KLOMPOK PERBAIKAN

download KLOMPOK PERBAIKAN

of 28

description

klompok

Transcript of KLOMPOK PERBAIKAN

KEPERAWATAN GAWATDARURAT

MAKALAH TRAUMA MEDULA SPINALIS

DAN VERTEBRA SERVIKALIS

Di susun oleh:Dahlia Handayani 11 11011010

Anggi Herliani 1111011002FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2015BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMedula Spinalis adalah bagian dari sistem saraf yang membentuk sistem kontinu dengan batang otak yang keluar dari hemisfer serebral dan memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer, seperti pada kulit dan otot. Panjangnya rata-rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Saraf-saraf medula spinalis tersusun atas 33 segmen yaitu 7 segmen servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 5 segmen koksigius. Medula spinalis mempunyai 31 pasang saraf spinal, masing-masing segmen mempunyai satu untuk setiap sisi tubuh. Seperti otak, medula spinalis terdiri atas substansi grisea dan alba. Substansi grisea di dalam otak ada di daerah eksternal dan substansi alba ada pada bagian internal. Cedera Cervikal merupakan penyebab yang paling sering dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma. Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7, benturan keras atau benda tajam yang mengenai tulangservikal ini tidak hanya akan merusak struktur tulang saja namun dapat menyebakancedera pada medulla spinalis apabila benturan yang disebabkan ini sampai pada bagianposterior tulang servikal, struktur tulang servikal yang rusak dapat menyebabkan pergerakan kepala menjadi terganggu. Sedangkan apabila mengenai serabut saraf spinaldapat menghambat impuls sensorik dan motorik tubuh (Ducker dan Perrot, 2002).Insidensi trauma pada laki- laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker danPerrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh,40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi trauma dislokasi cervical paling seringpada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade. Trauma pada servikal C1dan C2 dapat menyebakan dislokasi atlanto-servikalis sehingga kepala tidak dapat melalakukan gerakan mengangguk dan apabila menembus ligamentum posterior danmencederai medulla spinalis maka pusat ventilasi otonom akan terganggu. Cedera padaC3-C5 menyebabkan gangguan pada otot pernapasan dan cedera pada C4-C7mengakibatkan kelemahan pada ekstremitas atas ( Ducker dan Perrot, 2002).Trauma servikal merupakan suatu trauma yang serius dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian ataupun gangguan neurologi yang mempengaruhi produktifitasker a penderita dan meningkatnya biaya pengobatan. Trauma servikal tidak selalu berdirisendiri, sering disertai trauma kepala(20%), wa ah(2%), penurunan kesadaran,danmultiple trauma (Grogono dan Schneider, 2004).Kecenderungan meningkatnya trauma servikal se alan dengan kepadatan arus lalulintas yang mengakibatkan tingginya resiko angka kecelakaan, Hasil survei pada 165pusat trauma di Amerika, 4,3 % dari 111.219 pasien mengalami cedera servikal dimana5- 10 % ter adi kerusakan medulla spinalis post trauma atau saat dievakuasi, kepadatanarus lalu lintas dengan resiko tingginya angka kecelakaan lalu lintas menyebabkankecenderungan meningkatkan trauma ini, penyebab lainnya adalah atuh dari ketinggiantertentu, dan olah raga, umumnya trauma pada vertebra servikalis ter adi pada duatempat. 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi tulang servikalis?

2. Apa pengertian cedera servikalis?

3. Apa penyebap terjadinya cedera servikalis?

4. Bagaimana patofisiologi (pathway) cedera servikalis?

5. Bagaimana manifestasi klinis cedera servikalis?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui terjadinya cedera servikalis?

7. Bagaiamana pentalaksanaan medis bagi cedera servikalis?

8. Apa saja komplikasi yang terjadi pada cedera servikalis?9. Bagaimana Asuhan keperawatan pada cedera cervikalis?

1.3 Tujuan UmumUntuk mengetahui pengertian cedera servikalis1.4 Tujuan Khusus1. Anatomi tulang servikalis

2. Mengetahui pengertian cedera servikalis

3. Mengetahui penyebap cedera servikalis

4. Mengetahui patofisiologi cedera servikalis

5. Mengetahui manifestasi klinis cedera servikalis

6. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang cedera servikalis

7. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis cedera servikalis

8. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada cedera servikalis9. Mengetahui asuhan keperawatan cedera servicalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vertebra Servikalis

Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I CV VII).13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Ruas tulangleher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.

2.1.1 Pembagian Vertebra Servikalis

Ada 7 vertebra servikalis, tiga diantaranya memiliki struktur anatomi yang unik dan telah diberi nama khusus. Vertebra servikalis 1 disebut atlas, vertebra servikalis 2 disebut axis, dan vertebra servikalis 7 disebut vertebra prominens.

Gambar 1. Spinal column, pandangan lateral and posterior

2.1.2 Struktur Anatomi Vertebra Servikalis

Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah: daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruasruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis.

a. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)

Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai pendukung seluruh tengkorak. Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas. Atlas berbentuk cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung depan disebut arkus anterior dan lengkung belakang disebut arkus posterior. Terlihat massa yang agak lebar pada pertemuan arkus anterior dan arkus posterior dan disebut massa lateralis. Tiap massa lateralis di bagian atas terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut fovea artikularis superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian bawah tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra servikalis 2 (Epistropheus). Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus transversus dan foramen transversum.

Gambar 2. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)

b. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)

Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar di sekitar tulang axis. Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid process). Prosesus odontoid mirip dengan gigi. Permukaan depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak jelas.

Gambar 3. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)15

c. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)

Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum vertebra servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang pendek, berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas, tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung prosesus spinosus memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena memiliki foramen tempat lewatnya arteri vertebralis.

Gambar 4. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)

d. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)

Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus tidak selalu ada.

Gambar 5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)

Gambar 5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)2.2 Pengertian Trauma Servikal

Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal. Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).

Trauma servical adalah cidera yang meggenai tulang servical akibat trauma, jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dan sebagainya yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih pada tulang vertebra sehingga akan mengakibatkan defisit neurologi (Sjamsuhidayat, 2003).

Trauma cervikal adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulan servikal, trauma dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: Fraktur akibat peristiwa trauma, fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan, Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang, cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang (Hughes, 2008).

Cedera servikal merupakan cedera tulang belakang yang paling sering menimbulkan kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian terdapat korelasi antara tingkat cedera servikal dengan morbiditas dan mortalitas, yaitu semakin tinggi tingkat cedera servikal semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya. Sekitar 10% pasien dengan penurunan kesadaran yang dikirim ke Instalasi Gawat Darurat akibat kecelakaan lalu lintas selalu menderita cedera servikal, baik cedera pada tulang servikal, jaringan penunjang, maupun cedera pada cervical spine. Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh adalah penyebab sebagian besar fraktur tulang servikal. Trauma pada servikal subaksis (C37) lebih umum terjadi dibanding servikal C1 dan C2. Trauma servikal sering terjadi pada pasien dengan riwayat kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, trauma pada wajah dan kepala, terdapat defisit neurologis, nyeri pada leher, dan trauma multipel.2.3 Syaraf Tulang Belakang

Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi sumsum tulang belakang. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas

a. 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis)

b. 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis)

c. 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral)

d. 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea). Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior.

Pada pandangan dari samping pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang mampu melenting, melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makinkecil.

Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah 31 dibedakan menjadi: a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical) ( C1 sampai C8 ) Meliputi : Cerviks menunjukkan sekmen T, L, S, Co. Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 C4. Pleksus brakial C5T1 / T2 mempersarafi anggota bagian atas, saraf yang mempersarafi anggota bawah L2 S3.

a. 12 pasang saraf punggung (saraf thorax) (T1 - T2 )

b. 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar) ( L1 - L5 )

c. 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral) ( S1 - S5 )

d. 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal)

Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal. Atlas (C1) adalah vertebra servikalis pertama dari tulang belakang. Atlas bersama dengan Axis (C2) membentuk sendi yang menghubungkan tengkorak dan tulang belakang dan khusus untuk memungkinkan berbagai gerakan yang lebih besar.

C1 dan C2 bertanggung jawab atas gerakan mengangguk dan rotasi kepala. Atlas tidak memiliki tubuh. Terdiri dari anterior dan posterior sebuah lengkungan dan dua massa lateral. Tampak seperti dua cincin. Dua massa lateral pada kedua sisi lateral menyediakan sebagian besar massa tulang atlas. Foramina melintang terletak pada aspek lateral. Axis terdiri dari tonjolan tulang besar dan parsaticularis memisahkan unggulan dari proses artikularis inferior. Prosesus yang mirip gigi (ondontoid) atau sarang adalah struktur 2 sampai 3 cm corticocancellous panjang dengan pinggang menyempit dan ujung menebal. Kortikal berasal dari arah rostral (kearah kepala) dari tubuh vertebra.

T-1 Weighted MRI of Cervical

T-2 Weighted MRI of Cervical Herniation

CT-Scan

Cervical Fracture lebih dari 3.5 mm

Lateral C3 Spines Fracture

Scoring Scale Cervical Instability2.4 Ligament pada Vertebra Servikal

Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Adapun beberapa ligamen yang terdapat pada tulang servikal antara lain adalah :1. ligamen'ta fla'va : serangkaian pita dari jaringan elastis kuning melekat dan memperluas antara bagian ventral lamina dari dua tulang yang berdekatan, dari sumbu ke sacrum.. Namanya Latin untuk "ligamen kuning," dan ini terdiri dari elastis jaringan ikat membantu mempertahankan postur tubuh ketika seseorang sedang duduk atau berdiri tegak. Terletak posterior tubuh vertebra, tetapi anterior proses spinosus dari tulang belakang, yang merupakan tulang Prongs memancing ke bawah dari belakang setiap tulang belakang, yang flava ligamenta membentuk dua sejajar, bersatu garis vertikal dalam kanalis vertebralis. Hal ini juga mencakup dari C2, vertebra servikalis kedua, semua cara untuk S1 dari sacrum , tulang ditumpuk pada dasar tulang belakang di panggul. Pada ujung atas, setiap flavum ligamentum menempel pada bagian bawah lamina dari vertebra di atasnya. lamina ini adalah proyeksi horizontal pasangan tulang yang membentuk dua jembatan mencakup ruang antara pedikel di kedua sisi tubuh vertebral dan proses spinosus belakangnya. Mereka memperpanjang dari pedikel, setiap proses yang kurus menonjol ke belakang dari kedua sisi dari tubuh vertebra, dan sudut terhadap garis tengah tulang belakang, menggabungkan di tengah. Dalam melakukannya, mereka membentuk melebar "V" yang mengelilingi aspek posterior kanal tulang belakang . 2. ligamentum nuchae adalah, padat bilaminar septum, segitiga intermuskularis fibroelastic garis tengah. Ia meluas dari tonjolan oksipital eksternal ke punggung C7 dan menempel pada bagian median dari puncak occipital eksternal, tuberkulum posterior C1 dan aspek medial duri terpecah dua belah leher rahim, ligamen terbentuk terutama dari lampiran aponeurotic dari otot leher rahim yang berdekatan dan yg terletak di bawah. Dari dangkal sampai dalam, otot-otot ini adalah trapezius, genjang kecil, capitus splenius, dan serratus posterior superior. Juga anatomi, dan mungkin penting secara klinis, ligamen telah ditemukan memiliki lampiran berserat langsung dengan dura tulang belakang antara tengkuk dan C1.3. Zygapophyseal adalah sendi sinovial sendi-sendi paling dasar dalam tubuh manusia. Gabungan sinovial ditandai dengan memiliki kapsul sendi, cairan-cairan sinovial sendi kapsul untuk melumasi bagian dalam sendi, dan tulang rawan pada permukaan sendi di tengah atas dan bawah permukaan yang berdekatan dari setiap tulang belakang untuk memungkinkan tingkat gerakan meluncur.4. Atlantoaxial ligamentum posterior adalah tipis, membran luas melekat, di atas, untuk batas bawah lengkung posterior atlas , bawah, ke tepi atas dari lamina dari sumbu .5. Atlantoaxial ligamentum anterior adalah membran yang kuat, untuk batas bawah lengkung anterior dari atlas, bawah, ke depan tubuh sumbu . Hal ini diperkuat di garis tengah dengan kabel bulat, yang menghubungkan tuberkulum pada lengkung anterior dari atlas ke tubuh dari sumbu, dan merupakan kelanjutan ke atas dari ligamentum longitudinal anterior .6. Ligamentum longitudinal posterior terletak dalam kanalis vertebralis, dan membentang sepanjang permukaan posterior tulang belakang tubuh, dari tubuh sumbu, di mana ia terus-menerus dengan tectoria membrana, untuk sakrum. ligamentum ini lebih sempit di badan vertebra dan lebih luas pada ruang disk intervertebralis. Hal ini sangat penting dalam memahami kondisi patologis tertentu tulang belakang seperti lokasi khas untuk herniasi cakram tulang belakang.7. Ligamentum transversal dari atlas adalah kuat, band tebal, yang lengkungan di cincin dari atlas , dan mempertahankan proses yg mirip gigi di kontak dengan lengkung anterior. Ligamentum transversal membagi cincin dari atlas menjadi dua bagian yang tidak setara: ini, posterior dan lebih besar berfungsi untuk transmisi dari medula spinalis dan membran dan saraf aksesori.

2.5 Etiologi

Cedera Medula Spinalis (servikal dan lumbal) disebapkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang belakang dimana trauma tersebut melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi saraf-saraf di dalamnya. Trauma langsung tersebut dapat berupa.

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Kecelakaan olah raga

3. Kecelakaan industri

Trauma dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Trauma akibat peristiwa

Sebagian trauma disebabka oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan.

2. Trauma akibat kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsalterutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

3. Trauma patologik karena kelemahan pada tulang

Trauma dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh (Lewis 2003).2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai berikut :1. Lesi C1-C4Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan ventilator mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien biasnya tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.2. Lesi C5Qd Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasiada pada daerah leher dan triagular anterior dari daerah lengan atas.3. Lesi C6pada lesi segen C6 disters pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak terhambat dari deltoid, bisep dan otot brakhioradialis.4. Lesi C7Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.5. Bengkak/edama.

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.Memar/ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. Spasme otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.6. Penurunan sensasiTerjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema Belum ada 3 dan Gangguan fungsi7. Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.8. Mobilitas abnormalAdalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.2.7 Patofisiologi

Terjadi trauma pada daerah tulang mengakibatkan fraktur. Akibat kondisi seperti ini, pusat-pusat persarafan akan terjadi gangguan. Gangguan ini diakibatkan karena terjepitnya saraf-saraf yang melalui daerah vertebra. Karena vertebra merupakan pusat persyarafan bagi berbagai organ, maka kerja organ-organ tersebut akan terganggu atau bahkan mengalami kelumpuhan, akibat fraktur ini pula, akan mengakibatkan blok saraf parasimpasi dan pasien akan mengalami iskemik dan hipoksemia, dan akhirnya akan mengalami gangguan kebutuhan oksigen, cidera yang akan terjadi juga akan mengakibatkan pelepasan mendiator-mendiator kimia yang menimbulkan nyeri hebat dan akut selanjutnya terjadi syok spinal dan pasien akan merasa tidak nyaman gangguan sistem saraf spinal akan mengakibatkan kelumpuhan pada organ-organ pernafasan, ekstremitas, pencernaan dan sistem perkemihan. Cedera pada C1 dan C2 menyebabkan ventilasi spontan tidak efektif. Pada C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat terjadi hilangnyan inervasi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal yang dapat menyebabkan komplience paru menurun. Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang sehingga terjadi penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum diposterior dan kompresi osteosif/material diskus dari anterior yang bisa menyebabkan nekrosis dan menstimulasi pelepasan mediator kimia yang menyebabkan kerusaka myelin dan akson, sehingga terjadi gangguan sensorik motorik. Lesi pada C5-C7 dapat mempengaruhi intercostal, parasternal,scalenus, otot-otot abdominal. Intak pada diafragma, otot trapezius, dan sebagian pectoralis mayor. Masalah yang akan terjadi adalah gangguan pola nafas akibat tergangguanya persarafan diafragma, gangguan eliminasi serta kelumpuhan pada ekstremitas akan mengakibatkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas kulit.2.8 Pattway

Gambar Pathway Trauma Servikal2.9 Komplikasi

MenurutENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien truama servikal yaitu :1. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.5. Menyediakan oksigen tambahan.6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.7. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari hipotensi dan bradikardi.9. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.10. Berikan antiemboli11. Tinggikan ekstremitas bawah12. Meningkatkan tekanan darah13. Monitor volume infus.14. Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)15. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala bradikardi.16. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.17. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.2.10 Penatalaksanaan

Semua penderita korban kecelakaan yang memperlihatkan gejala adanya kerusakan pada tulang belakang, seperti nyeri leher, nyeri punggung, kelemahan anggota gerak atau perubahan sensivitas harus dirawat seperti merawat pasien kerusakan tulang belakang akibat cedera sampai dibuktikan bahwa tidak ada kerusakan tersebut.Setelah diagnosis ditegakkan, disamping kemungkinan pemeriksaan cedera lain yang menyertai, misalnya trauma kepala atau trauma toraks, maka pengelolaan patah tulang belakang tanpa gangguan neurologik bergantung pada stabilitasnya. Pada tipe yang satbil atau tidak stabil temporer, dilakukan imobilisasi dengan gips atau alat penguat. Pada patah tulang belakang dengan ganguan neurologik komplit, tindakan pembedahan terutama ditujukan untuk stabilisasi patah tulangnya untuk memudahkan perawatan atau untuk dapat dilakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan syarat penting sehingga penyulit yang timbul pada kelumpuhan akibat cedera tulang belakang seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing atau dekubitus dapat dicegah. Pembedahanjuga dilakukan dengan tujuan dekompresi yaitu melakukan reposisi untuk menghilangkan penyebab yang menekan medula spinalis, dengan harapan dapat mengembalikan fungsi medula spinalis yang terganggu akibat penekanan tersebut. Dekompresi paling baik dilaknsanakan dalam waktu 6 jam pasca traumauntuk mencegah kerusakan medula spinalis yang permanen tidak boleh dilakukan dekompresi dengan cara laminektomi, karena akan menambah instabilitas tulamg belakang. Bila dicurigai cedera didaerah servikal, harus diusahakan agar kepala tidak menunduk dan tetap di tengah dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan kain untuk menyangga leher pada saat pengangkutan. Setelah semua langkah tersebut diatas dipenuhi, barulah dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologik yang lebih cermat. Pemeriksaan penunjang seperti radiologik dapat dilakukan, pada umumnya terjadi paralisisi usus selama dua sampai enam hari akibat hematom retroperitoeal sehingga memerlukan pemasangan pipa lambung. Pemasangan kateter tetap pada fase awal bertujuan mencegah terjadi pengembangan kandung kemih yang berlebihan, yang lumpuh akibat syok spinal.

2.11 Asuhan Keperawatan Pasien Trauma Vertebra Servikalis

A. Tindakan PreHospital

1. Cek kesadaran pasien

ABCD Menunjukan respon baik atau px sadar lanjutkan pemeriksaan

ABCD Tidak baik atau px tidak sadar lakukan :a) PRIMERY SURVEY (PX TRAUMA)

1). Airway > kontrol servicallpegang kepala (fiksasi) pasang neck collar (bila curiga f# servical)

buka airway : head tilchinlift (untuk px tidak sadar), atau chin lift (px sadar) lalu Look Listen Feel, bila gurgling lakukan suction, bila snoring lakukan Jaw thrust (tindakan manual) gunakan OPA (oro paringeal airway) untuk pasien tidak atau NPA (naso paringeal airway) untuk pasien yg sadar, dan bila stridor perlu airway definitif (intubasi/surgikal airway)

Curiga fraktur servikal bila:

a) trauma kapitis dengan penuruna kesadaran

b) multi trauma

c) terdapat jejas di atas clavicula kearah cranial

d) biomekanika trauma mendukung

Curiga fraktur tulang basis cranii

a) perdarahan dari lubang hidung / telinga

b) racoon eyes (mata lebam)

c) beatle sign (lebam pada telinga

catatan :* snoring (ngorok) sering terjadi pada pasien tidak sadar karena pangkal lida yg jatuh

* gurgling (kumur-kumur) terjadi sumbatan karena cairan (darah, sekret)

* stridor, terjadikarena oedem faring/laring (cedera inhalasi) misal px dengan riwayat terpapar dengan uap panas.2. BREATHING (iksigenasi + ventilasi)

Nilai pernapasan, berikan oksigen bila ada masalah terhadap ABCD

* canul 2-6 LPM* Face mask / RM (Rebreathing Mask) 6-10 LPM

* NRM 10-12 LPM

Bila pernapasannya tidak adekuat berikan ventilasi tambahan dengan baging / ventilator.Pada pasien trauma waspada terhadap gangguan/masalah breathing yg cepat menyebabkan kematian. 4 masalah yg mengancam breathing serta tindakannya adalah :

a) Tension pneumothoraks (px sesak, trakea bergesar dan disertai distensi vena jugularis) tindakannya adalah needle thoracosintesis di ICS 2 midclavikula

b) Open pneumothoraks (adanya sucking cest wound pada luka, yaitu paru menghisap udara lewat lubang luka) tindakannya adalah tutup kassa 3 sisi yg kedap udara

c) Masive Haematothoraks (perdarahan dirongga thoraks) lapor dokter untuk segera WSD, nilai apa perlu Thoracotomy..?

d) Flail chest dengan Kontusio paru perlu definitif3. Cirulation (kontrol perdarahan)a) perdarahan external lakukan balut tekan, cek akral dan nadi bila ada tanda2 syok (hopovolemik) berikan infus 2 jalur dengan cairan Ringer Laktat yang hangan 1-2 L diguyur.

b) perdarahan internal perabaiki volume untuk cegah syok lebih lanjut4. DISABILITY (pemeriksaan status neurologis)

a) Nilai GCS dan PUPIL

EYE :

4 buka mata spontan

3 buka mata terhadap suara

2 buka mata terhadap nyeri

1 tidak ada respon

VERBAL :

5 orientasi baik

4 berbicara mengacau bingung

3 berbicara kata-kata tidak teratur

2 merintih/mengerang

1 tidak ada respon

MOTORIK :

6 bergerak mengikuti perintah

5 melokalisir nyeri

4 fleksi normal (menarik anggota yang di rangsang)

3 fleksi abnormal (dekortikasi)

2 extensi abnormal (deserebrasi)

1 tidak ada respon

b) Nilai juga kekuatan otot motorik bandingkan kedua sisinya dengan cara menggenggam kedua tangan pasien.

5. EXPOSURE (lihat jejas/cidera ancaman yg lain)

a) Gunting pakaian dan lihat apakah ada jejas atau tidak cegah hipotermi dengan memberikan selimut, kemudian lakukan log roll dan pasang Long spine board.

b) INGAT SETIAP SELESAI MELAKUKAN TINDAKAN EVALUASI ULANG!! RE-EVALUASI ABCDE

Tambahan pada Primary survey :

1) Folley chateter

Lihat ada kontra indikasi, tidak dipasang pada ruptur uretra

pada laki-laki ada di OUE (orivisium ureter external), scrotum hematom, Rectal tuse prostat melayang.

pada wanita keluar darah, hematum perinium.

Bila tidak ada kontra indikasi pasang, urine pertama dibuang, kemudian tampung, periksa pengeluaran/jam normal 0,5cc/kgBB/jam untuk dewasa, 1cc/kgBB/jam untuk anak dan 2cc/kgBB/jam untuk bayi.

6. Gatric Tube

Bila lewat hidung perhatikan konta indikasi fraktur tulang basis caranii7. Heart Monitor, Pulse oximetry, pemeriksaan Radiologi Kemudian Re evaluasi ABCDE

2) SECONDARY SURVEY

a) Anamnesa

b) Head to toe

c) TTV

d) Siapkan untuk :

e) RS rujukan, jangan lupa hubungi Rs yg dituju

f) OK

g) ICU

h) HeactingB. Tindakan Di Rumah Sakit

MenurutENA, (2000) pengkajian pada pasien trauma servikal adalah:Pengkajian primer1. Data Subyektif1)Riwayat Penyakit Sekaranga.Mekanisme Cederab.Kemampuan Neurologic.Status Neurologi

d.Kestabilan Bergerak2)Riwayat Kesehatan Masa Lalua.Keadaan Jantung dan pernapasanb.Penyakit Kronis2. Data Obyektif1) AirwayAdanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal sehingga mengganggu jalan napas2) BreathingPernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan dinding dada3) CirculationHipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulit teraba hangat dan kering, Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)4) DisabilityKaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak, kehilangan sensasi, kelemahan otot.5) ExposureAdanya deformitas tulang belakangNODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN/KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dispnea,terdapat otot bantu napas.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x15 menit, diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil:a. Pasien melaporkan sesak napas berkurangb. Pernapasan teraturc. Takipnea tidak adad. Pengembangan dada simetris antara kanan dan kirie. Tanda vital dalam batas normal (nadi 60-100x/menit, RR 16-20 x/menit, tekanan darah 110-140/60-90 mmHg, suhu 36,5-37,5oC)f. Tidak ada penggunaan otot bantu napas.

1.Pantau ketat tanda-tanda vital dan pertahankan ABC.2.Monitor usaha pernapasan pengembangan dada, keteraturan pernapasan nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan.3.Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontra indiksi.4.Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.5.Berikan oksigen sesuai indikasi1.Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda vital2.Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasan mengindikasikan gangguan pola nafas.3.Mempermudah ekspansi paru.4.Stabilisasi tulang servikal.5.Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan jaringan

2.Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan aliran daraha. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x5 menit diharapkan perfusi jaringan adekuat.b. Kriteria hasil :1) Nadi teraba kuat2) Tingkat kesadaran composmentis3) Sianosis atau pucat tidak ada4) Nadi Teraba lemah, terdapat sianosis,5) Akral teraba hangat6) CRT < 2 detik7) GCS 13-158) AGD normal

1.Atur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway (jaw thrust). Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.2.Tinggikan ekstremitas bawah.3.Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.4.Sediakan oksigen dengan nasal canul untuk mengatasi hipoksia5.Ukur tanda-tanda vital.6.Awasi pemeriksaan AGD

1.Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi obstruksi jalan napas2.Meningkatkan aliran balik vena ke jantung3.Stabilisasi tulang servikal4.Mencukupi kebutuhan oksigen tubuh dan oksigen juga dapat menurunkan terjadinya sickling5.Perubahan tanda-tanda vital seperti bradikardi akibat dari kompensasi jantung terhadap penurunan fungsi hemoglobin6.Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organ jaringan

3.Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologis.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (Nadi 60-100 x/menit),(Suhu 36,5-37,5),( Tekanan Darah 110-140/60-90 mmHg),(RR 16-20 x/menit)b. Penurunan skala nyeri( skala 0-10)c. Wajah pasien tampak tidak meringis

1.Kaji PQRST pasien.2.Pantau tanda-tanda vital3.Berikan analgesic untuk menurunkan nyeri.4.Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.

1.Pengkajian yang tepat dapat membantu dalam memberikan intervensi yang tepat.2.Nyeri bersifat proinflamasi sehingga dapat mempengaruhi tanda-tanda vital.3.Analgetik dapat mengurangi nyeri yang berat (memberikan kenyamanan pada pasien)4.Stabilisasi tulang belakang untuk mengurangi nyeri yang timbul jika tulang belakang digerakkan

BAB III

PENUTUP Klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanismenya yaitu: hiperfleksi, fleksi-rotasi, hiperekstensi, ekstensi- rotasi, kompresi vertical. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan yaitu: stabil dan tidak stabilSetelah primery survey, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan eksternal, tahap berikutnya adalah evaluasi radiografik tercakup di dalamnya, plain foto fluoroscopy, polytomography CT-scan tanpa atau dengan myelography dan MRI.Cedera Cervikal merupakan penyebab yang paling sering dari kecacatan dankelemahan setelah trauma. Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7, benturan keras atau benda tajam yang mengenai tulang servikal ini tidak hanya akan merusak struktur tulang saja namun dapat menyebakan cedera pada medulla spinalis apabila benturan yang disebabkan ini sampai pada bagian posterior tulang servikal, struktur tulang servikal yang rusak dapat menyebabkan pergerakan kepala menjadi terganggu. Sedangkan apabila mengenai serabut saraf spinal dapat menghambat impuls sensorik dan motorik tubuh (Ducker dan Perrot, 2002).

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat kurang lebih 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun,3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla pinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki- laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker danPerrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh,40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi trauma dislokasi cervical paling seringpada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade.DAFTAR PUSTAKAhttp://www.academia.edu/8493928/MAKALAH_trauma_medula_spinalis_baruu (diakses tgl 10 mei jam 21: 01)

https://docs.google.com/document/d/1m4XXDACsWcQR6Qs9ssF4koZJls1Zqi_O8NacxDdUwD4/edit?pli=1 (diakses tgl 10 mei jam 21: 01)

Arifin,M. Zaifulloh dan Henry dkk.2012.Analisis Nilai Functional Insependence Measure Penderita Cedera Servikal Dengan Perawatan Konservatif. Bandung: UNPAD

Emedicine.medscape,com

Krisnadi, dkk.2010.Gambaran Status Kognitif Pada Pasien Cedera Kepala Yang Telah Diizinkan Pulang di RSUD Arifin Achmad.Pekanbaru

MI, Sina S.Ked.2013.Myeolopati F.C Fraktur Kompresi Bervertebra lumbal 1. Lampung: Fk. Universitas Lampung

Susilo,Dwi A.N dan Maheswara.2012.penatalaksanaan fisioterapi [ada kasus HNP dengan modalitas short wave dia termy, traksi lumbal dan mc. Kenzik Exercise di RSUD prof. Dr. Margono Soekerjo. Purwokator: prodi fisioterapi FIK Unikal

Trauma langsung

Trauma tidak langsung

Keadaan patologis

Fraktur cervikalis

Gangguan syaraf servikalis C1-C7

Blog saraf parasimpasi

Iskemik

Hipoksia

Pelepasan mediator kimia (prostaglanding)

Nyeri

Organ ektermitas

Paraslisis

Organ perkemihan

Organ pencernaan

Organ ektermitas

Polanafas tidak efektif

Perubahan pola eliminasi urie

Perubahan eliminasi alvi/ konstipasi

Hambatan mobilitas

Tirah baring

Gangguan integritas kulit