Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

23
Analisa Kasus Pidana yang Terkait Pasal 55 dan 56 KUHP Disusun oleh : Nama : Raymond Kharisma NPM : 0914000281 Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia H/R/J : Sabtu/R/08.30 Dosen : Suryana

Transcript of Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

Page 1: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

Analisa Kasus Pidana yang Terkait Pasal 55 dan 56 KUHP

Disusun oleh :

Nama : Raymond Kharisma

NPM : 0914000281

Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia

H/R/J : Sabtu/R/08.30

Dosen : Suryana

Penugasan ke : 1

Page 2: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

BAB I

Permasalahan

Perkara Pidana No.1426/Pid.B/2003/PN.PST a.n. Bambang Harymurti,

Pemimpin Redaksi Majalah Mingguan Tempo

Penasihat Hukum; Todung Mulya Lbs, Darwin Aritonang, Yogi S.M, dkk

I. Kasus:

Pada tanggal 10 Maret 2003, Tomy Winata telah

mengadukan pimpinan redaksi atau penanggung jawab Majalah

TEMPO dengan dugaan telah melakukan tindak pidana fitnah dan

atau pencemaran nama baik kepada Polda Metro jaya. Tindak

pidana yang dipersangkakan dalam laporan polisi tersebut adalah

fitnah dan atau pencemaran nama baik sesuai dengan Pasal 310

KUHP dan 311 KUHP. Tomy Winata yang mendalilkan dirinya

sebagai pihak yang menjadi korban dalam pemberitaan majalah

berita mingguan TEMPO edisi tanggal 3-9 Maret 2003 khususnya

pada berita dengan judul “Ada Tomy di ‘Tenabang’?”.

Kemudian, pada tanggal 11 Maret 2003 sekitar jam 10.00

WIB, Tomy Winata diperiksa sebagai saksi pelapor/pengadu.

Keterangan Tomy tersebut secara singkat adalah:

Bahwa ada kalimat-kalimat dalam berita tersebut yang

mengakibatkan saksi merasa difitnah dan nama baiknya

dicemarkan, antara lain:

Page 3: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

a) Konon, Tomy Winata mendapat proyek renovasi

Pasar Tanah Abang senilai Rp. 53 miliar.

Proposal sudah diajukan sebelum kebakaran.

Sehingga kalimat tersebut saksi merasa dituduh

bahwa saksi sudah mengajukan proposal sebelum

terjadinya kebakaran, padahal saksi tidak pernah

mengajukan proposal.

b) Dari musibah kebakaran, Rabu dua pekan lalu

Suwarti dan rekan-rekannya mungkin

menangguk lebih banyak penghasilan ketimbang

sebelumnya, tapi juga: Pemulung Besar” Tomy

Winata nantinya. Pengusaha dari Grup Artha

Graha ini, kata seorang arsitek kepada Tempo.

Dalam kalimat ini Tempo telah menuduh saksi

bahwa saksi disamakan dengan pemulung, yang

seolah-olah bahwa akibat dari kejadian

kebakaran di Pasar Tanah Abang saksi akan

mendapatkan suatu keuntungan.

c) Disitu, kios-kios bikinan Tomy rencananya akan

dijual Rp. 175 juta per meter persegi dan baru

diserahkan ke Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Jaya, sedangkan saksi tidak pernah mengajukan

proposal apalagi membikin kios di Tanah Abang

sehingga dengan menentukan harga Rp. 175 juta

permeter persegi ini jelas tidak benar.

Page 4: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

d) Anda orang keenam yang telepon. Saya belum

pernah bicara dengan siapapun, baik sipil,

swasta, maupun pemerintah, katanya, geram.

Saya ini nggak makan nangkanya (tapi) dikasih

getahnya, “kalau (mereka) berani ketemu muka

saya tabokin dia. Kalau ada saksi, bukti atau

data-data yang mengatakan saya deal duluan,

saya kasih harta saya separuhnya.” Sedangkan

saksi tidak pernah mengubungi dan tidak pernah

ditelpon oleh majalah Tempo.

Akibat pemberitaan tersebut, saksi sebagai pengusaha merasa

dicemarkan nama baiknya dan saksi merasa difitnah karena

setelah terbitnya pemberitaan tersebut, banyak telepon atau

orang yang menemui saksi menanyakan tentang kebenaran

berita tersebut, sehingga usaha saksi menjadi terganggu. Selain

itu, saksi telah mendapat informasi bahwa ada sekelompok

orang yang mengaku dari pedagang Pasar Tanah Abang

mengancam akan membunuh saksi sehingga berakibat

keselamatan saksi menjadi terancam dan perasaan saksi

menjadi resah.

Kasus ini menempatkan Bambang Harymurti, T. Iskandar Ali, dan

Ahmad Taufik sebagai terdakwa. Namun dalam kasus ini, Jaksa Penuntut

Umum telah melakukan pemisahan surat dakwaan (splitzing) antara

Bambang Harymurti(pemimpin redaksi) dengan T. Iskandar Ali(editor)

dan Ahmad Taufik(penulis). Namun terdapat kejanggalan dalam proses

pembuatan dakwaan ini. Surat dakwaan bagi ketiga terdakwa dilakukan

secara terpisah (splitzing), walaupun dalam praktik hal tersebut dapat saja

Page 5: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

dilakukan. Tujuan pemisahan surat dakwaan adalah untuk mendapatkan

lebih banyak alat bukti. Dalam kasus ini alat bukti yang dapat diajukan

cukup banyak, sehingga splitzing tidak perlu dan dinilai berlebihan. Untuk

membuat penuntutan secara splitzing harus mengikuti aturan yang telah

ditentukan dalam KUHAP. Pasal 142 KUHAP menyatakan bahwa “dalam

hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa

tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak

termasuk dalam ketentuan Pasal 141, penuntut umum dapat melakukan

penuntutan terhadap masing masing terdakwa secara terpisah”. Ketentuan

tersebut menyebutkan kriteria pemisahan perkara dengan mengacu pada

Pasal 141 KUHAP yang berbunyi “Penuntut umum dapat melakukan

penggabungan perkara dan membuat dalam satu surat dakwaan, apabila

pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa

perkara dalam hal:

a. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang

sama dan kepentingan pemeriksaaan tidak menjadikan

halangan terhadap penggabungannya;

b. beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan

yang lain;

c. beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu

dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu

ada hubungannya yang dalam hal ini penggabungan tersebut

perlu bagi kepentingan pemeriksaan. “

Perkara ini secara jelas telah menempatkan para terdakwa sebagai

pelaku atas tindak pidana yang masih memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, sebenarnya tidak

ada alasan bagi jaksa untuk memisahkan perkara ini.

Page 6: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

II. Dakwaan JPU

Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat melalui Surat Dakwaan No.

Reg. Perk. : PDM-1069/JKTPS/07/2003, tanggal 21 Juli 2003

telah mendakwa Bambang Harymurti dalam kapasitasnya sebagai

Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, sehubungan dengan Artikel

yang diterbitkan oleh Majalah Tempo, dalam Edisi 3/9 Maret

2003 dengan judul : "Ada Tomy Di Tenabang?", dengan dakwaan

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal XIV ayat (1) dan (2)

Undang-Undang No. 1, Tahun 1946, Tentang Peraturan Hukum

Pidana dan Pasal 311 (1) Pidana, Pasal 310 (1) KUH Pidana Jo.

Pasal 55 ayat (1) KUH Pidana

A. Kesatu

Primair:

… menyiarkan suatu berita atau pemberitahuan

bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran di

kalangan masyarakat, telah menyiarkan berita, dalam

Majalah Mingguan Tempo edisi tanggal 3/9 Maret

2003…dst dengan judul “Ada Tommy Di Tenabang”,

…dst. Perbuatan Terdakwa diancam pidana

sebagaimana diatur dalam pasal XIV ayat (1) Undang-

Undang no.1 Tahun 1946 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP.

Subsidair:

… menyiarkan suatu berita atau pemberitahuan

bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran di

Page 7: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

kalangan masyarakat, telah menyiarkan berita, dalam

Majalah Mingguan Tempo edisi tanggal 3/9 Maret

2003…dst dengan judul “Ada Tommy Di Tenabang”,

…dst. Perbuatan Terdakwa diancam pidana

sebagaimana diatur dalam pasal XIV ayat (2) Undang-

Undang no.1 Tahun 1946 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP.

B. Kedua

Primair:

… sengaja menyerang kehormatan atau nama baik

seseorang yang menuduhkan suatu hal, yang

maksudnya terang, supaya hal itu diketahui umum,

dengan melakukan kejahatan pencemaran yang telah

diberikan kesempatan dibuktikan, tidak dapat

membuktikan,…dst. Perbuatan Terdakwa diancam

pidana sebagaimana diatur dalam pasal 311 ayat (1)

KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Subsidair:

… sengaja menyerang kehormatan atau nama baik

seseorang yang menuduhkan suatu hal, yang

maksudnya terang, supaya hal itu diketahui umum, …

dst. Perbuatan Terdakwa diancam pidana sebagaimana

diatur dalam pasal 310 ayat (1) KUHP Jo. Pasal 55

ayat (1) ke-1 KUHP.

Page 8: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

III. Penggunaan Pasal 55 KUHP

Surat dakwaan yang disusun untuk Bambang Harymurti

maupun T. Iskandar Ali dan Ahmad Taufik telah mencantumkan

Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP

menyatakan bahwa” dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu

perbuatan pidana: Ke-1 mereka yang melakukan, yang menyuruh

lakukan dan yang turut melakukan perbuatan;”. Dalam dakwaan

tersebut tidak disebutkan secara cermat dalam posisi apa para

terdakwa tersebut, apakah sebagai yang melakukan, menyuruh

lakukan atau yang turut serta melakukan. Penjelasan peran yang

diambil oleh para terdakwa tentunya akan membuat terang dan

jelas dakwaan atas para Terdakwa.

Mengenai Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal tersebut

berbunyi: (1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa

pidana: Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau

turut melakukan perbuatan itu;

IV. Mengenai Dakwaan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

JPU menjelaskan dengan cara-cara sbb:

Bahwa berdasarkan keterangan saksi Ahmad

Taufik, saksi pernah menulis kebakaran tentang

Pasar Tanah Abang tanggal 19 Februari 2003

dalam rubrik Nasional Majalah Tempo karena

pasar Tanah Abang adalah pasar yang beromzet

besar. Kemudian diadakan rapat perencanaan yang

dihadiri oleh Terdakwa Bambang Harymurti, saksi

Ahmad Taufik, saksi Raden Wahyu Muryadi

Page 9: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

bertempat di kantor majalah Tempo jalan

Proklamasi No. 72 Menteng Jakarta Pusat. Pada

rapat itu saksi mengusulkan untuk menindaklanjuti

berita tentang kebakaran Pasar Tanah Abang

kemudian usul saksi disetujui oleh peserta rapat

termasuk terdakwa.

Selanjutnya saksi Ahmad Taufik ditugaskan oleh

saksi Raden Wahyu Muryadi untuk mencari

sumber berita yang akan diwawancarai. Ahmad

Taufik kemudian menugaskan reporter Bernarda

Rurit untuk mewawancarai Tomy Winata dan

Indra Darmawan untuk mewawancarai H.P.

Lumbun selaku Walikota Jakarta Pusat dan saksi

Cahyo Junaedi mewawancarai Dani Anwar dan M.

Yusup karena dianggap kedua orang tersebut

banyak mengetahui permasalahan pasar Tanah

Abang. Dari hasil wawancara tersebut, kedua

tokoh belum tahu tentang Tomy Winata

mengajukan proposal untuk renovasi pasar Tanah

Abang.

Bahwa naskah tulisan Ahmad Taufik tersebut

diedit oleh T. Iskandar Ali, dengan merlakukan

perubahan dari judul “ada Tomy di Tanah Abang”

menjadi “Ada Tomy di ‘Tenabang’?”. Dalam

paragraf kedua menambah kata “Pemulung Besar”

pada nama Tomy Winata, padahal saksi Ahmad

Taufik dan T. Iskandar Ali mengetahui bahwa

Tomy Winata adalah seorang pengusaha.

Kemudian hasil edit tersebut diserahkan ke

Page 10: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

redaktur bahasa untuk diperiksa tata bahasanya

selanjutnya dilakukan rapat dam untuk

menentukan penerbitan berita tersebut.

Bahwa terdakwa Bambang Harymurti di depan

persidangan menerangkan selaku Pemimpin

Redaksi Majalah Berita Mingguan Tempo yang

mempunyai tugas dan tanggung jawab di seluruh

bidang keredaksian dan mempunyai hak untuk

menentukan diturunkan atau tidaknya suatu berita.

Pada rapat dami tersebut terdakwa Bambang

Harymurti menyetujui tulisan Ahmad Taufik yang

sudah diedit oleh T. Iskandar Ali tanpa meneliti

kebenaran naskah berita tersebut. Hal tersebut

menurut ahli Dr. Rudy Satriyo, SH.MH sudah ada

unsur kesengajaan.

Bahwa karena adanya persetujuan dari Terdakwa

Bambang Harymurti, maka berita dengan judul

“Ada Tomy di ‘Tenabang’?” dengan foto Tomy

Winata dimuat dan dicetak dalam Majalah Berita

Mingguan Tempo edisi 3-9 Maret 2003 kemudian

dijual kepada umum.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas,

diterbitkannya tulisan dengan judul “Ada Tomy di

‘Tenabang’?” dalam Majalah Berita Mingguan

Tempo edisi 3-9 Maret 2003 halaman 30-31

karena adanya perbuatan kerjasama yang nyata

antara Terdakwa Bambang Harymurti dengan

saksi Ahmad Taufik dan saksi T. Iskandar Ali

Page 11: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

(keduanya sebagai terdakwa dalam berkas

tersendiri). Dengan demikian, JPU menyatakan

unsur bersama-sama telah terpenuhi secara sah dan

meyakinkan menurut hukum. Disini JPU

melupakan beberapa hal dalam pembuktian unsur

ini, yaitu termasuk dalam menentukan termasuk

dalam kategori pelaku manakah terdakwa

Bambang Harymurti?

Apakah sebagai mereka yang melakukan sendiri suatu

perbuatan pidana (plegen), mereka yang menyuruh orang lain

melakukan suatu perbuatan pidana (doen plegen), mereka yang

turut serta/ bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana

(medeplegen)?

V. Terhadap “Unsur Dilakukan secara bersama-sama” (pasal 55

ayat (1) KUHP)

Majelis Hakim dalam berkesimpulan bahwa unsur ini telah

terpenuhi, dengan pertimbangan:

Bahwa selaku Pemimpin Redaksi dalam

menjalankan tugasnya, terdakwa dibantu oleh beberapa tenaga

teknis maupun tenaga administrasi perusahaan pers,

diantaranya dewan redaksi, jurnalis (wartawan), editor, divisi-

divisi (iklan, pemasaran, keuangan) sampai pada tingkat loper;

Bahwa satu minggu sebelum terbit majalah

Tempo Edisi 3-9 maret 2003, diadakan rapat perencanaan

yang dihadiri oleh Terdakwa Bambang Harymurti, saksi

Page 12: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

Ahmad Taufik, saksi Raden Wahyu Muriadi bertempat di

Kantor Majalah Tempo Jalan Proklamasi No. 72 Menteng

Jakarta Pusat, pada rapat itu saksi Ahmad Taufik mengusulkan

untuk menindaklanjuti berita tentang kebakaran Pasar Tanah

Abang. Kemudian usul saksi Ahmad Taufik tersebut disetujui

oleh peserta rapat termasuk terdakwa Bambang Harymurti

sebagai Pemimpin Redaksi;

Bahwa untuk menemukan sumber berita

terdakwa telah menugaskan beberapa orang wartawan;

Bahwa saksi Ahmad Taufik menugaskan

reporter antara lain Bernarda Rurit untuk mewawancarai

Tomy Winata dan Indra Darmawan ditugaskan untuk

mewawancarai H.P Lumbun, S.H., selaku Walikota Jakarta

Pusat dan saksi Cahyo Djunaedi mewawancarai Dani Anwar

dan M. Yusup;

Bahwa berdasarkan data-data yang diperoleh

para Reporter Majalah Tempo tersebut, saksi Ahmad Taufik

membuat tulisan dengan judul “Ada Tomy di Tenabang?”

Bahwa oleh Saksi T. Iskandar Ali, dilakukan

perubahan dari judul “Ada Tomy di Tanah Abang”, menjadi

“Ada Tomy di ‘Tebanang’?”. Dan dalam paragraph kedua

menambahkan kata “Pemulung Besar” pada nama Tomy

Winata, padahal saksi Ahmad taufik dan saksi T. Iskandar Ali

mengetahui bahwa Tomy Winata adalah seorang pengusaha;

Bahwa dari hasil pengumpulan data oleh

para wartawan Tempo tersebut, telah dilakukan setting dan

Page 13: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

editing yang oleh saksi Ahmad Taufik dan T. Iskandar Ali

kemudian hasilnya diserahkan kepada terdakwa untuk

dikoreksi, dan terdakwa menyetujui dan mengizinkan berita

tersebut untuk dimuat dalam Majalah Tempo edisi 3 s.d 9

Maret 2003;

Bahwa terdakwa Bambang Harymurti selaku

Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Tempo

mempunyai tugas dan tanggungjawab diseluruh bidang

keredaksian dan mempunyai hak untuk menentukan

diturunkan atau tidaknya suatu berita;

Bahwa terdakwa tanpa meneliti kebenaran

data berita yang dibuat oleh saksi Ahmad Taufik dan diedit

oeh saksi T Iskandar Ali dengan judul “Ada Tomy di

Tebanang”, telah menyetujui dimuat dan dicetak dalam

Majalah Mingguan Tempo Edisi 3 s.d 9 Maret 2003;

Bahwa dengan persetujuan terdakwa, berita

“Ada Tomy di Tenabang”, dengan foto Tomy Winata dimuat

dan dicetak dalam majalah berita Mingguan Tempo Majalah

Mingguan Tempo Edisi 3 s.d 9 Maret 2003 halaman 30-31;

Bahwa terbitnya tulisan dengan judul “Ada

Tomy di Tebanang” Majalah Mingguan Tempo Edisi 3 s.d 9

Maret 2003, karena adanya kerjasama antara terdakwa

Bambang harymurti dengan Saksi Ahmad Taufik dan saksi T.

Iskandar Ali

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur bersama-sama

telah pula terpenuhi adanya.

Page 14: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

Menurut pendapat saya, pertimbangan Majelis Hakim tidak

lengkap. Memang pada bagian awal pertimbangannya mengenai

unsur ‘bersama-sama’ ini, Majelis Hakim menyebutkan bahwa

dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP unsur ‘bersama-sama’ sifatnya

adalah alternatif, dimana KUHP mengartikannya sebagai pelaku

(dader) adalah mereka yang melakukan sendiri suatu perbuatan

pidana (plegen), mereka yang menyuruh orang lain melakukan

suatu perbuatan pidana (doen plegen), mereka yang turut serta atau

bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana (medeplegen)

dan mereka yang dengan sengaja menganjurkan orang lain untuk

melakukan perbuatan pidana (uitloking).

Kemudian, Majelis Hakim juga menambahkan beberapa

pendapat para ahli mengenai unsur ‘bersama-sama’ ini, mulai dari

pendapat Prof. Simons, Mr. Noyon, Prof. Hazewinkel Zuringa,

MvT, hingga Putusan MA RI No. 525K/Pid/1990 tanggal 28 Juni

1990. Namun, Majelis Hakim sama sekali tidak menentukan

termasuk unsur ‘bersama-sama’ yang manakah yang kiranya telah

dilakukan oleh terdakwa.

Menurut saya, dituliskannya semua pendapat para Ahli

mengenai unsur ‘bersama-sama’ secara lengkap oleh Majelis

Hakim tidak berguna sama sekali apabila tidak dapat menentukan

unsur ‘bersama-sama’ yang manakah yang kiranya telah terpenuhi

oleh perbuatan terdakwa. Majelis Hakim tidak menentukan apakah

terdakwa merupakan pelaku yaitu seseorang yang melakukan

sendiri suatu perbuatan pidana (plegen), atau terdakwa merupakan

seseorang yang menyuruh orang lain melakukan suatu perbuatan

pidana (doen plegen), atau terdakwa merupakan orang yang

bersama-sama melakukan suatu perbuatan pidana (medeplegen)

Page 15: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP

dan atau terdakwa merupakan orang yang dengan sengaja

menganjurkan/ menggerakkan orang lain untuk melakukan

perbuatan pidana (uitloking).

VI. Kesimpulan:

1. Jaksa Penuntut Umum tidak menjelaskan peran yang diambil oleh

Terdakwa bersama dengan saksi Achmad Taufik dan Teuku

Iskandar Ali dalam kerjasama yang telah dituduhkan sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

2. Majelis Hakim sama sekali tidak menentukan termasuk unsur

‘bersama-sama’ yang manakah yang kiranya telah dilakukan oleh

terdakwa.

3. Bahwa Majelis Hakim tidak melakukan analisis dan pertimbangan

yang mendalam. Majelis Hakim hanya memberikan pertimbangan

hukum yang sekedarnya saja, tanpa merasa perlu untuk melakukan

penggalian secara lebih mendalam terhadap semua unsur dakwaan

yang kiranya telah terpenuhi oleh terdakwa.

Page 16: Analisa Kasus Pidana Yang Terkait Pasal 55 Dan 56 KUHP