amfetamin klompok 7

17

Click here to load reader

description

napza

Transcript of amfetamin klompok 7

Page 1: amfetamin klompok 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Banyak obat-obat yang dapat merangsang sistem saraf pusat (SSP), tetapi

yang pemakaiannya disetujui secara medis terbatas hanya pada pengobatan

narkolepsi, gangguan penurunan perhatian (GPP) pada anak-anak, obesitas, dan

pemulihan distres pernapasan. Kelompok utama dari perangsang SSP adalah

amfetamin dan kafein yang merangsang korteks serebri dari otak, analpetik dan

kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk merangsang pernapasan,

dan obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang bekerja pada tingkat tertentu

pada korteks serebri dan hipotalamus untuk menekan napsu makan. Amfetamin

dan obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang berkaitan telah banyak

disalahgunakan. Pemakaian amfetamin jangka panjang dapat menimbulkan

ketergantungan psikologis dan toleransi, suatu keadaan di mana semakin tinggi

dosis obat yang diperlukan untuk menghasilkan respon awal. Peningkatan dosis

obat yang bertahap dan kemudian tiba-tiba dihentikan dapat menimbulkan depresi

dan gejala-gejala putus obat.

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah

amfetamin, metamfetamin, metilendioksimetamfetamin (MDMA, acstasy atau

Adam). Amfetamin bisa disalahgunakan selama bertahun-tahun atau digunakan

sewaktu-waktu. Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis.

Dulu ketergantungan terhadap amfetamin timbul jika obat ini diresepkan

untuk menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi

karena penyaluran obat yang ilegal. Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk

keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat dan digunakan secara ilegal.

Di AS, yang paling banyak disalahgunakan adalah metamfetamin.

Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang telah

mencapai AS.

1

Page 2: amfetamin klompok 7

Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuk triping.

MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf

tubuh) di otak dan diduga menjadi racun bagi sistem saraf.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas ,didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa itu amfetamin ?

1.2.2 Bagaimana sejarah dari amfetamin ?

1.2.3 Bagaimana cara mengonsumsi amfetamin ?

1.2.4 Bagaimana cara kerja amfetamin dalam tubuh ?

1.2.5 Bagaimana pengaruh terhadap pengguna yang menggunakan amfetamin ?

1.2.6 Bagaimana komplikasi medis dari amfitamin ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian amfetamin

1.3.2 Mengetahui sejarah amfetamin

1.3.3 Memahami cara mengonsumsi amfetamin

1.3.4 Memahami cara kerja amfetamin

1.3.5 Memahami pengaruh terhadap pengguna

1.3.6 Mengetahui komplikasi medis

2

Page 3: amfetamin klompok 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amfetamin

Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang

susunan saraf pusat, seperti efedrin yang terdapat dalam tanaman Ephedra

trifurkaka, kafein yang terdapat dalam kopi, nikotin yang terdapat dalam

tembakau, dan katin yang terdapat dalam tanaman khat (Catha edulis).

Ada 3 jenis amfetamin, yaitu laevoamfetamin (benzedrin),

dekstroamfetamin (deksedrin), dan metilamfetamin (metedrin).

Amfetamin, dekstroamfetamin, dan met-amfetamin adalah bubuk kristal

putih yang tidak berbau, pahit rasanya, larut dalam air dan sedikit larut dalam

alkohol, kecuali met-amfetamin yang mudah larut dalam air maupun alkohol.

Dulu amfetamin digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain

depresi ringan, parkinsonisme, skizofrenia, penyakit menierre, buta malam, kolon

iritabel, dan hipotensi.

Dikenal juga banyak turunan (derivat) amfetamin yang disentesis dengan

tujuan mengurangi nafsu makan dalam rangka menurunkan berat badan bagi

orang yang kelebihan berat badan (obesitas) atau orang yang ingin tampil lebih

ramping. Sebagai contoh, seksedrin (dektroamfetamin), ponderal (fenfleramin),

fentermin (isomerid), dietilproprion (anitase), mazindol (teropac).

Banyak macam derivat amfetamin dibuat dengan sengaja oleh laboratorium

klindestin dengan tujuan penggunaan rekreasional (designed or engineered

substances), misalnya yang banyak disalahgunakan di indonesia saat ini adalah

3,4, metilen-di-oksi-met-amfetamin (MDMA) atau lebih dikenal sebagai ekstasi,

dan met-amfetamin (sabu-sabu).

3

Page 4: amfetamin klompok 7

2.2 Sejarah Amfetamin

Amfetamin pertama kali disentesa pada tahun 1888, tetapi baru diterima

masyarakat sebagai obat pada tahun 1932, dalam bentuk inhaler Benzedrine.

Penyebarluasan kehebatan khasiatnya disertai dukungan banyak dokter. Namun

karena khasiat yang hebat ini ternyata mendorong timbul dan meluasnya

penyalahgunaan obat ini. Turunan amfetamin yang sedang trend pada akhir-akhir

ini adalah ekstasi.

Perkembangan demi perkembangan terus bergulir. Seiring dengan

perkembangan zaman, penggunaan zat tadi akhirnya menimbulkan dorongan

untuk meraup keuntungan secara besar-besaran tanpa memperhatikan efek negatif

dari penyebaran zat-zat tersebut.

2.3 Cara Mengonsumsi Amfetamin

Amfetamin dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) dan akan diabsorbsi

seluruhnya kedalam darah. Pada penggunaan secara intravena, amfetamin akan

sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap

amfetamin, mula-mula uap amfetamin akan mengendap di paru, kemudian

diabsorbsi secara cepat ke dalam darah. Amfetamin juga bisa diabsorbsi melalui

selaput lendir hidung pada penggunaan dengan menyedot melalui hidung

(snorting). MDMA (ekstasi) pada umumnya dikemas dalam bentuk tablet atau

kapsul untuk penggunaan secara oral. Tablet atau kapsul ini mengandung 60-250

mg (rata-rata 120 mg) MDMA. Ada juga MDMA dalam bentuk serbuk untuk

disedot melalui hidung, atau disuntikan secara intravena atau subcutan. Ada pula

dalam bentuk supositoria. Preparat yang dijual sebagai MDMA sering tidak

murni, melainkan dicampur dengan bahan lain, seperti aspirin, kafein, amfetamin,

met-amfetamin, atau MDA.

4

Page 5: amfetamin klompok 7

2.4 Cara Kerja

Amfetamin menyebabkan pelepasan norepinefrin, dopamin, dan serotonin

dari neuron prasinaps karena amfetamin berinteraksi dengan transporter yang

terlibat dalam pelepasan neurotransmiter tersebut. Amfetamin juga menghambat

re-uptake norepinefrin dan dopamin. Amfetamin juga menghambat sistem MAO

pada neuron prasinaps. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan aktivitas

neuron dopaminergik pascasinaps. Penggunaan amfetamin secara berulang dalam

waktu yang lama akan menyebabkan berkurangnya cadangan katekolamin

(prekursor norepinefrin maupun dopamin). Neuro membutuhkan waktu beberapa

hari untuk memproduksi lebih banyak katekolamin. Selama proses adaptasi itu,

pengguna amfetamin akan mengalami gejala depresi. Walaupun amfetamin

berpengaruh pada norepinefrin, serotonin, dan dopamin, pengaruhnya yang

terbesar adalah pada dopamin. Amfetamin juga berpengaruh pada neuro

transmiter lain, seperti asetilkolin (ACh), substansi P, opioida endogen, dan

GABA. Pengaruh terhadap kombinasi beberapa neurotransmiter ini akan

menimbulkan perubahan metabolisme dan aliran darah dalam otak, terutama pada

prefrontal, frontal, temporal, dan subkortial. Perubahan ini berkaitan dengan

terjadinya stimulasi dan euforia.

Amfetamin dimetabolisme di hepar dan diekskresi dalam bentuk aslinya

atau dalam bentuk metabolitnya. Kecepatan eliminasi amfetamin melalui air seni

bergantung pada pH air seni. Semakin kecil pH, semakin besar kadar amfetamin

yang diekskresi dalam bentuk yang tidak berubah. Pada pH yang tinggi (alkalis),

metabolisme amfetamin dalam hepar juga berlangsung lama. Psikosis karena

amfetemin juga lebih berat pada orang yang pH air seninya alkalis. Asidifikasi air

seni untuk mempercepat ekskresi amfetamin tidak dianjurkan karena

memperbesar risiko terjadinya gagal ginjal. Semakin banyak amfetamin yang

tersebar di dalam jaringan ektravaskuler sebagai akibar penggunaan yang sering

atau ketika toleransi sudah terjadi.

Metilfenidat bekerja seperti amfetamin, tetapi pada bagian otak yang

berbeda dengan tempat kerja amfetamin.

5

Page 6: amfetamin klompok 7

Met-amfetamin HCl akan dipecah menjadi senyawa lain bila dipanaskan.

Oleh karena itu, met-amfetamin HCl tidak bisa dibakar dan tidak bisa dipakai

dengan cara merokok. Sebaliknya, free-base met-amfetim menguap pada suhu

200 oC. Oleh karena itu, free-base met-amfetamin bisa di gunakan seperti rokok.

Sebaliknya, dekstro-amfetamin tidak dapat dibakar karena akan rusak. Free-base

met-amfetamin diberi nama ICE, speed, crystal, crank, atau go. Begitu ICE di

rokok, langsung diabsorbsi kedalam darah dan berlangsung sampai empat jam.

Sesudah itu, kadarnya dalam darah menurun secara progresif. Waktu paruh met-

amfetamin adalah sebelas jam. Sesudah beredar keotak, 60% met-amfetamin

dimetabolisasi di hati untuk diekskresi melalui ginjal, sisanya diekskresi dalam

bentuk met-amfetamin dan sebagian kecil dalam bentuk amfetamin.

Penelitian membuktikan bahwa MDMA maupun met-amfetamin merusak

neuron yang sifatnya ireversibel, bahkan mematikan neuron, yaitu neuron

dopaminergik dan serotonergik.

2.5 Pengaruh terhadap Pengguna

Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin,

jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Secara umum untuk

amfetamin yang dikategorikan dosis rendah sampai dosis rendah adalah 5-50 mg,

biasanya secara oral, sedangkan yang dikategorikan dosis tinggi adalah lebih dari

100 mg, biasanya secara intravena. Dektroamfetamin mempunyai potensi 3-4 kali

potensi amfetamin. Untuk dektroamfetamin, yang dimaksud dosis rendah sampai

sedang adalah 2,5-20 mg, sedangkam dosis tinggi adalah 50 mg atau lebih. Met-

amfetamin bahkan lebih poten. Oleh karena itu, rentang dosis untuk dosis rendah

dan menengah maupun untuk dosis tinggi adalah lebih kecil

Dosis kecil semua jenis amfetamin akan menaikkan tekanan darah,

mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan,

menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan

rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan

6

Page 7: amfetamin klompok 7

merasa kuat. Walaupun penampilan motorik meningkat, dapat terjadi gangguan

deksteritas dan keterampilan motorik halus.

Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernapasan,

menimbulkan tremor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas motorik, insommnia,

agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan

mengurangi tidur.

Penggunaan amfetamin berjangkat waktu lama dengan dosis tinggi dapat

menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus

tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindak kekerasan, waham

curiga, dan anoreksia yang berat.

Dosis toksik amfetamin sangat bervariasi. Reaksi yang hebat dapat timbul

pada dosis kecil (20-30 mg) sekalipun, tetapi pada orang yang belum mengalami

toleransi, ada juga yang tetap hidup pada dosis 400-500 mg. Pada mereka yang

sudah mengalami toleransi, bahkan bisa tetap hidup dengan dosis yang lebih besar

lagi.

Gejala putus zat amfetamin antara lain ditandai dengan nafsu makan

bertambah, berat badan bertambah, energi berkurang, kebutuhan tidur meningkat.

Waham masih di jumpai beberapa lama sebagai akibat penggunaan amfetamin,

bukan sebagai putus zat.

Met-amfetamin mempunyai masa kerja 6-8 jam. Euforia yang begitu kuat

dicapai dalam beberapa menit pada penggunaan dengan cara di rokok atau

disuntikan intravena, 3-5 menit pada penggunaan secara disedot melalui hidung,

dan 15-20 menit pada penggunaan secara oral. Penggunaan met-amfetamin dalam

dosis tinggi berulang kali sering dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan

psikosis paranoid. Dosis yang demikian tinggi dan berulang itu menyebabkan

berkurangnya dopamin dan serotonin untuk jangka waktu yang lama. Perubahan

ini tampak ireversibel karena pengaruh met-amfetamin terhadap neuron

dopaminergik dan serotonergik dapat berlangsung lebih dari satu tahun.

Perubahan perilaku yang tidak jelas terlihat, tetapi dapat menimbulkan perubahan

pola tidur, fungsi seksual, depresi, gangguan motorik, dan psikosis dengan waham

7

Page 8: amfetamin klompok 7

mirip skizofrenia paranois, seperti yang terjadi pada penggunaan kronis kokain.

Psikosis akibat amfetamin dapat berlangsung beberapa minggu lamanya. Pada

penggunaan jangka lama met-amfetamin, terjadi pengurangan kepadatan dan

jumlah neuron di lobus frontalis dan ganglia basalis.

MDMA sebanyak 75-150 mg yang dikonsumsi secara oral akan

memperlihatkan gejala setalah 30 menit dengan puncak gejala tercapai sesudah 1-

1,5 jam, dan berakhir sesudah 3-4 jam. Intoksikasi MDMA ditandai dengan

euforia, meningkatnya kemampuan hubungan interpersonal, lebih mudah

menghayati perasaan orang lain, ansietas, panik, otot berkontraksi sehingga

bruksisme, gigi berkerut, gerakan otot tidak terkendali (tripping), emosi mejadi

labil, mulut kering, banyak keringat, tekanan darah meningkat, denyut jantung

bertambah cepat, mual, penglihatan kabur, gerakan cepat bola mata, dan

kebingungan.

2.5.1 Efek Farmakologis

1. Amfetamin menimbulkan pembebasan Ne (efek alfa dan beta yang

kuat) dan dopamin. Ekskresinya melalui urine, dan umumnya dalam

bentuk tidak berubah.

2. Stimulasi SSP menimbulkan iritabilitas, takipnue, euforia, penekanan

nafsu makan, peningkatan aktifitas motorik, dan dosis tinggi dapat

menimbulkan psikosis yang dapat diobati dengan obat blokade

dopamin.

3. Pada kardiovaskuler, amfetamin meningkatkan tekanan darah,

menurunkan refleks denyut jantung (bervariasi), dan merupakan

aritmogenik pada dosis tinggi.

2.5.2 Indikasi Klinik

1. Penyakit kurang perhatian pada anak-anak (disfungsi otak yang

minimal, hiperaktivitas)

2. Sebagai narkolepsi

8

Page 9: amfetamin klompok 7

3. Penekanan nafsu makan, hanya digunakan untuk jangka pendek

(beberapa minggu) karena efek adiksinya. Adanya rebound weight gain

menghilangkan manfaat obat ini.

2.5.2 Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan

Amfetamin dapat menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem

saraf pusat, kardiovaskuler, gastrointestinal, dan endokrin. Efek samping

dan reaksi yang merugikannya adalah gelisah, insomnia, takikardia,

hipertensi, palpitasi jantung, mulut terasa kering, anoreksia, berat badan

turun, diare atau konstipasi, lemah, pusing, disfori, tremor, sakit kepala,

reaksi psikotik (jarang), dan impoten. Efek samping yang lainnya dapat

berupa :

1. Dosis yang berlebihan dapat menimbulkan konfusi, delirium, paranoia,

psikosis, aritmia jantung, hipertensi taua hipotensi, nyari abdomen

(pengasaman urine mempercepat ekskresi obat ini)

2. Penyalahgunaan dapat menimbulkan ketergantungan obat

2.6 Komplikasi Medis

Penggunaan amfetamin melalui suntikan dapat menyebabkan terjadinya

angiitis atau perdarahan intraserebral, kejang dan koma.

Pada pengguna amfetamin dosis tinggi, hal ini dapat menyebabkan

terjadinya psikosis dan gangguan mental lain, pengurangan berat badan, penyakit

infeksi akibat kurang menjaga kesehatan tubuh, serta penyakit lain akibat efek

lengsung amfetamin, atau akibat kebiasaan makan yang buruk, kurang tidur, atau

penggunaan alat suntik yang tidak steril.

Selain komplikasi medis, pengguna amfetamin yang kronis akan mengalami

kemuduran dalam kehidupan individual, sosial, dan pekerjaan. Penggunaan

amfetamin yang paling sering menyebabkan psikosis.

9

Page 10: amfetamin klompok 7

Belum dapat dibuktikan bahwa amfetamin dapat menimbulkan cacat

kongenital, tetapi sudah terbukti bahwa bayi yang lahir dari perempuan pengguna

amfetamin akan mempunyai berat badan yang kurang, mengalami hambatan

dalam pertumbuhan, serta perdarahan intraserebral. Setelah besar, bayi tersebut

akan mengalami defisit pada psikometrik, kemampuan akademik yang buruk,

masalah perilaku, perlambatan fungsi kognitif, dan gangguan penyesuaian diri

Met-amfetamin dalam jumlah banyak merusak ujung sel saraf. Dalam dosis

tinggi, met-amfetamin meningkatkan suhu badan dan kejang, yang bisa berakibat

kematian. Seperti amfetamin, penggunaan jangka pendek met-amfetamin akan

meningkatkan perhatian, mengurangi rasa letih, mengurangi nafsu makan, euforia,

napas cepat, dan hipertemia. Pada pengguna jangka panjang, met-amfetamin dapat

menimbulkan waham, halusinasi, gangguan afek, aktivitas motorik berulanng, dan

nafsu makan berkurang. Met-amfetamin dapat menimbulkan gangguan

kardiovaskuler, seperti takikardia, aritmia jantung, tekanan darah naik, stroke,

endokarditis, abses pada kulit (pengguna intravena).

Pengguna kronis MDMA mengganggu daya ingat, konsentrasi belajar, dan

tidur. Pengguna yang kronis MDMA dapat merusak ginjal dan sistem

kardiovaskular. Penggunaan MDMA bersamaan dengan alkohol sangat berbahaya

dan dapat berakibat fatal.

10

Page 11: amfetamin klompok 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang

susunan saraf pusat, seperti efedrin yang terdapat dalam tanaman Ephedra

trifurkaka, kafein yang terdapat dalam kopi, nikotin yang terdapat dalam

tembakau, dan katin yang terdapat dalam tanaman khat (Catha edulis).

Amfetamin dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) dan akan diabsorbsi

seluruhnya kedalam darah. Pada penggunaan secara intravena, amfetamin akan

sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap

amfetamin, mula-mula uap amfetamin akan mengendap di paru, kemudian

diabsorbsi secara cepat ke dalam darah.

Amfetamin menyebabkan pelepasan norepinefrin, dopamin, dan serotonin

dari neuron prasinaps karena amfetamin berinteraksi dengan transporter yang

terlibat dalam pelepasan neurotransmiter tersebut. Amfetamin juga menghambat

re-uptake norepinefrin dan dopamin. Amfetamin juga menghambat sistem MAO

pada neuron prasinaps.

3.2 Saran

Diharapkan setiap tenaga kesehatan dan masyarakat umum lainnya dapat

mengetahui, mengenal dan memahami bahan-bahan yang berbahaya bagi

kesehatan tubuh dan berdampak buruk terhadap masa depan penggunanya.

11

Page 12: amfetamin klompok 7

DAFTAR PUSTAKA

Joewana, S. 2004. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat

Psikoaktif. Ed 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Darman, F. 2006. Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba. Tanggerang :

Visimedia.

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi: pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC.

12