ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH....

71
ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. TURAICHAN ADJHURI DALAM ILMU FALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : LEGINA NADHILAH QOMARANI NIM : 11140440000120 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Transcript of ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH....

Page 1: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. TURAICHAN

ADJHURI DALAM ILMU FALAK DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(S.H)

Oleh :

LEGINA NADHILAH QOMARANI

NIM : 11140440000120

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

ii

Page 3: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang
Page 4: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang
Page 5: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

v

ABSTRAK

Legina Nadhilah Qomarani. NIM 11140440000120. ALMANAK MENARA

KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. TURAICHAN ADJHURI DALAM ILMU

FALAK DI INDONESIA. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

vii +50 halaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

digunakan dalam penyusunan kalender hijriyah di Indonesia dan untuk

mengetahui bagaimana konsep argumen normatif dan aplikasi Almanak Menara

Kudus dalam wacana hisab di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif dimana metode ini

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang dapat

dijadikan sumber informasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sosio-historis, yaitu pendekatan sosiologis untuk menganalisa perbedaan

gagasan pemikiran KH. Turaichan mengenai wacana hisab Almanak Menara

Kudus dan pendekatan historis yang digunakan untuk menganalisa alasan

terjadinya perbedaan gagasan pemikiran KH. Turaichan mengenai wacana hisab

Almanak Menara Kudus. Sumber data penelitian skripsi saya berupa sumber

primer (primary resources) yakni dokumen-dokumen Almanak Menara Kudus

yang dibuat oleh murid dari KH Turichan Adjhuri dan sumber sekundernya adalah

buku-buku, jurnal, makalah yang berkaitan dengan pembahasan. Serta teknik

pengumpulan data yang saya gunakan berupa dokumentasi dan wawancara secara

mendalam (indept interview) dengan pihak terkait yakni keluarga KH. Turaichan

Adjhuri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KH. Turaichan Adjhuri memiliki

sifat karismatik yang membuat dirinya teguh pendirian terhadap keputusan-

keputusan yang ia buat. Kriteria hisab yang digunakan di Indonesia sangat

beragam, terdapat wujudul hilal, imkận al-ru`yah MABIMS, dan imkận al-ru`yah

LAPAN. Perhitungan awal bulan Kamariah yang digunakan oleh KH. Turaichan

dalam Almanak Menara Kudus tergolong hisab Haqiqi Tahqiqi, perhitungan awal

bulan ini tergolong lebih maju dibandingkan dengan hisab-hisab lainnya. Dalam

perkembangan hisab rukyat di Indonesia metode ini lebih mutakhir untuk di

aplikasikan pada setiap penetapan awal bulan Kamariah.

Kata Kunci : Kontribusi Pemikiran, KH. Turaichan Adjhuri, Hisab.

Pembimbing : Dr. Hj. Maskufa, MA.

Daftar Pustaka : 1986-2018

Page 6: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang

dengan izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Almanak Menara Kudus: Studi Pemikiran KH Turaichan Adjhuri dalam

Ilmu Falak di Indonesia” Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat dan umatnya hingga

akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk motivator terbesar sepanjang

perjalanan hidup penulis terkhusus kedua orang tua yang sangat penulis cintai,

ayahanda Drs. H. Sudirman S, S.H.,M.H. dan ibunda Ernis, S.Pd. beserta kakak-

kakak penulis Dr. Ratih Listyana Chandra, S.H.,M.H., dan Cakra Satria Wibawa,

S.H. yang tiada lelah untuk memberikan semangat dan doa untuk penulis sehingga

penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat dan kasih sayang kepada mereka semua.

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa sedikit

banyak rintangan datang yang penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah

berkat rahmat dan inayah-Nya, kesungguhan serta dukungan berbagai pihak

secara langsung maupun tidak langsung segala rintangan tersebut dapat teratasi.

Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan

demikian, sudah sepatutnya pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Phil. H. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., selaku Ketua Progam Studi Hukum Keluarga

beserta Indra Rahmatullah, S.HI.M.H., selaku Sekretaris Program Studi

Hukum keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

vii

3. Dr.Hj. Maskufa, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang telah

sabar dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam

proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Hj. Mesraini, SH., M.Ag., selaku Dosen Penasihat Akademik penulis,

yang telah mendampingi hingga semester akhir dan seluruh Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik

dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Segenap Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membantu penulis dalam pengadaan refrensi-refrensi sebagai bahan rujukan

skripsi ini.

6. Pak Sirril Wafa yang telah membantu penulis untuk menjadi narasumber

penulis demi kelancaran skripsi ini.

7. Degea, yang tak pernah berhenti menyemangati penulis untuk selalu

mengerjakan skripsi ini dan tak pernah henti selalu mengingatkan penulis

dalam kebaikan.

8. Yang selalu memberikan semangat dan selalu ada selama 11 tahun untuk

penulis, Rulia Feriera

9. Sahabat-sahabat penulis yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan tugas

akhirnya, Najmi. Pebe, Icha, Aina, Aya, Hana,Ninuk, Shafira, Intan, Uli,

Firkan, gladis, Lia, Lintang, Ninuk, Anggun, Wina, dan Memes.

10. Para Istri nabi Khadijah, Zulaikha, Aisyah dan Zainab yang selalu menemani

penulis selama di bangku kuliah

11. Bang Amir yang telah memberikan penulis inspirasi Judul sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Ka Fachra, Ka Mela, Ka Ais,

dan Bang Andi terimaksih karena sudah turut andil dalam penyelesaian

skripsi ini.

12. Ody, Lutfah, Hamidah, Mawar terimakasih karena sudah memberikan banyak

bantuan dalam penyusunan skripsi ini hingga di titik pendaftaran wisuda.

Page 8: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

viii

13. Keluarga besar HMI dan teman-teman Hukum Keluarga 2014 yang namanya

tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas motivasi dan semangat

yang telah diberikan kepada penulis.

14. Dan untuk teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

dalam skripsi ini.

Jakarta, 24 Januari 2019

penulis

Page 9: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK…. ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Identifikasi ................................................................................. 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7

E. Metode Penelitian ...................................................................... 7

F. Review Studi Terdahulu ............................................................. 9

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 10

BAB II METODE HISAB DALAM PENYUSUNAN KALENDER

HIJRIYAH DI INDONESIA ....................................................... 11

A. Metode Hisab Wujudul Hilal ................................................... 15

B. Metode Hisab Imkan Rukyat MABIMS .................................. 19

C. Metode Hisab Imkan Rukyat LAPAN ..................................... 24

BAB III PROFIL KH TURAICHAN ADJHURI ..................................... 29

A. Asal Usul Keluarga dan Pendidikan ........................................ 29

B. Aktifitas dan Karir KH turaichan Adjhuri dalam Bidang Ilmu

Falak ......................................................................................... 33

C. Karya-Karya Intelektual KH. Turaichan Adjhuri .................... 37

Page 10: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

x

BAB VI ALMANAK MENARA KUDUS MENURUT KH

TURAICHAN ADJHURI ............................................................ 39

A. Konsep Hisab Almanak Menara Kudus ................................... 39

B. Argumen Normatif Penyusunan Almanak Menara Kudus ...... 41

C. Aplikasi Almanak Menara Kudus dalam Penentuan Awal

Bulan Hijriyah ......................................................................... 47

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 49

A. Kesimpulan ............................................................................... 49

B. Saran ......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...51

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………..53

Page 11: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak awal peradaban, manusia memerlukan metode untuk

membagi-bagi waktu dalam beberapa periode untuk kepentingan

kehidupan mereka sehari-hari. Metode tersebut disebut kalender atau

dalam bahasa Arab disebut Taqwim. Pembagian waktu menjadi hari,

bulan, dan tahun adalah berdasarkan peristiwa-peristiwa astronomis.1

Manusia dalam siklus hidupnya dari kelahiran, peristiwa-peristiwa penting

dalam hidup sampai saat kematiannya semua itu tercatat dalam angka-

angka kalender sehingga lebih mudah untuk diingat atau bahkan

diperingati.2 Sedangkan pembagian waktu menjadi jam dan minggu

merupakan pembagian berdasarkan kalender merupakan kebutuhan

masyarakat agraris sebagai cekpoint sebagai pelaksanaan pertanian dan

kebutuhan masyarakat urban untuk mengorganisir serta mengkoordinir

kegiatan-kegiatan mereka 3

Arti penting penanggalan dalam peradaban manusia selain

dirasakan di zaman kuno dan zaman modern, penanggalan tidak dapat

dikesampingkan walaupun telah memiliki berbagai teknologi, karena

penanggalan sangat penting dalam pengorganisasian waktu, baik dalam

aktivitas sehari-hari manusia dengan sesama, ataupun rutinitas ibadah yang

kaitannya merupakan kewajiban sebagi umat beragama.4

Sangat menarik bahwa Islam ternyata mengatur cukup jelas

meskipun tidak terlalu detil tingkah laku manusia bahkan sampai dengan

1 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak

Hisab Rukyat (Jakarta: MA RI, 2007) h. 32.

2 Maskufa, Ilmu Falaq, (Jakarta: GP Press, 2009, Cet. Pertama), h.181.

3 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama MA RI, Almanak Hisab Rukyat,

h.32.

4 Muhammad Hadi Bashori, Penanggalan Islam, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2013, Cet Pertama), h.4.

Page 12: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

2

cara-cara perhitungan dan pengorganisasian waktunya, dan ini diberikan

dalam kitab suci sebagai sumber hukum tertingginya. Ini menunjukan

bahwa sesungguhnya Islam adalah sebuah agama modern. Tugas umat

Islamlah sebetulnya untuk mengatur rujukan pengorganisasian waktunya

(kalender) dengan lebih detil lagi berdasarkan ilmu pengetahuan modern

yang berkembang.5 Allah SWT sesungguhnya telah menjadikan bulan dan

matahari yang beredar secara teratur pada orbitnya adalah agar dapat

dimanfaatkan manusia untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan

waktu. 6

Dengan adanya peredaran Bulan mengelilingi Bumi (dan juga

Bumi mengelilingi Matahari), maka manusia dapat menghitung hari-

harinya, baik hari-hari yang telah dilalui, sedang, atau akan dijalani.

Peristiwa tersebut kemudian dijadikan oleh umat manusia untuk membuat

penanggalan (kalender), baik kalender Syamsiah maupun Kamariah.7

Sistem yang didasarkan pada peradaran bumi mengelilingi

matahari, yang kemudian dikenal sebagai sistem syamsiah (solar system)

atau tahun surya. Satu tahun syamsiyah lamanya 365 hari (untuk tahun

pendek) dan 366 hari (untuk tahun panjang). Kedua, sistem ini yang

didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, yang dikenal sebagai

sistem kamariah (lunar system) atau tahun candra. Satu tahun kamariah

lamanya 354 (untuk tahun pendek) dan 355 hari (untuk tahun panjang)8

Almanak atau Kalender adalah penanggalan (daftar hari, minggu,

bulan, hari-hari raya dalam setahun) yang disertai dengan data

5 Tono Saksono, Mengkompromian Rukyat dan HIsab (Jakarta: PT Amythas

Publicita, 2007, Cet Pertama), h. 66.

6 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar,2015, Cet.Pertama) h. 16

7 Rupi’i Amri, “Upaya Penyatuan Kalender Islam di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Thomas Djamaludin)” , Ishraqi, X , 01, (Juni 2012), h.2.

8 Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang

Kehidupan Beragama, Hisab Rukyat dan Perbedaannya (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004) h.20.

Page 13: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

3

keastronomian, ramalan cuaca, dan sebagainya9.Penanggalan atau tarikh

yang membudaya di masyarakat Indonesia ini serta cara praktis digunakan

untuk menentukan peristiwa-peristiwa penting ada tiga macam:

1. Penanggalan/Tarikh Masehi

Tarikh Masehi disebut juga Syamsiah adalah tahun yang

menggunakan sistem perhitungan perjalanan Bumi dalam berevolusi

mengelilingi Matahari selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 2,8 detik

dalam satu tahun. Setiap tahun terdiri dari 12 buan, setiap bulan ada

yang berumur 31 hari, ada yang berumur 30 hari. Kecuali Februari,

jika berada di tahun Kabisat berumur 29 hari, dan jika berada di tahun

Basithah berumur 28 hari.10

2. Penanggalan/Tarikh Hijriyah

Tarikh Hijriah dikenal juga dengan nama tahun Kamariah karena

perhitungannya didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi.

Sebenarnya sistem ini sudah digunakan oleh bangsa Arab sejak zaman

kuno yang dikenal dengan sistem penanggalan bangsa Semit. Disebut

tarikh Hijriah karena permulaan tahun tarikh ini dimulai saat hijrahnya

Nabi Muhammad SAW, dari Makkah ke Madinah, nama-nama bulan

dalam satu tahun sekalipun menggunakan dasar perhitungan bulan

tetapi mirip dengan pembagian bulan dalam zaman kuno yang

didasarkan pada tahun Matahari, yaitu: Muharram, Safar, Rabi’al

Awwal, Rabi’al-Tsani, Jumadil Ula, Jumadil Tsani, Rajab, Sya’ban,

Ramadhan, Syawwal, Dzul qaidah, dan Dzul Hijjah.

3. Penanggalan/Tarikh Jawa Islam

Tarikh Jawa Islam, acuannya sama dengan kalender Hijriah yaitu

perputaran bulan yang biasa disebut dengan tahun Kamariah atau

Lunar System atau tahun candra. Pada mulanya tarikh ini disebut

9 Kementrian Pendidikan dan Budaya, “Almanak”, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/almanak

10 Abdul Karim dan Rifa Jamaludin Nasir, Mengenal Ilmu Falak Teori dan

Implementasi, (Yogyakarta: Qudsi Media, 2012, Cet. Pertama), h.25

Page 14: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

4

Hindu Jawa atau tahun Soko yang didasarkan pada peredaran

Matahari. Satu tahun ditetapkan 12 bulan yakni Suro, Sapar, Mulud,

Bakdo Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akir, Rejeb, ruwah, Poso,

Syawal, Dulkongidah, dan Besar.11

Ketiga penanggalan ini mempunyai sistem dan cara-cara sendiri dalam

menentukan penanggalan serta mempunyai anggaran-anggaran tersendiri

pula.12

Sistem penanggalan pada dasarnya mengacu pada fenomena

astronomi, sedangkan dalam perhitungan matematisnya, penyusunan

penanggalan didasarkan pada siklus astronomi tertentu dengan aturan yang

berbeda. Pada umumnya, sistem penanggalan yang digunakan

mendasarkan pada siklus astronomi yang mengikuti aturan tetap, seperti

mengikuti fase Bulan, fase Bumi mengelilingi Matahari, dan mendasarkan

pada aturan abstrak yang hanya mengikuti siklus berulang tanpa memiliki

makna astronomis, aturan ini berdasarkan aturan hukum tertulis ataupun

hukum yang disampaikan melalui lisan.13

Penentuan kalender/penanggalan baik sistem syamsiyah maupun

sistem kamariah dilakukan dengan sistem hisab, terutama Hisab ‘Urfi,

yaitu hitungan rata-rata yang berlaku di salam penyusunan kalender

biasa.14

Beberapa sistem kalender mengacu pada suatu siklus astronomi

yang mengikuti aturan yang tetap, tetapi beberapa sitem kalender ada yang

mengacu pada sebuah aturan yang abstrak dan hanya mengikuti sebuah

siklus yang berulang tanpa memiliki arti secara astronomis. Ada kalender

yang dikode berdasarkan hukum tertulis, tapi ada juga yang disampaikan

11 Maskufa, Ilmu Falaq, h.185

12 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak

Hisab Rukyat, h. 100.

13 Muhammad Hadi Bashori, Penanggalan Islam, h.2.

14 Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang

Kehidupan Beragama, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, h.20.

Page 15: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

5

melalui pesan-pesan oral. Meskipun pendefinisian bulan dan tahun untuk

setiap jenis kalender berbeda, pehitungan satu hari dalam semua sistem

kalender ini ternyata tetap sama yaitu dihitung berdasarkan waktu bumi

saat melakukan rotasi (berputar pada sumbu putarnya) selama sekitar 24

jam.15

Salah satu yang menjadi persoalan sebenarnya adalah umat Islam

belum begitu familiar dengan kalendernya sendiri, tetapi sangat familier

dengan kalender Masehi. Akibatnya sering terjadi kebingungan manakala

pada suatu ketika ada perbedaaan dalam mengawali atau mengakhiri puasa

misalnya. Pada kalender Hijriah yang tertulis dalam kalender yang ada di

tiap rumah keluarga muslim itu didasarkan perhitungan rata-rata (hisab

‘Urfi) yang tidak bisa dijadikan sebagai acuan dalam melakukan ibadah.16

Di Indonesia ada sebuah almanak yang terkenal yaitu Almanak

Menara Kudus yaitu sebuah karya monumental seorang ulama’ yang

bernama KH. Turaichan Adjhuri (Yi Tur). Beliau adalah seorang bijak

yang kepakaran dalam ilmu tersebut tidak diragukan lagi oleh para ahli

Falak Indonesia adapun karyanya tersebut pernah menjadi salah satu bahan

rujukan dalam penentuan awal bulan Hijriyah oleh Kementerian Agama.

Beliau memmpunyai ciri khas akan keteguhan dan keyakinan hasil

perhitungannya dari penetapan apapun dan siapapun.17

Sampai saat ini Almanak Menara Kudus masih digunakan oleh

sebagian besar masyrakat Kudus terutama di wilayah sekitar Menara

Kudus itu sendiri, dan juga digunakan oleh Pengurus Besar Nahdatul

Ulama (PBNU) serta Kementerian Agama. Hal ini dikarenakan Almanak

Menara Kudus memiliki kekhasan dalam karakteristik,model,dan aplikasi

hisab itu sendiri.

15 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab (Jakarta: PT Amythas

Publicita, 2007, Cet Pertama), h. 47.

16 Maskufa, Ilmu Falaq, h.186.

17 Ahmad Fauzi.”Almanak Menara Kudus (Studi Hasil Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014)” (Semarang: Tesis Universitas Islam Negeri walisongo Semarang.2015),

h.1, t..d.

Page 16: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

6

Maka dari alasan tersebut penulis tertarik untuk mengkaji

Almanak Menara Kudus serta pemikiran KH. Turaichan Adjhuri sebagai

subjek kajian dalam penyusunan skripsi ini dengan judul Almanak

Menara Kudus: Studi Pemikiran KH. Turaichan Adjhuri dalam Ilmu

Falak di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka identifikasi beberapa permasalahan yang timbul dalam

penelitian ini adalah:

1. Terdapat beragam model kalender di Indonesia

2. Kergaman metode hisab yang digunakan

3. Hisab haqiqi yang digunakan saat ini ada tiga; Wujudul hilal, Imkan

Rukyat MABIMS, dan Imkan Rukyat LAPAN

4. Kalender hisab haqiqi yang digunakan di Indonesia

5. Diantara kalender yang ada yang digunakan adalah Almanak Menara

Kudus dan Hisab Haqiqi

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar pembahasan pada penelitian ini tidak melebar, penulis

membatasi hanya membahas mengenai Almanak Menara Kudus serta

pemikiran KH. Turaichan.

Berdasarkan pembatasan masalah ini, maka perumusan masalahnya

adalah bagaimana gagasan pemikiran KH. Turaichan Adjhuri mengenai

Almanak Menara Kudus, adapun pertanyaan penelitiannya adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana metode hisab yang digunakan dalam penyusunan kalender

Hijriah di Indonesia?

2. Bagaimana konsep Almanak Menara Kudus menurut KH. Turaichan

Adjhuri?

Page 17: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

7

3. Bagaimana aplikasi Almanak Menara Kudus dalam wacana hisab di

Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dalam penelitian adalah mengungkapkan secara jelas

sesuatu yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari

pemahaman tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendiskripsikan metode hisab yang digunakan dalam penyusunan

kalender Hijriah di Indonesia

2. Mendiskripsikan konsep Almanak Menara Kudus menurut KH.

Turaichan Adjhuri

3. Mendiskripsikan aplikasi Almanak Menara Kudus dalam wacana hisab

di Indonesia

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai kontribusi ilmiah dalam kepustakaan Islam pada bidang Ilmu

Falak

2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengembangkan potensi

menulis karya-karya ilmiah khususnya terkait studi penelitian

pemikiran tokoh, sehingga, dpat menjadi bekal dan pelajaran yang

berguna di masa yang akan datang.

3. Dapat memberikan masukan bagi perkembangan penelitian yang

hampir sama dengan penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Dalam membahas masalah penelitian ini, maka diperlukan suatu

metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang

akan dibahas secara jelas. Terdapat beberapa metode yang penulis

gunakan antara lain ;

1. Jenis Penelitian

Page 18: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

8

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif (Qualitative

Research), yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati atau dijadikan sumber informasi. Dalam penelitian kualitatif

penggunaan data dan deskriptif dipilih untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan “mengapa, alas an apa, dan bagaimana terjadinya” dari suatu

fenomena social dalam kehidupan masyarakat.18

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosio-

historis, yaitu pendekatan sosiologis untuk menganalisa perbedaan

gagasan pemikiran KH. Turaichan mengenai wacana hisab Almanak

Menara Kudus dan pendekatan historis yang digunakan untuk

menganalisa alasan terjadinya perbedaan gagasan pemikiran KH.

Turaichan mengenai wacana hisab Almanak Menara Kudus. Pendekatan

sosiologis terutama sosiologi hukum pendekatan yang digunakan untuk

mengamati pola-pola interaksi kekuatan-kekuatan politik dan respon

politik hukum masyarakat.19

3. Objek Penelitian

Penelitian ini adalah studi terhadap pemikiran K.H. Turaichan

Adjhuri mengenai Almanak Menara Kudus.

4. Sumber Data

a. Data primer, merupakan sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan bertanggungjawab terhadap

pengumpulan ataupun penyimpanan data seperti wawancara

dengan keluarga dan dokumen Almanak Menara Kudus seperti

buku-buku dan manuskrip.

18 Lexy Moeleong, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 1995, Cet.

Pertama), h.3.

19 Satjipto Rahardjo, llmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1986, Cet. Kedua), h. 310

Page 19: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

9

b. Data sekunder, sebagai bahan hukum sekunder yang terutama

adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, buku fiqh, serta data

lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa

metode yang dapat memberikan informasi yaitu :

a. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung kepada

keturunan K.H. Turaichan Adjhuri yang bertujuan untuk

mengumpulkan data serta membuktikan kebenaran informasi yang

diperoleh sebelumnya.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.20

F. Review Studi Terdahulu

Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memetakan penelitian yang

sudah ada serta dapat menjadi inspirasi dan mendasari dilakukannya

penelitian. Ada beberapa penelitian yang mempunyai tema yang hampir

sama namun objeknya berbeda. Diantaranya sebagai berikut:

No. JUDUL PEMBAHASAN PERBEDAAN

1. Biografi KH. Mengenai studi Perbedaan dengan

20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif,, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2016, Cet.23), h.240.

Page 20: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

10

Turaichan Adjhuri

Kudus 1915-

1999M. Oleh Ari

Jumrotun tahun

2018.

tokoh KH

Turaichan Adjhuri

skripsi tersebut

dengan skripsi

penulis, pada skripsi

tersebut fokus

membahas terhadap

biografi KH

Turaichan Adjhuri

saja sedangkan

penulis mengenai

pemikiran tokoh KH.

Turaichan Adjhuri

mengenai Almanak

Menara Kudus.

2. Almanak Menara

Kudus (Studi

Hisab Tahun 1990

sampai Tahun

2014. Oleh Ahmad

Fauzi 2015

Skripsi ini

membahas hasil

hisab dari Almanak

Menara Kudus

dimulai dari tahun

1990 hingga 2014.

Perbedaan dengan

skripsi tersebut

dengan skripsi

penulis, pada skripsi

tersebut fokus hasil

hisab dari Almanak

Menara Kudus dari

tahun 1990 hingga

2014 sedangkan

penulis membahas

Pemikiran KH..

Turaichan Adjhuri

dalam Almanak

Menara Kudus

G. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing

bab berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai berikut :

Page 21: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

11

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang

latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, manfaat dan tujuan penelitian, metode penelitian, review studi

terdahulu, serta sistematika penulisan.

Bab kedua, Kajian pustaka mengenai metode hisab dalam

penyusunan kalender Hijriah di Indonesia , pemaparan metode hisab yang

digunakan dalam penyusunan kalender Hijriah di Indonesia yakni: Metode

Hisab Wujudul Hilal, Metode Hisab Imkan Rukyat MABIMS, dan Metode

Hisab Imkan Rukyat LAPAN.

Bab ketiga, Menjelaskan mengenai biografi K.H. Turaichan

Adjhuri, mulai dari latar belakang dan pendidikan, aktifitas dan karier

yang pernah dijalani, sosok pribadi dan karya-karya yang dihasilkan.

Bab keempat, merupakan bab inti yaitu bahasan utama dalam

skripsi ini. Yakni, Almanak Menara Kudus menurut KH. Turaichan

Adjhuri, Argumen Normatif penyusunan Almanak Menara Kudus, Metode

hisab yang digunakan Almanak Menara Kudus, dan Aplikasi Almanak

Menara Kudus dalam penentuan awal bulan Hijriah.

Bab kelima,merupakan bab akhir dalam penelitian ini, berisikan

penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran yang bersifat

membangun bagi penyempurnaan penelitian ini

Page 22: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

12

BAB II

METODE HISAB DALAM PENYUSUNAN KALENDER HIJRIAH

DI INDONESIA

Secara harfiah, hisab berarti perhitungan. Dalam Al-Qur’an kata hisab

banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab) di mana

Allah akan memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia

dengan adil. Kata hisab di Al-Qur;an muncul sebanyak 37 kali yang semuanya

berarti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti.1

Sementara itu menurut istilah, Hisab adalah perhitungan benda-benda

langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Apabila

hisab ini dalam penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal

bulan maka yang dimaksudkan adalah menentukan kedudukan matahari atau

bulan sehingga diketahui kedudukan matahari dan bulan tersebut pada bola langit

saat-saat tertentu.

Tujuan hisab adalah memperkirakan kapan awal suatu bulan Kamariah ,

terutama yang berhubungan dengan waktu ibadah, yang dihitung bermacam-

macam. Hisab yang paling sederhana adalah memperkirakan lama suatu bulan,

apakah 29 hari atau 30 hari, dalam rangka menentukan awal bulan Kamariah.

Tujuan lainnya adalah menghitung kapan terjadi ijtima’.2

Bila ditinjau dari segi metode perhitungan yang digunakan, secara umum

hisab di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu hisab ‘urfi dan hisab haqiqi.

a. Hisab ‘Urfi

Metode ini tidak dipergunakan dalam menentukan awal bulan Kamariah

untuk keperluan ibadah karena bilangan hari pada tiap-tiap bulan selalu

berumur 29 dan 30 hari. Namun demikian metode ini sangat praktis untuk

1 Tono Saksono, Mengkompromian Rukyat dan HIsab (Jakarta: PT Amythas

Publicita, 2007, Cet Pertama), h. 120.

2 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Telaah Syariah, Sains, dan

Teknologi (Jakarta: Gema Insani, 1995, Cet. Pertama), h. 29.

Page 23: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

13

penyusunan kalender, sehingga kalender dapat disusun jauh ke depan tanpa

harus memperhitungkan peredaran bulan dan matahari sebenarnya.3

Yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab RA adalah teknik hisab

‘urfi. Pada hisab ini umur bulan ditentukan secara tradisional dan tidak

diketahui alasannya. Bulan gasal ditentukan berumur 30 hari, sedangkan bulan

genap ditentukan berumur 29 hari, kecuali bulan Dzulhijjah yang dapat

berumur 29 hari dalam tahun basitah, atau berumur 30 hari pada tahun kabisat.

Hisab ‘Urf sangat praktis namun perhitungan ini sma sekali tidak melakukan

perhitungan astronomis untuk menggambarkan posisi hilal pada setiap awal

bulannya.4

Tetapi karena metode ini dianggap tidak dikehendaki oleh syara’ maka

umat Islam tidak mempergunakannya, meskipun hanya untuk penyusunan

kalender.

b. Hisab Haqiqi

Metode hisab haqiqi adalah metode yang didasarkan kepada peredaran

bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut metode ini umur tiap-tiap bulan

tidaklah tetap dan tidak beraturan. Kadang-kadang dua bulan berturut-turut ada

29 hari atau 30 hari atau kadang-kadang bergantian sepeti menurut

perhitungan hisab ‘urfi. Hal ini disebabkan karena dalam praktek

perhitungannya menggunakan data sebenarnya dari gerakan bulan dan bumi.

Hisab Haqiqi terbagi menjadi tiga:

1. Hisab Haqiqi Taqribi

Metode hisab ini menghitung ijtima’ dan ketinggian hilal dengan

cara yang sederhana, yaitu dicari rata-rata waktu ijtima’ dan ditambah

koreksi sederhana. Kelompok ini menggunakan data bulan dan matahari

berdasarkan datan dan tabel Ulugh Bik. Metode ini tidak menggunakan

rumus-rumus segitiga bola (spherical trigonometry). Menurut metode ini

3 Ahmad Junaidi, Ru’yat Global Perspektif Fiqh Astronomi ( Ponorogo: Stain

Ponorogo Press, 2010, Cet Pertama), h.12.

4 Tono Saksono, Mengkompromian Rukyat dan Hisab, h.144.

Page 24: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

14

ketinggian hilal dapat dicari dengan cara membagi dua selisih saat ijtima’

dengan saat matahari terbenam.

2. Hisab Haqiqi Tahqiqi

Metode hisab ini melakukan perhitungan berdasarkan konsep

astronomi modern dengan rumus segitiga bola dan memasukkan

parameter-arameter lain seperti lokasipengamat, posisi matahari, bulan,

dan lain-lain. Inti dari sistem ini adalah menghitung atau menentukan

posisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan orbit matahari

dalam sistem kordinat ekliptika. Artinya sistem ini menggunakan tabel-

tabel yang sudah dikoreksi dengan menggunakan perhitungan yang relatif

lebih rumit dibandingkan sistem hisab haqiqi taqribi.

3. Hisab Haqiqi Kontemporer

Metode hisab ini menggunakan hasil penelitian mutakhir dan

menggunakan matematikayang telah dikembangkan. Metode yang

digunakan sama dengan metode hisab haqiqi tahqiqi hanya saja sistem

koreksinya lebih teliti dan komplek sesuai dengan kemajuan sains dan

teknologi. Rumus-rumusannya disederhanakan sehingga untuk

menghitungnya bisa menggunakan kalkulator atau Personal Komputer.5

Ada beberapa metode untuk menentukan awal-awal bulan Kamariah yaitu

1. Sistem ijtimak sebelum Matahari terbenam (bahkan ada yang berpegang

pada sitim Ijtimak sebelum fajar)

2. Wujudul hilal di atas ufuk haqiqi

3. Wujud hilal di atas ufuk mar’i

4. Imkan rukyat (batas kemungkinan hilal dapat di rukyat).6

Ufuk mar’i atau ufuk pandangan adalah garis singgung pandangan mata

dengan permukaan bumi, dan batasan ini lebih nyata mendekati keadaan

sebenarnya pada waktu rukyah. Hisab haqiqi hanya memperhitungkan wujud hilal

diatas ufuk pandangan. Dasar anggapannya adalah, asalkan hilal ada di atas ufuk

5 Ahmad Junaidi, Ru’yat Global Perspektif Fiqh Astronomi, h.14.

6 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat (Jakarta: MA RI, 2007) h. 97.

Page 25: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

15

maka keesokan harinya dapat dipastikan merupakan awal bulan baru. Seberapa

tinggi hilal berada di atas ufuk dan seberapa jauh arah pandangannya dari arah ke

matahari, tidaklah dipersoalkan.7

Keuntungan menggunakan hisab adalah dapat memastikan tanggal jauh

hari kedepan, memberi peluang menyatukan penanggalan Islam, lebih pasti dan

prediktif, dan hemat biaya.8

Keragaman sistem hisab itu dikarenakan keragaman data atau kepustakaan

yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan perbedaan dalam metode

perhitungan yang ditempuh dan alat yang digunakan. Sistem dan metode

perhitungan dalam penentuan awal bulan Kamariah ini semuanya diakomodir oleh

lembaga Hisab Rukyah Kemenag sebagai lembaga yang berkompeten dalam isbat

awal bulan untuk mendapat perbandingan hasil hisab dari berbagai macam data

atau kepustakaan yang ada. Akan tetapi, yang digunakan sebagai acuan pokok

oleh Kemenag sebagai lembaga yang berkompeten dalam isbat awal bulan untuk

mendapat perbandingan hasil hisab dari berbagai macam data atau kepustakaan

yang ada.9

Berikut adalah metode hisab yang digunakan dalam penyusunan kalender

Hijriah:

A. Metode Hisab Wujudul Hilal

Kata wujud berarti,terlihat atau muncul. Ibn Manzur dalam Lisan

al-‘Arab menguraikan asal-usul dan makna kata hilal secara panjang lebar.

Menurutnya, yang dimaksud hilal adalh bulan sabit pada hari pertama dan

kedua bulan Kamariah atau dua malam akhir bulan Kamariah. Pendapat ini

didasarkan dari Abi Haitham. Selanjutnya al-Qamus al-Muhit menjelaskan

7 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Telaah Syariah, Sains, dan

Teknologi, h. 32.

8 Syamsul Anwar, “Metode Penetapan Awal Bulan Qomariyah”, Analytica Islamica,

I, 1, (2012), h.33.

9 Maskufa, Ilmu Falaq, (Jakarta: GP Press, 2009, Cet. Pertama), h.167.

Page 26: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

16

bahwa yang dimaksud hilal adalah Bulan sabit (2-3 malam dari awal bulan/ 7-

2 malam dari akhir bulan).10

Sistem hisab wujudul hilal merupakan sistem hisab yang

berpedoman pada ufuk hakiki yakni ufuk yang berjarak 90° dari titik zenith.

Prinsip utama dalam sistem ini adalah sudah masuk bulan baru, bila hasil

hisab menyatakan hilal sudah di ats ufuk hakiki (positif) walaupuun tidak

imkận al-ru`yah.11

Terlepas dari perbedaan ulama tentang boleh tidaknya

menggunakan hisab sebagai dasar penentuan awal bulan, maka dapat kami

katakan bahwa tidak dapat dipersalahkan bagi orang yang menggunakan

wujudul hilal sebagai kriteria penentapan awal bulan Kamariah manakala cara

ru’yah bil fi’li tidak dapat dilaksanakan atau tidak berhasil melihat hilal,

padahal secara empirik posisi hilal saat itu sangat mungkin dapat dilihat.

Yang menarik untuk diperhatikan adalah sejauh mana

pemberlakuan wilayah wujudul hilal itu. Dalam hal ini kami cenderung untuk

memberlakukannya pada daerah-daerah yang menurut hisab bahwa hilal

sudah di atas ufuk, sehingga untuk daerah-daerah ini malam itu dan keesokan

harinya sudah bulan baru, sedangkan daerah-daerah yang menurut hisab

bahwa hilal masih belum wujud, maka malam itu dan keesokan harinya

merupakan hari terakhir bagi ulan yang sedang berjalan.

Padahal ketinggian hilal 0 ° itu tidak tentu di tempat tertentu,

sehingga mungkin dapat terjadi suatu Negara (wilayatul hukmi) dilalui oleh

ketinggian hilal 0°. Kalau hal demikian ini terjadi maka daerah-daerah barat

0° di suatu Negara itu sudah bulan baru, sedangkan di daerah-daerah

timurnya di Negara itu pula masih melanjutkan bulan yang sedang berjalan.

10 Susiknan Azhari, Penyatuan Kalender Islam: “Mendialogkan Wujud Al-Hilal dan

Visibilitas Hilal” , Ahkam, XIII, 2,(Juli 2013), h.159.

11 Ahmad Izzudin, “Dinamika Hisab Rukyat di indonesia”, Istinbath, XII, 2,(Oktober

2015),h.15.

Page 27: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

17

Kalau hal demikian ini terjadi, sungguh akan mengurangi ukuwah

islamiyah.12

Wilayah yang berada di sebelah barat garis batas wujudul hilal

terbenamnya matahari lebih dahulu daripada terbenamnya Bulan. Oleh karena

itu, pada saat terbenamnya Matahari, bulan beraa di ats ufuk. Dengan kata

lain, Bulan sudah wujud. Sejak terbenamnya Matahari tersebut sudah mulai

masuk bulan baru. Sebaliknya, wilayah yang berada di sebelah Timur garis

batas wujudul hilal terbenamnya Bulan lebih dahulu daripada terbenamnya

Matahari, oleh karenanya pada saat matahari terbenam, Bulan berada di

bawah ufuk. Dengan kata lain bulan belum wujud. Sejak Matahari terbenam

dan keesokan harinya belum masuk bulan baru melainkan masih ternasuk

akhir bulan yang sedang berlangsung.13

Oleh karena itu, apabila yang dimaksudkan dengan wujudul hilal

itu seberapun ketinggian hilal di atas ufuk maka seyogyanya yang dijadikan

dasar adalah ketinggian hilal untuk daerah-daerah di sebelah timur dari suatu

Negara itu, sehingga selamatlah daerah-daerah di sebelah baratnya karena

untuk daerah-daerah itu tentunya hilal sudah wujud. Sebab kalau tidak

demikian, misalnya mengambil wujudul hilal di suatu daerah di sebelah barat

dari suatu Negara, kemudian ditarik ke timur, artinya daerah-daerah timur di

hukumi hilal sudah wujud, maka yang demikian in sudah kelar dari

pemahaman hadis di atas. Karna menurut Hisab untuk daerah-daerah itu hilal

belum wujud (di bawah ufuk).

Lain halnya apabila yang dimaksudkan wujudul hilal itu sama

dengan imkận al-ru`yah, maka yang djadikan dasar dapat dari daerah-daerah

sebelah barat suatu Negara, karena daerah-daerah yang berada di sebelah

timurnya sekalipun belum imkanurrukyah, namun hilal untuk daerah-daerah

12 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, Cet.

Pertama) h. 93.

13 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab rukyat (Jakarta: Erlangga,2007, Cet.Pertama), h.13.

Page 28: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

18

itu pada umumnya sudah wujud. Dengan demikian, kedua pengertian tentang

wujudul hilal seperti di atas dapat diberlakukan secara bersama-sama.14

Organisasi Islam di Indonesia yang sampai saat ini menggunakan

kriteria Hisab Haqiqi Wujudul Hilal adalah Muhammadiyah. Sebagaimana

dalam Keputusan Munas Tarjih XXV di Jakarta tahun 2000 dan Keputusan

Munas Tarjih XXVI dikemukakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di

Padang tahun 2003 menentukan awal bulan Kamariah dengan menggunakan

metode hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yaitu kriteria yang

didasarkan pada terjadinya wujudul hilal pada saat terbenamnya matahari.

Bulan baru Kamariah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria sebagai

berikut, yaitu:

1. Telah terjadi ijtima’ (konjungsi)

2. Ijtima’ (konjungsi) itu terjadi sebelum Matahari terbenam

3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk

(bulan baru telah wujud).

Ketiga kriteria ini harus terpenuhi secara kumulatif, artinya ketiga-tiganya

harus terpenuhi sekaligus. Bulan baru Kamariah belum dimulai apabila salah

satu di antara kriteria tersebut tidak terpenuhi.15

Sebelum Muhammadiyah menggunakan kriteria hisab wujudul

hilal, Muhammadiyah pernah mengikuti kriteria hisab imkận al-ru`yah yaitu

dengan prinsip “hilal mungkin dapat dilihat”. Untuk ini harus ditentukan

terlebih dahulu batasan ketinggian hilal tertentu. Batas ketinggian hilal ini

para ulama berbeda-beda pendapat, diantaranya ada yang berpendapat kalau

sudah mencapai 12°, seperti yang sudah diterangkan oleh pengarang kitab Al-

lu’mah. Ada yang berpendapat 7 ° (Imam Ba Machromah), ada yang 6°,

adapula yang berpendapat 2°. Tetapi dalam kenyataanya pernah terjadi

ketinggian bulan 1°, di Indonesia sudah dapat terlihat dan diterima

kesaksiannya (data Kementerian Agama). Berdasarkan kenyataan tersebut,

14 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, h. 93.

15 Rupi’i Amri, “Upaya Penyatuan Kalender Islam di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Thomas Djamaludin)” , Ishraqi, X , 01, (Juni 2012), h.10.

Page 29: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

19

maka akhirnya pendapat hisab Imkan Rukyat tersebut ditinggakan oleh

Muhammadiyah dan berpindah ke hisab wujudul hilal.

Adapun yang menjadi dalil dan landasan berfikir Muhammadiyah

adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban puasa adalah pada bulan Ramadhan (Q.S. Al-Baqarah:183)

يام كما كتب على الذين من ق بلكم لعلكم ت ت قون يا أي ها الذين آمن وا كتب عليكم الصArtinya:

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa. (Al-Baqarah: 183)

b. Mulai bulan Ramadhan adalah saat menyaksikan bulan. (Q.S. Al-

Baqarah:185)

نات من ال فمن شهد ،دى والفرقان شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وب ي هر ف ليصمه ة من أيام أخر ،منكم الش يريد اهلل بكم ،ومن كان مريضا أو على سفر فعد

روا اهلل على ما هدىكم ولعلكم ة ولتكب اليسر ول يريد بكم العسر ولتكملوا العد .تشكرون

Artinya:

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang benar dan yang bathil).

Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka

berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak

berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang

ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki

kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah

atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (Al-

Baqarah: 185)

c. Syahida bi ro’yi (hisab) dapat menentukan wujudul hilal pada awal hari

d. Tanggal 1 bulan ramadhan adalah malam saat matahari terbenam

(maghrib) akhir bulan sya’ban, dimana hilal telah wujud (berada di atas

ufuk)

e. Kewajiban puasa adalah mulai fajar di bulan Ramadhan dan

disempurnakan sampai malam (maghrib). Dan apabila saaat matahari

Page 30: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

20

terbenam (maghrib) di akhir Ramadhan, hilal telah wujud, maka malam

itu adalah mulai bulan syawal dan esok harinya adalah Idul Fitri.16

B. Metode Hisab Imkận Al-Ru`yah MABIMS

Imkận al-ru`yah berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu imkận

dan al-ru`yah. Kata Imkận agak dekat dengan kata mumkin, yumkin yang

dalam bahasa Indonesia diserap menjadi mungkin.Adapun al-ru`yah berasal

dari kata ro’a, secara umum bermakna melihat dengan mata kepala, mata

telanjang. Kalau digabungkan menjadi mungkin (dapat) melihat (sesuatu).

Dalam terminologis falak, perkataan Imkan Rukyah biasa disandingkan kata

hilal, bulan baru atau new moon. Jadi secara sederhana dapat disebut dengan

keadaan hilal mungkin dapat dillihat dengan mata, para ahli menyebutnya

dengan visibilitas penampakan hilal.17

Secara harfiah hisab imkan rukyat berarti perhitungan

kemungkinan hilal terlihat. Selain memperhitungkan wujudnya hilal di atas

ufuk, pelaku hisab juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang

memungkinkan terlihatnya hilal, yang menenentukan terlihatnya hilal bukan

hanya keberadaan di atas ufuk, melainkan juga ketinggiannya di atas ufuk dan

posisi nya yang cuku jauh dari arah matahari. Jadi, dalam hisab imkận al-

ru`yah, kemungkinan praktik pelaksanan rukyat (actual sighting)

diperhitungkan dan diantisipasi.

Di dalam hisab imkận al-ru`yah, selain kondisi dan posisi hilal,

diperhitungkan juga kuat cahayanya (brightness) dan batas kemampuan mata

manusia. Di dalam menyusun hipotesisnya, dipertimbangkan pula data

statistik keberhasilan dan kegagalan rukyat, perhitungan teoritis, dan

16 Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang

Kehidupan Beragama, Hisab Rukyat dan Perbedaannya (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004) h.25.

17 Tono Saksono, Mengkompromian Rukyat dan Hisab, h. 148.

Page 31: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

21

kesepakatan diantara para ahli. Hisab imkận al-ru`yah adalah yang paling

mendekati persyaratan yang dituntut fiqih dalam penentuan waktu ibadah.18

Imkận al-ru`yah merupakan suatu metode dalam menentukan awal

bulan Kamariah yang menyatakan bahwa bulan baru (new moon) akan terlihat

ketika apabila telah memenuhi kriteria tertentu yang telah disepakati. Dan jika

kriteria itu tidak sesuai baik dari segi teori, maupun ketika observasi (rukyatul

hilal), maka bulan sebelumnya disempurnakan menjadi 30 hari, istikmal.

Adapun jika hilal terlihat tetapi menurut teori belum memenuhi kriteria

imkận al-ru`yah, maka hasil observasi yang dijadikan tolak ukur.

Lahirnya sistem imkận al-ru`yah di Indonesia terilhami oleh

adanya batas imkan rukyat 2° yang lebih awal diputuskan oleh Komite

Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam MABIMS (Menteri Agama Brunei,

Indonesia, Malaysia, dan Singapura).19

salah satu hasil keputusannya adalah

Had/batas minimal ketinggian yang dijadikan pedoman imkận al-ru`yah dan

diterima oleh ahli hisab falaki syari di Indonesia serta negara-negara

MABIMS adalah dua derajat dari umur bulan dan minimal delapan jam dari

saat ijtima’, perlu dikembangkan dengan penelitian-penelitian yang

sistematis dan ilmiah.20

Pertemuan tahunan tidak resmi Menteri Menteri Agama Negara

Brunei Darussalam Indonesia, Malaysia dan Singapura yang pertama kali

diadakan di Brunei Darussalam tahun 1989, antara lain membahas kerja sama

di bidang hisab rukyat di antara ke empat Negara. Untuk menangani masalah

kerjasama tersebut dibentuklah suatu komisi tetap yang bertugas membahas

secara teknis bentuk-bentuk kerjasama dan pelaksaaannya. Komisi tersebut di

beri nama Jawatan Kuasa Penyelerasan Rukyat dan Taqwim di Negara Brunei

Darussalam, Indonesia Malaysia dan Singapura. Indonesia ditunjuk sebagai

18 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Telaah Syariah, Sains, dan

Teknologi, h. 32.

19 Selanjutnya akan disebut MABIMS saja

20 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2015, Cet. Pertama), h. 206.

Page 32: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

22

penghubung tetapnya. Pada awal kalendernya, Singapura belum termasuk di

dalamnya.

Jawatan kuasa ini dalam menjalankan tugasnya didukung oleh

personalia yang ahli di bidang hisab rukyat dn bidang-bidang yang berkaitan,

seperti ahli Astronomi dan ahli hukum agama. Sampai saat ini Jawatan kuasa

telah mengadakan 9 kali pertemuan, yaitu di Indonesia sebanyak 3 kali,

Malaysia 3 kali, Brunei Darussalam 2 kali, dan singapura 1 kali,. Dalam

pertemuan tersebut selain diisi oleh kegiatan musyawarah juga dilakukan

rukyat bersama dan simulasi ruyat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

rukyat.

Sesuai dengan namanya, jawatan kuasa ini bertujuan membahas

dan merumuskan kaidah-kaidah untuk menyusun Taqwim Islam dan

Kerjasma Pelaksanaan Rukyat, kini Jawatan Kuasa telah menghasilkan

Taqwim Hijriah sampai tahun 1442/2020 Masehi dan Buku Panduan Hisab

Rukyat sebagai pedoman kerjasama.21

Kriteria imkận al-ru`yah MABIMS sejak triwulan I tahun 1998

hingga kini dan untuk sementara masih diadopsi menjadi teori imkận al-

ru`yah Indonesia. Teori imkận al-ru`yah pada dasarnya merupakan sintetis

antara teori rukyat dan teori wujudul hilal dan dalam pandangan ahli

astronomi teori ini relatif lebih baik daripada teori-teori lainnya apabila

semua pihak dapat menerimanya, akan tetapi menjadi sebaliknya bila tidak

semua pihak dapat menerimanya serta tidak dicarikan teori baru yang dapat

diterima oleh semua pihak yang sangat berkepentingan dengan penentuan

awal bulan Kamariah, khususnya Ramadan, syawal, dan Zulhijah. Sekalipun

lebih baik dalam penentuan tanggal 1 bulan Kamariah, teori imkận al-ru`yah

telah memberikan intensitas perbedaan yang tinggi dengan teori wujudul

hilal.22

21 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak

Hisab Rukyat, h. 43.

22 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat

(Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2012, Cet. Pertama), h. 134.

Page 33: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

23

Selain itu, Jawatan Kuasa ini juga sepakat untuk meningkatkan

kualitas rukyat. Untuk itu pernah dilakukan simulasi Rukyat di planetarium

dan Observatorium Jakarta pada tanggal 1-4 Juli 1992 dan di Mataram tahun

1997. Dalam simulasi ini, para peserta dibawa ke suatu ruangan besar yang

kondisinya dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah para peserta berada

disuatu tempat menghadap ke ufuk barat di saat Matahari terbenam. Peserta

disuguhi oleh permainan sinar yang menampilkan fenomena alam dengan

kecerahan hilal yang berbeda-beda, dilator belakangi oleh kecerahan cuaca

yang berbeda-beda pula. Dengan demikian mata peserta diatih untuk melihat

hilal dalam ukuran dan keadaan yang berbeda. Di samping itu, dengan

simulasi tersebut bisa di cek ketajaman mata seseorang, yang hasilnya dapat

dsaksikan oleh orang banyak. Simulasi ini sangat menarik perhatian para

delegasi tamu, sehingga mereka sepakat memasukan simulasi ke dalam buku

pandua sebagai cara untuk meningkatkan metode rukyat yang perlu

dikembangkan di tiap Negara peserta.

Kerjasama hisab rukyat di bawah MABIMS ini memberikan

manfaat yang cukup besar bagi pengembangan hisab rukyat dan penyatuan

taqwim, baik di tingkat nasional maupun regional. Walaupun rumusan

kerjasama ini suatu waktu, dalam kasus tertentu, dapat saja berbeda dengan

kebiasaan yang sudah berjalan di tingkat nasional, namun hal ini tidak

menimbulkan adanya keresahan sebab rumusan-rumusan kerja sama dalam

pelaksanaanya harus dikaitkan dengan kepentingan nasional. Oleh karena itu

kerjasama-kerjasama dengan dengan Negara lain tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan dan kebijaksanaan nasional yang sudah mapan. Di

samping itu, dalam kerja sama tersebut ada suatu kemufakatan bahwa

rumusan-rumusan yang terlah disepakati dapat ditinjau kembali dari waktu ke

waktu. Hal ini untuk menghindari adanya perkembangan yang

memungkinkan adanya perbedaan.23

23 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat, h. 135.

Page 34: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

24

MABIMS telah menentukan kriteria bersama dalam penentuan

hilal yang bisa menjadi solusi bersama umat islam. MABIMS menentukan

berdasarkan imkan rukyat dengan analisis sederhana dan diterima oleh

negara-negara Asia Tenggara. Kriteria MABIMS adalah

1. Ketinggian hilal tidak kurang dari dua derajat

2. Jarak sudut hilal ke matahari tidak kurang 3 derajat

3. Umur bulan delapan jam setelah ijtimak terjadi.

Kriteria ini juga disepakati dalam sidang komite penyatuan kalender Hijriah

ke-8 yang diselenggarakan oleh Departemen Kehakiman Saudi Arabia 1998 di

Jeddah. Indonesia pada saat itu mendelegasikan Taufiq dan Abdur Rahim.

Akan tetapi dalam prakteknya kriteria tersebut tidak dapat disepakati

sebagaimana Turki yang tetap menggunakan 8 derajat atau International

Islamic Calendar Program (IICP) dengan kriteria 4 derajat.24

Kriteria visibilitas hilal merupakan kajian astronomi yang terus berkembang,

bukan sekedar untuk keperluan penentuan awal bulan qamariah bagi umat

Islam, tetapi juga merupakan tantangan saintifik para pengamat hilal. Dua

aspek penting yang berpengaruh: Kondisi fisik hilal akibat iluminasi

(pencahayaan) pada bulan dan kondisi cahaya latar depan akibat hamburan

cahaya matahari oleh atmosfer di ufuk (horizon).25

Mazhab hisab imkận al-ru`yah sebenarnya sama dengan cara hilal

di atas ufuk mar’i. Penentuan awal bulan dinyatakan bila hilal telah wuud di

atas horizon pengamat pada saat matahari tenggelam. Namun pada mazhab

ini ditetapkan syarat minimum ketinnggian hilal yang biasanya antara 5 -10

derajat. Badan hisab dan rukyat internasioanl yang berpusat di Istanbul Turki

menentukan ketinggian hilal ini adalah 7°, meskipun ternyata menurut

penelitian Comitte For Crescent Observation (CFCO) Amerika Serikat,

ternyata hilal tidak mungkin tampak pada ketinggian kurang dari 10°.26

24 Jayusman, “Kebijakan Pemerintah dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia”, Madania, XVIII, 2 (Desember 2014), h.186.

25 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, h. 206.

26 Tono Saksono, Mengkompromian Rukyat dan Hisab, h. 148.

Page 35: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

25

Sampai saat ini kriteria Imkanur Rukyah MABIMS menjadi

rujukan Kementerian Agama dalam hisab dan rukyah di Indonesia.

C. Metode Hisab Imkan Rukyat LAPAN

Ada perbedaan pandangan dalam melihat hasil-hasil pengamatan

sebelumnya antara para ahli hisab dan rukyat dengan ahli astronomi. Para ahli

hisab dan rukyat pada umumnya melihat kepada ketinggian hilal yang

berhasil diamati saja, dan tidak memperhatikan umur dan/atau besar bulan

serta beda azimuth matahari dan bulan. Sedangkan para ahli astronomi tidak

dapat melepaskan ketiga unsur tersebut dalam memandang hilal yang dapat

diamati.27

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) adalah

lembaga pemerintan non kementrian Indonesia yang melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan

pemanfaatannya. Empat bidang utama LAPAN yakni pengindraan jauh,

teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.28

Asadurrahman mengutip pendapat Thomas Djamaludin bahwa

berdasarkan kajian astronomis yang dilakukan LAPAN terhadap data

rukyatul hilal di Indonesia (1962-1997) yang di dokumentasikan oleh

Departemen Agama RI, diperoleh dua kriteria yang rumusannya di

sederhanakan sesuai dengan praktik hisab rukyat di Indonesia. Awal bulan

ditandai dengan terpenuhi kedua-keduanya, bila hanya salah satu, dianggap

belum masuk tanggal.

Thomas Djamaludin mengatakan pula bahwa pengamatan

demikian belum tentu dapat dijadikan bukti ilmiah dalam membuat kriteria

visibilitas hilal tetapi secara hukum Islam dapat dijadikan dasar penetapan

27 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat h. 135.

28 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional,

https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/5/Tugas-Pokok-dan-Fungsi

Page 36: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

26

awal Ramadan, Idul Fitri, atau Idul Adha. Namun pengamatan Indonesia

mestinya dapat digunakan untuk menyempurnakan kriteria di daerah tropik.29

Dari teori pendapat ahli (astronom) setidaknya ada tiga pendapat.

Pertama, menurut Danjon berdasarkan kajian ilmiah yaitu jarak busur antara

bulan dan Matahari, saat matahari terbenam minimal 7°. Menurutnya terdapat

hubungan phytagoras.antara ketinggian hilal, beda azimuth, dan jarak busur.

Kedua, sebagaimana diusulkan Muhammad Ilyas dengan tinggi hilal

minimum minimum 5° dengan jarak busur minimum 10,5°. Ketiga, Thomas

Djamaludin, berdasarkan kajiannya mengusulkan:

1. Jarak Bulan – Matahari minimal 5,6°

2. Umur Bulan mimal 8 jam

3. Ketinggian hilal tidak lagi selalu 2° tetapi harus memperhatikan beda

azimuth Bulan – Matahari dengan perincian: beda tinggi >3° (tinggi hilal >

dua derajat) untuk beda azimuth 6°, tetapi bila beda azimuthnya < 6° perlu

beda tinggi yang lebih besar lagi.

4. Untuk beda azimuth nol derajat, beda tingginya harus > 9°.30

Kriteria yang

diusulkan oleh Thomas Djamaludin inilah yang dikenal sebagai teori

LAPAN. Karena beliau sampai saat ini bekerja LAPAN sebagai peneliti

utama IV/e (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika dan Deputi Sains,

Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan.31

Pada tahun 2011 kriteria LAPAN ini kemudian disempurnakan

oleh Thomas Djamaludin yang dikenal dengan “Kriteria Hisab-Rukyah

Indonesia’ sebagai berikut:

1. Jarak sudut Bulan-Matahari >6,4°, dan

2. Beda tinggi Bulan-Matahari >4°.

Lebih Lanjut Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa kriteria tersebut dapat

diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

29 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat, h. 130

30 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, h. 93.

31 Rupi’i Amri, “Upaya Penyatuan Kalender Islam di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Thomas Djamaludin)” , h.10.

Page 37: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

27

1. Seandainya ada kesaksian rukyah yang meragukan (dibawah kriteria

tersebut), maka kesaksian tersebut harus ditolak

2. Apabila ada kesaksian yang meyakinkan (lebih dari satu tempat dan tidak

ada obyek yang menganggu atau ada rekaman citranya), maka kesaksian

tersebut harus diterima dan menjadi bahan untuk mengkoreksi “Kriteria

Hisab-Rukyah” yang baru

3. Apabila tidak ada kesaksian rukyat al-hilal karena mendung, padahal

Bulan telah memenuhi kriteria, maka data tersebut dapat dijadikan dasar

pengambilan keputusan karena pada dasarnya kriteria hisab rukyah telah

didasarkan pada data rukyah sebelumnya.32

Organisasi Islam yang menggunakan kriteria imkan rukyat

LAPAN adalah Persatuan Islam atau yang biasa disebut PERSIS. PERSIS

pada awalnya merupakan kelompok studi Islam yang gerakannya berfokus

pada pelurusan ibadah umat secara total. Pada tahun 1960-an PERSIS mulai

memberikan perhatian pada Ilmu Falak/almanak Islam dengan mempelajari

kitab-kitab klasik oleh Tuian Hasan sendiri dengan belajar kepada Ajengan

Junaedi, Tangerang. Perhatian itu diwujudkan dengan menerbitkan kalender

Pesantren PERSIS, Bandung dengan kriteria awal bulannya ditetapkan

berdasarkan kriteria Wujudul Hilal. Lebih dari sepuluh tahun terakhir ini

PERSIS sebagai salah satu ormas Islam dari tiga ormas Islam terbesar di

Indonesia, telah melakukan beberapa kali perubahan teori penetapan awal

bulan kamariahnya, dari wujudul hilal di atas ufuk, imkan rukyah, wujudul

hilal di atas ufuk mar’i, wujudul hilal di seluruh wilayah Indonesia.33

Adanya kritikan dari para ahli astronomi dan juga pihak lain

terhadap kriteria imkận al-ru`yah versi MABIMS tentang batasan: ketinggian

hilal, jarak busur bulan-mathari dan umur hilal yang terlalu minim

menyebabkan DHR Persis mengkaji ulang kriteria tersebut dan melakukan

32 Rupi’i Amri, “Upaya Penyatuan Kalender Islam di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Thomas Djamaludin)” , h.9.

33 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat, h. 130.

Page 38: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

28

pengkajian terhadap hasil penelitian ahli astronomi terhadap hilal yang paling

muda yang teramati oleh alat optik.

Atas dasar pemikiran di atas maka Persis pada tanggal 31 Maret

2012 telah merubah kriteria imkận al-ru`yah versi MABIMS menjadi kriteria

Imkanur Rukyat ahli Astronomi (LAPAN 2010) dengan alasan telah teruji

secara ilmiah. Kemudian kriteria ini mulai diterapkan dalam penyusunan

almanak 1434 H. Kriteria astronomi yang ditetapkan Persis adalah awal

bulan pada waktu ghurub (terbenam matahari) di wilayah Indonesia sudah

memenuhi syarat, sebagai berikut:

1) Beda tinggi antara bulan dan matahari minimal 4°

2) Jarak busur antara bulan dan matahari minimal sebesar 6,4°.34

Adapun dalil atau dasar hukum yang digunakan oleh Persis dalam menetapkan

awal bulan Kamariah sama seperti dasar hukum yang digunakan ormas

lainnya ataupun pemerintas. Hanya saja penafsiran yang berbeda sehingga

menghasilkan pemahaman yang berbeda pula

.ج ل ا و اس لن ل ت ي اق و م ي ه ل ق ة ل ه ل ا ن ع ك ن و ل ئ س ي Artinya:

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan tsabit. Katakanlah:

Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji. (Al-Baqarah:

189)

Ayat ini mengandung pengertian bahwa hilal (bulan sabit muda)

dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia, terutama dalam

melaksanakan ibadah haji harus dijadikan acuan miqat zamani. Ayat ini tidak

membahas mengenai kapan, bagaimana, kearah mana kita melihat hilal.

Metode masing-masing ormas boleh berbeda,namun jika

kriterianya sama maka hasilnya pun akan sama. Sudah saatnya dibentuk tim

penyatuan kalender Islam dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan.

Membangun teori berbasis riset yang memadukan aspek syariah dan sains.

34 Ai Siti Wasilah, “Dinamika Kriteria Penetapan Awal Bulan Kamariah : Studi

Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam” (Skripsi S-1 Program Studi

Hukum Keluarga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015), h.64.

Page 39: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

29

BAB III

PROFIL KH. TURAICHAN ADJHURI

A. Asal Usul Keluarga dan Pendidikan

KH. Turaichan Adjhuri, nama yang tidak asing dalam sejarah dan

pencaturan perkembangan hisab rukyat di Indonesia. Seorang bijak yang

kepakaran dalam ilmu tersebut tidak diragukan lagi oleh para ahli falak

Indonesia. Ia dilahirkan di Kudus pada tanggal 10 Maret 1915 M/1334 H

dan meninggal dunia pada hari Jum’at 20 Agustus 1999 M bertepatan

dengan 8 Rabiul Akhir 1420 H.1

Mbah Tur, demikian sapaan akrabnya tercatat sebagai salah satu

keturunan ke-16 Sunan Kudus, salah satu dari walisongo penyebar Islam

di tanah Jawa.2 Namun beliau tidak pernah mengumumkan bahwasannya

terdapat keturunan Sunan Kudus di dalam darahnya, hal itu dikarenakan

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, karena bagaimanapun wilayah

semacam itu bisa menjadi pembicaraan yang nantinya bisa menjadikan

keuntungan yang tidak menyenangkan bagi komoditas beberapa pihak.3

Beliau lahir dari pasangan KH. Adjhuri dan Ibu Nyai Dewi

Sukainah. Semasa kecilnya ia menghabiskan waktunya untuk belajar,

mengaji, dan muthala’ah kitab. Termasuk belajar Falak yang ia tekuni

secara autodidak, tetapi ketika menemui kemusykilan/kesulitan atau tidak

memahami sesuatu, beliau berkonsultasi dengan KH. Abdul Djalil (guru

beliau). Selain itu, Mbah Tur dikenal sebagai anak yang cerdas, tegas, dan

teliti. Karena ketelitiannya inilah, sosok yang juga pandai dalam bermain

1 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018.

2 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014” ( Tesis S-2 Program Magister Ilmu Falak, UIN Walisongo Semarang,

2015), h.2.

3 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018.

Page 40: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

30

catur. Selain bermain catur, Mbah Tur juga sosok yang jago main Terbang

Empat (rebana).4

Riwayat pendidikan Mbah Tur tidak panjang seperti kebanyakan

kiai lainnya. Ia hanya menempuh pendidikan di sekolah formal Madrasah

Tasywiqul Thullab Salaffiyah (TBS) Kudus selama dua tahun. Pada

tahun1928 M, sekolah formal di Kudus pada saat itu hanya Madrasah TBS

dan Sekolah Rakyat (SR). Ia belajar di madrasah TBS pada usia 13-15

tahun, yaitu dari awal berdirinya sekolah tersebut. Ia merupakan salah satu

murid pertama sekolah tersebut.5

Ketekunan Mbah Tur terhadap ilmu falak muncul sejak kecil

hingga dewasa. Awal mulanya beliau sangat senang dengan aritmatika.

Sejak beliau duduk di bangku Sekolah Dasar beliau sudah diminta untuk

mengajar aritmatika kepada adik tingkatannya. Soal yang diberikan

termasuk golongan soal yang susah. Jika disetarakan dengan zaman

sekarang yaitu setara dengan soal cerita aritmatika untuk SMA. Bahkan

soal tersebut menggunakan bahasa Arab, tidak menggunakan bahasa

Indonesia. Karena tergolong sangat cerdas, ketika duduk dibangku

ibtidaiyah/SD, Mbah Tur dinaikkan kelasnya sebelum pada waktunya, atau

biasa disebut akselerasi. Di waktu beliau sekolah, sebelum waktu istirahat

beliau belajar seperti murid-murid lainnya namun setelah waktu istirahat

beliau mengajar adik-adik kelasnya6

Menurut informasi dan beberapa ulama’ di Kudus, Mbah Tur saat

masih muda tergolong anak cerdas. Terbukti sejak berusia 15 tahun ia

sudah mampu mengajar di madrasah Tasfiqut Tulab Salafiyah (SFS)

tingkat atas Kudus. Reputasinya sebagai pakar ilmu falak sudah terdengar

4 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie, https://

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

5 Ari Jumrotun, “Biografi KH Turaichan Adjhuri Kudus 1955-1999 M” ( Skripsi

S-1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018), h.3.

6 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

Page 41: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

31

sejak zaman Jepang. Ia sering kali diminta menghitung jatuhnya hari awal

dan akhir bulan Ramadhan. Maka Turaichan muda itu terdorong untuk

menyusun almanak 1945M/ 1364 H yang kemudian di cetak Penerbit

Menara Kudus. Sejak itulah kalender buatan kyai yang belajar ilmu falak

secara otodidak itu disebut dengan Almanak Menara Kudus (AMK).7

Menurut Sirril Wafa, KH Turaichan pernah mengikuti pendidikan

yang disebut Pendidikan Kader Ulama yang diadakan oleh KH Hasyim

Asyari dari Jombang. Pada saat itu KH Hasyim Asyari mengundang

beberapa kabupaten untuk medelegasikan santrinya untuk diberikan

pendidikan singkat selama 1 sampai 2 bulan. Terdapat 9 peserta dan salah

satunya adalah KH Turaichan Adjhuri. KH Hasyim Asyari dan para

pendiri NU pada zaman itu bukan hanya tokoh-tokoh pesantren melainkan

juga memiliki kemampuan organisasi serta politik yang handal pada saat

itu. 8

Pada tahun 1942, ketika KH. Turaichan tepat berumur 27 tahun ia

membangun rumah tangga dan menyunting seorang gadis bernama

Masni’ah binti Marwan untuk dijadikan pendamping hidupnya. Dari

pernikahannya dengan Nyai Masni’ah beliau dikaruniai 10 orang putra dan

putri. 9

Pada tahun 1951 M/1371 H penanggalan hasil karyanya telah

menjadi rujukan bagi sebagian besar warga NU di seluruh

Indonesia.melalui karya-karyanya, Yi Tur memberikan kontribusi positif

kepada NU dan pemerintah, khususnya dalam bidang penanggalan. Nama

Yi Tur semakin dikenal masyarakat nasional terutama bila mendekati

bulan puasa, menentukan tanggal 1 Syawal dan Idul Adha. Almanak

7 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014”, h.3

8 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

9 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

Page 42: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

32

produk Menara Kudus yang menjadi karya monumental Yi Tur pertama

kali diterbitkan oleh Percetakan Masykuri Kudus pada tahun 1942

M/1361H kemudian sejak 1950 M/1370 H hingga kini, diterbitkan oleh

percetakan Kitab Menara Kudus . percetakan ini hanya mencetak kalender

yang berdasarkan hisab KH. Turaichan atau penerusnya tidak pernah

mencetak kalender yang berdasarkan hisab yang lain.

Silsilah nasab dari KH. Turaichan Adjhuri As-Syarofi baik dari

sunan Kudus maupun Syekh Ahmad Mutamakkin:

1. Silsilah dari Sunan Kudus

a. Dewi Sukainah (Istri dari KH. Turaichan)

b. KH. Syarafudin

c. KH. Ahmad Rifa’i

d. KH. Sya’Auddin

e. KH. Djamaluddin

f. KH. Mas Nuruddin

g. Raden Jili Arum II

h. Ratu Kalinyamat

i. Raden Busthom

j. Raden Jili Arum I

k. Raden Washi

l. Raden Jili

m. Panembahan Qodli

n. Sunan Kudus

2. Silsilah dari Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen:

a. Dewi Sukainah (Istri dari KH Turaichan)

b. KH. Syarafuddin

c. Nyai Aminah

d. KH Asnawi Imam

e. Nyai Jiroh

f. Nyai Alfiyah (Nyi Godek)

g. Nyai Dulang Mas

Page 43: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

33

h. Syekh Ahmad Mutamakkin (Kajen)

Pada tahun 1942, Yi Tur menikah dengan Nyai Masni’ah binti Marwan.

Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai 10 orang anak. Yang masih

sampai sekarang yaitu KH. Choiruzzad, Fihria, Hj. Naila dan Drs. Sirril

Wafa, MA. Adapun namana nama anak Yi Tur adalah;

1. Choiruzzad

2. Fuscha

3. Ufti

4. Azra

5. Fihris

6. Salwa

7. Naila

8. Sirril Wafa

9. Chirziyah

10. A’lal Mala10

B. Aktifitas dan Karir KH Turaichan Adjhuri dalam Bidang Ilmu Falak

Ketika berusia 14 tahun, Mbah Tur sudah mengajar terutama di

bidang ilmu Falak dan ilmu faroidh di TBS Kudus. Selain itu beliau juga

mengajar di kediamannya, di masjid, dan di tempat-tempat pengajian

lainnya. Setiap Syaban, beliau mengajar kitab-kitab yang beliau ajarkan di

TBS. biasanya untuk kesempatan ini banyak santri-santri TBS

menggunakan dengan sebak-baiknya. Mereka datang berduyun-duyun

untuk mengaji di kediaman beliau demi mengkhatamkan sebuah kitab.

Bagi santri mengkhatamkan sebuah kitab langsung di bawah ulama asuhan

seorang ulama besar adalah suatu kebahagiaan dan keberuntungan yang

tiada taranya. Pada Bulan Ramahan, beliau mengajar kitab-kitab tertentu,

seperti Kitab Adzkiya’, Irsyad al-‘ibad, dan Al-Ahkam . namun sekitar

1980-an, Mbah Tur lebih sering mengajar kitab-kitab tentang teologi,

10 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014”, h.sinopsis.

Page 44: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

34

mulai dari yang besar, seperti Dasuqi sampai yang kecil seperti: Tuhfatul

Murid.11

Ditunjuknya beliau sebagai Tim Rukyah dan Hisab Kemenag

Pusat, adalah salah satu kiprah beliau dalam mengharumkan nama Kudus.

Selain itu, beliau juga sempat ditunjukan sebagai qodli (hakim) di Kudus.

Di dunia politik, menjadi anggota konstitusi mewakili NU yang kala itu

menjadi partai politik sekitar tahun 1955.12

Sekitar tahun 1977 pada masa orde baru, KH Turaichan aktif di

dalam partai politik PPP. Namun bukan untuk sebagai anggota ataupun

berpolitik melainkan sebagai wadah untuk konsultasi para anggota yang

ingin mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif maupun eksekutif.13

Ketegasan beliau dalam memutuskan suatu masalah, dapat

dirasakan oleh banyak kalangan, seperti saat menetapkan masalah dalam

munadhoroh menara atau dalam Muktamar NU. Banyak sekali orang yang

tercengang atas keputusan beliau. Begitu juga dalam penetpan awal

Ramadhan dan Syawal. Banyak masyarakat yang menggunakan keputusan

beliau dari pada keputusan pemerintah.

Pada Mu’tamar NU ke 27 di situbondo, KH Turaichan menyatakan

mufarroqoh dari organisasi NU tersebut dan membentuk NU lkcal. Hal ini

dikarenakan asas NU pada saat muktamar tersebut diganti menjadi

berasaskan Pancasila. Atas keputusan tersebut, akhirnya KH. Turaichan

mengundurkan diri dari kepengurusan Lajnah Falakiyah PBNU.14

KH Turaichan dalam ilmu falak tidak diragukan lagi

ketetepatannya dan kepiawaiannya, mulai dari penentuan awal bulan

11 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

12 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri” (Tesis S-2 Program Magister Ilmu Falak, UIN Walisongo Semarang, 2013),h.

13 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

14 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri, ,h.sinopsis

Page 45: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

35

Hijriyah, adanya gerhana, dan dalam penerbitan almanak (Kalender) yang

sampai saat ini masih berjalan dan dimanfaatkan oleh khalayak ramai, tak

hanya masyarakat Kudus, bahkan sampai ke berbagai daerah. 15

Mbah Turaichan merupakan seorang kiai yang aktif dalam

organisasi keagamaan NU dan perpolitikan. Pada tahun 1960-an, ia pernah

menjabat sebagai Rais Syuriah NU tingkat cabang Kabupaten Kudus.

Selain itu, ia merupakan anggota panitia AD Hoc pussat pada tahun 1950-

1951 M. kiprahnya dalam dunia perpolitikan terlihat pada tahun 1955 M,

ia menjadi salah satu wakil NU di dalam konstituante, ia juga pernah

menjabat sebagai qodhi (hakim) pada tahun 1955-1977 M.16

Saat gerhana matahari total menyapu wilayah Jawa dan Sumatera

pada 11 Juni 1983. Pemerintah melakukan propaganda mengenai bahaya

menatap langsung gerhana matahri. Propaganda tersebut akhirnya

membuat orang kehilangan akal sehat, diliputi rasa ketakutan sehingga

lebih memilih untuk “menatap” gerhana lewat layar telivisi ketimbang

menyaksikan suasana saat gerhana dengan mata kepala sendiri. Mbah Tur

menentang maklumat pemerintah tersebut dengan menganjurkan umat

melihat gerhana dan mendirikan shalat gerhana. Permasalahan seputar

gerhana ini bagi umat Islam di Indonesia belum begitu familiar.

Pada waktu terjadi peristiwa gerhana Matahari total tersebut, Mbah

Tur memberi pengumuman kepada umat Muslim di Kudus, bahwa gerhana

Matahari total adalah fenomena alam yang tidak akan menimbulkan

dampak (penyakit) apa pun bagi manusia jika ingin melihatnya, bahkan

Allah lah yang memerintahkan untuk melihatnya secara langsung.

Pada hari terjadinya gerhana Matahari total di tahun tersebut, Kyai

Turaichan berpidato di Masjid Al-Aqsha, menara Kudus. Di tengah-tengah

pidato, ia mengaja jamaah untuk menyaksikan langsung gerhana tersebut..

“Wahai saudara-saudaraku, jika kalian tidak percaya maka buktikan.

15 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014”, h. 4

16 Ari Jumrotun, “Biografi KH Turaichan Adjhuri Kudus 1955-1999 M”, h.3.

Page 46: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

36

Sekarang peristiwa yang dikatakan menakutkan sedang berlangsung.

Silahkan keluar dan buktikan, bahwa Allah tidak menciptakan bala atau

musibah darinya. Silahkan keluar, dan saksikan secara langsung!” maka

para jamaah pun lantas bergamburan keluar, mengadah ke langit dan

menyaksikan secara langsung dengan mata kepala telanjang terjadinya

gerhana Matahari total. Setelah beberapa saat, para jamaah kembali ke

tempatnya semula, dan Kyai Turaichan melanjutkan pidatonya. Dan

faktanya, memang tidak terjadi apa-apa, termasuk musibah yang

didengungkan oleh pemerintah. Namun karena keberaniannya ini, Kyai

Turaichan harus berhadapan ddan mempertanggungjawabkan tindakannya

di aparat Negara yang represif waktu itu.17

Pada praktiknya, KH Turaichan tidak jarang berbeda pendapatnya

dengan pemerintah maupun dengan salah satu ormas Islam yaitu PBNU

dalam penetapannya. Perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan

metode hisab, data ataupun kriteria yang digunakan. Ia adalah seorang

ulama yang teguh dalam memegang hasil ijtihadnya. Perbedaan dalam

penentuan awal bulan Syawal terlihat misalnya pada tahun 1990,1993,

maupun 1998. 18

Pada tahun 1990, terjadi perbedaan dalam penentuan Idul Fitri

antara KH Turaichan dengan pemerintah. Sebelumnya tengah terjadi

perbedaan juga, namun di tahun 1990 ini cukup gempar karena diliput oleh

beberapa awak media. Namun hal ini dapat teratasi karena menurut KH

Turaichan pada saat itu kesalahan pemerintah terletak pada

konsiderannya.19

17 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

18 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri” ,h.3.

19 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

Page 47: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

37

Ia termasuk ulama yang sangat antusias mendukung undang-

undang pencatatan nikah oleh Negara yang telah berlaku sejak 1946. Kyai

Turaichan sangat tekun menentang praktik-praktik nikah siri atau dibawah

tangan. Menurutnya, selama hukum pemerintah berpijak pada

kemaslahatan umat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka

wajib bagi seluruh umat Muslim yang menjadi warga Negara Indonesia

untuk menaatinya. Artinya, pelanggaran atas suatu peraturan (undang-

undang) tersebut adalah juga dihukumi sebagai kemaksiatan terhadap

Allah. Demikian pun menaatinya, berarti adalah menaati peraturan Allah.

Hal inilah yang mebuat kharisma dan kealiman Kyai Turaichan semakin

diperhitungkan. Tak heran bila namanya sangat mahsyur sangat ahli ilmu

Falak yang sangat disegani. 20

Keahlian beliau dalam ilmu falak dan ketegasan beliau dalam

memutuskan suatu masalah yang hakiki belum ada duanya. Begitu banyak

jasa-jasa KH. Turaichan bagi agama, Nusa dan Bangsa. Kini beliau telah

pulang ke Rahmatullah pada malam Sabtu 9 Jumadil Awal 1420 H / 201

Agustus 1999 , dalam usia 84 tahun.21

C. Karya-Karya Intelektual KH. Turaichan Adjhuri

Sebenarnya tidak ada karya intelektual KH Turaichan yang ditulis

sendiri dan dipublikasikan atau diterbitkan. Yang ada hanyalah tulisan-

tulisan manuskrip yang di arsipkan oleh beliau. Namun terdapat salah satu

dari manuskrip tersebut adalah tabel waris yang digunakan sebagai rujukan

Hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara kewarisan.22

20 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

21 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri”, h..8.

22 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

Page 48: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

38

Pada tahun 1985 , KH Turaichan mendorong salah satu muridnya

yang ikut mengajar di Madrasah TBS yaitu Kyai Abu Saiful Mujab Noor

Ahmad Ibn Shidiq Ibn Saryani untuk mengkodifikasikan semua ilmu

Falak yang telah diajarkan kepadanya dalam bentuk sebuah karya yang

sesuai dengan perkembangan zaman modern. Pada akhirnya tahun 1986.

Lewat tangan muridnya itu terbitlah buku-buku diktat pengajran ilmu

Falak yang merupakan buah ilmu yang telah diajarkan oleh KH. Turaichan

setelah sebelumnya diperiksa dan ditashih oleh ustadz Ahmad Rofiq yang

juga Murid KH Turaichan. Judul kitab tersebut adalah Nurul Anwar dan

Syamsul Hilal. Melihat terbitnya buku-buku itu, KH. Turaichan merasa

lega dan ia tidak merasa perlu lagi untuk menulis karya dalam ilmu falak,

sebab tulisan muridnya yang merangkum semua yang telah ia ajarkan

sudah dirasa cukup.23

Kepiawaian beliau dalam ilmu falak ditunjukan pula dengan salah

satu bentuk karya beliau yang fenomenal dalam bidang hisab rukyat yaitu

Almanak Menara Kudus. Kalender ini memainkan peranan penting dalam

percaturan dunia hisab rukyah, terutama di Indonesia. Bahkan yang

menjadi lebih menarik lagi cakupan yang disodorkan kepada masyarakat

tidak hanya permulaan awal bulan akan tetapi di dalamnya termasuk

jadwal waktu shalat, arah kiblat dan fenomena-fenomena lain yang ada

kaitannya dengan masalah-masalah falakiyah seperti perhitungan

gerhana.24

Maka dari itu Almanak Menara Kudus masih digunakan oleh

sebagian masyarakat Kudus karena Almanak Menara Kudus memiliki

kekhasan dalam karakteristik, model, dan aplikasi hisab.

23 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

24 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri”,h.9.

Page 49: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

39

BAB IV

ALMANAK MENARA KUDUS

MENURUT KH. TURAICHAN ADJHURI

A. Konsep Hisab Almanak Menara Kudus

Almanak Menara Kudus menggunakan konsep hisab imkận al-

ru`yah Haqiqi Tahqiqi1 yang mana tingkat akurasi nya sangatlah tinggi.

Pada zaman dahulu penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijah ada yang menggunakan metode rukyah murni tanpa dibekali

hitungan sama sekali. Namun ada juga yang menggunakan metode hisab

murni tanpa dibekali rukyat. Almanak Menara Kudus menggunakan

konsep Imkanur Rukyah untuk menjembatani orang yang berpegang teguh

dengan konsep hisab murni dengan orang yang berpegang teguh dengan

rukyat murni. Sehingga Almanak Menara Kudus menjadi pertengahan

antara hisab dan rukyah.

Jika diamati, maka konsep hisab Almanak Menara Kudus sama

seperti konsep hisab yang digunakan oleh MABIMS. Yakni dengan

kriteria 2 derajat dan umur bulan 8 jam. Jka terlalu rendah maka harus

diistikmalkan..2

Pada dasarnya,perhitungan awal bulan Hijriyah Almanak Menara

Kudus menggunakan gabungan dari dua kitab Mathla’ as-Said dan kitab

Al-Khulashoh al-Wafiyah. Kitab Mathla as-Said mrupakan kitab dari

Mesir yang menjadi rujukan kiytab-kitab yang ada di Indonesia. Adapun

kitab Al-Khulashoh al-Wafiyah merupakan kitab karya KH. Zubair Umar

Al-Jailani. Namun, sejauh ini belum ada penelitian tentang pemikiran KH.

Turaichan dalam sejauh mana hasil komparasi kedua kitab tersebbut dalam

1 Hisab Haqiqi tahqiqi adalah menentukan derajat ketinggian Bulan paska

ijtimak dengan memanfaatkan perhitungan ilmu ukur segitiga bola. Metoda

hisab Badi'atul Mitsal, Khulashatul Wafiyah dan sejenisnya dihitung masuk dalam

kategori ini.

2 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018

Page 50: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

40

segi perhitungannya maupun penentuan awal bulan Hijriyah menurut KH.

Turaichan Adjhuri.3

Imkận al-ru`yah termasuk salah satu teori substantif untuk

menetapkan awal bulan Kamariah, termasuk untuk awal-awal Ramadhan,

Syawal, dan Zulhijah, imkận al-ru`yah berarti kemungkinan hilal dapat

diamati, berdasarkan hasil-hasil pengamatan sebelumnya. Teori ini sudah

lama digunakan oleh salah seorang tokoh dan ahli ilmu falak Nahdatul

Ulama di bidang hisab rukyat, dan dijadikan sebagai penentu tanggal 1

bulan Kamariah oleh salah satu almanak, yaitu Almanak Menara Kudus.

Penggunaan teori tersebut terlihat dalam penanggalan Kamariahnya dan

dinyatakan pula dengan tegas pada bagian belakang Almanak tersebut

yang pada umumnya berbunyi, bahwa hilal baru dapat di ru`yah bi al-fi’li

di ufuk Jawa Tengah pada saat matahari terbenam tanggal 12 Oktober

2007 dengan ketinggian 6,65/100 meter, misalnya. Tokoh tersebut pada

tahun 1990 pernah pula memerintahkan para santri dan murid-muridnya

untuk melakukan qada puasa 1 hari karena penetapan Menteri Agama

tidak didasarkan pada Imkận al-ru`yah.4

Pada tahap awal pengerjaan hisab awal bulan Hijriah, data-data

yang dibutuhkan adalah tahun, data bulan data hari, data jam, dan data

menit. Untuk mencari data tahun yang dicari, maka perlu diketahui

terlebih dahulu data tahun majmu’ah dan data tahun mabsitah. Data tahun

majmuah dalam perhitungan KH Turaichan Adjhuri menggunakan data

tahun majmu’ah yang telah disesuaikan dengan markaz Semarang.

Sedangkan untuk data tahun mabsitah bisa dilihat pada kitab al-khulashah

al-wafiyyah halaman 214-215.

Cara menentukan data tahun tersebut baik tahun majmu’ah maupun

tahun mabsithah adalah dengan melihat data tahun sebelum tahun yang

3 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan Adjhuri”

(Tesis S-2 Program Magister Ilmu Falak, UIN Walisongo Semarang, 2013),h.sinopsis

4 Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat

(Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2012, Cet. Pertama), h.131

Page 51: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

41

dicari jika bulan yang dicari adalah awal bulan Muharram atau bulan

Shofar. Namun jika bulan yang dicari selain bulam Muharam atau hofar,

maka data tahun yang diguunakan adalah data 1 tahun sebelumnya.5

B. Argumen Normatif Penyusunan Almanak Menara Kudus

Almanak Menara Kudus dianggap sebagai salah satu almanak yang

paling akurat dalam penentuannya . akan tetapi almanak tersebut hanya

menampilkan hasil perhitungannya saja. Data yang digunakan oleh KH

Turaichan dalam hisab awal bulan Hijriah merupakan data yang berasal

dari kitab Matla’ as-said dan proses perhitungannya merujuk pada Al-

Khulashah al –Wafiyah (karya KH Zubair Umar Jailani). Data tahun

Majmu’ah dalam kitab tersebut menggunakan bujur Mesir, karena markaz

KH Turaichan berada di Semarang maka beliau mengubah data tersebut

sesuai dengan bujur kota Semarang yaitu 7 derajat dan BT 110 derajat.

KH Turaichan dan KH Zubair Umar Jailani sering bertemu dan

bertukar fikiran dalam pembahasan mengenai awal bulan. Adapun sistem

dan proses hisab awal bulan dalam kitab Al-Khulasah al-wafiyyah adalah

dengan mencari Ijtimak. Dengan mengetahui Ijtima’, maka itu adalah

proses awal bulan. Dalam kitab ini hanya menunjukan sistem perhitungan

awal bulan Kamariah dan tidak menetapkan standar awal bulan. Proses

mencari Ijtimak adalah dengan menghitung thul-al-syams (longitude

matahari) dan thul Al-qomar (longitude bulan). Dengan mengetahui

perhitungan dengan sistem ini maka akan mempermudah dalam

pelaksanaan rukyat.6

Munurut KH Choirozyad (anak sulung Mbah Tur), Mbah Tur

sangat produktif menyusun penanggalan. Lima tahun menjeleang wafat,

KH. Turaichan masih mampu menyusun penanggalan untuk lima tahu ke

depan. Sebelum meninggal dunia, ia telah mewariskan ilmunya ke Sirril

5 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri”, h.sinopsis.

6 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014” ( Tesis S-2 Program Magister Ilmu Falak, UIN Walisongo Semarang,

2015), h.57.

Page 52: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

42

Wafa. Kalender menara Kudus diterbitkan pertama kali oleh percetakan

Masykuri Kudus pada tahun 1942 M/1361 H dan kemdian sejak 1950

M/1370 H sampai sekarang diterbitkan oleh percetakan Kitab Menara

Kudus.7

KH Turaichan juga menggunakan ketentuan dalam menentukan

awal bulan yaitu matla’ lokal bukan matla’ wilayatul hukmi sepeti yang

digunakan oleh pemerintah. Dan juga bukan matla’yang digunakan Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) yang menggunakan matla’ global. Matla’ yang

digunakan dalam Almanak Menara Kudus adalah Jawa Tengah dengan

pusat di Semarang. Penggunaan matla’ lokal ini adalah berdasarkan dari

hadis yang diriwayatkan oleh Kuraib.8

م ن ث د ح بن س و ا إ ن ث د ح ل ي اع س إ ى ر ب خ أ ر ف ع ج ن بب ن ع ي ل ي اع س ا ن أ ن ب د م ة ل م ر ح ب ر ب خ أ ال ق ام الش ب ة ي او ع م ل إ ه ت ث ع ب ث ار بل ب ن ت ل ض بلف م أ ن أ ب ي ر ن ،ام بلش ت م د ق :ت م د ق ث ة ع م ل ب ة ل ي ل ل ل بل ت ي أ ر ف ،ام الش اب ن أ و ان ض م ر ي ل ع ل ه ت بس و ،اه ت اج ح ت ي ض ق ف ة ن ي د م بل ف ق ال اس ب ع ن بب ن ل أ س ،ف ر ه بلش ر خخ ف ل ب ل ل ر :ث ذ م ت ؟ف ق ل ت ل ر أ ي ت م ب ل ل

ب ل م ع ة ل ة ل ي ف ق ال ،ر أ ي ت ه ب ل م ع ة ؟: ل ة ل ي ر أ ي ت ه و ص ام أ أ ن ت و ص ام و ب بلن اس و ر خه ن ع م ف ق ل ت ح ت ،م ع او ي ة ن ص و م ه ن ز بل ف ل بلس ب ت ل ة ل ي ر أ ي ن اه ل ك ن ا ن ر به ق ال أ و ي و ماا ث ث ل م ل ،ن ك ي ام ه ؟ق ال :ف ق ل ت م ع او ي ة و ص ي ة ت ف ىب ر ؤ ت ك بهلل ص ل ىبهلل ع ل ي ه ،ل :أ ف ل بأ م ر ن ار س و ل ه ك ذ

.(روبهأبودبود)و س ل م Artinya: “Musa ibnu Ismail telah menceritakan kepadaku, dari Ismail

(Ibnu Ja’far) dari Muhammad ibnu Abi Harmalah dari Kuraib bahwa

sesungguhnya Ummu Fadhl binti Harits mengutusnya (Kuraib) untuk

menemui Mu’awiyah di Syam, maka aku datang dan aku tunaikan

kebutuhannya (Ummu Fadhl) dan datanglah Ramadhan dan saya berada di

Syam, maka saya melihat hilal pada malam Jum’at. Kemudian pada akhir

bulan (tersebut) saya tiba di Madinah, kemudian Ibnu Abbas bertanya dan

menyebut hilal, kapan kalian melihat hilal? Saya menjawab: saya melihat

hilal pada malam Jum’at. Apakah anda sendiri melihatnya pada malam

7 Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-Menara-Kudus-

Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/

8 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014” h.57.

Page 53: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

43

Jum’at? Tanya beliau lagi. Saya menjawab: ya (saya) dan banyak orang

lain. Mereka berpuasa (sejak hari itu) dan juga Mu’awiyah. Ibnu Abbas

berkata: akan tetapi kami (di Madinah) melihat hilal pada malam Sabtu,

(oleh karena itu) kami terus berpuasa sampai genap tiga puluh hari atau

atau hingga kami melihatnya (hilal bulan Syawal). Maka saya berkata:

tidakkah rukyat Mu’awiyah dan puasanya cukup bagi anda (untuk

mengikuti)? Ibnu Abbas menjawab: tidak, begitulah Rasulullah saw

memerintahkan kepada kami (HR. Abu Daud).

Atas dasar hadis ini para ulama berbeda pendapat. Imam Nawawi

ketika mengomentari hadist ini mengemukakan sejumlah pendapat ulama

mazhab Syafii. Antara lain berpendapat rukyat (ketetapan awal

Ramadhan) di suatu daerah hanya berlaku untuk daerah yang bersangkutan

dan yang dekta dengannya dalam radius kurang dari masafah al-qasr atau

hanya berlaku untuk daerah yang satu matla’, sementara itu pendapat lain

menyatakan berlaku universal dalam arti berlaku untuk seluruh dunia.

Menurut pendapat ini mengapa Ibnu Abbas tidak mengamalkan berita

yang disampaikan Kuraib, disebabkan hal itu termasuk kesaksian,

sedangkan kesaksian tidak dapat ditetapkan berdasarkan seorang saksi.

Namun disamping hal tersebut merupkan ijtihad Ibnu Abbas yang tidak

mempunyai kekuatan mengikat, juga jika ditinjau dari sudut zahir hadis,

tindakan tersebut menunjukan bahwa rukyah tidak berlaku untuk daerah

yang berjauhan.9

Menurut pendapat fuqaha’ mazhab Syafiiyah bila hilal sudah

terlihat di suatu wilayah, sedang tempat lain sudah terlihat, maka jika jarak

negeri-negeri itu berdekatan hukumnya seperti satu negeri yang

berdekatan, yakni wajib mengikuti hasil rukyat negeri lain yang

berdekatan.

Untuk mengukur jauh dekat jarak suatu negeri tersebut fuqaha

mazhab ini berbeda pendapat:

9 Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang

Kehidupan Beragama, Hisab Rukyat dan Perbedaannya (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004) h.142.

Page 54: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

44

1. Pendapat pertama, jauh dekatnya negeri satu dengan yang lainnya

diukur sama dengan jarak diperbolehkannya mengqasar shalat. Jika

jarak antara wilayah satu dengan lainnya kurang, dari batas minimum

diperbolehkannya mengqasar shalat, maka bagi wilayah-wilayah itu

cukup diberlakukannya satu rukyat. Pendapat ini dikemukakan oleh Al-

Fawarani, Imam Haramayn, Al-Baghawi, dan Al-Nawawi.

2. Pendapat kedua, menyatakan bahwa jauh dekatnya suatu daerah dan

daerah lainnya diukur dengan perbedaan matla’ yakni sejauh 24

farsakh. Jika di konversikan dalam ukuran meter, 1 farsakh sama

dengan 5544 meter. Dengan demikian jarak diperbolehkannya

mengqasar shalat adalah 16x5544=88.074 meter=88,074km. sedangkan

jarak perbedaan matla’ adalah 24x5544=133.056m=133,056km.10

Jika ditinjau ulang, maka KH, Turaichan Adjhuri sepakat dengan

pendapat fuqaha’ mazhab Syafii, yakni dengan ketentuan matla’ lokal,

bukan dengan matla’ wilayatul hukmi.

Disamping itu juga KH Turaichan juga mempunyai kriteria dalam

menentukan awal bulan dalam Almanak Menara Kudus yaitu dasar utama

pergantian bulan baru adalah hilal harus mempunyai ketinggian minimal 2

derajat. Ijtimak juga diperhatikan oleh KH Turaichan dalam menentukan

awal bulan Hijriah yaitu dengan istilah nama ijtimak qobla zawal. Ijtimak

qobla zawal adalah permulaan awal bulan dapat dikatakan masuk apabila

ijtimak terjadi sebelum terjadinya zawal.11

Bukan hanya sekedarr penanggalan biasa, banyak informasi yang

termuat dalam almanak Menara Kudus. Informasi itu adalah:

1. Selain penanggalan Masehi dan Hijriah, ia juga meberikan informasi

Penanggalan Jawa (Pranotoowongso) dan hari pasarannya

2. Pusat markaz perhitungan kalender Hijriahnya di Jawa Tengah

10 Ahmad Junaidi, Ru’yat Global Perspektif Fiqh Astronomi ( Ponorogo: Stain

Ponorogo Press, 2010, Cet Pertama), h.24.

11 Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014”, h.57.

Page 55: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

45

3. Memuat data-data perhitngan awal bulan Kamariah/Hijriah setiap

bulannya

4. Terdapat data terjadinya peristiwa gerhana (Bulan maupun Matahari)

5. Terdapat pula jadwal Shalat untuk kota Yogyakarta, Semarang, dan

sekitarnya

6. Menampilkan data tentang pengoreksian arah kiblat, yakni pada: 28

Mei pukul 16:18 WIB dan 16 Juli pukul 16:27 WIB. Saat itu matahari

tetap di atas Ka’bah, baying-bayang benda pada bidang yang datar saat

itu tepat megarah ke Ka’bah.12

12Ahmad Fauzi, “Almanak Menara Kudus: Studi Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014”, h.7.

Page 56: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

46

Page 57: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

47

Page 58: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

48

Almanak Menara Kudus memiliki lampiran kterangan untuk

menjelaskan keterangan-keterangan yang terdapat pada Almanak Menara

Kudus. Keterangan ini memuat penjelasan waktu hilal, posisi hilal, tinggi

hilal, nurul hilal, lamanya di atas ufuk, dan waktu terjadinya ijtimak. Hal

ini dijelaskan secara terperinci untuk setiap bulannya. Serta terdapat

jadwal shalat untuk kota Semarang, Yogyakarta, dan sekitarnya.

Sedangkan untuk kota-kota lainnya terdapat koreksi waktu yang bisa

dihitung sendiri.

C. Aplikasi Almanak Menara Kudus dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriah

Dalam penentapan awal bulan Hijriyah, KH Turaichan juga

mempunyai beberapa syarat yang harus diperhatikan sebagai tanda

masuknya awal bulan anatara lain:

1. Tinggi hilal minimal 2 derajat

KH. Turaichan Adjhuri mempunyai kriteria tersendiri dalam

Almanaknya sebagai syarat penetapan awal bulan Hijriiyah, yaitu

patokan terjadinya pergantian bulan atau masuknya awal bulan baru,

maka ialal harus berada pada ketinggian minimal 2 (dua) derajat di atas

ufuk.

Hal yang menjadi pertimbangan 2 derajat untuk tinggi hilal adalah

ketika dikonversikan menjadi meter dalam pandangan mata adalah

1.5meter yaitu tinggi rata-rata orang Indonesia. Sehingga ketika

menghadap ke ufuk dan hilal dibawah pandangan, berarti tidak

memungkinkan, jika hilal lebih tinggi dari pandangan, berati sangat

mungkin terlihat hilalnya. Tetapi khusus untuk 3 bulan yakni Syawal,

Dzulhijjah dan Ramadhan, terdapat pertimbangan ikhtiyat nya sendiri.

Misalnya apabila sebagian besar wilayah Indonesia tinggi hilalnya

kurang dari 2 derajat atau bahkan mencapai angka minus, maka

Page 59: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

49

dipertimbangkan dengan fiqiyyah dan bisa jadi di istikmalkan. Kasus

ini pernah terjadi pada perhitungan bulan Syawal tahun 2011.13

2. Ijtimak Qobla Zawal

Ijtimak atau konjungsi juga tidak luput dari perhatian KH Turaichan

sebagai salah satu komponen penetapan awal bulan Hijriah yang harus

diperhatikan. KH Turaichan menuturkan bahwasannya sebuah

permulaan awal bulan dapat dikatakan sudah masuk apabila ijtima’

terjadi sebelum terjadinya Zawal, atau hal ini terkenal dengan nama

kriteria Ijtimak Qobla Zawal.14

3. Umur Bulan Minimal 8 Jam

Age of moon atau umur bulan adalah selisih antara waktu terbenamnya

matahari (sunset) dengan waktu terjadinya ijtimak konjungsi.15

KH.

Turaichan menggunakan kriteria selisih antara waktu terbenam

matahari dengan waktu terjadinya ijtimak selama 8 jam.

Dari uraian kriteria di atas, untuk menyatakan tanda masuknya

bulan baru, ketiga kriteria ini harus terpenuhi secara kumulatif, artinya

apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi, maka dinyatakan belum

masuknya bulan baru Kamariah. Ketiga kriteria ini dapat dilihat pada

lembaran Ramadhan tahun 2001 Almanak Menara Kudus menetapkan

Ramadhan jatuh pada hari Jum’at 16 November 2001 sedangkan

pemerintah jatuh pada hari Sabtu, 17 November 2001, dan pada Syawal

tahun 1990, Almanak Menara Kudus menetapkan Syawal jatuh pada hari

Jum’at tanggal 27 April sedangkan pemerintah menetapkan hari Kamis

tanggal 4 April 1990.

13 Sirril Wafa, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Interview Pribadi, Bojongsari,

21 Desember 2018.

14 Saiful Mujab, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan

Adjhuri”,h.sinopsis

15 Mengenal Hisab dan Rukyatul Hilal,http://teknosains.com/i/mengenal-hisab-

rukyatul-hilal/2015/06/18

Page 60: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

49

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Metode hisab yang digunakan dalam penyusunan kalender hijriah di

Indonesia terdapat 3 metode yaitu

a. Wujudul Hilal dengan kriteria: telah terjadi ijtima’ , Ijtima’

(konjungsi) itu terjadi sebelum Matahari terbenam dan pada saat

terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk.

Ketiga kriteria ini harus terpenuhi secara kumulatif, artinya ketiga-

tiganya harus terpenuhi sekaligus. Bulan baru Kamariah belum

dimulai apabila salah satu di antara kriteria tersebut tidak

terpenuhi. Organisasi yang menggunakan kriteria ini adalah

Muhammadiyah.

b. Imkận al-Ru`yah MABIMS dengan kriteria ketinggian hilal

minimum dua derajat, dan umur bulan delapan jam. Kedua kriteria

ini bersifat alternatif, artinya bulan baru Kamariah dimulai apabila

slah satu kriteria di atas terpenuhi. Pemerintah menggunakan

kriteria hisab ini.

c. Imkận al-Ru`yah LAPAN dengan kriteria: jarak sudut Bulan

Matahari >6,4 derajat, dan beda tinggi Bulan-Matahari >4°.

Organisasi Islam yang menggunakan kriteria imkan rukyat

LAPAN adalah Persatuan Islam atau yang biasa disebut PERSIS.

2. Almanak Menara Kudus menggunakan konsep hisab Imkan Rukyah

Haqiqi Tahqiqi yang mana tingkat akurasi nya sangatlah tinggi. Pada

awalnya penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah ada

yang menggunakan metode rukyah murni tanpa dibekali hitungan sama

sekali. Namun ada juga yang menggunakan metode Hisab murni tanpa

dibekali Rukyah. Almanak Menara Kudus menggunakan konsep

Imkanur Rukyah untuk menjembatani orang yang berpegang teguh

dengan konsep hisab murni dengan orang yang berpegang teguh dengan

Page 61: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

50

rukyah murni. Sehingga Almanak Menara Kudus menjadi pertengahan

antara Hisab dan Rukyah.

3. Dalam aplikasi Almanak Menara Kudus metode hisab yang digunakan

memiliki kriteria sebagai berikut: Ijtimak qobla zawal, tinggi hilal

minimal 2°, dan umur bulan minimal 8 jam. Kriteria diatas bersifat

kumulatif, artinya ketiga-tiganya harus terpenuhi sekaligus. Bulan baru

Kamariah belum dimulai apabila salah satu di antara kriteria tersebut

tidak terpenuhi.

B. SARAN

Dalam pelaksanaan perhitungan awal bulan hjriyah menggunakan

data-data yang telah diperluas lagi tingkat akurasinya,dan menggunakan

beberapa koreksi terhadap perhitungan tersebut sehingga tingkat

akurasinya akan jauh lebih tinggi lagi.sehubungan dengan banyaknya

metode dalam penentuan awal bulan dan banyaknya almank/kalender yang

beredar di tengah masyarakat seyogyanya diakomodasi oleh pemerintah

melalui Kementrian Agama RI agar tidak terjadi perselisihan dikalangan

masyarakat terkait persoalan pensentuan awal bulan dalam kalender.

Page 62: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

51

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul, “Metode Penetapan Awal Bulan Qomariyah”, Analytica

Islamica, I, 1, (2012).

Asadurrahman, Pedoman Pemerintah Indonesia tentang Hisab dan Rukyat

Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2012.

Bashori, Muhammad Hadi, Penanggalan Islam, Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2013.

______________, Pengantar Ilmu Falak Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2015.

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak

Hisab Rukyat Jakarta: MA RI, 2007

Fauzi, Ahmad.”Almanak Menara Kudus (Studi Hasil Hisab Tahun 1990 Sampai

Tahun 2014)” Tesis S2 Universitas Islam Negeri walisongo

Semarang,2015.

Izzudin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyat, Jakarta: Erlangga,2007.

Jumrotun, Ari. “Biografi KH Turaichan Adjhuri Kudus 1955-1999 M.” Skripsi S-

1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.

Junaidi, Ahmad, Ru’yat Global Perspektif Fiqh Astronomi, Ponorogo: Stain

Ponorogo Press, 2010.

Karim, Abdul dan Rifa Jamaludin Nasir, Mengenal Ilmu Falak Teori dan

Implementasi, Yogyakarta: Qudsi Media, 2012.

Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: GP Press, 2009.

Moeleong,Lexy, Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 1995.

Mujab, Saiful, “Konsep Penentuan Awal Bulan Menurut KH Turaichan Adjhuri.”

Tesis S-2 Program Magister Ilmu Falak, UIN Walisongo Semarang, 2013.

Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama Puslitbang

Kehidupan Beragama, Hisab Rukyat dan Perbedaannya,Jakarta:

Departemen Agama RI, 2004.

Rahardjo, Satjipto, llmu Hukum, Bandung: Alumni, 1986.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Telaah Syariah, Sains, dan

Teknologi Jakarta: Gema Insani, 1995.

Saksono, Tono, Mengkompromian Rukyat dan Hisab Jakarta: PT Amythas

Publicita, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif,, dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2016.

Page 63: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

52

Wasilah, Ai Siti, “Dinamika Kriteria Penetapan Awal Bulan Kamariah : Studi

Terhadap Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Islam.” Skripsi S-1

Program Studi Hukum Keluarga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015.

Artikel dan Makalah :

Amri Rupi’i, “Upaya Penyatuan Kalender Islam di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Thomas Djamaludin)”, Ishraqi, X , 01, (Juni 2012).

Azhari, Susiknan, Penyatuan Kalender Islam: “Mendialogkan Wujud Al-Hilal

dan Visibilitas Hilal” , Ahkam, XIII, 2,(Juli 2013).

Izzudin, Ahmad, “Dinamika Hisab Rukyat di indonesia”, Istinbath, XII,

2,(Oktober 2015).

Jayusman, “Kebijakan Pemerintah dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia”, Madania, XVIII, 2 (Desember 2014).

Kementrian Pendidikan dan Budaya, “Almanak”, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/almanak. Artikel diakses pada 7 Juni

2018.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional,

https://www.lapan.go.id/index.php/subblog/pages/2013/5/Tugas-Pokok-

dan-Fungsi, diakses pada 20 Januari 2019.

Mengenal Hisab dan rukyatul Hilal,http://teknosains.com/i/mengenal-hisab-

rukyatul-hilal/2015/06/18. Artikel diakses pada 20 Januari 2019.

Tinjauan Atas Almanak Menara Kudus Karya KH Turaichan Adjhurie,

Maojanalidzulfakor.wordpress.com/2017/04/17/Tinjauan-Atas-Almanak-

Menara-Kudus-Karya-KH-Turaichan-Adjhurie/.Artikel diakses pada 5

Januari 2018.

Wawancara :

Wafa, Sirril, Interview Pribadi, Keturunan KH Turaichan Adjhuri, Bojongsari, 21

Desember 2018.

Page 64: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

KH. Turaichan Adjhuri

Penulis bersama Pak Sirril Wafa, Anak dari (Alm) KH. Turaichan ketika sedang

melakukan wawancara

Page 65: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Drs. Sirril Wafa

Anak dari (Alm) KH Turaichan Adjhuri

Tempat : Jl. Raya Ciputat-Parung Gg Ali Andong RT 02 RW 08

No 10- A kelurahan Bojongsari Kecamatan Bojongsari

Kota Depok

Hari Tanggal : Jum’at, 21 Desember 2018

Keterangan : P (Pewawancara) / N (Narasumber)

P : Bagaimana asal usul keluarga KH Turaichan Adjhuri?

N : Saya kira jangan terlalu mengkaitkan terlalu dalam mengenai keturunan

Sunan Kudus itu, karena kami sendiri tidak punya data mengenai hal itu,

karena itu data orang. Jadi persoalannya nanti jika hanya menduga duga

tidak ilmiah namanya. Kalau ga salah dulu itu ayah saya tidak pernah

mengumbar berita mengenai itu, karena khawatir terjadi sesuatu yang

salah, karena bagaimanapun wilayah semacam itu bisa menjadi

pembicaraan yang nantinya bisa menjadikan keuntungan yang tidak

menyenangkan bagi komoditas beberapa pihak. Jadi maka mengenai itu

tidak pernah menjawab jika ditanyakan hal seperti itu. Saya mungkin

punya silsilah keluarga, tapi saya tidak bisa menjamin itu benar atau salah

karena saya mempunyai 2 versi yang berbeda karena Itu lebih baik saya

tidak pernah memberi tahukan kepada orang orang.

P : Lalu bagaimana riwayat pendidikan KH Turaichan Adjhuri?

N : Sebenarnya begini, dulu saya pernah ketika membuat passport ditanyakan

tentang orang tuanya, termasuk tanggal lahirnya lalu saya tanyakan ke

kaka saya, katanya tanggal sekian sekian. Waktu itu saya diberi tahu

tanggal 10 mei 1915 tapi kemudian baru beberapa bulan ini saya

mendapatkan catatan lama ada sebuah secarik kertas yang disitu

menginformasikan beberapa kegiatannya termasuk tanggal lahir nya yairu

tercatat 10 maret bukan mei 1915, dan kertas itu semacam kertas anggota

ketika beliau duduk sebagai anggota contituante, kantor pusatnya di

Bantul, itu semacam MPR akhirnya yang saya gunakan tanggal 10 Maret

1915. Mengenai pendidikan bisa bayangkan pada zaman itu di pulau Jawa

pendidikan formal kan masih sangat minim, adanya hanya pesantren,

tetapi kan pesantren zaman dulu tidak seperti pesantren zaman sekarang,

Page 66: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

klasikal semua kalau dulu kan pesantren ngajinya ya ngaji nya sologan

begitulah istilahnya. Cuma beliau tidak pernah belajar keluar dari Kudus

karena pada saat itu di Kudus banyak Kyai sepuh yang ilmunya cukup

tinggi jadi belajar dengan kyai disana. Saya pernah mendengar dari banyak

pihak keluarga, ayah saya itu lebih banyak aotodidak, disamping ngaji

mendengarkan pengajian di pondok pondok di sekitar sana , ke masjid

masjid yang baca kitab gitu, waktu itu ayah masih kecil sudah mengikuti

ngaji dimana mana. Pernah saya mendengar cerita ibu saya itu kalau anak

kecil mengikuti ngaji itu tidak boleh. Kyai sepuh itu kan galak jadi diusir,

kalau ada anak kecil ikutan ngaji, tetapi kalau ayah saya boleh kalu ngaji

dimana saja dibiarkann oleh kyainya itu. Jadi ayah saya lebih banyak ikut

ngaji secara non formal. Pada usia sekitar 11tahun disana di dirikan

madrasah di kampung saya, Madrasah yang saat itu hanya beberapa kelas

saja karena madrasah sebelunya itu anak anak nya campuran,umurnya

tidak menentu ada yang masih kecil ada juga yang sudah besar. Jadi

artinya sekolah itu ada kelas sipir, kelas 0,kelas kecil, kelas besar, kelas

1,2,3,4 berapa kelas saya kurang jelas. Ketika kelas itu dibuka, Ayah saya

sekolah disitu. Tetapi agak aneh, ayah saya karena pemahaman nya lebih

baik dibandingkan teman temannya,ayah saya dinaikkan kelasnya sebelum

pada waktunya, kalau sekarang disebut akselerasi. Ketika jam sebelum

istirahat beliau sekolah, lalu ketika jam setelah istirahat beliau ngajarin

adik kelasnya. Beliau memang dari dulu tidak pernah main, kebanyakan

belajar dan belajarnya itu autodidak. Sekolah disana hanya beberapa tahun

kemudian mengajar di sekolah itu. Jadi sekolah nya itu tidak sampai

sempurna atau tidak sampai jenjang tertentu. Tapi saya pernah membuka

buku-buku yang dirumah, ada tumpukan buku buku, saya menemukan

catatan-catatan ketika beliau mengajar. Ada soal soal nya itu aritmatika

berhitung yang soal cerita seperti soal jarak tempuh. Soal yang cukup

rumit dan soal tersebut sudah diberikan entah kelas berapa dan soalnya

menggunakan bahasa Arab semua , padahal pada waktu itu beliau masih

ibtidaiyah/SD jadi saat itu kemampuan beliau sudah cukup tinggi dan

sudah bisa menggunakan bahasa arab. Itu beberapa gambaran yang bisa

saya tangkap.samapai sekarang seoklah tersebut masih ada dan saya

sekolah juga sekolah disitu, namanya Tazwiqul Thullab . Yang kemudian

disingkat menjadi TBS huruf S nya itu Skul pada zaman Belanda, yang

sekarang diberikan namanya Salafiyah. Kemudian saya juga pernah

mendengar dan mendapatkan informasi baik lisan maupun tulisan setelah

merdeka, ada istilah pendidikan kader ulama untuk anak muda pada saat

itu yang mengadakan Jombang. KH Hasyim Asyari pondok Jombang yang

mengadakan mengundang dari beberapa kabupaten untuk mengirimkan

Page 67: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

santri nya untuk diberikan pendidikan singkat sekitar1- 2 bulan, dan itu

ada 9 orang yang diutus dan salah satunya adalah ayah saya. Waktu itu

ayah saya masih remaja jadi sempat ikut belajar kader ulama di Jombang

antara 1/2bulan dan disitu sempat mengaji bersama . KH Hasyim Asyari

para pendiri NU pada zaman itu, dan mereka itu bukan hanya tokoh-tokoh

pesantren, tetapi punya kemampuan organisasi dan politik yang handal

pada waktu nya. Mungkin itu yang membuat karakter ayah saya pada saat

itu. Dan beliau pada saat itu cukup berpolitik juga, pada jaman itu orde

baru tahun 1977, partai politik ada 3; GOLKAR, PPP dan PDI, ayah saya

aktif di PPP, bukan untuk berpolitik tetapi untuk tempat konsultasi para

calon . Mereka selalu kerumah ketika saya masih kecil ketika masih

duduk di bangku tsanawiyah tahun 1977 . Setiap hari banyak tamu-tamu

yang datang membicarakan masalah politik, saya ikut mendengarkan

waktu itu, dari itu saya tahu kalau ayah saya pernah menjadi anggota

konstituante, jadi saya paham masalah perpolitikan jadi mengikuti masalah

perpolitikan,Jaman saya kecil tahun 60an yang namanya koran dirumah

itu saya sudah biasa membaca karikatur jaman PKI. Pengetahuannya itu

bukan hanya agama saja tetapi hitungan juga. Pada zaman itu yang

namanya hitungan untuk kalangan pesantren adalah ilmu yang tidak

disukai, tetapi ayah sangat suka. Saya pernah menemukan secarik kertas

hitungan gerhana kalau ga salah tahun 1935 berarti umur ayah saya 15

tahun, hitungannya yang digunakan seperti model sekarang, yaitu

menggunakan logaritma yang rumit dan ayah saya itu belajar sendiri kalau

ayah saya tidak paham, ada kaka kelasnya yang temen mainnya waktu di

sekolah belanda,ayah saya belajar dengan dia, tetapi belajarnya bukan di

kelas, di luar waktu sekolah karena ayah saya haus dengan pertanyaan . Itu

hitungannya lengkap seperti model yang digunakan oleh Kemenag

sekarang. Selain dari bertanya ke kakak kelasnya, ilmunya dari baca buku,

dari data tersebut diolah menjadi rumus. Sekarang kan kalau ga pake

kalkultaor itu gabisa.

P : Bagaimana karya intelektual KH Turaichan Adjhuri?

N : Sebetulnya ini yang saya sayangkan,banyak sekali tulisan manuscript

dirumah yang tidak diterbitkan. Beliau paling tidak konsennya dalam

bidang fiqih, kalau sedang ada diskusi NU beliau selalu aktif yang selalu

mewarnai diskusi tersebut. Jaman muda dia bikin surat undangan sendiri

nanti ada yang nganter ,memimpin baso masail, lalu mendokumentasikan,

nah itu sangking aktifnya dalam pemabahasan masalah.

Page 68: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

P : Bagaimana aktifitas dan karir KH turaichan Adjhuri?

N : Dalam bidang falak memang ilmu tambahan yang selalu beliau

kembangkan, sampai ada yang menerbitkan yaitu percetakan menara

kudus, dimulai tahun 50an sekitar 68 tahun yang lalu. Waktu itu kertas

sulit di dapatkan. Cara membuatnya manual dibuat sendiri, bahannya dari

kerdus-kerdus yang dikumpulkan lalu di rendam dengan air lalu di press.

Awal mulanya kertas kalendernya menggunakan bahan-bahan tersebut.

Pada waktu itu di Kudus sudah ada percetakan.

Dalam bidang mawaris beliau dikenal tempat bertanya masalah kewarisan.

Beliau cukup memiliki keahlian yang sampai saat itu membuat tabel

kewarisan yang belakangan digunakan oleh para hakim di Mahamah

Agung. Karena waktu itu saya pernah disuruh mengisi pelatihan mawaris

untuk kanwil seluruh Indonesia, ada orang Kalimantan yang bertanya

mengenai tabel hitungan mawaris yang pernah ayah saya buat, nah saya

tau nya dari situ kalu table tersebut ayah saya yang membuat. Bentuknya

dalam lembar double folio.

Satu lagi yang menjadi cirinya yaitu kemampuannya untuk

menulis bahasa Arab dengan tingkatan sastra yang tinggi. Dulu waktu

saya kuliah di IAIN Jakarta, ayah saya kalau ngirim surat ke saya selalu

bahasa Arab meskipun singkat kalimatnya tetapi maknanya sangat dalam.

Terus setiap ada peristiwa penting ayah saya selalu menggambarkannya

dengan kata-kata, kata tersebut dibuat dengan rumusan kata yang

bermakna tetapi seriap huruf ada nilai hitungannya dan ketika dijumlahkan

ada nilainya dan nilai tersebut adalah tahun terbit peristiwa itu. Ayah saya

mengikuti gurunya, dan gurunya itu yang membuat tulisan di masjid

menara Kudus. Kemampuan bahasa arabnya dalam Balaghah cukup tinggi.

Saya pernah menemukan sebuah buku syair syair Ibnu Ruslan, setiap

syairnya itu dikasih komentar yang menggunakan bahasa Arab yang

tingkat sastra nya tinggi. Yang saya sayangkan tidak ada yang beredar dan

tidak dipublikasikan

P : Bagaimana konsep Almanak Menara Kudus dalam wacana hisab rukyat di

Indonesia?

N : Almanak menara kudus lebih menggunakan konsep imkan rukyah. Jaman

dulu penentual awal ramadhan syawal dzulhijah ada yang murni

menggunakan rukyah, yang melihat ini ada yang dibekali hitungan ada

yang tidak. Kalau menurut saya harus dibekali hitungan kalau tidak lalu

Page 69: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

bagaimana mengarahkan pandangannya padahal waktu Magrib sangat

sempit, kalau ga pake hitungan tidak fokus munculnya hilal dimana. Ada

juga yang berpegang gausah lihat lah bergantung pada hitungan

saja.Almanak menara Kudus selalu memberikan nuansa jangan ada rukyah

tanpa hisab begitupun sebaliknya kalau hasilnya rendah nanti ada orang

yang mengaku lihat tolak aja itu, pasti itu salah lihat. Maka dari itu

Almanak Menara Kudus menggunakan konsep imkanuur rukyah. Maksud

dari konsep ini untuk menjembatani orang yang berpegang teguh dengan

konsep hisab murni dengan orang yang berpegang teguh dengan rukyah

murni jadi ini pertengahan. Almanak Menara Kudus selalu memberikan

hitungannya imkanur rukyah, jika hasilnya terlalu rendah maka harus di

istikmal kan.

P : Bagaimana argumen normatif Almanak Menara Kudus dalam wacana

hisab?

N : Untuk wawasan falakkiyah, ketika penentuan awal bulan, ayah saya

mengikuti sidang isbat untuk menjadi panduan masyarakat yang

melibatkan kepentingan publik sehingga memberikan bimbingan kepada

umat Muslim.

P : Bagaimana aplikasi Almanak Menara Kudus dalam penentuan awal bulan

hijriyah?

N : Kalau dari jaman dulu Almanak Menara Kudus lahir sebagai bimbingan

untuk umat. Pada era 70an dibentuk badan hisab rukyah dan ayah saya

menjadi anggota, disitu ayah saya memberikan kontribusi hitungannya lalu

mengikuti musyawarah kerja selama seminggu lalu ayah saya

mengirimkan hasil hitungannya. Terjadi perbedaan pada tahun 1990an,

dengan ketentuan ketentuan Kementrian Agama,ketika itu lebarannya

berbeda, beda satu hari, dan waktu itu hanya Almanak Menara Kudus yang

berbeda dan sering terjadi perbedaan saat itu tetapi yang cukup

gempartahun 1990. Karena pada saat itu sampai dirilis oleh berbagai

macam media. Kementrian agama tahu, direktur peradilan agama yang

dipegnag oleh Pak Taufik pada waktu itu sudah mengelilingi Jawa Timur,

dan sudah sepakat NU dan Muhammadiyah lebaran hari rabu, beliau lupa

kalau Almanak Menara Kudus punya umat dan perbedaan saat itu

Almanak Menara Kudus yang benar. Setelah itu Kementrian Agama

gelisah karena merasa rukyat pada malam Rabu di Gresik cacat, masih

rendah tetapi sudah bazar rukyat dan Menteri Agama pada waktu itu ragu

sendiri, bahwasannya Almanak Menara Kudus yang benar. Akhirnya Pak

Page 70: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

Taufik datang ke Kudus diantar Pak Wahyu Widiana. Pada tahun 1990

pada waktu itu saya sudah mengajar di UIN, ketika itu Pak Taufik yang di

kritik mengenai konsiderannya oleh ayah saya, bukan hasil rukyatnya.

Akhirnya pada waktu itu Pak Taufik mengucapkan terimakasih karena

yang di kritik konsiderannya karena begitu teliti. Kemudian pada tahun

1991 ketika pak taufik ke rumahsaya di Kudus, Pak Taufik mengundang

ayah saya untuk musyawarah kerja di Jakarta, tetapi ayah saya menolak

untuk ikut jika harus keluar kota karena sudah tidak sanggup. Lalu Pak

Taufik menayakan apakah ada murid yang bisa di ajak untuk musywarah

kerja, ayah saya menjawab saya punya anak di ciputat. Mungkin anak saya

yang saya harapkan bisa meneruskan. Lalu Pak Taufik menelepon dekan

syariah lalu Pak Wahyu yang datang menemui saya ketika itu saya baru 1

tahun menjadi dosen syariah. Lalu Pak Wahyu bilang kalau saya yang

akan menggantikan ayah saya untuk Musyawarah Kerja. Awalnya saya

agak takut lalu pak wahyu bilang ini gakpapa nanti saya yang bimbing.

Dari tahun 1991 sampai sekarang saya yang selalu menjadi perwakilan

ayah saya untuk muker. Keterlibatan Almanak Menara Kudus semenjak

jadi konsideran lalu diundang untuk muker, saya bagian menjadi

penyusunan almanak menara kudus atas nama keluarga. Ayah saya

meninggal tahun 1999, biasanya setiap tahun mengirimkan hasil hisab nya

ke kementrian agama tetapi pada tahun 1995 ayah saya mengirimkan hasil

hisab dari tahun 1995-1999. Lalu ayah saya menyuruh kakak saya untuk

mengirimkan hasilnya ke percetakan, kakak saya menanyakan hasil hisab

untuk tahun selanjutnya, lalu ayah saya menjawab “yasudah nanti juga ada

yang nerusin saya sudah gak sanggup”. Ketika ayah saya masih hidup di

awal tahun 1999 percetakan menara kudus mau menerbitkan yang edisi

hijriyah, ayah saya sudah tidak mau menghitung lagi, lalu ketika itu semua

orang bingung siapa yang akan bertanggungjawab dengan kalender

hijriahnya? Ketika itu saya masih di ciputat, lalu saya di telfon untuk

menghitung kalender hijriah. Akhirnya ketika lebaran saya pulang, lalu

orang percetakan datng kerumah saya untuk bertemu dengan saya

khususnya, padahal ayah saya ada didalam. Lalu orang percetakan minta

saya untuk mengirim naskah untuk menggantikan peran ayah saya. Begitu

selesai orang percetakannya pulang, saya dipanggil ayah saya. Ayah saya

menanyakan keperluan orang percetakan tersebut untuk apa, lalu saya

menjelaskan apa yang dituju orang percetakan tersebut. Lalu ayah saya

menanyakan apakah saya bisa membuatnya atau tidak, lalu saya jawab

“saya tidak berani menjawab apa-apa, kecuali kalau Bapak memberikan

restu saya laksanakan, kalau tidak ya saya tidak berani menjawab apa-

apa”. Lalu ayah saya langsung mengatakan bahwa saya direstui untuk

Page 71: ALMANAK MENARA KUDUS: STUDI PEMIKIRAN KH. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44730/1/LEGINA...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode hisab yang

mengirim naskah kalender Hijriyah tahun depan. Setelah itu saya

menghitung penuh dengan kekuatan, meskipun sebenarnya susah payah

menghitungnya. Semenjak itu saya yang menggantikan peran ayah saya.

P : apakah ada murid-murid beliau yang masih hidup Pak?

N : tidak ada, terakhirr muridnya Cuma saya. Murid-murid nya yang lain

seperti KH Noor Ahmad sudah wafat.