All About Kultur Jaringan

24
Pengertian Kultur Jaringan Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Prinsip Dasar Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi ( total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Manfaat Kultur Jaringan Melestarikan sifat tanaman induk Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus

Transcript of All About Kultur Jaringan

Page 1: All About Kultur Jaringan

Pengertian Kultur Jaringan

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi ( total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.

Manfaat Kultur Jaringan

• Melestarikan sifat tanaman induk

• Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama

• Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat

• Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus

• Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah

• Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah direkayasa dikembangkan melalui kultur jaringan sehingga menjadi tanaman baru secara lengkap

• Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.

Kelemahan Kultur Jaringan

• Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi

• Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan keahlian khusus

Page 2: All About Kultur Jaringan

• Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik.

Keuntungan Kultur Jaringan

• Pengadaan bibit tidak tergantung musim

• Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)

• Bibit yang dihasilkan seragam

• Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)

• Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah

• Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya

• Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki

• Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

b. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

c. Sentrilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul

Page 3: All About Kultur Jaringan

Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).

e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar

Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.

f. Aklimatisasi

Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.

Macam-Macam Kultur Jaringan

• Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda atau meristematik

• Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan

• Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kelapa kopyor yang sulit dikembangbiakan secara alamiah

• Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding

Page 4: All About Kultur Jaringan

• Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki atau membuat varietas baru

• Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya

Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Prinsip dasar kultur jaringan berpegangan pada teori sel dari Schwan dan Schleiden pada tahun 1834. Teori sel atau yang lebih dikenal dengan teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Sel-sel tersebut merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai kemampuan untuk mengadakan berbagai aktivitas hidup, seperti: metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan beregenerasi.

Orang pertama yang membuktikan teori totipotensi sel adalah Haberlant pada tahun 1902. Penelitian ini didasari oleh teori sel dan pemikiran bahwa setiap sel tumbuhan di dalam medium dan lingkungan yang cocok pada hakekatnya mampu mengadakan regenerasi membentuk organ yang sama atau membentuk organisme serupa. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel pada metode kultur jaringan adalah sumber eksplan, media, hormon, zat pengatur tumbuh (ZPT), dan lingkungan fisik kultur jaringan.

Tujuan Kultur Jaringan

Tujuan pokok penerapan perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah produksi tanaman dalam jumlah besar pada waktu singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan.

Manfaat Kultur Jaringan

Banyak metode dalam teknik kultur jaringan, selain untuk tujuan pokok yaitu perbanyakan dalam jumlah besar dan cepat juga metode-metode untuk tujuan pemuliaan tanaman, menghasilkan jenis tanaman yang baru yang kita inginkan. Manfaat kultur jaringan dibidang pertanian adalah produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem.

Untuk produksi bahan-bahan farmasi dimana sel-sel kultur juga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan yang dibutuhkan manusia dengan tingkat produksi per-unit berat kering yang setara atau lebih tinggi dari tanaman asalnya. Untuk pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika dengan cara memanipulasi jumlah kromosom melalui bahan kimia, meregenerasikan jaringan tertentu seperti endosperma dengan kromosom 3n, hibridasi somatik melalui fusi protoplasma, atau dengan transfer dna.

Page 5: All About Kultur Jaringan

Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan dengan penyimpanan untuk jangka panjang dengan penggunaan nitrogen cair pada temperatur –196 oC. Ada juga penyimpanan sementara, yaitu pada temperatur antara 0 oC sampai –9 oC. Dengan kultur anther dapat menghasilkan tanaman dengan genetik haploid (1n),

Dengan teknik poliploidi dapat mengasilkan tanaman raksasa dengan penggandaan kromosom, Untuk dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan beragam dengan teknik kloning dengan bantuan alat shaker Dengan perlakuan baik berupa fisik , bahan kimia, pemanasan bisa menghasilkan tanaman hias atau anggrek mutasi dengan harga relatif mahal.

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan

Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit lebih murah.

Sedangkan kelemahannya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan laboratorium, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal

Manfaat kultur jaringan

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini

diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.

Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus manfaat dari kultur jaringan antara lain:

• Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.

• Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman yang dikehendaki

• Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa

• Produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem.

• Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan dengan penyimpanan untuk jangka panjang dengan penggunaan nitrogen cair pada temperatur –196oC. Ada juga penyimpanan sementara, yaitu pada temperatur antara 0oC sampai –9oC.

• Untuk dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan beragam.

Page 6: All About Kultur Jaringan

• Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu. Dengan cara kultur jaringan dapat klon suatu komoditas tanaman dalam relatif cepat. Manfaat yang dapat diperoleh cukup banyak, misalnya: di luar pulau Jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahalnya biayanya hanya untuk trasnportasi saja. Hal ini dapat diatasi denga usaha kultur jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh botol planlet yang berisi ribuan bibit. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang cukup banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada ekspor anggrek, misalnya, orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang seragam baik bentuk maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan usaha kultur jaringan. Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman hasil budidaya meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih dari tanaman yang mempunyai sifat paling bagus (unggul).

• Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah. Dengan usaha kultur jaringan ini, populasi dari tanaman tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.

• Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Persenyawaan yang bermanfaat yang diambil dari kalus dapat ditingkatkan kadarnya dengan cara memanipulasinya.

• Kultur jaringan juga sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya, telah berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat berguna dalam bidang perdangan bunga hias, sebab walaupun tanamannya belum berbunga orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul.

• Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, dengan terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan negara dibidang pertanian.

Kelemahan kultur jaringan

• Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.

• Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan.

• Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan

Mengapa plasma nutfah harus dilestarikan?

Page 7: All About Kultur Jaringan

Perlu dilestarikan karena Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan pusat asal (center of origin) berbagai jenis flora dan fauna.Posisi geografi Indonesia memberikan peluang bagi berkembangnya keanekaragaman plasma nutfah. Dengan kondisi seperti itu membawa konsekuensi kepada Indonesia untuk wajib mempertahankan keberadaan plasma nutfah sebagai sumberkeanekaragaman karena memiliki arti penting dalam pemanfaatannya.Plasma nutfah merupakan materi penyedia sumberdaya genetis bagi berbagai karakter-karakter penting dan berguna. Upaya pengelolaan dan pemanfaatannyamelibatkan berbagai kegiatan yang saling berkait dan berhubungan, mulai dari kegiatan eksplorasi, koleksi atau konservasi, karakterisasi hingga evaluasi.Dari kegiatan-kegiatan tersebut dihasilkan sekian banyak data yang bermanfaatbagi upaya pengelolaan maupun bagi calon pengguna yang berminat terhadap nilai guna dari plasma nutfah tersebut. Sementara itu,pemfaatan plasma nutfah untuk kegiatan pemuliaan akan menghasilkan generasi-generasi baru yang dapatdiasumsikan sebagai plasmanutfah baru pula.

PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH

Sumber plasma nutfah yang dimiliki Indonesia merupakan plasma nutfah alami yang terdapat dalam berbagai jenis flora dan fauna yang hidup di hutan belantara. Demikian pula plasma nutfah potensial yang terdapat dalam ekosistem pertanian dan pemukiman. Plasma nutfah jenis kedua ini terkandung dalam flora dan fauna yang sudah digunakan masyarakat dan sudah berperan dalam kegiatan kultivasi. Beberapa plasma nutfah menjadi rawan, langka bahkan sampai punah karena terjadinya perubahan-perubahan besar dalam penggunaan sumber daya hayati dan penggunaan lahan tempat mereka hidup, dan perubahan-perubahan habitatnya yang disebabkan oleh terjadinya pemanfaatan yang tidak terkendali serta pencemaran lingkungan. Semua ini sebagai akibat negatif dari upaya manusia dalam merealisasikan pembangunan yang tidak atau kurang memperhatikan aspek lingkungan, sehingga terjadi kerusakan hutan dan meningkatnya pencemaran air dan udara.

Selain pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah pengamanannya. Pengamanan plasma nutfah yang dimaksud adalah untuk menghindari terjadinya pengambilan plasma nutfah oleh negara lain secara bebas. Saat ini masih sulit dilakukan tanpa adanya prinsip-prinsip yang perlu dianut dalam kerja sama pemanfaatan plasma nutfah dengan negara lain, yaitu (1) adanya alih teknologi dan (2) adanya pembagian hasil yang saling menguntungkan.

Pengertian plasma nutfah sebagai bahan baku industri pada masa yang akan datang perlu segera dimasyarakatkan. Hal ini ditujukan untuk merangsang keterlibatan masyarakat luas dalam pengkajian teknologi pelestariannya maupun teknologi pemanfaatannya. Mengingat mendesak-nya masalah pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah, maka berbagai keterbatasan yang dimiliki saat ini seperti tenaga ahli, sarana dan prasara-na, dana pengelolaan, serta penguasaan teknologinya, perlu segera dite-tapkan sistem pengelolaan plasma nutfah di Indonesia dengan memanfa-atkan potensi yang dimiliki walaupun masih sangat terbatas.

Untuk menanggulangi masalah dan kendala pelestarian, pemanfaatan, dan pengamanan plasma nutfah tersebut, diperlukan pedoman pengelolaan plasma nutfah yang dapat diperbaiki sesuai dengan situasi, kondisi habitat, dan lingkungan dari jenis plasma nutfahnya. Penyelarasan persepsi di antara unsur pemerhati terhadap perplasmanutfahan antara lain pemerintah, swasta, LSM, dan perorangan sangat dibutuhkan melalui pertemuan-pertemuan.

1. EksplorasiPengertian eksplorasi secara umum adalah pelacakan atau penjelajahan. Dalam plasma

nutfah tanaman dimaksudkan pula sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahannya. Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Apabila bibitnya berhasil dilestarikan di tempat koleksi baru (di luar habitat alaminya) disebut pelestarian ex situ.

Page 8: All About Kultur Jaringan

Eksplorasi hendaknya dilakukan pada sentra produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan sistem pertanian tradisional/belum maju, daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas yang bersangkutan sebagai makanan pokok/utama/penting, daerah epidemik hama/penyakit, serta daerah transmigrasi lama dan baru.

Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah disertai dengan menggali keterangan dari petani yang berkaitan dengan kriteria preferensi petani terhadap varietas tanaman yang bersangkutan. Keterangan dari petani sangat bermanfaat untuk mengetahui alasan petani tetap menanam varietas yang bersangkutan, preferensi sifat varietas yang diinginkan petani, hambatan adopsi varietas unggul, dan informasi awal dari varietas yang dikumpulkan.

Rute eksplorasi dan tempat-tempat perolehan plasma nutfah dicantumkan pada peta yang skalanya cukup jelas, agar diketahui daerah mana yang telah dilakukan eksplorasinya. Peta tersebut harus disertakan pada laporan deskriptif dari “Germplasm collection with farmer’s criteria”. Materi koleksi dilengkapi data paspor. Di samping itu, benihnya harus sehat dan jumlahnya mencukupi.

Pemotretan dilakukan terhadap bunga, buah, biji, daun, dan tanamannya. Bahan yang dibawa berupa biji atau bibit, anakan, semai, cabang untuk okulasi dan grafting, umbi dan bonggol. Beberapa kolektor ada yang membawa contoh kering untuk herbarium.

Biji ortodok sesudah dibersihkan dikeringkan kemudian dicampur dengan serbuk fungisida Dithane M45 0,2%, (2 g/kg benih) dimasukkan dalam amplop yang sudah diberi label. Pada label tertulis ringkasan nama instansi/inisial nama kolektor, provinsi, tahun, dan nomor koleksi. Untuk benih rekalsitran, biji dibersihkan dan dicampur dengan Dithane M45 0,2%, serta dibungkus dengan serbuk gergaji lembab. Cara untuk menentukan apakah benih yang diperoleh merupakan benih ortodok atau rekalsitran.

Untuk eksplorasi ikan dilakukan dengan cara pencarian dan pengumpulan di dalam maupun di luar habitatnya. Ikan koleksi dikaitkan dengan program domestikasi dengan pengumpulan informasi habitatnya, karakteristik morfologi dan biokimia, sifat reproduksi, jenis makanan dan kebiasaan makan, dan sifat-sifat biologi lainnya. Koleksi ikan tanpa keberhasilan dalam reproduksinya mempunyai risiko musnahnya koleksi tersebut atau proses pengumpulan dilakukan secara terus menerus dan sangat bergantung kepada keberadaannya di habitat aslinya. Jenis-jenis ikan yang telah dikoleksi dan didomestikasi di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar adalah ikan Kancra (Tor soro), ikan Patin Jambal (Pangasius djambal), ikan Baung (Mystus nemurus). Pelestarian ex siu yang berhasil adalah pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, yang biasanya dikaitkan dengan mistik sehingga masyarakat tidak berani mengusiknya. Tapak pelestarian tersebut dapat pula dijadikan sebagai tempat wisata.

Eksplorasi mikroba pertanian dilakukan dengan berbagai cara isolasi dan koleksi di habitatnya atau di tempat-tempat yang diduga mengandung mikroba tersebut. Terhadap mikroba yang telah diisolasi dan dikoleksi dilakukan karakterisasi baik dari sifat dan karakter morfologi koloninya pada media khusus maupun bentuk sel dan cirinya, serta sifat-sifat biokimiawi-nya. Karakter pertumbuhan dan perkembangbiakannya juga perlu dicatat dan dipelajari. Dalam kasus mikroba veteriner, koleksi dan isolasi mikroba baik berupa virus, bakteri, jamur, maupun protozoa, dilakukan tidak hanya pada kejadian kasus penyakit yang sedang mewabah tetapi juga dilakukan di daerah endemis penyakit dan pada kecurigaan adanya penyakit secara sporadis.

Eksplorasi mikroba dilakukan untuk menghasilkan agen bioaktif baru. Studi yang dilakukan dalam hal ini adalah avermectin (dihasilkan oleh Streptomyces uvermetilis) yang aktif terhadap nematoda tertentu dan arthropoda pada dosis yang sangat rendah. Agen bioaktif lain yang dihasilkan oleh fungi Sporomiella intermedia dan Leptodontium elatius berturut-turut adalah asam zaragozik A, B, dan C. Asam zaragozik ini menghambat pembentukan kolesterol pada lintasan biokimia kolesterol manusia, yaitu mencegah kegiatan enzim sintase squalena yang dapat mengubah presqualenapirofosfat menjadi squalena. Akibatnya tidak ada squalena yang diubah menjadi kolesterol.

Page 9: All About Kultur Jaringan

Dalam melaksanakan pencarian dan pengumpulan plasma nutfah, peneliti asing harus didampingi peneliti dan/atau pengawas benih yang diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. KonservasiDalam pengelolaan keanekaragaman plasma nutfah dikenal dua macam pelestarian, yaitu in

situ dan ex situ. Cara pertama bersifat pasif, karena dapat terlaksana dengan hanya mengamankan tempat tumbuh alamiah sesuatu jenis. Dengan demikian, jenis-jenis tersebut diberi kesempatan berkembang dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitatnya yang asli, tanpa campur tangan manusia. Cara kedua dilakukan dengan lebih aktif, yaitu memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau tempat pemeliharaan baru. Dalam kaitan ini keanekaragaman plasma nutfah dapat dipertahankan dalam bentuk kebun koleksi, penyimpanan benih, kultur jaringan, kultur serbuk sari, atau kultur bagian tanaman lainnya.

a. Konservasi In SituMenurut UU No. 5 tahun 1990 kawasan konservasi in situ meliputi suaka alam (cagar alam

dan suaka margasatwa) dan kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam). Banyak jenis tumbuhan unik yang terdapat dalam kawasan konservasi bersifat langka dan mempunyai status rawan ataupun genting. Di antara jenis-jenis tersebut banyak tumbuhan yang bernilai ekonomi telah diperdagangkan secara luas tetapi belum dibudidayakan sehingga secara genetik dikhawatirkan mengalami erosi, bahkan statusnya mendekati titik krisis, misalnya rotan manau, cendana, ramin, purwoceng serta ratusan jenis tumbuhan lainnya. Untuk mencegah kepunahan jenis-jenis tersebut usaha-usaha pelestariannya perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini tanpa keikutsertaan Pemerintah Daerah serta pihak-pihak yang terkait secara aktif, usaha pelestarian in situ tidak akan berhasil dengan baik.

Untuk ternak, yang dimaksud dengan pelestarian in situ adalah semua kegiatan untuk mempertahankan populasi ternak hidup yang dapat berkembang biak secara aktif pada kondisi agroekosistem di mana mereka dikembangkan, atau secara normal didapatkan, bersamaan dengan aktivitas usaha ternak yang dilaksanakan saat ini dan tidak mendatangkan jenis lain untuk menjaga kemurniannya. Oleh karena itu, pelestarian ini juga dikenal dengan on farm conservation by management.

Untuk tumbuhan alam dan satwa liar, termasuk ikan dan organisme air, pelestarian secara in situ dilakukan di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Banyak jenis-jenis tumbuhan alam dan satwa liar yang berada dalam kondisi terancam punah, dalam hal ini pemerintah telah menerbitkan daftar jenis tumbuhan maupun jenis satwa liar yang langka dan dilindungi oleh Peraturan Perundang-undangan. Menurut Peraturan Perlindungan Hidupan Liar tahun 1931 No. 134 dan 266; SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970; No. 327/Kpts/Um/7/1972; No. 66/Kpts/ Um/2/1973; No. 35/Kpts/Um/1/1975; No. 90/Kpts/Um/2/1977; No. 537/ Kpts/Um/12/1977 contoh jenis tumbuhan langka dan dilindungi adalah cendana (Santalum album), kayu hitam (Diospiros sp.), sawo kecik (Manilkara kauki), ulin (Eusideroxylon swageri). Contoh jenis satwa liar langka dan dilindungi adalah (1) Mamalia: orang utan (Pongo pygmaeus), beruang madu (Helacos malayanus), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), badak Sumatera (Dicerorhinos sumatraensis); (2) Reptilia: penyu belimbing (Dermochelys coriacea), sanca bodo (Phyton molurus), biawak komodo (Varanus komodoensis), buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae), buaya muara(Crocodylus porosus), penyu Ridel(Lepidochelys olivaeceae), kura irian panjang (Chelodina novaguineae), labi-labi besar (Chitra indica); dan (3) Burung: kasuari (Casuarius casuarius), itik liar (Cairina scutulata), elang Jawa (Spizaetus bartelsi), maleo (Macrocephalon maleo), merak (Argusianus argus). Contoh jenis ikan yang dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 716/Kpts/Um/10/1980, yaitu Cetaceae (semua jenis ikan paus) antara lain paus biru (Balaenoptera musmulus), paus bersirip (B. physalis), dan paus bongkok (Megaptera novoengliae), peyang irian(Scleropages leichardti), pari/hiu sentani (Pristis sp.), selusur maninjau (Homalopteagymnogaster), wader goa(Puntius macrops), dan belida/lopis jawa(Notopterus chilata).

Page 10: All About Kultur Jaringan

Pelestarian plasma nutfah ikan meliputi penetapan dan pembiakan jenis ikan yang populasinya terbatas, pemberian penandaan plasma nutfah, penetapan wilayah konservasi, pembentukan wadah koleksi, dan pengatur-an pengeluaran plasma nutfah dari wilayah Indonesia. Jenis ikan yang populasinya terbatas perlu dilakukan pembiakan yang dalam pelaksana-annya harus tetap mempertahankan sifat-sifat genetiknya. Sedangkan kegiatan pembiakan tersebut dapat dilakukan di beberapa tempat yang ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku. Penandaan plasma nutfah terhadap sumber daya ikan dan lingkungannya dimaksudkan agar masyarakat mengetahui keberadaan plasma nutfah yang bersangkutan sehingga masyarakat dapat ikut melestarikan. Untuk mencegah kepunahan plasma nutfah ikan di suatu wilayah konservasi plasma nutfah ikan ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.

b. Konservasi Ex SituPada saat ini, kebun koleksi merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk

menyelamatkan dan mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tanaman. Oleh karena itu, secara proporsional kegiatan dibidang ini lebih menonjol daripada bidang-bidang lainnya.Plasma nutfah tanaman hasil eksplorasi adalah mahal dan akan lebih bernilai sesudah dimanfaatkan, sehingga perlu dipelihara agar tidak mati sesudah ditanam di kebun koleksi. Plasma nutfah tersebut tidak sekedar dilestarikan asal hidup dan merana (tidak mampu berbunga dan berbuah normal) tetapi perlu dipelihara sesuai dengan cara budi daya untuk masing-masing tanaman. Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya, diukur semua organ tanaman dan dicatat sifat–sifat morfologinya berupa data deskripsi varietas.

Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalah pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan bagian yang mengganggu pertumbuhan serta pengairan bila diperlukan. Dengan demikian, tanaman dapat berbunga dan berbuah normal dengan ukuran yang tidak banyak berbeda dengan sifat aslinya. Data deskripsi varietas diperlukan oleh pemulia untuk mengevaluasi dan memilih varietas sebagai bahan pemuliaan. Bila ada tanaman yang berpenyakit menular harus segera dimusnahkan agar tidak menjadi sumber inokulum.

Jumlah tanaman tiap varietas yang ditanam di kebun koleksi tergantung pada besar tanaman dan luas kebun. Tanaman yang berasal dari biji perlu lebih banyak daripada yang dari bibit vegetatif. Tanaman pohon hasil eksplorasi perlu diperbanyak secara vegetatif kemudian ditanam di kebun koleksi sebanyak 4-6 tanaman tiap varietas. Sebaliknya tanaman semusim yang ditanam dari biji antara lain padi, jagung, kacang, dan sayuran diperlukan populasi lebih banyak sampai 1000 batang/varietas.

Penataan kebun koleksi yang baik didahului dengan rencana master plan melalui peta kebun yang menunjukkan jenis tanaman yang dikoleksi untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi.Konservasi ex situ dapat juga dilakukan secara in vitro dengan memanfaatkan teknik kultur jaringan. Teknik ini digunakan untuk penyimpanan plasma nutfah dalam jangka panjang dengan beberapa keuntungan di antaranya lebih ekonomis karena menggunakan tempat relatif kecil, lebih aman dari risiko kehilangan koleksi karena terhindar dari tekanan lingkungan seperti serangan patogen dan bencana alam. Tanaman yang dikoleksi secara in vitro dapat berupa biakan dalam bentuk kultur meristem atau tunas dalam jumlah sampai dengan 10 botol setiap aksesi. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap koleksi biakan in vitro berupa subkultur, dilakukan secara periodik tergantung kepada jenis tanaman dan jenis biakan. Untuk konservasi jangka pendek dalam kondisi kultur normal, subkultur biasanya dilakukan setiap 4-6 minggu sekali. Melalui penyimpanan dalam pertumbuhan minimal dengan menambahkan penghambat pertumbuhan seperti ABA (asam absisat ), cycocel (CCC) atau dengan cara mengurangi sumber karbon ke dalam media tumbuh, meningkatkan tekanan osmotik dengan penambahan manitol/sorbitol, mengurangi cahaya, dan menurunkan suhu inkubasi, subkultur hanya perlu dilakukan sekali dalam 12 bulan. Selain itu, biakan untuk penyimpanan jangka panjang dapat juga dilakukan dengan teknik kriopreservasi (cryopreservation), menggunakan nitrogen cair. Tanaman yang disimpan secara in vitro baik melalui pertumbuhan minimal ataupun kriopreservasi, setiap saat bisa digunakan dengan mengkulturkan

Page 11: All About Kultur Jaringan

koleksi tersebut di dalam media tumbuh normal sehingga tanaman tersebut akan tumbuh secara optimal.

Pada tahun 1980 Komisi Nasional Plasma Nutfah telah berhasil mendapatkan lahan seluas 161,5 ha di Paseh (Subang) yang dijadikan kebun koleksi buah-buahan yang menampung koleksi eks Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar Minggu. Komisi juga berhasil mendapatkan lahan seluas 500 ha di Bone-Bone (Sulawesi Selatan), untuk menampung koleksi plasma nutfah kelapa dan pengaturannya dilakukan bekerja sama dengan pemerintah daerah, namun saat ini tidak berfungsi lagi sebagai kebun plasma nutfah.

Kebun plasma nutfah di Puspitek Serpong dan Cibinong menekankan pada tumbuhan yang berpotensi ekonomi. Di kebun ini ditanam populasi jenis-jenis tumbuhan untuk mengoleksi keanekaragaman plasma nutfahnya. Kebun koleksi khusus seperti Kebun Cukurgondang untuk mangga dan Kebun Tlekung untuk jeruk dan beberapa tanaman lain tergolong dalam kelompok ini.Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus diisi dengan jenis pepohonan. Keanekaragaman kultivar pohon diwakili di dalamnya, sehingga arboretum dapat berfungsi sebagai kebun plasma nutfah pepohonan. Pada umumnya arboretum menampung semua jenis tanaman tahunan (buah-buahan, industri, dan perkebunan), baik yang langka maupun yang telah dibudidayakan. Penanaman pohon dalam kebun arboretum biasanya disesuaikan dengan keadaan di alam, tanpa menganut sistem budi daya, tanpa memperhatikan jarak tanam atau arahnya. Namun, tata letaknya masih memperhatikan arah sinar matahari. Dengan cara di atas, terkesan arboretum tersebut sebagai hutan buatan. sumber: Departemen PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan PertanianKomisi Nasional Plasma Nutfah2002

PELESTARIAN PLASMA NUTFAH NABATI Khasanah Plasma Nutfah Nabati Indonesia A. Pengertian Plasma Nutfah Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya. B. Luas Area Dan Keragaman Plasma Nutfah Indonesia termasuk wilayah propinsi botani Malaysia yang keseluruhannya meliputi semenanjung Malya, kepulauan Philipina, Indonesia dan Papua Nugini tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya ± mencapai 3.000.000 km2, meliputi sepertujuh panjang katulistiwa, kebanyakan daerahnya lembab. Secara biologi daerah propinsi ini termasuk kaya karena diduga dihuni oleh ± 35.000 jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup di dunia saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan membandingkan antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa hanya dihui oleh 1.500 tumbuhan. Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain.

Page 12: All About Kultur Jaringan

Di kawasan Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain. Dasar pengetahuan botani atau untuk dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2 diperlukan koleksi herbarium sebanyak 100 nomor.Di Propinsi Malaesia sudah terkumpul ± 1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan kekayaan yang ada dapat dikenal secara sempurna masih diperlukan 2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat koleksi botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan kultivar-kultivarnya masih belum ditangani. C. Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah Wadah plasma nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan, savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya. Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas unggul masa kini.

1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.- Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan dimanfaatkan.

2. Varietas primitif Semua jenis yang dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar. Varietas primitif adalah kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan. Tumbuhannya yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya mempunyai daya daptasi yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan lingkungan yang bersifat fisik maupun biologi.Hal ini dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di daerah tumbuh.

3. Varietas sumber sifat yang khusus Kultivar yang mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaannya terhadap pemupukan. Sinar ketahanan terhadap hama atau penyakit tertentu atau sifat khusus yang lain seperti produksi.

4. Varietas unggul Karena kemajuan di bidang pemuliaan, varietas unggul dapat diciptakan dengan merakit sifat-sifat yang baik dari beberapa sumber plasma nutfah.Semakin besar sifat keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas pemulia untuk merakit sifat-sifat yang baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul tidak dapat langgeng bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu atau pada kondisi yang memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi hasil varietas lain, akan tetapi pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya munculnya kembali penyakit atau hama di daerah penanamannya dapat memukul parah bahkan mengakibatkan fatal.Hal ini dapat disadari sebagai akibat kehogenan sifat gennya yang tinggi, varietas unggul peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.Dengan pergantian varietas unggul-unggul dari masa ke masa, maka dikenal varietas unggul masa kini dan varietas unggul masa lampau atau yang sudah kuno. D. Permasalahan Kelestarian Plasma Nutfah Nabati

Page 13: All About Kultur Jaringan

Sebagai salah satu sumber daya alam, pengelolaan pemanfaatan plasma nutfah sekarang ini dirasakan kurang sempurna yaitu banyak mengalami erosi yang menyebabkan berkurangnya dan hilangnya jenis-jenis tertentu. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati antara lain adalah :

1. Timbulnya peledakan penduduk yang sangat besar, yang menyebabkan perlunya perluas-an daerah permukiman di daerah-daerah pertanian yang mengakibatkan terjadinya penggusuran tempat tumbuh plasma nutfah.

2. Terjadinya eksploitasi hutan yang kebanyakan dilakukan dengan tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang dikandungnya, sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika seperti kayu olin, cendana, sawo, kecik. Di samping itu eksploitasi hutan juga berakibat merusak habitat hewan dan tumbuhan lain seperti jenis-jenis anggrek, paku-pakuan, rotan dan tanaman perdu yang lain.

3. Timbulnya tehnologi modern yang sering mengakibatkan terdesaknya bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan kelestarian plasma nutfah tertentu seperti tarum dan golongan serat-seratan.

4. Penggunaan tumbuhan untuk keperluan industri yang sering dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaan, misalnya golongan temu-temuan, kedawung, rotan, tengkawan.

Semua kegiatan di atas adalah merupakan beberapa contoh yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati, sehingga apabila proses tersebut terus berlangsung tanpa adanya usaha untuk mengatasinya, akan kehilangan beberapa jeis-jenis tertentu yang berarti juga kehilangan sebagian sumbernya alam. Sebagai akibat terjadinya erosi genetika mengakibatkan timbulnya kelangkaan pada jenis-jenis tertentu, untuk mengetahui tingkat kelangkaan dari suatu jenis plasma nutfah nabati, dikenal ada 5 macam katagori yaitu :

1. Extinct (punah) adalah sebutan yang diberikan pada tumbuhan yang telah musnah atau hilang sama sekali dari permukiman bumi.

2. Endangeret (genting) adalah sebutan untuk jenis yang sudah terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Contoh : Rafflesia arnoldii dan purwoceng (Pimpinella pruatjan).

3. Vulnerable (rawan) katagori ini untuk jenis yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapa dalam jumlah yang sedikit dan eksploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi contohnya adalah : cendana (Satalum album) kayubesi (Eusideroxylon ewageri) dan ki koneng (Arcangelisis flava).

4. Rare (jarang) sebutan untuk jenis yang populasinya besar tetapi terbesar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tapi tidak sering dijumpai, serta mengalami erosi yang berat. Contohnya : sawo kecik (Munilkara kauki), kedawung (Parkia roxburghii) dan pulai pandak (Rauvolfia serpentina).

5. Indeterminate (terkikis) sebutan untuk jenis yang jelas mengalami proses pelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi, sebagian besar jenis-jenis plasma nutfah nabati yang langka termasuk katagori ini.

E. Metode Pelestarian Plasma Nutfah Nabati Dalam penggunan sumber daya genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah merupa-kan kegiatan pokok yang dwitunggal di dalam penyelamatan plasma nutfah. Eksplorasi menyelamatkan sumber daya yang ada di lapangan, pelestarian menyelamatkan koleksi yang baru dan yang sudah ada. Apabila dalam eksplorasi diperlukan mekanisme kegiatan yang terarah di lapangan yang seluas mungkin, sedangkan yang diperlukan dalam pelestarian adalah keefektifan organisasinya. Dalam

Page 14: All About Kultur Jaringan

kegiatan mengadakan eksplorasi, pengumpulan, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tersebut dimaksudkan untuk mencadangkan setiap nama koleksi yang juga dapat digunakan dalam mencari dan menciptakan bibit unggul baru melalui seleksi atau persilangan-pesilangan. Strategi pelestaria plasma nutfah nabati dapat berciri :

1. Genotin tunggal atau populasi.2. Tumbuhan hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau meristem.3. Satu, beberapa atau banyak jenis ekonomi.4. Bersifat nasional, regional atau internasional.3. Dalam bentuk koleksi dasar (base collection) atau koleksi aktif.

Dalam pelaksanaan strategi pelestarian biasanya timbul permasalahan-permasalahan sebagai akibat adanya faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :

1. Masalah biasa yang menyangkut keuangan.2. Hama dan penyakit.4. Kemungkinan akan kehilangan kesempurnaan genetik.3. Daur peremajaan.5. Kterbatasan tenaga dan tehnik.

Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam pelaksanaannya harus selalu diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul. Metode pelestarian plasma nutfah nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut pelestarian IN SITU dan EX SITU.

1. Pelestarian in situ Cara pelestarian ini adalah melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di dalam biotanya. Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar, sebab untuk pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang disebabkan :- Faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.- Faktor hama dan penyakit.- Ukuran perawakan dan daur hidupnya.Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung.Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.

2. Pelestaria ex situ Pelaksanaan cara pelestarian ini adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil baik dan murah apabila yang dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang minimal.Ada beberapa bentuk dalam pelestarian secara ex situ :- Koleksi tumbuhan hidupCara ini dapat dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan, kebun tanaman luar (introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang lain.- Bentuk penyimpanan bijiPelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan disimpan, sebab atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :

a. Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi positif terhadap pengeringan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai kepekaan positif terhadap suhu rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :- penurunan kadar air sampai 5%

Page 15: All About Kultur Jaringan

- suhu penyimpanan 10°C, atau lebih baik 0°sampai 20°C- disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi pertukaran uap air, gas dan kelembaban udara kurang dari 70%, tempat penyimpanan dapat berupa kaleng, gelas atau kantong aluminium.- tekanan O2 dijaga serendah mungkin dan CO2 setinggi mungkin

b. Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negatif terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan. Jenis ini banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau daerah basah. Contoh : Cola, Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan macam-macam palmae, cara penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang berbeda dengan jenis yang lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.

- Bentuk penyimpanan tepung sariSeperti penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya hidupnya akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan, kadar air dan tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.

- Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringanDalam bentuk penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.

Keuntungan dari cara ini adalah :- Ruang yang diperlukan relatif sempit.- Pemeliharaan murah dan sederhana.- Tidak ada erodi genetika.- Potensi perbanyakan tinggi.- Yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak.

Kesulitannya adalah :- Tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini.- Regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil.- Potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan tertentu.

Penyimpanan pada suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen cair -196°C). Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan selalu disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.

SESI TANYA JAWAB

1. Sebutkan manfaat keanekaragaman hayati bagi manusia!JAWAB : Manfaatnya adalah Sumber bahan pangan, misalnya sebagai sumber makanan pokok, sayuran, buah-buahan, dan lauk-pauk. Sumber bahan sandang, antara lain kapas, biri-biri, ulat sutera, dan pisang abaka (Musa textilis). Sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga, misalnya bambu, jati, gaharu, eboni, merbau, kruing, dan bangkirae.Sumber bahan obat-obatan, seperti mengkudu, jahe, temu lawak, temu giring, sirih, adas, kumis kucing, ginseng, jambu biji, dan dari golongan hewan, misalnya cacing tanah sebagai obat tifus. Sumber plasma nutfah.

Page 16: All About Kultur Jaringan

Sumber keindahan, nilai budaya, dan estetika, dapat digunakan dalam budaya masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan batin yang dapat menambah ketenangan dan kebahagiaan manusia.Sumber bahan baku industry, antara lain kelapa sawit, karet, ubi kayu untuk alcohol, kayu urip (Euphorbia) untuk campuran bensin, teh, kopi, lada, vanili. Sumber keilmuan adalah sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Peran apa saja yang dimiliki keanekaragaman hayati pada aspek kehidupan manusia ?JAWAB : Peran yang dimiliki keanekaragaman hayati adalah terdapat di dalam nilai manfaat yang dimilikinya yaitu a. Nilai Konsumtif, artinya keanekaragaman hayati memberikan manusia sumber daya

untuk mencukupi kebutuhan pangan (misal: padi, jagung, ayam), perumahan (misal: kayu jati, meranti), dan kesehatan (misal: kunyit, jahe, temulawak)

b. Nilai Ekonomi, artinya keanekaragaman hayati tersebut dapat diperjualbelikan atau dapat di hargai dengan uang. Missal: rotan dan kayu jati diekspor untuk bahan furniture, kopi, dan karet menjadi bahan komiditas ekspor yang penting di pasar dunia, kayu gaharu digunakan untuk bahan wewangian yang mahal.

c. Nilai Biologis, artinya keanekaragaman hayati dibutuhkan sebagai penunjang kehidupan bagi mahkluk hidup termasuk manusia. Misal: tumbuhan menghasilkan oksigen untuk pernapasan makhluk hidup.

d. Nilai Ekologis, artinya keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan kelestarian ekosistem. Misal: keberadaan terumbu karang mendukung keberlangsungan hidup ikan dan hewan air.

e. Nilai Estetika, artinya keanekaragaman hayati dapat memenuhi kebutuhan batin/mental spiritual yang dapat menambah kebahagian manusia. Misal: taman laut dengan keindahan terumbu karang sebagai tempat wisata

3. Apa yang di maksud dengan plasma nutfah ? mengapa harus dilestarikan ?Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.plasma nutfah perlu dilestarikan agar suatu organisme tidak punah .

4. Apa manfaat keberlanjutan keanekaragaman hayati?Agar kelestarian dapat terus terjaga dan manusia yang akan datang dapat melihat semua keanekaragaman hayati yang kita lihat sekarang, agar manusia tidak kehilangan sumber bahan pangan, sandang , papan yang dibutuhkan.

5. Bagaimana cara-cara mencegah kerusakan biodiversitas ?-Tidak melakukan penebangan hutan secara liar-Tidak melakukan perburuan dan penangkapan hewan yang tak kenal batas-Tidak melakukan penangkapan ikan yang tidak kenal batas waktu-Mencegah terjadinya erosi plasma nutfah -Pelestarian insitu-Pelestarian exsitu