Analisa Cross Section

12
MODUL VI ANALISA CROSS SECTION Dalam modul 6 ini akan membahas ; 1. Perbandingan Cross Section 2. Perhitungan rata-rata industri. 3. Perbedaan antar industri Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu.standar tersebut bisa berupa ; (1) Standar internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti target yang telah ditetapkan. (2) Perbandingan histories atau membandingkan angka- angka keuangan dengan angka-angka masa sebelumnya. (3) Perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi ekuangan suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan. Modul ini membicarakan analisis perbandingan Cross – Section dalam analisis keuangan. 1. Perbandingan Cross Section PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB rtri Putranto, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 1

Transcript of Analisa Cross Section

Page 1: Analisa Cross Section

MODUL VI

ANALISA CROSS SECTION

Dalam modul 6 ini akan membahas ;

1. Perbandingan Cross Section

2. Perhitungan rata-rata industri.

3. Perbedaan antar industri

Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan

dibandingkan dengan standar tertentu.standar tersebut bisa berupa ;

(1) Standar internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti target yang telah

ditetapkan.

(2) Perbandingan histories atau membandingkan angka-angka keuangan

dengan angka-angka masa sebelumnya.

(3) Perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis.

Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi ekuangan suatu

perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan.

Modul ini membicarakan analisis perbandingan Cross – Section dalam analisis

keuangan.

1. Perbandingan Cross Section

Analisis Cross Section ( perbandingan dengan perusahaan atau insdustri yang

sejenis ) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap

industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus sepreti untuk menentukan

bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada

beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif

terhadap industri. Apabila perusahaan memperoleh untung diatas

industri,manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh

bonus apabila yang terjadi sebaliknya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 1

Page 2: Analisa Cross Section

Mendefinisikan industri sejenisbukan merupakan pekerjaan mudah. Industri

yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa

elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut bisa antara lain :

( 1 ) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier.

Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai,

bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial

Classification biasanya menggunakan criteria semacam ini ( struktur fisik

dan teknologi proses produksi dan homogenitas produksi ). Klasifikasi

semacam ini juga banyak dipakaioleh lembaga lain. Perhatikan klasifikasi

industri yang dikeluarkan oleh laporan Jakarta Sock Exchange ( bursa efek

Jakarta ) untuk mengelompokkan saham-saham yang listing berdasarkan

industri.

Tabel.6.1 Klasifikasi Industri di BEJ ( Bursa Effek Jakarta )

a. Manufacturing and Commercial

Semen

Keramik,plastik,gelas, produk-produk sejenisnya.

Kimia dan produk-produk sejenisnya

Kertas dan produk-produk sejenisnya

Karet dan produk-produk sejenisnya

Baja,kabel dan produk-produk sejenisnya

Otomotif dan produk-produk sejenisnya

Elektronik dan produk-produk sejenisnya

Peralatan dan produk-produk sejenisnya

Tekstil dan produk-produk sejenisnya

Garmen dan produk-produk sejenisnya

Produk-produk farmasi.

Makanan ternak.

Makanan,minuman dan produk-produk sejenisnya

Produk bahan konsumsi (sabuan,pasti gigi,dll ).

Perdagangan.( retail & Wholesale ).

Industri kayu dan produk-produk sejenisnya

Lainnya.

b. Keuangan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 2

Page 3: Analisa Cross Section

Perbankan

Asuransi

Lembaga Keuangan Non Bank

c.Hotel,Properti, Real Estate dan konstruksi.

d.Travel & Toar.

e. Pertambangan

f. Agribisnis dan produk-produk yang berkaitan

g. Perkebunan.

h. Pelayanan Transportasi.

2. Kesamaan dari sisi Permintaan.

Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai

kriteria pengelompokkan insdustri. Apabila produk – produk memenuhi

kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut merupakan substitusi

satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon

yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga

mempunyasi relevan yang tinggi karena membicarakan situasi saat ini,

tetapi perspektif jangka panjang membuat perusahaan waspada terhadap

kemungkinan perubahan persaingan. Perspektif jangka pendek mempunyai

relevansi yang tinggi karena membicarakan situasi saat ini,tetapi perspektif

jangka panjang membuat perusahaan waspada terhadap kemungkinan

perubahan persaingan. Produk yang saat ini bukan merupakan

pesaing,barangkali merupakan pesaing potensial yang akan menjadi

pesaing sesungguhnya pada masa yang akan datang. Sebagai contoh,

mesin fax saat ini tidak bersaing secara langsung dengan komputer PC.

Tetapi pada masa mendatang dengan semakin berkembangnya PC yang

mempunyai kemampuan fax dan modem,maka PC akan menjadi pesaing

serius mesin fax. Keduanya akan memenuhi kebutuhan yang sama, yaitu

kebutuhan komunikasi.

3. Kesamaan dalam atribut kesamaan

Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai beberapa

kesamaan atribut bisa dimasukkan kedalam satu kelompok. Contoh atribut

yang relevan adalah resiko, rasio PER ( Price Earning Rasio ),dan

kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham.

Investor yang ingin menginvestasikan dananya kesaham kecil ( kapitalisasi

pasar kecil ) barangkali akan memilih 25 % saham paling kecil paling kecil,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 3

Page 4: Analisa Cross Section

dan membanding-bandingkan saham-saham yang mempunyai nilai

kapitalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analis

juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas.Misalkan sebuah perusahaan

transportasi dengan asset tidak terlalu besar ( missal 1,5 milyar ), maka

perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi lainnya dan yang

mempunyai asset yang hampir sama besarnya. Membandingkan perusahaan

tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang mempunyai asset Rp.100

milyar barangkali tidak sepenuhnya tepat.

Dinegara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis

biasanya bisa dicari. Tetapi tidak demikian hanya dengan data industri

dinegara-negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan

yang go public dan listing di BEJ mencapai 200 saham (bandingkan dengan

New York Stock Exchange yang mencapai 1.700 saham ). Sebagian besar

perusahaan di Indonesiamasih belum go public. Perusahaan-perusahaan yang

belum go public biasanya tidak memberikan laporan keuangan ke publik, dan

dengan demikian data perbandingan akan sulit diperoleh. Perkecualian

barangkali bank-bank yang mempunyai data-data keuangan nasabahnya.

Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh perusahaan lain,

meskipun untuk perbandingan.Kalaupun menggunakan data perusahaan yang

go public, masih bisa dipertanyakan apakah data yang dipakai sudah

“representatif” karena data Industri tersebut tidak memasukkan perusahaan

yang tidak go public (private). Masalah ini akan semakin rumit apabila

perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan perusahaan yang

dominan dalam industri tersebut.

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak jelas industri yang akan dipakai

sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak

hanya pada satu bidang usaha saja, tidak melakukan diversifikasi pada

beerapa sector. Konglomerat semacam bimantara atau salim grup

mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang

sangat beragam. Apabila perusahaan semacam ini menerbitkan laporan

keuangannya persegmen usaha maka analisis akan tertolong , karena bisa

menggunakan segmen yang relevan dalam analisis, tetapi biasanya

perusahaan semacam itu tidak menerbitkan laporan keuangan, laporan yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 4

Page 5: Analisa Cross Section

dihasilkan biasanya laporan konsolidasi yang mencakup semua jenis usaha.

Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan dalam analisis perbandingan.

Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu, tetapi

juga mempunyai usaha pada sector lain yang barangkali tidak terlalu dominan

proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini juga

bersifat konsolidasi, tidak melaporkan persegmen. Perhatikan urut-urutan

semacam ini ;

a. Perusahaan dengan kegaitan tunggal pada sector yang relevan. Laporan

Keuangan tersedia.

b. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegaitan yang

dominan pada sector yang relevan,laporan keuangan tersedia.

c. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling

dominan (mirip dengan konglomerasi ). Sulit menentukan sector usaha

yang relevan. Laporan keuangan persegmen tersedia.

d. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktii9tas yang paling

dominan. Sulit menentukan sector usaha yang relevan. Laporan keuangan

hanya berupa laporan konsolidasi.

e. Perusahaan privat, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan.

Perhatian bahwa industri yang relatif “jelas” adalah industri dengan

perusahaan-perusahaan masuk dalam kategori A.kategori lainnya memerlukan

pertimbangan tersendiri untuk menentukan bagaimana sebaiknya suatu

industri didefinisikan. Perusahaan-perusahaan dalam kategori E

barangkalisangat sulit dianalisa karena laporan keuangan nya tidak ada data

yang tersedia yang bersifat konsolidasi. Menentukan industri yang tepat untuk

perbandingan dan mengkomunikasikannya kepihak eksternal kadang-kadang

bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Sebagai contoh Bankers Trust

adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-surat berharga (sering disebut

sebagai market leader ). Sifat usaha semacam ini lebih beresiko dibandingkan

dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada manajemen

tingkat bunga ( mengelola spread tingkat bunga deposito dengan tingkat

bunga pinjaman). Tetapi pasar keuangan ( dan juga para analisnya )

mengelompokkan Bankers Trust kedalam kelompok perbankan, yang

mengakibatkan usaha bankers trust lebih rendah dibandingkan rasio PER

industri, karena ada persepsi bahwa bankers trust lebih beresiko dibandingkan

rasio rata-rata industri. Misalkan Bankers trust dibandingkan dengan kelompok

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 5

Page 6: Analisa Cross Section

investmen Bank ( seperti salomon brothers ) yang terlibat dalam jual beli

saham dan surat berharga lainnya, barangkali bankers trust tidak akan

nampak tinggi resikonya, dengan hasil PER nya tidak terlalu rendah

dibandingkan PER industri.

2. Perhitungan Rata-rata Industri.

Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif

Antara lain ;

(1) Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan.

(2) Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya (standar deviasinya)

(3) Menghitung nilai untuk percentile tertentu ( missal menghitung nilai untuk

perusahaan-perusahaan yang mempunyai ukuran 25 % paling kecil ).

Untuk perhitungan (1) diatas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai ;

(a) Menghitung rata-rata aritmatika

(b) Menghitung rata-rata tertimbang

(c) Menggunakan median

(d) Menggunakan modus.

Misalkan kita mempunyai data-data suatu industri yang terdiri dari beberapa

perusahaan sebagai berikut :

PERUSAHAAN

A B C D E F G H

ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%

Nilai Buku Saham 100 120 150 200 250 210 210 215

Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400

_________________________________________________________________

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika,ROA industri bisa dihitung sebagai

berikut :

1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10.625 %. Angka ini kemudian bisa dipakai

sebagai standar untuk perbandingan . Alternatif lain adalah dengan menghitung

rata-rata tertimbang. Misalkan analis menggunakan nilai buku saham sebagai

permbobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut :

1010/2.275(10%) + 120/2.275(12%)+150/2.275(12%)+200/2.275(13%)+

250/2.275(9%) + 210/2.275(12%) + 210/2.275(8%) + 215/2.275(9%) =

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 6

Page 7: Analisa Cross Section

0.44 + 0.63 + 0.79 + + 1.14 + 0.99 + 1.11 + 0.74 + 0.87 = 6.6 %.

3. Perbedaan antar Industri.

Pada waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai

asumsi implicit yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar

industri. Kalau asumsi semacam itu tidak terpenuhi maka tidak ada artinya

menggunakan perbandingan dengan industri sejenis,karena perbandingan dengan

rasio perusahan dalam perekonomian secara implicit juga mengakui bahwa ada

perbedaan resiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini benar,maka

perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan

karena perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas

resiko bisnis yang sama. Tetapiapabila resiko bisnis antar industri tidak berlainan,

maka perbandingan antara industri tidak mempunyai dasar yang cukup kuat.

Rangkuman

Supaya analis keuangan lebih tajam,analis keuangan bisa memperoleh gambaran

yang jelas mengenai prestasi perusahaan, analisis perbandingan bisa dilakukan.

Analissis ini bisa dilakukan dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau

rata-rata industri (analisis cross section) pada titik waktu tertentu. Mendifinisikan

industri bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Ada beberapa cara untuk

mendefinisikan industri ;

( 1 ) Kesamaan dalam jenis bahan baku

( 2 ) Kesamaan dari sisi permintaan

( 3 ) Kesamaan dalam atribut keuangan

Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisa perbandingan adalah tidak

jelasnya industri yang relevan. Sebagai contoh apabila ada suatu perusahaan

yang tidak go public padahal perusahaan tersebut cukup dominan, angka-angka

industri tidak representatif.

Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang bergerak dalam berbagai

jenis usaha dan laporan keuangan yang diterbitkan adalah laporan keuangan

konsolidasi. Informasi persegmen industri tidak dipublikasikan . Dalam situasi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 7

Page 8: Analisa Cross Section

dimana tidak ada standar industri,maka akan sulit untuk melakukan perbandingan

sehingga harus dilakukan secara hati-hati agar standar nilai yang diambil tidak

keliru atau nyaris bisa diukur standarisasinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rico Lesmana dan Rudy Suryanto, 2005.Financial Performance

Abalysing, Edisi 1, Elex Media Komputindo

2. Mamduh dan Abdul Halim, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi

RevisiPP AMP TKPN, Yogjakarta.

3. Sofyan safri Harahap, 2005, Analisa krisis atas laporan keuangan.

4. S.Munawir,2004, Analisa laporan Keuangan edisi 4, Liberty

Yogjakarta.

5. Peter.M.Berbevin, Financial Statement Analisys art integrate

Approach.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Hartri Putranto, SE. MM.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN 8