amenorhea

6
TINJAUAN PUSTAKA AMENORRHEA PRIMER DAN SEKUNDER A. Definisi Amenore bisa terjadi primer (tidak pernah menstruasi) ataupun sekunder (menarke, tetapi kemudian tidak ada periode menstruasi selama 3 bulan berturut-turut).. Etiologi paling sering adalah karena disfungsi dari hypothalamic-pituitary-ovarian (HPO) aksis (Chandran, 2008). Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus– hipofisis – aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat. Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi : a. Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan sesudah menopause. b. Amenorrhea Patologik Amenore primer adalah tidak adanya menstruasi sampai usia 16 tahun dengan perkembangan pubertas yang normal atau sampai usia 14 tahun dengan perkembangan pubertas yang tidak normal. Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetik. Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi + 3 bulan berturut- turut. Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress psikologis. Amenore sekunder lebih sering terjadi daripada amenore primer. 2. Epidemiologi / Insiden Kasus Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya amenore yang bersifat

description

AS

Transcript of amenorhea

Page 1: amenorhea

TINJAUAN PUSTAKA

AMENORRHEA PRIMER DAN SEKUNDER

A. Definisi Amenore bisa terjadi primer (tidak pernah menstruasi) ataupun sekunder (menarke, tetapi kemudian tidak ada periode menstruasi selama 3 bulan berturut-turut).. Etiologi paling sering adalah karena disfungsi dari hypothalamic-pituitary-ovarian (HPO) aksis (Chandran, 2008).

Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Hal tersebut normal

terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus

menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus– hipofisis – aksis indung

telur serta organ reproduksi yang sehat.

Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :

a.  Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan

sesudah menopause.

b.   Amenorrhea Patologik

Amenore primer adalah tidak adanya menstruasi sampai usia 16 tahun dengan

perkembangan pubertas yang normal atau sampai usia 14 tahun dengan

perkembangan pubertas yang tidak normal. Penyebab : kelainan congenital dan

kelainan genetik.

Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak

dapat lagi + 3 bulan berturut-turut. Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi,

gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara

umum dan stress psikologis. Amenore sekunder lebih sering terjadi daripada

amenore primer.

2.      Epidemiologi / Insiden Kasus

Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya

amenore yang bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak

menstruasi :

a.  Sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas

b.  Sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain

c.  Telah mengalami menstruasi, tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus

atau lebih atau selama 6 bulan

3.      Etiologi / Penyebab

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:

Page 2: amenorhea

a.   Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi

terhambat untuk keluar.

b.    Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak mencukupi

untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya

sedikit.

c.    Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan

d.    Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan

e.    Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor

f.    Endometrium tidak bereaksi

g.   Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan

ginjal.

4.      Patofisiologi

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa

tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi

terganggu. Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak

langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat

menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea

primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium

(disgenesis gonad). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan

Page 3: amenorhea

peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel

dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana

dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk

pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada

keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan

bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya

amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan

derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan

progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone

dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.

6.      Gejala Klinis

Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

Tidak terjadi haid

Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.

Nyeri kepala

Badan lemah

7.      Komplikasi

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak

percaya dirinya penderita sehingga dapat memperparah terjadinya amenorrhea. Komplikasi

lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti osteoporosis.

8.      Pemeriksaan Diagnostik / penunjang

Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder

maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam

rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas

sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan

kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan

Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi

kadar hormone prolaktin dalam tubuh.

Page 4: amenorhea

9.      Penatalaksanaan

Page 5: amenorhea

Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah

kemungkinan genetic, prognosis kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat

dilakukan terapi sulih hormone, namun infertilitas masih dapat terjadi.

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,

apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk

mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.

Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer