Analisa Bracket

download Analisa Bracket

of 6

Transcript of Analisa Bracket

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    1/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    PerbandinganFatigue LifeBentuk Desain Bracket Topside Module

    FSO dan FPSO

    Septia Hardy SUJIATANTI 1*, Achmad ZUBAYDI 2, Wasis D. ARYAWAN 3

    Mahasiswa Pascasarjana - Institut Teknologi Sepuluh Nopember1*

    [email protected]

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember2

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember3

    AbstrakFSO (Floating Storage and Offloading) dan FPSO (Floating Storage Production and Offloading)dalam operasinya selalu menerima beban yang signifikan berupa gelombang yang terjadi secara terusmenerus. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh pada komponen struktur FSO dan FPSO tetapi juga

    mempengaruhi komponen struktur yang ada di atas geladak atau yang biasa disebut topside module.

    Struktur topside module yang sering mengalami kerusakan adalah bracket penguat konstruksi antaratopside module dengan geladak. Untuk itu, harus ditentukan desain konstruksi yang mampu menahanbeban gelombang yang sifatnya siklis yang akan menimbulkan kelelahan pada struktur. Dalampenelitian ini akan dibandingkan umur lelah dua bentuk desain bracket yang terpasang pada topsidemodule menggunakan analisa elemen hingga. Bentuk bracket yang pertama didesain denganpermukaan yang lurus. Bentuk bracket yang kedua didesain dengan permukaan yang melengkung.

    Topside moduleyang dianalisa adalah pondasi crane. Analisa dimulai dengan menghitung pengaruhbeban gelombang menggunakan ANSYS AQWA. Selanjutnya tegangan lokal dihitung dengan analisa

    elemen hingga pada variasi gelombang yang terjadi menggunakan ANSYS Multiphysic. Hasil analisa

    menunjukkan bahwa umur lelah bentuk bracket yang pertama 18.3 tahun dan umur lelah bentukbracket yang kedua 27.3 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bentuk bracket kedua memilikiumur lebih lama dibandingkan bentuk bracket pertama.

    Kata kunci: FSO/FPSO, umur lelah, bracket, topside module, analisa elemen hingga.

    1. PendahuluanKonsep floating offshore structure yang banyakberkembang saat ini adalah FSO atau FPSO.Meskipun bentuk konstruksi lambung yang biasa

    digunakan sebagai FSO sama dengan bentuklambung kapal tanker, namun terdapat beberapaperbedaan diantara keduanya, yaitu adanya

    tambahan fasilitas penunjang operasional di atasgeladak FSO atau biasa disebut sebagai topsidemodule seperti menara suar (flare tower), riser,

    menara bor (drill tower), sistem perpipaan,

    helicopter deck, crane dan topside moduleyanglain. Selain itu, terdapat perbedaan dalam haldesain beban lingkungan dan beban pada saatoperasional (Krekel, 2002).

    Salah satu topside module yang ada pada FSOadalah crane. Konstruksi crane, terutama padabagian pondasi crane (crane seating) haruslah

    kuat, karena selain harus menumpu struktur diatasnya, pondasi cranejuga harus kuat menerimabeban operasional dan beban-beban lain akibat

    gerakan FSO (Sujiatanti, 2010).

    Selama masa beroperasinya FSO/FPSO selalumenerima beban gelombang secara terus-menerus. Gaya gelombang tersebut dapat

    menyebabkan struktur FSO dan struktur interfacetopside module FSO mengalami kelelahankarena beban gelombang yang sifatnya siklis.Oleh karena itu struktur interfaceharus mampu

    menahan beban pada kondisi beroperasi. Salahsatu parameter kekuatan struktur interface

    topside module adalah umur kelelahan (fatiguelife) struktur interface. Dalam penelitian inistruktur interface topside module adalah bracketpenguat konstruksi antara topside module dengan

    geladak FSO.

    2. Desain Bracket Topside Module FSOPondasi crane merupakan bagian struktur craneyang menjadi tumpuan struktur diatasnya

    sekaligus menjadi bagian yang tersambungdengan hull FSO, dalam hal ini pada bagiangeladak utama (main deck). Salah satupertimbangan penting untuk mendapatkan

    kekuatan pondasi crane yang maksimum adalahkekuatan interface antara topside module denganFSO hull. Selanjutnya struktur interface topside

    module yang dimaksud adalah bracket penguatkonstruksi antara topside module dengan geladak

    FSO.

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    2/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    Dalam perkembangannya, dikenal beberapadesain bentuk bracket. Dalam penelitian ini

    diberikan dua bentuk desain bracket, yaituBentuk bracket yang didesain dengan permukaanyang lurus dan bentuk bracket yang didesain

    dengan permukaan yang melengkung. Gambar 1

    dan Gambar 2 secara berurutan menunjukkanbentuk desain bracket penguat topside module.

    Gambar 1 Bentuk desain bracket dengan permukaan lurus

    Gambar 2 Bentuk desain bracket dengan permukaan

    melengkung

    3. Pemodelan Elemen HinggaPemodelan elemen hingga (finite element

    modeling) dilakukan dengan tujuan untukmendapatkan nilai tegangan pada strukturinterface topside moduledan struktur kapal yangdimodelkan. Pemodelan elemen hingga

    dilakukan dengan menggunakan softwareanalisaelemen hingga (finite element analysis, FEA)ANSYS 12.0 tahun 2010.

    Untuk analisa elemen hingga pada topsidemodule pondasi crane FSO model yang dibuat

    meliputi pondasi crane, berupa tabung silinderyang terpasang tepat di atas geladak FSO danbracket yang terpasang pada empat sisi, geladak

    kapal, side shell, pelat alas, web transverse dansekat memanjang. Untuk memodelkan bagianpelat digunakan tipe elemen shell. Sedangkanuntuk memodelkan bagian penegar digunakantipe elemen beam.

    Gambar 3 menunjukkan model elemen hinggasecara keseluruhan. Detail model elemen hinggabentuk bracket ditunjukkan pada Gambar 4.

    Gambar 3 Model elemen hingga secara keseluruhan

    Gambar 4 Detail model elemen hingga bentuk bracket

    4. PembebananSebagai salah satu bangunan apung, penentuan

    kemampuan kerja struktur pada FSO/FPSO salahsatunya dipengaruhi oleh beban yang bekerjapada struktur tersebut. Semua beban yang

    dianggap akan bekerja pada struktur tersebutharus ditentukan terlebih dahulu. Beban-bebanyang harus dipertimbangkan dalam perancangan

    bangunan apung adalah sebagai berikut:1) Beban mati (dead load).

    Beban mati atau dead load adalah beban dari

    semua komponen kering serta peralatan,perlengkapan dan permesinan yang tidakberubah dari mode operasi pada suatu

    struktur. Pada perhitungan analisa pondasicrane ini yang termasuk beban mati adalahberat crane itu sendiri.

    2) Beban hidup (live load).Beban hidup atau live load adalah bebanyang terjadi pada struktur selama dipakai danberubah dari mode operasi satu ke mode

    operasi yang lain. Pada perhitungan analisapondasi crane ini yang termasuk beban hidup

    adalah berat crane itu sendiri, berat kapasitascrane (SWL) dan berat konstruksi pondasicrane dan konstruksi kapal yang dimodelkan.

    3) Beban akibat kecelakaan (accidental load).Beban kecelakaan merupakan beban yangtidak dapat diduga sebelumnya yang terjadi

    pada struktur, misalnya tabrakan dengankapal pemandu operasi, putusnya tali tambat

    (mooring) dan kebakaran. Pada strukturpondasi crane beban kecelakaan yangmungkin terjadi adalah akibat putusnya tali

    pada crane atau beban muatan yang diangkatcrane terlepas secara tiba-tiba.

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    3/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    4) Beban lingkungan (environmental load).Beban lingkungan adalah beban yang terjadi

    karena dipengaruhi oleh lingkungan dimanasuatu struktur bangunan apung dioperasikanatau bekerja. Beban lingkungan yang

    digunakan dalam perancangan bangunan

    apung adalah beban angin dan gelombang.

    4.1 Beban AnginPerhitungan beban angin yang digunakan sesuaidengan LR rules and regulations, Code forLifting Appliance in a Marine Environment,

    Chapter 3, Section 2 Shipboard Cranes,dengan persamaan:

    Fw =A p Cf [N] (1)Dimana;Fw : beban angin [N]

    A : luas efektif permukaan yang terkenabeban angin [m]

    p : tekanan angin [N/m]: 0.613 V

    V : kecepatan angin [m/s]: 20 m/s untuk kondisi operasional

    63 m/s untuk kondisi diamCf : koefisien bentuk, seperti ditunjukkanpada Tabel 1.

    Tabel 1: Koefisien bentuk

    5 10 20 30 40 50

    1.30 1.35 1.60 1.65 1.70 1.80

    Circular sections, where DVs < 6 m2/s 0.75 0.80 0.90 0.95 1.00 1.10

    DVs 6 m2/s 0.60 0.65 0.70 0.70 0.75 0.80Box sections with b or d

    greater than 0,5 mb/d

    2.00 1.55 1.75 1.95 2.10 2.20

    1.00 1.40 1.55 1.75 1.85 1.90

    0.50 1.00 1.20 1.30 1.35 1.40

    0.25 0.80 0.90 0.90 1.00 1.00

    Flat sided sections

    Circular sections, where DVs < 6 m2/s

    DVs 6 m2/s

    Machinery

    houses, etc.

    Aerodynamic slenderness

    l/b or l/DType Description

    individualmembers

    1.70

    Rolled sections, rectangles, hollow

    sections, fIat plates, box sections with b or

    dless than 0,5 m

    1.20

    0.80

    Single

    lattice

    frames

    Rectangular clad structures on ground or

    solid base (air flow beneath structure

    prevented)

    1.10

    4.2 Beban gelombangData sebaran gelombang (wave scatter diagram)yang terjadi di wilayah perairan tempat FSOberoperasi diberikan dalam delapan arah

    gelombang. Data sebaran gelombang untuk arahgelombang dari utara ditunjukkan dalam Tabel 2.Jumlah gelombang yang terjadi dalam delapan

    arah sudut gelombang dengan variasi tinggigelombang ditunjukkan dalam Tabel 3.

    Tabel 2 Data sebaran gelombang dari arah utara

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    > 3.0

    2.8 - 3 .0 2.9

    2.6 - 2 .8 2.7

    2.4 - 2 .6 2.5

    2.2 - 2 .4 2.3

    2.0 - 2 .2 2.1

    1.8 - 2 .0 1.9

    1.6 - 1 .8 1.7 3 2 5

    1.4 - 1 .6 1.5 7 3 10

    1.2 - 1.4 1.3 2 10 3 15

    1.0 - 1.2 1.1 11 17 3 2 33

    0.8 - 1.0 0.9 2 17 19 7 5 1 51

    0.6 - 0.8 0.7 10 20 14 13 7 2 66

    0.4 - 0.6 0.5 2 3 8 29 13 22 13 12 8 4 141

    0.2 - 0.4 0.3 22 15 13 6 5 2 4 18 6 109

    0.0 - 0.2 0.1 3 5 2 2 9 6 2

    292 75 99 98 61 41 45 28 10 459

    Total

    Total

    > 3.0

    Range

    SignificantWaveHeight (Hs,

    m)

    Peak Period(Tp,s )

    Tabel 3 Jumlah kejadian gelombang pada semua arah

    N or th N or th E as t Ea st S ou th E as t S ou th S ou th We st W es t N or t h W es t

    Mean N NE E SE S SW W NW

    > 3.0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    2 .8 - 3. 0 2 .9 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    2 .6 - 2. 8 2 .7 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    2 .4 - 2. 6 2 .5 0 0 1 0 0 0 0 0 1

    2 .2 - 2. 4 2 .3 0 0 5 0 0 0 0 1 6

    2 .0 - 2. 2 2 .1 0 0 13 0 0 0 1 4 18

    1 .8 - 2. 0 1 .9 0 0 33 0 0 0 4 8 45

    1 .6 - 1. 8 1 .7 5 0 96 1 0 4 9 25 140

    1 .4 - 1. 6 1 .5 10 0 255 3 0 12 19 49 348

    1 .2 - 1. 4 1 .3 15 1 527 25 0 29 43 105 745

    1 .0 - 1. 2 1 .1 33 5 997 72 1 75 75 188 1446

    0 .8 - 1. 0 0 .9 51 4 976 95 8 165 142 266 1707

    0 .6 - 0. 8 0 .7 66 15 831 124 39 224 186 289 17740 .4 - 0. 6 0 .5 141 47 816 213 122 293 256 302 2190

    0 .2 - 0. 4 0 .3 109 151 422 159 108 126 86 119 1280

    0 .0 - 0. 2 0 .1 29 59 91 51 20 19 12 11 292

    459 282 5063 743 298 947 833 1367 9992Total

    Significant Wave Height

    (Hs, m)

    Wave Direction

    Total

    Range

    >3.0

    5. Konsep Perhitungan FatigueAnalisa fatigue dengan metode S-N curvesambungan struktur dilakukan berdasarkan

    hukum kegagalan Palmgren-miner atau disebutMiners Rule. Miners rule merupakan hipotesiskumulatif kerusakan berdasarkan konsep strainenergy. Konsep strain energy menyatakan bahwakerusakan terjadi ketika total strain energy pada

    saat siklus n dari variabel amplitudo pembebananadalah sama dengan total energy dari siklus N

    dari konstan amplitudo pembebanan. Dapatditulis dalam persamaan matematik sebagaiberikut:

    dimana:D = Kerusakan fatigue kumulatif

    (cummulative fatigue damage)ni = Jumlah siklus rentang tegangan (Si) akibat

    pembebanan gelombang yang sebenarnyaterjadi.

    Ni = Jumlah siklus rentang tegangan (Si) yangmengakibatkan kegagalan pada

    sambungan, diambil dari diagram S-N.

    Analisa fatigue merupakan fungsi dari jumlahsiklus maksimal suatu struktur hinggamengalami kegagalan (N) yang dapat ditentukan

    dari Kurva S-N yang diperoleh dari hasil testkelelahan material atau struktur tertentu. Untukanalisis fatigue struktur berdasarkan pendekatan

    tegangan nominal (nominal stress approach),sambungan struktur dibagi menjadi beberapaklas yang memiliki desain kurva S-N masing-masing.

    Klasifikasi kurva S-N bergantung pada geometridetil sambungan las, arah dari fluktuasi teganganyang bersifat relatif bergantung pada detil, danmetode fabrikasi dan inspeksi dari detil

    sambungan tersebut. Tiap sambungan konstruksi,dimana berpotensi terjadi fatigue crack, harusdisesuaikan pada klas sambungan yang tepat

    berdasarkan. Basic design dari kurva S-Ndinyatakan sebagai berikut (Bai, 2003):Log N = log K m log Sdimana:S : Rentang tegangan [N/mm]

    N : Nilai prediksi dari cycles untuk gagal

    pada rentang tegangan Sm : Slope inverse negative dari kurva S-N

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    4/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    log K : intersep dari log N-axis pada kurvaS-N = log a 2std

    dimana a dan std adalah konstan berhubungandengan rataan kurva S-N dan standart deviasidari log N. Dari persamaan di atas dapat

    disederhanakan menjadi persamaan dasar Kurva

    S-N yaitu:

    2KNSm

    dimana:K2 : Konstanta yg bergantung pada jenismaterial dan pengelasan, jenis pembebanan,

    konfigurasi geometris dan kondisi lingkungan(udara atau air laut).Nilai K2 dan m dapat dilihat pada TabelError!

    Reference source not found.4 berikut.

    Tabel 4: Karakteristik sambunganSo

    log10 loge log10 loge N/mm

    B 4.0 0.1821 0.4194 1.01E+15 15.0043 34.5487 100

    C 3.5 0.2041 0.4700 4.23E+13 13.6263 31.3758 78D 3.0 0.2095 0.4824 1.52E+12 12.1818 28.0497 53

    E 3.0 0.2509 0.5777 1.04E+12 12.0170 27.6702 47

    F 3.0 0.2183 0.5027 6.30E+11 11.7993 27.1690 40

    F2 3.0 0.2279 0.5248 4.30E+11 11.6335 26.7871 35

    G 3.0 0.1793 0.4129 2.50E+11 11.3979 26.2447 29

    W 3.0 0.1846 0.4251 1.60E+11 11.2041 25.7984 25

    T 3.0 0.2484 0.5720 1.46E+12 12.1644 28.0095 53

    K2K2Class

    Standar deviationm

    6. Perhitungan Percepatan GerakPercepatan gerak (acceleration motion) FSO

    akibat gelombang dihitung berdasarkan respongerak FSO (RAO) dan perhitungan spektrumgelombang. Respon gerak FSO telah diperolehdari motion analysis menggunakan AQWA.Spektrum gelombang dihitung menggunakan

    teori spektrum gelombang JONSWAP denganmengambil nilai (gamma) yaitu 2.5. Spektrumgelombang dihitung pada semua variasigelombang yang terjadi dengan variabel Hs danTp dalam rentang frekuensi yang sama dengan

    perhitungan RAO.

    Tabel 5 menunjukkan contoh hasil perhitunganspektrum gelombang dan acceleration motion

    dengan arah gelombang dari utara.

    Tabel 5: Hasil perhitungan percepatan gerakN o. W av e F re qu en c y a

    Spectral

    Density

    Response

    (Surge)

    Acceler ation

    (longitudinal)

    Response

    (Sway)

    Accelerat ion

    (transversal)

    Response

    (Heave)

    Accelera tion

    (vertical)

    [ rad /sec ] [m2.sec ] S x RAO S x RAO x 4

    S x RAO S xRAO x4

    S x RAO S x RAO x4

    1 0. 209 0. 07 5 .52 E- 30 0.0 00 0 0.0 0E+0 0 0 .0 0E+0 0 0.0 0E+0 0 0.0 0E+0 0 0 .0 0E+0 0 0 .0 0E+0 0

    2 0. 309 0. 07 7 .00 E- 24 0.0 00 0 9 .36 E-9 1 8 .5 3E- 93 4 .03 E- 90 3 .67 E- 92 1 .9 7E- 90 1 .8 0E-9 2

    3 0. 409 0. 07 1 .72 E- 18 0.0 00 0 1 .04 E-2 9 2 .9 0E- 31 5 .55 E- 29 1 .55 E- 30 7 .9 9E- 29 2 .2 3E-3 0

    4 0. 509 0. 07 8 .17 E- 14 0.0 00 0 1 .97 E-1 3 1 .3 2E- 14 2 .31 E- 12 1 .55 E- 13 5 .8 3E- 12 3 .9 2E-1 3

    5 0. 609 0. 07 7 .52 E- 10 0.0 00 0 1 .37 E-0 8 1 .8 8E- 09 5 .51 E- 07 7 .58 E- 08 6 .2 5E- 07 8 .5 9E-0 8

    6 0. 709 0. 07 1 .34 E- 06 0.0 02 1 4 .69 E-0 6 1 .1 9E- 06 4 .60 E- 06 1 .16 E- 06 2 .5 0E- 06 6 .3 1E-0 7

    7 0. 809 0. 07 4 .62 E- 04 0.0 25 3 1 .30 E-0 5 5 .5 6E- 06 7 .85 E- 05 3 .36 E- 05 2 .8 5E- 05 1 .2 2E-0 5

    8 0. 909 0. 07 3 .08 E- 02 0.0 78 3 4 .48 E-0 5 3 .0 6E- 05 2 .71 E- 04 1 .85 E- 04 7 .2 8E- 05 4 .9 7E-0 5

    9 1. 009 0. 07 3 .98 E- 01 0.1 71 2 9 .67 E-0 5 1 .0 0E- 04 1 .78 E- 04 1 .84 E- 04 1 .5 2E- 05 1 .5 8E-0 5

    1 0 1. 109 0. 07 9 .97 E- 01 0.3 32 6 5 .90 E-0 5 8 .9 3E- 05 6 .08 E- 05 9 .19 E- 05 6 .7 8E- 06 1 .0 3E-0 5

    1 1 1. 209 0. 09 6 .44 E- 01 0.2 27 1 1 .30 E-0 5 2 .7 8E- 05 5 .01 E- 05 1 .07 E- 04 7 .2 5E- 06 1 .5 5E-0 5

    1 2 1. 309 0. 09 1 .54 E- 01 0.1 24 7 5 .38 E-0 6 1 .5 8E- 05 1 .71 E- 05 5 .01 E- 05 4 .3 5E- 07 1 .2 8E-0 6

    1 3 1. 409 0. 09 1 .36 E- 02 0.0 89 8 2 .37 E-0 6 9 .3 3E- 06 5 .10 E- 06 2 .01 E- 05 1 .2 1E- 07 4 .7 8E-0 7

    1 4 1. 509 0. 09 4 .46 E- 04 0.0 70 8 8 .04 E-0 7 4 .1 7E- 06 2 .84 E- 06 1 .47 E- 05 1 .9 2E- 07 9 .9 3E-0 7

    1 5 1. 609 0. 09 5 .42 E- 06 0.0 55 9 5 .22 E-0 7 3 .5 0E- 06 1 .13 E- 06 7 .56 E- 06 8 .8 6E- 09 5 .9 4E-0 8

    1 6 1. 709 0. 09 2 .43 E- 08 0.0 44 0 2 .15 E-0 7 1 .8 3E- 06 5 .90 E- 07 5 .03 E- 06 3 .8 4E- 08 3 .2 8E-0 7

    1 7 1. 809 0. 09 4 .05 E- 11 0.0 34 7 1 .09 E-0 7 1 .1 6E- 06 2 .10 E- 07 2 .25 E- 06 4 .2 8E- 09 4 .5 8E-0 8

    1 8 1. 909 0. 09 2 .50 E- 14 0.0 27 4 5 .15 E-0 8 6 .8 4E- 07 1 .19 E- 07 1 .58 E- 06 4 .5 7E- 09 6 .0 7E-0 8

    1 9 2. 050 0. 09 1 .38 E- 19 0.0 19 9 1 .76 E-0 8 3 .1 1E- 07 3 .81 E- 08 6 .73 E- 07 1 .3 4E- 09 2 .3 6E-0 8

    1.00E-04 1.85E-04 4.97E-05

    7. Analisa Rentang TeganganRentang tegangan untuk setiap kejadian

    gelombang diperoleh melalui analisa elemenhingga menggunakan software ANSYSMultiphysic versi 12.0. Error! Referencesource not found.dan Gambar 6 menampilkantegangan maksimum yang terjadi pada interface

    topdise module dengan geladak FSO. Rentangtegangan yang diperoleh dari analisa elemen

    hingga adalah rentang tegangan nominal.Rentang tegangan nominal tersebut harusdikalikan dengan faktor konsentrasi tegangan

    untuk mendapatkan nilai rentang tegangan

    hotspot yang digunakan dalam perhitunganfatigue.

    Gambar 5 Rentang tegangan nominal pada interface topside

    module untuk desain bracket yang pertama

    Gambar 6 Rentang tegangan nominal pada interface topside

    module untuk desain bracket yang kedua

    Hasil perhitungan rentang tegangan nominalpada semua variasi kejadian gelombang untukarah gelombang dari utara ditunjukkan dalam

    Tabel 6 dan Tabel 7.

    Tabel 6 Hasil perhitungan rentang tegangan nominal

    untuk gelombang dari arah utara untuk desain bracketyang pertama

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3.0 2.9

    2.6 - 2.8 2.7

    2.4 - 2.6 2.5

    2.2 - 2.4 2.3

    2.0 - 2.2 2.1

    1.8 - 2.0 1.9

    1.6 - 1.8 1.7 158.00 165.00

    1.4 - 1.6 1.5 158.00 158.00

    1.2 - 1.4 1.3 141.00 158.00 158.00

    1.0 - 1.2 1.1 141.00 158.00 158.00 158.00

    0.8 - 1.0 0.9 132.00 141.00 141.00 158.00 158.00 158.00

    0.6 - 0.8 0.7 132.00 141.00 141.00 158.00 158.00 158.00

    0.4 - 0.6 0.5 132.00 132.00 141.00 141.00 141.00 141.00 158.00 158.00 158.00

    0.2 - 0.4 0.3 132.00 132.00 132.00 141.00 141.00 141.00 158.00 158.00

    0.0 - 0.2 0.1 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 132.00 141.00

    >3.0

    Range

    Significant Wave Height (Hs,

    m)

    Peak Period (Tp, s)

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    5/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    Tabel 7 Hasil perhitungan rentang tegangan nominal

    untuk gelombang dari arah utara untuk desain bracketyang kedua

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3.0 2.9

    2.6 - 2.8 2.7

    2.4 - 2.6 2.5

    2.2 - 2.4 2.3

    2.0 - 2.2 2.1

    1.8 - 2.0 1.9

    1.6 - 1.8 1.7 147.0 152.0

    1.4 - 1.6 1.5 147.0 147.0

    1.2 - 1.4 1.3 134.0 147.0 147.0

    1.0 - 1.2 1.1 134.0 147.0 147.0 147.0

    0.8 - 1.0 0.9 1 26 .0 1 34 .0 1 34 .0 14 7. 0 14 7. 0 1 47 .0

    0.6 - 0.8 0.7 1 26 .0 1 34 .0 1 34 .0 14 7. 0 14 7. 0 1 47 .0

    0.4 - 0.6 0.5 1 26 .0 1 26 .0 1 34 .0 1 34 .0 1 34 .0 1 34 .0 1 4 7 .0 1 47 .0 1 47 .0

    0.2 - 0.4 0.3 1 26 .0 1 2 6. 0 1 26 .0 1 34 .0 1 34 .0 1 34 .0 1 47 .0 1 47 .0

    0.0 - 0.2 0.1 1 26 .0 1 26 .0 1 26 .0 1 26 .0 1 26 .0 1 26 .0 1 34 .0

    Significant Wave Height (Hs,

    m)

    Peak Period (Tp, s)

    Range

    >3.0

    Setelah diperoleh nilai rentang tegangan nominalmaka rentang tegangan hotspot dapat dihitungdengan cara mengalikan rentang tegangan

    nominal dengan faktor konsentrasi tegangan.Hasil perhitungan rentang tegangan hotspot padasemua variasi kejadian gelombang untuk arah

    gelombang dari utara disajikan dalam Tabel 8dan Tabel 9.

    Tabel 8 Hasil perhitungan rentang tegangan hotspotuntuk gelombang dari arah utara untuk desain bracket

    yang pertama< 1 1 - 2 2- 3 3 - 4 4- 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3.0 2.9

    2.6 - 2.8 2.7

    2.4 - 2.6 2.5

    2.2 - 2.4 2.3

    2.0 - 2.2 2.1

    1.8 - 2.0 1.9

    1.6 - 1.8 1.7 303.4 316.8

    1.4 - 1.6 1.5 303.4 303.4

    1.2 - 1.4 1.3 270.7 303.4 303.4

    1.0 - 1.2 1.1 270.7 303.4 303.4 303.4

    0.8 - 1.0 0.9 2 53 .4 2 70 .7 2 70 .7 30 3. 4 30 3. 4 3 03 .4

    0.6 - 0.8 0.7 2 53 .4 2 70 .7 2 70 .7 30 3. 4 30 3. 4 3 03 .4

    0.4 - 0.6 0.5 2 53 .4 2 53 .4 2 70 .7 2 70 .7 2 70 .7 2 70 .7 3 0 3 .4 3 03 .4 3 03 .4

    0.2 - 0.4 0.3 2 53 .4 2 5 3. 4 2 53 .4 2 70 .7 2 70 .7 2 70 .7 3 03 .4 3 03 .4

    0.0 - 0.2 0.1 2 53 .4 2 53 .4 2 53 .4 2 53 .4 2 53 .4 2 53 .4 2 70 .7

    Range

    >3.0

    Significant WaveHei ght (Hs,

    m)

    Peak Period (Tp, s)

    Tabel 9 Hasil perhitungan rentang tegangan hotspotuntuk gelombang dari arah utara untuk desain bracket

    yang kedua< 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3.0 2.9

    2.6 - 2.8 2.7

    2.4 - 2.6 2.5

    2.2 - 2.4 2.3

    2.0 - 2.2 2.1

    1.8 - 2.0 1.9

    1.6 - 1.8 1.7 282.2 291.8

    1.4 - 1.6 1.5 282.2 282.2

    1.2 - 1.4 1.3 257.3 282.2 282.2

    1.0 - 1.2 1.1 257.3 282.2 282.2 282.2

    0.8 - 1.0 0.9 2 41 .9 2 57 .3 2 57 .3 28 2. 2 28 2. 2 2 82 .2

    0.6 - 0.8 0.7 2 41 .9 2 57 .3 2 57 .3 28 2. 2 28 2. 2 2 82 .2

    0.4 - 0.6 0.5 2 41 .9 2 41 .9 2 57 .3 2 57 .3 2 57 .3 2 57 .3 2 8 2 .2 2 82 .2 2 82 .2

    0.2 - 0.4 0.3 2 41 .9 2 4 1. 9 24 1. 9 25 7. 3 2 57 .3 2 57 .3 2 82 .2 2 82 .2

    0.0 - 0.2 0.1 2 41 .9 2 41 .9 2 41 .9 2 41 .9 2 41 .9 2 41 .9 2 57 .3

    Significant Wave Height (Hs,

    m)

    Peak Period (Tp, s)

    Range

    >3.0

    8. Rasio Kerusakan KumulatifNilai rasio kerusakan kumulatif (D) dapat dicaridengan menggunakan hukum Palmgren-Miner.Nilai ni diambil dari jumlah kejadian gelombangtiap Hs dan Tz. Nilai Ni (cycle to failure)

    dihitung berdasarkan nilai K2 dan m disesuaikandengan jenis sambungan yang ditinjau.Dalam penelitian ini nilai K2 = 4.3E+11 dannilai m = 3.0. Nilai S adalah rentang tegangan

    hotspot yang telah dihitung sebelumnya. Tabel10 dan Tabel 11 menunjukkan hasil perhitunganNi untuk variasi pembebanan arah gelombang

    dari utara.

    Tabel 10 Cycles to failure untuk pembebanan

    gelombang dari arah utarauntuk desain bracket yang pertama

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3 .0 2.9

    2.6 - 2 .8 2.7

    2.4 - 2 .6 2.5

    2.2 - 2 .4 2.3

    2.0 - 2 .2 2.1

    1.8 - 2 .0 1.9

    1.6 - 1 .8 1.7 22567 19815

    1.4 - 1 .6 1.5 22567 22567

    1.2 - 1 .4 1.3 31753 22567 22567

    1.0 - 1 .2 1.1 31753 22567 22567 22567

    0.8 - 1 .0 0.9 3 87 00 3 17 53 3 17 53 2 25 67 22 56 7 2 25 67

    0.6 - 0 .8 0.7 3 87 00 3 17 53 3 17 53 2 25 67 22 56 7 2 25 67

    0.4 - 0 .6 0.5 3 87 00 3 87 00 3 17 53 3 17 53 3 17 53 3 17 53 2 25 67 2 25 67 2 25 67

    0.2 - 0 .4 0.3 3 87 00 3 8 700 3 8 70 0 3 17 53 3 17 53 3 1 75 3 2 25 67 2 2 56 7

    0.0 - 0 .2 0.1 3 87 00 3 87 00 3 8 70 0 38 70 0 38 70 0 38 70 0 31 75 3

    > 3.0

    Range

    Significa nt Wave Height (Hs,

    m)

    PeakPeriod(Tp, s)

    Tabel 11 Cycles to failure untuk pembebanangelombang dari arah utara

    untuk desain bracket yang kedua< 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 10 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3 .0 2.9

    2.6 - 2 .8 2.7

    2.4 - 2 .6 2.5

    2.2 - 2 .4 2.3

    2.0 - 2 .2 2.1

    1.8 - 2 .0 1.9

    1.6 - 1 .8 1.7 28021 25346

    1.4 - 1 .6 1.5 28021 28021

    1.2 - 1 .4 1.3 36993 28021 28021

    1.0 - 1 .2 1.1 36993 28021 28021 28021

    0.8 - 1 .0 0.9 4 44 96 3 69 93 3 69 93 2 80 21 28 02 1 2 80 21

    0.6 - 0 .8 0.7 4 44 96 3 69 93 3 69 93 2 80 21 28 02 1 2 80 21

    0.4 - 0 .6 0.5 4 44 96 4 44 96 3 69 93 3 69 93 3 69 93 3 69 93 2 80 21 2 80 21 2 80 21

    0.2 - 0 .4 0.3 4 44 96 4 4 496 4 4 49 6 3 69 93 3 69 93 3 6 99 3 2 80 21 2 8 02 1

    0.0 - 0 .2 0.1 4 44 96 4 44 96 4 4 49 6 44 49 6 44 49 6 44 49 6 36 99 3

    Significa nt Wave Height (Hs,

    m)

    PeakPeriod(Tp, s)

    Range

    > 3.0

    Hasil perhitungan Ni kemudian digunakan untuk

    menghitung nilai rasio kerusakan kumulatif (D).Tabel 12 dan Tabel 13 menampilkan hasilperhitungan rasio kerusakan kumulatif untuk

    kondisi pembebanan arah gelombang dari utara.Rasio kerusakan kumulatif pada arah ini disebutD1

    Tabel 12 Damage scatter diagram untuk pembebanan

    gelombang dari arah utarauntuk desain bracket yang pertama

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 1 0 - 11 11 - 12 12 - 13 1 3 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9. 5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3 .0 2.9

    2.6 - 2 .8 2.7

    2.4 - 2 .6 2.5

    2.2 - 2 .4 2.32.0 - 2 .2 2.1

    1.8 - 2 .0 1.9

    1.6 - 1 .8 1.7 1.E-06 1.E-06 0.0000

    1.4 - 1 .6 1.5 3.E-06 1.E-06 0.0000

    1.2 - 1 .4 1.3 6. E-07 4. E-06 1. E-06 0.0000

    1.0 - 1 .2 1.1 3. E-06 8. E-06 1. E-06 9. E-07 0.0000

    0.8 - 1 .0 0.9 5. E-07 5. E-06 6. E-06 3. E-06 2. E-06 4. E-07 0.0000

    0.6 - 0 .8 0.7 3. E-06 6. E-06 4. E-06 6. E-06 3. E-06 9. E-07 0.0000

    0.4 - 0 .6 0.5 5. E-07 1. E-05 9. E-06 4. E-06 7. E-06 4. E-06 5. E-06 4. E-06 2. E-06 0.0000

    0.2 - 0 .4 0.3 6. E-06 4. E-06 3.E-06 2. E-06 2. E-06 8.E-06 8. E-06 3. E-06 0.0000

    0.0 - 0 .2 0.1 8. E-07 1. E-06 5. E-07 5. E-07 2. E-06 2. E-06 6. E-07 0.0000

    0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0002

    > 3.0

    Significant WaveHeight (Hs,

    m)

    Peak Period(Tp, s)

    Total

    Range

    Total

    Tabel 13 Damage scatter diagram untuk pembebanan

    gelombang dari arah utarauntuk desain bracket yang kedua

    < 1 1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 5 - 6 6 - 7 7 - 8 8 - 9 9 - 10 1 0 - 11 11 - 12 12 - 13 13 - 14 14 - 15 > 15

    Mean < 1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9. 5 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 > 15

    >3.0

    2.8 - 3 .0 2.9

    2.6 - 2 .8 2.7

    2.4 - 2 .6 2.5

    2.2 - 2 .4 2.3

    2.0 - 2 .2 2.1

    1.8 - 2 .0 1.9

    1.6 - 1 .8 1.7 1.E-06 8.E-07 0.0000

    1.4 - 1 .6 1.5 2.E-06 1.E-06 0.0000

    1.2 - 1 .4 1.3 5. E-07 4. E-06 1. E-06 0.0000

    1.0 - 1 .2 1.1 3. E-06 6. E-06 1. E-06 7. E-07 0.0000

    0.8 - 1 .0 0.9 4. E-07 5. E-06 5. E-06 2. E-06 2. E-06 4. E-07 0.0000

    0.6 - 0 .8 0.7 2. E-06 5. E-06 4. E-06 5. E-06 2. E-06 7. E-07 0.0000

    0.4 - 0 .6 0.5 4. E-07 9. E-06 8. E-06 4. E-06 6. E-06 4. E-06 4. E-06 3. E-06 1. E-06 0.0000

    0.2 - 0 .4 0.3 5. E-06 3. E-06 3. E-06 2. E-06 1. E-06 6.E-06 6. E-06 2. E-06 0.0000

    0.0 - 0 .2 0.1 7. E-07 1. E-06 4. E-07 4. E-07 2. E-06 1. E-06 5. E-07 0.0000

    0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0001

    Total

    Range

    > 3.0

    Total

    Significant WaveHeight (Hs,

    m)

    Peak Period(Tp, s)

    Setelah diperoleh nilai rasio kerusakan kumulatif(D) untuk semua arah gelombang sebanyakdelapan arah, maka semua nilai tersebut

    dijumlahkan untuk mendapatkan nilai totaldamage (Dtotal) baik untuk desain bracketpertama maupun desain bracket yang kedua.Nilai Dtotaladalah:

    D = D1+ D2+ D3+ D4+ D5+ D6+ D7 + D8

    Total damage pada semua arah gelombangditunjukkan pada Tabel 14 dan Tabel 15.

  • 7/25/2019 Analisa Bracket

    6/6

    Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012ISBN No.

    Tabel 14 Total damage untuk desain bracket pertamaN NE E SE S SW W NW

    (D1) (D2) (D3) (D4) (D5) (D6) (D7) (D8)

    1 Fu ll L oa d, c ra ne 0 1 .2 98 E- 04 3 .8 81 E- 05 1 .2 66 E- 01 1 .7 00 E- 04 6 .8 79 E- 05 2 .2 01E -0 3 2 .0 34 E- 04 3 .4 45 E- 02 0. 16 39

    2 Fu ll B al la st , cr an e 0 1 .7 43 E- 04 6 .0 76 E- 05 1 .8 66 E- 01 2 .3 33 E- 04 9 .0 85 E- 05 4 .0 17E -0 3 2 .6 60 E- 04 4 .6 16 E- 02 0. 23 76

    3 Fu ll Loa d, cr ane 4 5 1 .5 44 E- 04 4 .6 43 E- 05 1 .4 74 E- 01 1 .9 58 E- 04 7 .9 28 E- 05 2 .5 39E -0 3 2 .3 58 E- 04 4 .0 07 E- 02 0. 19 07

    4 Fu ll B al la st , c ra ne 45 2 .3 04 E- 04 7 .9 48 E- 05 2 .4 58 E- 01 3 .0 70 E- 04 1 .1 95 E- 04 5 .3 13 E- 03 3 .5 01 E- 04 6 .0 76 E- 02 0. 31 30

    5 Fu ll Loa d, cr an e 90 1 .3 76 E- 04 4 .1 90 E- 05 1 .3 67 E- 01 1 .7 95 E- 04 7 .2 81 E- 05 2 .3 31 E- 03 2 .1 89 E- 04 3 .7 36 E- 02 0. 17 70

    6 Fu ll B al la st , c ra ne 90 2 .1 10 E- 04 7 .2 80 E- 05 2 .2 32 E- 01 2 .7 69 E- 04 1 .0 78 E- 04 4 .8 88 E- 03 3 .1 62 E- 04 5 .4 92 E- 02 0. 28 40

    TotalDamage 0.0010 1.3662

    Damage

    No. Load Case Total

    Tabel 15 Total damage untuk desain bracket keduaN NE E SE S SW W NW

    (D1) (D2) (D3) (D4) (D5) (D6) (D7) (D8)

    1 Fu ll L oa d, c ra ne 0 1 .2 98 E- 04 3 .8 81 E- 05 1 .2 66 E- 01 1 .7 00 E- 04 6 .8 79 E- 05 2 .2 01E -0 3 2 .0 34 E- 04 3 .4 45 E- 02 0. 10 37

    2 Fu ll B al la st , cr an e 0 1 .7 43 E- 04 6 .0 76 E- 05 1 .8 66 E- 01 2 .3 33 E- 04 9 .0 85 E- 05 4 .0 17E -0 3 2 .6 60 E- 04 4 .6 16 E- 02 0. 17 74

    3 Fu ll Loa d, cr ane 4 5 1 .5 44 E- 04 4 .6 43 E- 05 1 .4 74 E- 01 1 .9 58 E- 04 7 .9 28 E- 05 2 .5 39E -0 3 2 .3 58 E- 04 4 .0 07 E- 02 0. 13 05

    4 Fu ll B al la st , c ra ne 45 2 .3 04 E- 04 7 .9 48 E- 05 2 .4 58 E- 01 3 .0 70 E- 04 1 .1 95 E- 04 5 .3 13 E- 03 3 .5 01 E- 04 6 .0 76 E- 02 0. 20 38

    5 Fu ll Loa d, cr an e 90 1 .3 76 E- 04 4 .1 90 E- 05 1 .3 67 E- 01 1 .7 95 E- 04 7 .2 81 E- 05 2 .3 31 E- 03 2 .1 89 E- 04 3 .7 36 E- 02 0. 11 68

    6 Fu ll B al la st , c ra ne 90 2 .1 10 E- 04 7 .2 80 E- 05 2 .2 32 E- 01 2 .7 69 E- 04 1 .0 78 E- 04 4 .8 88 E- 03 3 .1 62 E- 04 5 .4 92 E- 02 0. 18 36

    TotalDamage 0.0010 0.9158

    Damage

    No. Load Case Total

    Umur kelelahan pada sambungan antara topsidemodule dengan geladak FSO merupakanpembagian dari desain umur dengan rasio

    kerusakan kumulatif. Jika desain umur lelahbracket topside module FSO 25 tahun, makaumur kelelahan bracket topside module FSO

    adalah sebagai berikut:

    Fatigue life (years) = 25/1.3662= 18.3 tahun

    untuk bentuk desain bracket yang pertama.

    Fatigue life (years) = 25/0.9158

    = 27.3 tahununtuk bentuk desain bracket yang kedua.

    9. KesimpulanBerdasarkan hasil perhitungan fatigue life padadua bentuk desain bracket maka dapatdisimpulkan bahwa tegangan yang terjadi pada

    desain bracket pertama lebih besar daripadadesain bracket yang kedua. Hal inimengakibatkan bentuk bracket kedua memilikiumur lebih lama dibandingkan bentuk bracketpertama yaitu umur lelah bentuk bracket yang

    pertama 18.3 tahun dan umur lelah bentukbracket yang kedua 27.3 tahun.

    10. PustakaBai, Yong, (2003): Marine Structural Design

    Elsevier,. OxfordKrekel, M. H. and Kaminski, M. L. (2002):

    FPSOs: Design considerations for thestructural interface hull and topsides,Offshore Technology Conference, OTC

    13996, Houston.LR (2008): Rules and Regulations for the

    Classification of a Floating Offshore

    Installation at Fixed Location (FOIFL), Part4, Chapter 6.

    LR (2008): Rules and Regulations of Code for

    Lifting Appliance in a Marine Environment(CLAME), Chapter 3.

    Sujiatanti, S.H. (2010): A Comparative Study Of

    Two Different Crane Seating Designs,Seminar Nasional Teknologi dan AplikasiKelautan, Surabaya.