All
-
Upload
ratna-suciati -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
description
Transcript of All
BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
A. Pengertian
Akut Limfoblastik Leukemia ( ALL ) adalah suatu proliferai ganas dari Limfoblast
(Wiwik Handayani, Andi Sulistyo Haribowo.2008).
Akut Limfoblastik Leukemia ( ALL ) adalah bentuk akut dari leukemia yang
diklasifikasikan menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa limfoblast
(Arif Muttaqih.2009).
Akut Limfoblastik Leukemia ( ALL ) adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit
(Cecily L. Belt dan Linda A. Sewden.2002).
Klasifikasi
Menurut Wiwik Handayani dan Andi Sulistyo Haribowo 2008 ALL diklasifikasikan
sebagai berikut
1. Secara morfologis, menurut FAB ( Frech, British dan America ) ALL dibagi menjadi 3
jenis yaitu :
a. L1 = ALL dengan sel limfoblast kecil-kecil dan merupakan 84 % dari ALL,
biasanya ditemukan pada anak-anak.
b. L2 = Sel lebih besar , inti ireguler, kromatin bergumpal, nukleoli prominen dan
sitoplasma agak banyak merupakan 14 % dari ALL, biasanya terjadi pada orang
dewasa.
c. L3 = ALL mirip dengan limfoma burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak
vakuola, hanya merupakan 1 % dari ALL.
2. Secara imunofenotipe ALL dapat dibagi menjadi empat golongan besar yaitu sebagai
berikut
a. Lemmon ALL → Frekuensi relatif pada anak-anak 76 % dan dewasa 51 %.
b. Null ALL → Frekuensi relatif pada anak-anak 12 % dan dewasa 38 %.
c. T-ALL → Frekuensi relatif pada anak-anak 12 % dan dewasa 10%.
d. B-LL → Frekuensi relatif pada anak-anak 1 % dan dewasa 2 %.
B. Proses terjadinya Masalah
1. Etiologi
Manurut Ngastiyah 2005, etiologi ALL sampai sekarang belum jelas, diduga
kemungkinan besar karena virus ( Virus Onkogenik ). Faktor lain yang turut berperan
ialah
a. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi belum diketahui secara pasti.
b. Faktor Predisposisi
Faktor lain yang berperan :
1) Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (benzol, arsen,
preparat sulfat), infeksi, ( virus, bakteri ).
2) Faktor endogen
Seperti ras ( orang Yahudi mudah menderita LLK ). Faktor kontitusi
seperti kelainan kromosom ( Sindrom Down, angka kejadian tinggi ),
herediter ( kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik
atau kembar satu telur)
2. Patofisiologi
Menurut Arif Muttaqin 2009, Patofisiologi ALL sebagai berikut : ALL meningkat
dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel
penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang, biasanya dijumpai tingkat pengembangan
limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai dari yang prematur hingga hampir
menjadi sel normal.
Derajat kematangannya merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblast dan biasanya
terdapat leukositosis, kadang-kadang Leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil sering
kali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang biasanya menunjukkan sel-sel blast yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai
dari stem sel pluripoten , kemudian stem sel limfoid, Pre-B, early B, sel B intermedia, sel
B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel
pluripoten, berkembang menjadi stem sel limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, serta menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular
sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenemegali. Sakit
tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat yaitu sakit
kepala, muntah-muntah, kejang, dan gangguan penglihatan.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden 2002, manifestasi klinis ALL
sebagai berikut :
Bukti anemia, perdarahan dan infeksi
1) Demam
2) Keletihan
3) Pucat
4) Anoreksia
5) Petekia dan perdarahan
6) Nyeri sendi dan tulang
7) Nyeri abdomen yang tidak jelas
8) Berat badan turun
9) Pembesaran dan Fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial-hati, limpa dan
limfonodus.
Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges
1) Nyeri dan kaku kuduk
2) Sakit kepala
3) Iritabilitas
4) Letargi
5) Muntah
6) Edema papil
7) Koma
Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena
Kelemahan ekstremitas bawah
Kesulitan berkemih
Kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan ( efek samping lanjut dari terapi
).
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wiwik Handayani dan Andi Sulistyo Haribowo 2008, pemeriksaan
penunjang ALL sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1) Ditemukan sel muda limfoblast
2) Leukositosis ( 60 % )
3) Kaadang-kadang Leukopenia ( 25 % )
4) Jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah
5) Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
b. Pemeriksaan sumsum tulang → biasanya menunjukkan sel blast yang dominan.
Menurut Arif Muttaqin 2009, pemeriksaan diagnostik ALL adalah:
a. Count blood cells : indikasi normositik, anemia normokromik
b. Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gram %
c. Retikulosit : menurun / rendah
d. Jumlah keping darah : sangat rendah ( < 50.000/mm )
e. White blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke kanan)
f. Serum / urine uric acid : meningkat
g. Serum zinc : menurun
h. Bone marrow biopsy : indikasi 60-90% adalah blast sel dengan precursor eritroid, sel
matur dan penurunan megakariosit.
i. Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfe : menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.
5. Penatalaksanaan
Menurut Wiwik Handayani dan Andi Sulistyo Haribowo 2008, penatalaksanaan
ALL sebagai berikut :
Bentuk terapi utama dalam penanganan ALL adalah kemoterapi. Kemoterapi untuk ALL
yang paling mendasar terdiri atas panduan obat.
a. Induksi remisi
1) Obat yang digunakan terdiri atas :
a) Vincristine ( VCR ) → 1,5 mg/m2/minggu secara IV
b) Prednison ( Pred ) → 6 mg/m2/harri secara oral
c) L. Asparaginase ( L. Asp ) → 10.000 U/m2
d) Daunorubicin ( DNR ) → 25 mg/m2/minggu-4 minggu
2) Regimen yang digunakan untuk ALL dengan risiko standar terdiri atas :
a) Prednison + VCR
b) Prednison + VCR + L. Asparaginase
3) Regimen untuk ALL dengan resiko tinggi atau ALL pada orang dewasa
antara lain :
a) Prednison + VCR +DNR dengan atau tanpa L. Asparaginase
b) DNR + VCR + Prednison + L. Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
b. Terapi Post remisi
1) Terapi untuk sanctuary phase ( membasmi sel leukemia yang bersembunyi
dalam SSP dan testis ).
2) Terapi intensifikasi / konsolidasi : pemberian regimen non cross resistant
terhadap regimen induksi remisi.
3) Terapi pemeliharaan ( maintenance ) : umumnya digunakan 6
mercaptopurine ( 6 Mp ) per oral, diberikan selama 2-3 tahun dengan
diselingi terapi konsolidasi.
Menurut Ngastiyah, 2005 penatalaksanaan medis ALL sebagai berikut :
a. Transusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb < 6 gram %. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (Prednison, kortison, deksametason dan sebagainya) setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama ( 6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat
atau Mtx ) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih peten seperti
vinkristin ( oncovin ), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat
lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednisone. Pada pemberian obat ini sering terrdapat akibat samping berupa
alopesia ( botak ), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila
jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.
d. Infeksi sekunder ( Infeksi yang menular ke bagian tubuh lain) dihindarkan, lebih
baik pasien dirawat di kamar yang suci hama
e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan
( mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalaam pengembangan ).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman,
tetapi prinsipnya sama yaitu dengan pola dasar :
a. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut
sampai sel blast dlm sumsum tulang kurng dari 5 %.
b. Konsolidasi
Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat
Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps, biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat. Diberikan Mtx secara
intratekal dan radiasi kranial.
f. Pengobatan imunolegik
Pola ini dimaksudkan menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam
tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna ( dengan berbagai cara yang dilakukan
di bagian IKA ). Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus. Pungsi sumsum tulang diulang secara rutin setelah induksi pengobatan
(setelah 6 minggu).
Menurut Ngastiyah 2005, penatalaksanaan keperawatan ALL adalah :
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien
lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada
umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka
pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan adalah ruangan
yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan
lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang
dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.
6. Komplikasi
Menurut Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden 2002, komplikasi ALL terdiri dari :
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Hepatomegali
d. Splenomegali
e. Limfadenopati
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong, Donna L, 2004 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien leukemia:
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder,
gangguan dalam Samarium (SM) (Granulosit rendah dan jumlah limfosit abnormal)
peningkatan jumlah limfosit imatur.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan, penurunan pemasukan cairan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisikal, agen kimia
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum : penurunan cadangan energi,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan
D. FOKUS INTERVENSI
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahanan sekunder,
gangguan dalam kematangan Sel Darah Putih (Granulosit rendah dan jumlah limfosit
abnormal), peninkatan jumlah limfosit imatur.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi, menunjukkan
teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan lingkungan, meningkatkan
penyembuhan.
Rencana intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan khusus, batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : melindungi dari sumber potensial / infeksi
b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan
pengunjung.
Rasional : menurunkan resiko infeksi
c. Awasi suhu, perhatikan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi,
observasi demam sehubungan dengan takikardi hipotensi
Rasional : hipertermia lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam.
d. Dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, batuk
Rasional : mencegah statis secret pernafasan, menurunkan resiko
otelektasis/pneumonia.
e. Inspeksi membrane mukosa mulut, Berikan kebersihan mulut baik, gunakan sikat gigi
halus untuk perawatan mulut.
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.
f. Hindari/batasi prosedur invasive (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
Rasional : kulit robek dapat memberikan jalan masuk patogenik.
g. Awasi pemeriksaa laboratorim
Rasional : penurunan jumlah SDP normal/imatur dapat diakibatkan oleh proses
penyakit atau kemoterapi, melibatkan respon imun dan peninkatan resiko infeksi.
h. Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotic
Rasional : dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi khusus.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan, pemasukan cairan yang menurun.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
- menunjukkan volume cairan adekuat
- mengidentifikasi factor resiko individual dan intervensi yang cepat
- Melakukan perubahan pola hidup/perilaku untuk mencegah terjadinya deficit volume
cairan.
Intervensi :
a. Awasi masukan/keluaran perhatikan penurunan urine pada adanya pemasukan
adekuat.
Rasional : penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM dan pencetusnya
pada tubulus ginjal dan atau terjadi batu ginjal dapat menimbulkan retensi urine atau
gagal ginjal.
b. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.
c. Awasi tekanan darah dan frekuensi jantung
Rasional : perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung dapat menunjukkan efek
hipovolemia.
d. Perhatikan adanya mual dan demam
Rasional : mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan rute penggantian
e. Inspeksi kulit/membrane mukosa untuk petekie area ekimotik : perhatikan perdarahan
gusi, perdarahan lanjut dari sisi tusukan invasive.
Rasional : supresi sum-sum tulang dan produksi trombosit menempatkan pasien pada
resiko perdarahan spontan tak terkontrol.
f. Berikan diit halus
Rasional : dapat menurunkan iritasi gusi
g. Berikan cairan IV sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit pada tidak ada pemasukan
oral.
h. Awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional : bila jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm3 pasien cenderung
perdarahan spontan yang mengancam hidup.
i. berikan obat sesuai indikasi
Rasional : menghilangnya mual, muntah sehubungan dengan pemberian agen
kemoterapi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisikal,agen kimia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
- pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Menujukkan perilaku penanganan nyeri
- Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
a. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat nyeri (gunakan skala 0-10)
Rasional : membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi.
b. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk non verbal missal : otot tegang, gelisah.
Rasional : dapat membantu menevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
Rasional : meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping.
d. Berikan tindakan kenyamanan (pijitan, kompres dingin) dan dukungan psikologis.
Rasional : meminimalkan kebutuhan dan meningkatkan efek obat.
e. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien
Rasional : penggunaan persepsi sendiri untuk menghilangkan nyeri dapat membantu
pasien mengatasinya lebih efektif.
f. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, contoh asetaminofen.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum : penurunan cadangan energi,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas.
Kriteria hasil :
- Laporan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
- Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
- Menunjukkan penurunan tanda psikologis tidak toleran missal : nadi
Pernafasan dan tekanan darah masih dalam batas normal.
Intervensi :
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
Rasional : efek leukemia, anemia dan kemoterapi mungkin komulatif (khususnya
selama fase pengobatan, akut dan aktif)
b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional : menghambat energi keluar untuk aktivitas dan energi dipergunakan untuk
regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan.
c. Implementasi teknik pengematan energi, Bantu ambulasi/aktivitas sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
d. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi, berikan kebersihan mulut sebelum makan dan
berikan antiemetik sesuai indikasi.
Rasional : dapat meningkatkan pemasukkan dengan penurunan mual.
5. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan masukkan oral, mual, muntah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Meningkatkan masukan oral
- Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas tanda malnutrisi.
- Melakukan perilaku / perubahan pola tidur untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan. Catat turgor kulit berat badan dan derajat
kekurangan berat badan, riwayat muak/muntah atau diare, integritas mukosa oral.
Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
b. Pastikan pola diet, Biasanya pasien menyukai / tidak menyukai makanan /minuman
tertentu.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan / kekuatan khusus
pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diit.
c. Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodic. Pantau pemeriksaan
laboratorium.
Rasional : berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
d. Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat kemunkinan hubungan dengan obat.
Rasional : dapat mempengaruhi pilihan diit dan mengidentifikasi area pemecahan
masalah untuk meningkatkan pemasukan nutrisi.
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : berguna dalam memberi pengetahuan dan semangat agar pasien memenuhi
kebutuhan nutrisi.
f. Beri perawatan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
Rasional : dapat membantu meningkatkan nafsu makan
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien atau keluarga pasien
mengetahui atau pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
- Melakukan perubahan pola hidup yang baru
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
a. Kaji ulang pathologi khusus leukemia dan berbagai bentuk pengobatan.
Rasional : pengobatan dapat termasuk berbagai obat anti neoplastik, radiasi seluruh
tubuh atau hati/limfa
b. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
Rasional : memberikan pengetahuan dan penanaman tentang penyakit.
c. Tentukan persepsi pasien tentang leukemia dan pengobatan leukemia.
Rasional : membantu mengidentifikasi ide, sikap, rasa takut kesalahan konsepsi dan
kesenjangan leukemia.
d. Berikan pedoman antisipasi pada pasien / orang terdekat mengenai protocol
pengobatan, lama terapi, hasil yang diharapkan kemungkinan efek samping. Bersikap
jujur pada pasien.
Rasional : informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta, EGC, 2006.
Betz, Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta, EGC, 2002.
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta, EGC, 2000
Doenges, E. Marilyn, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1999
Handayani, Wiwi, Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Hematologi,
Jakarta, Salemba Medika. 2008.
Muttaqin, Arif, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi,
Jakarta, Salemba Medika, 2009.
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 2005.
Suryadi, Asuhan Keperawatan pada Anak edisi 2, Jakarta, EGC, 2006.
Wilkinson, Judith M., Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7, Jakarta, EGC, 2006.
Wong, Donna L., Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik , Jakarta, EGC, 2004.