Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

download Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

of 3

Transcript of Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

  • 8/12/2019 Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

    1/3

    Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.

    Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah

    pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi

    klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Biladijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan

    perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.

    Panduan obat TB pada anak

    Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan sisanyasebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase

    awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan

    (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahapintensif maupun tahap lanjutan.

    Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk paket.Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak berisi obat

    untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sedangkan untuk

    tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).

    Dosis

    INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari Streptomisin: 1540 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari

    Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan

    jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap = KDT

    (Fixed Dose Combination= FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:

    Tablet RHZyang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z(Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.

    Tablet RHyang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yangdigunakan pada tahap lanjutan.

    Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi

    dari tablet KDT tersebut.

    Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H

    = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,

  • 8/12/2019 Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

    2/3

    Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak

    BERAT BADAN

    (KG)

    2 BULAN TIAP

    HARI

    RHZ (75/50/150)

    4 BULAN TIAP

    HARI

    RH (75/50)

    5-9 1 tablet 1 tablet

    10-14 2 tablet 2 tablet

    15-19 3 tablet 3 tablet

    20-32 4 tablet 4 tablet

    Keterangan:

    Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumahsakit

    Anak dengan BB 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh

    atau digerus sesaat sebelum diminum.

    Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya sepertipada tabel berikut ini.

    Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak

    JENIS OBAT BB

  • 8/12/2019 Alur Tatalaksana Pasien TB Anak

    3/3

    Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan. Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB

    endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison)dengan dosis 12 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid

    adalah 24 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2

    6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi danmencegah terjadi perlekatan jaringan.

    Perhatian:Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karenapenyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat

    risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.