatan
kompetensi sumber
daya manusia
Kemitraan/Partne
rship (Juni 2012 –
2015)
Brigde Indonesia
Network
Program dukungan bagi
peningkatan kapasitas KPU
dalam penyelanggaraan dan
membaharui tata kelola pemilu
Kerjasama dalam program
pembangunan sumber daya di
bidang demokrasi, Tata kelola
dan kepemiluan - building
reseources in democracy,
Governance and Election
(Bridge)
Persentase Calon
Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) yang akan
Diangkat melalui
Seleksi Umum sesuai
dengan kebutuhan
KPU
N.A N.A
Jumlah Dokumen
Nominatif
Kepegawaian yang
termutakhirkan setiap
bulan
N.A N.A
Meningkatkan
kualitas
pembinaan
sumber daya
manusia,
pelayanan dan
administrasi
kepegawaian
Persentase pengajuan
berkas persyaratan
administrasi
kepegawaian yang
diproses 2
(dua) bulan sebelum
Terhitung Mulai
Tanggal (TMT)
N.A N.A
Persentase pelanggaran
disiplin pegawai yang
dikenai sanksi
N.A N.A
F. BIRO TEKNIS, HUBUNGAN PARTISIPASI DAN
MASYARAKAT (TEKNIS-HUPMAS)
Biro yang memiliki peran yang signifikan dalam mendorong tingkat
partisipasi pelaksanaan pemilu ini, memiliki peran dan tugas pokok
dalam teknis ke-PEMILU-an, yang terdiri dari pembagian daerah
28
pemilihan dan alokasi kursi, pencalonan dan penetapan calon terpilih,
dan pemungutan, penghitungan suara dan penetapan hasil PEMILU;
penggantian antar anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pengisian anggota
DPRD pasca pemilu di daerah otonom baru hasil pemekaran; dan
publikasi dan sosialisasi informasi Pemilu serta partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan Pemilu.
Agar tugas dan fungsinya berjalan secara optimal, Biro SDM juga
menyusun sasaran strategis. Sasaran strategis ke-1 adalah meningkatnya
kualitas dukungan teknis dalam rangka mendukung PEMILU. Adaun
indikator kinerjanya adalah:
o Jumlah pedoman teknis yang diterbitkan dalam rangka mendukung
kapasitas penyelenggaraan PEMILU,
o Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota yang membentuk
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
Oleh karena itu, Biro Teknis dan Hupmas mendorong kerjasama
dengan Indonesia Parliamentary Center (IPC) untuk mengoptimalkan
implementasi UU Keterbukaan Informasi Publik pada lembaga
penyelenggara pemilu. Kerjasama ini meliputi kegiatan workshop
perumusan Standard operational Procedure (SOP) pengelolaan dan
pelayanan informasi publik; pelaksanaan konsultasi publik peraturan
KPU tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan
KPU; pelatihan untuk pelatih (Training of Trainer) yang akan memberikan
pelatihan bagi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di
provinsi dan kabupaten/kota; pelatihan untuk PPID penyelenggara
PEMILU di provinsi dan kabupaten/kota; serta pembuatan produk
sosialisasi pelayanan informasi publik di KPU.
29
Adapun sasaran strategis yang ke-2 adalah meningkatnya partisipasi
pemilih dalam Pemilu dengan indikator kinerja sebagai berikut:
o Percentage pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam PEMILU,
o Persentase pemilih perempuan yang menggunakan hak pilihnya dalam
PEMILU.
Untuk peningkatan partisipasi pemilih dalam PEMILU, Biro Teknis dan
Hupmas melakukan kerjasama dengan beberapa pihak yang kemudian
menyasar pada segmen pemilih tertentu. Misalnya, Biro ini bekerjasama
dengan Forum Rektor Indonesia untuk mengadakan pendidikan pemilih
dalam rangka peningktan partisipasi masyarakat pada pemilu 2014.
Program kerjasama ini memiliki berbagai kegiatan yang meliputi:
pelaksanaan pendidikan pemilih dalam rangka memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa pelaksanaan pemilu merupakan bagian dari
proses demokrasi; fasilitasi pelaksanaan pendidikan pemilih di
perguruan tinggi atau universitas; sosialisasi, komunikasi, informasi dan
edukasi pada setiap tahapan pemilu; serta monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pendidikan pemilih.
Biro ini juga melakukan kerjasama dengan Pusat Pemilu Akses
penyandang cacat (PPUA-PENCA) untuk program Peningkatan
partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilu DPR, DPRD, DPD,
Presiden–Wapres, dan kepala daerah dalam rangka perwujudan
kesetaraan hak politik setiap WNRI. Program kerjasama ini memiliki
berbagai kegiatan berupa:fasilitasi rancangan alat bantu, pemberian
layanan dan bantuan pendamping, saran dan prasarana pemilu yang
aksesibel bagi pemilih disabilitas; dan fasilitasi konsultasi, sosialisasi dan
publikasi pemilu (akses) pendidikan penyelenggara pemilu dan
30
pendidikan pemilih disabilitas dalam pemilu presiden-wapres, serta
PILKADA.
Kerjasama yang lain adalah dengan Kementrian Pemuda dan Olahraga.
Kerjasama ini menitikberatkan pada program penyelenggaraan pemilu
bagi pemuda, olahragawan, dan Pramuka. Kegiatan yang dilakukan
dengan kementerian ini fokus pada pelaksanaan sosialisasi pemilihan
umum anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum Presiden–
Wapres di kalangan pemuda, olahragawan dan Pramuka; serta
pemanfaatan media komunikasi, informasi dan edukasi untuk sosialisasi
pemilihan umum.
Selain itu, Biro Teknis dan Hupmas juga bermitra dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di Bidang ke-PEMILU-an dan pembentukan Electoral
Research Institute (ERI), yang kemudian diejahwantahkan dalam kegiatan:
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kepemiluan;
pendidikan pemilih; peningkatan kualitas sumber daya manusia;
pertukaran dan pemanfaatan data dan informasi; pertemuan ilmiah,
seminar dan publikasi; serta pembentukan ERI.
Untuk menyasar pemilih perempuan, biro ini juga bekerjasama dengan
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam
program peningkatan partisipasi perempuan dalam politik pada pemilu.
Dalam kerjasama ini, kegiatan yang dilakukan antara lain: peningkatan
kapasitas dan peran serta para pihak dalam upaa pelakanaan peningkatan
partisipasi perempuan dalam politik pada PEMILU yang responsif
gender; fasilitasi perumusan dan penerapan regulasi/kebijakan pemilyang
responsive gender; sosialiasi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
PUG dalam tahapan pemilu; fasilitasi penyediaan data terpilah berkaitan
31
dengan peningkatan partisipasi perempuan dalam politik pada pemilu
anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden-Wapres serta kepala daerah; serta
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemilu yang responsif gender.
Terakhir sasaran strtaegis ke-3 adalah Meningkatnya kualitas layanan
informasi dengan indikator kinerja berupa persentase pihak-pihak yang
membutuhkan informasi dapat terlayani. Untuk mengoptimalkan
capaian, Biro Teknis & Hupmas bekerjasama dengan The Asia Foundation
(TAF) untuk Memperkuat kapasitas KPU dalam penyelenggaraan Pemilu
yang efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, yang dilaksanakan dalam kegiatan pengelolaan informasi
dan relasi media KPU.
Selanjutnya, untuk Pemanfaatan IPTEK serta pengembangan SDM
dalam menunjang sistem Pemilu, Badan pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) menjadi mitra biro ini.Kerjasama yang dibangun fokus
dalam sosialisasi dan pemasyarakatan kegiatan melalui media publikasi
serta seminar, konferensi, symposium atau lokakarya.
Komisi penyiaran Indonesia juga menjadi salah satu mitra strategis biro
ini untuk Komisi penyiaran Indonesia. Kegiatan yang dilakukan bersama
dengan KPI adalah kerjasama dan koordinasi perumusan peraturan
berkenaan pemberitaan penyiaran dan iklan kampanye pemilihan umum,
serta pemberian sanksinya; kerjasama pengawasan pemberitaan
penyiaran dan iklan kampanye pemilu; kerjasama peningkatan SDM di
bidang pengawasan pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye pemilu;
serta melakukan edukasi, sosialisasi, pelatihan dan penyuluhan bersama
di bidang literasi media berkenaan pengawasan pemberitaan, penyiaran
dan iklan kampanye pemilihan umum.
32
Dalam pelaksanaan program sosialisasi dan informasi Pemilihan
Umum tahun 2014, Biro Teknis dan Hupmas Komisi Pemilihan Umum
melaksanakan kerjasama dengan berbagai media elektronik, baik radio,
online maupun layar kaca. Kegiatan yang dilaksanakan berupa
penyediaan fasilitas siaran yang dapat digunakan untuk sosialisasi dan
informasi pemilu tahun 2014; penyediaan beragam informasi actual
tentang pemilu 2014; dan penyediaan narasumber untuk program acara
Televisi/Radio yang terkait dengan pemilu tahun 2014.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI juga menjadi mitra
strategis biro ini dalam Kerjasama edukasi dan advokasi pelaksanaan
pemilu 2014. Kegiatan yang dilakukan dalam kerjasama ini adalah
penyediaan informasi aktual tentang PEMILU 2014; pengemasan materi
sosialisasi, edukasi dan advokasi pemilu 2014; penyediaan sumber daya
dalam rangka sosialisasi, edukasi dan advokasi PEMILU 2014;
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk sosialisasi,
edukasi dan advokasi PEMILU 2014; dan pelaksanaan sosialisasi, edukasi,
dan advokasi pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, serta PEMILU
presiden-Wapres 2014.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Lembaga
Implementor
(berdasar
MoU)
Program
Meningkatnya
kualitas
dukungan teknis
dalam
rangka
mendukung
Pemilu
Jumlah pedoman teknis
yang diterbitkan dalam
rangka mendukung
kapasitas
penyelenggaraan
Pemilu
Persentase KPU
Provinsi dan KPU
Kabupaten/ Kota yang
membentuk
Pejabat Pengelola
Informasi dan
Dokumentasi (PPID)
Indonesia
Parliemantary
Center – IPC
Kerjasama dalam rangka
implementasi keterbukaan
informasi public pada lembaga
penyelenggara pemilu
33
Meningkatnya
partisipasi
pemilih dalam
Pemilu
Persentase pemilih
yang menggunakan
hak pilihnya dalam
Pemilu
Forum Rektor
Indonesia
(2013)
Pusat Pemilu
Akses
penyandang
cacat – PPUA-
PENCA
(2013 – 2018)
Kementrian
Pemuda dan
Olahraga
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
Pendidikan pemilih dalam rangka
peningktan partisipasi masyarakat
pada pemilu 2014
Peningkatan partisipasi
penyandang disabilitas dalam
pemilu DPR, DPRD, DPD,
Presiden – wapres, dan kepala
daerah dalam rangka perwujudan
kesetaraan hak politik setiap
WNRI
Sosialisasi
penyelenggaraan pemilu bagi
pemuda, olahragawan, dan
Pramuka
Penelitian dan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan di Bidang
Kepemiluan dan Pembentukan
Electoral Research Institute (ERI)
Persentase pemilih
perempuan yang
menggunakan hak
pilihnya dalam Pemilu
Kementrian
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan
Anak (Juli
2012 – 2015)
[bersama biro
rendata]
Peningkatan partisipasi
perempuan dalam politik pada
pemilu anggota DPR/DPD/DPRD
dan pemilu Presiden dan wakil
presiden serta pemilihan
gubernur, bupati dan walikota
dalam rangka percepatan
pengarusutamaan gender dalam
politik
Meningkatnya
kualitas
layanan informasi
Persentase pihak-pihak
yang membutuhkan
informasi dapat
terlayani
The Asia
Foundation –
TAF (Juni 2012
– 2015)
Memperkuat kapasitas KPU dalam
penyelenggaraan Pemilu yang
efektif dan efisien berdasarkan
asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil
Badan
pengkajian
dan Penerapan
Teknologi-
BPPT (Januari
2013 – 2017)
Pemanfaatan IPTEK serta
pengembangan SDM dalam
menunjang sistem Pemilu
G. BIRO LOGISTIK
Tugas pokok dan fungsi Biro Logistik adalah pelaksanaan penyusunan,
pengelolaan data dan dokumentasi kebutuhan Pemilu, pengadaan,
pendistribusian, pemeliharaan serta inventarisasi sarana dan prasarana
PEMILU.
34
Biro Logistik juga menyusun beberapa sasaran strategis dalam rangka
mengoptimalkan tugas pokok dan fungsinya. Sasaran strategis ke-1
adalah meningkatnya efektivitas pengelolaan data dan dokumentasi
kebutuhan logistik Pemilu dengan indikator kinerja berupa persentase
KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang kebutuhan paket
logistik pemilunya tidak sesuai dengan dokumen anggaran.
Oleh karena itu, Biro Logistik KPU bekerjasama dengan beberapa
lembaga untuk melaksanakan beberapa program dan kegiatan.
Pertama,Biro Logistik KPU bekerjasama dengan Badan Informasi
Geospasial yang melaksanakan program penggunaan informasi
geospasial dalam proses penyelanggaraan pemilihan umum. Kegiatan
yang dilaksanakan adalah pengembangan dan pemanfaatan informasi
geospasial untuk meningkatkan kinerja dan akutabilitas penyelenggaraan
pemilu; peningkatan kemampuan SDM dalam pemanfaatan informasi
geospasial untuk menunjang penyelanggaraan PEMILU; dan
penyebarluasan informasi terkait penyeleggaraan pemiluk berbasis
informasi geospasial.
Kedua, Biro Logistik bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung
untuk Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
menunjang penyelengaraan pemilu, kegiatan yang dilaksanakan bersama
dengan ITB adalah pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelengaraan PEMILU;
peningkatan kemampuan SDM dalam pemanfaatn teknologi informasi
dan komunikasi dalam menunjang pelaksanaan PEMILU; serta
penggalangan kerjasama dengan pihak-pihak terkait delam rangka
pemanfaatn dan pemberdayaan informasi dan komunikasi.
35
Ketiga, Biro Logistik KPU bekerjasama dengan Balai Jaringan Informasi
Pengetahuan dan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
untuk Sewa layanan server, pendampingan teknis dan penyimpanan data.
Sasaran strategis yang ke-2 adalah meningkatnya efektivitas pengadaan
logistik Pemilu dengan indikator kinerja persentase KPU, KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota yang gagal lelang pengadaan barang dan
jasa. Namun data menunjukkan tidak ada kerjasama dalam mencapai
sasaran strategis ini.
Sasaran strategis yang ke-3 juga merupakan hal yang krusial karena
terkait dengan meningkatnya efektivitas pendistribusian logistik PEMILU
dengan indikator kinerja berupapaket logistik Pemilu pada satuan kerja
KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang terdistribusikan
secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat lokasi. Untuk
memastikan hal ini berjalan efektif, Biro Logistik bekerjasama dengan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk pengiriman logistik Pemilihan
Umum 2014 ke daerah khusus, baik karena kondisi geografisnya maupun
kondisi sosial-politiknya. Kerjasama dengan TNI ini meliputi kegiatan
Pengiriman logistik pemilihan umum tahun 2014, dan Penggunaan
personel dan alat transportasi TNI.
Sasaran strategis ke-4 adalah meningkatnya efektivitas pemeliharaan
dan Inventarisasi logistik Pemilu. Adapun indikator kinerja adalah
persentase KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang
memelihara logistik Pemilu sesuai dengan SOP, dan persentase KPU
Kabupaten/Kota melakukan inventarisasi logistik Pemilu sesuai dengan
SOP. Tidak ada program kerjasama yang terkait dengan sasaran strategis
ini.
36
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Lembaga
Implementor
(berdasar MoU)
Program
Meningkatnya
efektivitas
pengelolaan data
dan
dokumentasi
kebutuhan logistik
Pemilu.
Persentase KPU,
KPU Provinsi
dan KPU
Kabupaten/Kota
yang kebutuhan
paket logistik
pemilunya tidak
sesuai dengan
dokumen
anggaran
Badan Informasi
Geospasial
(Maret 2012 – 2015)
Institut Teknologi
Bandung – ITB (Juni
2012 – 2015)
Balai Jaringan
Informasi
Pengetahuan dan
Teknologi Badan
Pengkajian dan
penerapan
teknologi
Penggunaan informasi
geospasial dalam proses
penyelanggaraan pemilihan
umum
Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
dalam menunjang
penyelengaraan pemilu
Sewa layanan server dan
penyimpanan data
Meningkatnya
efektivitas
pengadaan logistik
Pemilu.
Persentase KPU,
KPU Provinsi
dan KPU
Kabupaten/Kota
yang Gagal
Lelang
Pengadaan
Barang dan Jasa
Meningkatnya
efektivitas
pendistribusian
logistik Pemilu.
Persentase paket
logistik Pemilu
pada satker KPU,
KPU Provinsi
dan KPU
Kabupaten/Kota
yang
terdistribusikan
secara tepat
waktu, tepat
jumlah, tepat
mutu, dan tepat
lokasi.
Tentara Nasional
Indonesia
(2014-2015)
Kerjasama pengiriman logistic
Pemilihan Umum 2014
Meningkatnya
efektivitas
pemeliharaan dan
Inventarisasi
logistik Pemilu.
Persentase KPU,
KPU Provinsi
dan KPU
Kabupaten/Kota
yang memelihara
logistik Pemilu
sesuai dengan
SOP.
Persentase KPU
Kabupaten/Kota
melakukan
Inventarisasi
logistik Pemilu
sesuai dengan
SOP.
37
H. SEMUA BIRO
Selain kerjasama dengan berbagai mitra strategis tersebut diatas,
Komisi Pemilihan Umum juga melakukan beberapa kerjasama yang
lingkup kegiatannya dilaksnakan atau melibatkan beberapa atau bahkan
semua biro yang ada di Komisi Pemilihan Umum, seperti yang
dilaksanakan dengan beberapa lembaga dibawah ini:
a. Badan Pengawas Pemilihan Umum, Komisi Penyiaran Indonesia, dan
Komisi Informasi Pusat.
Kerjasama yang dilakukan dengan ketiga lembaga tersebut
dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan kepatuhan pada
ketentuan pelaksanaan kampanye PEMILU melalui media penyiaran.
Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun kesepakatan bersama
berkenaan dengan pelaksanaan kampanye PEMILU melalui media
penyiaran.
b. Komisi Pemberantasan Korupsi
Bersama dengan KPK, KPU melakukan kerja sama dalam upaya
pemberantsasn tindak pidana korupsi.3 Kegiatan yang dilakukan
dalam kerjasama ini adalah penyediaan data/informasi yang
dibutuhkan KPU, dibentuknya sistem integritas nasional, penyediaan
narasumber oleh kedua belah pihak dalam acara-acara yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemilu, serta Kegiatan lain berkaitan dengan
3 ‚Telusuri Dana Parpol, Kerjasama KPU, KPK dan PPATK Tinggal Teknis‛,
http://news.liputan6.com/read/577909/telusuri-dana-parpol-kerjasama-kpu-kpk-dan-
ppatk-tinggal-teknis, diakses 5 desember 2014.
38
pemberantasan tindak pidana korupsi yang disepakati oleh Para
Pihak.
c. Lembaga Pemilihan Umum Federal Meksiko Serikat
Dengan lembaga ini, Komisi Pemilihan Umum mengadakan
Kerjasama dalam Bidangn Pengelolaan Pemilihan Umum, yang
kegiatannya melibatkan berbagai biro di lingkungan KPU, yaitu
dalam peningkatan saling bertukar pengetahuan dan pengalaman
yang terkait dengan kajian, reformasi dan pengelolaan sistem
administrasi pemilihan umum; Peningkatan program penididikan dan
pelatihan tentang pengelolaan dan administrasi pemilihan umum;
Peningktan program pertukaran untuk memperkaya pengalaman
dalam bidang penglolaan dan administrasi pemilihan umum; serta
penyelenggaraan konferensi tentang topic-topik menarik bagi kedua
pihak.
39
BAB 3
DINAMIKA KERJASAMA KPU DENGAN MITRA
STRATEGIS
alam bab sebelumnya telah diuraikan profil kerjasama
berbagai biro di dalam Sekretariat Jenderal KPU dengan
banyak mitra strategis KPU, terutama untuk
mengoptimalkan pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2014.Bab ini akan
lebih jauh melihat dinamika di dalam proses kerjasama yang ada dengan
mengidentifikasi peluang, hambatan dan tantangan yang membuat
proses-proses kerjasama yang ada berjalan secara optimal atau tidak.
Sistematika bab ini, sebagaimana bab sebelumnya, disusun berdasarkan
biro-biro yang ada di dalam sekretariat KPU. Yang membedakan adalah
dalam bab ini juga akan dijelaskan dinamika di dalam Inspektorat yang
merupakan unit penting lainnya di dalam Sekretariat Jenderal KPU.
D
40
A. BIRO PERENCANAAN DAN DATA4
Dalam proses kerjasama dengan para mitra strategis Komisi Pemilihan
Umum, Biro Perencanaan dan Data tidak hanya menjalankan kerjasama
dengan mitra yang akan membantu tugas dan fungsi biro ini dalam
pelaksanaan pemilu, namun sebagaimana salah satu tugas pokok dan
fungsinya, biro ini juga sebagi ‘pintu masuk’ dari setiap kerjasama yang
akan dilakukan oleh biro-biro yang ada di KPU. Seluruh tahapan
kerjasama diawali dari Biro Rendata ini, mulai dari inisiasi yang dapat
berupa permohonan surat, komunikasi dan diskusi dengan komisioner
dan biro-biro terkait, pembahasana MoU hingga pleno yang akan
memutuskan proses kerjasama antara dua lembaga ini, hingga pada tahap
implementasi, kerjasama langsung diserahkan pada biro-biro terkait.
Selain fungsi diatas, Biro Perencanaan dan Data juga melakukan
kerjasama dengan mitra strategisnya sendiri, terutama yang terkait
pelaksanaan tugas dan fungsi pokoknya di Komisi Pemilihan Umum.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Gagasan pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum ini berangkat dari kegelisahan internal KPU sendiri, khususnya
dalam rangka penyelenggaraan pemilihan umum 2014 silam, tahapan
pemilu yang sangat kompleks dan menuntut SDM KPU yang
professional, sementara ketersediaan waktu yang tidak mencukupi, maka
Komisi Pemilihan Umum menyadari bahwa lembaga ini membutuhkan
4 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Sekar, Kasubbag Kerjasama Antar
Lembaga (KAL) Biro Perencanaan dan Data, , 2014, di Sekretariat KPU RI, Jakarta dan
wawancara peneliti dengan Arifin, Bagian Program dan Anggaran, 2014, di Sekretariat
KPU RI, Jakarta.
41
mitra strategis yang professional yang dapat membantu dan
mempermudah KPU dalam tahapan pelaksanaan pemilu, baik yang
dilaksanakan di dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam Biro Perencanaan dan Data, penanganan kerjasama antar
lembaga ditangani oleh bagian Kerjasama Antar Lembaga (KAL), dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berkaitan dengan pemilu, bagian
ini bertekad untuk menyukseskan pemilu dengan melakukan kerjasama
dan berkoordinasi dengan lembaga terkait yang dinilai berkualitas, dalam
segala bidang dan dalam segala substansi yang berkaitan dengan ke-
PEMILU-an. Sebagai bagian yang merancang dan melakukan pengawalan
hingga proses penandatanganan MoU antara KPU dengan lembaga
terkait, bagian KAL memainkan peran cukup krusial, khususnya dalam
meningkatkan kapasitas internal pemilihan umum dan optimalisasi
pelaksanaan pemilu 2014 silam. Membuka, menerima dan menyaring
masukan dari masyarakat luas tentang hal atau bidang apa saja yang
memungkinkan untuk dilakukan kerjasama oleh KPU adalah salah satu
peran yang juga dimainkan oleh bagian KAL, selain tentu saja identifikasi
setiap kerjasama yang akan dilkukan, baikyang diinisiasi oleh KPU atau
oleh lembaga/mitra strategis yang berminat.
Sebagai ‘pintu masuk’ proses kerjasama dengan mitra strategis ini,
bagian KAL Biro Rendata juga menjadi penghubung antara Komisioner
KPU, sebagai pengambil keputusan tertinggi di KPU, segala jenis
kerjasama yang dilakukan oleh berbagai biro di KPU akan diproses pada
tahap selanjutnya jika komisioner memberikan persetujuannya untuk
melakukan kerjasama dengan mitra/lembaga yang dimaksud. Proses
pengajuan kerjasama yang bisa berasal dari kedua belah pihak pun
diutamakan pada lembaga-lembaga yang memiliki program kepemiluan,
42
sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan kedua belah pihak dan
memunculkan simbiosis mutualisme.
Selain melakukan pengawalan terhadap berjalannya kerjasama antar
lembaga, biro Perencanaan dan Data juga melakukan kerjasamanya
dengan mitra strategi untuk membantu dan mempermudah kegiatan dan
program kerja biro ini, khususnya dalam pelaksanaan PEMILU 2014. The
Asia Foundation memfasilitasi Biro Perencanaan dan Data dalam
pembuatan desain rencana strategis (RENSTRA) KPU, fasilitasi
penyusunan peraturan-peraturan KPU hingga pengembangan stakeholder
terkait. Selain itu, kerjasama dengan Pusilkom UI dalam rangka
pembuatan sistem IT/aplikasi pendukung ke-PEMILU-an, seperti program
pemutakhiran data pemilih, SIDALIH, dan program yang dapat
menyajikan hasil scan formulir C1 hasil PEMILU anggota legislatif dan
pemilu presiden dan wakil presiden di level TPS yang dapat dipantau
langsung oleh masyarakat luas melalui website, seperti mengenai
pemenang di masing-masing TPS dan elemen-elemen lain yang
diperhitungkan.
Banyaknya elemen yang harus diikutsertakan dalam setiap tahapan
PEMILU tahun 2014 lalu, membuat Biro Perencanaan dan Data untuk
semakin selektif terhadap lembaga-lembaga yang akan dijajaki untuk
melakukan kerjasama dalam proses tahapan penyelenggaraan pemilu.
Salah satu prinsip dasar yang dijaga adalah independensi lembaga karena
hal tersebut merupakan aspek yang menjadi sorotan. KPU harus mampu
mencegah adanya intervensi dari pihak manapun, bahkan dari (elit)
pemerintah sendiri. Hal ini terlihat saat KPU membatalkan kerjasama
43
dengan Lembaga Sandi Negara yang secara struktur kelembagaan di
bawah presiden.5
Hal ini menunjukkan bahwa proses kerjasama yang dibangun oleh
KPU dengan mitra strategis tidak selalu berjalan dengan mudah. Di satu
sisi, harus diakui bahwa sebagian besar MoU kerjasama dengan mitra
strategis lahir dari kebutuhan KPU sendiri yang teridentifikasi selama
berjalannya proses penyelenggaraan tahapan pemilu, baik kebutuhan
berupa substansi, teknis maupun akibat minimnya SDM yang dimiliki
KPU. Dengan kata lain, KPU bukan hanya dituntut memilih mitra yang
tepat tapi juga harus tetap berpegang pada jadwal tahapan PEMILU yang
tidak boleh meleset sedikitpun. Di sisi yang lain, KPU harus selalu
memastikan bahwa kerjasama tersebut tidak mengganggu independensi
dan profesionalitas KPU itu sendiri.
b. Hambatan Kerjasama
Pelaksanaan kerjasama Biro Perencanaan dan Data dengan berbagai
mitra strategis, The Asia Foundation, PPUA-PENCA,
Kemitraan/Partnership, Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), Pengurus Besar Ikatadan Dokter Indonesia, Kementrian Luar
Negeri, hingga Puslikom Universitas Indonesia tak jarang menemui
hambatan dan permasalahan. Beberapa hambatan dan permasalahan
muncul dari dua sisi, baik internal KPU sendiri, maupun dari sisi
eksternal/publik.
5 ‚Kerjasama KPU Dengan Lembaga Sandi Negara
Batal‛http://poskotanews.com/2013/11/28/kerjasama-kpu-dengan-lembaga-sandi-negara-
batal/, diakses 2 desember 2014.
44
Pertama, waktu pelaksanaan yang cukup sempit dan harus sesuai
dengan jadwal tahapan penyelenggaraan PEMILU. hal ini dikarenakan
seluruh tahapan pemilu sudah memiliki tanggal yang ditentukan dan
telah diumumkan kepada publik, hal ini tentu saja menuntut KPU untuk
melaksanakan setiap tahapannya tepat waktu. Waktu yang terjadwal
dengan keputusan biro Perencanaan dan Data yang harus
mengidentifikasi berbagai lembaga strategis untuk membantu program-
program yang dijalankan KPU. Hal ini tentu saja diperparah dengan
pekerjaan di luar proses pelaksanaan pemilu yang menjadi tugas dan
fungsi dari masing-masing biro, dengan jumlah personil yang sangat
terbatas.
Kedua, membutuhkan adanya dukungan legitimasi dan kepercayaan
publik terhadap KPU. Misalnya, ketika KPU melalui biro Perencanaan
dan Data melakukan kerjasama dengan Puslikom UI dalam
pengembangan sistem IT yang membantu pelaksanaan PEMILU, muncul
ketidakpercayaan publik atas keamanan dan independensi sistem IT yang
dibangun oleh KPU tersebut. Oleh karena itu, Biro Perencanaan dan Data
menghindari kerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap tidak
independen, atau memiliki kepentingan untuk kegiatan yang berkaitan
dengan data-data pemilihan umum, seperti dengan Lembaga Sandi
Negara dan lembaga-lembaga donor internasional.
Ketiga, regulasi yang tidak mendukung. Beberapa kerjasama yang
dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Data berhadapan dengan masalah
karena tidak didukung oleh payung regulasi atau bahkan regulasi yang
berkaitan belum diterbitkan. Akibatnya terjadi penundaan pelaksanaan
kerjasama. Dalam proses pemutakhiran data pemilih yang akan
dimasukkan dalam program SIDALIH, sesuain UU, maka data yang
45
dimasukkan adalah harus sesuai dengan DP4, sedangkan data yang
digunakan oleh pemerintah menggunakan sistem E-KTP, keduanya
memiliki perbedaan dalam jumlah dan kelengkapan data.
Keempat, tidak adanya sistem monitoring dan evaluasi dari setiap
pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh biro-biro di KPU dengan
berbagai mitra strategis. Biro perencanaan dan data sebagai ‘pintu masuk’
dari setiap kerjasama hanya memiliki peran sebatas pengatur dan
perancang MoU. Ketika MoU ditandantangani dan implementasinya
diserahkan ke masing-masing biro terkait, tidak ada pengaturan bagi
masing-masing biro dan bagian untuk melakukan update ke biro
Perencanaan dan Data terkait pelaksanaan dan implementasi kerjasama.
Hal ini tentu saja berimbas pada tidak adanya sistem monitoring dan
evaluasi yang bisa dikerjakan oleh Biro Perencanaan dan Data untuk
setiap kerjasama yang dilaksanakan.
B. BIRO KEUANGAN6
Biro Keuangan memiliki tugas utama berkaitan dengan pengelolaan
keuangan Komisi Pemilihan Umum, verifikasi anggaran yang diajukan
oleh setiap biro, dan tentu saja yang paling utama adalah pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan ini menjadi indikator penting dalam
melihat kinerja yang dilakukan oleh KPU dalam tahun anggaran tertentu.
Aspek keuangan memainkan peran yang penting dalam merealisasikan
6 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Amin, Biro Keuangan, 2014, di
Sekretariat KPU, Jakarta dan wawancara peneliti dengan Pasaribu, Inspektorat KPU,
2014, di Sekretariat KPU, Jakarta.
46
kegiatan-kegiatan Komisi Pemilihan Umum, khususnya pada masa
pelaksanaan Pemilihan Umum 2014 silam.
Menariknya, berbeda dengan biro lainnya, Biro Keuangan KPU tidak
mengembangkan kerjasama dengan lembaga/mitra strategis didasarkan
kebutuhan kontekstual dan lebih bersifat rutinitas. Sebagaimanainstansi
publik yang lain, KPU, melalui Biro Keuangan melakukan ‚kerjasama‛
rutin dengan lembaga lain untuk pengembangan sistem pelaporan
keuangan yang akuntabel dan transparan, penggunaan SAI (sistem
akuntansi instansi), dimana aplikasinya didesain oleh kementrian
keuangan untuk instansi pemerintah untuk menghasilkan laporan
keuangan BPKP.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Dalam memenuhi tuntutan untuk menyajikan laporan keuangan yang
holistik, akuntabel dan transparan, biro keuangan juga membutuhkan
sebuah sistem pendukung dalam menyajikan laporn keuangan yang cepat
dan tepat, khususnya resensi anggaran yang sering kali diminta untuk
disajikan dalam setiap kegiatan KPU dengan lembaga Negara lainnya,
Biro keuangan sangat membutuhkan aplikasi resensi anggaran. Aplikasi
yang dapat menyajikan resensi anggaran secara cepat dan detail dapat
membantu biro keuangan dalam memberikan penjelasan mengenai setiap
penyerapan anggaran dari setiap kegiatan, begitu pula monitoring
penggunaan dana dari setiap kegiatan, baik dari sisi perencanaan,
implementasi, hingga pertanggungjawabannya. Dengan demikian, KPU
sebagai lembaga yang sangat politis tetap bisa professional dan akuntabel
dalam penyajian laporan keuangannya ke publik sesuai dengan renstra
yang telah disusun.
47
Di sisi lain, berdasarakan Inpres No. 2 Tahun 2014 mengenai
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemilihan Umum
memberlakukan peraturan mengenai Pejabat Pengelolaan Informasi dan
Dokumentasi (PPID) untuk melakukan elektronik audit yang secara cepat
dan transparan dapat diakses oleh publik. oleh karena itu aplikasi resensi
keuangan yang saat ini masih dirintis menjadi sangat penting untuk
direalisasikan, walaupun belum ada mitra sasaran yang akan diajak
kerjasama untuk mengembangkan sistem ini. Untuk menjaga
akuntabilitasnya, biro keuangan juga melaksanakan kerjasama internal
dengan Inspektorat KPU sebagai reviewer internal dalam penyajian
laporan keuangan, dan BPK dan BPKP dalam program pendampingan
operasional keuangan.
b. Hambatan Kerjasama
Kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh Biro Keuangan KPU memang
merupakan kegiatan rutin yang wajib dilakukan oleh sebuah lembaga
Negara, khususnya dalam hal pengawasan, namun hal ini tidak membuat
Biro Keuangan tidak mendapati permasalahan maupun hambatan dalam
proses pelaksanaannya. Dalam proses tersebut beberapa kendala muncul
dalam proses pelaksanaan kerjasama lembaga Biro Keuangan, khususnya
terkait independensi Biro Keuangan dalam menentukan kerjasama dan
peningkatan kapasitas SDM yang ada di Biro Keuangan sendiri.
Pertama, sebagai biro ‚pendukung‛, Biro Keuangan tidak memiliki
otonomi untuk menentukan kerjasama. Biro Keuangan cenderung hanya
menjalankan kegiatan yang sudah diagendakan oleh biro-biro terkait, hal
inilah yang menyebabkan Biro Keuangan tidak otonom dalam
48
menentukan kegiatan kerjasama dengan mitra strategis untuk membantu
tugas dan fungsinya di KPU.
Keduaproses pengajuan kerjasama yang cenderung memakan waktu
dan cenderung ‚birokratis‛. Peningkatan kapasitas SDM di Biro
Keuangan merupakan hal yang mutlak dilakukan karena adanya tuntutan
pelaporan yang professional, akuntabel dan tepat waktu. Biro Keuangan
membutuhkan SDM yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang
memadai untuk untuk mempertahankan citra KPU, yang salah satu
indikatornya adalah sistem laporan keuangan yang baik.
Namun tampaknya proses penguatan kapasitas, seperti DIKLAT,
workshop dsb tidak mudah dilakukan. Kendala yang muncul adalah
panjangnya alur birokrasi (dari proses perencanaan, penganggaran hingga
persetujuan) yang harus melalui Biro SDM untuk setiap kegiatan
peningkatan kapasitas dan kemampuan staff, dirasa justru menghambat
proses penyampaian hal substansi dan teknis yang diinginkan oleh Biro
Keuangan dengan mitra/lembaga sasaran yang dimaksud.
Ironisnya, permasalahan peningkatan kapasitas SDM Biro Keuangan
ini tidak hanya ditemukan di sekretariat KPU pusat saja. Pada dasarnya,
pelaporan keuangan KPU diberlakukan di seluruh KPUD
Provinsi/Kab/Kota, maka staff di kantor-kantor KPU tersebut juga
memerlukan pelatihan/diklat yang serupa. Pelatihan bagi staff biro
keuangan secara menyeluruh di KPUD Provinsi/Kab/Kota ini juga untuk
mengurangi adanya perbedaan persepsi masing-masing penyusun
laporan tentang laporan keuangan yang harus dibuat. Oleh karena itu,
Biro Keuangan dirasa memiliki kepentingan untuk bisa menentukan
sendiri proses kerjasama dalam hal peningkatan kapasitas SDM demi
hasil yang diinginkan.
49
C. BIRO HUKUM7
Keberadaan Biro Hukum memiliki posisi penting, terutama terkait
dengan aspek legal dari setiap kegiatan-kegiatan ke-PEMILU-an yang
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum. Selain bertanggungjawab
pada pembuatan Peraturan KPU, khususnya yang berkaitan dengan
proses tahapan pemilu samapai dengan proses pengesahan, Biro Hukum
juga bertanggungjawab pada sengketa-sengketa atau gugatan-gugatan
pemilu yang terjadi selama proses pemilu 2014 dan PILKADA pada
waktu-waktu sebelumnya. Banyaknya regulasi dan berbagai form yang
harus disahkan dan ditetapkan untuk menunjang proses tahapan
pemilihan umum pada 2014 silam, serta penguatan kapasitas internal
yang perlu untuk tetap dilaksanakan untuk menyambur berbagai isu di
pemilihan umum 2014 membuat Biro Hukum melakukan kerjasama
dengan mitra strategis yang secara profesional dianggap memiliki
kapasitas memadai untuk membantu KPU melalui Biro Hukum untuk
mempermudah dan menyelesaikan beberapa isu.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai amanat Undang-undang, KPU dituntut untuk memiliki
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tentang dana kampanye
peserta pemilu tahun 2014 silam, Biro Hukum mengadakan kerjasama
mitra strategis dalam penyusunan PKPU. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
7 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Eko, Biro Hukum, 2014, di Sekretariat
KPU, Jakarta dan wawancara peneliti dengan Deni, Biro Hukum, 2014, di Sekretariat
KPU, Jakarta
50
dan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) adalah dua lembaga yang
dipercaya dalam memberikan pendampingan bagi Biro Hukum KPU
dalam menyusun PKPU dan lampirannya sesuai dengan standar
keakuntansian sebagai bagian dari upaya KPU untuk mewujudkan
lembaga yang menerapkan good governance.
Proses kerjasama yang dilakukan pun melalui berbagai tahapan,
khususnya tahapan dalam pembuatan regulasi (PKPU) itu sendiri.
Pembuatan PKPU didasarkan pada TUPOKSI dan kebutuhan pada
masing-masing biro, drafting PKPU yang dilakukan oleh Biro Hukum
dalam merespon kebutuhan biro-biro ini dilakukan dengan melibatkan
biro terkait. Draft hasil pembahasan Biro Hukum dan biro terkait inipun
dilakukan uji publik. Misalnya, sebagai salah satu PKPU yang cukup
penting dalam proses pemilihan umum, dalam pembuatan peraturan
mengenai pelaporan dana kampanye peserta pemilu, Biro Hukum
bekerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia dalam proses drafting,
sedangkan untuk implementasi regulasi tersebut ke lapangan, Biro
Hukum menggandeng Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
khususnya pada proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik.
Selain dengan IAI dan IAPI yang khusus membantu dalam proses
pembuatan dan implementasi PKPU tentang pelaporan dana kampanye
peserta PEMILU, Biro Hukum juga melakukan upaya komunikasi dengan
berbagai stakeholder yang kompeten di bidang hukum dan advokasi,
sesuai dengan kebutuhan Biro Hukum. Misalnya, dalam menangani
sengketa PEMILU, Biro Hukum menerima pelatihan singkat dari para
praktisi hukum, baik pengacara maupun dosen di bidang hukum, yang
sering disebut agenda ‘beracara’. Hal ini berguna sebagai salah satu cara
51
Biro Hukum dalam penguatan lembaga melalui peningkatan kompetensi
di tingkat pelaksana.
Kegiatan ‘beracara’ yang dilakukan oleh Biro Hukum dengan
difasilitasi oleh para praktisi di bidang hukum ini kemudian
meningkatkan kemampuan dalam menghadapi sengketa pemilu di
tingkat Mahkamah Konstitusi, seperti misalkan keahlian dalam menjawab
pertanyaan/gugatan dalam sidang, legal drafting, hingga menyusun alat-
alat bukti.
Walaupun kegiatan tersebut tidak diformalkan dalam bentuk formal
kerjasama kelembagaan dan lebih sekedar mengundang narasumber
untuk mengisi pelatihan-pelatihan dan workshop yang didakan oleh Biro
Hukum, namun cakupan kegiatan ini tidak hanya untuk para pelaksana
di tingkat sekretariat KPU saja. kegiatan ini juga mengundang staf Biro
Hukum dari KPUD Provinsi/Kab/Kota agar berlangusng proses
penyebaran ilmunya hingga ke daerah. Pelatihan/rutin juga sudah
dilaksanakan, namun kegiatan serupa akan lebih ditindaklanjuti oleh Biro
SDM, dengan masukan dari Biro Hukum.
b. Hambatan Kerjasama
Selama kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh Biro Hukum dalam
membantu penyelesaiaan tugas dan fungsinya, beberapa kendala dan
permasalahan pun sempat hadir, terutama terkait dengan penyesuaian
waktu yang harus tidak boleh melewati tanggal dari setiap tahapan
PEMILU. Pertama, koordinasi internal antar biro di dalam Komisi
Pemilihan Umum sendiri.Misalnya, masalah koordinasi terjadi dirasakan
ketika terkait dengan penyesuaian waktu dalam proses penyusunan
PKPU yang terkait dengan dana kampanye. Hal ini terjadi karena ada
52
tuntutan untuk mensosialisasikan regulasi ini ke KPUD dan tentu saja ke
masyarakat luas. Proses pembuatan PKPU hingga sosialisasinya ini sangat
terikat dengan jadwal tahapan pemilu yang sudah ditetapkan, PKPU
sudah harus bisa diimplementasikan pada saat tahapan pemilihan umum
yang terkait dilaksanakan.
Kedua,kerjasama bersifat insidental dan tidak berkesinambungan. Biro
Hukum merasakan setiap kerjasama dilakukan atas dasar kebutuhan yang
bersifat insidental. Padahal ada kebutuhan penguatan kapasitas yang
sangat rutin. Misalnya ada banyak permintaan dari KPUD-KPUD di
daerah untuk diadakan pelatihan dan diklat mengingat banyak dari staf
di KPUDyang tidak memiliki latar belakang ke-PEMILU-an, sehingga
peningkatan kapasitas semacamnya perlu untuk tetap dilaksanakan
secara rutin.
Ketiga, dalam skala yang lebih besar, adanya ketidakpastian dari sistem
dan regulasi mengenai sistem kepemiluan di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan Biro Hukum Komisi Pemilihan Umum untuk harus setiap
saat siap dengan tuntutan untuk merubah peraturan atau bahkan
membuat peraturan baru sebagai bentuk respon dan penyesuaian dari
sistem yang berlaku (kasus adanya perpu mengenai pemilihan tidak
langsung)
D. BIRO UMUM8
Biro Umum Komisi Pemilihan Umum memiliki tugas pokokdan
fungsinya berkaitan dengan protokol dan kearsipan.Pada dasarnya, Biro
Umum inilah yang kemudian bertugas untuk mengelola arsip-arsip ke-
8Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Endang Pujiastuti dan staf, Biro Umum,
2014, di Sekretariat KPU, Jakarta
53
PEMILU-an tersebut sebagai dokumen Negara. Adanya ketentuan untuk
menjaga, menyimpan dan memusnahkan dokumen sebagai arsip negara,
serta kebutuhan untuk tempat penyimpanan yang tidak dimiliki oleh
KPU membuat Biro Umum melakukan kerjasama dengan Lembaga Arsip
Negara Republik Indonesia (ANRI) untuk membangun konteks kearsipan
di KPU.
Selain itu, Biro Umum KPU juga bertangungjawab dalam memfasilitasi
keamanan KPU dan kegiatan yang terkait, khususnya pelaksanaan
pemilihan umum. Untuk mendukung kegiatan ini, dua lembaga Negara,
TNI dan POLRI, menjadi mitra strategis dalam pelaksanaan keamanan
kegiatan KPU.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan UU No.15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
PEMILU, KPU wajib menyimpan dan memelihara dokumen. Selama
proses pelaksanaan Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum banyak
sekali menghasilkan berbagai dokumen penting, mulai dari regulasi,
Daftar Pemilih Tetap (DPT), formulir yang sudah terisi, hingga hasil dari
pemilihan itu sendiri. Sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut,
Komisi Pemilihan Umum seharusnya memiliki pengelolaan kearsipan
yang terjaga sebagai bagian dari sejarah. Sayangnya, untuk
mengimplementasikan amanat tersebut, sendiri belum memiliki sistem
kearsipan yang dimaksud, ditambah dalam pengelolaannya, KPU
membutuhkan tempat/gudang untuk penyimpanan dokumen yang sesuai
standar.
Oleh karena itu, KPU membangun kerjasama dengan ANRI. Minimnya
pengetahuan mengenai kearsipan sebelumnya yang berujung pada
54
beberapa kasus pemusnahan arsip di KPU/KPUDsehingga mengakibatkan
terjadinya pemenjaraan beberapa staf di KPUD membuat kerjasama
dengan ANRI menjadi kebutuhan yang tidak terhindarkan.
Pada dasarnya, ada dua jenis arsip yaitu: permanen dan dalam jangka
waktu tertentu bisa dimusnahkan. Pengaturan dan sistem
pengelolaannya dua jenis arsip tersebut sepenuhnya merupakan otoritas
ANRI. Oleh karena itu, arsip permanen akan diserahkan oleh KPU ke
ANRI untuk dilakukan penyimpanan dan pengelolaan, seperti misalkan
form C1. Adapun arsip yang memiliki Jangka Resensi Arsip (JRA) akan
dimusnahkan sesuai dengan jangka waktu yang dimiliki. Proses
pemusnahan dokumen ini pun harus melalui beberapa tahapan, mulai
dari penyampaian berita acara dan pemenuhan syarat-syarat yang harus
dipenuhi hingga penyesuaian dengan JRA yang dimiliki oleh dokumen
tersebut. Kerjasama serupa juga dilakukan oleh KPUD Prov/Kab/Kota
dengan lembaga arsip daerahnya masing-masing dalam konteks yang
sama diatas.
Dalam konteks keamanan, kerjasama dengan POLRI dan TNI, Biro
Umum lebih menekankan pada pengamanan fasilitas KPU dengan
penerjunan personil di sekitar lokasi selama proses pelaksanaan tahapan
PEMILU.
b. Hambatan Kerjasama
Selama ini, Biro Umum merasakan tidak ada permasalahan yang
berarti dapat merubah arahan kerjasama biro ini dengan mitra strategis.
Sebab pada dasarnya, kerjasama biro ini bersifat rutin. Meskipun dalam
kondisi riilnya, beberapa kendala juga muncul meski tidak signifikan.
55
Pertama, adanya perbedaan persepsi atau interpretasi mengenai Jangka
Resensi Arsip (JRA) yang harus dimasukkan dalam pengelolaan arsip oleh
ANRI. Hal ini berkaitan dengan masih belum meratanya pengetahuan
tentang pentingnya kearsipan dalam pelaksanaan pemilihan umum di
KPU RI maupun di KPUD.
Kedua, minimnya fasilitas yang dimiliki oleh KPU RI dan KPUD dalam
kegiatan penyimpanan dan pengelolaan arsip dan dokumen, seperti tidak
dimilikinya gedung untuk pergudangan bagi dokumen yang hendak
disimpan. Dokumen-dokumen tersebut masih diletakkan dan disimpan di
ruangan-ruangan yang pemanfaatannya tidak maksimal, bukan ruangan
yang memang khusus ditujukan untuk penyimpanan.
Ketiga, ANRI sendiri sebagai lembaga Negara yang menangani
kearsipan berbagai lembaga Negara dirasa mengalami overload dalam
mengelola kearsipan pemilu yang tidak sedikit dan ringkas, khususnya
pasca periode pemilihan umum. Untuk itu dirasa bahwa pengetahuan
tentang kearsipan perlu ditingkatkan, begitu pula kerjasama dengan
lembaga lain yang dapat membantu Biro Umum dalam pengelolaan arsip
dan dokumen negara yang dimiliki oleh KPU.
E. BIRO SUMBER DAYA MANUSIA9
Selain menangani proses perekrutan SDM melalui sistem CPNS, Biro
Sumber Daya Manusia juga bertanggungjawab atas pendidikan dan
pelatihan bagi SDM di lingkungan KPU di semua level (Komisioner,
9 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Diklat Biro SDM, 2014,
di Sekretariat KPU, Jakarta.
56
Sekretariat, Provinsi, Kabupaten/Kota) dan stakeholders yang terlibat dalam
proses pelaksanaan pemilihan umum. Guna membantu mencapai target
yang diinginkan dalam rencana strategis Biro SDM, kerjasama dengan
lembaga/mitra strategis pun dilaksanakan, dimana sebagian besar adalah
dengan lembaga yang memiliki program kepemiluan, khususnya dalam
hal peningkatan kapasitas dan kapabilitas penyelenggaranya.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Dalam mewujudkan penyelenggara pemilu yang memiliki kapasitas
professional, Biro SDM melaksanakan kerjasamanya dengan tiga lembaga,
yaitu dengan Kemitraan/Partnership dalam capacity building komisioner
dan birokrat di sekretariat KPU Provinsi dan assessment pada Sekretariat
KPU RI. Dengan Brigde Indonesia Network (BIN) dalam pelaksanaan
pelatihan tahapan pemilu dan pelatihan professional untuk badan adhoc
dalam tema Building Resources in Democracy Governance and Election
(BRIDGE). Serta yang terakhir dengan Australian Election Committee
(AEC) yang sudah berjalan sejak tahun 2002 dalam peningkatan capacity
building bagi penyelenggara pemilihan umum dari berbagai sektor. Selain
itu juga, Biro SDM pernah menjalankan kerjasama dengan Lembaga
Pemilihan Umum Federal Meksiko Serikat dalam rangka knowledge
exchange dalam bidang pengelolaan PEMILU.
Kerjasama yang dilakukan oleh Biro SDM dengan lembaga-lembaga
tersebut diatas didasarkan adanya kebutuhan untuk peningkatan
kapasitas penyelenggara pemilu, hal ini juga dalam rangka merespon
tuntutan publik dalam penyelenggaraan pemilu yang professional,
akuntabel, luber dan jurdil. Kerjasama dengan Partnership/Kemitraan
yang lebih difokuskan pada peningkatan kapasitas KPU Provinsi dalam
57
penyelenggaraan dan membaharui tata kelola pemilu dan dalam
melaksanakan orientasi tugas SDM Komisioner KPUD. Di tingkat pusat,
Kemitraan/Partnership membantu KPU dalam proses assessment tupoksi
KPU Pusat, serta identifikasi kualifikasi dan kriteria untuk proses seleksi
pegawai Sekretariat KPU.
Kerjasama dengan Bridge Indonesia Network (BiN) sebagai salah satu
jaringan program BRIDGE Internasional, lebih difokuskan pada
Pembentukan wadah fasilitator/trainer program BRIDGE, program ini
dilksanakan dengan mengadakan pelatihan SDM dan stakeholder yang
terlibat dalam pemilu dalam pemahaman dan implementasi program
BRIDGE oleh fasilitator yang tergabung dalam BIN, program ini
dilaksanakan dalam bentuk Training of Trainer (ToT) bagi para stakeholder
penyelenggara pemilu. Proses training dan akreditasi bagi seorang peserta
training untuk mendapat status sebagai fasilitator BRIDGE yang fully
accredited dilakukan secara bertahap, selain harus menyelesaikan dan lulus
dari proram ToT yang telah memiliki standar internasional, alumni harus
melakukan minimal satu kali fasilitasi program BRIDGE ke kelompok
sasaran, dan pada level selanjutnya fasilitator tersebut harus melakukan
minimal lime kali training untuk dapat memiliki hak dalam
memberikan/memutuskan akreditasi kepada peserta ToT selanjutnya.
Walaupun pelaksanaan ToT yang memang hanya dibatasi 30 orang
setiap angkatannya, namum sasaran ToT yang multi level, komisioner dan
secretariat yang berada di KPU Pusat dan KPU daerah, Biro SDM akan
memformalkan para alumni ToT ini dalam satu wadah fasilitator BRIDGE
yang pengelolaannya langsung berada dibawah Biro SDM KPU. Hal ini
dilakukan Biro SDM KPU untuk proses berkelanjutan dalam pemerataan
pengetahuan, yang diharapkan nantinya para alumni ToT yang telah
58
menjadi fasilitator ini dapat memberikan pelatihan-pelatihan pada
seluruh penyelenggara dan stakeholder pemilihan umum di seluruh
Indonesia, tanpa harus meminta mereka untuk datang ke Jakarta yang
akan menghabiskan biaya tinggi dan tanpa harus mengundang fasilitator
BRIDGE dari BIN, hal ini penting untuk memainkan peran sustainability
dari kerjasama yang sudah dilakukan.
Selain pelaksanaan ToT, sebagai salah satu implementasi program
BRIDGE dalam pelaksanaan kepemiluan di Indonesia, Biro SDM juga
bekerjasama dengan BIN dalam pengembangan ke-23 module BRIDGE
yang menganut sistem kepemiluan universal untuk memasukkan muatan
lokal dan konteks Indonesia di dalamnya. Kerjasama ini juga kemudian
didukung oleh Australian Election Commission (AEC) yang saat ini telah
menghasilkan 6 modul yang sudah disesuaikan dengan konteks
Indonesia. Kerjasama dengan AEC ini juga berkaitan dengan pembuatan
kurikulum program studi manajemen pemilu untuk pendidikan strata
dua (magister) yang nanti pelaksanaannya akan dilakukan oleh
Universitas Gadjah Mada (UGM). Kerjasama ini dilakukan dalam rangka
membentuk sosok penyelenggara pemilu yang ‘terhormat’ sesuia dengan
kapasitas, tidak cukup hanya melalui pelatihan dan ToT saja, sesuai
dengan kebutuhan dan kualifikasi, kapasitas penyelenggara pemilu ini
perlu diformalkan dalam sistem pendidikan yang resmi.
b. Hambatan Kerjasama
Selama proses kerjasama yang sudah berjalan ini, Biro SDM mengalami
dua hambatan yang cukup signifikan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya sehari-hari di KPU. Pertama, adalah terkait jumlah
personil/sumber daya manusia yang dimiliki oleh Biro SDM yang sangat
59
terbatas mengingat jumlah penyelenggara dan stakeholder dalam pemilu
dari pusat dan daerah hingga ke level TPS, yang membutuhkan
peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan ToT sangatlah banyak. Hal
lain yang perlu diingat pula adalah kondisi geografis Indonesia yang
sangat luas dan beragam, membuat Biro SDM bertekad untuk
memberikan pelatihan tentang kepemiluan secara menyeluruh untuk
membentuk penyelenggara yang dapat menfasilitasi pemenuhan hal
politik warga Negara di seluruh pelosok tanah air dengan sistem yang
terus dikembangkan.
Kedua, kendala yang muncuk adalah terkait regulasi yang belum tersedia
pada saat kegiatan harus segera dilaksanakan. Mengingat dalam proses
penyelenggaraan pemilu sudah ditentukan tanggal dari setiap
tahapannya, maka pelaksanaan kegiatan tidak bisa mengalami
keterlambatan. Akibat dari keterlambatan hadirnya regulasi untuk
pelaksanaan kegiatan, berimbas pada waktu dan penganggaran yang
meningkat, terutama dari sisi pelaksanaan teknis.
F. BIRO TEKNIS, HUBUNGAN PARTISIPASI DAN
MASYARAKAT (TEKNIS-HUPMAS)10
Keberhasilan pelaksanaan sebuah pelaksanaan pemilihan umum dilihat
dari tingkat partisipasi pemilih, semakin tinggi tingkat partisipasinya
maka pelaksanaan pemilu dinilai semakin berhasil, oleh karena itu peran
dan fungsi Biro Teknis, Hubungan Partisipasi dan Masyarakat (Teknis-
10 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Robby Leo Agust, Kepala Bagian
Publikasi dan Sosialisasi Informasi Pemilu Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2014, di
Sekretariat KPU, Jakarta dan wawancara peneliti dengan Didik, Bagian Pendidikan
Pemilih Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2014, di Sekretariat KPU, Jakarta.
60
Hupmas) sangatlah signifikan dalam pelaksanaan pemilihan umum.
Sebagai biro yang tugas utamanya berkaitan dengan pelaksanaan teknis
rekapitulasi suara; kehumasan dan sosialisasi media; serta mobilisasi dan
pendidikan pemilih, Biro Teknis-Hupmas melaksanakan beberapa
kerjasama dengan mitra strategis yang memiliki program khusus
kepemiluan yang dapat membantu dan mendukung tugas dari Biro
Teknis Hupmas, antara lain dengan berbagai media elektronik (TV dan
Radio), media massa dan lembaga-lembaga Negara terkait sebagai mitra
strategis, khususnya dalam hal pendidikan pemilih.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Sebagai ‚corong‛ KPU ke publik, Biro Teknis dan Hupmas melakukan
beberapa kerjasama dengan media untuk menginformasikan tentang
tahapan pemilu dan seluruh kegiatan pemilu yang akan berlangsung
sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. Dalam proses penyampaian
informasi ini, Biro Teknis dan Hupmas juga bekerjasama dalam proses
peliputan dan penyiaran dari setiap kegiatan dan tahapan pemilihan
umum secara luas kepada publik, baik melalui televisi, radio maupun
media massa lainnya, dengan demikian seluruh masyarakat Indonesia
dapat dijangkau oleh informasi mengenai kepemiluan ini, karena hampir
seluruh stasiun Radio - TV Negeri dan Swasta nasional tergabung dalam
kerjasama bersama Biro Teknis dan Hupmas ini. Kerjasama bentuk ini
juga dikembangkan Biro Teknis dan Hupmas dalam pengaturan jadwal,
bentuk dan teknis pelaksanaan kampanye yang diorganisasikan melalui
media massa.
Sejalan dengan fungsinya sebagai media informasi KPU ke masyarakat
luas, Biro Teknis dan Hupmas juga memiliki peran dalam memberikan
61
pendidikan bagi pemilih, pendidikan pemilih ini kemudian dirancang
agar partisipasi masyarakat secara aktif meningkat dan dapat terinformasi
akan proses dan tahapan pemilu secara menyeluruh. Kerjasama yang
dilakukan adalah dengan lembaga pemerintah yang secara khusus
menangani kelompok masyarakat tertentu, seperti misalkan dengan Pusat
Pemilu Akses penyandang cacat (PPUA-PENCA) untuk program
Peningkatan partisipasi penyandang disabilitas, Kementrian Pemuda dan
Olahraga dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak untuk menjangkau pemuda, perempuan dan pemilih pemula
melancarkan proses pendidikan pemilih. Ini tentu saja dalam rangka
mendukung pendidikan pemilih bagi segmentasi pemilih oleh Biro Teknis
dan Hupmas; kelompok pemilih wanita, disable, marjinal, pemula, dan
kelompok agama.
Pelaksanaan pendidikan pemilih juga dilaksanakan dengan
menyesuaikan dengan konteks masyarakat dan isu-isu yang sedang
hangat terjadi di masyarakat, Walaupun kegiatan pendidikan pemilih ini
adalah salah satu program dalam renstra Biro Teknis-Hupmas, teknis
pelaksanaannya masih berupa respon pada trend di mayarakat. Selain itu
juga untuk mempermudah kinerja dan memperhitungkan tingkat
jangkauannya, Biro Teknid dan Hupmas membentuk gugus tugas yang
disebut relawan demokrasi. Selama tahun 2014, satker ini dibentuk dan
disebar ke setiap kabupaten di Indonesia, masing-masing kabupaten akan
dibentuk satuan kerja yang dibagi dalam 5 segmen pemilih yang masing-
masing beranggotakan 25 orang. Satker relawan demokrasi inilah yang
kemudian menjadi ujung tombak ke masyarakat dalam proses pendidikan
pemilih dan sosialisasi pemilu.
62
Dengan beberapa LSM dan organisasi kemasyarakatan,Biro Teknis dan
Hupmas KPU juga sedang merintis pembangunan education center yang
akan melingkupi pembahasan mengenai segala isu-isu kepemiluan hingga
uji publik peraturan-peraturan pemilu. Dengan memberikan edukasi
dengan model pelibatan dan partisipasi aktif ini, maka kapasitas para
stakeholder yang terlibat dalam pemilu serta pengetahun dan kesadaran
masyarakat akan meningkat, sehingga arus feedback dan review akan
pengelolaan dan pelaksanaan pemilu pada KPU juga akan meningkat.
b. Hambatan Kerjasama
Besarnya cakupan dan signifikansi peran yang dimainkan oleh Biro
Teknis dan Hupmas, serta luasnya sasaran dan target kegiatan tentu saja
menjadikan berbagai kerjasama yang dilakukan oleh biro ini menemukan
kendala dan permasalahannya, sebagian besar muncul dari sisi internal
dan beberapa dipengaruhi oleh aspek eksternal. Pertama, penggabungan
bagian teknis dan hubungan partisipasi kemasyarakatan dirasa tidak
memiliki core tugas yang sesuai, hal ini menyebabkan beberapa kegiatan
masih berjalan sendiri-sendiri tanpa sinkronisasi yang berarti.
Kedua adalah minimnya koordinasi dan komunikasi antar biro yang ada
di dalam Komisi Pemilihan Umum mengenai kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing biro. Hal ini dirasa memperlambat tugas Biro Teknis-
Hupmas dalam proses kehumasan yang seharusnya menyajikan dan
menyampaikan segala jenis informasi kegiatan kepemiluan yang
dibutuhkan oleh publik, begitu pula kegiatan internal KPU yang
dibutuhkan dalam rangka branding dan ‘mendekatkan’ KPU sebagai
penyelenggara pemilu yang professional dan akuntabel dengan
masyarakat luas. Hal ini menurut Bapak Robby diakibatkan masih
63
rendahnya pemahaman mengenai pentingnya kehumasan dalam sebuah
lembaga oleh biro-biro yang ada di KPU.
Ketiga, dalam kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih, kendala yang
sering ditemui adalah masalah kependudukan di beberapa segmen
pemilih. Ketidakjelasan status kependudukan yang masih dilihat dari sisi
administratif tentunya menjadi penghalang bagi Biro Teknis dan Hupmas
yang bertekad untuk memberikan pendidikan pemilih seluas-luasnya bagi
masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
Keempat, masih berkaitan dengan masalah kependudukan, dimana
keberhasilan pelaksanaan pemilu masih dilihat secara kuantitatif. Tingkat
partsipasi dilihat dari jumlah DPT yang memberikan hak pilihnya pada
hari pencoblosan, namun belum dilihat secara substansial dalam
memahami konteks pemilu serta keterlibatan aktif masyarakat.
Kelima adalah kendala yang ditemui dalam proses pengadaan MoU,
keputusan untuk mengadakan kerjasama dengan beberapa lembaga
belum didasarkan assessment kebutuhan biro yang berkaitan, atau
masukan dari staff pelaksana yang lebih paham dalam melihat konteks
dan kebutuhan Biro. Selain itu juga, dalam implementasi MoU yang
sudah ditandatangani, tidak diturunkan dalam bentuk agreement yang
mengatur hal yang elbih detail dalam proses berjalannya kerjasama. MoU
dibuat dan hanya memuat hal-hal yang bersifat umum dan cenderung
tidak mengikat lembaga yang menjadi mitra. Keenam, munculnya
fenomenda ‘function follow money’ dimana kegiatan-kegiatan yang
dirancang masih sangat tergantung penganggaran yang tersedia dan
disetujui. Di sisi lain, untuk proses mobilisasi dan pendidikan pemilih,
Biro Teknis dan Hupmas dituntut untuk kreatif agar masyarakat tertarik
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, namun adanya batasan
64
penganggaran menyebabkan biro ini untuk dapat memiliah dan
memutuskan kegiatan-kegiatan yang dapat diakomodir, baik secara
substansi dan teknis penganggaran.
G. BIRO LOGISTIK11
Logistik dalam pemilihan umum adalah hal yang wajib hadir dalam
kondisi memadai, atau mustahil sebuah pemilu dapat dilangsungkan.
Sampai pada periode pemilihan umum tahun 1999, Biro Logistik juga
berperan dalam mengelola asset KPU, baru pasca 1999, fungsi Biro
Logistik dipersempit hanya sebagai penyedia sarana dan prasarana
penyelenggaraan pemilu, sedangkan pengelolaan asset diserahkan ke Biro
Umum. Selain sebagai penyedia, biro logistic juga bertanggungjawab
pada pendistribusiannya ke daerah - daerah. Luas dan beragamnya
wilayah Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi Biro Logistik
untuk dapat menyediakan segala logistic kepemiluan secara tepat waktu
dan sasaran, serta sesuai dengan sasaran strategisnya dalam
meningkatkan pengelolaan, pengadaan dan pendistribusian logistik
pemilu, Biro Logistik melaksanakan kerjasama dengan beberapa lembaga
sebagi mitra strategisnya dalam menjawab tantangan dan sasaran
strategisnya tersebut.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
11 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Heri, Biro Logistik KPU, 2014, di
Sekretariat KPU, Jakarta.
65
Proses kerjasama Biro Logistik dalam penyediaan logistic pemilihan
umum yang sesuai dengan harapan menjadi indicator penting bagi wajah
KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum di Indonesia. Diawali
dengan adanya kebutuhan untuk membangun sistem informasi dalam
proses pengadaan dan pendistribusian logistik pemilu, Biro Logistik
bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan
Informasi Geospasial dan Balai Jaringan Informasi Pengetahuan dan
Teknologi Badan Pengkajian dan penerapan teknologi. Kerjasama dengan
ketiga mitra strategis ini pada awalnya diharapkan untuk dapat
memanfaatkan teknologi dalam membangun sistem informasi yang
realtime yang termonitor, terintegrasi, terdigitalisasi dan dapat diakses
oleh publik. Sistem informasi ini direncanakan dapat menyajikan data-
data dan informasi mengenai proses pengadaan logistic mulai dari segala
proses lelang untuk menentukan pihak yang berhak menjadi rekanan
KPU dalam memproduksi logistik pemilu, tentu saja ini perlu
direalisasikan agar citra KPU sebagai lembaga professional dan
independen dalam penyelenggaraan pemilu tetap terjaga.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, sistem informasi ini pun diharapkan
dapat memonitor proses distribusi logitik mulai dari asal, jumlah, jalur
hingga logistik yang dimaksud sampai di titik tujuan, KPUD
Kabupaten/Kota, perlu diingat bahwa tanggung jawab ditribusi logistic
pemilu ini juga menjadi tanggungjawab dari rekanan penyedia logistik,
oleh karena itu sistem informasi ini cukup penting bagi KPU dalam
memonitor kegiatan. Sistem informasi ini juga dibangun sebagai salah
satu cara untuk mengurangi tingkat kecurangan dan kesalahan selama
proses distribusi logistik, khususnya perihal jumlah surat suara.
Sayangnya, sistem yang menuntut kedisiplinan dalam pendataan DPT
66
jauh hari sebelum proses produksi dan distribusi logistic, serta dari pihak
yang melakukan distribusi dalam melaporkan setiap perjalanannya ini
belum bisa dijalankan pada penyelenggaraan pemilihan umum 2014
silam. Banyaknya permasalahan dalam penetuan jumlah DPT dan kendala
selama proses ditribusi memaksa Biro Logistik untuk melakukan
monitoring dengan menggunakan sistem manual, demi sampainya
logistik pemilu di tempat tujuan tepat sebelum hari pelaksanaan
pemilihan umum berlangsung.
Dalam membantu selama proses distribusi logistic pemilu sendiri, Biro
Logistik bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). TNI
bekerjasama dengan Biro Logistik KPU dalam penerjunan personilnya
dan penggunaan alat transportasi yang dimiliki oleh TNI untuk
mendistribusikan logistik pemilu ke daerah-daerah yang membutuhkan
penanganan khusus karena kendala geografis seperti daerah pegunungan,
terpencil, dan kepulauan, serta wilayah yang dalam kondisi konflik
ataupun bencana alam. Sedangkan untuk proses pengamanan selama
perjalanan dalam proses distribusi logistic pemilu, Biro Logistik
bekerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Penerjunan
personil POLRI dalam memberikan pengawalan selama proses perjalanan,
khususnya perjalanan darat yang sangat rentan dalam resiko perjalanan.
Selain itu, POLRI dan TNI juga berkewajiban dalam mengamankan
gedung-gedung KPU dan KPUD selama proses tahapan pemilu hingga
usai, sekaligus pengamanan pada hari-H pemilihan umum di TPS-TPS
yang ada diwilayah mereka.
67
b. Hambatan Kerjasama
Selama proses berlangsungnya kerjasama yang dilakukan oleh Biro
Logistik dengan beberapa mitra strategis tersebut, diakui oleh Bapak Heri,
masing-masing kerjasama tersebut memiliki permasalahan dan
kendalanya masing-masing. Biro logistik yang tugas pokok dan fungsi
utamanya aktif selama proses tahapan penyelenggaraan pemilu pun tidak
bisa menghindari munculnya kendala dan permasalahan ini, karena
sebagian besar yang terjadi merupakan respon dari kegiatan yang sedang
berlangsung. Pertama kendalayang muncul adalah terkait tidak adanya
regulasi yang mengatur dan mengesahkan proses pengadaan logistic,
berkaitan dengan pengesahan rekanan serta mekanisme teknis dan
pengelolaan kerjasama, hingga melewati batas waktu yang ditentutan
sesuai dengan tahapan pemilihan umum. Belum terbitnya atau belum
disahkannya regulasi ini kemudian menyebabkan keterlambatan proses
pengadaan, rekanan tidak melaksanakan kegiatannya jika tidak ada
payung hukum yang bersifat legal dan formal dalam mengeksekusi poin-
poin kerjasama, keterlambatan ini tentu saja dapat berdampak sistemik
terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pemilu.
Kedua, kepastian jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang terus berubah
hingga H-1 pemilihan umum, hal ini kemudian berdampak pada proses
pengadaan logistic yang harus terus menyesuaikan dengan jumlah dan
kebutuhan DPT. Masalah ini semakin diperparah jika wilayah yang
membutuhkan tambahan logistik adalah wilayah yang sulit untuk
dijangkau, berimbas pada manajemen waktu dan kebutuhan biaya yang
membengkak, dan cenderung di luar penganggaran yang ada (Heri, 2014).
Ketiga, terkait penganggaran dengan TNI yang belum ditentukan
mekanisme penganggaran dan pembayarannya, apakah menjadi
68
tanggungan KPU sebagai penyelenggara atau menjadi tanggungan TNI
sebagai lembaga Negara menjalankan tupoksinya. Walaupun penentuan
penganggaran ini akhirnya diputuskan melalui skema pengajuan oleh
pihak TNI ke KPU, namun karena jumlah pengajuan yang melebihi
kapasitas KPU, akhirnya berujung pada terbitnya ‘invoice’ tambahan dari
TNI yang di luar penganggaran yang dimiliki KPU.
Keempat, kerjasama dengan POLRI terkendala adanya ‘penguasaan
wilayah’ di masing-masing unit kepolisian di daerah. Tanggungjawab
sebuah unit kepolisian akan suatu wilayah tertentu menyebabkan personil
kepolisian yang melakukan pengawalan dan memasuki daerah
‘kekuasaan’ unit lain dari kepolisian akan terhambat/tidak bisa
meneruskan tugasnya. Ini diakibatkan dari minimnya komunikasi dan
arahan secara menyeluruh dari pusat ke semua unitnya di daerah, tentu
saja hal ini ada diluar kuasa KPU sebagai pihak yang menyelenggarakan
kerjasama.
Kelima, sikap adanya perbedaan ‘wilayah kekuasaan’ ini juga diperparah
dengan ‘mental’ personil keamanan yang memanfaatkan momen
pemilihan umum ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara
material. Penyediaan anggaran yang memang minim menyebabkan
personil yang bertugas menjaga keamanan di TPS-TPS meminta ‘fee’
pengamanan pada PPS setempat. Walaupun beberapa kasus sempat
tertangani oleh KPU dan pihak Kepolisian, namun kasus serupa banyak
ditemui hampir diseluruh wilayah Indonesia selama penyelenggaraan
pemilu.
Keenam, permasalahan yang pastinya tidak semua pihak sadar akan hal
ini, ketika publik dan stakeholder menuntut distribusi logistik yang tepat
waktu dan sesuai sasaran, penganggaran pun dimaksimalkan untuk
69
memenuhi tuntutan tersebut. Apa yang terjadi kemudian adalah, seusai
pengambilan dan penghitungan suara, logistik-logistik tersebut harus
diredistribusi dan dikembalikan ke unit kantor KPU setempat, dan
penanggaran untuk pengembalian ini belum ditentukan. Masalah ini
banyak terjadi di wilayah yang memiliki akses cukup sulit, seperti di
wilayah pegunungan dan kepulauan yang membutuhkan tenaga dan
waktu ekstra untuk menjangkaunya.
H. INSPEKTORAT KPU12
Sebagai bagian penting lainnya di Komisi Pemilihan Umum, Inspekorat
memastikan pengawasan internal terhadap pengelolaan anggaran, asset
dan kepegawaian di KPU serta akuntabilitas kinerja di lingkungan di KPU
dapat berjalan baik. Untuk memastikan sasaran strategis ini tercapai
sesuai dengan harapan, Inspektorat Komisi Pemilihan Umum
membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan lembaga lain, secara
eksternal, maupun dengan Biro lainnya secara internal KPU sendiri.
a. Proses Pelaksanaan Kerjasama
Dilihat dari sisi tugas dan fungsinya, tanggungjawab Inspektorat KPU
terbatas pada pada pengawasan internal KPU sebagai sebuah lembaga
Negara yang professional, bukan pada teknis dan substansi
penyelenggaraan pemilu sebagaimana tugas pokok Komisi Pemilihan
Umum. Pencapaian target-target tersebut diusahakan oleh Inspektorat
turut melaksanakan kerjasama kelembagaan dengan mitra strategis yang
12 Diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan Pasaribu, Inspektorat KPU, 2014, di
Sekretariat KPU, Jakarta.
70
professional di bidang pengawasan. Bekerjasama dengan Badan
Pengwasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat
memperkuat tugas dan fungsi pokoknya dalam proses penganggaran,
pengawasan, dan pelaporan sistem keuangan dan penganggaran di
internal KPU. Kerjasama ini juga dilakukan dalam konteks penguatan
kapasitas Inspektorat KPU sendiri, seperti dalam hal penguatan kapsitas
tenaga atau staff auditor, khususnya dalam penaikan level dari para
auditor ini.
Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK) adalah mitra strategis lainnya
yang sudah melakukan kerjasama dengan Inspektorat KPU, kerjasama
dengan KPK ini dilakukan dalam menyusun Peraturan KPU (PKPU) dan
pembentukan unit anti-gratifikasi. Unit anti-gratifikasi ini akan bekerja
dalam mencegah dan menindaklanjuti upaya pemberian gratifikasi
terhadapa pejabat dan pegawai di lingkungan KPU (Admin kpu.go.id,
2014). Proses kerjasama dengan dua lembaga Negara ini pada dasarnya
adalah kerjasama rutin Inspektorat KPU dalam rangka penguatan tupoksi
inspektorat sendiri. Kerjasama rutin ini pun telah tertuang dalam rencana
strategis Inspektorat KPU pada periode 2010-2014.
b. Hambatan Kerjasama
Pelaksanaan kegiatan kerjasama dengan dua lembaga dalam rangka
penguatan tugas dan fungsi Inspektorat sebagai supervisi yang pada
dasarnya sudah menjadi bagian dari renstra Inspektorat KPU, juga
mengalami beberapa kendala dan isu-isu tertentu yang menyebabkan
inisiasi dan pelaksanaan kerjasama tidak berjalan maksimal sesuai dengan
yang diharapkan.
71
Pertama, proses pengajuan kerjasama melalui sistem birokasi yang
panjang di Internal KPU sendiri, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa setiap proses kerjasama akan diawali oleh bagian kerjasama antar
lembaga (KAL) Biro Perencanaan dan Data. Selepas dari Biro ini,
keputusan selanjutnya akan berada di tangan Komisioner KPU yang
kemudian akan dilakukan persetujuan penganggaran. Tidak jarang akibat
keterbatasan anggaran, agenda-agenda kerjasama yang sudah
direncanakan pun menjadi kurang efektif. Kompleks dan panjangnya
prosedur pelaksanaan kerjasama ini tentu juga menjadi salah satu isu
utama yang menjadi fokus Inspektorat dalam menjadikan KPU lembaga
yang professional, cepat dan tepat sasaran.
Kedua, sebagai pengawas internal KPU, selama ini Inspektorat belum
memiliki kebebasan yang memadai, proses kerjasama yang dilakukan
masih tergantung pada biro lain, seperti misal pada Biro Rendata, Biro
Keuangan dan Biro SDM. Sebagai pengawas dari pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh berbagai biro di KPU, Inspektorat
membutuhkan kewenangan yang berbeda dibanding biro lainnya, guna
menjaga independensi profesionalitas Inspektorat dalam melaksanakan
tupoksinya sebagai pengawas dan reviewer internal KPU.
Ketiga, terbatasnya fungsi Inspektorat dalam pelaksanaan pemilu.
Pelaksanaan pemilu yang pengawasannya dilakukan oleh Badan
Pengawas Pemilu (BAWASLU), menjadikan inspektorat tidak
memiliki/terbatas pemahamannya, baik secara teknis maupun substansi
pada proses penyelanggaraan pmilu. Pada dasarnya, pihak Inspektorat
merasa perlu untuk melakukan pengujian dan verifikasi pada proses
pelaksanaan pemilu, seperti misalkan pengadaan barang/jasa serta logistik
dalam tahapan penyelenggaraan pemilu. Keinginan ini tentu saja dalam
72
rangka menguatkan KPU sebagai lembaga yang accountable dan
professional dengan hadirnya dua pengawas, yaitu Inspektorat KPU dan
BAWASLU.
73
BAB 4
REKOMENDASI OPTIMALISASI KERJASAMA KPU
DENGAN MITRA STRATEGIS
ari berbagai uraian yang sudah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya pada tampak jelas sudah banyak upaya
pengembangan kerjasama yang telah dilakukan oleh KPU
dalam rangka mengoptimalkan peran dan fungsi utamanya sebagai
penyelenggara PEMILU 2014. Namun demikian ada beberapa hal krusial
yang perlu ditata lebih serius agar kerjasama yang ada bisa betul-betul
memiliki kontribusi bagi optimalisasi peran Sekretariat Jenderal KPU
dalam menopang kinerja KPU. Hal-hal krusial tersebut bisa
dikategorisasikan menjadi dua aspek, yaitu aspek eksternal (lingkungan)
dan aspek internal kelembagaan.
A. ASPEK EKSTERNAL
A.1. Regulasi Pendukung Kerjasama
Beberapa Biro mengeluhkan regulasi yang tidak mendukung bisa
mendukung kerjasama. Payung regulasi atau bahkan regulasi yang
berkaitan belum diterbitkan. Misalnya, tidak adanya regulasi yang
mengatur dan mengesahkan proses pengadaan logistik, berkaitan dengan
pengesahan rekanan serta mekanisme teknis dan pengelolaan kerjasama,
Bila payung regulasi tersebut bersifat regulasi yang disusun oleh
lembaga di luar KPU memang tidak mudah untuk mendorong hadirnya
regulasi tersebut sesuai dengan keinginan KPU. Demikian juga,
D
74
ketidakpastian dari sistem dan regulasi mengenai sistem kepemiluan di
Indonesia memang tidak bisa diantisipasi oleh KPU itu sendiri
Hal yang bisa dilakukan adalah membangun komunikasi yang intens
dengan pembuat regulasi sehingga regulasi yang dibutuhkan sebagai
payung hukum untuk kerjasama diharapkan bisa dihadirkan. Komunikasi
yang intens juga berfungsi untuk menyelesaikan masalah ketika ada
perbedaan interpretasi dengan lembaga lainnya seperti kasus Jangka
Retensi Arsip (JRA).
A.2 Legitimasi dan kepercayaan publik
Sebagai lembaga publik yang menyelenggarakan PEMILU, KPU selalu
mendapatkan sorotan oleh publik. Sebuah kerjasama bisa saja secara
teknokratis sangat fisibel dilakukan namun ketika ada keraguan dari
publik dan ada kecurigaan publik bahwa kerjasama tersebut akan
mempengaruhi independensi KPU maka patut untuk berhati-hati dalam
mendorong kerjasama tersebut. Legitimasi publik serta kepercayaan
publik hanya bisa dibangun bila KPU terus menerus bisa membangun
akuntabilitas dan transparansi publik secara baik.
B. ASPEK INTERNAL KELEMBAGAAN
B.1. Otoritas Inisiasi Kerjasama
Selama ini komisioner KPU menjadi pemegang kunci dalam
menentukan kerjasama yang akan dilakukan oleh KPU dengan mitra
strategis. Proses yang sifatnya top-down ini memang tidak sepenuhnya
salah karena pada dasarnya Sekretariat Jenderal KPU hanya pendukung
administrasi kinerja KPU sebagaimana disebutkan dalam regulasi yang
ada.
75
Namun demikian, pengambilan keputusan untuk melakukan
kerjasama perlu didorong menjadi lebih partisipatif. Meskipun keputusan
akhir ada di komisioner, sebaiknya ada proses-proses atau mekanisme
yang memungkinkan ide inisiasi kerjasama yang berasal dari ‚bawah‛
(baca: Biro) bisa terkomunikasikan dengan baik kepada komisioner.
Biro Perencanaan dan Data sebagai ‚intermediari‛ antara Biro dengan
Komisioner perlu memainkan peran yang lebih pro-aktif. Biro ini
semestinya memainkan fungsi krusial dalam melakukan monitoring dan
evaluasi kerjasama. Biro ini juga mestinya pro-aktif menyelesaikan
minimnya koordinasi dan komunikasi antar biro yang ada di dalam
Komisi Pemilihan Umum terutama ketika terkait dengan aktivitas
kerjasama.
B.2. Proses Inisiasi Kerjasama
Pada dasarnya Biro Perencanaan dan Data menjadi institusi krusial
karena menjadi ‚pintu masuk‛ kerjasama.Biro Perencanaan dan Data
bukan hanya berfungsi sebagai internediari antara KPU dengan mitra
strategis tapi juga antara komisioner dengan biro yang ada.
Keluhan yang muncul adalah proses inisiasi kerjasama yang cenderung
top-down. Selain itu ada kesana yang sangat kuat Biro Perencanaan dan
Data hanya memainkan peran-peran peng-adminsitrasi-an kerjasama.
Kondisi ini diperparah oleh proses inisiasi kerjasama yang cenderung
birokratis.
Keluhan ini bisa diatasi dengan mendorong mekanisme yang lebih
bersifat bottom-up dalam usulan inisiasi kerjasama. Peertama-tama,
proses inisiasi kerjasama seyogyanya lebih bersifat terencana dan tidak
lagi insidental semata. Selanjutnya, ada baiknya secara pro-aktif berbagai
76
biro yang ada menyampaikan recana kerjasama dan dikomunikasikan
secara bersama-sama dengan biro-biro yang lain. Skala prioritas dan
fisbilitas kerjasama ditentukan oleh mekanisme atau proses yang lebih
bersifat partisipatif.
Lebih lanjut, proses monitoring dan evaluasi kerjasama secara berkala
mestinya dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Data sehingga tidak
terkesan hanya menjadi penyokong administrasi kerjasama belaka. Monev
dibutuhkan agar ada perbaikan dalam proses kerjasama yang
berkesinambungan secara terus-menerus.
Selain hal itu, Biro Perencanaan dan Data perlu mengembangkan
sistem penyusunan kerjasama yang lebih tidak berbelit-belit dan makan
waktu.
B.3. Implementasi Teknis Kerjasama
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, keputusan untuk
mengadakan kerjasama dengan beberapa lembaga tidak selalu didasarkan
assessment kebutuhan biro yang berkaitan, atau masukan dari staff
pelaksana yang lebih paham dalam melihat konteks dan kebutuhan Biro.
Selain itu juga, dalam implementasi MoU yang sudah ditandatangani,
tidak diturunkan dalam bentuk agreement yang mengatur hal yang elbih
detail dalam proses berjalannya kerjasama. MoU dibuat dan hanya
memuat hal-hal yang bersifat umum dan cenderung tidak mengikat
lembaga yang menjadi mitra.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah desain rencana strategis kerjasama
yang disusun secara lebih serius dan tidak insidental. Lebih jauh juga,
MoU kerjasama yang ada juga mesti mengatur tidak hanya prinsip-
prinsip umum tapi juga petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
B.4. Penganggaran Kerjasama
77
Ada kecenderungan ‘function follow money’ dimana kegiatan-kegiatan
yang dirancang masih sangat tergantung penganggaran yang tersedia dan
disetujui. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan karena alasan anggaran
yang terbatas.
Perencanaan kerjasama yang lebih strategis akan lebih membantu
menyelesaikan maslaah ini. Bila ada rencana strtaegsi kerjasama yang
lebih terkonsolidasi maka pilihan kegiatan lebih ditentukan oleh skala
prioritas bukan hanya soal ktersediaan anggaran.
78
DAFTAR PUSTAKA
Catt,Helena Andrew Ellis, Michael Maley, Alan Wall&Peter Wolf (2014),
Electoral Management Design, IDEA International
Zadek, Simon &Sasha Radovich (2006) ‚Governing Collaborative
Governance : Enhancing Development Outcomes by Improving
Partnership Governance and Accountability‛, Working Paper No.
23, JFK School of Government
Hanif, Hasrul & Arie Ruhyanto (2007) ‚Kerjasama Antar Daerah sebagai
Jaringan Interorganisasional‛ in Pratikno (ed.), Kerjasama Antar
Daerah: Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan, PLOD dan
JIP UGM.
Yudhoyono, S.B, ‚Pentingnya Networking Antara Pilar Good Governance
dan Antar Daerah Sebagai Wujud Integritas Nasional dalam
Menghadapi Era Perdagangan Bebas ASEAN Tahun 2003‛,
dalam Azhari, Idham Ibty et.al (ed.), Good Governance dan
Otonomi Daerah Menyongsong AFTA Tahun 2003, Forkoma MAP,
2003
79
Lampiran
1
Matrik Kerjasama KPU pada pelaksanaan Pemilu 2014 berdasarkan Sasaran strategis
BIRO SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR
KINERJA TARGET
LEMBAGA IMPLEMENTER
(BERDASAR MOU)
PROGRAM KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
Perencanaan dan Data
Terwujudnya efektifitas Perencanaan dan Program KPU
Persentase Unit Kerja yang Sasaran dan Indikator Kinerja Dalam Renja dan RKA-KL Selaras dengan Sasaran dan Indikator Kinerja Dalam Renstra KPU
77,50% The Asia Foundation – TAF (Juni 2012 – 2015) Pusat Pemilu Akses penyandang cacat – PPUA-PENCA (2013 – 2018)
Memperkuat kapasitas KPU dalam penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil Peningkatan partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilu DPR, DPRD, DPD, Presiden – wapres, dan kepala daerah dalam rangka perwujudan
a. Penyusunan Renstra KPU 2012 – 2017
b. Fasilitasi penyusunan peraturan KPU sebagai turunan UU
c. Pengelolaan informasi dan relasi media KPU
a. Peningkatan kapasitas dan peran
serta para pihak dalam upaya peningkatan partisipasi politik penyandang disabilitas dalam pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, pemilu presiden-wapres serta pilkada
b. Fasilitasi perumusan dan
Jumlah Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Yang Terbit Tepat Waktu
3 Dokumen
2
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
kesetaraan hak politik setiap WNRI Penilaian Kemampuan Rohani dan Jasmani Pesangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dalam PEmilihan Umum Presiden-Wapres tahun 2014
penerapan regulasi/kebijakan pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, pemilu presiden-wapres serta pilkada yang responsive akses penyandang disabilitas.
c. Monitoring dan evaluasi penyelengaraan pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, pemilu presiden-wapres serta pilkada yang aksesibel dan non-diskriminasi bagi pemilih disabilitas
a. Penysunan kriteria dan standar
kemampuan rohani dan jasmani pasngan calon Presiden dan wapres dalam pemilu Presiden dan wapres tahun 2014
b. Penyusunan panduan teknis penilaian kemampuan rohani dan jasmani pasngan calon Presiden dan wapres dalam pemilu Presiden dan wapres tahun 2014 oleh Pengurus IDI dan selanjutnya ditetapkan oleh KPU
c. Penetapan tim pemeriksan kesehatan independen oleh Pengurus IDI atas rekomendasi KPU
d. Proses pemeriksaan kesehatan rohani dan jasmani pasangan calon
3
Presiden dan wapres dalam pemilu Presiden dan wapres tahun 2014
e. Penyusuna kriteria dan rekomendasi untuk rumah sakit pemerintah yang paling memenuhi syarat melakukan penilian kesehatan rohani dan jasmani pasngan calon Presiden dan wapres dalam pemilu Presiden dan wapres tahun 2014
f. Penunjukan rumah sakit pemerintah oleh Pengurus IDI atas rekomendasi KPU
g. Penyerahan kesimpulan penilian kemampuan rohani dan jasmani pasngan calon Presiden dan wapres dalam pemilu Presiden dan wapres tahun 2014
Terwujudnya Sistem Administrasi Penyelenggaraan Pemilu Yang Tertib, Efektif dan Efisien Dengan Menggunakan Sistem Aplikasi dan
Persentase KPU/KIP Provinsi Yang Menyampaikan LAKIP Dengan Tepat Waktu
80 % Kemitraan/Partnership (Juni 2012 – 2015)
Program dukungan bagi peningkatan kapasitas KPU dalam penyelanggaraan dan membaharui tata kelola pemilu
Penyediaan sumber daya pendukung dalam bentuk koordinasi bantuan teknis, diskusi terfokus (FGD), riset, dan lokakarya (workshop) maupun seminar dengan berbagai elemen masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi Integritas NKRI
Persentase KPU, KPU Provinsi dan
100 % Universitas Indonesia
Pendidikan, penelitian,
a. Pemberdayaan bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi strategis
4
Teknologi Informasi
KPU Kabupaten/Kota Yang Pelaksanaan Kegiatannya Sesuai Dengan Rencana Aksi
(Nov 2013 – 2017)
pengabdian kepada masyarakat, pemanfaatn teknologi informasi, serta pengembangan sumber daya manusia dalam menunjang penyelenggaraan Pemilu
untuk meningkatkan kinerja para pihak.
b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang sistem pemilihan umum
c. Sosialisasi dan pemsyarakatn kegiatan melalui media publikasi serta seminar, konferensi, symposium atau lokakarya
d. Penggalangan kerjasama dengan badan-badan lainnya dalam rangka pemanfaatan dan pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang sistem pemilu
e. Kegiatan kajian dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
f. Bidang lain yang dianggap perlu disetujui oleh para pihak
Jumlah Aplikasi e-Government Yang Diterapkan Di Lingkungan KPU
4 Aplikasi
Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi- BPPT (Januari 2013 – 2017)
Pemanfaatan IPTEK serta pengembangan SDM dalam menunjang sistem Pemilu
a. Pemberdayaan bidang-bidang ilmu pengetahuan strategis untuk meningktakan dan teknologi startegis untuk meningkatkan kinerja kedua institusi
b. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dalam pemanfaatn ilmu pengetahuan dan
5
teknologi untuk menunjang sistem pemilu.
c. Penggalangan kerjasama dengan badan-badan lainnya dalam rangka pemanfaatn dan pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang sistem pemilu
Terwujudnya Penetapan DPT Yang Berkualitas
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT
2 %
Meningkatnya Partisipasi Pemilih di Luar Negeri Dalam Pemilu
Persentase Pemilih di Luar Negeri yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu
75% Kementrian Luar Negeri (Desember 2012 – September 2014)
Penyelenggaraan PEMILU 2014 bagi WNI di luar negeri
Biro Keuangan
Terwujudnya pengelolaan administrasi keuangan yang berkualitas, profesional dan akuntabel
Jumlah draft juknis/juklak anggaran di lingkungan KPU.
2 draft
Jumlah KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang menyampaikan LPPA tepat waktu
531 KPU Prov/KPU Kab/Kota
6
dan valid.
Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan Standard Akuntansi Pemerintahan (SAP)
80%
Jumlah Bendahara KPU Provinsi yang memahami penatausahaan dan pembukuan bendahara sesuai dengan peraturan yang berlaku
30 Bendahara KPU Provinsi
Jumlah KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang menyampaikan LPPA Tahapan tepat waktu dan valid
531 KPU Prov/KPU Kab/Kota
Biro Hukum Meningkatnya efektifitas
Persentase Kasus Gugatan Hukum
85%
7
Advokasi Hukum Terkait Penyelenggaraan pemilu
dan Sengketa Hukum Berkaitan dengan Pemilu yang Dimenangkan KPU
Jumlah Rancangan Peraturan KPU yang disahkan menjadi Peraturan KPU
20 Rancangan
Jumlah KPU Provinsi yang Mendapatkan Sosialisasi Peraturan Dana Kampanye
33 Provinsi
Jumlah KPU Provinsi yang Mendapatkan Penyuluhan Hukum Penyelenggaraan Pemilu
33 Provinsi
Jumlah KPU Provinsi yang Mendapatkan Penyuluhan Persiapan Penyelesaian Sengketa Hasil
33 Provinsi
8
Pemilu.
Jumlah Jenis Kategori Dokumentasi yang Berkaitan dengan Sengketa Hukum
7 Kategori Dokumen
Persentase DPP Partai Politik Peserta Pemilu yang Menyampaikan Laporan Awal Dana Kampanye dan Rekening Khusus Dana Kampanye sampai dengan Batas Waktu yang Ditetapkan KPU
100% Ikatan Akuntan Indonesia (September 2013 – Desember 2014) Institut Akuntan Publik Indonesia (September 2013 – Agustus 2014)
Penyusunan, sosialisasi dan bimbingan teknis pedoman pelaporan dana kampanye serta pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum presiden-wapres tahun 2014 Pengembangan dan penerapan pelaksanaan audit dana kampanye peserta pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan presiden
a. Penyusunan pedoman pelaporan dana kampanye peserta pemilu, anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum presiden-wapres tahun 2014
b. Sosialisasi bimbingan teknis peraturan KPU tentang pedoman pelaporan dana kampanye peserta pemilu, DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum presiden-wapres tahun 2014
c. Kegiatan lainnya yang disetujui kemudian oleh para pihak
a. Penyusunan panduan pelaksanaan
audit dana kampanye b. Penyusunan petunjuk pelaksanaan
tertib administrasi keuangan peserta pemilihan umum dan pedoman pelaporan dana kampanye
c. Pembentukan pokja bantuan teknis
Persentase DPP Partai Politik Peserta Pemilu yang Menyampaikan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye sampai dengan Batas Waktu
100%
9
yang Ditetapkan KPU.
Pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (Februari 2014 – 2017)
dan wapres 2014 Kerjasama pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dalam penghimpunan, penggunaan, dan/atau pelaporan dana kampanye peserta pemilu
dan sosialisasi kepada partai politik dan rekomendasi verifikasi kantor akuntan public
d. Kegiatan lainnya yang disetujui kemudian oleh Para Pihak
a. Pertukaran informasi b. Penyusunan ketentuan hukum dan
/atau pedoman c. Edukasi sosialisasi d. Pendidikan dan pelatihan e. Penelitian atau riset f. Pengembangan sistem teknologi
informasi
Biro Umum Terwujudnya pengelolaan Barang Milik Negara berdasarkan SAP
Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang patuh dan tertib dalam pengelolaan Barang Milik Negara yang material
90%
Jumlah laporan Barang Milik
3 Laporan
10
Negara berdasarkan SIMAK BMN yang datanya sesuai dengan data SAK
Meningkatnya kualitas tata kelola administrasi persuratan dan pengelolaan arsip
Jumlah KPU dan KPU Provinsi yang melakukan pemeliharaan/ penyelamatan arsip dinamis dan statis
1 KPU dan 33 Provinsi
Arsip Nasional RI – ANRI (2012)
Program penyelamatan dan pelestarian arsip pemilu
Surat edaran penyelamatan arsip/dokumen penyelenggaraan pemilu anggota DPR/DPD dan DPRD Serta pemilu presiden dan wapresdan pemilukada yang meliputi: - Kebijakan penyelamatan - Jenis arsip pemilu dan kriteria arsip
statis - Prosedur penyelamatan arsip
permanen - Prosedur pemusnahan arsip - Prosedur penyimpanan arsip
dinamis - Pengaksesan - Bimbingan teknis, supervise, dan
monitoring - Evaluasi dan pelaporan
Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pegawai sesuai dengan peraturan
Persentase sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan kerja pegawai yang berfungsi dengan baik
80% Lembaga Kebijakan Barang dan Jasa Pemerintah (April 2013 – 2015)
Pengadaan barang/jasa pemerintah pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2014
a. Pemberdayaan sumber daya dalam bidang pengadaan barang/jasa pemerintah untuk meningkatkan kinerja kedua institusi
b. Fasilitasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014
11
perundang-undangan
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014
d. Sosialisasi dan pemayarakatan kegiatan melalui seminar, konferensi, symposium, atau lokakarya
e. Bidang-bidang lain yang dianggap perlu dan disetujui oleh kedua pihak
Meningkatnya kualitas layanan persidangan dan protokol
Persentase hasil notulen rapat yang dapat disampaikan dalam waktu 3 hari
70%
Terwujudnya keamanan dan ketertiban di lingkungan KPU
Persentase gangguan keamanan dalam lingkungan KPU yang dapat ditanggulangi
100% POLRI (Januari 2013 – akhir tahapan pemilu 2014)
Pengamanan penyelenggaraan pemilu 2014
1. Pengamanan tahapan penyelenggaraan pemilu 2014 sesuai dengan asas pemilu
2. Pengamanan terhadap kantor dan personel KPU, KPU Prov/kab/kota, PPK, PPS, KPPS, dan TPS
3. Pengamanan terhadap proses pencetakan, penyimpanan dan pergerakan/distribusi surat suara serta kelengkapan administrasi surat suara ke tempat tujuan
4. Pengamanan terhadap pergerakan pengiriman hasil penghitungan suara
12
5. Pendataan pemilih yang telah menjadi anggota Polri serta anggota Polri yang telah pensiun sehingga memiliki hak pilih
6. Koordinasi dalam hal ditemukan dugaan telah terjadi tindak pidana di lingkungan KPU
Biro Sumber Daya Manusia
Meningkatkan kualitas pembinaan sumber daya manusia, pelayanan dan administrasi kepegawaian
Persentase pengajuan berkas persyaratan administrasi kepegawaian yang diproses 2 (dua) bulan sebelum Terhitung Mulai Tanggal (TMT)
97%
Persentase pelanggaran disiplin pegawai yang dikenai sanksi
95%
Persentase pegawai yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi
97% Kemitraan/Partnership (Juni 2012 – 2015)
Program dukungan bagi peningkatan kapasitas KPU dalam penyelanggaraan dan membaharui tata kelola pemilu
Penyediaan sumber daya pendukung dalam bentuk koordinasi bantuan teknis, diskusi terfokus (FGD), riset, dan lokakarya (workshop) maupun seminar dengan berbagai elemen masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi Integritas
13
sumber daya manusia
Brigde Indonesia Network
Kerjasama dalam program pembangunan sumber daya di bidang demokrasi, Tata kelola dan kepemiluan - building reseources in democracy, Governance and Election (Bridge)
NKRI a. Penguatan kapasitas SDM di
lingkungan KPU.KPU Prov/KPU Kab/kota dan badan ad hoc penyelenggara pemilu
b. Penyelenggaraan program-program BRIDGE
c. Koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam penyelanggaraan program BRIDGE
Persentase Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan Diangkat melalui Seleksi Umum sesuai dengan kebutuhan KPU
95 %
Jumlah Dokumen Nominatif Kepegawaian yang termutakhirkan setiap bulan
12 Dokumen
Biro Teknis dan Hupmas
Meningkatnya kualitas
Jumlah pedoman teknis yang
5 Juknis
14
dukungan teknis dalam rangka mendukung Pemilu
diterbitkan dalam rangka mendukung kapasitas penyelenggaraan Pemilu
Persentase KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota yang membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
75% Indonesia Parliemantary Center – IPC
Kerjasama dalam rangka implementasi keterbukaan informasi public pada lembaga penyelenggara pemilu
a. Workshop perumusan Standard operasional Procedure (SOP) pengelolaan dan pelayanan informasi public
b. Pelaksanaan konsultasi public peraturan KPU tentang pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik di lingkungan KPU
c. Pelatihan untuk pelatih (Training of Trainer) yang akan memberikan pelatihan bagi pejabat pengalola informasi dan dokumentasi (PPID) di Provinsi dan kabupaten/kota
d. Pelatihan untuk PPID penyelenggara pemilu di provinsi dan kabupaten/kota
e. Pembuatan produk sosialisasi pelayanan informasi public di KPU
f. Bidang-bidang lain yang disepakati para pihak
Meningkatnya partisipasi pemilih dalam Pemilu
Persentase pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu
75% Forum Rektor Indonesia (2013)
Pendidikan pemilih dalam rangka peningktan partisipasi
a. Melaksanakan pendidikan pemilih dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pelaksanaan pemilu
15
Pusat Pemilu Akses penyandang cacat – PPUA-PENCA (2013 – 2018) Kementrian Pemuda dan Olahraga
masyarakat pada pemilu 2014 Peningkatan partisipasi penyandang disabilitas dalam pemilu DPR, DPRD, DPD, Presiden – wapres, dan kepala daerah dalam rangka perwujudan kesetaraan hak politik setiap WNRI Sosialisasi penyelenggaraan pemilu bagi pemuda, olahragawan, dan
merupakan bagian dari proses demokrasi
b. Fasilitasi pelaksanaan pendidikan pemilih di perguruan tinggi atau Universitas
c. Sosialisasi, komunikasi, informasi dan edukasi pada setiap tahapan pemilu
d. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan pemilih
a. Fasilitasi rancangan alat bantu,
pemberian layanan dan bantuan pendamping, saran dan prasarana pemilu yang aksesibel bagi pemilih disabilitas
b. Fasilitasi konsultasi, sosialisasi dan publikasi pemilu Akses, pendidikan penyelenggara pemilu dan pendidikan pemilih disabilitas dalam pemilu presiden-wapres, serta pilkada.
a. Pelaksanaan sosialisasi pemilihan
umum anggota DPR, DPD, dan DPRD Serta pemilihan umum Presiden –
16
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pramuka Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Bidang Kepemiluan dan Pembentukan Electoral Research Institute (ERI)
wapres di kalangan pemuda, olahragawan dan pramuka
b. Pemanfaatn media komunikasi, informasi dan edukasi untuk sosialisasi pemilihan umum
a. Penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kepemiluan b. Pendidikan pemilih c. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia d. Pertukaran dan pemanfaatan data
dan informasi e. Pertemuan ilmiah, seminar dan
publikasi f. Pembentukan ERI g. Kegiatan lain yang disetujui para
pihak
Persentase pemilih perempuan yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu
75% Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Juli 2012 – 2015) [bersama biro rendata]
Peningkatan partisipasi perempuan dalam politik pada pemilu anggota DPR/DPD/DPRD dan pemilu Presiden dan wakil presiden serta
a. Peningkatan kapasitas dan peran serta Para Pihak dalam upaa pelakanaan peningkatan partisipasi [erempuan dalam politik padpemilu yang responsive gender
b. Faslitasi perumusan dan penerapan regulasi/kebijakan pemilyang responsive gender
c. Sosialiasi, komunikasi, informasi dan
17
pemilihan gubernur, bupati dan walikota dalam rangka percepatan pengarusutamaan gender dalam politik
edukasi (KIE) PUG, dalam tahapan pemilu
d. Fasilitasi penyediaan data terpilah berkaitan dengan peningkatan partisipasi perempuan dalam politik pada pemilu anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden-Wapres serta kepala daerah.
e. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemilu yang responsive gender
Meningkatnya kualitas layanan informasi
Persentase pihak-pihak yang membutuhkan informasi dapat terlayani
75% The Asia Foundation – TAF (Juni 2012 – 2015)
Memperkuat kapasitas KPU dalam penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
a. Pengelolaan informasi dan relasi media KPU
Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi- BPPT (Januari 2013 – 2017)
Pemanfaatan IPTEK serta pengembangan SDM dalam menunjang sistem Pemilu
Sosialisasi dan pemasyarakatan kegiatan melalui media publikasi serta seminar, konferensi, symposium atau lokakarya.
Komisi penyiaran Indonesia – KPI
Pengaturan dan pengawasan
a. Kerjasama dan koordinasi perumusan peraturan berkenaan
18
(Januari 2013 – 2018)
pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye Pemilu
pemberitaan penyiaran dan iklan kampanye pemilihan umum, serta pemberian sanksinya
b. Kerjasama pengawasan pemberitaan penyiaran dan iklan kampanye pemilu
c. Kerjasama peningkatan SDM di bidang pengawasan pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye pemilu
d. Melakukan edukasi, sosialisasi, pelatihan dan penyuluhan bersama di bidang literasi media berkenaan pengawasan pemberitaan, penyiaran dan iklan kampanye pemilihan umum.
TVRI, RRI, Metro TV & Media Indonesia, Barita Satu TV, RCTI, Kompas TV, Elshinta Radio dan TV, Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Televisi Anak Spacetoon
Kerjasama sosialisasi dan informasi Pemilihan Umum tahun 2014
a. Penyediaan fasilitas siaran yang dapat digunakan untuk sosialisasi dan informasi pemilu tahun 2014
b. Penyediaan beragam informasi actual tentang pemilu 2014
c. Penyediaan narasumber untuk program acara Televisi/Radio yang terkait dengan pemilu tahun 2014
d. Pengemasan distribusi materi sosialisasi dan informasi pemilu tahun 2014 kepada masyarakat luas
e. Penyediaan sumber daya dalam rangka sosialisasi dan informasi
19
(Net.TV), Agranet Multicura Siberkom (DetikCom), Global Informasi bermutu, KBR68H, MNCTV, Indonesia News Center (inilah.com) (2013-2015)
pemilu tahun 2014 f. Penyediaan filler atau bumper atau
semacamnya pada program relevis/radio yang dapat menyampaikan informasi pemilu tahun 2014 kepada public secara Cuma-Cuma
g. Kegiatan lain yang disepakati para pihak.
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI
Kerjasama edukasi dan advokasi pelaksanaan pemilu 2014
a. Penyediaan informasi actual tentang pemilu 2014
b. Pengemasan materi sosialisasi, edukasi dan advokasi pemilu 2014
c. Penyediaan sumber daya dalam rangka sosialisasi, edukasi dan advokasi pemilu 2014
d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk sosialisasi, edukasi dan advokasi pemilu 2014
e. Pelaksanaan sosialisasi, edukasi, dan advokasi pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilu prseiden-wapres 2014
f. Kegiatan lain yang disepakati para pihak
20
Biro Logistik. Meningkatnya efektivitas pengelolaan data dan dokumentasi kebutuhan logistik Pemilu.
Persentase KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang kebutuhan paket logistik pemilunya tidak sesuai dengan dokumen anggaran
5% Badan Informasi Geospasial (Maret 2012 – 2015) Institut Teknologi Bandung – ITB (Juni 2012 – 2015) Balai Jaringan Informasi
Penggunaan informasi geospasial dalam proses penyelanggaraan pemilihan umum Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang penyelengaraan pemilu Sewa layanan server dan
a. Pengembangan dan pemanfaatan informasi geospasial untuk meningkatkan kinerja dan akutabilitas penyelenggaraan pemilu
b. Peningkatan kemampuan SDM dalam pemanfaatan informasi geospasial untuk menunjang penyelanggaraan pemilu
c. Penyebarluasan informasi terkait penyeleggaraan pemiluk berbasis informasi geospasial
a. Pemberdayaan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan ekuntabilitas penyelengaraan pemilu
b. Peningkatan kemampuan SDM dalam pemanfaatn teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang pelaksanaan pemilu
Penggalangan kerjasama dengan pihak-pihak terkait delam rangka pemanfaatn dan pemberdayaan informasi dan komunikasi. Sewa layanan server, pendampingan
21
Pengetahuan dan Teknologi Badan Pengkajian dan penerapan teknologi
penyimpanan data teknis dan penyimpanan data yang meliputi:
a. Cloud server selama 6 bulan (juli – Desember 2013)
b. Data center selama 6 bulan (Juli- Desember 2013)
Meningkatnya efektivitas pengadaan logistik Pemilu.
Persentase KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang Gagal Lelang Pengadaan Barang
5 %
22
dan Jasa
Meningkatnya efektivitas pendistribusian logistik Pemilu.
Persentase paket logistik Pemilu pada satker KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang terdistribusikan secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat lokasi.
100 % Tentara Nasional Indonesia (2014-2015)
Kerjasama pengiriman logistic Pemilihan Umum 2014
a. Pengiriman logistic pemilihan umum tahun 2014
b. Penggunaan personel dan alat transportrasi TNI
Meningkatnya efektivitas pemeliharaan dan Inventarisasi logistik Pemilu.
Persentase KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang memelihara logistik Pemilu sesuai dengan SOP.
100 %
Persentase KPU Kabupaten/Kota melakukan inventarisasi logistik Pemilu sesuai dengan SOP.
100 %
Kerjasama Instansi dengan semua Biro
23
BIRO SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR
KINERJA TARGET
LEMBAGA IMPLEMENTER
(BERDASAR MOU)
PROGRAM KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
Semua Biro
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Informasi Pusat
Kepatuhan pada ketentuan pelaksanaan kampanye pemilu melalui media penyiaran
Menyusun kesepakatan bersama berkenaan dengan pelaksanaan kampanye pemilu melalui media penyiaran
Komisi Pemberantasan Korupsi RI (2013 -2018)
Kerja sama dalam upaya pemberantsasn tindak pidana korupsi
a. Data dan/atau informasi b. Sistem integritas nasional c. Narasumber d. Kegiatan lain berkaitan dengan
pemberantasan tindak pidana korupsi yang disepakati oleh Para Pihak
Lembaga Pemilihan Umum Federal Meksiko Serikat
Kerjasama dalam Bidangn Pengelolaan Pemilihan Umum
a. Peningkatan saling bertukar pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan kajian, reformasi dan pengelolaan sistem administrasi pemilihan umum
b. Peningkatan program penididikan dan pelatihan tentang pengelolaan dan administrasi pemilihan umum
c. Peningktan program pertukaran untuk memperkaya pengalaman dalam bidang penglolaan dan
24
administrasi pemilihan umum d. Penyelenggaraan konerensi tentang
topic-topik menarik bagi kedua pihak