All about servqual.pdf
description
Transcript of All about servqual.pdf
MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK
COURSE MATERIAL: ANALISA SERVQUAL
(Service Quality)
RACHMAT HIDAYAT, MPA
PRODI ADMINISTRASI NEGARA
FISIP
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Model ServQual Metode ServQual adalah metode yang sering digunakan untuk mengukur
kualitas layanan. Metode ServQual ini sangat berkaitan erat dengan dimensi
kualitas pelayanan (Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1990)
Keterkaitan antara metode ServQual dengan dimensi kualitas pelayanan
menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman yaitu untuk mengetahui apakah
suatu pelayanan memiliki kualitas yang baik dan dapat memuaskan pelanggan
harus diukur.
Namun untuk mengukurnya juga memerlukan sebuah parameter, dan
dalam metode ServQual kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara
menghitung nilai persepsi pelanggan dengan nilai harapan pelanggan. Harapan
dan persepsi pelanggan tersebut diukur dari kinerja pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
a. Bukti langsung (tangibles)
b. Kehandalan (reliability)
c. Daya tanggap (responsiveness)
d. Jaminan (assurance)
e. Empati
Masalah dalam Penyampaian Pelayanan
Adapun 5 gap/kesenjangan penyebab ketidaksuksesan penyampaian pelayanan yang
dikemukakan oleh Parasuraman (dalam Tjiptono, 2003:46-48) adalah sebagai berikut:
1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
Manajemen tidak selalu dapat merasakan apa yang diinginkan pelanggan secara cepat.
Contohnya pengelola rumah sakit mungkin mengira para pasiennya menginginkan
makanan yang lebih baik, padahal pasien-pasien tersebut mungkin lebih
memperhatikan daya tanggap para juru rawat.
2. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa
Mungkin manajemen mampu merasakan secara tepat apa yang diinginkan oleh para
pelanggan, tetapi pihak manajemen tersebut tidak menyusun suatu standar kinerja
tertentu. Misalnya pengelola rumah sakit meminta para juru rawatnya untuk
memberikan pelayanan secara cepat tanpa menentukan secara kuantitatif seberapa
lama suatu pelayanan dapat dikategorikan cepat.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa
Karyawan perusahaan mungkin kurang dilatih atau bekerja melampaui batas dan tidak
dapat atau tidak mau untuk memenuhi standar. Atau mereka mungkin dihadapkan
pada standar-standar yang bertentangan, misalnya mereka harus meluangkan waktu
untuk mendengarkan keluhan atau masalah para pelanggan dan melayani mereka
dengan cepat.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh wakil
(representatives) dan iklan perusahaan. Bila brosur rumah sakit menggambarkan
suatu ruangan yang indah, tetapi pasien yang tiba dan merasakan bahwa ruang
tersebut berkesan murahan dan kotor, maka komunikasi eksternal telah mendistorsi
harapan pelanggan.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan
Gap ini terjadi bila konsumen mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara
yang berlainan atau salah dalam mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Dokter bisa
saja terus mengunjungi para pasiennya untuk menunjukkan perhatiannya, tetapi
pasien bisa menginterpretasikannya sebagai suatu indikasi bahwa ada sesuatu yang
tidak beres berkenaan dengan penyakit yang dideritanya.
---------------------
Gap 5
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pemasaran Gap 4
Gap 1 -------
Gap 3
Gap 2
--------------------
Gambar 1 Model Kualitas Jasa
Sumber : Parasuraman (dalam Tjiptono, 2003:49)
Dari kelima gap atau kesenjangan di atas, yang paling berpengaruh dalam
menggambarkan tingkat kepuasan yang diharapkan oleh konsumen dengan
pelayanan yang dirasakan adalah gap 5 (lima). Gap 5 (lima) ini lebih menitik
beratkan pada konsumen atau pelanggan eksternal, sedangkan gap 1 sampai
dengan gap 4 lebih menitik beratkan pada sisi internal organisasi pemberi
layanan.
Komunikasi dari mulut ke mulut
Kebutuhan Personal
Pengalaman yang lalu
Jasa yang Diharapkan
Jasa yang Dirasakan
Penyampaian Jasa
Penjabaran Spesifikasi
Persepsi Manajemen
Komunikasi Eksternal
Gambar 2 Model Kesenjangan Antara Harapan Pelanggan Dengan Kualitas Pelayanan Sumber : Parasuraman (dalam Tjiptono, 2005:150)
Apa yang dinyatakan Valerie dan Parasuraman di atas kemudian dijadikan landasan oleh penulis untuk menggunakan pendekatan kesenjangan (gap) ke 5 yaitu kesenjangan antara jasa yang dirasakan dengan jasa yang diharapkan, pihak konsumen
Orientasi Riset
Komunikasi Vertikal
Level Manajemen
Komitmen manajemen
Penetapan tujuan
Standarisasi tugas
Persepsi terhadap kelayakan
Kerjasama
Kecocokan karyawan
Kecocokan teknologi
Persepsi terhadap kendali
Kecenderungan untuk menjanjikan yang berlebihan
komunikasi
ambiguitas
Konflik peran
System pengawasan
Gap 1
Gap 2
Gap 3
Gap 4
Gap 5 Kualitas pelayanan
Bukti langsung
Keandalan
Daya tanggap
Jaminan
empati
5 DIMENSI dalam Mengukur Kualitas Pelayanan
Menurut Berry dan Parasuraman (dalam Nasution, 2004:56) terdapat
lima dimensi yang menjadi indikator untuk mengukur kualitas
pelayanan.
1. Tangibles (bukti fisik) yang dapat dilihat secara langsung dari
suatu pelayanan kepada pelanggan yang meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Item-itemnya
antara lain:
2. Reliability (kehandalan) yang dapat dilihat dari kemampuan
pegawai untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan cepat
dan terpercaya, dan item-itemnya antara lain:
3. Responsiveness (daya tanggap) dapat dilihat dari adanya
kemampuan para staf untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan tanggap, dan item-itemnya antara lain:
4. Assurance (jaminan) dapat dilihat dari adanya pengetahuan dan
kesopanan petugas dan kemampuan mereka untuk menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan, item-itemnya antara lain:
5. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
para pelanggan, item-itemnya antara lain:
Contoh Aplikasi Analisa Servqual
Analisa Kualitas Layanan Kereta Api Logawa DAOP IX Jember
Tipe Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Sedangkan berdasakan metodenya, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian survey
Singarimbun (1995:3) menyebutkan bahwa penelitian survey adalah “penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data yang pokok.” Selanjutnya berdasarkan jenis datanya penelitian ini termasuk dalam
penelitian kuantitatif, di mana menurut Sugiyono (2009: 14) data kuantitatif adalah “data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.” Sugiyono juga menambahkan
(2009:14) “data kualitatif yang diangkakan (skoring) misalnya terdapat dalam skala
pengukuran.”
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi di mana peneliti melakukan penelitian untuk
memperoleh data-data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ditetapkan.
Tempat penelitian dilakukan di PT Kereta Api Indonesia (persero) DAOP IX Jember
khususnya pada kereta api Logawa. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada alasan
bahwa lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis, selain itu PT Kereta Api Indonesia
(persero) DAOP IX Jember merupakan salah satu penyedia jasa angkutan transportasi darat
yang sangat penting sehingga penulis tertarik untuk menjadikan PT Kereta Api Indonesia
(persero) DAOP IX Jember sebagai lokasi penelitian.
Waktu penelitian merupakan jangka waktu dari penelitia. Penelitian ini dilakukan dengan
jangka waktu 2 bulan yaitu desember 2011 sampai februari 2012.
Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2009:90) memberikan pengertian tentang populasi yaitu “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Adapun jumlah penumpang kereta api Logawa dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli
dengan komposisi yang telah ditentukan berdasarkan jenis profesi penumpang yaitu seperti
pada tabel 3.1 di bawah ini.
Bulan Jenis Profesi Jumlah
Penumpang Pedagang P.Swasta Pelajar PNS Wiraswasta
Mei 2.917 4.667 2.917 1.750 7.195 19.447
Juni 4.033 6.453 4.033 2.420 9.949 26.889
Juli 3.831 6.129 3.831 2.298 9.449 25.538
JUMLAH 10.781 17.249 10.781 6.468 26.593 71.877
Rata-
Rata
3.594 5.750 3.594 2.156 8.865 23.959
Sumber : Data Sekunder PT.KAI DAOP IX Jember
Pembagian penumpang kereta api Logawa menurut jenis profesi tersebut didapatkan dari
hasil wawancara dengan pihak penyedia layanan kereta api yang menyebutkan bahwa setiap
bulannya rata-rata penumpang kereta api yang berprofesi sebagai pedagang adalah 15%,
pegawai swasta sebanyak 24%, pelajar atau mahasiswa sebanyak 15%, PNS sebanyak 9%,
dan sisanya sebagai wiraswasta sebanyak 37% dan perhitungannya telah disebutkan pada
tabel 3.1 di atas. Berdasarkan tabel tersebut maka penulis menentukan jumlah populasi dari
jumlah penghitungan rata-rata penumpang yaitu sebesar 23.959 orang.
Penentuan Sampel Hadi (1989:81) mengemukakan pendapatnya bahwa “sebenarnya tidak ada suatu ketetapan
mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi, ketiadaan ketetapan yang
mutlak itu tidak perlu menimbulkan suatu keragu-raguan pada seorang peneliti.” Namun
untuk mendapatkan data yang valid maka penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan
rumus perhitungan dan tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Isaac dan
Michael. Rumus penghitungan dari Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2009:98) adalah
sebagai berikut :
λ².N.P.Q S = d² (N – 1) + λ².P.Q
=
0,05² (23.959 – 1) + 3,841 x 0,5 x 0,5
3,841 x 23.959x 0,5 x 0,5
=
60,855
23.006,6
= 378
Keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
λ² dengan dk = 1, ditentukan taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 378. Untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian ini maka responden yang menjadi
sasaran harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini penulis
menentukan responden berdasarkan tujuan atau kepentingannya yang dilihat berdasarkan
pekerjaan atau profesinya. Sehingga pengambilan sampel yang demikian disebut dengan
Proportionate Stratified Random Sampling. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
maka proporsional sampel yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Pedagang : 3.594
23.959
x 378 = 56,7 → 57 orang
b. Pegawai Swasta : 5.750
23.959
x 378 = 90, 3 → 90 orang
c. Pelajar/Mahasiswa : 3.594
23.959
x 378 = 56,7 → 57 orang
d. Pegawai PNS : 2.156
23.959
x 378 = 34,0 → 34 orang
e. Wiraswasta : 8.865
23.959
x 378 = 139,8 → 128 orang
+ JUMLAH 378 orang
Adapun teknik pengambilan anggota sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah
incidental sampling. Sugiyono (2009:96) menyebutkan bahwa “sampling insidental adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
Teknik Pengumpulan Data
Tujuan dari suatu penelitian adalah untuk memperoleh data. Data perupakan hal yang
sangat penting karena data akan mempermudah untuk menganalisa suatu masalah. Adapun
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan Data Primer
a. Teknik Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2009:157).
b. Teknik Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (Sugiyono, 2009:162).
Menurut Singarimbun (1985:130) “pada penelitian survai, penggunaan
kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner
tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian
serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil
kuesioner itu.” Selanjutnya Singarimbun (1985:130) menjelaskan bahwa
Penyebaran kuesioner dilakukan kepada responden yang ditemui peneliti secara
insidental di kereta api Logawa.
c. Teknik Observasi
Hadi (dalam Sugiyono, 2009:166) “observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psokhologis.” Observasi
yang penulis lakukan adalah observasi pasif, artinya mengamati situasi tertentu tanpa
melibatkan diri dalam aktifitas tersebut.
2. Pengumpulan Data Sekunder
a. Dokumentasi
“teknik dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.”
Penggunaan metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data guna
menyusun deskripsi wilayah penelitian, disamping juga untuk melengkapi analisis
data.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ServQual, yang
menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 2004:99) dijelaskan bahwa :
“Alat ini dimaksudkan untuk mengukur harapan pelanggan dan persepsi, dan kesenjangan (gap) yang ada di model kualitas jasa. Pengukuran dapat dilakukan dengan skala Likert maupun semanis diferensial, di mana responden tinggal memilih derajat kesetujuan/ketidaksetujuan atas pertanyaan mengenai penyampaian kualitas jasa.”
Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menggunakan skala Likert untuk mengetahui
persepsi dan harapan konsumen atau pelanggan. Sugiyono (2009:107) menyebutkan “skala
Likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.” Sugiyono (2009:107) juga menambahkan :
“Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator veriabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.”
Berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang ada maka disusun seperangkat
pengukuran yang terdiri dari beberapa item untuk mengukur tingkat kualitas pelayanan.
Pengembangan melalui seperangkat item ini guna memenuhi harapan dan persepsi penilaian
konsumen terhadap suatu pelayanan. Untuk memenuhi harapan konsumen ketika sebelum
menggunakan jasa angkutan kereta api, maka setiap pertanyaan dirumuskan dengan
dilengkapi lima jawaban yang disusun berdasarkan skor satu sampai lima yang dimulai dari
pilihan jawaban yang bernilai negatif sampai jawaban yang mengandung arti positif.
Sedangkan untuk memenuhi persepsi konsumen setelah menggunakan jasa angkutan kereta
api, maka setiap pertanyaan dirumuskan dengan dilengkapi lima jawaban yang disusun
berdasarkan skor satu sampai lima, yaitu:
a. Tidak penting : 1
b. Kurang penting : 2
c. Cukup penting : 3
d. Penting : 4
e. Sangat penting : 5
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan
mencari rata-rata skor untuk persepsi setelah penggunaan jasa layanan yakni tingkat kepuasan
atas pelayanan yang telah diberikan dan rata-rata skor untuk harapan sebelum penggunaan
jasa layanan yakni tingkat kepuasan atas pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan dengan
kategori penilaian tingkat kepuasan sebagai berikut :
a. Tidak memuaskan/sangat tidak setuju : 0-20
b. Kurang memuaskan/kurang setuju : 21-40
c. Cukup memuaskan/tidak setuju : 41-60
d. Memuaskan/setuju : 61-80
e. Sangat memuaskan/sangat setuju : 81-100
Setelah mendapatkan jawaban dari kuesioner yang telah dibuat sebelumnya maka
untuk mengelola data tersebut yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung nilai dari
setiap item pertanyaan. Perhitungan item pertanyaan tersebut dilakukan dengan menggunakan
rumus (dalam Riduwan, 2002:13) sebagai berikut.
Jumlah Skor Jawaban =
Jumlah nilai Item x 100 Skor ideal
Hasil dari perhitungan Likert ini kemudian dioperasionalkan pada rumus ServQual
dengan Rumusan sebagai berikut:
Skor ServQual = Total Skor Persepsi - Total Skor Harapan
Sumber : Zeithaml, et al., 1990 (dalam Tjiptono, 2004:157)
Dari hasil pengukuran ServQual ini selanjutnya diinterpretasikan dengan mengacu
pada penjelasan berikut:
1. Jika dalam perhitungan selisih antara persepsi dengan skor harapan menghasilkan angka
positif, berarti kualitas pelayanan yang dirasakan melebihi tingkat pelayanan yang
diharapkan. Dengan demikian tingkat kualitas pelayanan terhadap pelanggan dapat
dikatakan sangat baik.
2. Jika dalam perhitungan selisih antara skor persepsi dengan skor harapan diperoleh
negatif, berarti kualitas pelayanan yang diberikan masih dirasakan kurang apabila
dibandingkan dengan harapan. dengan demikian kualitas pelayanan yang diberikan
terhadap pelanggan dapat dikatakan tidak memuaskan.
3. Jika dalam perhitungan selisih antara skor persepsi dengan harapan diperoleh skor 0
(nol), berarti kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang harapkan oleh
pelanggan. Dengan demikian tingkat kualitas pelayanan terhadap pelanggan dapat
dikatakan memuaskan.
Operasionalisasi Konsep
Menurut Berry dan Parasuraman (dalam Nasution, 2004:56) terdapat lima dimensi yang
menjadi indikator untuk mengukur kualitas pelayanan.
6. Tangibles (bukti fisik) yang dapat dilihat secara langsung dari suatu pelayanan kepada
pelanggan yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi. Item-itemnya antara lain:
a. Kondisi ruang pelayanan yang terdiri dari tempat parkir, tempat untuk pembeli
tiket, dan ruang tunggu penumpang;
b. Kondisi fasilitas yang ada pada gerbong kereta yang meliputi kipas angin, dan
ventilasi udara yang ada dalam gerbong kereta api Logawa;
c. Petugas menggunakan seragam saat melaksanakan tugas;
d. Kebersihan ruang pelayanan yang meliputi ruang tunggu penumpang, kebersihan
tempat duduk penumpang dalam gerbong kereta, dan kebersihan toilet dalam
gerbong kereta api Logawa.
7. Reliability (kehandalan) yang dapat dilihat dari kemampuan pegawai untuk
melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan cepat dan terpercaya, dan item-itemnya
antara lain:
a. Kecepatan petugas dalam penyelesaian proses pelayanan pembelian tiket kereta
api;
b. Tersedianya petugas keamanan dalam kereta api Logawa untuk melindungi
penumpang dari hal-hal yang membahayakan seperti kriminalitas;
c. Penyediaan dan pembagian tempat duduk di ruang tunggu penumpang;
d. Kesesuaian Penyediaan dan pembagian tempat duduk di dalam gerbong kereta api
Logawa;
e. Ketepatan pelayanan dan informasi yang disampaikan petugas kepada penumpang
kereta api.
8. Responsiveness (daya tanggap) dapat dilihat dari adanya kemampuan para staf untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan tanggap, dan item-itemnya antara
lain:
a. Kemudahan untuk mengakses informasi tentang produk-produk yang terkandung
dalam kereta api Logawa
b. Ketersediaan petugas untuk melayani penumpang;
c. Kesediaan petugas untuk membantu kesulitan yang dihadapi penumpang;
d. Kesiapan petugas dalam merespon permintaan dari penumpang khususnya untuk
menunjukkan lokasi gerbong dan nomor tempat duduk.
e. Petugas menginformasikan kepada penumpang tentang kepastian waktu dalam
pelayanan jasa;
f. Petugas memberikan pelayanan dengan sesegera mungkin khususnya kebutuhan
penumpang akan suatu informasi;
9. Assurance (jaminan) dapat dilihat dari adanya pengetahuan dan kesopanan petugas
dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, item-
itemnya antara lain:
a. Ketepatan jadwal keberangkatan kereta api Logawa;
b. Ketepatan jadwal kedatangan kereta api Logawa;
c. Adanya petugas keamanan dalam kereta api Logawa;
d. Adanya jaminan keselamatan bagi penumpang ketika menggunakan kereta api;
e. Harga sesuai dengan yang diinformasikan;
f. Ketepatan jawaban petugas ketika menjawab pertanyaan dari penumpang.
g. Keramahan dan kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan kepada
penumpang
10. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan, item-itemnya antara lain:
a. Sikap adil yang ditunjukkan petugas terhadap semua pengguna layanan;
b. Perhatian petugas terhadap permasalahan yang dihadapi oleh penumpang;
c. Dalam menjalankan tugasnya, petugas benar-benar mengutamakan kepentingan
penumpang daripada kepentingan pribadinya;
d. Kemudahan petugas untuk dihubungi dengan berbagai media (telepon biasa, HP)
oleh penumpang khususnya untuk menyampaikan keluhan penumpang kepada
penyedia layanan.