ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

20
ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA, 9 JULI 2012Ir. ARIFFIN AZIZS, MTAHLI MADYA JAFUNG TBP BANGUNAN GEDUNG NEGARALandasan Hukum2. UU No. 28 tahun 2002Tentang Bangunan Gedung1. UU No. 18 Tahun 1999Tentang Jasa Konstruksi3. UU No. 1 tahun 2004Tentang Perbendaharaan Negara4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentangBangunan Gedung6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah7. KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara8. PERPRES No. 73 Tahun 2011Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Bangunan GedungPENGERTIAN Negara:Bangunan Gedung Negara: adalah bangunanadalah bangunangedunggedung untuk keperluan dinasuntuk keperluan dinas yang menjadi /akanyang menjadi /akanmenjadimenjadi kekayaan milik negarakekayaan milik negara dan diadakandan diadakandengan sumber pembiayaandengan sumber pembiayaan APBNAPBN, dan/atau, dan/atauperolehan Perolehan lain yang sahlainnya yang sah.perolehan lainnya yang sah. :Perolehan lain yang sah : Hibah, Pembelian,Hibah, Pembelian,Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah.Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah. Pembangunan Bangunan Gedung Negara (BGN)Pembangunan Bangunan Gedung Negara (BGN)berbasis anggaran kinerjaberbasis anggaran kinerja bukan proyekbukan proyek

Transcript of ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Page 1: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA, 9 JULI 2012Ir. ARIFFIN

AZIZS, MTAHLI MADYA JAFUNG TBP

BANGUNAN GEDUNG NEGARALandasan Hukum2. UU No. 28 tahun 2002Tentang Bangunan

Gedung1. UU No. 18 Tahun 1999Tentang Jasa Konstruksi3. UU No. 1 tahun 2004Tentang

Perbendaharaan Negara4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000Tentang Penyelenggaraan

Jasa Konstruksi5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005Tentang Peraturan Pelaksanaan UU

No. 28 tahun 2002 tentangBangunan Gedung6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2006Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah7. KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara8. PERPRES No. 73 Tahun

2011Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

No. 45/PRT/M/2007Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Bangunan GedungPENGERTIAN Negara:Bangunan Gedung Negara: adalah bangunanadalah

bangunangedunggedung untuk keperluan dinasuntuk keperluan dinas yang menjadi /akanyang

menjadi /akanmenjadimenjadi kekayaan milik negarakekayaan milik negara dan diadakandan

diadakandengan sumber pembiayaandengan sumber pembiayaan APBNAPBN, dan/atau,

dan/atauperolehan Perolehan lain yang sahlainnya yang sah.perolehan lainnya yang

sah. :Perolehan lain yang sah : Hibah, Pembelian,Hibah, Pembelian,Bangun Serah Guna,

Bangun Guna Serah.Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah. Pembangunan Bangunan Gedung

Negara (BGN)Pembangunan Bangunan Gedung Negara (BGN)berbasis anggaran kinerjaberbasis

anggaran kinerja bukan proyekbukan proyek

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:Biaya Pembangunan Biaya Pekerjaan Non StandarStandar

HargaBiaya Pekerjaan StandarBGN: Standar Harga BGN Klasifikasi Sederhana danSatuan

Tertinggi per M2: Ditetapkan olehStandar Harga Bangunan Rumah NegaraTidakSederhana

Bupati/Walikota secara berkala/tahunberdasarkan spesifikasi teknis dan BiayaBiaya Konstruksi

Fisikklasifikasi BGNKomponen Biaya Pembangunan: BiayaBiaya Pengawasan/Manajemen

KonstruksiPerancangan (Design) Pengelolaan Proyek

BangunanPembiayaan Bangunan tertentu: dengan Desain PrototipeProsentase Komponen

Biaya Pembangunan:Diperhitungkan dari BIAYA KONSTRUKSI FISIKBiaya Pekerjaan Besarnya

biaya perencanaan, manajemenkonstruksi /pengawasan,Non-Standar Bangunan dengan

Desaindihitung berdasarkan billing-rate PembangunanBerulang > BangunanBangunan

Page 2: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Sederhana1 tahun anggaran Dihitung berdasarkan rincian volumeBangunan KhususTidak

sederhana kebutuhan nyata danharga pasar yang wajar, dengan terlebih dahulu

berkonsultasikepada instansi Teknis PU;PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:

KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

NegaraPasal 14(1) Dalam melaksanakan belanja negara dilakukan standardisasikomponen

kegiatan termasuk harga satuannya.(3) Dalam penyusunan standardisasi harga satuan, sedapat

mungkinmenggunakan data dasar yang bersumber dari penerbitan resmiBadan Pusat Statistik,

departemen/lembaga, danpemerintah daerah.(2) Standardisasi harga satuan digunakan untuk

menyusunpembiayaan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dalam dokumenanggaran.

KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara(4) Penetapan standardisasi dilakukan secara berkala oleh :b. Menteri/pimpinan lembaga

untuk standardisasi harga satuan pokokkegiatan departemen/lembaga yang bersangkutan;a.

Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan menteri/pimpinan lembaga terkait

untuk standardisasi harga satuan umum,satuan biaya langsung personil dan non personil untuk

kegiatan jasakonsultasi;.c. Gubernur/bupati/walikota dengan memperhatikan pertimbangan

dariinstansi terkait untuk standardisasi harga satuan pokok kegiatandaerah

provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan;.d. Bupati/walikota untuk standardisasi harga

satuan bangunan gedungnegara untuk keperluan dinas seperti kantor, rumah dinas,

gudang,gedung rumah sakit, gedung sekolah, pagar dan bangunan fisiklainnya.

PEMBANGUNANBANGUNANBARUBIAYAPEKERJAANNON

STANDARPERAWATANBANGUNANBIAYA PEKERJAANSTANDARKlasifikasiStandar

LuasStandarJumlah LantaiHSBGNNon-StandarBgn + LingkNon-StandarFungsi KhususNon-

StandarLainnyaSKEMATIKPEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:

A. Klasifikasi Bangunan Gedung NegaraPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 5,1. Klasifikasi

bangunan gedung negara didasarkan padakompleksitas.2. Klasifikasi bangunan gedung negara

meliputi bangunansederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.a. Bangunan

sederhana, merupakan bangunan gedung negaradengan teknologi dan spesifikasi sederhana.b.

Bangunan tidak sederhana, merupakan bangunan gedungnegara dengan teknologi dan

spesifikasi tidak sederhana.c. Bangunan khusus, merupakan bangunan gedung negaradengan

fungsi, teknologi, dan spesifikasi khusus.PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA3.

Page 3: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedungnegara diatur dengan Peraturan

Menteri.

BANGUNAN SEDERHANAadalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana

sertamemiliki kompleksitas dan teknologi sederhana Masa penjaminankegagalan bangunannya

adalah selama 10 (sepuluh) tahunBANGUNAN TIDAK SEDERHANAadalah bangunan gedung

negara dengan karakter tidak sederhanaserta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak

sederhanaMasa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama palingsingkat 10 (sepuluh)

tahunBANGUNAN KHUSUSadalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan

danpersyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannyamemerlukan

penyelesaian/teknologi khusus Masa penjaminankegagalan bangunannya paling singkat 10

(sepuluh) tahunPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAPENGERTIANPERMEN PU No.

45/PRT/M/2007

Bangunan Gedung Kantor yang sudah adadisain Pelayanan Rumah Dinas Tipe C,D, dan

Eprototipe-nya / sd. 2 lantai Pendidikan: lanjutan dan dasar sd. 2kesehatan: Puskesmas

lantaiKlasKlas Penggunaan BangunanPenggunaan

BangunanSEDERHANASEDERHANATIDAKTIDAKSEDERHANASEDERHANAKHUSUSKHUSUSPERSYA

RATAN Bangunan Gedung Kantor belum ada prototipe-nya /BANGUNAN GEDUNGNEGARA

Rumah Dinas Tipe Adiatas 2 lantai & B, atau C,D & E Rumah Sakit Klas Ayangbertingkat &

Istana Universitas/AkademiB Bangunan Monumental Laboratorium Instalasi

NuklirNegara/Wisma Negara

Klasifikasi bangunan khusus, ditetapkanberdasarkan rincian anggaran biaya (RAB)yang dihitung

tersendiri sesuai dengankebutuhan dan kewajaran harga yangberlaku.PERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNGNEGARA

1. Standar luas gedung kantor;a. Standar luas ruang gedung kantor, adalah:1). Rata-rata 10

(sepuluh) meter persegi per personel(Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan tidak sederhana)2). Rata-

rata 9,6 (sembilan koma enam) meter persegi perpersonel (Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan

sederhana)b. Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan,luasnya dihitung

secara tersendiri berdasarkan analisiskebutuhanc. Rincian standar luas ruang gedung kantor dan

ruang penunjangtercantum dalam lampiran I.(Penambahan 25% Luas Ruang Untuk Sirkulasi)B.

Standar Luas Bangunan Gedung NegaraPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 6, 7, 8, 9.2. Ketentuan

Page 4: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

lebih lanjut mengenai Standar Luas bangunan gedungnegara diatur dengan Peraturan

Menteri.PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAB. STANDAR LUAS BGN1. GEDUNG KANTORa.

klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per - personil;b. klasifikasi tidak sederhana rata-

rata sebesar 10 m2 per- personil;c. ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan

masyarakat,kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebutuhan ruang)diluar luas ruangan

untuk seluruh personil yang akan ditampung2. RUMAH NEGARATipe Luas Bangunan Luas

lahanKhusus 400 m2 1 000 m2A 250 m2 600 m2B 120 m2 350 m2C 70 m2 200 m2D 50 m2 120

m2E 36 m2 100 m2

TIPE PENGGUNAKHUSUS - Menteri- Pimpinan Lembaga Tinggi NegaraA - Sekretaris

Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal- Pejabat yang setingkat- Anggota Lembaga Tinggi

Negara/DewanB - Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro- Pejabat yang setingkat- Pegawai Negeri

Sipil Golongan IV/d dan IV/eC - Kepala Sub Direktorat/Kepala Bagian/Kepala Bidang- Pejabat

yang setingkat- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/cD - Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala

Sub Bidang- Pejabat yang setingkat- Pegawai Negeri Sipil Gol. IIIE - Pegawai Negeri Sipil Gol I dan

Gol IIPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

JABATANLUAS RUANG (m2)KETERANGANR. KERJAR. PENUNJANG JABATAN R.

PELAYANANJABATANJMLR.TAMUR.RAPATR.TUNGGUR.ISTIRAHATR.SEKRETR.STAFR.SIMPANR.TO

ILETJMLSTAFCATATAN1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121Menteri/ KetuaLembaga28.00 40.00 40.00

60.00 20.00 15.00 24.00 14.00 6.00 247.00 8R.Staf pada

setiapjabatandiperhitungkanberdasarkan jumlahpersonel@ 2,2 - 3 m2/personel, sesuaidengan

tingkatjabatan dankebutuhan darimasing-masingK/L2 Wakil Menteri 16.00 14.00 20.00 18.00

10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 53Eselon IA/ AnggotaDewan16.00 14.00 20.00 18.00 10.00

10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 54 Eselon I B 16.00 14.00 20.00 9.00 5.00 7.00 4.40 5.00 3.00

83.40 25 Eselon II A 14.00 12.00 14.00 12.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 74.40 26 Eselon II B 14.00

12.00 10.00 6.00 5.00 5.00 4.40 3.00 3.00 62.40 27 Eselon III A 12.00 6.00 3.00

3.00R.Toiletbersama24.00 08 Eselon III B 12.00 6.00 3.00 21.00 09 Eselon IV 8.00 8.80 2.00 18.80

4STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTORA. RUANG KANTORPERSYARATAN BANGUNAN

GEDUNGNEGARA

Page 5: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAJENIS RUANG LUAS KETERANGAN1 2 31Ruang

Rapat UtamaKementerian140 m2Kapasitas 100 orang2 Ruang Rapat Utama Es. I 90 m2Kapasitas

75 orang3 Ruang Rapat Utama Es. II 40 m2Kapasitas 30 orang4 Ruang Studio 4 m2/ orang

Pemakai 10% dari staf5 Ruang Arsip 0.4 m2/ orang Pemakai seluruh staf6 WC/ Toilet 2 m2/ 25

orang Pemakai Pejabat Es. V sd Es. III dan seluruh staf7 Musholla 0.8 m2/ orang Pemakai 20%

dari jumlah personelB. RUANG PENUNJANG3. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Anggota

DPRD disetarakan denganruang kantor / ruang penunjang Eselon IIA.2. Untuk ruang kantor /

ruang penunjang Walikota/Bupati disetarakan denganruang kantor / ruang penunjang Eselon

IA.Keterangan :1. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Gubernur disetarakan denganruang

kantor / ruang penunjang Menteri.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAC. SIRKULASI 25% X (JUMLAH A + B)Keterangan:1.

Standar luas ruang tersebut diatas merupakan acuan dasar, yang dapatdisesuaikan berdasarkan

fungsi/sifat tiap eselon/jabatan.2. Luas ruang kerja untuk Satuan Kerja dan Jabatan Fungsional

dihitungtersendiri sesuai dengan kebutuhan di luar standar luas tersebut di atas.3. Untuk

bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atauruang pelayanan

masyarakat, seperti Kantor Pelayanan Pajak, KantorPelayanan Perbendaharaan Negara,

kebutuhannya dihitung tersendiri, di luarstandar luas tersebut di atas.

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAKeterangan1.Untuk:a. Rumah Jabatan Gubernur

disetarakan dengan Rumah Tipe Khusus, kecualiluas tanah 2000m2.b. Rumah Jabatan

Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A,kecuali luas tanah 1000m2.Rumah

Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota dapat ditambahkan luas ruang untukRuang Tamu Besar

/Pendopo yang dihitung sesuai kebutuhan dan kewajaran.2.Sepanjang tidak bertentangan

dengan luasan persil yang ditetapkan dalamRencana Tata Ruang Wilayah, toleransi kelebihan

tanah yang diizinkan untuk:- DKI Jakarta : 20 %- Ibukota Provinsi : 30 %- Ibukota Kabupaten/Kota

: 40 %- Pedesaan : 50 %3. Untuk rumah susun negara yang dibangun dalam wujud rumahsusun,

luas per unit bangunannya diperhitungkan denganmengurangi luas garasi mobil (untuk tipe

Khusus, A, dan B).Kebutuhan garasi mobil disatukan dalam luas parkir basementdan/atau

halaman

C. Standar Jumlah Lantai Bangunan Gedung NegaraPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 10.1.

Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan palingbanyak 8 (delapan) lantai.2. Jumlah

lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susunditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai.3.

Page 6: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan)lantai harus mendapat

persetujuan terlebih dahulu dariMenteri.4. Jumlah lantai bangunan gedung negara yang

berpengaruhpada Koefisien /faktor pengali jumlah lantai bangunan,besarannya ditetapkan oleh

Menteri.PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

Jumlah Lantai Bangunan Koefisien / Faktor Pengali Bangunan 2 Lantai 1,090Bangunan 3 Lantai

1,120Bangunan 4 Lantai 1,135Bangunan 5 Lantai 1,162Bangunan 6 Lantai 1,197Bangunan 7

Lantai 1,236Bangunan 8 Lantai 1,265Tabel Koefisien / Faktor Pengali Jumlah Lantaibangunan,

sbb:PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

Standar Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara1.Standar harga satuan tertinggi

bangunan gedungnegara ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.2.Standar harga

satuan tertinggi bangunan gedungnegara untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan olehGubernur

DKI Jakarta.3.Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negaradihitung berdasarkan

formula perhitungan standar hargasatuan tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri.D. Standar

Harga Satuan Tertinggi Bangunan GedungNegara (HSBGN)PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal

15.PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

D. STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI(HSBGN)Bab IV. B PERMEN PU No.

45/PRT/M/2007Standar Harga Satuan Tertinggi merupakan biaya per-m2pelaksanaan konstruksi

maksimum untuk pembangunanbangunan gedung negara, khususnya untuk pekerjaan

standarbangunan gedung negara, yang meliputi pekerjaan struktur,arsitektur dan finishing,

serta utilitas bangunan gedung negara.PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARAStandar

Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunangedung negara ditetapkan secara berkala untuk

setiapkabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untukProvinsi DKI Jakarta

ditetapkan oleh Gubernur.

HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGNVn : Kuantitas (Volume) komponen bangunan

Pek.StandarLtb : Luas total lantai bangunanHn : Harga komponen bangunan Pek. StandarK :

Koefisien jumlah lantaiHSBGN =∑ Vn X HnLtb X KMODEL FORMULA HSBGNPERSYARATAN

BANGUNAN GEDUNGNEGARA

Standar Harga Satuan Tertinggi ditetapkan sesuai denganklasifikasi, lokasi, dan tahun

Pembangunan Bangunan Gedung Negarapembangunannya, yang terdiriatas: Pembangunan

Bangunan RumahKlasifikasiSederhana dan Tidak Sederhana Pembangunan Pagar Bangunan

Page 7: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Gedung NegaraPERSYARATAN BANGUNANNegara UtilitasPEKERJAAN STANDAR Finishing

Arsitektur StrukturGEDUNGNEGARA bangunan gedung negara meliputipekerjaan :

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARANoKOMPONENBANGUNANSUB

KOMPONENBANGUNANBOBOT (%)

TAHAPANTERHADAPSELURUHBANGUNANBOBOTMAKSIMUMBOBOTYANG

DIBANGUNNILAI(%)1. Pondasi PONDASI 10.00% 100.00%2. StrukturKOLOM, BALOK & RING BALK

27.00% 100.00%PLESTERAN 2.00% 100.00%3. A t a pRANGKA ATAP 8.00% 100.00%PENUTUP

ATAP 2.00% 100.00%4. Langit-LangitRANGKA LANGIT-LANGIT 3.50% 100.00%PENUTUP LANGIT-

LANGIT 4.50% 100.00%5. DindingBATU BATA/ PARTISI 4.50% 100.00%PLESTERAN 1.75%

100.00%KACA 1.25% 100.00%PINTU 1.00% 100.00%KOSEN 1.50% 100.00%6 Lantai PENUTUP

LANTAI 10.00% 100.00%7. UtilitasINSTALASI LISTRIK 5.00% 100.00%INSTALASI AIR 1.50%

100.00%DRAINASE LLIMBAH 1.50% 100.00%8. FinishingFINISHING STRUKTUR (CAT) 1.00%

100.00%FINISHING LANGIT-LANGIT (CAT) 4.00% 100.00%FINISHING DINDING (CAT) 6.00%

100.00%FINISHING PINTU/ KOSEN (CAT) 4.00% 100.00%JUMLAH NILAI PEKERJAAN STANDAR

100.00%

NO URAIANKLASIFIKASIKETERANGANSEDERHANATIDAKSEDERHANA KHUSUSA PERSYARATAN

TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m, untuk bangunan

bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangankeselamatan, kesehatan, dan

kenyamanan.Berdasarkanpertimbangankeselamatan, kesehatan,dan kenyamanan,

sertaketentuan dalam PeraturanDaerahsetempat tentangBangunan atau RencanaTata Ruang

WilayahKabupaten/Kota, atauRencana Tata Bangunandan Lingkungan untuklokasi yang

bersangkutan2. Ketinggian Bangunan maksimum 2 lantai maksimum 8 lantai (di atas 8 lantai

harus men dapatrekomendasi Menteri Pekerjaan Umum3. Ketinggian Langit-langit min. 2,80 m

min. 2,80 m sesuai fungsi4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah

setempat5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat6. Koefisien

Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat7. Garis sempadan Sesuai ketentuan

Peraturan Daerah setempat8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi & kaidaharsitektur

sederhanasesuai fungsi & kaidaharsitektursesuai fungsi & kaidaharsitektur9. Pagar Halaman **)

Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu,dan bahan lainnya

yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitekturbangunan.10. Kelengkapan Sarana dan

Prasarana Lingkungan *) Dihitung berdasarkankebutuhan sesuai fungsibangunan

Page 8: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

danSNI/ketentuan yangberlaku.- parkir kendaraan minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 m2 luas

bangunan gedung- aksesibiltas tersedia sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat- drainase

tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku- pembuangan sampah tersedia tempat pembuangan

sampah sementara- pembuangan limbah tersedia sarana pengolahan limbah, khususnya untuk

limbah berbahaya- penerangan halaman tersedia penerangan halamanTABEL A1SPESIFIKASI

TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI

NEGARAPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARANOURAIANKLASIFIKASIKETERANGANSEDERHANA

TIDAK SEDERHANA KHUSUSB PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN1. Bahan

PenutupLantaikeramik, vinil, tegelPCmarmer lokal, keramik,vinil,kayumarmer lokal,

keramik,vinil,kayuDiupayakan menggunakanbahan bangunan setempat/produksi dalam negeri,

termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari sistem pabrik asikomponen. Apabila

bahantersebut sukar diperoleh atauharganya tidak sesuai, dapatdiganti dengan bahan lain

yangsederajat tanpa meng -urangipersyaratan fungsi dan mutudengan pengesahan

InstansiTeknis Setempat2. Bahan DindingLuarbata, batako diplesterdan dicat, kacabata, batako

diplesterdicat /dilapis keramik,kaca,panil beton ringanbata, batako diplesterdicat/dilapis

keramik,kaca,panil beton ringan3. Bahan DindingDalambata, batako diples terdan dicat, kaca,

partisikayu lapisbata, batako diplester dicat/dilapis keramik, kaca, partisigipsumbata, batako

diplesterdicat/ dilapis keramik,kaca partisi gipsum4. Penutup Plafond kayu-lapis dicat gipsum,

kayu-lapis dicat gipsum, kayu-lapis dicat5. Bahan PenutupAtapgenteng, asbes,

seng,sirapgenteng keramik, alumunium gelombang dicatgenteng keramik, alumunium

gelombang dicat6. Bahan Kosen danDaun Pintukayu dicat/ aluminium kayu dipelitur,

anodizedaluminiumkayu dipelitur, anodizedaluminiumC PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN1.

Pondasi batu belah, kayu, betonbertulang K-200batu belah, kayu, betonbertulang K-225 atau

lebihbatu belah, kayu, betonbertulang K-225 atau lebihKhusus untuk daerahgempa,

harusdirencanakan sebagaistruktur bangunan tahangempa.2. Struktur Lantai(untuk

bangunanbertingkat)beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat IIbeton bertulang K-

225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II3. Kolom beton bertulang K-200baja, kayu klas kuat IIbeton

bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat IIbeton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas

kuat II4. Balok beton bertulang K-200,baja, kayu klas kuat IIbeton bertulang K-225

ataulebih,baja,kayu klas kuat IIbeton bertulang K-225 ataulebih, baja, kayu klas kuat II5. Rangka

Page 9: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapisanti karatkayu klas kuat II, baja

dilapisanti karat6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15genteng min.

30 , sirapmin.22.5, seng min 15genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARANO URAIANKLASIFIKASIKETERANGANSEDERHANA

TIDAK SEDERHANA KHUSUSD PERSYARATAN UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM

BANGUNAN1. Air Bersih PAM, sumur pantek2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan3.

Pembuangan Air Kotor bak penampung4. Pembuangan Kotoran bak penampung5. Bak

SeptikTank & resapan berdasarkan kebutuhan6. Sarana Pengamanan thp.Bahaya Kebakaran

*)Mengkuti ketentuan dalam PERMEN PU tentang penanggulangan, serta StandarNasional

Indonesia (SNI) yang berlaku7. Sumber daya listrik *) PLN, Generator (harus memperhatikan

prinsip hemat energi)8. Penerangan peneranganalam dan buatan100-215 lux/m2, dihitung

berdasarkan kebutuhan dan fungsi Bangunan /fungsiruang serta SNI yang berlaku9. Tata Udara

6-10% bukaan atau dengan tata udara buatan (AC*) dihitung sesuai SNI yangberlaku.10. Sarana

TransportasiVertikal *)tidak diperlukan untuk bangunan di atas 4 lantai dapatmenggunakan Lift ,

sesuai SNI yang berlakudihitung sesuai kebutuhandan fungsi bangunan11. Aksesibilitas

bagipenyandang cacat*)Sesuai ketentuan dalam Per.Men. PU No. 30/KPTS/2006, minimal ramp

untukbangunan klasifikasi sederhana.12. Telepon *) sesuai kebutuhan13. Penangkal petir

penangkal petir lokalE PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN1. Tangga Penyelamatan

(khususuntuk bangunan bertingkat)lebar minimal = 1, 20 m, dan bukan tangga putar jarak antar

tangga aksimum45 m (jarak bisa 1,5 kali bilamenggunakan sprinkler)2. Tanda Penunjuk Arah

jelas, dasar putih huruf hijau3. Pintu lebar min.=0,90 m, satu ruang minimal 2 pintu dan

membuka keluar4 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m

NO URAIANKLASIFIKASIKETERANGANKhusus & Tipe ATipe BTipe C,D, dan EA PERSYARATAN

TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGANB1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m, untuk bangunan

bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangankeselamatan, kesehatan, dan

kenyamanan.Terutama berdasarkanketentuan dalamPeraturan Daerahsetempat

tentangBangunan atauRencana Tata RuangWilayahKabupaten/Kota untuklokasi

yangbersangkutan.2. Ketinggian Bangunan3. Ketinggian Langit-langit min. 2,70 m min. 2,70 m

min. 2,70 m4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat5.

Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat6. Koefisien Dasar Hijau

Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan

Page 10: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

Daerah setempat8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi rumah &kaidah arsitektursesuai fungsi rumah

&kaidah arsitektursesuai fungsi & kaidaharsitektur sederhana9. Pagar Halaman **)

Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, danbahan lainnya

yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur rumahnegaraBiayanya mengikutistandar

harga satuanper-m pagar10. Tandon Air min. 3 m3 min. 2 m3 min. 1 m3PERSYARATAN BAHAN

BANGUNANDiupayakanmenggunakan bahanbangunan setempat/produksi dalam

negeri,termasuk bahanbangunan sebagaibagian dari sistempabrikasi komponen.1. Bahan

Penutup Lantai marmer lokal, keramik,vinil,kayukeramik, vinil keramik, vinil, Tegel PC2. Bahan

Dinding bata, batako diplester dan dicat tembok3. Penutup Plafond Gipsum, asbes semen/ kayu-

lapis dicat asbes semen/kayu-lapis dicat4. Bahan Penutup Atap genteng keramik

berglazuurasbes, seng, sirapgenteng, asbes,seng, sirapgenteng, asbes, seng,sirap5. Bahan Kosen

dan DaunPintu/ Jendela kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicatTABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS

BANGUNAN RUMAH NEGARAPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARANOURAIANKLASIFIKASIKETERANGANKhusus & Tipe

ATipe BTipe C,D, dan EC PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN1. Pondasi batu belah, kayu klas

kuat /awet II, beton-bertulangbatu belah, kayu klas kuat/awet II, beton-bertulangbatu belah,

kayu klas kuat/awet II, beton-bertulangKhusus untuk daerahgempa, harusdirencanakan

sebagaistruktur bangunan tahangempa.2. Struktur Lantai(untuk bangunanbertingkat)beton

bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet IIbeton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II3.

Kolom beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet IIbeton bertulang K-200, baja,kayu klas

kuat/awet IIbeton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II4. Balok beton bertulang K-200,

baja,kayu klas kuat/awet IIbeton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet IIbeton bertulang K-

200, baja,kayu klas kuat/awet II5. Rangka Atap kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet

II, baja kayu klas kuat/awet II, baja6. KemiringanAtapgenteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min

15genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15D

PERSYARATAN UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN1. Air Bersih PAM,

sumur pantek2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan3. Pembuangan Air Kotor bak

penampung Untuk Rumah Negarayangdibangun dalam 1kompleks menggunakanseptiktank

Komunal4. Pembuangan Kotoran bak penampung5. Bak SeptikTank &resapan 6 m3 5 m3 2 - 4

m36. Sarana pengamananthp.Bahaya kebakaran *)Mengkuti ketentuan dalam PERMEN PU

tentang penanggulangan, sertaStandar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku7. Sumber daya

Page 11: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

listrik *) PLN, 2200-4400 VA PLN, 1350-2200 VA PLN, 450-1350 VA8. Penerangan

peneranganalam dan buatan 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2 100-215 lux/m29. Tata Udara 6-

10% bukaan ataudengan tata udarabuatan (AC)*)6-10% bukaan 6-10% bukaan12. Telepon *)

sesuai kebutuhan13. Penangkal petir penangkal petir lokal

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARANO URAIANKLASIFIKASIKETERANGANKhusus &

Tipe ATipe B Tipe C,D, dan EE PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN1. Tangga Penyelamatan

(khususuntuk bangunan bertingkat)lebar min.=1, 20m2. Tanda Penunjuk Arah Tidak

dipersyaratkan3. Pintu lebar min.=0,90 m4 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m*) pembiayaannya

tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan harusdianggarkan tersendiri

sebagai biaya non-standar.3. Apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak

sesuai, dapat digantidengan bahan lain yang sederajat tanpa mengurangi persyaratan fungsi dan

mutu denganpengesahan Instansi Teknis Setempat.1. Untuk Rumah Negara klas C, D, dan E,

pelaksanaan pembangunannya disamping sepertiketentuan pada tabel tersebut diatas,

dibangun berdasarkan "Dokumen Pelelangan DisainPrototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan

oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya atau menggunakan disain Perum Perumnas yang telah

disetujui oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.2. Untuk bangunan rumah negara yang dibangun

dalam bangunan gedung bertingkat banyak(rumah susun), maka ketentuan-ketentuan teknisnya

mengikuti ketentuan teknis untukbangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.

1. Setiap pembangunan bangunan gedung negarayang dilaksanakan oleh

kementerian/lembaga /SKPDharus mendapat bantuan teknis dalam bentukpengelolaan teknis.2.

Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelolateknis yang bersertifikat.3. Tenaga pengelola

teknis bertugas membantu dalampengelolaan kegiatan pembangunan bangunangedung negara

di bidang teknis administratif.4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan teknisdiatur

dengan Peraturan Menteri.PENGELOLA TEKNISPengelolaan TeknisPERPRES No. 73 Tahun 2011

Pasal 11.

BIAYA PEMBANGUNAN BGNBIAYA PEMBANGUNAN

BGNBIAYABIAYAPEMBANGUNANPEMBANGUNANBGNBGNBIAYABIAYAPEKERJAANPEKERJAANST

ANDARSTANDARBIAYABIAYAPEKERJAANPEKERJAANNON-STANDARNON-STANDARPERPRES No.

73 Tahun 2011 Pasal 14

Page 12: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

PEKERJAAN STANDAR BGNPEKERJAAN STANDAR BGNPekerjaan Standar BGNmeliputi

pekerjaan : struktur, standar hargaarsitektur , finishing, utilitasDihitung berdasarkan: satuan

tertinggi berdasarkan klasifikasi bangunangedung luaskoefisien faktor pengali jumlah lantai

bangunan; dannegara; bangunanBiaya Pek. Standar = (HSBGN) (K) (Ltb)HSBGN : Standar Harga

Satuan Tertinggi BGNLtb : Luas total lantai bangunanK : Koefisien jumlah lantaiPERPRES No. 73

Tahun 2011 Pasal 14

Biaya Pekerjaan Non StandarPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 16- dihitung berdasarkan

kebutuhan nyata dan harga pasar yangwajar.-Total biaya non-standar maksimum 150% dari

total biaya standar BGN-Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan MenteriBiaya Pek. Non

StandarPERMEN PU No. 45/PRT/M/2007- dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata

dan hargapasar yang wajar , setelah berkonsultasi kepada Instansi Teknis setempat;- Besarnya

biaya perencanaan, manajemen konstruksi, pengawasanpekerjaan non-standar, dihitung

(berdasarkan billing-rate)PEKERJAAN NON STANDARPEKERJAAN NON STANDAR

Biaya non-standar digunakan untuk:1. Perizinan selain IMB;2. Penyiapan dan pematangan

lahan;3. Peningkatan arsitektur dan/atau struktur bangunan;4. Pekerjaan khusus kelengkapan

bangunan;5. Pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan(greenbuilding); dan/atau6.

Penyambungan utilitasPEKERJAAN NON STANDARPEKERJAAN NON STANDAR

Total biaya tertinggi pekerjaan non-standar maksimum sebesar150% dari biaya pekerjaan

standar, dan dapat berpedoman pada :Jenis pekerjaan ProsentaseAlat Pengkondisian Udara 10-

20% dari XElevator/Escalator 8-12% dari XTata Suara (Sound System) 3-6% dari XTelepon dan

PABX 3-6% dari XInstalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11 % dari XElektrikal (termasuk genset) 7-

12% dari XSistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari XSistem Penangkal Petir Khusus 2-5% dari

XInstalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 2-4% dari XInterior (termasuk furniture) 15-25% dari

XGas Pembakaran 1-2% dari XGas Medis 2-4% dari XPencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari

XPondasi dalam 7-12% dari XFasilitas penyandang cacat & kebutuhan khusus 3-8% dari

XSarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari XBasement (per m2) 120% dari YPeningkatan Mutu *)

15-30% dari Z

KOEFISIEN/FAKTOR PENGALIBANGUNAN/RUANG DENGAN FUNGSI KHUSUSBAB IV.D.2 Permen

PU No. 45/PRT/M/2007Fungsl Bangunan/Ruang Harga Satuan per-m2

TertinggiICU/ICCU/UGD/CMU 1,50 standar harga bangunanRuang Operasi 2,00 standar harga

Page 13: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

bangunanRuang Radiology 2,00 standar harga bangunanRawat inap 1,10 standar harga

bangunanLaboratorium 1,10 standar harga bangunanRuang Kebidanan dan Kandungan 1,20

standar harga bangunanRuang Gawat Darurat 1,10 standar harga bangunanPower House 1,25

standar harga bangunanRuang Rawat Jalan 1,10 standar harga bangunanDapur dan Laundri 1,10

standar harga bangunanBengkel 1,00 standar harga bangunanLab. SLTP/SMA/SMK 1,15 standar

harga bangunanSelasar Luar Beratap/Teras 0,50 standar harga bangunanBIAYA NON STANDAR

FUNGSI KHUSUS

BIAYA NON STANDAR LAINNYAa. Penyiapan lahan;Biaya non-standar lainnya, meliputi biaya

untuk:b. Pematangan lahan;j. ……………….c. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL)d. Penyusunan rencana induk (masterplan);e. Penyusunan studi Analisa Mengenai

Dampak Lingkungan(AMDAL);f. Biaya Penyambungan Utilitas (Air, Listrik, Telpon,ddsb);g.

Penyelidikan tanah yang terperinci;h. Biaya pengelolaan kegiatan, perencanaan, dan

pengawasanuntuk perjalanan dinas ke wilayah/lokasi kegiatan yang

sukarpencapaiannya/dijangkau oleh sarana transportasi (remote area);i. Perizinan-perizinan

khusus karena sifat bangunan, lokasi/letakbangunan, ataupun karena luas lahan;

BIAYA NON STANDAR LAINNYAk. Biaya Konsultan VE, apabila Satuan Kerja

menghendakipelaksanaan VE dilakukan oleh konsultan independen;Biaya non-standar lainnya

dihitung berdasarkan kebutuhannyata dan harga pasar yang wajar.l. Biaya Pekerjaan khusus

bangunan gedung ramah lingkungan(green building);j. Biaya Konsultan studi penyusunan

program pembangunanbangunan gedung negara, untuk bangunan gedung yangpenyusunannya

memerlukan keahlian konsultan;

BIAYA KESELURUHAN BANGUNANBIAYA KESELURUHAN BANGUNANBIAYA KESELURUHAN

BANGUNANBIAYAKONSTRUKSI FISIKBIAYA MK/BIAYA

PENGAWASANBIAYAPERENCANAANBIAYAPENGELOLAANKEGIATANBIAYAPEKERJAANSTANDARBI

AYA PEKERJAANNON STANDARmax 150% dari HSBGNPerpres 73 Pasal 16, (3)HSBGN

BIAYA KONSTRUKSI FISIKBab IV. C.1.d PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007Biaya konstruksi fisik

ditetapkan (dalam kontrak) dari hasilpelelangan maksimum sebesar biaya konstruksi fisik yang

tercantumdalam dokumen pembiayaan bangunan gedung negara, yang didalamnya termasuk

biaya :1) pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material, tenaga, dan alat);2) jasa dan overhead;3)

Page 14: ANALISA BIAYA PROYEKBAHAN AJARDIKLATDITJEN ANGGARANJAKARTA.doc

lzin Mendirikan Bangunan (IMB)4) pajak dan iuran daerah lainnya; dan5) biaya asuransi selama

pelaksanaan konstruksi.

TERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIHKEMENTERIAN

PEKERJAANUMUMJalan Pattimura No. 20 - Kebayoran Baru - Jakarta 12110 Telp (021) 724 4040

- Fac (021)7251058