ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan...

148
ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA AJI SULARSO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Transcript of ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan...

Page 1: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG

DI LAUT ARAFURA

AJI SULARSO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

Page 2: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Alternatif Pengelolaan

Perikanan Udang Di Laut Arafura adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2005

Aji Sularso

Page 3: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

ABSTRAK

AJI SULARSO. Alternatif pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura.

Dibawah bimbingan DANIEL MONINTJA, AKHMAD FAUZI and

PURWANTO.

Laut Arafura merupakan salah satu dari 9 WPP (Wilayah Pengelolaan

Perikanan) dan satu-satunya yang diizinkan untuk penangkapan udang dengan

luas diperkirakan 150.000 Km2. Potensi ikan diperkirakan sebesar 1.076.890

ton/tahun dan potensi ikan demersalnya termasuk udang sebesar 145.830

ton/tahun. Tingkat produksi udang pada tahun 2003 diperkirakan sebesar 45.070

ton/tahun, melebihi JTB (jumlah tangkapan yang diperbolehkan). Perikanan

udang di Laut Arafura diperkirakan telah mengalami overfishing dan overcapacity

disebabkan oleh tidak efektifnya pengelolaan saat ini, lemahnya kemampuan

penegakan hukum dan kurangnya kesadaran para pelaku akan prinsip kelestarian.

Tujuan utama penelitian adalah untuk menyusun alternatife pengelolaan

perikanan udang, sedangkan tujuan khusus adalah : (1) menganalisis bioekonomik

perikanan udang, (2) menganalisis kecenderungan produksi aktual versus produksi

lestari, (3) mengukur kapasitas dan efisiensi penangkapan, dan (4) merumuskan

rekomendasi pengelolaan perikanan udang ke depan.

Penelitian dilaksanakan di Laut Arafura pada bulan Maret 2003 sampai

dengan Februari 2004, melalui observasi di lokasi pendaratan (Benjina, Agats,

Dolak, Aru), pengumpulan data sekunder dan sampling 39 kapal pukat udang dari

355 jumlah populasi. Data runtun waktu tahun 1986 sampai dengan 2003

digunakan untuk analisis bioekonomi menggunakan model Gordon-Schaefer dan

model Clark, serta analisis efisiensi mengunakan Data Envelopment Analysis

(DEA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan udang di Laut Arafura saat ini

dalam kondisi overfishing secara ekonomi dan biologi, overcapacity dan

inefisiensi. Disertasi ini memperkenalkan tiga skenario pengelolaan perikanan

udang, yakni (1) pengurangan jumlah kapal maksimum 15% dari total GT, (2)

penerapan kuota dengan pengurangan total tangkapan 5%, dan (3) penutupan

musim penangkapan pada bulan Juni. Ketiga skenario merupakan kebijakan

incentive blocking instrument (IBI) yang cocok untuk kebijakan jangka menengah.

Kebijakan incentive adjusting instruments (IAI) seperti pengenaan pajak

diperkenalkan untuk jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kebijakan pengendalian upaya dengan pengurangan kapal sampai titik optimum,

memberikan kontribusi bagi tercapainya strategi pembangunan nasional, yaitu

pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian merekomendasikan kombinasi kebijakan IAI dengan pengenaan

pajak dan pengelolaan dinamik menghasilkan hasil optimum jangka panjang dan

memberikan kontribusi pada pencapaian tiga strategi pembangunan nasional, yaitu

pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.

melalui

Kata kunci: Perikanan udang, pengelolaan bioekonomik, Data Envelopment

Analysis, efisiensi, Laut Arafura.

Page 4: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

ABSTRACT

AJI SULARSO. The shrimp fisheries management options of the Arafura Sea.

Under the direction of DANIEL MONINTJA, AKHMAD FAUZI and

PURWANTO.

Arafura Sea is the one of the 9 fishing grounds in Indonesia for shrimp fishing

which the total area is estimated 150.000 km2. The total fish stock is estimated to

be 1.076.890 tons/year and the demersal fish stock inlcuding shrimp is 145.830

tons/year. The shrimp fisheries condition at Arafura Sea is presumed to be over

fishing and overcapacity due to ineffective of current management, lack of law

enforcement capabilities, and lack of fishermen concern of the sustainable

principles.

The main objective of the dissertation is to formulate the shrimp fisheries

management options which include vessels number reduction, implementation of

quota and seasonal closure. The specific objectives of the dissertation are include:

(1) analyze the shrimp fisheries bioeconomic, (2) analyze the actual versus

sustainable production trend, (3) measure shrimp fishing capacity and efficiency,

(4) formulate the recommendation of the future management options.

The research of this dissertation was conducted at Arafura Sea from March

2003 to February 2004, through observation on the landing sites (Benjina, Agats,

Dolak, Aru), collecting secondary data and sampling of 39 shrimp trawl boats

from 355 boats of total population. The data were analyzed using bioeconomic

models including Gordon-Schaefer model and Clark model to obtain optimum

condition both static and dynamic. The data is also analyzed using Data

Envelopment Analysis (DEA) to measure fishing capacity and efficiency.

The Study found that the current condition of shrimp fisheries at Arafura Sea

is under economic overfishing and overcapacity or inefficiency. Therefore, the

shrimp fisheries management should be improved to maintain sustainability,

reduce overcapacity and improve efficiency. This dissertation introduces three

shrimp fisheries management scenarios including: (1) reduction of total vessels

number by 15% of the total GT (gross tonnage), (2) quota of total catch by 5%

reduction of annual catch, and (3) seasonal closure during June of each year.

Those scenarios are categorized as incentive blocking instruments which feasible

for medium period policy. Whereas the incentive adjusting instruments such as

tax is introduced for long-term period. The results show that the policy of effort

control by vessel’s number reduction to optimum level contribute to the

achievement of government development strategy of pro-poor and pro-growth.

The study also recommends that the combination of incentive adjusting

instruments by tax and dynamic optimum management will produce long-term

optimum result, which contribute to the achievement of government development

strategy of pro-poor, pro-job and pro-growth.

Keywords: Shrimp fisheries, management, bio-economic, Data Envelopment

Analysis, efficiency, Arafura Sea.

Page 5: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

© Hak cipta milik Aji Sularso, tahun 2005

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut

Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,

fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 6: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG

DI LAUT ARAFURA

AJI SULARSO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

Page 7: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Judul Disertasi : Alternatif Pengelolaan Perikanan Udang Di

Laut Arafura

Nama : Aji Sularso

NIM : C 561020074

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja

Ketua

Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc

Anggota

Dr. Ir. Purwanto

Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi

Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir.Sjafrida Manuwoto MSc

Tanggal Ujian : 22 Desember 2005

Page 8: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

i

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian sejak bulan Maret 2003 adalah pengelolaan perikanan udang, dengan

judul Alternatif Pengelolaan Perikanan Udang di Laut Arafura.

Terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada Bapak

Prof. Dr. Daniel Monintja selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr Akhmad Fauzi

dan Dr. Purwanto selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah mencurahkan

perhatian dan memberikan bimbingan sehingga penulisan disertasi berjalan

dengan lancar. Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan data dan memperlancar

penelitian antara lain Drs. Bambang Sumiyono, BRKP, Bapak Sukirdjo Ketua

Umum HPPI beserta staf, Direktur PUP Ditjen Perikanan Tangkap beserta staf

dan Kasubdit Statistik Ditjen Perikanan Tangkap. Ungkapan terimakasih juga

disampaikan kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan, istri dan anak

tercinta yang telah memberikan dorongan moral serta kesabaran.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2005

Penulis,

Aji Sularso

Page 9: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Randudongkal, Pemalang pada tanggal 2 Juli 1954

sebagai anak ke enam dari duabelas bersaudara dari pasangan Sutoro dan

Sumarni. Pendidikan akademi ditempuh di AKABRI Laut Surabaya jurusan

Teknik, lulus tahun 1976 sebagai Perwira TNI AL berpangkat Letnan Dua.

Pendidikan sarjana ditempuh di Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, afiliasi

Institut Teknologi Bandung, jurusan Teknik Manajemen Industri pada program

studi Riset Operasi (operation research) atas beasiswa TNI AL, lulus pada tahun

1990. Penulis diberi kesempatan melanjutkan program studi Pascasarjana MMA

(magister manajemen agribisnis) IPB atas bea dinas TNI AL, lulus pada tahun

2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi

Teknologi Kelautan IPB diperoleh pada tahun 2002 atas biaya sendiri.

Penulis bekerja di TNI AL sejak tahun 1977 sampai dengan 2000,

selanjutnya bekerja di Departemen Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2000 dan

pindah status dari militer menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Selama di DKP

pernah menjabat sebagai Direktur Wilayah Laut, Sesditjen Perikanan Tangkap

dan saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Statistik

Departemen Kelautan dan Perikanan. Bidang tanggung jawab penulis dalam tugas

kedinasan saat ini adalah pengelolaan sistem informasi, statistik dan kehumasan

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Selama mengikuti program S3, penulis merencanakan dan mengkoordinir

penelitian di perairan Arafura meliputi: obrservasi sumber daya ikan, studi

lingkungan dan studi zonasi penangkapan udang. Karya ilmiah berjudul

“Pengendalian kapasitas penangkapan udang di L. Arafura” telah disajikan pada

Seminar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB pada bulan September

2005 dan dalam proses pengajuan untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Page 10: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

ii

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 6

1.7 Kerangka Pemikiran ...................................................... ................. 7

2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9

2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan .......................... 9

2.2 Pengembangan Model Bioekonomi untuk Pengelolaan Perikanan

Udang ................................................................................ 16

2.3 Pengelolaan Perikanan (Fisheries Management) .......................... 22

2.3.1 Input (effort) control (pengendalian input) ....................... 22

2.3.2 Output (cacth) control ...................................................... 24

2.3.3 Pengaturan teknis (technical measures) ............................ 25

2.3.4 Pengelolaan berbasis lingkungan (ecologicaly based

management) ................................................................... 25

2.3.5 Instrument ekonomi tidak langsung : pajak dan subsidi .... 26

2.4 Keragaan Perikanan ..................................................................... 26

3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 41

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 41

3.2 Kerangka Pendekatan Analisis ..................................................... 42

3.3 Analisis Bioekonomi Statik Gordon-Schaefer .............................. 44

3.4 Analisis Optimasi Dinamik Clark-Munro ..................................... 46

3.5 Analisis Efisiensi/kapasitas Perikanan .......................................... 47

3.6 Seasonal Closure Model .............................................................. 49

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data........................................ 50

3.8 Asumsi Dasar …………………………………………………... ... 53

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 54

4.1 Kondisi Perikanan Udang di Wilayah Studi ................................. 54

4.2 Analisis Penangkapan Lestari (Sustainable Yield) ........................ 57

4.3 Optimisasi Bioekonomi ................................................................ 60

4.4 Pengukuran Kapasitas Perikanan Udang di Laut Arafura dengan

DEA ................................................................................ 70

4.5 Fluktuasi Musiman Produksi Kapal Pukat Udang ......................... 78

4.6 Skenario Pengelolaan Perikanan Udang di L. Arafura ................... 80

4.7 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Perikanan Udang ...................... 95

Page 11: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

iii

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 100

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 100

5.2 Rekomendasi ............................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 106

LAMPIRAN ............................................................................................ 112

Page 12: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Logical Framework Simulasi Peningkatan Effort (Chapman and Beare,

2001) … ........................................................................................ ….. 19

2. Instrumen pengelolaan: incentive blocking dan incentive adjusting ……. 31

3 Data dan penggunaannya ...................................................................... 52

4 Produksi aktual dan produksi lestari th 1986 s/d 2003 ........................... 58

5 Analisis perbandingan input dan output ................................................. 64

6 Perbandingan rente ekonomi pada tiga kondisi pengelolaan .................. 68

7 Rekapitulasi efisiensi tahunan ............................................................... 71

8 Data kapal-kapal pukat udang yang beroperasi di L. Arafura ................. 73

9 Proyeksi perbaikan efisiensi kapal Mina Raya 11................................... 78

10 Tangkapan rata-rata bulanan kapal pukat udang anggota HPPI............... 78

11 Dampak penerapan kuota terhadap produksi lestari dan rente ................ 82

12 Kapal-kapal pukat udang tidak termasuk yang berumur 30 th ke atas...... 85

13 Efisiensi tanpa kapal umur 30 th ke atas................................................. 86

14 Data efisiensi kapal pukat udang yang sudah dikurangi effort 8%........... 87

15 Produksi rata-rata bulanan dan sinusoida siklikal ................................... 89

Page 13: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di

Laut Arafura ....................................................................................... 8

2 Fungsi Pertumbuhan Logistik (sumber: Fauzi, 2004) .......................... 10

3 Kurva yield-effort (Fauzi, 2004).......................................................... 11

4 Model Gordon-Schaefer (Fauzi, 2004) ................................................ 13

5 Overcapitalization dalam perikanan (Pascoe et al., 2004) .................. 30

6 Pembatasan produksi model CCR ...................................................... 35

7 Pembatasan produksi model BCC ...................................................... 35

8 Wilayah studi pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura ............... 41

9 Kerangka pendekatan analisis kebijakan pengelolaan perikanan udang

di Laut Arafura .................................................................................. 43

10 Daerah operasi armada kapal pair-trawl Taiwan periode 1972-1974 .. 54

11 Basis armada kapal trawl P.T. Darma Guna Samudera, anak

Perusahaan dari Djajanti Group, di Benjina, Kepulauan Aru ............... 55

12 Mobilitas kapal pukat udang di Laut Arafura berdasarkan pemantauan

VMS (Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pengawasan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan) ................................................ 56

13 Fluktuasi produksi aktual dan produksi lestari Schaefer dari tahun

1986 s/d 2003 .................................................................................... 59

14 Kurva hasil tangkapan dna biomasa perikanan udang di L. Arafura .... 60

15 Kurva revenue, cost dan profit perikanan udang di L. Arafura ……… 61

16 Plot yield – effort dengan tangkap aktual ............................................ 63

Page 14: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

vi

17 Copes Eye Ball untuk Perikanan udang di Laut Arafura ..................... 63

18 Tingkat effort optimum perikanan udang di Laut Arafura dalam

kondisi open access, MEY dan MSY dan tahun 2005 .......................... 65

19 Perbandingan tingkat produksi open access, optimal (MEY) dan

produksi lestari (MSY) dan kondisi tahun 2005................................. 66

20 Perbandingan input dan output pada berbagai kondisi pengelolaan

dan kondisi tahun 2005 ...................................................................... 66

21 Perbadingan rente ekonomi pada open access, MEY dan MSY dan

kondisi aktual tahun 2005 ................................................................... 67

22 Perbandingan produksi ketiga tipe pengelolaan .................................. 69

23 Perbandingan effort ketiga tipe pengelolaan ....................................... 69

24 Fluktuasi angka efisiensi .................................................................... 71

25 Analisis efisiensi antar kapal penangkap udang di Laut Arafura .......... 74

26 Analisis efisiensi antar kapal penangkap udang di Laut Arafura .......... 75

27 Distribusi efisiensi kapal pukat udang di Laut Arafura ........................ 75

28 Potensi perbaikan efisiensi ................................................................. 77

29 Grafik tangkapan bulanan kapal-kapal PU anggota HPPI .................... 79

30 Trajektori produksi lestari dengan dan tanpa kuota.............................. 83

31 Tren produksi bulanan dan tren siklikal............................................... 89

32 Kurva profit dan effort (jumlah kapal) .................................................. 92

33 Kurva revenue, profit dan cost perikanan udang di L. Arafura………. 93

34 Kurva bioekonomi sesudah pengenaan tax 10% ................................... 98

Page 15: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Algoritma MAPLE bioekonomi perikanan udang di L. Arafura ....... ..... 112

2 Data kapal pukat udang di L. Arafura ..................................................... 116

3 Proses iterasi kapal DEA kapal-kapal pukat udang .............................. 119

4 Kerangka logis (logical framework) alternatif pengelolaan perikanan

udang ..................................................................................................... 130

Page 16: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

PENGERTIAN ISTILAH

Biomass: jumlah berat tiap individu ikan pada suatu stok.

Bycatch: bagian hasil tangkapan yang diambil secara insidensiaal pada ikan target, dan

sebagian ikan tersebut dibuang.

Catchability coefficient (q): proporsi total stok yang ditangkap oleh satu unit upaya

penangkapan (fishing effort).

Closure: larangan penangkapan ikan selama waktu atau musim tertentu (penutupan

waktu), atau di daerah tertentu (penutupan tempat), atau kombinasi keduanya.

Input control: pembatasan jumlah upaya penangkapan (fishing effort), pembatasan pada

jumlah, ukuran dan tipe kapal atau alat tangkapnya, daerah penangkapan atau

waktu penangkapan.

Maximum Economic Yield (MEY): suatu tangkapan melebihi batas dimana pendapatan

yang dihasilkan oleh penambahan marjinal upaya lebih kecil dari pada biaya

untuk penambahan tersebut; titik dimana kelebihan laba yang didapat mencapai

masksimal dengan biaya yang dibutuhkan untuk menutup semua kebutuhan.

Maximum Sustainable Yield(MSY): tangkapan tahunan terbesar yang dapat diambil dari

stok secara terus menerus tanpa mempengaruh tangkapan mendatang, MSY

jangka panjang yang tetap tidak ada dalam sebagaian besar perikanan, ukuran stok

bervariasi sesuai dengan perubahan klas tiap tahun dalam stok.

Open access fishery: suatu perikanan tanpa pembatasan pada jumlah nelayan atau unit

penangkapan, perikanan yang tidak diatur.

Output control: pembatasan pada berat atau tangkapan (suatu kuota), atau kondisi

reproduksi individu ikan yang diizinkan meliputi ukuran, sex.

Overcapacity: situasi dimana output kapasitas lebih besar dari pada output target.

Overcapitalization: situasi dimana stok kapital aktual lebih besar dari stok kapital

optimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan output target.

Overfishing (tangkap lebih): diartikan sebagai kondisi dimana jumlah ikan yang

ditangkap melebihi jumlah ikan yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok

ikan dalam suatu daerah tertentu (Fauzi, 2005).

Quota: suatu pembatasan pada berat ikan yang dapat ditangkap dalam suatu stok atau

daerah tertentu.

Stakeholder: suatu individu atau grup yang memiliki kepentingan dalam suatu sumber

daya dan pemanfaatannya.

Stok ikan: jumlah biomasa ikan yang dapat ditangkap dalam suatu kawasan perairan

tertentu dalam periode yang ditentukan agar terjaga kelestarian.

Total Allowable Catch (TAC): masksimum tangkapan yang diperbolehkan dari suatu

perikanan sesuai dengan rencana pengelolaan.

Page 17: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengelolaan perikanan (fisheries management) merupakan proses yang

kompleks, memerlukan integrasi sumberdaya biologi dan ekologi, dengan faktor-

faktor sosio-ekonomi dan kelembagaan berpengaruh terhadap perilaku nelayan

dan pengambil kebijakan. Tujuan pengelolaan adalah terwujudnya kelestarian

sumberdaya ikan agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Namun demikian

kelestarian merupakan hal yang sulit dicapai, populasi ikan makin terbatas, hasil

tangkapan dunia makin sedikit dan hampir 70% stok ikan diseluruh dunia

mengalami penurunan, dieksploitasi penuh atau dieksploitasi lebih (Garcia &

Newton, 1997). Pengaturan pengelolaan secara konvensional seperti pembatasan

ukuran penangkapan atau pembatasan effort, telah digunakan untuk

mengembalikan stok, mengurangi mortalitas ikan dan meningkatkan stok

pemijahan. Ketidak pastian dalam perkiraan stok, peningkatan kekuatan

penangkapan (fishing power) secara dramatis dan pilihan intertemporal berakibat

jatuhnya beberapa stok ikan, menjadi pertanyaan kenapa pengelolaan gagal.

Laut Arafura merupakan salah satu kawasan perairan Indonesia yang memiliki

sumberdaya ikan (SDI) yang potensial, khususnya udang, dan menjadi satu-

satunya kawasan yang diizinkan untuk penangkapan udang dengan trawl. Luas

Laut Arafura diperkirakan 150.000 km2 (Naamin, 1984), dengan estimasi total

Sumber Daya Ikan sebesar 1.076.890 ton/tahun. Potensi SDI demersal termasuk

udangnya diperkirakan sebesar 145.830 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan

pada tahun 2003 sebesar 145.070 ton/tahun. Dengan demikian tingkat

Page 18: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

2

pemanfaatan telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)

(Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003).

Sejak diberlakukannya Keppres nomor 39/1980, hanya perairan di sebelah

timur garis 130°BT dan isobath 10 (garis batas kedalaman minimal 10 meter),

yang merupakan daerah operasi resmi untuk kapal-kapal pukat udang. Secara

umum, udang di pesisir barat Papua didominasi oleh jenis udang putih (Penaeus

merguensis), sedangkan udang di perairan sebelah timur Kepulauan Aru

didominasi oleh jenis udang windu (Penaeus monodon) (Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap, 2004). Data terakhir (Februari 2005) di Ditjen Perikanan

Tangkap menunjukkan bahwa kapal pukat udang yang diberikan izin di L.

Arafura berjumlah 355 kapal yang berkisar besarnya antara 31 GT (gross

tonnage) sampai dengan 515 GT, sebagian besar didominasi kapal berukuran

antara 100 s/d 200 GT.

Sumberdaya udang di Laut Arafura pada tahun 2001 dilaporkan oleh

Direktorat Jenderal Perikanan (2001) dan hasil kajian (Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap, Tim Studi IPB, 2004) mengalami overfishing yang

ditunjukkan dengan indikasi makin lamanya rata-rata hari operasi melaut,

menurunnya jumlah tangkapan rata-rata, dan makin kecilnya ukuran udang yang

ditangkap. Terjadinya overfishing diduga disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: (1) kurang efektifnya manajemen pengelolaan yang tertuang dalam peraturan

dan kebijakan pemerintah yang sepenuhnya berdasarkan pada input control; (2)

lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut terhadap kegiatan

penangkapan, sehingga peraturan atau regulasi kurang ditaati pelaku; (3)

Page 19: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

3

kurangnya kesadaran para pelaku terhadap prinsip-prinsip pengelolaan dan

pemanfaatan yang lestari dan bertanggung jawab.

Untuk mengurangi terjadinya overfishing, maka diperlukan strategi

pengelolaan yang optimal. Dilihat dari perspektif pengelolaan perikanan (fisheries

management), sejauh ini Laut Arafura belum sepenuhnya dikelola berdasarkan

kepada pendekatan keilmuan (scientific based). Hal ini antara lain dapat dilihat

dari belum adanya model pengelolaan yang bisa dijadikan tolok ukur

pengendalian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

mengevaluasi pengelolaan penangkapan saat ini berdasarkan bioekonomi,

pengukuran kapasitas (measuring fishing capacity) dan musim penangkapan.

Dengan pendekatan kebijakan yang tepat, berdasarkan pada permasalahan

yang ada dan ter-analisis dengan baik, diharapkan kita dapat memperoleh rente

yang sebesar-besarnya dari sumber daya ikan di laut Arafura, serta dapat

mengelola perikanan di kawasan ini dengan berkelanjutan. Untuk tujuan

pengelolaan tersebut, diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis kondisi perikanan, terutama perikanan udang (kegiatan yang paling

menonjol di kawasan ini) pada saat ini. Penelitian diperlukan agar tidak hanya

menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi berdasarkan pengamatan sepintas,

namun memperoleh data yang akurat tentang kondisi stok dan bagaimana

fluktuasi produktivitas penangkapan aktual dan produksi lestarinya. Yang paling

penting adalah menyangkut analisis kapasitas perikanan yang seluruhnya

dilakukan dengan metode yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara

keilmuan, serta mengikuti perkembangan keilmuan terbaru. Beberapa teknik yang

dapat dilakukan dalam menganalisis perikanan udang di kawasan ini adalah

Page 20: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

4

dengan menggunakan model bio-ekonomi statik maupun dinamis, kemudian

analisis kapasitas dengan menggunakan DEA.

1.2 Perumusan masalah

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan udang di laut

Arafura meliputi: terjadinya overfishing, overcapacity atau inefisiensi usaha,

secara de facto terjadi open access meskipun diatur dalam berbagai peraturan,

serta terancamnya sumber daya udang sebagai akibat dari tidak ketatnya

pengelolaan yang menjamin kelestarian. Permasalahan tersebut disebabkan antara

lain oleh kurang efektifnya penegakan hukum, kurang kesadaran pelaku untuk

mentaati peraturan (seperti pelanggaran daerah penangkapan, penggunaan alat

tangkap) dan prinsip kelestarian, serta kurang efektifnya pengelolaan (fisheries

management). Dalam hal pengelolaan, secara prinsip, sejak diberlakukannya

Keputusan Presiden nomor 85 tahun 1982 tentang penggunaan pukat udang dan

berdasarkan Keputusan Presiden nomor 39 tahun 1980, banyak terjadi

pelanggaran terhadap ketentuan tersebut sehingga ketentuan tersebut kurang

efektif.

1.3 Hipotesis Penelitian

Pada saat ini apabila dilihat secara kasat mata, maka dapat diidentifikasi

berbagai permasalahan pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura, yang

kemudian dijadikan sebagai hipothesis dalam penelitian ini, yaitu :

Page 21: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

5

1. Terjadi overfishing perikanan udang di Laut Arafura pada saat ini, dilihat

dari penurunan produktivitas hasil tangkapan dan menurunnya ukuran udang

yang ditangkap, serta perubahan species dominan.

2. Usaha penangkapan udang semakin tidak efisien dilihat dari aspek ekonomi,

terutama rasio antara upaya (effort) dan produktivitas hasil tangkapan.

3. Terjadi berlebihnya kapasitas penangkapan oleh kapal-kapal pukat udang

serta belum diberlakukannya pembatasan yang efektif.

4. Kondisi perikanan yang tidak efisien akan berpengaruh terhadap

keberlanjutan baik stok sumber daya ikan.

1.4 Tujuan Penelitian

Dari beberapa hipothesis tadi maka dapat diuraikan tujuan utama penelitian

ini, yaitu: penyusunan alternatif kebijakan pengelolaan perikanan udang di laut

Arafura. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka ditetapkan beberapa tujuan

khusus sebagai berikut.

(1) Menganalisis bioeconomic perikanan udang di Laut Arafura.

(2) Menganalisis kecenderungan produksi penangkapan ditinjau dari produksi

aktual maupun produksi lestari.

(3) Mengukur kapasitas penangkapan (measuring fishing capacitty) perikanan

udang di Laut Arafura untuk mengetahui efiensi pengelolaan secara umum

dari tahun ke tahun dan efisiensi tiap kapal.

(4) Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan udang di laut

Arafura ke depan.

Page 22: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dihasilkan dari penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pengelolaan

perikanan udang ke depan.

(2) Masukan bagi dunia usaha dalam pengambilan kebijakan dan strategi usaha

penangkapan udang di Laut Arafura.

(3) Acuan bagi akademisi atau peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan

yang lebih spesifik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat berdaya dan berhasil guna, maka berikut ini

diuraikan terlebih dahulu ruang lingkup penelitian ini, yaitu :

(1) Pengujian model bioekonomik Gordon-Schaefer dan menentukan model

yang optimal (analisis dinamik Clark-Munro) bagi pengelolaan perikanan

udang di laut Arafura.

(2) Pengukuran kapasitas penangkapan udang di laut Arafura baik secara

agregat dari tahun ke tahun, maupun kapasitas penangkapan per kapal untuk

mengetahui apakah usaha penangkapan udang sudah overcapacity atau

efisien.

(3) Analisis skenario pengelolaan perikanan udang dalam tiga alternatif, yaitu

pengurangan jumlah kapal, penerapan kuota, dan penutupan musim

penangkapan.

Page 23: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

7

1.7 Kerangka Pemikiran

Untuk pemecahan permasalahan yang diuraikan di atas secara tepat, perlu

dianalisis kondisi perikanan udang di Laut Arafura dilakukan dengan pendekatan

bioeconomic model Gordon-Schaefer, analisis produksi aktual dan produksi

lestari, pengukuran kapasitas penangkapan (measuring fishing capacity) dengan

DEA dan analisis kecenderungan musim penangkapan. Hasil analisis bioeconomic

menghasilkan penilaian terhadap tiga acuan yaitu MSY, MEY (optimal static) dan

optimal dynamic (Model Clark-Munro). Analisis produksi menghasilkan model

hubungan antara produksi aktual dan effort serta fluktuasi efisiensi yang

menggambarkan secara umum kapasitas penangkapan dan tingkat efisiensi.

Pengukuran kapasitas dengan DEA menghasilkan gambaran efisiensi dari tahun ke

tahun serta efisiensi tiap kapal. Analisis musim penangkapan menghasilkan

kesimpulan waktu penangkapan yang paling kecil atau tidak efisien.

Apabila tiga analisis yaitu analisis bioekonomi, analisis efisiensi dan analisis

produksi (dilihat dari kelestarian) menunjukan hasil positif, dalam arti kondisi

perikanan udang saat ini optimal, efisien dan lestari, maka hanya diperlukan

penyempurnaan pengelolaan saat ini. Apabila tiga analisis tersebut menghasilkan

kesimpulan sebaliknya yaitu tidak optimal, tidak efisien dan tidak lestari maka

pengelolaan perikanan udang ke depan perlu disempurnakan. Berdasarkan analisis

tersebut, selanjutnya dirumuskan alternatif pengelolaan perikanan udang ke depan

dengan mengembangkan tiga skenario yaitu pengurangan jumlah kapal,

pembatasan musim penangkapan dan penerapan kuota hasil tangkapan. Tiap

skenario yang merupakan alternatif pengelolaan, dievaluasi berdasarkan rente

ekonomi, efisiensi dan kelestarian SDI. Dari hasil analisis skenario yang

Page 24: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

8

menghasilkan alternatif pengelolaan, selanjutnya dirumuskan rekomendasi

pengelolaan perikanan udang ke depan yang paling optimal. Berikut ini adalah

skema kerangka pemikiran penelitian ini.

Bioeconomic Kapasitas

Penangkapan

Produksi Musim

Penangkapan

Sustainable

Peningkatan

Ya

Alternatif Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Ya

Pengurangan jumlah kapal

Pembatasan Musim Penangkapan

Penerapan Kuota

Rekomendasi

Pengelolaan SDI

Analisis

Kondisi Saat Ini

Optimal

Efisien

Ya

Tidak Tidak Tidak

• Overfishing • Tidak efisien (overcapacity) • Kelestarian SDI terancam • De facto open access

PERMASALAHAN SAAT INI

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengelolaan SDI udang di Laut Arafura

Page 25: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

Pendekatan analitis untuk pengelolaan sumber daya perikanan di dasarkan

pada pendekatan bioekonomi yang sudah dikembangkan sejak awal tahun 1950an.

Meskipun konsep biologinya sendiri sudah dikenalkan oleh Graham pada tahun

1935 (Graham., 1935) dalam bentuk model logistik, model ini kemudian

dikembangkan oleh M. Schaefer (1954) yang memandang populasi ikan sebagai

satu kesatuan keseluruhan. Selanjutnya Gordon (1954) mengembangkan model

ekonomi berdasarkan model Scahefer tersebut dan memperkenalkan konsep

economic overfishing dan perikanan open access. Model yang dikenal sebagai

model bioekonomi Gordon-Schaefer (Gordon, 1953; 1954), kemudian banyak

digunakan untuk menganalisis pola pengelolaan perikanan yang optimal dan

berkelanjutan (Seijo et al., 1998). Secara sederhana model pengelolaan

bioekonomi dimulai dengan mengasumsikan bahwa pertumbuhan populasi ikan

mengikuti fungsi logistik sebagaimana Gambar 2.a dan secara matematis dapat

ditulis dalam persamaan berikut.

( )

( )(1 )dx x t

rx tdt K

= − ………………………………….(2.1)

r adalah tingkat pertumbuhan populasi secara intrinsik, ( )x t adalah biomasa

dalam waktu t dan K adalah carrying capacity atau daya dukung lingkungan.

Perilaku populasi dalam suatu kurun waktu dijelaskan dengan kurva Sigmoid,

dimana biomasa yang tidak dieksploitasi bertambah sampai mencapai level

maksimum pada level K (lihat Gambar 2.b).

Page 26: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

10

Gambar 2. Fungsi pertumbuhan logistik (sumber: Fauzi, 2004)

Produksi penangkapan ikan merupakan fungsi dari upaya (effort) dan stok

ikan (Schaefer, 1957), maka hubungan antara tangkap dan effort dapat ditulis

dalam bentuk:

h qxE= …………………………….......………………(2.2)

dimana h = produksi, q = koefisien kemampuan tangkap, x = stok ikan dan E =

upaya. Menurut Gulland, 1983), q didefinisikan sebagai pembagian populasi ikan

yang ditangkap oleh satu unit upaya. Persamaan tersebut dapat digunakan secara

sederhana untuk menggambarkan pengaruh penangkapan terhadap pertumbuhan

biologi stok ikan sebagaimana Gambar 3. Akibat adanya aktivitas penangkapan

atau produksi, persamaan (2.1) menjadi:

(1 )dx x

rx hdt K

= − −

= [1 ]x

rx qxEK

− − ………………..…………….(2.3)

x t

F(x)xt

K

K1

2K

1r

2r

0 0

(a)(b)

x t

F(x)xt

K

K1

2K

1r

2r

0 0

(a)(b)

Page 27: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

11

h1

h2

h3

h = q x E2

h = q x E1

h = q x E3

Gambar 3. Kurva yield-effort (Fauzi, 2004)

Model pertumbuhan Schaefer ini dapat ditransformasi untuk menentukan

hubungan antara input (effort) dan output (produksi) dengan mengasumsikan

kondisi keseimbangan dimana 0dx

dt= , sehingga persamaan (2.3) berubah

menjadi:

[1 ]x

qxE rxK

= − ............................................................ (2.4)

Dari persamaan (2.4) tersebut, kita bisa mencari x sebagai berikut:

1qE

x Kr

= −

………………....…………….….………(2.5)

Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (2.5) tersebut ke dalam

persamaan (2.2) maka diperoleh kurva produksi lestari:

Page 28: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

12

1qE

h qKEr

= −

……………………………………………(2.6)

Persamaan di atas merupakan bentuk lain dari persamaan yang berbentuk

kuadratik, dimana q, K dan r konstanta. Kurva produksi lestari tersebut

sebagaimana Gambar 3, dikenal dengan istilah “yield-effort curve”.

Menurut Fauzi (2004), model Gordon-Schaefer dapat menguraikan konsep

bioeconomic pada kondisi akses terbuka. Sebagaimana dalam model biologi,

Gordon (1954) mengasumsikan keseimbangan untuk mendapatkan fungsi

produksi perikanan. Dalam model tersebut pendapatan bersih π diperoleh dari

penangkapan dalam persamaan (2.7) berikut:

π = TR – TC .............................................................(2.7)

TR = Total Revenue dan TC = Total Cost.

Produksi keseimbangan dalam kondisi akses terbuka terjadi ketika penerimaan

total (TR) sama dengan biaya total (TC), berarti π = 0 dan tidak ada lagi stimulus

untuk masuk (entry) dan keluar (exit) dalam perikanan. Menurut Gordon (1954)

jika biomasa juga berada dalam keseimbangan, maka produksi yang dihasilkan

akan membentuk keseimbangan baik biologi maupun ekonomi, kondisi tersebut

dikenal dengan bioeconomic equilibrium (keseimbangan bioekonomi).

Penggambaran secara grafis dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Page 29: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

13

Gambar 4. Model Gordon-Schaefer (Fauzi, 2004)

Dalam kondisi keseimbangan jangka panjang tersebut, persamaan (2.4) dapat

ditulis sebagai:

[1 ]x

h rxK

= − ……………………….………………...(2.8)

Jika p = harga, maka penerimaan total dapat ditulis sebagai fungsi dari biomasa,

atau:

( ) [1 ]x

TR x prxK

= − ……………..…...……………..(2.9)

Demikian pula fungsi biaya dapat ditulis sebagai fungsi biomas sebagai berikut

TC cE=

( )h cF x

cqx qx

= =

( ) 1c x

TC x rq K

= −

………………………………(2.10)

Page 30: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

14

dimana c adalah biaya per unit upaya, dan E = effort. Stok atau biomasa pada

keseimbangan bioekonomi (TR = TC) diperoleh dengan substitusi persamaan (2.9)

dan (2.10) sehingga:

c

xqp

= …………………….......................................(2.11)

x selalu lebih besar dari 0, karena upaya penangkapan (fishing effort) akan

berkurang atau bahkan berhenti pada saat TC TR≥ , karena pada tingkat upaya

yang melebihi keseimbangan bioekonomi tersebut, tidak ada lagi stimulus untuk

masuk dan keluar perikanan. Model tersebut memprediksi kondisi

overexploitation, jika kurva TC memotong kurva TR pada tingkat upaya yang

lebih tinggi daripada yang seharusnya diperlukan untuk mencapai kondisi MSY

(Clark, 1985; Anderson, 1986).

Analisis matematis menurut Clark (1976, 1985) menyajikan hubungan

bioekonomi, sebagaimana diacu oleh Fauzi (2004), rente ekonomi lestari

(sustainable rent) didefinisikan sebagai fungsi dari biomas dalam bentuk:

( )

( ) ( )cF x

x pF xqx

ρ = −

( )c

p F xqx

= −

……………………....……………(2.12)

Dengan menggunakan pertumbuhan logistik, rente ekonomi lestari secara lebih

eksplisit dapat ditulis menjadi:

( ) 1c x

x p rxqx K

ρ

= − −

………………….….………….(2.13)

Maksimisasi keuntungan statik diperoleh dengan menurunkan persamaan di atas

terhadap x , sehingga diperoleh:

Page 31: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

15

( ) 2

1 0d x x cr

prdx K qx

ρ = − + =

………………......……….…(2.14)

Persamaan (2.14) di atas dapat dipecahkan untuk menentukan tingkat biomas yang

optimal ( ox ):

12

oK c

xpqK

= +

…………………………..………...……(2.15)

Dengan diketahuinya nilai optimal biomas tersebut, kita dapat menentukan nilai

tangkap optimal dan nilai upaya optimal dengan cara substitusi rumus (2.15) ke

fungsi produksi sebagai berikut:

0 1 14

rK c ch

pqK pqK

= + −

……………...………………(2.16)

0 12

r cE

q pqK

= −

………………........…………………..(2.17)

Selanjutnya menurut Clark (1976, 1985) yang diacu oleh Fauzi (2004),

pendekatan dinamik dapat digunakan dalam menganalisis bioeconomic dengan

dimasukan faktor waktu, sedangkan pendekatan statik tidak memasukkan faktor

waktu. Menurut Purwanto (1987) masalah perikanan adalah bagaimana

memanfaatkan stok ikan sepanjang waktu secara efisien dengan

mempetimbangkan suku bunga dan laju pertumbuhan stok ikan. Demikian pula

menurut Seijo et al. (1998) pendekatan klasik bioeconomic adalah statik,

sedangkan kondisi perikanan yang open access akan mendorong terjadinya

overexploitation dan habisnya rente ekonomi. Pada pemahaman tersebut, tingkat

penangkapan pada titik MEY lebih rendah ketimbang MSY, model Gordon-

Schaefer tersebut mengabaikan dimensi waktu dalam mengestimasi tingkat

penangkapan dan upaya yang optimal. Tingkat exploitasi optimal suatu stok ikan

Page 32: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

16

bisa lebih besar atau lebih kecil dari MEY dan MSY, tergantung dari pilihan

intertemporal dalam pemanfaatan sumber daya.

Menurut Clark (1976; 1985), dalam model dinamik nilai optimal untuk

biomas (x*) dan panen optimal (h*) mengikuti persamaan sebagai berikut:

2

* 81 1

4

K c c cx

pqK r pqK r pqKr

d d dé ùæ ö æ öê ú÷ ÷ç ç= + - + + - +÷ ÷ç çê ú÷ ÷÷ ÷ç çç çè ø è øê úë û

…............................(2.18)

1 2* ( ) 1

xh x pqx x r

c Kδ

= − − −

………..………………(2.19)

δ = discount rate atau interest rate. Model bioekonomi tersebut akan digunakan

untuk mengetahui kondisi perikanan udang di Laut Arafura berdasarkan data hasil

penelitian.

Menurut Purwanto (1984), kondisi perikanan lemuru di Selat Bali telah

dianalisis dengan model dinamik dan menghasilkan kesimpulan bahwa dengan

produksi lestari sebesar 80 ribu ton per tahun, tingkat rente ekonomi maksimum

dicapai pada tingkat produksi 74 ribu ton per tahun. Hal ini membuktikan bahwa

dengan model dinamik dapat diketahui tingkat produksi optimal yang

menghasilkan rente ekonomi tertinggi, namun masih berada di bawah tingkat

produksi lestari.

2.2 Pengembangan Model Bioekonomi untuk Pengelolaan Perikanan Udang

Model bioekonomi di atas adalah model bioekonomi generik yang sering

digunakan untuk menganalisis berbagai tipe perikanan baik demersal maupun

pelagis. Dalam kasus perikanan udang, ada beberapa penelitian yang

menggunakan bioekonomi dengan mengembangkan model sederhana di atas

Page 33: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

17

melalui pengembangan model bioekonomi yang lebih kompleks. Griffin (1983)

misalnya, menggunakan General Bioeconomic Fishery Simulation Model

(GBFSM) untuk menganalisis enam alternatif pengelolaan udang di Texas. Model

bioekonomi yang dikembangkan adalah pengembangan model diskrit dari dasar

model bioekonomi di atas dengan penambahan struktur mortalitas dan struktur

biaya yang lebih kompleks. Model bioekonomi tersebut dianalisis untuk melihat

dampak enam alternatif pengelolaan yakni dampak terhadap produksi total,

jumlah yang terbuang (discard), biaya dan penerimaan, dan jumlah effort yang

digunakan. Model Griffin (1983) dikombinasikan dengan model simulasi untuk

mengetahui beberapa skenario perubahan parameter pengelolaan seperti biaya dan

penerimaan serta skenario penutupan (seasonal closure). Hasil model Griffin

(1983) menunjukkan bawah alternatif pengelolaan dengan menutup perairan

offshore dan secara simultan menutup perairan teritorial berakibat terhadap

penurunan hasil tangkapan pada tahun pertama, namun kemudian meningkat pada

tahun-tahun berikutnya. Demikian juga penutupan perairan pesisir pada musim

semi hanya berakibat sedikit terhadap keseimbangan bioekonomi. Dari model

Griffith (1983) dapat diketahui bahwa alternatif pengelolaan yang dapat

meningkatkan produksi udang adalah penutupan pada bulan Juni dan Juli serta

penghapusan batasan ukuran (size restriction).

Pendekatan bioekonomi untuk pengelolaan perikanan udang juga telah

digunakan untuk menganalisis alternatif pengelolaan udang di Teluk Meksiko

oleh Ward dan Sutinen (1994). Dalam kasus tersebut, model bioekonomi

digunakan untuk memprediksi perilaku masuk (entry) dan keluar (exit) dari para

pelaku perikanan udang yang heterogen, berdasarkan pola keuntungan yang

Page 34: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

18

myopic (tidak jelas). Ward dan Sutinen (1994) menggunakan model kontinyu

dengan menggunakan pendekatan analitik dan ekonometrik. Ward dan Sutinen

(1994) menemukan bahwa perilaku keluar dan masuk tidak dipengaruhi oleh

keragaman stok. Namun demikian, ekternalitas yang ditimbulkan oleh kepadatan

(crowding out externality) menimbulkan dampak negatif terhadap kemungkinan

entry terlepas dari perubahan kelimpahan stok, harga dan biaya. Dari studi ini

juga dapat diketahui bahwa pengelolaan berdasarkan kuota (pembatasan

tangkapan total yang dibagi per kapal) cenderung akan meningkatkan harga dan

mengarah ke peningkatan armada dalam ukuran besar dan meningkatkan

kecenderungan entry ke perikanan.

Salah satu pengembangan terkini menyangkut model bioekonomi untuk

perikanan udang juga dilakukan oleh Chapman dan Beare (2001). Kedua peneliti

tersebut menganalisis efektivitas pengelolaan Individual Transferable Quota

(ITQ) dan pengendalian input (input control) dalam kerangka pendekatan biologi

dan ekonomi yang terintegrasi. Kerangka analisis yang digunakan adalah

optimisasi stokastik untuk mengakomodasai ketidakpastian biologi. Sedikit

berbeda dengan model konvensional, model persamaan biologi yang digunakan

oleh Chapman dan Beare (2001) adalah model Ricker. Hasil studi Chapman dan

Beare (2001) menunjukkan bahwa ITQ menjadi instrumen pengelolaan yang

efektif dalam kasus di Norther Prawn Fishery (NPF), terutama pada saat

terjadinya peningkatan upaya penangkapan secara kontinyu (effort creep). Namun

demikian, keuntungan dalam penerapan ke arah sistim ITQ sangat tergantung dari

keberhasilan dalam merasionalisasi struktur kapital. Lebih dari itu strategi

pengelolaan alternatif seperti pengaturan musim dan penutupan area tertentu akan

Page 35: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

19

memperkuat pengelolaan berbasis ITQ dan menambah manfaat pengelolaan

perikanan udang itu sendiri.

Chapman dan Beare (2001) lebih jauh juga menyimpulkan bahwa pengelolaan

yang optimal untuk NPF dilakukan dengan kombinasi input control dan output

control. Hal ini ditarik dari simulasi yang dilakukan dengan tiga pilihan

pengelolaan yaitu: penutupan musim penangkapan; penerapan kuota dan

kombinasi kuota dengan penutupan setengah musim. Hasil simulasi ketiga

alternatif untuk kurun waktu 30 tahun dengan asumsi tidak terjadi peningkatan

effort secara signifikan ditampilkan dalam logical framework sebagai berikut.

Tabel 1. Logical Framework Simulasi Peningkatan Effort

(Chapman and Beare, 2001)

Struktur Kapital Penutupan

Musim Penerapan Kuota

Kombinasi

Kuota-Musim

Struktur kapital

tetap

Jumlah kapal 115 115 115

TAC - 3812 ton 7651 ton

Lama musim 26 minggu 23.8 minggu 28 minggu

Effort tahunan 8706 hari 10960 hari 9440 hari Tangkapan tahunan

2416 ton 2198 ton 2479 ton

Pendapatan bersih/th

$ 483 juta $ 426 $ 480 juta

Struktur kapital

flexible

Jumlah kapal 90 62 86

TAC - 4084 ton 5370 ton

Lama musim 31 minggu 39.1 minggu 32 minggu

Effort tahunan 8921 hari 8852 hari 8968 hari

Tangkapan tahunan

2408 ton 2334 ton 2419 ton

Pendapatan bersih/th

$ 489 juta $ 480 juta $ 489 juta

Sejarah pengelolaan udang di Laut Arafura dimulai sejak ditemukannya lokasi

penangkapan udang yang kaya pada tahun 1964 oleh kapal riset Baruna Jaya dan

Page 36: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

20

diyakinkan dengan riset berikutnya tahun 1967. Sejak tahun 1969 mulai

beroperasi penangkapan udang oleh dua perusahaan patungan dengan 9

(sembilan) kapal pukat udang, terus meningkat pada tahun 1978 beroperasi 120

kapal pukat udang berukuran antara 90 GT sampai dengan 594 GT oleh 17

perusahaan patungan (Bailey et al., 1987). Gulland (1973) menilai pada saat itu

sumberdaya udang di Laut Arafura mengalami tekanan dan terjadi penurunan

tangkapan per unit upaya (catch per unit effort) dan merekomendasikan

penangkapan dibatasi 90 kapal pukat udang. Uktoselja (1978) mengestimasi MSY

udang di Laut Arafura adalah 5200 ton/tahun dan melaporkan pada tahun 1974

sumberdaya udang sudah overexploited. Naamin dan Noer (1980) mengestimasi

MSY udang di Laut Arafura antara 6000 sampai dengan 6170 ton per tahun.

Pada tahun 1970 kapal-kapal Taiwan mulai beroperasi dengan menggunakan

pair trawl, juga dalam usaha patungan dengan perusahaan Indonesia. Naamin

(1984) mengadakan penelitian untuk mengidentifikasi dinamika populasi udang

Jerbung di Laut Arafura, khusus aspek biologi antara lain umur, pertumbuhan

serta densitasnya. Hasil studi Naamin (1984) tersebut merekomendasikan

pengelolaan dengan instrumen kebijakan input control dengan mengatur jumlah

armada, penutupan musim penangkapan dan pengaturan ukuran mata jaring. Hasil

studi Naamin (1984) tersebut dijadikan dasar pengelolaan dengan tingkat effort

optimal berdasarkan biologi.

Sejak dibukanya Laut Arafura untuk penangkapan udang tahun 1969 sampai

sekarang, instrumen kebijakan yang diterapkan adalah input control, meliputi

pengaturan jumlah armada dan pembatasan alat tangkap (gear restriction).

Instrumen kebijakan tersebut dibarengi dengan pemberlakuan pungutan yang

Page 37: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

21

disebut Pungutan Hasil Perikanan (PHP), yang merupakan resource fee (ongkos

sumber daya) karena pemanfaatan sumber daya ikan milik negara. PHP tersebut

merupakan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang dikembalikan lagi untuk

DKP dalam bentuk APBN (anggaran dan pendapata belanja negara) dalam

rangka pengelolaan perikanan. Dalam prakteknya, kelemahan pengelolaan

berdasarkan input control tersebut mendorong terjadinya peningkatan upaya untuk

meningkatkan hasil tangkapan sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilihat dari

kecenderungan peningkatan mesin (karena yang dibatasi dalam aturan GT nya)

dan peningkatan teknologi yang lebih canggih (satelit, fish finder dll).

Peningkatan kapasitas penangkapan tersebut secara perlahan berakibat kepada

terjadinya overcapacity.

Pada tahun 2001, Widodo et al. (2001) mulai memperkenalkan konsep

pengelolaan berdasarkan bioekonomi dengan instrumen kebijakan input control

dalam bentuk pengaturan jumlah kapal (effort) dan ukuran mata jaring (gear

restriction). Rekomendasi hasil penelitian tersebut adalah dikuranginya armada

penangkapan udang hingga tingkat upaya penangkapan tahun 1995. Studi tersebut

menghasilkan instrumen kebijakan dengan penentuan effort optimal berdasarkan

bioekonomi.

Dalam penelitian kali ini, penulis mengadakan pengkajian bioekonomi dan

kapasitas sekaligus, untuk menentukan status terkini perikanan udang di Laut

Arafura. Penulis tidak mengadakan pengkajian biologi, namun analisis pada

dinamika populasi secara total dengan pendekatan surplus produksi. Instrumen

kebijakan sebagai alternatif yang dikembangkan adalah pengurangan jumlah

kapal, penerapan kuota dan penutupan musim penangkapan.

Page 38: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

22

2.3 Pengelolaan Perikanan (Fishery Management)

Menurut Charles (2001), pengaturan pengelolaan perikanan, secara garis besar

meliputi: pengendalian input/upaya (input/effort control), pengendalian

output/tangkapan (output/catch control), pengaturan teknis (technical measures),

pengaturan berbasis lingkungan (ecologically based measures) dan instrumen

ekonomi (economic instruments). Menurut King (1995), sejarahnya tujuan utama

pengelolaan perikanan adalah konservasi stok ikan. Dalam perikanan modern,

tujuan tersebut berkembang untuk kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan.

2.3.1 Input (Effort) control (pengendalian input)

Ide dasar dalam input control adalah mengatur upaya penangkapan (fishing

effort), dimana effort menentukan berapa besar penangkapan yang berdampak

kepada stok ikan. Ada empat elemen input control yaitu: jumlah kapal penangkap;

daya tangkap potensial rata-rata tiap kapal dalam armada (ukuran, alat tangkap,

peralatan elektronik dan input fisik lain termasuk crew); intensitas rata-rata

operasi kapal di laut per satuan waktu; rata-rata waktu melaut kapal dalam

armada. Dengan demikian total effort suatu armada kapal adalah sebagai berikut.

Fishing effort = (jumlah kapal) x (daya tangkap) x (intensitas) x (hari melaut)

Jika salah satu faktor tersebut tidak ada atau nol, maka tidak ada effort atau tidak

ada perikanan tangkap. Pembatasan-pembatasan yang masuk dalam kategori input

control (Charles 2001) meliputi:

2.3.1.1 Pembatasan jumlah peserta (limiting entry)

Merupakan salah satu cara yang paling banyak diterapkan, dimana jumlah

peserta dalam perikanan dibatasi, dengan pengaturan membatasi izin penangkapan

Page 39: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

23

yang diberikan kepada sejumlah pemilik kapal. Cara ini memberikan hak akses

kepada pemilik kapal tersebut. Indonesia menganut cara ini dengan memberikan

izin penangkapan kepada perorangan, Koperasi dan perusahaan dalam bentuk

SIUP (Surat Izin Usaha Penangkapan). Dalam SIUP tersebut dicantumkan jumlah

kapal dan total GT (gross tonage), alat tangkap dan daerah penangkapan

(Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2002).

2.3.1.2 Pembatasan kapasitas per kapal

Cara ini dilakukan dengan membatasi kemampuan kapal yang berdampak

langsung terhadap sumber daya ikan, antara lain: palka, ukuran kapal, jumlah alat

tangkap dll. Indonesia menerapkan pembatasan ukuran kapal dalam bentuk GT

dan kekuatan mesin (PK) kapal. Pengaturan tersebut ada di dalam dokumen izin

penangkapan.

2.3.1.3 Pembatasan Intensitas Operasi

Pengaturan intensitas penggunaan kapal dalam arti jumlah hari operasi di laut

dan pengaturan intensitas kerja ABK (anak buah kapal) merupakan hal yang lebih

sulit dibandingkan dengan pengaturan input yang lain. Indonesia tidak menganut

pengaturan ini.

2.3.1.4 Pembatasan waktu penangkapan

Pembatasan waktu penangkapan dilakukan dengan mengatur hari melaut, saat

ini masih dikaji sebagai salah satu alat dalam pengelolaan perikanan. Kapal dalam

armada meskipun memiliki faktor-faktor lain untuk menangkap seperti mesin, alat

tangkap, ABK, namun tidak akan menghasilkan ikan jika tidak ke laut. Konsep ini

belum diterapkan sebagai alat pengelolaan.

Page 40: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

24

2.3.1.5 Pembatasan lokasi penangkapan

Salah satu input penting dalam proses penangkapan adalah lokasi dimana

terjadi kegiatan penangkapan ikan. Para penangkap ikan pada umumnya

merahasiakan lokasi penangkapan mereka dan yakin bahwa mereka mengetahui

lokasi terbaik untuk menebar jaring atau bubu. Cara ini merupakan salah satu

metode tradisional dalam pengelolaan perikanan, yaitu dengan memberikan area

penangkapan tertentu kepada pengguna. Indonesia menganut metode ini, dengan

cara pemegang izin diberikan area penangkapan dalam bentuk koordinat dan

dicantumkan dalam SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) tiap kapal.

2.3.2 Output (catch) control

Jika input control memfokuskan kepada pembatasan berbagai komponen

upaya penangkapan, output control memfokuskan seluruhnya kepada apa yang

diambil dari stok ikan, yaitu tangkapan.

2.3.2.1 Total Allowable Catch (TAC)

Output control yang paling banyak didiskusikan adalah mengatur jumlah

tangkapan masing-masing jenis stok ikan dalam perikanan. Pengaturan tangkapan

secara agregat disebut TAC, yaitu jumlah biomasa ikan yang boleh ditangkap.

TAC ini kemudian bisa dibagi ke dalam kuota dalam subbagian, misalnya TAC

untuk Uni Eropa dibagi ke dalam kuota tiap negara di Eropa. Indonesia

memberlakukan TAC sebesar 80% dari MSY (maximum sustainable yield) secara

nasional dalam arti total maksimum penangkapan dan tidak dibatasi kuota untuk

perusahaan atau kapal.

Page 41: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

25

2.3.2.2 Kuota individu (individual quota)

Individual Quota (IQ) merupakan hak output kuantitatif yang menentukan

jumlah tiap nelayan boleh menangkap dalam periode waktu tertentu. Sebagai

contoh pengaturan trip yang membatasi berapa yang dapat ditangkap tiap trip

penangkapan, atau dibatasi tiap tahun. Ada dua pilihan prinsip kuota individu,

yaitu individual transfereble quota (ITQ) dan individual non-transferable quota

(INTQ).

2.3.2.3 Kuota masyarakat

Konsep dasarnya tidak ada perbedaan dengan kuota individu, perbedaannya

terletak pada pengelolaan berbasis masyarakat terhadap sumber daya ikan

tersebut. Faktor kuncinya adalah penyatuan kuota individu menjadi pengelolaan

berbasis masyarakat.

2.3 Pengendalian ikan yang dilepas (escapement controls)

Pengendalian cara ini difokuskan untuk meyakinkan bahwa cukup ikan yang

dibiarkan tidak ditangkap untuk pemijahan (spawning). Pengelolaan cara ini biasa

dilakukan untuk Salmon.

2.3.3 Pengaturan teknis (technical measures)

Pengaturan teknis merupakan pengaturan yang membatasi bagaimana, kapan

dan dimana ikan ditangkap. Pengaturan teknis ini meliputi: pembatasan alat

tangkap (gear restriction); pembatasan ukuran (size limit); penutupan area (closed

area) dan penutupan musim (closed season).

Page 42: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

26

2.3.4 Pengelolaan berbasis lingkungan (ecologically based management)

Pengaturan tipe ini dilaksanakan dengan pengaturan pembatasan untuk multi

spesies yang berdampak mengurangi tekanan terhadap lingkungan. Sebagai

contoh pembatasan jumlah kapal dan alat tangkap dalam suatu periode tertentu

untuk stok ikan campuran (misalnya untuk semua jenis demersal dan pelagis).

Salah satu contoh adalah penetapan MPA (marine protected area) yang

membatasi kegiatan manusia di kawasan tersebut.

2.3.5 Instrumen ekonomi tidak langsung: pajak dan subsidi

Pengendalian dengan penerapan pajak dapat ditetapkan agar dapat mengerem

keinginan individu atau perusahaan dalam menangkap ikan. Semakin besar pajak

akan semakin berkurang minat menangkap ikan. Sedangkan subsidi biasanya

diterapkan pada faktor input secara selektif, misalnya subsidi BBM dalam rangka

memodernisasi perikanan tradisionil.

2.4 Keragaan Perikanan

Salah satu instrumen yang juga dapat digunakan untuk pengelolaan sumber

daya perikanan yang optimal adalah menyangkut bagaimana keragaan industri

perikanan tersebut dalam konteks input yang digunakan untuk ekstraksi sumber

daya dan produksi yang dihasilkannya. Dalam kaitan ini kebanyakan perikanan

memiliki permasalahan kelebihan kapasitas yang menyebabkan kurang baiknya

keragaan perikanan tersebut. Demikian juga dalam pengelolaan sumber daya

udang, dari studi Griffin (1983) dan juga Ward dan Sutinen (1994) kelebihan

kapasitas adalah satu penyebab kurang efisiennya pengeolaan perikanan udang

Page 43: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

27

tersebut. Untuk itu adalah penting untuk membahas apa yang dimaksud dengan

keragaan perikanan yang salah satunya diukur berdasarkan kapasitas perikanan.

Kapasitas perikanan secara umum didefinisikan oleh Pascoe et al. (2003)

sebagai berikut: “Kapasitas perikanan adalah kemampuan suatu kapal atau armada

kapal untuk menangkap ikan. Kapasitas perikanan dapat dinyatakan lebih spesifik

sebagai sejumlah maksimum ikan selama kurun waktu tertentu (tahun atau

musim) yang dapat dihasilkan oleh armada kapal jika digunakan penuh,

berdasarkan biomasa dan struktur umur yang ada serta kondisi teknologi yang

diterapkan”. Definisi menurut FAO (1998) secara umum, kapasitas perikanan

berdasarkan target (target capacity) adalah ”maksimum jumlah ikan dalam

periode tertentu yang dapat diproduksi oleh satu armada perikanan jika

dimanfaatkan penuh, bersamaan dengan itu memenuhi tujuan pengelolaan yang

dirancang untuk memastikan kelestarian perikanan”.

Kedua definisi tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa faktor yang

menentukan kapasitas perikanan adalah kemampuan kapal atau armada dalam

menangkap atau memproduksi ikan, faktor waktu yang ditetapkan dan tujuan yang

ditetapkan. Untuk mengukur kapasitas tentu saja harus diketahui faktor-faktor

kapal atau armada yang mempengaruhi kemampuan menangkap, berapa produksi

hasil tangkapan dan tujuan yang direfleksikan dalam target, serta waktu yang

ditetapkan untuk mengukur (misalnya dalam satu tahun atau lima tahun).

Menurut Smith dan Hanna (1990), kapasitas suatu armada kapal ikan meliputi

empat komponen, yaitu.

(1) Jumlah kapal

(2) Ukuran tiap kapal

Page 44: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

28

(3) Efisiensi teknis operasional kapal

(4) Kemampuan waktu penangkapan tiap kapal pada tiap periode waktu (tahun

atau musim).

Dari keempat komponen tersebut bisa diketahui kapasitas sebuah kapal atau

armada kapal ikan dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah penangkapan.

Pada tahun 1995, CCRF (Code of Conduct for Responsible Fisheries) diadopsi

oleh FAO, salah satu isyu adalah bahwa kelebihan kapasitas (excess capcity)

merupakan salah satu faktor yang mengganggu kelestarian perikanan (FAO,

1995). Menurut Pascoe et al. (2003), konsep excess capacity berkaitan dengan

perbedaan antara kapasitas penangkapan potensial jika semua kapal dimanfaatkan

penuh dengan penangkapan saat ini. Konsep ini merupakan konsep jangka

pendek, karena berkaitan dengan kondisi stok ikan saat ini. Tujuan dari

pengelolaan perikanan lebih kepada yang bersifat jangka panjang. Sebagai contoh,

jika yang menjadi tujuan adalah tercapainya MSY, excess capacity

memberitahukan kepada kita berapa kapasitas penangkapan yang harus

diturunkan agar tercapai MSY tersebut. Dalam pengelolaan perikanan untuk tujuan

jangka panjang, konsep over capacity lebih tepat dan merupakan excess capacity

jangka panjang. Overcapacity berkaitan dengan perbedaan antara kapasitas saat

ini (baik dalam hal effort, jumlah kapal, maupun tingkat penangkapan yang

diharapkan) dan level kapasitas yang ditargetkan.

Excess capacity merupakan problema jangka pendek yang dapat terkoreksi

dengan sendirinya, misalnya terjadi karena perubahan supply dan demand dalam

pasar sehingga pengusaha menyesuaikan dengan tingkat produksi maupun harga.

Overcapacity merupakan problema jangka panjang, biasanya terjadi karena pasar

Page 45: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

29

gagal untuk mengalokasikan input dan output secara efisien. Pengusaha tidak

dapat saling menjaga ada pihak lain yang menangkap ikan (misalnya illegal

fishing), dan tidak ada insentif untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan.

Overcapacity pada umumnya terjadi sebagai akibat dari penangkapan berlebih

sumber daya ikan (overexploitation of resource) dan pemanfaatan sumber daya

yang tidak efisien (modal dan faktor-faktor produksi penangkapan). Istilah jangka

pendek dapat diartikan dalam satu musim penangkapan atau satu tahun,

sedangkan jangka panjang dapat diartikan suatu periode dimana stok ikan

mencapai target yang ditetapkan dan level input untuk jangka pendek dapat diatur.

Isyu overcapacity atau excess capacity dalam perikanan biasanya berkaitan

dengan problema open access (Greboval, 1999). Menurut Wilen (1985), sebagai

langkah awal diperlukan pemahaman untuk membedakan kondisi ”murni” open

access dan ”regulated” open acces. Dalam kondisi open access murni, tidak ada

kejelasan tentang hak kepemilikan (property right) dan tidak adanya pengaturan

dalam eksploitasi sumber daya. Suatu perikanan yang ”regulated” open acces

didefinisikan sebagai suatu perikanan yang hak kepemilikannya (property right)

tidak jelas, pemerintah mengontrol penangkapan dalam suatu regulasi yang ketat

dalam rangka konservasi sumber daya, namun tidak mampu mengontrol secara

efektif kapal-kapal yang beroperasi menangkap di laut.

Menurut Pascoe et al. (2004), overcapacity dapat didefinisikan sebagai

overcapitalization manakala ukuran jangka panjangnya berdasarkan output yang

dikaitkan dengan jumlah armada saat ini untuk mencapai stok yang ditargetkan,

pada saat yang sama ukuran input nya didasarkan kepada tingkat investasi saat ini

(dalam hal jumlah kapal, GT dan satuan lain) pada tingkat investasi yang

Page 46: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

30

ditargetkan. Konsep overcapitalization dapat digambarkan secara sederhana

menggunakan model Schaefer sebagaimana Gambar 5. Dalam gambar tersebut,

jumlah armada kapal F menghasilkan output O, sedangkan hasil yang lebih besar

pada OMSY dapat dicapai dengan jumlah armada kapal lebih sedikit FMSY .

Perbedaan antara jumlah armada kapal saat ini dan jumlah kapal yang ditargetkan

adalah excess capital yang merupakan ukuran tingkat overcapitalization dalam

perikanan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kapasitas (capacity) dan

pemanfaatan kapasitas (capacity utilization) merupakan konsep jangka pendek

yang berkaitan dengan kemampuan armada kapal saat ini untuk menambah output

dalam kondisi yang ada. Overcapacity dan overcapitalization merupakan konsep

jangka panjang yang menunjukkan kondisi dimana armada saat ini perlu dikurangi

untuk mencapai output jangka panjang yang ditargetkan.

Omsy

Fmsy F

O

Fleet unit

Output

Excess capital

}

Gambar 5. Overcapitalization dalam perikanan (Pascoe et al., 2004).

Menurut Ward et al. (2004), overcapacity terjadi sebagai suatu konsekuensi

mekanisme pasar yang tidak sempurna. Dalam kasus perikanan, ketidak

Page 47: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

31

sempurnaan pasar pada umumnya adalah tidak adanya kejelasan hak kepemilikian

(property right) dan insentifnya. Overcapacity dalam perikanan mendorong

terjadinya berbagai problema antara lain: (1) over investasi dalam kapital dan

tenaga kerja yang berlebihan baik di perusahaan penangkapan atau pengolahan;

(2) menurunnya kelimpahan baik perikanan langsung maupun stok, (3)

menurunnya tingkat keuntungan bagi modal dan tenaga kerja, menurunnya

kualitas hidup nelayan dan keluarga mereka, (4) meningkatnya konflik dalam

proses manajemen.

Untuk mengatasi overcapacity, diperlukan instrumen pengelolaan

(management instrumenst) yang disebut “incentive blocking” atau “incentive

adjusting” (Ward et al., 2004). Pengaturan dalam incentive blocking mencoba

untuk membatasi tingkat kegiatan dalam berbagai bentuk, sedangkan incentive

adjusting mencoba untuk melibatkan masalah hak kepemilikan (property right)

dan membiarkan pasar untuk mengurangi overcapacity. Kedua instrumen

pengelolaan tersebut disajikan dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Instrumen pengelolaan: incentive blocking dan incentive adjusting

Incentive blocking insruments Incentive adjusting instruments

• Limited entry

• Buy back programmes

• Gear and vessels restrictions

• Aggregate quotas

• Non transferable vessel ctach

limits

• Individual Effort Quotas (IEQs)

• Individual transferable quotas

(ITQs)

• Taxes and royalties

• Group fishing rights (CDQs,

etc)

• Territorial use rights (TURFs)

Menurut Ward et al. (2004), incentive blocking instruments merupakan solusi

jangka pendek, sedangkan incentive adjusting instruments merupakan solusi

jangka panjang dalam mengatasi overcapacity.

Page 48: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

32

Menurut Pascoe et al. (2003), ada empat metodologi untuk mengukur

kapasitas perikanan sebagai berikut.

2.4.1 Rapid Apraisal Techniques (RA)

RA merupakan pengumpulan data secara informal dari pakar dan pelaku

(stakeholders) secara luas. Tekniknya dilaksanakan dengan interview informal

kepada peserta kunci dalam perikanan yang memiliki input dalam proses

produksi. Pertanyaan diarahkan kepada level penangkapan waktu lampau dan

masa kini, termasuk level kegiatan dan level kegiatan yang potensial. Informasi

dikumpulkan di lapangan dan dikuantifikasi semaksimal mungkin dan dilengkapi

data kuantitatif lain (misalnya jumlah ikan dijual di pasar induk sebagai patokan).

Peserta sebagai sumber data diinterview ulang dan informasi yang terkumpul di

sajikan untuk cross check dan validasi. Proses ini memerlukan pengulangan

beberapa kali yang memungkinkan diadakannya penghalusan data (fine-tuning)

estimasi untuk mendapatkan nilai yang bisa dipercaya oleh peserta di perikanan.

Model RA ini memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar karena melibatkan

sumber informasi pelaku perikanan dalam jumlah besar.

2.4.2 Survei dan opini ahli

Survei dilaksanakan untuk mengumpulkan perkiraan subyektif tetapi

kuantitatif tentang kapasitas. Seperti RA, cara ini bermanfaat jika data terbatas

atau tidak tersedia. Pelaku perikanan dapat disurvei untuk menentukan

penangkapan dan kegiatan yang sedang berjalan, termasuk pendapat subyektifnya.

Survei bisa memerlukan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode

RA, tetapi memberikan umpan balik dan klarifikasi yang lebih sedikit dari hasil

analisis kepada industri. Keandalan (reliability) dari survei tergantung dari jumlah

Page 49: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

33

wakil dari sampel yang didata. Survei para ahli (biologist dan wakil industri)

dapat juga dilaksanakan untuk melengkapi perkiraan kapasitas output dan

pemanfaatannya. Jika opini ahli bervariasi, diperlukan pembobotan secara

subyektif untuk masing masing opini untuk menghasilkan perkiraan komprihensif.

2.4.3 Analisis peak-to-peak

Analisis peak-to-peak mengasumsikan adanya hubungan langsung antara level

input dan level output. Sebuah index tangkapan per unit input (misalnya

tangkapan per hari atau tangkapan per kapal) diperoleh dari data. Asumsi dibuat

bahwa level puncak (peak level) dari tangkapan per unit input sebanding dengan

kapasitas pemanfaatan. Kondisi puncak diasumsikan mewakili tahun-tahun

dimana perikanan mencapai kondisi output maksimum dalam jangka pendek,

dalam kondisi teknologi penangkapan dan stok yang ada. Analisis ini pernah

diterapkan oleh Ballard and Roberts (1977), Ballard and Blomo (1978) dan Hsu

(2003).

2.4.4 Stochastic production frontier (SPF)

SPF menunjukkan output maksimum yang diharapkan terhadap sekumpulan

input yang diketahui. Hal tersebut didapatkan dari teori produksi dan berdasarkan

kepada asumsi bahwa output adalah fungsi dari tingkat input dan efisiensi

produsen dalam menggunakan input.

2.4.5 Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA menggunakan teknik seperti program matematis yang dapat menangani

variable dan kendala dalam jumlah besar, juga memudahkan kebutuhan yang

Page 50: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

34

sering timbul disebabkan keterbatasan data, sehingga bisa dipilih hanya beberapa

variable input dan output. Model terpenting dari DEA adalah CCR (Charnes,

Cooper and Rhodes 1978) (Fauzi dan Anna, 2005). Menurut Cooper et al. (2004),

ada dua model DEA yang berkembang yaitu CCR dan BCC (Banker-Charnes-

Cooper). Model BCC merupakan pengembangan dari CCR, diimplementasikan di

dunia perbankan untuk kasus yang return of scale nya berubah. CCR

diimplementasikan pada kasus-kasus yang return of scale nya tetap. Perbedaan

secara grafis CCR dan BCC terletak pada acuan yang digunakan untuk menetukan

batas titik-titik efisiensi DMU (decision making unit) dalam suatu frontier. Garis

batas terluar efisiensi dalam CCR ditarik dari satu titik efisiensi terluar berupa

garis lurus, sedangkan dalam model BCC batas efsiensi ditarik oleh garis yang

menghubungkan titik-titik terluar efisensi (Gambar 6 dan Gambar 7). Baik model

CCR maupun BCC dibagi menjadi dua tipe, yaitu input-oriented dan output-

oriented dengan notasi CCR-I; CCR-O; BCC-I; BCC-O. Tipe input-oriented

digunakan untuk meminimalkan input, sedangkan output oriented digunakan

untuk memaksimalkan output, perhitungan kedua tipe akan menghasilkan angka

efisiensi yang sama (Cooper et al. 2004).

Gambar 6. Pembatasan Produksi Model CCR

Page 51: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

35

Gambar 7. Pembatasan Produksi Model BCC

Berdasarkan data yang ada, dapat dihitung efisiensi suatu DMU menggunakan

data input dan output. Jumlah variabel input dan output bisa satu atau lebih.

Apabila ada n DMU: DMU1, DMU2,….., dan DMUn dimana j = 1, …., n,

sedangkan ada sejumlah m input dan s output, maka input data untuk DMUj

menjadi (X1j, X2j,…,Xmj) dan output datanya adalah (Y1j, Y2j,…, Ysj). Matriks

input data X dan output data Y dapat ditulis sebagai berikut.

11 12 1

21 22 2

1 2

...

...

. . .

n

n

m m mn

x x x

X x x x

x x x

=

…..…….………………….(2.20)

11 12 1

21 22 2

1 2

...

...

. . .

n

n

s s sn

y y y

Y y y y

y y y

=

……………………..……...(2.21)

Page 52: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

36

Salah satu cara untuk menganalisa kapasitas perikanan adalah dengan DEA,

dimana pendekatannya berdasarkan input dan output. Seperti dirujuk oleh Fauzi

dan Anna (2005), konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles, Cooper,

dan Rhodes atau dikenal sebagai CCR. Di Indonesia konsep ini telah diterapkan

oleh Fauzi dan Anna pada tahun 2002 untuk mengukur efisiensi kapasitas

perikanan di DKI Jakarta (Fauzi dan Anna, 2005).

Pengukuran efisiensi pada dasarnya merupakan rasio antara output dan input,

atau:

Input

OutputEfisiensi = ......................................................(2.22)

Pengukuran efisiensi yang menyangkut multiple input dan output dapat

dilaksanakan dengan menggunakan pengukuran efisiensi relatif yang dibobot

sebagaimana tertulis berikut:

dibobotsudahyanginputJumlah

dibobotsudahyangoutputJumlahEfisiensi =

Atau dapat ditulis :

...

...

2211

2211

++

++=

jj

jj

xvxv

ywywjunitdariEfisiensi .........................(2.23)

Keterangan :

w1 = Pembobotan untuk output i

y1j = Jumlah output 1 dari unit j

v1 = Pembobotan untuk input 1

x1j = Jumlah dari input 1 ke unit j

Namun demikian, pengukuran tersebut tetap memiliki keterbatasan berupa

sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output. Keterbatasan

Page 53: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

37

tersebut kemudian dijembatani dengan konsep DEA, efisiensi tidak semata-mata

diukur dari rasio output dan input, tetapi juga memasukkan faktor pembobotan

dari setiap output dan input yang digunakan. Pada pembahasan DEA, efisiensi

diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum dengan kendala

relatif efisiensi dan seluruh unit yang tidak boleh melebihi 100%. Secara

matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi dan persamaan berikut 1:

i ijm

mm

k kjm

k

w y

Max Ev x

=∑

Dengan kendala :

1i ijm

i

k kjm

k

w y

v x≤

∑ untuk setiap unit ke j ........................................(2.24)

ε≥ki vw ,

Pemecahan masalah pemrograman matematis di atas akan menghasilkan nilai

Em yang maksimum sekaligus nilai bobot (w dan v) yang mengarah ke efisiensi.

Jadi jika nilai Em =1, maka unit ke m tersebut dikatakan efisien relatif terhadap

unit lainnya. Sebaliknya jika nilai Em lebih kecil dari 1, maka unit yang lain

dikatakan lebih efisien relatif terhadap unit m, meskipun pembobotan dipilih

untuk memaksimisasi unit m.

Salah satu kendala dan pemecahan persamaan (2.24) adalah persamaan

tersebut berbentuk fractional sehingga sulit untuk dipecahkan melakukan

pemograman linear. Namun demikian, dengan melakukan linearisasi, persamaan

(2.24) dapat diubah menjadi persamaan linear sehingga pemecahan melalui

1 Merupakan pengukuran dari efisiensi relatif dari Farrell dan Fieldhouse (1962), dimana terdapat

kemungkinan input dan output tidak terhitung (multiple). Terfokus pada konstruksi unit hipotetik efisien sebagai rata-rata bobot dari unit efisien, berfungsi sebagai pembanding bagi unit yang tidak efisien.

Page 54: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

38

pemograman linear (linear programming) dapat dilakukan. Linearisasi persamaan

(2.24) di atas menghasilkan persamaan sebagai berikut:

∑=i

ijmim ywEMax

dengan kendala:

1

0

k kjm

k

i ijm k kjm

i k

v x

w y v x

=

− ≤

∑ ∑.

................................................................. (2.25)

Salah satu manfaat dilakukannya linearisasi, kita dapat melakukan pemecahan

pemrograman linear di atas dengan melakukan pemecahan dual dari persamaan

(2.25). Sebagaimana ciri yang dimiliki oleh pemograman linear, pemecahan baik

primal maupun dual akan menghasilkan solusi yang sama, namun demikian

sering pemecahan dengan dual lebih sederhana karena berkurangnya dimensi

kendala. Primal dan dual variable dari persamaan (2.25) di atas dapat ditulis

kembali sebagai sebagai:

Model Primal Variabel Dual

∑=i

ijmiyw EmMax Z

Dengan kendala

1k kjm

k

v x =∑ oλ

i k

- 0, 1,2 ... i ijm k kjmwy v x j n≤ =∑ ∑

mkvk ... 1,2 - =≤− ε −kS

εω , ≥ki v

………………(2.26)

Page 55: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

39

...t 1,2, =−≤− ii εω +kS

Dengan demikian, dual dari persamaan (2.29) dapat ditulis sebagai;

Z min m ∑∑ −+ −k

ki

i SS- εεϖ

dengan kendala:

∑ ==j

jkj ... 1 0 X - S - mkx -kkj λ ..............................................(2.27)

∑ ==++

j

jm jiji tiyi y ... 1 S λ

0 ,, ≥−+ki SSjλ

Hasil analisis DEA dapat dijabarkan dalam bentuk grafik melalui apa yang

disebut sebagai efficiency frontier. Untuk mengolah data variabel input dan output

menjadi skor efisiensi dan pembobotan optimalnya, digunakan software DEA-

Solver dengan cara menabelkan data-data tersebut ke dalam worksheet Excel

Window dan kemudian di run. Hasil run software DEA-Solver menunjukkan

angka skor efisiensi, grafik dan pembobotan optimal. Sedangkan untuk

menggambarkan efisiensi frontier digunakan software GAMS atau Frontier

Analyst.

Dari ke lima model tersebut diatas, dipilih model DEA dalam pengukuran

kapasitas perikanan udang di Laut Arafura yang akan dibahas dalam bab

selanjutnya.

Page 56: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Wilayah studi untuk kegiatan penelitian adalah Laut Arafura di daerah operasi

penangkapan udang, posisi berada di antara antara 1300 Bujur Timur (B.T.) dan

1390 B.T. di perairan teritorial dan ZEE (zona ekonomi eksklusif) Indonesia

(Gambar 8). Lokasi pendaratan kapal-kapal pukat udang pada wilayah studi

sebagai basis pengumpulan data adalah Tual, Benjina, Agats, Dolak. Penelitian

dilaksanakan selama satu tahun, mulai bulan Mei 2003 sampai dengan April 2004

terhadap 39 kapal pukat udang sebagai sampel.

Gambar 8. Wilayah studi pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura

Page 57: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

42

3.2 Kerangka Pendekatan Analisis

Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai alur pikir kerangka

pendekatan analisis dari penelitian ini dalam usaha mencapai tujuan penelitian

seperti yang telah dijelaskan pada Bab 1.

Proses metodologi analisis model pengelolaan udang di Laut Arafura, dimulai

dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan industri perikanan tangkap

udang (meliputi data primer dan data statistika/data sekunder), dan data penelitian

sebelumnya (data tertier) (lihat Gambar 9). Data industri tersebut meliputi data

urut waktu (series) berupa data produksi aktual dan effort dari tahun 1986 sampai

dengan 2003, data cross section berupa data input dan output penangkapan

kapal-kapal pukat udang tahun 2003, sedangkan data tertier merupakan data hasil

penelitian Fauzi (2001).

Data primer yang merupakan data 39 kapal pukat udang pada tahun 2003,

digunakan untuk melihat keragaan industri, atau analisis efisiensi dengan

menggunakan metode Data Envelopement Analysis (DEA). Hasil DEA ini adalah

efisiensi dan potential improvement yang menggambarkan bagaimana kondisi

kapasitas perikanan udang di perairan Laut Arafura. Data sekunder yang

merupakan data statistik (data series) diperoleh dari beberapa lembaga dan

instansi seperti Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan

Perikanan, data produksi dari Pemerintah Daerah Propinsi Irian Jaya, dan lain-

lain, digunakan untuk analisis efeisiensi dan bioekonomi.

Page 58: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

43

Gambar 9. Kerangka pendekatan analisis kebijakan pengelolaan perikanan

udang di Laut Arafura

Dengan menggunakan analisis statistik Ordinary Least Square (OLS) maka

akan diperoleh angka-angka parameter yield-effort, untuk selanjutnya digunakan

dalam analisis bio-ekonomi dan optimisasi statik Gordon-Schaefer, serta

optimisasi dinamik Clark-Munro. Data penelitian sebelumnya yang diambil dari

data Fauzi (2001) ditambah data series dari statistik, dimanfaatkan untuk

menghasilkan parameter parameter biofisik dan ekonomi untuk perikanan

udang di kawasan Laut Arafura meliputi q, K dan r. Selanjutnya parameter

Data Industri

Data Penelitian

Sebelumnya

(tertier)

Primer (Cross section)

Sekunder (Statistik)

Keragaan Industri

(Efisiensi)

Produksi Upaya

Analisis OLS

Yield-Effort

Analisis DEA

Optimasi bioekonomi

Statik & Dinamik

Alternatif Skenario

Pengelolaan

Seasonal Kuota

Efisiensi Potential

(Improvement)

Parameter biofisik dan ekonomi

Alternatif Kebijakan Pengelolaan Perikanan Udang

Page 59: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

44

tersebut digunakan dalam model untuk analisis yield-effort dan optimisasi

bioekonomi statik dan dinamis. Hasil analisis bioekonomi dan hasil analisis

kapasitas perikanan udang, digunakan sebagai basis dalam merumuskan alternatif

skenario pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura, yang terdiri dari

pengurangan jumlah kapal, sistem pengelolaan seasonal (berbasiskan musim) dan

sistem kuota.

3.3 Analisis Bioekonomi Statik Gordon-Schaefer

Analisis bioekonomi statik dalam penelitian ini menggunakan model Gordon

Schaefer untuk mencari tingkat optimal pengelolaan. Persamaan yang digunakan

adalah rumus produksi lestari yang dihitung dengan menggunakan fungsi logistik

(2.6). Parameter q, K dan r merupakan parameter biofisik berturut-turut adalah

kemampuan daya tangkap, kapasitas daya dukung dan pertumbuhan intrinsik yang

diperoleh melalui teknik Ordinary Least Square dan Algoritma Fox (Fauzi, 2001).

Persamaan (2.6) dapat ditulis secara sederhana menjadi :

2h E Eα β= − …………………………………………(3.1)

dimana qkα = dan 2 /q k rβ = .

Dalam analisis seperti ini akan terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai

”curse of dimensionality”, yaitu kondisi dimana ada tiga paramter yang dicari

nilainya dengan hanya dua koefisien yang diketahui. Oleh karena itu maka salah

satu koefisien yakni q harus diketahui terlebih dahulu. Koefisien q ini dihitung

melalui teknik Algoritma Fox (Fauzi, 2001) yang biasa digunakan untuk

memecahkan model Schaefer di atas. Algoritma ini berbentuk:

Page 60: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

45

1 1

1

1 1ln / /( )t t tq zU zU z

β β− −

+

= + +

........................(3.2)

dimana ( / )z Eα β= − − , U adalah catch per unit effort. Oleh karena α , β ,

sudah diketahui dari hasil OLS, E dan U didapat dari rata-rata geometrik dari data

series, maka selanjutnya nilai q, K dan r dapat dicari. Hasil pendugaan parameter

ini kemudian digunakan untuk menghitung produksi lestari Gordon-Schaefer, dan

menghasilkan kurva produksi aktual dan produksi lestari yang digunakan untuk

perbandingan fluktuasi keduanya.

Untuk menganalisis bioeconomic model perikanan udang di Laut Arafura,

diperlukan variabel-variabel produksi penangkapan, effort (hari melaut) biaya dan

pendapatan secara agregat. Untuk mengukur pengelolaan yang optimal secara

ekonomi (MEY = maximum economic yield ) maka digunakan fungsi rente

ekonomi lestari dalam bentuk:

1 tst t t

qEp qkE cE

= − −

........................................(3.3)

Dimana stπ adalah rente sustainable, p adalah harga dan c adalah biaya per

satuan input. Sementara untuk Input optimal dapat ditentukan melalui persamaan

berikut ini:

( )

2

*

2

20

2

stt

t

pq KpqK E c

E r

rE pqK c

pq K

π∂= − − =

= −

.....................................(3.4)

Page 61: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

46

Untuk perhitungan pembatasan kuota penangkapan, digunakan data effort dan

produksi aktual tahun 1986 sampai dengan tahun 2003. Dalam skenario kuota

maka jumlah effort yang ditujukan untuk pengelolaan perikanan menjadi:

q

QE

N x q= , ..............................................................(3.5)

dimana Q adalah kuota yang besarnya ditetapkan berdasarkan pengurangan

prosentase produksi aktual (dalam konteks ini jika kuota 5% berarti Q = 0.95 x

produksi aktual), N adalah jumlah armada dan q adalah koefisien daya tangkap

sebagaimana ditentukan di atas. Manfaat ekonomi yang diperoleh dari

pengelolaan perikanan menjadi:

q qpqxE cEπ = − .............................................................(3.6)

3.4 Analisis Optimisasi Dinamik Clark-Munro

Analisis optimisasi dinamik Clark Munro digunakan untuk mengetahui tingkat

pengelolaan dinamis dari perikanan udang di laut Arafura. Menurut Clark (1976;

1985), dalam model dinamik, nilai optimal untuk biomas (x*) dan panen optimal

(h*) mengikuti persamaan (2.18) dan (2.19). Formula yang digunakan dalam

analisis bioekonomi tersebut selanjutnya di run dengan algoritma MAPLE 9 dan

menghasilkan kurva yield-effort untuk pengelolaan dinamis. Kurva hasil

perhitungan tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kondisi perikanan

udang saat ini, apakah dalam kondisi overfishing dan membandingkan titik mana

yang menghasilkan rente ekonomi optimal.

Page 62: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

47

3.5 Analisis Efisiensi/ kapasitas Perikanan

Selanjutnya untuk analisis efisiensi/kapasitas perikanan tangkap udang,

digunakan data effort dalam fishing days dan produksi aktual dalam ton. Data ini

dioleh dengan menggunakan metode Data Envelopement Analysis seperti telah

diuraikan pada Bab sebelumnya. Dalam perhitungan DEA tersebut, variabel

inputnya hanya satu yaitu effort dan variable outputnya juga satu yaitu produksi

aktual. Tipe DEA yang dipilih adalah CCR-I dengan orientasi pada input yang

dikendalikan. Perhitungan DEA menghasilkan skor efisiensi tahunan selama 18

tahun, dimana tahun merupakan DMU. Hasil tersebut selanjutnya dapat digunakan

untuk membandingkan efisiensi tiap tahun, dimana efisiensi tertinggi akan

dijadikan acuan. Fluktuasi angka efisiensi tiap tahun menggambarkan kondisi

perikanan udang secara umum apakah dalam kondisi overcapacity atau

inefisiensi.

Seperti metode yang digunakan Anna (2003), Jika output dari variabel x

untuk tahun ke t dengan jenis output j dimisalkan sebagaitj

x dan variable input y

tahun ke t dimisalkan t

y , maka efisiensi relatif dari variable x terhadap variabel y

dapat ditulis sebagai:

* 100tj

t

x

y

æ ö÷ç ÷ç ÷ç ÷÷çè ø.....................................................................(3.7)

Sehingga untuk meningkatkan efisiensi dari varibel tj

x dapat dilakukan dengan

melakukan maksimalisasi efisiensi yakni:

Page 63: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

48

max

dengan kendala:

/

0 1

0

tj

ttj tj tj tj

tj

tj

x

x aw x bw y

x

w

=

£ £

³

å ............................................ .(3.8)

dimana:

koefisien output data

b koefisien input data

faktor pembobottj

a

w

=

=

=

Hasil DEA ini digambarkan dalam bentuk grafik fluktuasi yang menunjukan

perbandingan kondisi efisensi penangkapan dari tahun ke tahun.

Analisis selanjutnya adalah memanfaatkan data 39 kapal sampel tahun 2003

untuk menghitung efisiensi tiap kapal dengan DEA menggunakan multiple input

variable dan multiple output variable. Variabel input terdiri dari biaya, effort

(upaya) dalam satuan hari melaut (fishing days), ukuran kapal (GT) dan umur

kapal. Variabel output terdiri dari hasil tangkapan (yang dibagi dalam tiga

kelompok yaitu udang windu, udang putih dan udang lain), serta variabel

pendapatan. Data-data tersebut dimasukan ke dalam rumus DEA sebagaimana

formula (2.27).

Menurut Cooper et al. (2004), sebagaimana dalam statistik atau metodologi

yang berorientasi kepada data empiris, DEA juga ada masalah dengan derajat

kebebasan (degrees of freedom = d.o.f.). Dalam DEA, angka d.o.f. akan

bertambah dengan bertambahnya DMU dan akan berkurang dengan bertambahnya

input dan output. Acuan yang digunakan (rule of thumb) adalah

{ }max ,3( )n m s m s≥ × + , dimana n = jumlah DMU, m = jumlah input dan s =

Page 64: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

49

jumlah output. DEA biasa disebut juga sebagai Frontier Analysis suatu teknik

mathematical programming, yang merupakan pendekatan non-parametrik. DEA

dapat digunakan untuk mengukur relatif efisiensi pada kasus entitas yang

memiliki multiple inputs atau multiple outputs (Cooper et al., 2004). Perhitungan

DEA tersebut yang dijalankan dengan software DEA Solver, menghasilkan angka

efisiensi relatif 39 kapal (kapal sebagai DMU) dan proyeksi perbaikan angka

efisiensi. Hasil angka efisiensi ke 39 kapal menggambarkan kondisi perikanan

udang tahun 2003, apakah dalam kondisi overcapacity atau overcapitalization

dan inefisiensi.

3.6 Seasonal Closure Model

Analisis seasonal closure model atau penutupan musim penangkapan

dilakukan dengan menghitung rata-rata tangkapan bulanan kapal-kapal pukat

udang anggota HPPI (Himpunan Pengusaha Pukat Udang Indonesia), yang

kemudian dicocokan dengan model difference equation dan model siklikal.

Model difference equation merupakan persamaan linier, dapat digunakan

untuk mengetahui apakah kecenderungan musim penangkapan mengikuti pola

keseimbangan yang linier. Rumus yang digunakan untuk model tersebut adalah

dapat ditulis dalam persamaan: 1t th ah b+ = + . Solusi persamaan tersebut akan

menghasilkan:

*

(1 ) 1

tt t

a bh a h

a a

= − +

− − , ........................................(3.9)

Page 65: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

50

dimana1

b

a− adalah nilai keseimbangan karena pada saat

lim

1t t t

bh h

a→ ∞ → =

−. Berdasarkan data rata-rata hasil tangkapan bulanan mulai

Januari sampai dengan Desember, koefisien a dan b dapat diduga dengan teknik

OLS (Ordinary Least Square).

Menurut Purwanto (1997) suatu usaha tambak udang dapat ditentukan bulan

panen yang paling optimal dalam satu tahun berdasarkan perolehan pendapatan

tertinggi, karena sifatnya yang siklikal. Musim penangkapan udang di L. Arafura

dapat pula diduga dengan model siklikal tersebut dengan persamaan:

(2 /12)t th a bSin Mπ= + ……………………………………………..(3.10)

Mt = 1, ..,12 (Januari=1, …, Desember=12) , a dan b dapat diperoleh dari regresi

ruas kiri dan ruas kanan persamaan tersebut. Dengan membandingkan kedua

model yaitu linier dan siklikal, dapat ditentukan yang paling cocok dan

selanjutnya dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan waktu penutupan jika

diperlukan. Dampak dari penutupan tersebut akan diperhitungkan dalam salah

satu skenario pengelolaan, dilihat dari efisiensi dan pengurangan effortnya.

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada dasarnya dibagi menjadi data sekunder dan data

primer meliputi:

(1) Data sekunder yang merupakan data kuantitatif diperoleh dari data mutakhir

tentang stok SDI udang di Laut Arafura, diperoleh dari sumber statistik

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, data hasil tangkapan berdasarkan hasil

penelitian Fauzi (2001), dan data hasil penelitian yang lalu.

Page 66: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

51

(2) Data primer diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan sumber dari

beberapa perusahaan dan anggota HPPI (Himpunan Perusahaan Pukat Udang

Indonesia).

Data yang diperlukan dari sumber data dan lokasi penelitian dikumpulkan

melalui dua cara, yaitu: (1) permintaan langsung dengan surat resmi kepada

otoritas sumber data, (2) melalui sampling data langsung di lapangan. Untuk

mengukur kapasitas penangkapan udang digunakan data tangkapan total dari th

1986 s/d 2003, merupakan gabungan data hasil penelitian Fauzi (2001) dan data

statistik Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Untuk mengukur efisiensi kapal

pukat udang dalam rangka membandingkan kelompok GT dan umur digunakan

sampling data terkini tahun 2003 pada 46 kapal dari total populasi 355 kapal

pukat udang yang berukuran di atas 30 GT dan izinnya dari pusat. Dari 46 kapal

dipilih 39 kapal yang datanya lengkap untuk menghitung efisiensi dengan DEA.

Sampling data untuk 46 kapal dilakukan secara purposive (penunjukan

langsung) dengan cara memilih kapal-kapal yang memiliki keragaman GT dan

umur mewakili populasi. Jumlah tersebut dianggap cukup karena lebih dari 10%

total populasi. Data 46 kapal selanjutnya dipilih yang memenuhi kelengkapan data

(eligible), diperoleh 39 kapal yang memenuhi kelengkapan data sesuai kebutuhan.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan permodelan untuk mengetahui

faktor-faktor bioekonomi yang menyebabkan terjadinya overcapacity dan

overfishing. Analisis ini memerlukan data urut waktu yang intensif, maka data

sekunder dan tertier dari hasil penelitian Fauzi (2001) dan data dari Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap dijadikan sebagai basis untuk menganalisis kondisi

perikanan di wilayah studi. Data yang diperoleh kemudian diverifikasi dan

Page 67: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

52

dikalibrasi untuk selanjutnya dianalisis dengan berbagai perangkat lunak seperti

DEA-Solver, Frontier Analyst, Minitab, Exell dan MAPLE 9.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian baik data primer maupun sekunder

diolah dengan menggunakan rumus-rumus dan model-model seperti diuraikan

sebelumnya untuk kepentingan analisis bioekonomik, analisis efisiensi dan

analisis kecenderungan. Pengelompokan data untuk keperluan analisis dapat

dilihat pada Tabel 3. Analisis data dimulai dengan pengolahan data series tahun

1986 sampai dengan 2003 difitkan kedalam model bioekonomi.

Tabel 3. Data dan penggunaannya

Jenis Data Untuk analisis Model Hasil

Data series produksi dan effort th 1986-2003.

1. Produksi aktual VS Produksi lestari

2. Mengukur Efisiensi

3. Penerapan kuota

produksi

penangkapan

4. Optimisasi dinamik

1. a. Algoritma Fox

b.Gordon-Schaefer

c. Algoritma Maple

2. DEA, CCR-I

3. Gordon-Schaefer dengan pengurangan produksi penangkapan

4. Clark-Munro

a. K, q, r

b.Grafik fluktuasi Produksi aktual VS lestari.

c.Kurva Yield-Effort

2. Skor efisiensi, tahun sebagai DMU

3. Fluktuasi produksi lestari dengan kuota dan perhitungan rente ekonomi

4. Produksi dan stok,effort optimal

Data cross sectional 39 kapal P.U. tahun 2003

Pengukuran kapasitas dan efisiensi

DEA, CCR-I Skor efisiensi relatif 39 kapal dan proyeksi perbaikan efisiensi

Rata-rata tangkapan bulanan kapal P.U. HPPI.

Kecenderungan musim penangkapan bulanan

1.Difference equation

linier.

2. Sinusoida siklikal

1. Grafik trend linier

2. Grafik siklikal sinusoida

Page 68: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

53

3.8 Asumsi Dasar

Model-model bioekonomi baik statik maupun dinamik serta model DEA

untuk pengukuran kapsitas penangkapan dalam penelitian ini dapat diterapkan

dalam pengelolaan ke depan jika dipenuhi beberapa asumsi dasar sebagai berikut:

(1) Kegiatan illegal fishing di daerah operasi kapal-kapal pukat udang tidak

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas.

(2) Variasi dalam distribusi spasial stok sumber daya udang di Laut Arafura

diabaikan, terutama dalam perhitungan produksi penangkapan.

(3) Kondisi lingkungan Laut Arafura relatif stabil dalam jangka sedang dan tidak

mengakibatkan perubahan K (carrying capacity) dan r (pertumbuhan

instrinsik).

(4) Parameter-parameter ekonomi menyangkut harga dan biaya diasumsikan

tidak berubah selama periode analisis.

(5) Interaksi antar spesies seperti predator-prey tidak diperhitungkan dalam

model ini (votka-voltera effect).

Page 69: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Perikanan Udang di Wilayah Studi

Laut Arafura termasuk paparan Sahul yang memiliki kedalaman perairan

berkisar antara 5-60m atau rata-rata 30m dengan lapisan tebal berupa lumpur dan

sedikit pasir yang mencakup hampir 70 persen dari luas wilayah perairannya. Di

daerah pantai Irian Jaya banyak terdapat hutan mangrove yang merupakan faktor

utama dalam produktivitas primer dan juga sebagai daerah penyangga potensi

sumberdaya ikan khususnya sumberdaya udang. Wilayah perairan ini pernah

menjadi daerah operasi armada kapal pair-trawl Taiwan yang mencari ikan dasar

(Hsia-Chiang, 1976); wilayah ini terletak mulai dari 132°BT hingga 139°BT yang

mencakup wilayah perairan Nusantara, ZEE Indonesia, perairan teritorial dan ZEE

Australia dengan total luas sebesar 434.011 km2 (Gambar 10). Dalam periode

1972-1974, jenis ikan yang paling umum atau paling tinggi persentase

tertangkapnya adalah golden thread fin (Nemipterus spp.).

Gambar 10. Daerah operasi armada kapal pair-trawl Taiwan periode

1972- 1974

Page 70: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

55

Beberapa wilayah perairan yang merupakan basis armada trawl yang

beroperasi di Laut Arafura adalah Benjina, Wannam, Agats, Avona (Maparpe)

dan Merauke. Beberapa basis penangkapan tersebut diantaranya dibangun oleh

perusahaan penangkapan udang, seperti PT Daya Guna Samudera, anak

perusahaan dari PT. Djajanti Group (Gambar 11).

Gambar 11. Basis Armada Kapal Trawl Pt Darma Guna Samudera, Anak

Perusahaan dari Djajanti Group, di Benjina, Kepulauan Aru

Daerah penangkapan pukat udang di L. Arafura bisa juga dipantau dari layar

monitor Vessel Monitoring System (VMS) yang baru dioperasikan oleh DKP mulai

tahun 2004, dimana kapal-kapal yang dipasang transmitter VMS dapat dipantau

gerakannya selama 24 jam. Data terakhir (Februari 2005) di Ditjen Perikanan

Tangkap menunjukkan bahwa kapal pukat udang yang diberikan izin di L.

Arafura berjumlah 355 kapal yang berkisar besarnya antara 31 GT sampai dengan

515 GT, sebagian besar didominasi kapal antara 100 s/d 200 GT. Gambar 12

Page 71: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

56

berikut menunjukkan daerah penangkapan (fishing ground) yang merupakan

daerah operasi penangkapan kapal pukat udang, berarti daerah yang potensial.

Gambar 12. Mobilitas kapal pukat udang di Laut Arafura berdasarkan

pemantauan VMS (Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian

dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan)

Menurut Sumiono (2003), hasil penelitian pada tahun 2000 menunjukan

bahwa komposisi rata-rata hasil tangkapan trawl di Laut Arafura terdiri dari ikan

demersal sebanyak 38,45% (87,07 kg/jam) dari total hasil tangkapan, ikan rucah

(trash fishes) sebanyak 31,53% (71,40 kg/jam), ikan pelagis 8,63% (19,54

kg/jam), udang 8,11% (18,36 kg/jam), cumi-cumi 2,06% (2,96 kg/jam), rajungan

4,59% (10,39 kg/jam) dan lainnya 6,63%. Kontribusi ikan demersal yang cukup

menonjol adalah famili Synodontidae (beloso) sebesar 30,20 kg/jam,

Leiognathidae (petek) 20,88 kg/jam dan Nemipteridae (kurisi) 5,53 kg/jam.

Menurut Sumiono (2003), penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh

Iskandar pada tahun 1993 menghasilkan prediksi bahwa prosentase produksi

Page 72: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

57

udang ukuran besar yang berasal dari Laut Arafura sejak tahun 1985 sampai 1990

cenderung menurun. Sebaliknya udang yang berukuran kecil cenderung

meningkat. Hal ini mirip dengan hasil penelitian Sumiono sebelumnya pada tahun

1998 di perairan Kaimana, bahwa laju tangkap udang berukuran kecil lebih

banyak daripada udang berukuran besar.

Hasil penelitian Naamin (1984) menunjukkan bahwa tingkat pengusahaan

udang jerbung di perairan Arafura sudah melampui MSY (over-exploited). Lebih

lanjut Naamin berpendapat bahwa dalam rangka menjamin keuntungan

perusahaan dan kelestarian sumberdaya, maka alternatif pengelolaan yang dapat

dikembangakan adalah: (1) penutupan musim dan daerah penangkapan; (2)

penentuan ukuran udang terkecil yang boleh ditangkap; (3) pengaturan jumlah

upaya penangkapan.

4.2 Analisis Penangkapan Lestari (Sustainable Yield)

Untuk menghitung produksi lestari perikanan udang di Laut Arafura,

digunakan fungsi produksi surplus sebagaimana diuraikan pada Bab 3.

Penggunaan model ini dimaksudkan untuk membandingkan produksi lestari

dengan produksi aktual, sehingga dapat diketahui apakah produksi aktual tersebut

masih dalam batas kelesatrian atau sudah melampui produksi lestari. Untuk

keperluan analisis produksi lestari (sustainable yield) tersebut, digunakan data

urut waktu selama 18 tahun (1986 s/d 2003) berdasarkan publikasi Departemen

Kelautan dan Perikanan.

Perhitungan berdasarkan algoritma Fox oleh Fauzi (2001) dan menghasilkan q

= 0.0000075, r=1.478 dan K=27072. Berdasarkan angka-angka r, K dan q

Page 73: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

58

tersebut, dihitung produksi lestari perikanan udang di Laut Arafura dan disajikan

pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Produksi aktual dan produksi lestari th 1986 s/d 2003

Tahun Produksi Aktual (ton) Effort (hari) Produksi Lestari (ton)

1986 4981 52560 7826

1987 4113 39420 6403

1988 8368 89670 9925

1989 8683 77250 9538

1990 11562 101580 9997

1991 10703 101430 9998

1992 9076 81270 9698

1993 6443 83310 9766

1994 6551 84150 9792

1995 9114 87630 9883

1996 8155 100380 10002

1997 10914 113138 9787

1998 10367 113677 9771

1999 10169 65267 8864

2000 10235 47565 7327

2001 9046 56203 8158

2002 14097 66508 8948

2003 12374 73670 9368

Tabel 4 tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik untuk

membandingkan fluktuasi produksi aktual dan produksi lestari sebagaimana

Gambar 13 berikut.

Page 74: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

59

Gambar 13. Fluktuasi produksi aktual dan produksi lestari Schaefer dari

tahun 1986 s/d 2003

Gambar 13 memberikan kontras yang nyata antara model dan produksi aktual,

dimana pada awal-awal periode produksi aktual berada di bawah produksi lestari

dan kemudian terjadi sebaliknya setelah tahun 1990-an. Hal ini menunjukan

bahwa memang pada awal-awal periode dimana tingkat effort masih relatif

rendah, produksi aktual masih menunjukkan tingkat di bawah lestari, namun

sejalan dengan peningkatan effort yang tajam di awal tahun 1990an, produksi

aktual pun meningkat tajam sehingga berada di atas produksi lestarinya.

Fenomena ini sesuai dengan kondisi perikanan udang di Laut Arafura yang

menunjukkan kecenderungan terjadinya penurunan produksi per unit effort pada

tahun-tahun setelah 1990an.

Penambahan effort pada awalnya akan menambah produksi dan sekaligus

mengurangi stok. Peningkatan effort akan mengurangi biomasa secara linier,

sedangkan peningkatan produksi tidak linier. Jika effort ditingkatkan terus maka

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

1985 1990 1995 2000 2005

Tahun

Pro

du

ks

i

Prod. Aktual

Prod. Lestari

Pro

du

ks

i (T

on

)

Page 75: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

60

produksi akan mencapai titik maksimal dan kemudian menurun sebagaimana

disajikan pada gambar berikut.

0

5

10

15

20

25

30

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

EFFORT (1000 hari)

BIO

MA

SS

(1

000 t

on

)

0

2

4

6

8

10

12

CA

TC

H (

10

00 t

on

)

Biomass

Catch

Gambar 14. Kurva hasil tangkapan dan biomasa perikanan udang di L.

Arafura

Gambar 14 di atas menunjukan bahwa produksi penangkapan berada pada

tingkat yang maksimal (MSY) sebesar sekitar 10,000 (sepuluh ribu) ton/tahun

pada saat effort berada pada sekitar 100,000 (seratus ribu) hari operasi (day-

fished) dan stok atau biomasa pada posisi sekitar 13,000 ton.

4.3 Optimisasi Bioekonomi

4.3.1 Optimisasi bioekonomi statik

Untuk melihat sejauh mana pengelolaan sumber daya udang di Laut Arafura

ditinjau dari sisi pendekatan bioekonomi, maka hasil dari model keseimbangan

Schaefer digabungkan dengan parameter ekonomi untuk optimisasi bioekonomi.

Parameter ekonomi tersebut menyangkut harga rata-rata udang per ton (p) = Rp

Page 76: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

61

43.5 juta dan biaya operasi per hari tangkap sebesar (c) = Rp 2.17 juta. Analisis

tahap pertama dengan menggunakan pendekatan statik diperoleh nilai optimal

keseimbangan ekonomi (MEY) dan keseimbangan open access. Perhitungan

rincian melalui algoritma Maple dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil perhitungan bioekonomi menunjukan bahwa nilai effort pada kondisi

open access sebesar 144694 dayfish dengan produksi sebesar 8072 ton. Tingkat

effort pada kondisi ini dua kali lebih besar jika effort perikanan udang di Laut

Arafura dikendalikan pada tingkat produksi yang menghasilkan tingkat

keuntungan ekonomi maksimum (Mximum Economic Yield = MEY). Pada MEY,

tingkat effort yang dibutuhkan hanya 74347 dayfish yang menghasilkan panen

sekitar 9402 ton. Pada kondisi ini diperoleh surplus ekonomi yang terbesar (rent

MEY) dengan nilai lebih dari Rp 210 milyar per tahun. Secara grafis

keseimbangan bioekonomi perikanan udang di Laut Arafura dapat dilihat pada

Gambar 15 berikut.

-100

0

100

200

300

400

500

0 25 50 75 100 125 150 175

EFFORT (ribu hari)

NIL

AI (R

p. M

ILIA

R)

Revenue

Cost

Prof it

Gambar 15. Kurva revenue, cost dan profit perikanan udang di L. Arafura

Page 77: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

62

Hasil pengamatan kondisi aktual perikanan udang di Arafura, menunjukkan

bahwa tingkat effort pada kurun waktu 18 tahun memang mengalami fluktuasi

yang sangat bervariasi . Pada periode awal tahun 1990 an, tingkat effort berada di

atas 100.000 day- fish yang mendekati tingkat effort pada kondisi open access.

Situasi yang sama terulang lagi pada periode 1996-1998.

Kedua periode ini menandai situasi dimana perikanan udang sudah dikatakan

sebagai over fishing. Demikian pula jika diambil rata-rata tingkat effort selama

kurun waktu 18 tahun tersebut, levelnya mendekati 80.000 day-fish yang juga

sudah di atas tingkat optimal sekitar 74.000. Kondisi saat ini (tahun 2005) dengan

jumlah kapal pukat udang sebanyak 355 unit dengan rata-rata hari operasi melaut

sekitar 300 day-fish per tahun, maka total effort adalah 106.500 day-fish, berarti

melewati MSY. Tingkat produksi udang dan keuntungan ekonomi yang diperoleh

masing-masing adalah 9.950 ton/tahun dan Rp 203 Milyar/tahun. Secara

keseluruhan kondisi effort di Laut Arafura telah melebihi tingkat yang diperlukan

untuk menghasilkan MSY dan MEY, maka secara biologis dan ekonomis sudah

lebih tangkap (economically and biologically overexploited), sehingga dapat

dikatakan bahwa pengelolaan perikanan di kawasan ini masih di bawah tingkat

optimal atau berada dalam kondisi sub optimal.

Page 78: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

63

effort

Y-Data

200000150000100000500000

16000

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0

Variable

Regress

Yield Lowess

catch Lowess

Fits

Yield Regress

catch

32

1

0

99

989796959493929190

8988

87

86

3

2

1

0 99 9897

96

95

9493

92

91

90

8988

87

86

Scatterplot of Yield, catch vs effort

Gambar 16. Plot Yield – Effort dengan tangkap aktual

Gambar 17. Copes Eye Ball untuk perikanan udang di Laut Arafura

Page 79: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

64

Gambar 16 dan Gambar 17 di atas memperlihatkan pergerakan dinamis dari

ekstraksi sumber daya udang di Laut Arafura dengan mem-plot kurva yield- effort

dengan kondisi aktual penangkapan. Gambar 17 adalah Copes Eye Ball yang

merupakan turunan Gambar 16 dan menggambarkan kontraksi dan ekspansi

selama periode 18 tahun. Dari Gambar 17 dapat dilihat bahwa pada awal-awal

periode, perikanan udang di Laut Arafura masih dieksploitasi di bawah

keseimbangan, kemudian terus mengalami ekspansi yang ditunjukkan oleh loop

yang berada di atas grafik yield-effort curve. Pada akhir tahun 1990an, akibat

dampak kumulatif, keseimbangan sudah berada di sebelah kanan titik MSY dan

menunjukkan adanya pola konstraksi. Sejak awal tahun 2000 kembali terjadi

ekspansi yang dintunjukkan pola loop di atas keseimbangan dan sistim berusaha

untuk stabil pada tingkat antara MEY dan Open Access.

Untuk melihat tingkat input (effort) dan produksi yang optimal pada kondisi

perikanan yang berbeda yaitu: open access, MEY dan MSY, dapat dilihat pada

Gambar 18 dan Gambar 19 berikut ini. Tabel di bawah ini memperlihatkan

perbandingan input dan output kondisi pengelolaan dan kondisi aktual perikanan

udang di Laut Arafura.

Tabel 5. Analisis Perbandingan Input dan Output

Kondisi Produksi (ton) Effort (hari) Profit (Milyar

Rp)

MEY

MSY

Open Access

Aktual (tahun

2005)

9402

10000

8072

9950

74347

98563

144694

106500

248

221

0

203

Page 80: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

65

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jika perikanan udang di laut

Arafura dikendalikan pada tingkat effort yang menghasilkan MEY, dari kondisi

aktual tahun 2005, maka tingkat effort dikurangi sebesar 32100 day-fish. Untuk

perbandingan effort dari berbagai kondisi pengelolaan dan juga kondisi aktual

2005, dapat dilihat pada Gambar 18 berikut.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

Effort

(hari)

MEY MSY Open

Access

Aktual

(tahun

2005)

Input (Effort)

Gambar 18. Tingkat effort optimum perikanan udang di Laut Arafura dalam

kondisi open access, MEY dan MSY dan aktual tahun 2005

Sementara itu, tingkat produksi pada kondisi open acces, optimal MEY dan

MSY serta kondisi tahun 2005 dapat dilihat dari Gambar 18 berikut.

Page 81: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

66

0100020003000400050006000700080009000

10000

Produksi

(ton)

MEY MSY Open

Access

Aktual

(tahun

2005)

Output (Produksi)

Gambar 19. Perbandingan tingkat produksi open access, optimal (MEY)

dan produksi lestari (MSY) dan kondisi tahun 2005

Kondisi secara grafikal dari effort dan produksi bila dibandingkan akan

menghasilkan kondisi seperti nampak pada Gambar 20 berikut :

74347

98563

144694

106500

940210000

8072

9950

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

MEY MSY Open Access Aktual (tahun 2005)

Eff

ort

(H

ari

)

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Pro

du

ksi

(To

n)

Effort (hari) Produksi (ton)

Gambar 20. Perbandingan input dan output pada berbagai kondisi

pengelolaan dan kondisi tahun 2005

Page 82: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

67

Selanjutnya hasil analisis mengenai perbandingan rente ekonomi pada

berbagai kondisi pengelolaan dan kondisi tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar

21 berikut ini. Dari Gambar 21 dapat dinyatakan bahwa sebagaimana diprediksi

secara teori, kondisi pengelolaan dengan MEY akan menghasilkan rente ekonomi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan rezim pengelolaan MSY maupun kondisi

tahun 2005. Kondisi open access tidak menghasilkan rente ekonomi (=0).

0

50

100

150

200

250

300

MEY MSY Aktual (tahun 2005)

Rezim

Ren

te E

ko

no

mi (R

p M

ilyar)

Gambar 21. Perbadingan rente ekonomi pada MEY dan MSY dan kondisi

aktual tahun 2005

4.3.2 Optimisasi bioekonomi dinamik

Optimisasi bioekonomi dinamik untuk analisis strategi/alternatif

mempertimbangkan dinamika karena faktor waktu atau keputusan yang bersifat

intertemporal. Artinya dengan kondisi sumber daya udang dan faktor ekonomi

yang bersifat dinamis, maka diperlukan juga indikator-indikator pengelolaan

sumber daya udang yang bersifat dinamis. Untuk mengetahui bagaimana variabel

input dan output dalam perikanan udang di Laut Arafura dalam kondisi dinamik,

Page 83: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

68

maka paramater parameter dalam bioekonomi statik diolah kembali melalui

algoritma dinamik berdasarkan persamaan (2.18 dan 2.19). Tingkat input dalam

kondisi dinamik dapat ditentukan berdasarkan formula * * */E h qx= . Pada

tingkat discount rate sebesar 8%, hasil perhitungan variabel input dan output

dalam kondisi pengelolaan yang dinamik, serta kaitannya dengan pengelolaan

statik (open access dan MEY ) disajikan pada Tabel 6. Discount rate 8%

menggunakan tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) pada tahun 2003, nilai

kini (present value) rente ekonomi (π ) dihitung untuk jangka 5 (lima) tahun dan

untuk jangka panjang (infinite).

Tabel 6. Perbandingan rente ekonomi pada tiga kondisi pengelolaan

Open Access MEY Optimal Dinamik

x (ton)/tahun 6,651 16,862 16,426

h (ton)/tahun 7,417 9,402 9,550

E (trip)/tahun 14,4694 74,347 77,518

π (Rp juta)/tahun 0.000 247,651

363,217

(5 th)

3,089,998

(jangka panjang)

Data hasil perhitungan dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan

pengelolaan dinamik, surplus ekonomi dari pengelolaan sumber daya udang di

Laut Arafura dapat lebih ditingkatkan sampai Rp 3.1 Trilyun (untuk jangka

panjang) dan Rp 363.2 Milyar (untuk jangka sedang), serta terjadi peningkatan

produksi dan effort sedikit lebih banyak dari kondisi MEY. Perbandingan ketiga

tipe pengelolaan dilihat dari produksi dan effort sebagaimana Gambar 22 dan 23

berikut.

Page 84: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

69

0,000

2000,000

4000,000

6000,000

8000,000

10000,000

12000,000

14000,000

16000,000

18000,000

Open Access MEY Optimal Dinamik

Tipe pengelolaan

Pro

du

ks

i (t

on

)

x (ton)

h (ton)

Gambar 22. Perbandingan produksi ketiga tipe pengelolaan

Effort

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Open Access MEY Optimal Dinamik

Tipe pengelolaan

Eff

ort

(h

ari

)

Gambar 23. Perbandingan effort ketiga tipe pengelolaan

Melihat perbandingan ketiga skenario pengelolaan di atas untuk kondisi

perikanan udang di Laut Arafura, pengelolaan dalam kerangka dinamik lebih

dapat diterima (make sense) karena memberikan manfaat ekonomi yang tinggi

dengan sedikit memberikan ruang untuk meningkatkan effort, namun tetap masih

Page 85: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

70

dibawah tingkat effort pada kondisi open access. Pengendalian effort tetap dapat

dilakukan degan tingkat produksi dan surplus ekonomi yang lebih besar dari

kondisi statik MEY.

4.4 Pengukuran Kapasitas Perikanan Udang di L. Arafura dengan DEA

Pengukuran kapasitas perikanan udang di Laut Arafura dilakukan dua kali,

yaitu yang bersifat long run (jangka panjang) dan short run (jangka pendek).

Untuk pengolahan DEA yang bersifat long run menggunakan data series tahunan,

maka tahun dijadikan DMU (decision making unit), variabel input adalah effort

dan variabel output adalah produktivitas tangkapan aktual. Mengingat DMU nya

adalah tahun 1986 sampai dengan 2003 (18 DMU) dan hanya ada 1 (satu) input

dan 1 (satu) output, maka sesuai dengan persyaratan d.o.f. sebagaimana rule of

thumb, telah memenuhi syarat untuk proses DEA, yaitu 18 ≥ max{1,6}.

Untuk mengukur kapasitas perikanan yang bersifat short run, dilakukan

dengan membandingkan efisiensi tiap kapal, maka DMU nya adalah 39 kapal

dengan data tahun 2003, variabel input nya ada 4 (empat) terdiri dari hari trip

(effort), biaya, GT kapal dan umur, variabel output nya juga 4 (empat) meliputi

pendapatan, hasil tangkapan udang windu, hasil tangkapan udang putih dan hasil

tangkapan udang lainnya. Berdasarkan persyaratan d.o.f. sesuai dengan rule of

thumb, telah dipenuhi syarat jumlah DMU, input dan output nya, yaitu 39 ≥ max

{16,24}, sehingga proses DEA dapat dilanjutkan. Selanjutnya hasil analisis akan

di bahas berikut ini.

Page 86: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

71

4.4.1 Efisiensi perikanan udang di L. Arafura (long run)

Data pada Tabel 4 sebagaimana dibahas pada awal Bab ini, digunakan untuk

mengukur efeisiensi dengan menggunakan DEA. Variabel input adalah effort dan

variabel output adalah produksi aktual, hasilnya didapatkan angka efisiensi dari

tahun 1986 sampai dengan 2003 sebagaimana Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Rekapitulasi efisiensi tahunan

No. DMU Score Rank

1 1986 0,440411 13

2 1987 0,484885 10

3 1988 0,433682 14

4 1989 0,522358 7

5 1990 0,528959 6

6 1991 0,490384 9

7 1992 0,518993 8

8 1993 0,359408 18

9 1994 0,361785 17

10 1995 0,48334 11

11 1996 0,377549 16

12 1997 0,448302 12

13 1998 0,423815 15

14 1999 0,72407 5

15 2000 1 1

16 2001 0,747984 4

17 2002 0,985023 2

18 2003 0,78058 3

Tabel 6 menunjukkan bahwa tahun yang dapat dijadikan acuan adalah tahun

2000 dengan skor efisiensi = 1, sedangkan tahun terjelek adalah tahun 1993

dengan skor efisiensi = 0.359. Grafik fluktuasi angka efisiensi sejak tahun 1986

sampai dengan 2003 dapat dilihat pada Gambar 24 berikut. Tahun 2000 dijadikan

acuan karena efisiensinya = 1, sedangkan tahun lainnya diperbandingkan secara

relatif terhadap tahun 2000. Tabel dan Gambar tersebut memperlihatkan bahwa

perikanan udang di laut Arafura sebagian besar tidak efisien dengan angka

efisiensi sebagian besar di bawah 0.6 dan hanya beberapa tahun yang di atas 0.6.

Page 87: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

72

Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan perikanan udang di L. Arafura tidak

efisien atau over capacity.

Index

Efisiensi

18161412108642

1,0

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

Time Series Plot of Efisiensi

Gambar 24. Fluktuasi angka efisiensi

4.4.2 Efisiensi kapal pukat udang (short run)

Selain menganalisis efisiensi DEA dengan variabel tahun sebagai DMU

seperti di atas, pada penelitian ini juga dilakukan analisis efisiensi antar kapal

pukat udang di Laut Arafura. Jumlah keseluruhan kapal pukat udang yang

diizinkan beroperasi dan mendapatkan SPI (surat penangkapan ikan) dari DKP

adalah 355 kapal (sumber Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2005). Data

kapal-kapal untuk pengolahan DEA diambil dari sample sebanyak 39 kapal,

dengan pertimbangan dapat diperolehnya data yang lengkap (eligible), sesuai

kebutuhan variable yang diperlukan dalam perhitungan efisiensi. Untuk

Page 88: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

73

melaksanakan perhitungan tersebut, disusun Tabel 8 berikut berdasarkan data-data

yang dikumpulkan sebagaimana Lampiran 2.

Tabel 8. Data kapal-kapal pukat udang yang beroperasi di L. Arafura

NAMA

KAPAL

HARI

TRIP GT UMUR

BIAYA

(Rp)

PEND

(Rp) PUTIH WINDU LAIN

Binama no. 15 171 104 9 445.667 2.302.333 5.454 15.207 22.248

Binama no. 12 228 105 10 438.154 2.290.999 6.662 5.161 20.936

Binama no. 1 281 137 29 892.731 3.426.516 5.080 20.054 38.575

Binama no. 10 222 137 24 756.413 3.078.653 1.368 19.611 36.102

Binama no. 2 181 137 29 534.623 2.296.237 2.162 16.929 23.540

Binama no. 3 225 137 27 726.347 2.804.890 2.612 17.953 31.508

Binama no. 5 286 137 29 920.880 3.559.718 4.776 21.353 40.031

Binama no. 6 180 137 29 557.120 2.656.957 2.462 15.034 31.830

Binama no. 7 180 137 28 570.146 2.287.035 3.030 15.993 23.481

Binama no. 8 227 137 27 535.050 2.860.979 3.908 17.917 31.352

khamsin A 289 118 2 3.474.777 3.718.565 3.270 9.550 11.582

Minaraya no. 16 196 142 31 505.150 1.502.274 3.606 7.739 16.969

Mina raya no, 11 156 143 32 368.190 1.460.259 910 5.897 14.478

Mina raya no, 14 112 146 32 427.708 929.698 3.864 3.447 7.982

Mina raya no. 21 90 149 26 463.642 916.146 3.512 14.417 25.044

Nusantara maju 339 156 31 2.722.000 3.067.524 4190 25741 26875

Nusantara utama 277 156 31 2.120.000 2.839.752 5696 23279 23613

nusa aman 1 323 157 10 2.663.000 3.557.250 13406 28187 24282

nusa aman 2 332 157 10 2.766.000 3.356.424 9976 26290 25890

Nusantara bina 258 163 27 2.224.000 3.260.304 3928 31973 24475

Nusantara megah 260 163 27 2.138.000 2.458.512 7564 18435 19529

nusa asri 340 166 5 2.851.000 4.080.456 9062 35583 30919

nusa ayu 351 166 5 2.859.000 3.582.522 5476 34982 25885

Merbah 217 170 24 925.203 1.881.399 7445,5 12001,5 15766

Mina raya no. 18 152 198 31 1.263.394 1.788.804 4448 10184 16204

Mina raya no. 20 105 198 30 904.538 1.156.412 4136 5132 10598

Minaraya no. 17 188 198 31 849.369 1.168.464 5924 12211 20224

Binama no. 16 264 204 5 1.497.489 3.913.499 11046 28809,5 33169

merawal II 251 229 22 1.372.471 2.195.435 11376 17264 12585

Nusantara agung 289 233 33 2.458.000 2.988.468 6202 26020 23120

Merbuk II 258 240 22 1.447.864 6.509.525 80425 20854 23289

mentilau II 245 243 22 1.718.250 2.971.281 10785,5 24024,5 20753

Binama no. 11 267 246 17 1.109.685 4.007.578 3652 30740,5 40004,5

Nusantara jaya 2 214 260 8 2.344.000 2.209.302 5242 19670 16001

Mina raya no. 25 235 235 16 980.211 2.753.230 6536 15792 27100

Nusantara elok 248 450 5 3.906.000 2.529.954 7886 20837 18128

Merpati II 263 532 22 3.396.231 3.514.841 22347 22106,5 21753,5

Mina raya no. 22 126 352 26 1.684.117 1.807.476 4470 10408 16404

Mina raya no. 24 93 417 25 974.029 882.108 2472 4703 8188

Page 89: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

74

Data dalam Tabel 8 di atas selanjutnya diolah untuk mencari angka efisiensi.

Data yang dijadikan variabel input adalah effort (hari trip), umur kapal (tahun),

kapasitas kapal (GT) dan biaya (Rupiah). Data yang dijadikan variabel output

adalah pendapatan (Rupiah), hasil tangkapan udang windu, hasil tangkapan udang

putih dan tangkapan lainnya. DEA menghasilkan angka efisiensi tiap kapal

sebagaimana Gambar 25 dan Gambar 26.

KAPAL (CCR)

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

binama no. 15

binama no. 2

binama no. 7

Mina raya no, 11

nusantara

nusantara

Mina raya no. 18

merawal II

binama no. 11

merpati II

DMU

Efficiency

Gambar 25. Analisis efisiensi antar kapal penangkap udang di Laut Arafura

Page 90: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

75

KAPAL (CCR)

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

binama no. 11

binama no. 10

binama no. 6

Mina raya no. 21

nusa aman 1

mentilau II

Mina raya no. 25

Mina raya no, 11

minaraya no. 16

merbah

DMU

Efficiency

Gambar 26. Analisis efisiensi antar kapal penangkap udang di Laut Arafura

Proses iterasi DEA dan skor untuk ke 39 kapal lengkap dengan laporan dan

proyeksi perbaikan tiap kapal dapat dilihat pada Lampiran 3. Selanjutnya

didapatkan distribusi angka efisiensi dan potensi perbaikan efisiensi sebagaimana

terlihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Distribusi efisiensi kapal pukat udang di Laut Arafura

Jum

lah K

apal

Page 91: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

76

Grafik distribusi menunjukkan bahwa dari 39 kapal, 13 diantaranya efisien

dan yang lain kurang efisien. Berdasarkan grafik tersebut dapat ditetapkan angka

yang dianggap efisien misalnya di atas 0.7, selanjutnya kapal-kapal dengan angka

efisiensi di bawah 0.7 memerlukan perbaikan. Hal ini tentu sangat tergantung dari

kebijakan dalam pengelolaan perikanan udang sesuai dengan sasaran yang ingin

dicapai. Kapal-kapal yang efisiensinya sangat rendah (di bawah 0.5) dapat

dipertimbangkan untuk izinnya tidak diperpanjang (dihapuskan), dengan

pemikiran kapal-kapal tersebut tidak menguntungkan. Dalam konteks ini angka

efisiensi dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebijakan pembatasan jumlah

kapal. Hal ini menunjukan bahwa pengoperasian kapal-kapal pukat udang dalam

jangka pendek (selama tahun 2003) mengalami excess capacity, yang apabila

dibiarkan dalam kondisi tahun-tahun berikutnya menjadi overcapacity.

DEA dapat pula digunakan untuk menghitung perbaikan angka efisiensi,

secara prinsip adalah dengan mengurangi input atau menambah output (Cooper et

al., 2004), baik secara total maupun individu per kapal. DEA menghasilkan suatu

resume potensi perbaikan angka efisiensi secara total maupun tiap kapal dalam

bentuk besaran prosentase pengurangan input atau penambahan output tiap

variabel. Tampilan resume total potensi perbaikan angka efisiensi ditunjukkan

dalam pie chart sebagaimana Gambar 28. Gambar tersebut memperlihatkan

bahwa efisiensi secara umum bisa ditingkatkan dengan cara mengurangi effort

(hari trip) sebesar 11.17%, pengurangan GT sebesar 15.45%, penurunan umur

sebesar 17.74%, penurunan biaya sebesar 16.34%. Khusus berkaitan dengan

biaya, mengandung arti bahwa saat ini biaya penangkapan udang terlalu tinggi

(high cost). Effort, GT dan umur merupakan variabel yang dapat dijadikan

Page 92: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

77

instrumen pengendalian kapasitas. Gambar 28 juga dapat menjelaskan bahwa

kondisi faktual penangkapan udang sebagian besar sudah melebihi kapasitas (over

capacity) dilihat dari berlebihnya pemanfaatan (utility) faktor input seperti effort,

GT, umur dan biaya. Dalam kenyataan, variabel biaya sulit dikendalikan karena

merupakan hasil manajemen dari pengoperasian kapal.

Gambar 28. Potensi perbaikan efisiensi

Proyeksi perbaikan efisiensi untuk tiap kapal dapat dilakukan sebagaimana

Lampiran 3. Sebagai contoh kapal dengan efisiensi terendah adalah kapal Mina

Raya 14 dengan nilai 0,47 (47%). Untuk meningkatkan efisiensi kapal tersebut

dilakukan dengan cara mengurangi input berupa hari trip sebesar 53,21%, GT

kapal sebesar 77,88% dan biaya sebesar 53,21%, melakukan

peremajaan/perbaikan kapal sebesar 77,12%. Peningkatan efisiensi dapat pula

dilakukan dengan meningkatkan output, antara lain peningkatan produksi udang

putih sebesar 34,11% dan udang windu sebesar 26,06% dari produksi sekarang.

Page 93: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

78

Di bawah ini (Tabel 9) adalah proyeksi perbaikan efisiensi untuk kapal Mina Raya

14.

Tabel 9. Proyeksi perbaikan efisiensi kapal Mina Raya 11

HARI TRIP 112 52.40064 -59.5994 -53.21%

GT 146 42.51979 -103.48 -70.88%

UMUR 32 7.32183 -24.6782 -77.12%

BIAYA 427708 200108.7 -227599 -53.21%

PENDAPATAN 929698 929698 0 0.00%

PUTIH 3864 5182.118 1318.118 34.11%

WINDU 3447 4345.298 898.2979 26.06%

LAIN 7982 7982 0 0.00%

4.5 Fluktuasi musiman produktivitas kapal pukat udang

Data hasil tangkapan kapal-kapal anggota HPPI mulai tahun 1999 sampai

dengan 2004, sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 10. Tangkapan rata-rata bulanan kapal pukat udang anggota HPPI

1999 2000 2001 2002 2003 2004 Jumlah

Rata-

rata

1 Januari 458,3 324,7 300,8 404,3 400,8 424,5 2.313,4 385,6

2 Februari 328,0 220,4 252,2 384,5 458,2 443,3 2.086,6 347,8

3 Maret 323,6 287,9 296,1 379,0 427,0 529,6 2.243,2 373,9

4 April 222,9 237,0 216,0 284,3 341,4 459,8 1.761,4 293,6

5 Mei 271,1 228,2 296,6 362,6 353,6 389,7 1.901,8 317,0

6 Juni 272,1 266,3 240,1 264,0 303,7 312,5 1.658,7 276,5

7 Juli 323,7 255,2 236,0 324,1 309,9 323,2 1.772,1 295,4

8 Agustus 289,7 449,7 486,5 481,4 473,6 512,9 2.693,8 449,0

9 September 399,0 432,5 644,8 629,0 507,8 584,8 3.197,9 533,0

10 Oktober 497,4 475,2 504,5 603,6 456,3 535,5 3.072,5 512,1

11 Nopember 424,3 331,3 358,1 474,4 320,1 448,2 2.356,4 392,7

12 Desember 286,9 379,6 312,8 415,0 320,5 386,2 2.101,0 350,2

Ratas 341,4 324,0 345,4 417,2 389,4 445,9 2.263,2

(Sumber HPPI 2005)

Dari Tabel tersebut dapat ditampilkan grafik rata-rata tangkapan bulanan

sebagaimana Gambar 29 berikut.

Page 94: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

79

KECENDERUNGAN MUSIM TANGKAPAN HPPI

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BULAN PENANGKAPAN

TO

TA

L T

AN

GK

AP

AN

(TO

N)

Gambar 29. Grafik tangkapan bulanan kapal-kapal PU anggota HPPI

Grafik di atas memperlihatkan bahwa titik terendah tangkapan rata-rata terjadi

pada bulan Juni dengan angka di bawah 300 ton dan tertinggi terjadi pada bulan

September sebesar 600 ton. Sementara itu hasil tangkapan pada bulan Juli naik

sedikit dan melonjak pada bulan Agustus, September dan Oktober. Dengan

melihat grafik tersebut dapat dikatakan bahwa musim panen yang baik adalah

pada Agustus, September dan Oktober. Demikian pula dapat dikatakan bahwa

musim penangkapan terjelek terjadi pada bulan April sampai dengan Juli. Apabila

akan diadakan pengurangan kapasitas penangkapan, maka yang terbaik dilakukan

penutupan musim adalah antara bulan April sampai dengan Juli. Namun demikian

penutupan musim selama waktu tersebut tentu akan berdampak kurang baik

dilihat dari produksi udang nasional maupun pendapatan perusahaan. Berkaitan

dengan hal tersebut, penutupan pada bulan Juni selama satu bulan saja akan lebih

dapat diterima, dengan pertimbangan mengurangi kapasitas penangkapan sebesar

Page 95: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

80

6.6% (berdasarkan perbandingan tangkapan bulan Juni terhadap tangkapan satu

tahun) atau 8% (atau 1/12, jika tiap bulan diasumsikan sama dalam satu tahun).

Penutupan pada bulan Juni memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang cukup

untuk dipanen pada bulan Juli dan selanjutnya. Disamping itu penutupan musim

satu bulan adalah berarti mengurangi effort dalam fishing days maksimal sebesar

8%.

4.6 Skenario Pengelolaan Perikanan Udang di L. Arafura

Berdasarkan pembahasan kondisi perikanan udang di Laut Arafura

sebagaimana dijelaskan diatas, skenario pengelolaan ke depan dianalisis dalam

tiga alternatif, yaitu pengaturan kuota penangkapan, pengurangan jumlah kapal

dan pengaturan musim penangkapan. Pengaturan jumlah kapal berdasarkan

pertimbangan GT dan umur kapal serta pengaturan musim penangkapan masuk

dalam kategori pengendalian input. Sasaran yang diharapkan dari tiga alternatif

tersebut adalah pengurangan overcapacity dan diperolehnya rente ekonomi yang

optimal.

4.6.1 Incentive blocking instruments (IBI) v.s. Incentive adjusting

instruments (IAI)

Model bioekonomi yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan

dilakukan evaluasi terhadap instrumen pengelolaan yang tergolong dalam IBI

maupun IAI sebagaimana Tabel 2. Beberapa introduksi kebijakan pengelolaan

yang dilakukan DKP terkait dengan pengenaan pungutan (masuk dalam IAI)

dalam bentuk PHP (pungutan hasil perikanan), menimbulkan dampak resistensi

yang tinggi dan ditunjukan dengan unjuk rasa di berbagai tempat untuk meminta

keringanan dan pembebasan, meskipun pada akhirnya kebijakan tersebut berjalan.

Pengenaan PHP yang merupakan IAI dengan besaran relatif kecil yaitu 2.5% dari

Page 96: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

81

produktivitas tangkapan berdampak positif bagi pemasukan kepada negara dan

mampu mengerem sedikit laju peningkatan effort.

Sementara itu, kebijakan pengelolaan perikanan dengan IBI, antara lain

pembatasan alat tangkap, telah mendorong nelayan melakukan

terobosan/modifikasi terhadap alat tangkap dan cara pengoperasiannya. Sebagai

contoh adalah larangan penggunaan trawl dimodifikasi dengan lampara dasar dan

cantrang. Hal ini berarti bahwa pada jangka menengah dan panjang IBI tidak akan

efektif, namun tetap efektif untuk jangka pendek sampai menengah (maksimum

lima tahun).

Membandingkan pengelolaan perikanan udang di Indonesia menggunakan IBI

dan IAI, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek sampai menengah (lima

tahun) dapat diterapkan instrumen kebijakan dengan IBI dan pada jangka panjang

diterapkan instrumen kebijakan IAI. Oleh sebab itu, untuk kepentingan jangka

pendek sampai dengan lima tahun dengan sasaran untk mengurangi overcapacity

dan inefisiensi, skenario pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura mencakup

pengaturan kuota penangkapan secara agregat (agregate quotas), pengurangan

jumlah kapal dan pengaturan musim penangkapan.

4.6.2 Pengaturan kuota penangkapan secara agregat

Skenario pengelolaan perikanan secara agregat dilakukan dengan menetapkan

TAC (total allowbale catch) atau kuota. Secara teoritis, kuota akan mengurangi

terjadinya race for fish sehingga effort akan dialokasikan secara lebih efisien.

Apablia digunakan kurva yield effort dan variabel stok sebagaimana telah

dihitung sebelumnya, maka kurva produksi lestari dengan kuota (PLK) dan

produksi lestari tanpa kuota (PLTK) terlihat dalam Tabel 11 dan Gambar 30.

Page 97: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

82

Dalam perhitungan tersebut, besarnya N diasumsikan = 250 kapal (jumlah rata-

rata kapal dari data series tahunan), x = 16861,67 (merupakan x optimal pada

kondisi MEY), sedangkan parameter lainnya (q,K,r,c,p) tetap sama dengan

pembahasan sebelumnya.

Tabel 11 menunjukan perbandingan antara tiga kondisi, yaitu PLTK, PLK 5%

dan PLK 10%. Untuk mengetahui seberapa prosentase penerapan kuota agar

diperoleh manfaat paling besar, maka diperbandingkan penerapan kuota 5% dan

10% terhadap kondisi tanpa kuota (produksi aktual).

Tabel 11. Dampak penerapan kuota terhadap produksi lestari dan rente Tanpa Kuota Kuota 5 % Kuota 10 %

Tahun Prod

aktual

Prod.

Lestari Rente Prod. Lestari Rente Prod. Lestari Rente

1986

4.981 7826,352 226.391,12 11934,31617 391563,2586 11306,33844 370960,9376

1987

4.113 6403,282 193.001,38 6272,58829 205810,4594 5942,49188 194980,0621

1988

8.368 9924,667 237.139,10 12760,05484 418653,3425 12088,63782 396626,1258

1989

8.683 9538,251 247.281,40 13240,25761 434407,2626 12543,57941 411551,4421

1990

11.562 9996,752 214.430,11 17628,72445 578374,2082 16701,21150 547947,1478

1991

10.703 9997,661 214.795,15 16319,43053 535422,7153 15460,78277 507254,3016

1992

9.076 9698,104 245.511,60 13839,35461 454061,582 13111,16141 430172,0383

1993

6.443 9766,490 244.059,60 9825,27877 322370,5318 9308,25654 305407,9121

1994

6.551 9792,157 243.353,32 9989,94040 327772,7755 9464,25508 310525,971

1995

9.114 9883,008 239.753,74 13897,28179 455961,9661 13166,04142 431972,4729

1996

8.155 10002,726 217.294,00 12435,34099 408000,4609 11781,00589 386533,5617

1997

10.914 9787,315 180.237,95 16641,04469 545973,3628 15765,48060 517250,1189

1998

10.367 9770,832 178.351,28 15807,27798 518621,3069 14975,56896 491336,453

1999

10.169 8864,244 243.965,00 15505,46881 508720,2598 14689,63491 481956,0973

2000

10.235 7327,264 215.520,58 15606,07228 512020,6267 14784,94663 485082,8986

2001

9.046 8157,934 232.909,19 13793,62253 452561,2747 13067,83500 428750,6388

2002

14.097 8947,804 244.906,02 21492,18334 705110,9459 20361,48355 668020,191

2003

12.374 9367,860 247.638,43 18866,31658 618972,833 17873,71295 586410,993

Rata-

rata 9169,595 225918,832 14214,142 466354,398 13466,246 441818,854

Page 98: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

83

Pada saat produksi aktual dikurangi 5% (artinya kapasitas produksi penangkapan

dibatasi dengan dikurangi 5%), terjadi peningkatan produksi lestari sebesar 55%

dan tambahan rente sebesar 106,4 %. Apabila produksi aktual dikurangi 10%,

terjadi penambahan produksi lestari sebesar 46,85 % dan tambahan rente sebesar

95,56%.

Perbandingan penerapan kuota sebesar 5% dan 10% dapat divisualisasikan ke

dalam Gambar 30 berikut.

0,00000

5000,00000

10000,00000

15000,00000

20000,00000

25000,00000

1985 1990 1995 2000 2005

Tahun

Pro

du

ksi

Lesta

ri (

ton

)

PLK5

PLK10

Plaktual

Poly. (PLK5)

Gambar 30. Trajektori produksi lestari dengan dan tanpa kuota

Sebagaimana terlihat pada Gambar di atas, secara agregat penerapan kuota

dapat meningkatkan produksi lestari udang di L. Arafura. Terjadi fluktuasi

produksi lestari dalam kondisi penerapan kuota, disebabkan karena teradinya

fluktuasi pada tingkat input (effort). Oleh karena adanya hubungan linear antara

effort yang digunakan dengan kuota yang diterapkan, maka fluktuasi kuota juga

akan mengikuti fluktuasi effort tersebut. Namun demikinan dari tren yang terlihat

Page 99: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

84

pada kurva diatas menunjukan adanya kecenderungan produksi lestari yang

meningkat manakala kuota diterapkan. Gambar dan perhitungan di atas

menunjukan bahwa pembatasan kuota paling optimal adalah mengurangi produksi

penangkapan sebesar 5%.

4.6.3 Pengurangan jumlah kapal

Sebagaimana dijelaskan dalam 4.3.2 bahwa pengelolaan paling optimal adalah

pada kondisi dinamik dengan tingkat effort sebesar 77518 day-fish atau jumlah

kapal dipertahankan sebanyak 258 unit. Oleh karena itu, jumlah kapal yang ada

saat ini sebanyak 355 unit perlu dikurangi sebanyak 97 kapal atau sekitar 27%.

Timbul permasalahan kapal-kapal mana saja yang harus dikurangi agar tidak

menimbulkan masalah. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan kapal

yang dikurangi adalah hasil DEA menggunakan data kapal-kapal pukat udang

tahun 2003, yaitu berdasarkan efisiensi. DEA menghasilkan kesimpulan bahwa

untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, salah satunya adalah dengan

pengurangan jumlah kapal sebanyak 15%. Dengan menggabungkan hasil analisis

bioekonomi dinamik dan DEA, maka pengurangan jumlah kapal sebanyak 27%

akan menghasilkan dua sasaran pengelolaan sekaligus yaitu optimal secara

bioekonomi dan efisien atau overcapacity teratasi.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa penetapan kebijakan selalu

mendatangkan reaksi dan resistensi, maka penerapan kebijakan dengan

pengurangan jumlah kapal juga perlu mempertimbangkan prinsip kehati-hatian

dengan cara dilakukan secara bertahap. Salah satu prioritas pengurangan jumlah

kapal adalah penghapusan (decomissioning) kapal-kapal yang berusia di atas 30

tahun. Batas umur 30 tahun bagi kapal perikanan ditetapkan, dengan

Page 100: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

85

pertimbangan mengikuti standard kapal-kapal lain seperti kapal perang TNI AL

dan kapal kargo dan penumpang, pada umumnya usia kapal di atas 30 tahun tidak

efisien dilihat dari biaya operasional dan pemeliharaan.

Daftar kapal yang tidak termasuk kapal yang berumur di atas 30 tahun

sebagaimana Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Kapal-kapal pukat udang tidak termasuk yg berumur 30 th ke

atas.

KAPAL HR

TRIP GT UMUR BIAYA PENDAPATAN PUTIH WINDU LAIN

Binama no. 15 171 104 9 445.667 2.302.333 5.454 15.207 22.248

Binama no. 12 228 105 10 438.154 2.290.999 6.662 15.161 20.936

Binama no. 1 281 137 29 892.731 3.426.516 5.080 20.054 38.575

Binama no. 10 222 137 24 756.413 3.078.653 1.368 19.611 36.102

Binama no. 2 181 137 29 534.623 2.296.237 2.162 16.929 23.540

Binama no. 3 225 137 27 726.347 2.804.890 2.612 17.953 31.508

Binama no. 5 286 137 29 920.880 3.559.718 4.776 21.353 40.031

Binama no. 6 180 137 29 557.120 2.656.957 2.462 15.034 31.830

Binama no. 7 180 137 28 570.146 2.287.035 3.030 15.993 23.481

Binama no. 8 227 137 27 535.050 2.860.979 3.908 17.917 31.352

khamsin A 289 118 2 3.474.777 3.718.565 3.270 9.550 11.582

Mina raya no. 21 90 149 26 463.642 916.146 3.708 16.796 28.290

nusa aman 1 323 157 10 2.663.000 3.557.250 13406 28187 24282

nusa aman 2 332 157 10 2.766.000 3.356.424 9976 26290 25890

nusantara bina 258 163 27 2.224.000 3.260.304 3928 31973 24475

nusantara megah 260 163 27 2.138.000 2.458.512 7564 18435 19529

nusa asri 340 166 5 2.851.000 4.080.456 9062 35583 30919

nusa ayu 351 166 5 2.859.000 3.582.522 5476 34982 25885

Merbah 217 170 24 925.203 1.881.399 7445,5 12001,5 15766

Mina raya no. 20 105 198 30 904.538 1.156.412 4136 5132 10598

Binama no. 16 264 204 5 1.497.489 3.913.499 11046 28809,5 33169

merawal II 251 229 22 1.372.471 2.195.435 11376 17264 12585

Merbuk II 258 240 22 1.447.864 6.509.525 80425 20854 23289

mentilau II 245 243 22 1.718.250 2.971.281 10785,5 24024,5 20753

Binama no. 11 267 246 17 1.109.685 4.007.578 3652 30740,5 40004,5

toyo 56 328,02 253 17 2.803.707 9338 21265,5 26972,5

nusantara jaya 2 214 260 8 2.344.000 2.209.302 5242 19670 16001

toyo 51 378 280 17 2.858.723 10992 18496,5 22766

Mina raya no. 25 235 235 16 980.211 2.753.230 6536 15792 27100

toyo 23 427,5 306 7 3.574.723 16400 24098,5 28601,5

nusantara elok 248 450 5 3.906.000 2.529.954 7886 20837 18128

toyo 57 332,4 490 12 2.577.011 12892 19160,5 22473,52

Merpati II 263 532 22 3.396.231 3.514.841 22347 22106,5 21753,5

Mina raya no. 22 126 352 26 1.684.117 1.807.476 4470 10408 16404

Mina raya no. 24 93 417 25 974.029 882.108 2472 4703 8188

Page 101: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

86

Selanjutnya diadakan perhitungan DEA, hasilnya adalah sebagaimana Tabel

13 berikut.

Tabel 13. Efisiensi tanpa kapal umur 30 th ke atas

In Rank order

Rank DMU Score

1 Toyo 57 1

1 binama no. 15 1

1 binama no. 12 1

1 Toyo 23 1

1 binama no. 10 1

1 Toyo 56 1

1 binama no. 11 1

1 binama no. 5 1

1 binama no. 6 1

1 merbuk II 1

1 binama no. 8 1

1 khamsin A 1

1 Mina raya no. 21 1

1 binama no. 16 1

1 Nusa asri 1

1 nusantara bina 1

17 binama no. 1 0,985674

18 Nusa ayu 0,98311

19 binama no. 2 0,942698

20 Nusa aman 1 0,912921

21 binama no. 3 0,908425

22 binama no. 7 0,895892

23 Toyo 51 0,895501

24 Nusa aman 2 0,855143

25 nusantara jaya 2 0,803307

26 Mentilau II 0,798325

27 Mina raya no. 25 0,778254

28 nusantara elok 0,767464

29 merpati II 0,754944

30 Mina raya no. 22 0,73785

31 nusantara megah 0,67051

32 merawal II 0,586994

33 Mina raya no. 20 0,568589

34 Merbah 0,547984

35 Mina raya no. 24 0,492079

Jika dibandingkan dengan efisiensi setelah pengurangan kapal berumur di atas 30

tahun dengan sebelumnya, terjadi kenaikan angka efisiensi total 5.7% dan jumlah

Page 102: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

87

kapal yang efisiensinya sama dengan 1 semula hanya 13 kapal menjadi 16 kapal.

Pengurangan kapal yang berumur di atas 30 tahun (berjumlah 4 kapal) sekaligus

mengurangi effort sebesar 10.25 %.

4.6.4 Pengaturan musim tangkapan

Pembahasan pada 4.6 menunjukan bahwa rata-rata hasil tangkapan pada bulan

April sampai dengan Juli pada kondisi lebih rendah dibandingkan dengan bulan-

bulan yang lain. Untuk mengetahui dampak penutupan satu bulan saja pada bulan

terjelek yaitu Juni, maka bisa dilakukan dengan cara simulasi perbaikan angka

efisiensi dimana salah satu variabel input nya berupa effort (hari operasi)

dikurangi 8% pada 8 kapal yang urutan efisiensinya terjelek dengan angka di

bawah 0.7. Perubahan angka effort untuk ke 8 kapal ditampilkan pada Tabel 14.

Hasil perhitungan efisiensi DEA menunjukan bahwa pengurangan effort rata-rata

sebesar 8% dengan cara menutup musim penangkapan selama satu bulan,

menghasilkan kenaikan efisiensi sebesar 5.75%. Kenaikan ini memang tidak

proporsional karena input variabel penentu efisiensi lebih dari satu dan bukan

hanya effort. Dapat disimpulkan bahwa penutupan musim penangkapan

merupakan salah satu instrumen pengendalian input yang efektif.

Menurut Purwanto (1997) suatu usaha tambak udang dapat ditentukan bulan

panen yang paling optimal dalam satu tahun berdasarkan perolehan pendapatan

tertinggi, karena sifatnya yang siklikal. Berdasarkan kenyataan penangkapan

udang di L. Arafura (Gambar 31) yang menunjukan kecenderungan siklikal, maka

produksi tangkapan rata-rata bulanan dapat juga diduga dengan persamaan

(2 /12)t th a bSin Mπ= + , Mt = 1, ..,12 (Januari=1, …, Desember=12), a dan b

dapat diperoleh dari regresi ruas kiri dan ruas kanan persamaan tersebut.

Page 103: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

88

Tabel 14. Data efisiensi kapal pukat udang yang sudah dikurangi effort 8%

KAPAL HARI

TRIP GT UMUR BIAYA

PENDA-

PATAN PUTIH WINDU LAIN

Score

Lama

Score

Baru

NAIk

(%)

binama no. 15 171 104 9 445,667 2,302,333 5,454 15,207 22,248 1.0000 1.0000

binama no. 12 228 105 10 438,154 2,290,999 6,662 15,161 20,936 1.0000 1.0000

binama no. 1 281 137 29 892,731 3,426,516 5,080 20,054 38,575 0.9857 0.9857

binama no. 10 222 137 24 756,413 3,078,653 1,368 19,611 36,102 1.0000 1.0000

binama no. 2 181 137 29 534,623 2,296,237 2,162 16,929 23,540 0.9585 0.9585

binama no. 3 225 137 27 726,347 2,804,890 2,612 17,953 31,508 0.9084 0.9084

binama no. 5 286 137 29 920,880 3,559,718 4,776 21,353 40,031 1.0000 1.0000

binama no. 6 180 137 29 557,120 2,656,957 2,462 15,034 31,830 1.0000 1.0000

binama no. 7 180 137 28 570,146 2,287,035 3,030 15,993 23,481 0.9091 0.9091

binama no. 8 227 137 27 535,050 2,860,979 3,908 17,917 31,352 1.0000 1.0000

khamsin A 289 118 2 3,474,777 3,718,565 3,270

9,550 11,582 1.0000 1.0000

minaraya no. 16 180 142 31 505,150 1,502,274 3,606

7,739 16,969 0.6159 0.6244 1.3902

Mina raya no, 11 156 143 32 368,190 1,460,259 910

5,897 14,478 0.7420 0.7420

Mina raya no, 14 103 146 32 427,708 929,698 3,864

3,447 7,982 0.4679 0.4999 6.8403

Mina raya no. 21 90 149 26 463,642 916,146 3,512 14,417 25,044 1.0000 1.0000

nusantara maju 339 156 31 2,722,000 3,067,524 4190 25741 26875 0.8201 0.8201

nusantara utama 277 156 31 2,120,000 2,839,752 5696 23279 23613 0.7959 0.7959

nusa aman 1 323 157 10 2,663,000 3,557,250 13406 28187 24282 0.9129 0.9129

nusa aman 2 332 157 10 2,766,000 3,356,424 9976 26290 25890 0.8551 0.8551

nusantara bina 258 163 27 2,224,000 3,260,304 3928 31973 24475 1.0000 1.0000

nusantara megah 239 163 27 2,138,000 2,458,512 7564 18435 19529 0.6705 0.7061 5.3025

nusa asri 340 166 5 2,851,000 4,080,456 9062 35583 30919 1.0000 1.0000

nusa ayu 351 166 5 2,859,000 3,582,522 5476 34982 25885 0.9831 0.9831

Merbah 200 170 24 925,203 1,881,399 7445.5 12001.5 15766 0.5480 0.5724 4.4584

Mina raya no. 18 140 198 31 1,263,394 1,788,804 4448 10184 16204 0.6255 0.6799 8.6957

Mina raya no. 20 97 198 30 904,538 1,156,412 4136 5132 10598 0.5883 0.6394 8.6957

minaraya no. 17 173 198 31 849,369 1,168,464 5924 12211 20224 0.5571 0.5750 3.2016

binama no. 16 264 204 5 1,497,489 3,913,499 11046 28809.5 33169 1.0000 1.0000

merawal II 231 229 22 1,372,471 2,195,435 11376 17264 12585 0.6078 0.6348 4.4493

nusantara agung 289 233 33 2,458,000 2,988,468 6202 26020 23120 0.7388 0.7388

Merbuk II 258 240 22 1,447,864 6,509,525 80425 20854 23289 1.0000 1.0000

mentilau II 245 243 22 1,718,250 2,971,281 10785.5 24024.5 20753 0.8252 0.8252

binama no. 11 267 246 17 1,109,685 4,007,578 3652 30740.5 40004.5 1.0000 1.0000

nusantara jaya 2 214 260 8 2,344,000 2,209,302 5242 19670 16001 0.8162 0.8162

Mina raya no. 25 235 235 16 980,211 2,753,230 6536 15792 27100 0.7859 0.7859

nusantara elok 248 450 5 3,906,000 2,529,954 7886 20837 18128 0.7683 0.7683

Merpati II 263 532 22 3,396,231 3,514,841 22347 22106.5 21753.5 0.7718 0.7718

Mina raya no. 22 126 352 26 1,684,117 1,807,476 4470 10408 16404 0.7631 0.7631

Mina raya no. 24 86 417 25 974,029 882,108 2472 4703 8188 0.5094 0.5537 8.6957

RATA-

RATA 5.7477

Data tangkapan bulanan dan hasil sinusoida siklikal sebagaimana Tabel

berikut.

Page 104: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

89

Tabel 15. Produksi rata-rata bulanan dan sinusoida siklikal

Bulan Produksi t Mt sin(2Pi*Mt/12)

Januari 385.6 1 0,259

Februari 347.8 2 0,500

Maret 373.9 3 0,707

April 293.6 4 0,866

Mei 317 5 0,966

Juni 276.5 6 1,000

Juli 295.4 7 0,966

Agustus 449 8 0,866

September 533 9 0,706

Oktober 512.1 10 0,499

Nopember 392.7 11 0,258

Desember 350.2 12 -0,001

Produksi rata-rata per bulan dan kecenderungan siklikal dapat dibandingkan

dengan Gambar berikut.

0

100

200

300

400

500

600

0 5 10 15

Series1

Series2

Poly. (Series1)

Gambar 31. Tren produksi bulanan dan tren siklikal

Gambar di atas menunjukkan bahwa produksi tangkapan bulanan mengikuti

tren yang siklikal. Pada model siklikal tersebut, tangkapan pada bulan Juni atau

Page 105: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

90

Juli merupakan terjelek karena berada jauh dari garis tren. Apabila diadakan

penutupan musim, maka yang terbaik adalah bulan Juni karena pada bulan Juli

akan terjadi pemulihan stok yang berdampak kepada tangkapan bulan Juli

meningkat dan mengembalikannya kepada garis tren.

4.6.5 Strategi pengendalian secara bertahap

Kebijakan pengelolaan perikanan termasuk perikanan udang di Laut Arafura

saat ini merupakan kombinasi dari IBI dan IAI. Bentuk instrumen kebijakan IBI

antara lain pembatasan jumlah kapal (effort control), pembatasan alat tangkap,

pembatasan jalur penangkapan atau fishing ground. Sedangkan penerapan

instrumen kebijakan IAI dilaksanakan dengan pengenaan PHP sebesar 2.5%.

Dengan mempertimbangkan kondisi perikanan secara umum saat ini belum

kondusif sebagai akibat kenaikan harga BBM, resistensi pengusaha dan nelayan

serta rendahnya kesadaran para pelaku atas prinsip-prinsip kelestarian dan

keberlanjutan ekonomi, maka strategi pengendalian dilakukan secara bertahap

dengan prinsip kehati-hatian (secara adaptif).

Tahapan dalam penerapan instrumen kebijakan pengelolaan dilaksanakan

sebagai berikut:

(1) Penerapan IBI dan IAI untuk jangka pendek-menengah selama lima tahun

meliputi:

1) Penutupan musim penangkapan pada bulan Juni.

2) Pengurangan jumlah kapal dengan prioritas kapal-kapal yang berumur

di atas 30 tahun.

3) Pambatasan kuota agregat dengan pengurangan produksi penangkapan

sebesar 5% dari produksi pada level MSY.

Page 106: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

91

4) Tetap memberlakukan PHP sebesar 2.5%.

(2) Penerapan IAI untuk kepentingan jangka panjang dengan pengenaan tax

sebesar 10% sebagai pengganti PHP.

4.6.6 Keterkaitan skenario pengelolaan dengan orientasi pembangunan

Kabinet Indonesia Bersatu

Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu dalam perumusuan strategi

pembangunan nasionalnya bertumpu kepada tiga pilar strategi, yaitu:

(1) pengentasan kemiskinan (pro-poor)

(2) penyerapan tenaga kerja (pro-job)

(3) pertumbuhan ekonomi (pro-growth)

Sektor kelautan dan perikanan yang diharapkan menjadi salah satu penggerak

utama perekonomian, pembangunannya diarahkan untuk: (1) meningkatkan

pendapatan nelayan dan pembudidaya dalam rangka mengentaskan kemiskinan

(pro-poor); (2) meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat baik di bidang

usaha produksi, pengolahan maupun jasa (pro-job); serta (3) meningkatkan

kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap perekonomian nasional (pro-

growth) baik melalui peningkatan produktivitas, efisiensi maupun peningkatan

devisa ekspor.

Khusus kegiatan produksi bidang perikanan mencakup kegiatan penangkapan

dan budidaya ikan. Kegiatan usaha penangkapan ikan pada dasarnya merupakan

panen (harvest) dari hasil proses produksi alami sumber daya ikan. Kontribusi

atau peran dari usaha penangkapan terhadap pembangunan ekonomi nasional

ditentukan oleh skenario pengelolaan yang diterapkan. Hasil penelitian ini dapat

menunjukan dampak skenario pengelolaan terhadap keberhasilan pemerintah

dalam mencapai sasaran pembangunan sesuai dengan pilar strategi yang

Page 107: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

92

ditetapkan. Strategi pembangunan yang memungkinkan dievaluasi di sini adalah

”pro-poor” dan ”pro-growth”. Skenario pengelolaan yang dihasilkan dari

penelitian ini secara umum adalah pengendalian intensitas penangkapan untuk

mengoptimalkan produksi perikanan udang di Laut Arafura. Pengendalian

intensitas penangkapan tersebut diarahkan untuk mengurangi upaya penangkapan

dari tingkat aktual (tahun 2005) yaitu 106500 day-fish, menjadi tingkat upaya

penangkapan yang secara ekonomi optimum yaitu 77518 day-fish.

Dampak dari pengurangan upaya penangkapan tersebut terhadap tingkat

perolehan per unit usaha, yang diukur dengan tingkat keuntungan ekonomi per

kapal, ditunjukan secara grafis pada Gambar berikut.

-10

0

10

20

30

40

50

60

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

EFFORT ( JUMLAH KAPAL)

PR

OF

IT (

100 J

UT

A R

UP

IAH

) .

Profit/kapal

Gambar 32. Kurva profit dan effort (jumlah kapal)

Gambar 32 tersebut menunjukan bahwa untuk peningkatan perolehan pendapatan

nelayan dari usaa penangkapan dimungkinkan bila dilakukan pengurangan

intensitas (upaya) penangkapan atau jumlah kapal. Dengan demikian rekomendasi

untuk pengurangan jumlah kapal dari penelitian ini sejalan dengan strategi

Page 108: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

93

-100

0

100

200

300

400

500

0 25 50 75 100 125 150 175

EFFORT (ribu hari)

NIL

AI (R

p.

MIL

IAR

)

Revenue

Cost

Prof it

2005 (Eaktual,

haktual

)MSY

Open access MEY

pembangunan nasional yang pro-poor. Pertanyaan selanjutnya adalah berapa

banyak intensitas (upaya) penangkapan atau jumlah kapal yang dikurangi.

Hasil penelitian ini menunjukan hubungan antara intensitas atau tingkat upaya

atau jumlah kapal penangkapan dengan total keuntungan ekonomi yang diperoleh

bagi seluruh pelaku usaha penangkapan udang di Laut Arafura (Gambar 33).

Gambar 33. Kurva revenue, profit dan cost perikanan udang di L. Arafura

Tingkat keuntungan ekonomi tersebut mencerminkan kontribusi perikanan udang

di Laut Arafura terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu kontribusi

optimum dicapai pada intensitas penangkapan yang menghasilkan keuntungan

optimum.

Page 109: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

94

Skenario yang dihasilkan dari penelitian ini adalah pengendalian effort dengan

sasaran tercapainya rente ekonomi optimum yang akan menjamin kontribusi

optimum perikanan udang di Laut Arafura bagi perekonomian nasional. Dengan

demikian rekomendasi untuk pengurangan jumlah kapal dalam penelitian ini

mendukung atau sejalan dengan strategi pembangunan nasional yang pro-growth.

Karena sumber daya udang di Laut Arafura pada tahun 2005 secara ekonomis dan

biologis sudah pada tingkat berlebih, maka skenario pengelolaan perikanan udang

di Laut Arafura yang pro-poor dan pro-growth adalah pengurangan jumlah kapal

hingga mencapai tingkat optimumnya.

Apabila kebijakan pemerintah di bidang perikanan dalam bentuk

industrialisasi dalam negeri dan penghentian izin kapal asing pada tahun 2007

dilaksanakan secara konsisten, dalam jangka pendek dan menengah akan terjadi

penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, karena terjadi peningkatan industri

pengolahan. Rekomendasi kebijakan hasil penelitian untuk mengendalikan effort

agar nilai ekonomi usaha penangkapan optimum, sekaligus juga menjamin

kelestarian pasok bahan baku industri, adalah sejalan dengan kebijakan

industrialisasi dalam negeri. Oleh karenanya, apabila kedua kebijakan dijalankan

dalam periode waktu yang sama (jangka pendek sampai menengah) sekaligus,

yaitu industrialisasi dalam negeri dan pengendalian penangkapan, maka

pengelolaan perikanan udang dapat memberikan kontribusi dicapainya tiga pilar

strategi yaitu pro-poor, pro-job dan pro-growth.

Page 110: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

95

4.7 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Perikanan Udang

Pemilihan alternatif pengelolaan perikanan udang di L. Arafura berdasarkan

tiga skenario yaitu pengendalian input, penerapan kuota dan penutupan musim,

memiliki implikasi dan konsekuensi biaya bagi pemerintah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi berhasil tidaknya alternatif pengelolaan meliputi: kemampuan

pemerintah melakukan pemantauan (monitoring) dan penegakan hukum,

kesadaran para pelaku (dalam hal ini pengusaha dan pemilik kapal) dalam

mentaati aturan serta rente ekonomi yang dihasilkan dari alternatif tersebut. Faktor

eksternal berpengaruh pula terhadap tiap alternatif, misalnya kenaikan harga BBM

yang melebihi 100%, sangat mempengaruhi strategi pengusaha dalam

mengoperasikan kapal-kapalnya. Dalam kalkulasi biaya operasi kapal pukat

udang, komponen BBM mengambil porsi antara 20% sampai dengan 40% dari

biaya total. Dilihat dari sisi pemerintah, faktor yang dipertimbangkan dalam

menentukan alternatif adalah kemampuan monitoring dan penegakan hukum agar

alternatif pengelolaan berhasil dilaksanakan. Dari sisi pengusaha, alternatif yang

dipilih tentu saja yang menghasilkan rente ekonomi paling tinggi. Oleh karena itu

pemilihan alternatif yang baik harus dapat mengakomodasikan kepentingan

kedua belah pihak, atau merupakan trade off manfaat atau rente ekonomi dan

biaya atau resiko.

Pengendalian input melalui pengurangan kapasitas penangkapan dengan cara

mengurangi jumlah kapal sedemikian rupa sehingga total GT berkurang 15%,

secara praktis mudah dilakukan oleh pemerintah karena tinggal mengurangi

jumlah izin. Namun demikian dari sisi pengusaha hal tersebut akan menjadi

masalah besar karena tentu saja mereka tidak mau dikurangi izin jumlah kapalnya.

Page 111: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

96

Pengalaman yang terjadi justru sebaliknya, para pengusaha kalau bisa menambah

izin. Kebijakan tersebut bisa berdampak negatif dilihat dari aspek sosial, karena

akan terjadi pengurangan kapal yang beroperasi berarti terjadi PHK bagi ABK

yang bekerja di kapal. Bagi pemerintah, dicabutnya izin dan tidak beroperasinya

kapal-kapal akan mendatangkan dilema, karena akan diapakan kapal-kapal

tersebut dan apakah ada kompensasi bagi pemilik kapal. Di berbagai negara,

kebijakan rasionalisasi armada dibarengi dengan kebijakan pembelian kapal bekas

yang diberhentikan operasionalnya (buy back policy). Bagi pemerintah Indonesia,

kemungkinan kecil dapat menerapkan buy back policy karena keterbatasan APBN.

Pengendalian input terbukti telah berhasil dilaksanakan sejak tahun 2000 dengan

adanya pendaftaran ulang dan tidak ditambahnya izin baru. Hal ini dapat terlihat

dari angka efisiensi selama tahun 2000 sampai dengan 2004 berada di atas 0.7,

padahal tahun-tahun sebelumnya di bawah 0.6. Dapat disimpulkan bahwa

pengendalian input merupakan hal yang efektif tapi dilematis dan mengandung

resiko.

Penerapan kuota dengan mengurangi jumlah yang boleh ditangkap sebesar 5%

dari MSY merupakan kebijakan yang lebih dapat diterima oleh pengusaha,

terutama jika dapat meyakinkan mereka bahwa kebijakan tersebut akan

mendatangkan surplus rente ekonomi. Dilihat dari sisi pemerintah, kebijakan ini

memerlukan biaya yang tidak sedikit karena harus melakukan pengawasan yang

ketat terhadap jumlah udang yang ditangkap oleh semua kapal. Untuk dapat

melaksanakan sistem pemantauan dan pengawasan diperlukan petugas yang

bekerja terus menerus di pusat pendaratan atau diperlukan petugas di atas kapal

(observer). Kebijakan ini juga merupakan hal yang baru dan secara teknis lebih

Page 112: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

97

sulit dibandingkan dengan pengendalian input, sehingga tingkat keberhasilan

kebijakan ini diragukan dan mengandung resiko kegagalan tinggi.

Penutupan musim selama satu bulan akan berdampak langsung kepada

pengurangan tekanan terhadap sumber daya, karena penutupan musim berarti

pengurangan effort secara langsung. Bagi pemerintah, penutupan musim secara

teknis mudah dilakukan karena hanya mengumumkan kepada semua kapal

pemegang izin, memberikan catatan dalam SPI dan melakukan penjagaan

kawasan dan pengawasan yang ketat selama satu bulan. Dilihat dari aspek biaya

tidak terlalu besar karena peningkatan pengawasan selama satu bulan lebih ringan.

Daerah penangkapan udang sebagian besar dekat pantai dan tertentu, sehingga

kemungkinan terjadinya illegal entry kecil. Dilihat dari sisi pengusaha, penutupan

satu bulan lebih mudah diterima dibandingkan alternatif lain, karena tidak

berdampak kepada pengurangan produksi secara signifikan, tidak ada

pengurangan jumlah kapal dan PHK. Satu bulan tidak beroperasi bagi perusahaan

dapat dijadikan waktu untuk pemeliharaan kapal (docking, overhaul mesin), cuti

ABK, karena sebenarnya hampir semua kapal tidak penuh beroperasi satu tahun

terus menerus. Secara matriks dapat ditampilkan perbandingan ketiga alternatif

kebijakan dengan implikasinya dalam suatu kerangka logis (logical framework)

sebagaimana Lampiran 4.

Ketiga alternatif kebijakan yang telah diuraikan di atas, yaitu penerapan kuota,

pengurangan jumlah kapal dan penutupan musim penangkapan merupakan

instrumen pengelolaan incentive blocking, merupakan kebijakan jangka menengah

dalam upaya mengurangi overcapacity. Untuk kepentingan jangka panjang,

diperlukan kebijakan dengan instrumen incentive adjusting, salah satunya dalam

Page 113: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

98

bentuk pengenaan tax. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan perikanan saat

ini adalah pengendalian effort dana pengenaan tax dalam bentuk PHP (pungutan

hasil perikanan). Secara bioekonomi dampak kebijakan pengenaan tax sebesar

10% dapat disajikan dalam Gambar 34 berikut.

Gambar 34. Kurva bioekonomi sesudah pengenaan tax 10%

Gambar 34 menunjukan bahwa pengenaan tax atau fishing fee akan

mempengaruhi kurva biaya dengan slope yang lebih tinggi dan berdampak kepada

penurunan kurva profit dan menggeser titik effort optimal ke kiri. Dalam jangka

panjang, pengenaan tax sebesar 10% berdampak terkendalinya upaya

penangkapan secara alami, karena meningkatnya biaya akan dengan sendirinya

mendorong pelaku atau jumlah kapal keluar dari perikanan sampai titik

-300

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0 50 100 150

effort (ribu hari)

reven

ue

(m

ily

ar

rup

iah

)

Revenue

Cost

Fishing Fee

Profit

25 75 125 175

Page 114: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

99

keseimbangan. Sebagaimana disajikan dalam Gambar 33, tingkat effort optimal

sebelum pengenaan tax adalah 74347 day-fish (pada level MEY) dengan profit

sebesar Rp 247.6 Milyar dan 77518 day-fish pada level pengelolaan dinamik

dengan profit sebesar Rp 363.2 Milyar. Sesudah pengenaan tax 10%, tingkat effort

optimalnya sekitar 70000 day-fish dan profit maksimal yang dapat diraih sebesar

Rp 207 Milyar, di bawah profit pada level MEY sebesar Rp 247.6 Milyar.

Apabila instrumen kebijakan IAI dengan pengenaan tax 10% dikombinasikan

dengan pengelolaan perikanan secara dinamik, mempertimbangkan faktor

discount rate, maka untuk jangka lima tahun akan menghasilkan profit sebesar Rp

340 Milyar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dengan

instrumen incentive adjusting, dengan cara pengenaan tax, akan efektif

diberlakukan pada jangka menengah-panjang jika dikombinasikan dengan

pengelolaan dinamik.

Page 115: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang akan menjawab

berbagai pertanyaan dan tujuan penelitian ini dan juga rekomendasi berupa

implikasi kebijakan serta saran penelitian lanjutan. Untuk kesimpulan penelitian,

dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Penangkapan udang di Laut Arafura secara umum saat ini pada kondisi

“economomic overfishing” atau tangkap lebih secara ekonomis.

(2) Secara keseluruhan kondisi effort di Laut Arafura telah melebihi dari

tingkat yang seharusnya, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan

perikanan di kawasan ini masih di bawah tingkat optimal atau berada

dalam kondisi sub optimal. Hal ini dapat dilihat dari kondisi terakhir tahun

2005 tingkat effort nya sebesar 106500 day- fish yang sudah di atas

tingkat optimal sekitar 74.000 day –fish.

(3) Kondisi economic overfishing juga dapat dilihat dari fluktuasi produksi

aktual yang melebihi produksi lestari dan rente ekonomi yang menurun

pada saat pengelolaan perikanan tersebut dipaksakan ke kondisi maximum

sustainable yield, yaitu dalam kondisi biaya per unit effort lebih besar dari

penerimaan.

(4) Sebagaimana diprediksi secara teori, rezim pengelolaan dengan MEY akan

menghasilkan rente ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rezim

pengelolaan MSY dan Open Access. Jika perikanan udang di laut Arafura

dikendalikan dengan effort pada level MEY, produksi dapat ditingkatkan

Page 116: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

101

dari kondisi aktual dengan mengurangi effort sekitar 32500 day-fish dari

kondisi saat ini.

(5) Apabila pengelolaan perikanan untuk jangka menengah dilaksanakan

dengan pendekatan bioekonomi optimal dinamik dengan memasukan

faktor suku bunga bank, surplus ekonomi dari pengelolaan sumber daya

udang di Laut Arafura dapat lebih ditingkatkan sampai Rp 363.2 Milyar

per tahun dan terjadi peningkatan produksi dan effort sedikit lebih banyak

dari kondisi MEY.

(6) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perbandingan ketiga rezim

pengelolaan, maka untuk kondisi perikanan udang di Laut Arafura,

pengelolaan dalam kerangka dinamik lebih dapat diterima (make sense)

karena memberikan manfaat ekonomi yang tinggi dengan sedikit

memberikan ruang untuk meningkatkan effort, namun tetap masih

dibawah tingkat effort pada kondisi open access.

(7) Analisis juga menunjukkan adanya kondisi inefisiensi atau overcapacity,

yang dapat terlihat dari fluktuasi angka efisiensi dari tahun 1986 sampai

dengan 2003, dimana sebagian besar angka efisiensi rendah (di bawah 0.7)

dan hanya pada tahun 2000 sampai 2003 mengalami kondisi baik.

Inefisiensi dapat dilihat pula dari data tiap kapal (short run), dimana hanya

30% dari jumlah kapal yang efisien dan selebihnya kurang efisien. Hal ini

menunjukan bahwa kondisi perikanan udang di L. Arafura pada tahun

2003 mengalami excess capacity. Kondisi tersebut menjadi overcapacity

mengingat sejak tahun 2003 sampai tahun 2005 tidak ada kebijakan

pengurangan jumlah kapal.

Page 117: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

102

(8) Efisiensi secara umum bisa ditingkatkan dengan cara mengurangi effort

(hari trip) sebesar 11.17%, pengurangan GT sebesar 15.45%, penurunan

umur sebesar 17.74%, penurunan biaya sebesar 16.34%. Khusus berkaitan

dengan biaya, mengandung arti bahwa saat ini biaya penangkapan udang

terlalu tinggi (high cost). Effort, GT dan umur merupakan variabel yang

dapat dijadikan instrumen pengendalian kapasitas.

(9) Hasil analisis seasonal closure menunjukkan bahwa musim panen yang

baik adalah pada Agustus, September dan Oktober. Demikian pula dapat

dikatakan bahwa musim penangkapan terjelek terjadi pada bulan April

sampai dengan Juli. Apabila akan diadakan pengurangan kapasitas

penangkapan, maka yang terbaik dilakukan penutupan musim adalah

antara bulan April sampai dengan Juli. Penutupan pada bulan Juni

memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang cukup untuk dipanen pada

bulan Juli dan selanjutnya. Disamping itu penutupan musim satu bulan

adalah berarti mengurangi effort dalam fishing days maksimal sebesar 8%.

(10) Ketiga alternatif kebijakan meliputi pengurangan jumlah kapal

dengan prioritas kapal berusia di atas 30 th, penerapan kuota (pengurangan

produksi penangkapan dari MSY sebesar 5%) dan penutupan musim

penangkapan pada bulan Juni, merupakan kebijakan dengan instrumen

incentive blocking. Kebijakan tersebut terbukti efektif sebagai upaya

pengurangan overcapacity dan berdampak positif secara ekonomis dilihat

dari sasaran kebijakan pemerintah dalam pro poor dan pro growth.

Kebijakan tersebut efektif untuk jangka menengah, sedangkan untuk

jangka panjang perlu diterapkan instrumen kebijakan incentive adjusting

Page 118: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

103

dalam bentuk pengenaan pajak yang lebih besar dibandingkan pengenaan

PHP yang berlaku saat ini.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa hal penting

sebagai berikut.

(1) Untuk menangani permasalahan overfishing dan overcapacity di wilayah

Arafura, maka diperlukan langkah penerapan incentive blocking

instruments untuk mengatasi problema jangka menengah (lima tahun ke

depan dari saat ini) dan incentive adjusting instruments untuk jangka

panjang. Langkah-langkah penerapan incentive blocking instruments yang

merupakan upaya pengendalian dilaksanakan melalui tiga alternatif

pengelolaan yaitu: (1) pengurangan jumlah kapal; (2) penerapan kuota dan

(3) penutupan musim penangkapan. Incentive adjusting isntruments dalam

bentuk pajak hasil tangkapan dan ITQ dapat dilaksanakan setelah lima

tahun pelaksanaan incentive blocking instruments berhasil.

(2) Perlunya menurunkan kapasitas perikanan pada tingkat yang bisa ditolelir

sumberdaya yakni pada kisaran 74300 sampai 77500 day-fished untuk

tingkat effort (antara titik referensi MEY dan MSY). Dengan perhitungan

fishing days = 300/kapal/tahun, jumlah kapal pukat udang dikendalikan

antara 248 kapal sampai 258 kapal. Secara operasional untuk

mengimplementasikan rekomendasi tersebut perlu ditetapkan dengan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, sesuai dengan ketentuan

Page 119: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

104

Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 7

(Sekretariat Negara, 2004).

(3) Pengelolaan perikanan udang seyogyanya dilaksanakan dengan

mekanisme yang adaptif dengan mengikuti perkembangan dinamika dari

sumber daya udang dan komponen input yang digunakan. Untuk itu

diperlukan alternatif pengelolaan yang ditentukan secara bertahap dengan

urutan mulai dari penutupan musim penangkapan, pengurangan jumlah

kapal dan penerapan kuota. Penutupan musim dilakukan pada bulan Juni.

Apabila penutupan musim tidak efektif, maka diberlakukan pengurangan

jumlah kapal. Jumlah kapal pukat udang yang saat ini diberikan izin

sejumlah 355 kapal dikurangi secara bertahapa dengan prioritas mulai dari

yang berumur di atas 30. Penerapan kuota dapat saja dilaksanakan dengan

mengurangi jumlah produksi aktual (jumlah penangkapan) sebesar 5% dari

total produksi.

(4) Instrumen kebijakan incentive adjusting dapat diberlakukan dalam jangka

panjang, terutama penerapan tax sebesar 10%, sejalan dengan kebijakan

pemerintah yang sedang digulirkan saat ini dengan strategi industrialisasi

perikanan dalam negeri, yang dibarengi dengan penghentian izin kapal

asing pada tahun 2007 dan joint investment. Dengan kebijakan tersebut,

maka sasaran tiga pilar strategi pemerintah di sektor perikanan yaitu pro

job, pro poor dan pro growth dapat tercapai.

(5) Perlu dilakukan penelitian lanjutan atau penelitian sejenis untuk

melengkapi hasil penelitian penulis, terutama pengujian tiap alternatif

sehingga diperoleh kesimpulan kebijakan yang paling baik (feasible) dan

Page 120: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

105

penelitian berkaitan dengan permodelan biologi udang di L. Arafura agar

dampak dari tiap alternatif kebijakan dapat diprediksi pemulihan stoknya.

Page 121: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

106

DAFTAR PUSTAKA

[AFMA] Australia Fisheries Management Authority. 2003. Northern Prawn

Fishery, by Catcth Action Plan. Canberra: The Northern Prawn Fishery

Management Advisory Committee.

Anderson LG. 1977. The Economics of Fisheries Management. London: The

John Hopkins University Press, Baltimore.

___________. 1981. Economic Analysis For Fisheries Management Plans.

London: Ann Abror Science, Publishers Inc, Butterworth.

Anna S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan-

Pencemaran [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Bailey C, Dwiponggo A, Marahudin F. 1987. Indonesia Marine Capture

Fisheries. International Center for Living Aquatic Resources Management.

Manila.

Ballard K and Blomo V. 1978. Estimating The Structure of Capacity Utilization

in The Fsihing Industry. Washington DC: Mar. Fish. Rev., 40(8): 29-34.

Ballard K and Roberts J. 1977. Empirical Estimation of The Capacity Utilization

Rates of Fishing Vessels in 10 Major Pacific Fisheries. Washington DC:

National Marine Fisheries Service.

Banxia. 2003. Efficiency Analysis Software. New York: Banxia Software Ltd,

UK.

Chapman L and Beare S. 2001. Optimal Fisheries Management Instruments

under Biological Uncertainty. Canberra: ABARE Conference Paper.

Charles A. 2001. Sustainable Fishery System. New York: Blackwell Science,

UK.

Clark CW. 1976. Mathematical Bioeconomics: The Optimal Management of

Renewable Resources. New York: John Wiley and Son.

_________. 1985. Bioeconomics Modelling and Fisheries Management. New

York: John Willey and Sons.

Commonwealth of Australia. 1989. New Directions for Commonwealth Fisheries

Management in The 1990s. A Government Policy Statement December 1989.

Canberra: Australian Government Publishing Service.

Page 122: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

107

Cooper WC, Seiford, LM, Tone, Kaoru. 2004. Data Envelopment Analysis.

Massachusets: Kluwer Academic Publisher.

Dann T and Sean, Pascoe S. 1994. A Bioeconomic Model of The Northern Prawn

Fishery. Canberra: ABARE Research Report 94.13.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Statistik Perikanan Tangkap tahun

2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan

dan Perikanan.

__________________________________. 2004. Kajian Penetapan Isobath 10

Meter di Laut Arafura untuk Menuju Perikanan Tangkap Berkelanjutan.

Laporan Akhir Kegiatan Penyelenggaraan Fisheries Management. Jakarta:

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan

Perikanan.

Die D and Bishop J. 1999. Status of Tiger Prawn Stocks at The End of 1998.

Queensland: NPFAG working paper 99/1.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1995. Code of

Conduct for Responsible Fisheries. Rome: FAO.

____________________________________________________. 1997. Fisheries

Management. Rome: FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries

(4).

____________________________________________________. 1998. Report

of the Technical Working Group on the Mangement of Fishing Capacity.

Rome: FAO Fisheries Report No. 586.

____________________________________________________. 2003.

Fisheries Management: The Ecosystem Approach to Fisheries. Rome: FAO

Technical Guidelines for Responsible Fisheries (4, Suppl. 2).

____________________________________________________. 2001.

Internasional Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate Ilegal,

Unreported and Unregulated Fishing. Rome: FAO.

Fauzi A. 2001. Model Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Laut Arafura melalui

Hamon dan Wheelen. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

_______. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan

Aplikasi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

_______. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan, Isu, Sintesis dan Gagasan.

Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Page 123: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

108

Fauzi A dan Suzy Anna. 2005. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan

Kelautan: untuk Analisis Kebijakan. Jakarta: P.T. Gramedia Pustakan

Utama.

Fisher S. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak.

Jakarta: The British Council.

Garcia, S.M. & C. Newton. 1994. Current sitiuation, trends and prospects in

world captures fisheries. In: Pikitch, E.K., D.D. Huppert & M.P. Sissenwine

(ed), Global trends in fisheries management. American Fisheries Society

Symposium, 20, Bethesda, Maryland: 3-27.

Goodey P and Galeano D. 2003. A Fremework for Assessing Economic

Performance Fisheries Management. Canberra: ABARE Report 03.7, hal

15-16.

Gordon HS. 1953. An Economic Approach to The Optimum Utilization of

Fishery Resources. Journal Fishery Resources. Canada.

_________. 1954. The Economics of A Common Property Resource: The

Fishery. Journal Political Economy. Canada.

Graham M. 1935. Modern Theory Of Exploiting A Fishery And Application To

North Sea Trawling. Journal Cons. Int. Explor. Canada.

Greboval D. 1999. Managing Fishing Capacity. Rome: FAO Fisheries Technical

Papers 386.

Griffin W. 1983. The Texas Shrimp Fishery: Analysis of Six Management

Alternatives Using The General Bioeconomic Fishery Simulation Model

(GBFSM). Texas: Texas A&M University.

Gulland J.A. 1973. Some notes on the assessment and management of Indonesian

fisheries. FAO. Rome.

[HPPI] Himpunan Pengusaha Penangkapan Udang Indonesia. 2004. Data-data

Tangkapan Anggota HPPI. Jakarta: HPPI.

Hsia-Chiang L. 1976. The demersal fish stocks of the waters of north and

northwest Australia. Acta Oceanographica Taiwanica 6:128-134.

Hsu T. 2003. Simple Capacity Indicators for Peak to Peak and Data

Envelopment Analysis of Fishing Capacity. Rome: FAO fisheries technical

report, No 443.

Page 124: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

109

[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2004. Studi Lingkungan Wilayah Laut Banda,

Aru dan Arafura. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,

Departemen Kelautan dan Perikanan.

King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. London:

Fishing News Book.

Naamin N, Noer S. 1980. The status of shrimp fishery in the Arafura Sea. In

report of the Workshops on the Biology and Resources of Penaid Shrimps in

the South China Sea Area. South China Sea Fisheries Development and

Coordinating Programme, Manila.

Naamin N. 1984. Dinamika Populasi Udang Jerbung (Penaeus merguiensis de

Man) di Perairan Arafura dan Alternatif Pengelolaannya [disertasi].

Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 281 hal.

Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta:

Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R) dan PT Pustaka

Cidesindo, Jakarta.

Pascoe S, Kirkley JE, Greboval D, Morrison-Paul CJ. 2003. Measuring and

Assessing Fishing Capacilty in Fisheries. Rome: FAO Fisheries Technical

Paper 433/2.

Pascoe S, Greboval D. 2003. Measuring Fishing Capacity in Fisheries. Rome:

FAO Technical Paper 445.

Pascoe S, Greboval D, Kirkley J, Lindebo E. 2004. Measuring and Appraising

Capacity in Fisheries: Framework, Analytical Tools and Data Aggregation.

Rome: FAO Fisheries Circular No. 994.

Pitcher, Tony J. 1998. Reinventing Fisheries Management. London: Kluwer

Academic Publisher.

Purwanto. 1987. Bio-ekonomi Penangkapan Ikan: Model Dinamik. Jurnal

Oseana, Volume XIV, Nomor 3: 93-100.

________. 1984. Rente Ekonomi dan Pengusahaan Sumberdaya Perikanan

Lemuru di Selat Bali. Jurnal Ekonomi Lingkungan I (3). 28-39.

________. 1997. Economic Optimisation in Prawn Fisheries. [Ph.D Thesis].

Queensland: Departement of Economics, James Cook University of North

Queensland.

Schaefer MB. 1954. Some Aspects of The Dynamics of The Populations

Important to The Management of Comercial Marine Fisheries. Bull. Inter-

Amer. Trop. Tunna Comm.

Page 125: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

110

___________. 1957. Some Considerations of Population Dynamics and

Economics in Relation to The Management of Marine Fisheries. J. Fish.

Res. Board. Can.

Seijo JC, Defeo O, Salas S. 1998. Fisheries Bioeconomics: Theory, Modelling

and Management. Rome: FAO Fisheries Technical Paper 368.

[Setneg] Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1980. Keputusan Presiden R.I.

tentang Penghapusan Jaring Trawl Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

_______________________________________. 1982. Keputusan Presiden R.I.

tentang Penggunaan Pukat Udang. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

_______________________________________. 2002. Peraturan Pemerintah

Nomor 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan. Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia.

_______________________________________. 2004. Undang-undang Nomor

31 tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Smith CL and Hanna SS. 1990. Measuring Fleet Capacity and Capacity

Utilization. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Science, Vol 47.

Sumiono B. 2003. Evaluasi Sumberdaya Perikanan Demersal dan Udang di

Laut Arafura. Jakarta: Balai Riset Perikanan Laut.

Taylor B and Die D. 1999. Northern Prawn Fishery:1997and 1998 Fisheries

Assessment Report. Canberra: AFMA.

Uktolseja R. 1978. Perkembangan catch dan effort penangkapan udang (Windu,

Putih, Dogol) di perairan Irian Jaya 1974-1976. Simposium modernisasi

perikanan rakyat. Jakarta.

Wang YG and Die D. 1996. Stock-Recruitment Relationships of The Tiger

Prawns (Penaeus esculatus and Penaeus semisulcatus) in The Australian

Northern Prawn Fishery. Australian Journal of Marine and Freshwater

Research, vol. 47, pp. 87-95.

Ward JM and Sutinen JG. 1994. Vessel Entry-Exit Behavior in the Gulf of

Mexico Shrimp Fishery. Amer. J. Agr. Econ. 76(November 1994): 916-923.

Ward, J.M., Kirkley, J.E., Metzner, R, Pascoe, S. 2004. Measuring and assessing

capacity in fisheries, basic concept and management options. FAO Fisheries

Technical Paper. No.4331/1. Rome.

Page 126: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

111

Widodo J, Purwanto, Nurhakim S. 2001. Evaluasi Penangkapan Ikan di Perairan

ZEEI Arafura: Pengkajian Sumberdaya Ikan Demersal. Direktorat Jenderal

Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Wilen JE. 1985. Toward A Theory of Regulated Fishery. Journal of Marine

Resource Economics, Vol 1, no 4, pp. 369-388.

Page 127: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

112

Lampiran 1. Algoritma Maple bioekonomi perikanan udang di L. Arafura

> restart;

> r:=1.478446602; K:=27072; q:=0.0000075;p:=43.5;

c:=2.17;delta:=0.08; := r 1.478446602

:= K 27072

:= q .75 10-5

:= p 43.5

:= c 2.17

:= δ .08

> hs:=q*K*E*(1-(q*E)/r);

:= hs .2030400 E ( ) − 1 .5072892041 10-5 E

> Emax:=diff(hs,E);

:= Emax − .2030400 .2060000000 10-5 E

> Esus:=solve(Emax=0,E); := Esus 98563.10680

> hsus:=q*K*Esus*(1-(q*Esus)/r); := hsus 10006.12660

> pisus:=p*hsus-c*Esus; := pisus 221384.5653

> pi:=p*hs-c*E;

:= π − 8.83224000 E ( ) − 1 .5072892041 10-5 E 2.17 E

> Eoa:=solve(pi=0,E); := Eoa ,0. 148694.1190

> Eoa:=55233.19350; := Eoa 55233.19350

> hoa:=q*K*Eoa*(1-(q*Eoa)/r); := hoa 8072.320775

> Eopt:=diff(pi,E); := Eopt − 6.66224000 .00008960999998 E

> Efopt:=solve(Eopt=0,E); := Efopt 74347.05950

> TR:=p*hs;

:= TR 8.83224000 E ( ) − 1 .5072892041 10-5 E

Page 128: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

113

Lampiran 1. Lanjutan

> TC:=c*E; := TC 2.17 E

> plot({TC,TR},E=0..200000);

� plot(hs,E=0..200000);

Page 129: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

114

Lampiran 1. Lanjutan

> h:=q*K*Efopt*(1-(q*Efopt)/r);

:= h 9402.117146

> Xopt:=K/2*(1+c/(p*q*K)); := Xopt 16861.67050

> phi:=c/(p*q*K); := φ .2456907874

> rho:=(r*K)/4*(p-(2*c)/(q*K*(1+phi)))*(1-phi)*(1+phi); := ρ 247658.9766

> alpha:=delta/r; := α .05411084843

> xdin:=K/4*(1+phi-alpha+sqrt(((1+phi-

alpha)^2)+(8*phi*alpha))); := xdin 16425.81636

Page 130: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

115

Lampiran 1. Lanjutan

� hdin:=(1/c)*xdin*(p*q*xdin-xdin)*(delta-r*(1-2*xdin/K));

� := hdin -.4917535395 108

Page 131: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 2. Data kapal pukat udang di L. Arafura

No. Nama KapalJml

hari/tripJml Trip GT Tahun Umur

alat

tangkapKondisi Harga jumlah Tahun harga atbankap jumlah penerimaan solar (kl) oli

GT 100-150 52,16 4 134

1 binama no. 15 57 3 104 1995 9 PU bekas 537.613 3 1995 115.000 trawl winch 1 2.302.333 301 4.200

2 binama no. 12 57 4 105 1994 10 PU bekas 542.782 3 1994 115.000 trawl winch 1 2.290.999 299 5.200

3 binama no. 1 56 5 137 1975 29 PU baru 5.975.807 3 1975 115.417 trawl winch 1 3.426.516 500 5.400

4 binama no. 10 56 4 137 1980 24 PU baru 5.468.390 3 1980 118.000 trawl winch 1 3.078.653 398 4.800

5 binama no. 2 60 3 137 1975 29 PU baru 5.975.807 3 1975 115.417 trawl winch 1 2.296.237 326 3.600

6 binama no. 3 56 4 137 1977 27 PU baru 5.883.898 3 1977 115.000 trawl winch 1 2.804.890 424 5.600

7 binama no. 5 57 5 137 1975 29 PU baru 5.885.898 3 1975 117.000 trawl winch 1 3.559.718 499 4.200

8 binama no. 6 60 3 137 1975 29 PU baru 5.768.898 3 1975 117.000 trawl winch 1 2.656.957 299 4.600

9 binama no. 7 60 3 137 1976 28 PU baru 5.819.688 3 1976 117.000 trawl winch 1 2.287.035 300 3.800

10 binama no. 8 57 4 137 1977 27 PU baru 5.819.688 3 1977 118.000 trawl winch 1 2.860.979 300 3.000

11 khamsin A 32 9 118 2002 2 PU bekas 1.027.995 6 2002 trawl winch 2 3.718.565 995 3.200

12 minaraya no. 16 49 4 142 1973 31 PU baru 10.009.686 6 1973 370.000 Trawl winch 1 1.502.274 190 3.135

13 Mina raya no, 11 52 3 143 1972 32 PU baru 2.708.800 6 1972 370.000 Trawl winch 1 1.460.259 115 3.768

14 Mina raya no, 14 28 4 146 1972 32 PU baru 1.946.950 6 1966 370.000 Trawl winch 1 929.698 190 4.598

15 Mina raya no. 21 45 2 149 1978 26 PU baru 1.200.000 6 1978 370.000 Trawl winch 1 916.146 90 4.389

Rata-rata 52 4 134 24 348 4.233

GT 151-200 53 6 165

1 arafura pearl 30 9 151 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 trawl winch 2 2.887.565 911 3.200

2 aru pearl 40 7 151 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 Trawl winch 2 3.522.835 964 2.800

3 banda pearl 39 7 151 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 trawl winch 2 4.270.479 846 2.800

4 seram pearl 31 9 151 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 trawl winch 1 3.352.015 1.017 3.200

5 Toyo 15 62 5 152 1974 30 PU baru 4.590.000 2 1974 trawl winch 2 3.124.512

6 Toyo 16 68 5 152 1974 30 PU baru 4.590.000 2 1974 trawl winch 2 2.444.729

7 Toyo 17 60 5 152 1974 30 PU baru 4.590.000 2 1974 trawl winch 2 3.311.795

8 nusantara maju 68 5 156 1973 31 PU baru 442.912 6 1973 Trawl winch 2 3.067.524 613 5.500

9 nusantara utama 69 4 156 1973 31 PU baru 770.987 6 1973 Trawl winch 2 2.839.752 459 4.400

10 nusa aman 1 65 5 157 1994 10 PU baru 204.820 6 1994 Trawl winch 2 3.557.250 646 6.000

11 nusa aman 2 66 5 157 1994 10 PU bekas 204.820 6 1994 Trawl winch 2 3.356.424 664 6.000

12 nusantara bina 65 4 163 1977 27 PU baru 641.543 6 1977 Trawl winch 1 3.260.304 565 4.800

13 nusantara megah 65 4 163 1977 27 PU bekas 566.266 6 1977 Trawl winch 2 2.458.512 546 4.800

14 evia pearl 32 8 166 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 Trawl winch 2 3.559.866 954 3.000

15 napier pearl 29 9 166 2000 4 PU bekas 1.513.324 6 2000 Trawl winch 2 3.359.378 887 3.200

16 nusa asri 68 5 166 1999 5 PU bekas 310.850 6 1999 Trawl winch 2 4.080.456 680 6.000

17 nusa ayu 70 5 166 1999 5 PU bekas 310.850 6 1999 Trawl winch 2 3.582.522 702 6.000

18 merbah 54 4 170 1980 24 PU bekas 3 1980 1.881.399 309 10.100

19 nusantara guna 171 1982 22 PU baru 1.189.196 6 1982 Trawl winch 2

20 nusantara perdana 171 1982 22 PU baru 1.261.907 6 1982 Trawl winch 2

21 toyo 21 65 5 177 1996 8 PU bekas 210.000 2 1996 trawl winch 2 2.879.410

22 Mina raya no. 18 38 4 198 1973 31 PU baru 188.000 6 1973 370.000 Trawl winch 1 1.788.804 642 7.518

23 Mina raya no. 20 35 3 198 1974 30 PU baru 12.199.305 6 1974 370.000 Trawl winch 1 1.156.412 465 6.479

24 minaraya no. 17 47 4 198 1973 31 PU baru 188.000 6 1973 370.000 Trawl winch 1 1.168.464 411 7.524

53 6 165 1986,167 18 1.806.061 5 1986,167 370.000 2 2.950.473 682 5.185

110

Page 132: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

No. Nama KapalJml

hari/tripJml Trip GT Tahun Umur

alat

tangkapKondisi Harga jumlah Tahun harga atbankap jumlah penerimaan solar (kl) oli

GT 200-300 61 5 239

1 binama no. 16 66 4 204 1999 5 PU bekas 11.524.310 3 1999 120.000 trawl winch 1 3.913.499 697 5.200

2 toyo 53 60 6 206 1987 17 PU bekas 90.000 2 1987 trawl winch 2 2.559.254

3 merawal II 63 4 229 1982 22 PU bekas 3 1982 2.195.435 1 7.200

4 nusantara agung 72 4 233 1971 33 PU bekas 243.098 6 1971 Trawl winch 2 2.988.468 665 5.600

5 merbuk II 65 4 240 1982 22 PU bekas 3 1982 6.509.525 1 8.000

6 mentilau II 61 4 243 1982 22 PU bekas 3 1982 2.971.281 1 8.000

7 binama no. 11 67 4 246 1987 17 PU bekas 9.877.980 3 1987 120.000 trawl winch 1 4.007.578 398 4.800

8 toyo 56 55 6 253 1987 17 PU bekas 50.000 2 1987 trawl winch 2 2.803.707

9 nusantara jaya 2 54 4 260 1996 8 PU bekas 444.874 6 1996 Trawl winch 2 2.209.302 601 6.400

10 toyo 51 63 6 280 1987 17 PU bekas 110.000 2 1987 trawl winch 2 2.858.723

11 Mina raya no. 25 47 5 235 1988 16 PU baru 4.600.000 6 1988 370.000 Trawl winch 1 2.753.230 617 4.598

61 5 239 1986,182 18 3.367.533 4 1986,182 203.333 2 3.251.818 372 6.225

GT >300 46 5 425

1 toyo 23 71 6 306 1997 7 PU bekas 1.152.431 2 1997 trawl winch 2 3.574.723

2 nusantara elok 50 5 450 1999 5 PU bekas 1.322.607 6 1999 Trawl winch 2 2.529.954 944 8.000

3 toyo 57 55 6 490 1992 12 PU bekas 198.000 2 1992 trawl winch 2 2.577.011

4 merpati II 53 5 532 1982 22 PU bekas 3 1982 3.514.841 2 14.800

5 Mina raya no. 22 18 7 352 1978 26 PU baru 112.500 6 1978 370.000 Trawl winch 1 1.807.476 906 6.897

6 Mina raya no. 24 31 3 417 1979 25 PU baru 2.900.000 6 1979 370.000 Trawl winch 1 882.108 481 6.270

rata-rata 46 5 425 1987,833 16 1.137.108 4 1987,833 370.000 2 2.481.019 583 8.992

111

Page 133: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Biaya Pemeliharaan ABK TEBAR/

HARI

operasi/

trip solar(rb) oli(rb) bekal(rb) SIB(rb)

retribusi

(rb)

bongkar

(rb)

tambat

(rb)

pungutan

(rb) upah(rb)

udang

putih

udang

windu

udang

lain

ikan

lainnya cumi

445.667 11.200 15 8 1.284 526.750 42.168 32.000 400 4.000 100 59.592 102.599 5.454 15.207 22.248

438.154 9.200 15 8 1.284 523.250 52.208 32.000 400 4.000 300 60.165 85.046 6.662 15.161 20.936

892.731 19.000 16 8 1.236 875.000 54.216 50.000 1.000 7.500 500 67.614 119.015 5.080 20.054 38.575

756.413 10.600 8 1.188 695.625 48.000 40.000 800 6.000 400 78.501 132.813 1.368 19.611 36.102

534.623 11.400 17 8 1.452 570.500 36.144 30.000 600 4.500 300 78.501 66.779 2.162 16.929 23.540

726.347 15.200 16 8 1.164 741.300 56.000 60.000 800 6.000 400 78.501 55.285 2.612 17.953 31.508

920.880 16.250 25 8 1.212 872.375 42.000 55.000 1.000 7.500 500 78.501 162.130 4.776 21.353 40.031

557.120 7.800 18 8 1.260 523.250 46.184 33.000 600 4.500 300 78.501 76.186 2.462 15.034 31.830

570.146 13.500 18 8 1.260 525.000 36.000 30.000 550 4.500 300 78.501 102.496 3.030 15.993 23.481

535.050 9.000 17 8 1.260 525.000 30.000 30.000 450 4.500 300 78.501 73.500 3.908 17.917 31.352

3.474.777 1.350 9 8 576 1.928.026 76.323 82.319 13.500 3.943 10.800 1.800 78.501 1.358.066 78.146

505.150 12 8 190.000 3.135 3.270 9.550 11.582

368.190 16 7 1.248 281.800 37.800 45.586 2.550 454 3.606 7.739 16.969

427.708 15 8 334.900 46.000 43.797 2.550 462 910 5.897 14.478

463.642 21 378.450 44.100 38.854 1.700 538 3.864 3.447 7.982

774.440 16 8 1.202 632.748 43.352 43.040 1.921 3.943 5.800 475 74.125 212.174 8.487 14.417 25.044

2.437.566 1.350 9 6 360 1.636.652 66.783 73.114 13.500 2.558 10.800 1.800 86.523 632.359 60.282

3.361.601 875 9 6 576 1.909.429 66.783 82.845 10.500 3.596 8.400 1.400 86.523 1.278.648 73.192

3.511.525 1.050 9 6 576 1.314.281 66.783 67.591 10.500 4.588 8.400 1.400 86.523 2.037.982 70.248

2.967.166 1.350 9 6 360 1.866.031 76.323 82.845 13.500 3.269 10.800 1.800 86.523 912.597 88.356

18 7 1.680 87.096 7.252 22.416 26.666 44.740 7.570

18 7 11 87.096 9.588 16.814 18.621 18.240 2.920

18 7 48 87.096 8.728 22.450 28.138 55.700 3.140

2.722.000 495.000 17 8 1.632 1.013.000 99.000 200.000 25.000 50.000 25.000 10.000 89.388 600.000 4.190 25.741 26.875

2.120.000 410.000 17 8 1.560 760.000 72.000 160.000 20.000 32.000 28.000 8.000 89.388 480.000 5.696 23.279 23.613

2.663.000 390.000 18 8 1.536 1.067.000 90.000 176.000 25.000 20.000 25.000 15.000 89.961 600.000 13.406 28.187 24.282

2.766.000 400.000 18 7 1.512 1.096.000 90.000 200.000 25.000 20.000 25.000 15.000 89.961 600.000 9.976 26.290 25.890

2.224.000 320.000 18 8 1.560 932.000 72.000 152.000 20.000 16.000 20.000 12.000 93.399 480.000 3.928 31.973 24.475

2.138.000 320.000 18 9 1.536 902.000 72.000 152.000 16.000 12.000 12.000 12.000 93.399 460.000 7.564 18.435 19.529

3.335.745 1.200 9 6 360 1.680.048 81.093 71.273 13.500 4.087 10.800 1.800 95.118 1.456.262 73.757

2.909.975 1.350 9 6 384 1.698.647 76.322 82.319 13.500 3.361 10.800 1.800 95.118 1.023.226 70.847

2.851.000 520.000 18 8 1.536 1.122.000 108.000 225.000 25.000 40.000 56.000 10.000 95.118 600.000 9.062 35.583 30.919

2.859.000 525.000 18 7 1.584 1.156.000 90.000 225.000 25.000 18.000 10.000 10.000 95.118 600.000 5.476 34.982 25.885

925.203 7 559.168 112.150 89.807 97.410 164.078 7.446 12.002 15.766

97.983

97.983

22 7 2.040 101.421

1.263.394 17 1.106.494 75.000 76.283 4.250 1.367 4.448 10.184 16.204

904.538 17 774.930 63.350 61.810 3.400 1.049 4.136 5.132 10.598

849.369 705.974 73.028 65.744 3.400 1.224 5.924 12.211 20.224

2.378.282 241.941 15 7 1.047 1.183.314 80.590 124.646 15.709 16.390 18.643 6.214 91.816 795.010 25.881 21.712 22.512 39.560 4.543

112

Page 134: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Biaya Pemeliharaan ABK TEBAR/

HARI

operasi/

trip solar(rb) oli(rb) bekal(rb) SIB(rb)

retribusi

(rb)

bongkar

(rb)

tambat

(rb)

pungutan

(rb) upah(rb)

udang

putih

udang

windu

udang

lain

ikan

lainnya cumi

Solar Oli Bekal SIB

Retribu

Bongka Tambat Php

1.497.489 11.200 19 8 1.460 1.219.750 52.000 40.000 400 6.000 400 116.892 198.289 11.046 28.810 33.169

25 7 792 118.038 9.074 18.956 20.659 27.360 2.300

1.372.471 7 1.363.450 63.930 151.674 131.217 182.001 11.376 17.264 12.585

2.458.000 370.000 23 8 1.584 1.098.000 84.000 160.000 20.000 24.000 24.000 8.000 133.509 500.000 6.202 26.020 23.120

1.447.864 7 1.094.459 81.000 85.843 137.520 186.562 80.425 20.854 23.289

1.718.250 7 1.390.419 82.709 94.834 139.239 150.288 10.786 24.025 20.753

1.109.685 16.800 19 8 1.508 695.625 66.000 60.000 800 6.000 800 140.958 94.347 3.652 30.741 40.005

23 7 936 144.969 9.338 21.266 26.973 28.090 4.020

2.344.000 320.000 22 8 840 992.000 96.000 142.000 20.000 16.000 20.000 8.000 148.980 500.000 5.242 19.670 16.001

25 7 1.464 160.440 10.992 18.497 22.766 34.260 1.940

980.211 19 839.532 44.328 91.360 4.250 741 6.536 15.792 27.100

1.615.996 179.500 22 7 1.226 1.086.654 71.246 103.214 9.090 20.000 14.000 3.588 137.176 258.784 14.970 21.990 24.220 29.903 2.753

26 7 48 175.338 16.400 24.099 28.602 31.690 8.490

3.906.000 350.000 24 8 1.008 1.554.000 96.000 225.000 25.000 30.000 30.000 257.850 476.000 7.886 20.837 18.128

31 7 288 280.770 12.892 19.161 22.474 55.938 7.240

3.396.231 27 7 2.872.853 149.760 167.851 304.836 205.768 22.347 22.107 21.754

1.684.117 18 1.545.252 66.476 66.890 4.150 1.349 4.470 10.408 16.404

974.029 14 853.662 62.000 55.047 2.550 770 2.472 4.703 8.188

2.490.094 350.000 23 7 448 1.706.442 93.559 128.697 3.350 25.000 30.000 10.706 254.699 340.884 11.078 16.886 19.258 43.814 7.865

113

Page 135: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

lobster udang putih

(rb)

udang

windu (rb)

udang lain

(rb)

ikan

lainnya

(rb)

cumi (rb) lobster

(rb) kasko mesin

alat

tangkap

alat

bantu

279.790 821.151 1.201.392 4.000 6.000 800 400

341.761 818.694 1.130.544 4.000 4.000 800 400

260.604 1.082.889 2.083.023 7.500 8.000 2.500 1.000

70.178 1.058.967 1.949.508 4.500 4.800 1.500 600

110.911 914.166 1.271.160 4.500 4.800 1.500 600

133.996 969.462 1.701.432 6.000 6.400 2.000 800

245.009 1.153.035 2.161.674 5.000 7.500 2.500 1.250

126.301 811.836 1.718.820 3.000 3.000 1.200 600

155.439 863.622 1.267.974 4.500 7.500 900 600

200.480 967.491 1.693.008 3.000 4.500 900 600

3.718.565 450 450 225 225

374.088 924.343 203.843

412.526 749.087 298.646

104.104 570.781 254.813

442.042 333.621 140.483

465.053 859.939 1.219.737 4.223 5.177 1.348 643

2.887.565 450 450 225 225

3.522.835 350 175 175 175

3.352.015 350 350 175 175

4.270.479 450 450 225 225

372.028 1.210.464 1.439.937 84.013 18.070

491.864 907.929 1.005.507 32.659 6.770

447.746 1.212.300 1.519.452 122.414 9.883

226.260 1.390.014 1.451.250 330.000 140.000 25.000

307.584 1.257.066 1.275.102 280.000 110.000 20.000

723.924 1.522.098 1.311.228 240.000 125.000 25.000

538.704 1.419.660 1.398.060 250.000 125.000 25.000

212.112 1.726.542 1.321.650 200.000 100.000 20.000

408.456 995.490 1.054.566 200.000 100.000 20.000

3.559.866 400 400 200 200

3.359.378 450 450 225 225

489.348 1.921.482 1.669.626 350.000 125.000 45.000

295.704 1.889.028 1.397.790 350.000 125.000 50.000

381.954 648.081 851.364

508.851 994.763 285.190

473.158 496.729 186.525

669.698 367.646 131.120

1.309.501 1.197.286 1.086.558 79.696 11.574 408 157.305 67.945 16.516

114

Page 136: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

lobster udang putih

(rb)

udang

windu (rb)

udang lain

(rb)

ikan

lainnya

(rb)

cumi (rb) lobster

(rb) kasko mesin

alat

tangkap

alat

bantu

566.660 1.555.713 1.791.126 6.000 4.000 400 800

465.496 958.365 1.080.918 47.815 6.660

583.589 932.256 679.590

334.908 1.405.080 1.248.480 250.000 100.000 20.000

4.125.803 1.126.116 1.257.606

553.296 1.297.323 1.120.662

187.348 1.659.987 2.160.243 6.500 7.500 2.000 800

89.507 475.756 981.963 1.273.455 59.263 13.270 283.068 1.062.180 864.054 200.000 100.000 20.000

563.890 998.811 1.229.364 60.328 6.330

747.718 1.528.569 476.942

89.507 807.957 1.227.851 1.198.404 55.802 8.753 6.250 115.375 50.600 10.400

819.979 1.200.231 1.458.189 70.406 25.918

425.844 1.125.198 978.912 225.000 75.000 50.000

661.257 877.986 914.788 100.450 22.531

1.146.401 1.193.751 1.174.689

511.368 1.007.398 288.710

282.797 455.202 144.109

641.274 976.628 826.566 85.428 24.224 225.000 75.000 50.000

115

Page 137: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

119

Model Name = CCR-I In Rank order

No. DMU Score Rank Rank DMU Score

1 binama no. 15 1 1 1 binama no. 11 1

2 binama no. 12 1 1 1 binama no. 15 1

3 binama no. 1 0,985674 14 1 binama no. 12 1

4 binama no. 10 1 1 1 merbuk II 1

5 binama no. 2 0,95848 16 1 binama no. 10 1

6 binama no. 3 0,908425 19 1 binama no. 16 1

7 binama no. 5 1 1 1 nusa asri 1

8 binama no. 6 1 1 1 binama no. 5 1

9 binama no. 7 0,909066 18 1 binama no. 6 1

10 binama no. 8 1 1 1 nusantara bina 1

11 khamsin A 1 1 1 binama no. 8 1

12 minaraya no. 16 0,615854 33 1 khamsin A 1

13 Mina raya no, 11 0,741987 29 1 Mina raya no. 21 1

14 Mina raya no, 14 0,467863 39 14 binama no. 1 0,985674

15 Mina raya no. 21 1 1 15 nusa ayu 0,98311

16 nusantara maju 0,820084 22 16 binama no. 2 0,95848

17 nusantara utama 0,795926 24 17 nusa aman 1 0,912921

18 nusa aman 1 0,912921 17 18 binama no. 7 0,909066

19 nusa aman 2 0,855143 20 19 binama no. 3 0,908425

20 nusantara bina 1 1 20 nusa aman 2 0,855143

21 nusantara megah 0,67051 31 21 mentilau II 0,82521

22 nusa asri 1 1 22 nusantara maju 0,820084

23 nusa ayu 0,98311 15 23 nusantara jaya 2 0,81619

24 merbah 0,548004 37 24 nusantara utama 0,795926

25 Mina raya no. 18 0,625536 32 25 Mina raya no. 25 0,785877

26 Mina raya no. 20 0,588284 35 26 merpati II 0,771825

27 minaraya no. 17 0,557114 36 27 nusantara elok 0,768303

28 binama no. 16 1 1 28 Mina raya no. 22 0,763095

29 merawal II 0,607788 34 29 Mina raya no, 11 0,741987

30 nusantara agung 0,738761 30 30 nusantara agung 0,738761

31 merbuk II 1 1 31 nusantara megah 0,67051

32 mentilau II 0,82521 21 32 Mina raya no. 18 0,625536

33 binama no. 11 1 1 33 minaraya no. 16 0,615854

34 nusantara jaya 2 0,81619 23 34 merawal II 0,607788

35 Mina raya no. 25 0,785877 25 35 Mina raya no. 20 0,588284

36 nusantara elok 0,768303 27 36 minaraya no. 17 0,557114

37 merpati II 0,771825 26 37 merbah 0,548004

38 Mina raya no. 22 0,763095 28 38 Mina raya no. 24 0,509398

39 Mina raya no. 24 0,509398 38 39 Mina raya no, 14 0,467863

Page 138: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

120

No. of DMUs = 39

No. of Input items = 4

Input(1) = HARI TRIP

Input(2) = GT

Input(3) = UMUR

Input(4) = BIAYA

No. of Output items = 4

Output(1) = PENDAPATAN

Output(2) = PUTIH

Output(3) = WINDU

Output(4) = LAIN

Returns to Scale = Constant (0 =< Sum of Lambda < Infinity)

Statistics on Input/Output Data

HARI TRIP GT UMUR BIAYA PENDAPATAN PUTIH WINDU LAIN

Max 351,000 532,000 33,000 3906000,000 6509524,500 80425,000 35583,000 40031,000

Min 90,000 104,000 2,000 368190,000 882107,600 910,000 3447,000 7982,000

Average 228,692 197,231 21,769 1507447,455 2681327,632 7855,557 18499,675 23087,495

SD 68,731 93,003 9,585 993808,189 1088039,704 12402,181 8150,653 8210,960

Correlation

HARI TRIP GT UMUR BIAYA PENDAPATAN PUTIH WINDU LAIN

HARI TRIP 1,000 -0,100 -0,437 0,647 0,747 0,197 0,814 0,480

GT -0,100 1,000 -0,109 0,436 -0,004 0,225 -0,002 -0,265

UMUR -0,437 -0,109 1,000 -0,509 -0,396 -0,107 -0,418 -0,060

BIAYA 0,647 0,436 -0,509 1,000 0,427 0,155 0,537 -0,080 PENDA PATAN 0,747 -0,004 -0,396 0,427 1,000 0,636 0,703 0,558

PUTIH 0,197 0,225 -0,107 0,155 0,636 1,000 0,165 -0,003

WINDU 0,814 -0,002 -0,418 0,537 0,703 0,165 1,000 0,628

LAIN 0,480 -0,265 -0,060 -0,080 0,558 -0,003 0,628 1,000

DMUs with inappropriate Data with respect to the chosen Model

No. DMU

None

No. of DMUs 39

Average 0,834113

SD 0,167876

Maximum 1

Minimum 0,467863

Page 139: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

121

Frequency in Reference Set

Peer set Frequency to other DMUs

binama no. 15 6

binama no. 12 0

binama no. 10 5

binama no. 5 4

binama no. 6 1

binama no. 8 3

khamsin A 1 Mina raya no. 21 17

nusantara bina 6

nusa asri 8

binama no. 16 7

merbuk II 21

binama no. 11 8

No. of DMUs in Data = 39

No. of DMUs with inappropriate Data = 0

No. of evaluated DMUs = 39

Average of scores = 0,8341135

No. of efficient DMUs = 13

No. of inefficient DMUs = 26

No. of over iteration DMUs = 0

[CCR-I] LP started at 05-24-2005 11:58:32 and completed at 05-24-2005 11:58:32

Elapsed time = 0 seconds

Total number of simplex iterations = 356

Page 140: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

122

No. DMU Score

I/O Data Projection Difference %

1 binama no. 15 1

HARI TRIP 171 171 0 0,00%

GT 104 104 0 0,00%

UMUR 9 9 0 0,00%

BIAYA 445666,6 445666,6 0 0,00%

PENDAPATAN 2302333 2302333 0 0,00%

PUTIH 5454 5454 0 0,00%

WINDU 15206,5 15206,5 0 0,00%

LAIN 22248 22248 0 0,00%

2 binama no. 12 1

HARI TRIP 228 228 0 0,00%

GT 105 105 0 0,00%

UMUR 10 10 0 0,00%

BIAYA 438154,4 438154,4 0 0,00%

PENDAPATAN 2290999 2290999 0 0,00%

PUTIH 6662 6662 0 0,00%

WINDU 15161 15161 0 0,00%

LAIN 20936 20936 0 0,00%

3 binama no. 1 0,985674

HARI TRIP 281 276,3526 -4,64741 -1,65%

GT 137 135,0373 -1,96271 -1,43%

UMUR 29 28,27293 -0,72707 -2,51%

BIAYA 892730,9 879941,4 -12789,5 -1,43%

PENDAPATAN 3426516 3461912 35395,56 1,03%

PUTIH 5080 5080 0 0,00%

WINDU 20053,5 20708,97 655,4733 3,27%

LAIN 38574,5 38574,5 0 0,00%

4 binama no. 10 1

HARI TRIP 222 222 0 0,00%

GT 137 137 0 0,00%

UMUR 24 24 0 0,00%

BIAYA 756412,9 756412,9 0 0,00%

PENDAPATAN 3078653 3078653 0 0,00%

PUTIH 1368 1368 0 0,00%

WINDU 19610,5 19610,5 0 0,00%

LAIN 36102 36102 0 0,00%

5 binama no. 2 0,95848

HARI TRIP 180,99 173,4753 -7,51474 -4,15%

GT 137 126,806 -10,194 -7,44%

UMUR 29 13,28963 -15,7104 -54,17%

BIAYA 534623,2 512425,6 -22197,7 -4,15%

PENDAPATAN 2296237 2296237 0 0,00%

PUTIH 2162 5457,487 3295,487 152,43%

WINDU 16929 16929 0 0,00%

LAIN 23540 25317,05 1777,054 7,55%

Page 141: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

123

6 Binama no. 3 0,908425

HARI TRIP 225 204,3957 -20,6043 -9,16%

GT 137 124,4543 -12,5457 -9,16%

UMUR 27 19,48085 -7,51915 -27,85%

BIAYA 726346,7 659831,9 -66514,8 -9,16%

PENDAPATAN 2804890 2804890 0 0,00%

PUTIH 2612 2612 0 0,00%

WINDU 17953 17953 0 0,00%

LAIN 31508 31508 0 0,00%

7 binama no. 5 1

HARI TRIP 286 286 0 0,00%

GT 137 137 0 0,00%

UMUR 29 29 0 0,00%

BIAYA 920880,5 920880,5 0 0,00%

PENDAPATAN 3559718 3559718 0 0,00%

PUTIH 4776 4776 0 0,00%

WINDU 21352,5 21352,5 0 0,00%

LAIN 40031 40031 0 0,00%

8 binama no. 6 1

HARI TRIP 180 180 0 0,00%

GT 137 137 0 0,00%

UMUR 29 29 0 0,00%

BIAYA 557120,4 557120,4 0 0,00%

PENDAPATAN 2656957 2656957 0 0,00%

PUTIH 2462 2462 0 0,00%

WINDU 15034 15034 0 0,00%

LAIN 31830 31830 0 0,00%

9 binama no. 7 0,909066

HARI TRIP 180 163,6318 -16,3682 -9,09%

GT 137 123,4568 -13,5432 -9,89%

UMUR 28 12,62533 -15,3747 -54,91%

BIAYA 570146,3 518300,4 -51845,9 -9,09%

PENDAPATAN 2287035 2287035 0 0,00%

PUTIH 3030 7541,867 4511,867 148,91%

WINDU 15993 15993 0 0,00%

LAIN 23481 23481 0 0,00%

10 binama no. 8 1

HARI TRIP 227 227 0 0,00%

GT 137 137 0 0,00%

UMUR 27 27 0 0,00%

BIAYA 535050,4 535050,4 0 0,00%

PENDAPATAN 2860979 2860979 0 0,00%

PUTIH 3908 3908 0 0,00%

WINDU 17916,5 17916,5 0 0,00%

LAIN 31352 31352 0 0,00%

Page 142: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

124

11 khamsin A 1

HARI TRIP 288,99 288,99 0 0,00%

GT 118 118 0 0,00%

UMUR 2 2 0 0,00%

BIAYA 3474777 3474777 0 0,00%

PENDAPATAN 3718565 3718565 0 0,00%

PUTIH 3270 3270 0 0,00%

WINDU 9550 9550 0 0,00%

LAIN 11582 11582 0 0,00%

12 minaraya no. 16

0,615854

HARI TRIP 196 120,7074 -75,2926 -38,41%

GT 142 78,44886 -63,5511 -44,75%

UMUR 31 14,83755 -16,1624 -52,14%

BIAYA 505150 311098,7 -194051 -38,41%

PENDAPATAN 1502274 1574080 71805,98 4,78%

PUTIH 3606 3606 0 0,00%

WINDU 7739 9845,113 2106,113 27,21%

LAIN 16969 16969 0 0,00%

13 Mina raya no, 11

0,741987

HARI TRIP 156 115,75 -40,25 -25,80%

GT 143 69,89446 -73,1055 -51,12%

UMUR 32 13,76386 -18,2361 -56,99%

BIAYA 368190 273192,3 -94997,7 -25,80%

PENDAPATAN 1460259 1460259 0 0,00%

PUTIH 910 2025,643 1115,643 122,60%

WINDU 5897 9136,052 3239,052 54,93%

LAIN 14478 15981,42 1503,417 10,38%

14 Mina raya no, 14

0,467863

HARI TRIP 112 52,40064 -59,5994 -53,21%

GT 146 42,51979 -103,48 -70,88%

UMUR 32 7,32183 -24,6782 -77,12%

BIAYA 427708 200108,7 -227599 -53,21%

PENDAPATAN 929698 929698 0 0,00%

PUTIH 3864 5182,118 1318,118 34,11%

WINDU 3447 4345,298 898,2979 26,06%

LAIN 7982 7982 0 0,00%

15 Mina raya no. 21

1

HARI TRIP 90 90 0 0,00%

GT 149 149 0 0,00%

UMUR 26 26 0 0,00%

BIAYA 463642 463642 0 0,00%

PENDAPATAN 916146 916146 0 0,00%

PUTIH 3511,714 3511,714 0 0,00%

WINDU 14417,32 14417,32 0 0,00%

LAIN 25043,82 25043,82 0 0,00%

Page 143: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

125

16 Nusantara maju

0,820084

HARI TRIP 339 263,1645 -75,8355 -22,37%

GT 156 127,933 -28,067 -17,99%

UMUR 31 9,07423 -21,9258 -70,73%

BIAYA 2722000 1896630 -825370 -30,32%

PENDAPATAN 3067524 3185053 117529,2 3,83%

PUTIH 4190 6416,589 2226,589 53,14%

WINDU 25741 25741 0 0,00%

LAIN 26875 26875 0 0,00%

17

Nusantara

utama

0,795926

HARI TRIP 277 220,4715 -56,5285 -20,41%

GT 156 124,1645 -31,8355 -20,41%

UMUR 31 13,08303 -17,917 -57,80%

BIAYA 2120000 1614992 -505008 -23,82%

PENDAPATAN 2839752 2839752 0 0,00%

PUTIH 5696 5793,599 97,59948 1,71%

WINDU 23279 23279 0 0,00%

LAIN 23613 23613 0 0,00%

18 Nusa aman 1 0,912921

HARI TRIP 323 274,2001 -48,7999 -15,11%

GT 157 143,3286 -13,6714 -8,71%

UMUR 10 5,541767 -4,45823 -44,58%

BIAYA 2663000 2239924 -423076 -15,89%

PENDAPATAN 3557250 3573749 16498,68 0,46%

PUTIH 13406 13406 0 0,00%

WINDU 28187 28187 0 0,00%

LAIN 24282 24920,92 638,9248 2,63%

19 Nusa aman 2 0,855143

HARI TRIP 332 265,4561 -66,5439 -20,04%

GT 157 134,2574 -22,7426 -14,49%

UMUR 10 7,939376 -2,06062 -20,61%

BIAYA 2766000 2006360 -759640 -27,46%

PENDAPATAN 3356424 3356424 0 0,00%

PUTIH 9976 9976 0 0,00%

WINDU 26290 26290 0 0,00%

LAIN 25890 25890 0 0,00%

20 Nusantara bina 1

HARI TRIP 258 258 0 0,00%

GT 163 163 0 0,00%

UMUR 27 27 0 0,00%

BIAYA 2224000 2224000 0 0,00%

PENDAPATAN 3260304 3260304 0 0,00%

PUTIH 3928 3928 0 0,00%

WINDU 31973 31973 0 0,00%

LAIN 24475 24475 0 0,00%

Page 144: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

126

21 Nusantara megah

0,67051

HARI TRIP 260 174,3326 -85,6674 -32,95%

GT 163 109,2931 -53,7069 -32,95%

UMUR 27 14,6947 -12,3053 -45,58%

BIAYA 2138000 1193561 -944439 -44,17%

PENDAPATAN 2458512 2458512 0 0,00%

PUTIH 7564 7851,97 287,9703 3,81%

WINDU 18435 18435 0 0,00%

LAIN 19529 19529 0 0,00%

22 Nusa asri 1

HARI TRIP 340 340 0 0,00%

GT 166 166 0 0,00%

UMUR 5 5 0 0,00%

BIAYA 2851000 2851000 0 0,00%

PENDAPATAN 4080456 4080456 0 0,00%

PUTIH 9062 9062 0 0,00%

WINDU 35583 35583 0 0,00%

LAIN 30919 30919 0 0,00%

23 Nusa ayu 0,98311

HARI TRIP 351 334,2574 -16,7426 -4,77%

GT 166 163,1962 -2,80375 -1,69%

UMUR 5 4,91555 -8,45E-02 -1,69%

BIAYA 2859000 2802846 -56153,6 -1,96%

PENDAPATAN 3582522 4011537 429014,7 11,98%

PUTIH 5476 8908,942 3432,942 62,69%

WINDU 34982 34982 0 0,00%

LAIN 25885 30396,78 4511,775 17,43%

24 Merbah 0,548004

HARI TRIP 217 118,9168 -98,0832 -45,20%

GT 170 93,16065 -76,8393 -45,20%

UMUR 24 8,61921 -15,3808 -64,09%

BIAYA 925202,7 507014,6 -418188 -45,20%

PENDAPATAN 1881399 1881399 0 0,00%

PUTIH 7445,5 7445,5 0 0,00%

WINDU 12001,5 12001,5 0 0,00%

LAIN 15766 15766 0 0,00%

25

Mina raya no.

18

0,625536

HARI TRIP 152 95,0814 -56,9186 -37,45%

GT 198 117,8518 -80,1482 -40,48%

UMUR 31 16,3622 -14,6378 -47,22%

BIAYA 1263394 514924,8 -748469 -59,24%

PENDAPATAN 1788804 1788804 0 0,00%

PUTIH 4448 18583,98 14135,98 317,81%

WINDU 10184 10902,69 718,6853 7,06%

LAIN 16204 16204 0 0,00%

Page 145: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

127

26 Mina raya no. 20

0,588284

HARI TRIP 105 61,76981 -43,2302 -41,17%

GT 198 76,83672 -121,163 -61,19%

UMUR 30 10,70668 -19,2933 -64,31%

BIAYA 904538 334347,9 -570190 -63,04%

PENDAPATAN 1156412 1156412 0 0,00%

PUTIH 4136 11970,06 7834,062 189,41%

WINDU 5132 7112,94 1980,94 38,60%

LAIN 10598 10598 0 0,00%

27

Minaraya no.

17

0,557114

HARI TRIP 188 104,7374 -83,2626 -44,29%

GT 198 110,3085 -87,6915 -44,29%

UMUR 31 17,27052 -13,7295 -44,29%

BIAYA 849369 473195,1 -376174 -44,29%

PENDAPATAN 1168464 1429252 260788,1 22,32%

PUTIH 5924 5924 0 0,00%

WINDU 12211 12211 0 0,00%

LAIN 20224 20224 0 0,00%

28 Binama no. 16 1

HARI TRIP 264 264 0 0,00%

GT 204 204 0 0,00%

UMUR 5 5 0 0,00%

BIAYA 1497489 1497489 0 0,00%

PENDAPATAN 3913499 3913499 0 0,00%

PUTIH 11046 11046 0 0,00%

WINDU 28809,5 28809,5 0 0,00%

LAIN 33169 33169 0 0,00%

29 Merawal II 0,607788

HARI TRIP 251 152,5547 -98,4453 -39,22%

GT 229 139,1834 -89,8166 -39,22%

UMUR 22 13,37133 -8,62867 -39,22%

BIAYA 1372471 834171,2 -538300 -39,22%

PENDAPATAN 2195435 2455076 259641,5 11,83%

PUTIH 11376 11376 0 0,00%

WINDU 17264 17264 0 0,00%

LAIN 12585 20793,47 8208,472 65,22%

30

Nusantara

agung

0,738761

HARI TRIP 289 213,5019 -75,4981 -26,12%

GT 233 172,1313 -60,8687 -26,12%

UMUR 33 24,37911 -8,62089 -26,12%

BIAYA 2458000 1554929 -903071 -36,74%

PENDAPATAN 2988468 2988468 0 0,00%

PUTIH 6202 9841,273 3639,273 58,68%

WINDU 26020 26020 0 0,00%

LAIN 23120 25826,26 2706,259 11,71%

Page 146: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

128

31 Merbuk II 1

HARI TRIP 258 258 0 0,00%

GT 240 240 0 0,00%

UMUR 22 22 0 0,00%

BIAYA 1447864 1447864 0 0,00%

PENDAPATAN 6509525 6509525 0 0,00%

PUTIH 80425 80425 0 0,00%

WINDU 20854 20854 0 0,00%

LAIN 23289 23289 0 0,00%

32 Mentilau II 0,82521

HARI TRIP 245 202,1765 -42,8235 -17,48%

GT 243 200,5261 -42,4739 -17,48%

UMUR 22 18,15463 -3,84537 -17,48%

BIAYA 1718250 1057502 -660748 -38,45%

PENDAPATAN 2971281 2971281 0 0,00%

PUTIH 10785,5 10785,5 0 0,00%

WINDU 24024,5 24024,5 0 0,00%

LAIN 20753 32014,91 11261,91 54,27%

33 Binama no. 11 1

HARI TRIP 267 267 0 0,00%

GT 246 246 0 0,00%

UMUR 17 17 0 0,00%

BIAYA 1109685 1109685 0 0,00%

PENDAPATAN 4007578 4007578 0 0,00%

PUTIH 3652 3652 0 0,00%

WINDU 30740,5 30740,5 0 0,00%

LAIN 40004,5 40004,5 0 0,00%

34

Nusantara jaya

2

0,81619

HARI TRIP 214 174,6646 -39,3354 -18,38%

GT 260 145,5034 -114,497 -44,04%

UMUR 8 6,529517 -1,47048 -18,38%

BIAYA 2344000 984536,7 -1359463 -58,00%

PENDAPATAN 2209302 2533778 324475,8 14,69%

PUTIH 5242 7274,45 2032,45 38,77%

WINDU 19670 19670 0 0,00%

LAIN 16001 23766,25 7765,248 48,53%

35

Mina raya no.

25

0,785877

HARI TRIP 235 184,681 -50,319 -21,41%

GT 235 162,5018 -72,4982 -30,85%

UMUR 16 12,57403 -3,42597 -21,41%

BIAYA 980211 770325,1 -209886 -21,41%

PENDAPATAN 2753230 2753230 0 0,00%

PUTIH 6536 6536 0 0,00%

WINDU 15792 20333,02 4541,016 28,76%

LAIN 27100 27100 0 0,00%

Page 147: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

Lampiran 3. Proses Iterasi DEA kapal-kapal pukat udang

129

36 Nusantara elok 0,768303

HARI TRIP 248 190,5393 -57,4607 -23,17%

GT 450 147,9963 -302,004 -67,11%

UMUR 5 3,841517 -1,15848 -23,17%

BIAYA 3906000 1080348 -2825652 -72,34%

PENDAPATAN 2529954 2820522 290567,6 11,49%

PUTIH 7886 7969,902 83,90237 1,06%

WINDU 20837 20837 0 0,00%

LAIN 18128 24071,01 5943,014 32,78%

37 Merpati II 0,771825

HARI TRIP 263 202,9899 -60,0101 -22,82%

GT 532 196,5053 -335,495 -63,06%

UMUR 22 16,98015 -5,01985 -22,82%

BIAYA 3396231 1039954 -2356278 -69,38%

PENDAPATAN 3514841 3514841 0 0,00%

PUTIH 22347 22347 0 0,00%

WINDU 22106,5 22106,5 0 0,00%

LAIN 21753,5 28622,97 6869,469 31,58%

38 Mina raya no. 22

0,763095

HARI TRIP 126 96,14999 -29,85 -23,69%

GT 352 119,2453 -232,755 -66,12%

UMUR 26 16,56546 -9,43454 -36,29%

BIAYA 1684117 520668,1 -1163449 -69,08%

PENDAPATAN 1807476 1807476 0 0,00%

PUTIH 4470 18766,89 14296,89 319,84%

WINDU 10408 11032,77 624,7686 6,00%

LAIN 16404 16404 0 0,00%

39 Mina raya no. 24

0,509398

HARI TRIP 93 47,37404 -45,626 -49,06%

GT 417 59,1607 -357,839 -85,81%

UMUR 25 8,276326 -16,7237 -66,89%

BIAYA 974029 256279,8 -717749 -73,69%

PENDAPATAN 882107,6 882107,6 0 0,00%

PUTIH 2472 9093,464 6621,464 267,86%

WINDU 4703 5480,527 777,5274 16,53%

LAIN 8188 8188 0 0,00%

Page 148: ALTERNATIF PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT · PDF file2.1 Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 1 Kerangka pemecahan masalah analisis pengelolaan SDI Udang di Laut Arafura

130

Lampiran 4. Kerangka logis (logical framework) alternatif Pengelolaan Perikanan Udang

Policy objective

(sasaran kebijakan)

Outcome

(keluaran)

Indikator Cara verifikasi Resiko dan asumsi

Penerapan kuota 5%

a.Manfaat ekonomi lebih

baik

b.Produksi lestari meningkat

a.Rente ekonomi mening

kat hampir 2 kali lipat.

b.Kurva produksi lestari

lebih baik

Produksi penangkapan

dikurangi 5% dari yg ada

saat ini.

a.Biaya monitoring dan penegakan

hukum mahal.

b.Resistensi pengusaha/pemilik

kapal.

Pengurangan jumlah

Kapal maximum 15%

a.Terhindarnya overfishing

dan overcapacity.

b.Meningkatkan efisiensi

a.Effort menurun

b.Efisiensi meningkat

Pengurangan jumlah ka

pal berdasarkan usia yg

di atas 30 th.

a.Resistensi pemilik kapal tinggi

b.Penurunan produksi udang nasi-

onal.

c.Biaya sosial tinggi (PHK)

Penutupan musim

Penangkapan bln Juni

a.Produksi tangkapan tahunan

stabil

b.Meningkatnya efisiensi, ter-

hindarnya overcapacity

a.Siklus tangkapan membaik

b.Rasio produksi dan effort

membaik

Selama bulan Juni tidak

ada kapal menangkap

Mudah diterima pemilik kapal dan

resiko resistensi dan kegagalan kecil,

serta biaya tidak terlalu mahal.

Tidak ada kebijakan

baru (tetap spt biasa)

Terjadi penuruanan rente eko-

nomi dan produktivitas

Usaha penangkapan udang

semakin tidak menguntung

kan, biaya operasional ma-

kin tinggi.

Evaluasi hasil kegiatan

penangkapan dari aspek

produksi dan ekonomi

Sumberdaya ikan makin degradasi,

terjadi overcapitalisasi dan inefisi-

ensi usaha, makin tidak mengun-

tungkan.