ALKALOI1

65
ALKALOID Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. 1. Sifat-Sifat Fisika Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa

description

farmasi

Transcript of ALKALOI1

ALKALOID

Alkaloidadalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.1. Sifat-Sifat FisikaUmumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.2. Sifat-Sifat KimiaKebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron padanitrogen.Jikagugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.KLASIFIKASIPada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.(a) Alkaloid SesungguhnyaAlkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.(b) ProtoalkaloidProtoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.(c) PseudoalkaloidPseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklikDimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :1. Alkaloid Piridin-PiperidinMempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasukdalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotianatabacum dari famili Solanaceae.2. Alkaloid TropanMengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)3. alkaloid QuinolinMempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax4. Alkaloid IsoquinolinMempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora5. Alkaloid IndolMempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins.6. Alkaloid ImidazolBerupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.7. Alkaloid LupinanMempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).8. Alkaloid SteroidMengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.9. Alkaloid AminaGolongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)10. Alkaloid PurinMempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilikDimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping.1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.2. Alkaloid CapsaicinDari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

A.Pengertian Senyawa AlkaloidAlkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

B.Klasifikasi AlkaloidaAlkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.Klasifikasialkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :1.Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :

GolonganPiridina:piperine,coniine,trigonelline,arecoline,arecaidine,guvacine,cytisine,lobeline,nikotina,anabasine,sparteine,pelletierine.

Gambar. Struktur Piridina

GolonganPyrrolidine:hygrine,cuscohygrine,nikotinagambar. StrukturPyrrolidine

GolonganIsokuinolina: alkaloid-alkaloidopium(papaverine,narcotine,narceine),sanguinarine,hydrastine,berberine,emetine, berbamine, oxyacanthine.GolonganKuinolina:kuinina,kuinidina,dihidrokuinina,dihidrokuinidina,strychnine,brucine,veratrine,cevadine.Gambar. StrukturKuinolina

GolonganIndola:oTryptamines:serotonin,DMT,5-MeO-DMT,bufotenine,psilocybinoErgolines(alkaloid-alkaloid dariergot):ergine,ergotamine,lysergic acidoBeta-carboline:harmine,harmaline,tetrahydroharmineoYohimbans:reserpine,yohimbineoAlkaloidVinca:vinblastine,vincristineoAlkaloidKratom(Mitragyna speciosa):mitragynine,7-hydroxymitragynineoAlkaloidTabernanthe iboga:ibogaine,voacangine,coronaridineoAlkaloidStrychnos nux-vomica:strychnine,brucine

Gambar. Struktur Indol2.Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.3.Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :a.Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.b.Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 dihidrofenilalanin.c.Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :1.Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.2.Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.3.Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dariprecursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

C.SifatSenyawa AlkaloidKebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat larut dalam air.Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.

D.Reaksi Senyawa FenolikReaksi umum untuk alkaloid1. Reaksi pengendapan untuk alkaloidReaksi Mayer : HgI2Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.

Reaksi BouchardatCara : sampel zat + pereaksi Bouchardat coklat merah, + alkohol endapan larut.

2. Reaksi warna Dengan asam kuat : H2SO4pekat dan HNO3pekat(umumnya menghasilkan warna kuning atau merah) Pereaksi Marquis Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) warna. Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4molibdat dalam H2SO4pekatZat + pereaksi Forhde kuning kecoklatanZat + diazo A (4 bagian) + diazo B (1 bagian) + NaOH sampai alkalis warna merah intensif.Reaksi Nelzer Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4dan CS2 warna coklat seperti minyak.Reaksi Mandelin : zat + H2SO4+ FeCl3warnaReaksi Roux: 1 tts NaOH + 1 tts KMnO4+ 20 tts Na nitroprusid kocok larutan dan endapan, larutan diambil.Reaksi Serulas & Lefort : larutan zat dalam H2SO4encer + KI + CHCl3 dikocok; lapisan CHCl3akan berwarna.Reaksi Huseman : zat + H2SO4pekat dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin + HNO365% + KNO3padat warna.Reaksi Bosman: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 dikocok dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat.Reaksi Zwikker : Zat +1 ml Pyridin 10% + CuSO4 batang panjang tidak berwarna, Kristal tidak spesifik dan dibuat di objek glass.Reaksi Mandelin amonium vanadat % dalam air + H2SO4 pekat.Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes H2O2 3 % atau KClO3 padat + 1 tetes HCl 25%, panaskan di water bath hingga kering agak Jingga; + NH4OH warna UnguReaksi Parri : Zat + Co(NO3)2, lalu + uap NH4OH warna ungu. Reaksi Vitally : zat + HNO3 berasap, diuapkan di atas water bath sampai kering, + spir/alkali ungu, tahan dalam aseton Apomorfin : merah Strychnine : merah ungu Veratrin : coklat jinggaReaksi Lieberrman: H2SO4 pekat + HNO3 pekatReaksi Sanchez : zat + p-nitrodiabendazol (p-nitoanilin +NaNO2 + NaOH) ungu jingga.Reaksi Pesez : zat + H2SO4 + lar. KBr, panaskan di atas water bath hijau, ditarik dengan CHCl3 biru hijau.Reaksi Thalleiochin : larutan zat dalam asam asetat encer + 1 tetes aqua brom + NH4OH berlebihhijau zamrud + kloroformdifloresensiReaksi Erytrochin : larutan zat dalam HCl encer + aqua brom (hingga kuning) + kalium ferrocyanida + CHCl3 + NH4OH, kocok homogen lapisan CHCl3 berwarna merah.Reaksi Sanchez. (reagen : larutan jenuh p-nitronilin dalam 1% H2SO4 + NaNO2). Zat + H2SO4 75 % + 1 tetes reagen + NaOH ungu tua, asamkan dengan H2SO4 jingga.Reaksi Feigel : 5 tetes H2SO4 pkt + sedikit yohimbin ad larut + kristal khloral hidrat panaskan di WB merah biru stabil, + air warna hilang.Reaksi esterifikasi : Zat + alkohol + H2SO4conc. Panaskan bau khas.Reaksi isonitril : Zat + spiritus + KOH panaskan ditambah CHCl3 panaskan lagi bau iso nitril (segera diasamkan karena bau beracun/busuk)Reaksi Runge : Dipanaskan dengan HCl 25% dinginkan ditambah NaOH ad basa lemah berwarna ungu kotorReaksi Indophenol: Panaskan dengan HCl dinginkan diencerkan dengan air + phenol + kaporit nampak ungu kotor ditambah NH4OH berlebih berwarna biru + HNO3 tidak berwarna kuning.Reaksi Ehrlich : Zat padat + pereaksi p-DAB HCl berwarna kuning kenariReaksi Wassicky : zat + p-DAB +H2SO4 pekat merah unguReaksi korek api : zat + HCl lalu batang korek api dicelupkan jingga/kuning.3. Reaksi Kristal:1. Reaksi Kristal dragendorfPada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan 1 menitKristal dragendorf

2.2.Reaksi Fe-complex & Cu-complex:Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glasspanaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.1.Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya Kristal terlihat.2.Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.3.Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen kristal lempeng (coklat/violet)

E.Identifikasi Senyawa Alkaloid1. Alkaloid Derivat Fenil Alanin1.1 Alkaloid Amin1.1.1 Efedrin HClAsal (efedrin) :Ephedra vulgarisOrganoleptis : serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahitKelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian airReaksi Identifikasi:1. Larutan zat dalam air + PbSO4+ NaOHviolet.2. Larutan zat dalam air +NaOH 0,1 N + 3 ml CCl4dikocok , dibiarkanpisahkan lapisan organik + sedikit tembaga kocok keruh lalu terbentuk endapan.3. Reaksi oksidasi oleh KMnO4bau benzaldehid.4. Reaksi iodoform (+)5. Reaksi Nelzer: Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4dan CS2coklat minyak.6. Zat + sulfanilat + NaOHmerah.7. Larutan zat dalam air + HCl, + H2O2+ NaCl + 6 tetes NaOHmerah violet.8. Larutan zat dalam air + AgNO3endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OHendapan akan larut kembali.1.2 Alkaloid Benzil Isokuinolon1.2.1 MorfinAsal:Papaver somniferumSinonim : DioninOrganoleptis : kristal putihKelarutan : larut dalam 12 bagian airReaksi Identifikasi:1. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+)2. Zat + H2SO4+ FeCl3dipanaskan dalam air mendidihberwrna biru + HNO3berwarna merah/coklat merah tua.1.Reaksi iodoform (+)2.Reaksi FROHDE: kuning hijau.3.Reaksi MANDELIN: kuning hijau.4.Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu lama.5.Larutan zat dalam HCl + I2 endapan yang larut dalam spiritus.

F.Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hariBerikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :Senyawa Alkaloid(Nama Trivial)Aktivitas Biologi

NikotinStimulan pada syaraf otonom

MorfinAnalgesik

KodeinAnalgesik, obat batuk

AtropinObat tetes mata

SkopolaminSedatif menjelang operasi

KokainAnalgesik

PiperinAntifeedant (bioinsektisida)

QuininObat malaria

VinkristinObat kanker

ErgotaminAnalgesik pada migrain

ReserpinPengobatan simptomatis disfungsi ereksi

MitragininAnalgesik dan antitusif

VinblastinAnti neoplastik, obat kanker

SaponinAntibakteri

Pengertian AlkaloidAlkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.SuatuAlkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000 tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan hingga permulaan abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui.Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin. tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur molekulnya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona. Kompleksitas alkaloid merupakan penghalang elusidasi struktur molekul selama abad ke sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah Stikhnin yang ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah melakukan pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.Tahun 1939 hampir 300 alkaloida telah diisolasi dan 200 telah ditentukan struktur. Dalam seri Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh Manske pada 1950 memuat lebih 1000 alkaloida.Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi preparatif dan instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepat-nya. Buku terbitan 1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya. Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan instrumen spektroskopii dengan sistem komputerisasi maka isolasi dan penentuan struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagiHingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.Dalam Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun. Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969).Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat manusia sentris.4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.Perlu dicatat bahwa selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia organik adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa bahan alam.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid.Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme dan tumbuhan rendah. Contoh : Sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis musang Kanada (kastoramina).Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga. Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa (Ordo) dan 34 mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung sedikitnya satu alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga mengandung alkaloida: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga beberapa Marga mengandung alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin terda-pat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama.Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan. Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina).Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.SuatuAlkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun sebarannya.Berikut berbagai definisi menurut:Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan.Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.

A. Tata Nama Senyawa AlkaloidAlkaloida tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida.Berikut ini beberapa contoh dari alkaloid: Contoh rumus bangun untuk golongan purin:

Rumus bangun untuk golongan pirolidin

Rumus bangun untuk golongan pyridine

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berasal dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang subtituen oksigen biasanya hanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Subtituen-subtituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida.Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau para dan meta dari cincin aromatic.Penamaan Alkaloida Beberapa penamaan alkaloid berdasarkan family/keluarga/genus dimana mereka ditemukan. Contoh Papavarine, Punarnavin,ephidrin Berdasarkan spesies tumbuh asal. Contoh kokain, beladonin Berdasarkan nama umum tumbuhan penghasil. Contohnya alkaloid ergot Berdasarkan aktivitas fisik contohnya morfin yang dikenal dengan tanaman Dewa dari Mimpi. Emitin yang berarti muntahan menurut penemu. Peletierine yang merupakan gugus yang ditemukan oleh P.J Peletier Ada beberapa nama dengan penambahan prefiks pada penamaan alkanoid. Contohnya epi, iso, neo, pseodo, nor, CH

B. Sifat-Sifat AlkaloidBeberapa sifat dari alkaloid yaitu :1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino dan golongan heterogen.2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.6. sering beracun.7. bersifat optis aktif dan berupa sistim siklik8. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative nonpolar.9. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.10. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-nya.11. biasanya banyak digunakan dibidang farmasi.12. sampel yang mengandung alkaloid setelah drx akan berwarna merah.

1. Sifat-Sifat FisikaUmumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

2. Sifat-Sifat KimiaKebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

C. Penggolongan AlkaloidAlkaloida tidak mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhnin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara, yaitu : (2,5)1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

4. Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima, dimana alkaloida dikelompokkan atas :a. Alkaloida sesungguhnyaAlkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.b. ProtoalkaloidaProtoalkaloida merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.c. PseudoalkaloidaPseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin. Berikut ini adalah pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau struktur intinya yang khas, dimana pengelompokkan dengan cara ini juga secara luas digunakan :1. Inti Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin

2. Inti Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain.

3. Inti Kuinolin, misalnya kinin, kinidin

4. Inti Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein

5. Inti Indol, misalnya ergometrin dan viblastin.

6. Inti Imidazol, misalnya pilokarpin.

7. Inti Steroid, misalnya solanidin dan konesin.

8. Inti Purin, misalnya kofein.

9. Amin Alkaloid, misalnya efedrin dan kolsikin

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting secara biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.

Golongan Pyridine: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.Pyridine adalah sederhana aromatik heterocyclic senyawa organik dengan rumus kimia C5H5N digunakan sebagai pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan juga penting sebagai larutan dan reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena, dimana CH diganti dengan atom nitrogen.Strukturnya:

Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotinaPirolidina, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N. Ia merupakan senyawa amina siklik dengan cincin beranggota lima yang terdiri dari empat atom karbon dan satu atom nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap seperti amonia.Pirolidina ditemukan secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur cincin pirolidina dapat ditemukan pada banyak alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Ia juga dapat ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar senyawa rasetam (misalnya pirasetam dan anirasetam). Strukturnya:

Golongan Tropane: atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine Golongan Quinoline: kinina, quinidine, dihydroquinine, dihydroquinidine, strychnine, brucine, veratrine, cevadine Golongan Isoquinoline: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine Alkaloid Phenanthrene: alkaloid-alkaloid opium (morfin, codeine, thebaine) Golongan Phenethylamine: mescaline, ephedrine, dopamine Golongan Indole: Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine Yohimbans: reserpine, yohimbine Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine

Golongan Purine:Xantina: Kafein, theobromine, theophyllinePurine adalah senyawa organic kompleks aromatik heterocyclic, yang terdiri dari cincin pyrimidine yang tergabung ke sebuah cincin imidazole.Struktur Purine:

Struktur Kafeine Golongan Terpenoid:Alkaloid Aconitum: aconitineAlkaloid Steroid (yang bertulang punggung steroid pada struktur yang bernitrogen):Solanum (contoh: kentang dan alkaloid tomat) (solanidine, solanine, chaconine)Alkaloid Veratrum (veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine, muldamine)Alkaloid Salamander berapi (samandarin)lainnya: conessineStruktur Terpenoida:

Senyawa ammonium quaternary s: muscarine, choline, neurine Lain-lainnya: capsaicin, cynarin, phytolaccine, phytolaccotoxin

Hingga kini belum ada pendefinisian tunggal dan penggolongan yang jelas dari alkaloid. Dalam bukunya, Matsjeh (2002) menerangkan beberapa klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis) dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid, alkaloid dapat dibagi atas 5 golongan: Alkaloid heterosiklis Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina Alkaloid peptida Alkaloid terpenaDari lima golongan di atas, alkaloid heterosiklis adalah sangat terbesar dan yang terkecil adalah alkaloid alkaloid putressina, spermidina, dan spermina. Ini dapat dilihat dari jumlah anggota dari masing-masing golongan seperti diterangkan di bawah ini:

1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid dengan atom nitrogennya terdapat dalam cincin heterosiklis. Alkaloid heterosiklis dibagi menjadi:Alkaloid pirolidinAlkaloid indolAlkaloid piperidinAlkaloid piridinAlkaloid tropan dan basa yang berhubunganAlkaloid histamin, imidazol dan guanidineAlkaloid isokuinolinAlkaloid kuinolinAlkaloid akridinAlkaloid kuinazolinAlkaloid izidinAlkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis

2. Alkaloid dengan nitrogen aksosiklis dan amina alifatisa. Eritrofleumb. Fenilalkilaminac. Kapsaisind. Alkaloid dari jenis kolkina3. Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina4. Alkaloid peptida5. Alkaloid terpena dan steroid Sedangkan berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) True alkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).

Sedangkan beberapa ahli mengklasifikasikan alkaloid sebagai berikutKlasifikasi alkaloidBerdasarkan taksonomiBerdasarkan taksonomi seperti Solanaceaos, papilionaceae tanpa keterangan dari sifat kimianyaBerdasarkan BiosintesisPengelompokan alkaloid berdasarkan biosintesis didasarkan oleh typeprekursor atau senyawa pembangun yang digunaan tumbuh-tumbuhan untukmensintesis struktur kompleks. Contoh Morphine, Papaverine, nicotine, tubocurarin dan calchicins dalam penilalanin dan basa tirosinBerdasrkan klasifikasi kimiaPengelompokakn ini didasari oleh struktur cincin1.nonheterosiklik alkaloidherodinine (Horedeum Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaeceae2.heterosiklik alkaloidaa. pyrole-pyrrolidin hygrinesCoca spb.pyrrolizine seneciphylline, Senecia spc. pyudrin dan piperidine Lobaline,piperidine. Ricinined. piperidine(triptofan) hyoscyomine, Atropine Hyoscine-Solanceae Cocan spe. Quinoline Quinine, quinidine (Cinchona bark) Cinchonime. Cinchonidine dan Cusparinf. Iso quinolin Papavarine, NArceine Emitine dan Cephaling.Reduce isoquinoline Baldine (Peumus Baldus)h.Nur lupinane Spartine,luponinei. Indole alkaloida Yohimbine, Vincristin dan lain-lain

D. Isolasi AlkaloidSatu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa. Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah : a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.

2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.

Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.

E. Identifikasi Senyawa Alkaloid1. Berdasarkan sifat spesifik. Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alcohol berlebih.2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform. Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14.Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium karbonat dan kalsium hidroksida.3. Reaksi Gugus Fungsionila. Gugus Amin SekunderReaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.nitroprussida = biru-ungu.Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan Physostigmin.b. Gugus MetoksiLarutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lainc. Gugus Alkohol SekunderReaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.d. Gugus FormilenReaksi WEBER & TOLLENS :Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1),panaskan = merah.Reaksi LABAT :Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.e. Gugus BenzoilReaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.f. Reaksi GUERRTAlkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.g. Reduksi SemuAlkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa.Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan lain-lain.h. Gugus Kromofor Reaksi KING :Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida = merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain. Reaksi SANCHEZ :Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.4. Pereaksi untuk analisa lainnyaa. Iodium-asam hidrokloridaMerupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan noda ungu-biru sampai coklat merah.b. IodoplatinatPereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda ungu sampai biru-kelabu.c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)Merupakan pereaksi pengendap untuk alkaloid.

4. Kegunaan AlkaloidaAlkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa mendapat mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dariserangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat manusia sentries.Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara pertukaran dengan kation tanah.

Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :

Senyawa Alkaloid (Nama Trivial)

Aktivitas Biologi

Nikotin

Stimulan pada syaraf otonom

Morfin

Analgesik

Kodein

Analgesik, obat batuk

Atropin

Obat tetes mata

Skopolamin

Sedatif menjelang operasi

Kokain

Analgesik

Piperin

Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin

Obat malaria

Vinkristin

Obat kanker

Ergotamin

Analgesik pada migraine

Reserpin

Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin

Analgesik dan antitusif

Vinblastin

Anti neoplastik, obat kanker

Saponin

Antibakteri

BAB IIIKESIMPULAN

1. Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,2. Alkaloida tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin.3. Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya)4. Klasifikasi alkaloid dapat berdasarkan taksonomi, berdasarkan Biosintesis dan berdasrkan klasifikasi kimia (nonheterosiklik alkaloid, herodinine (Horedeum Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaecea, heterosiklik alkaloida).

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, http://www.membuatblog.web.id/2010/03/senyawa-alkaloid.html, diakses 30 April 2012.anonym , http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid, diakses 30 April 2012.Linda Sutriani, Wahyu, S.Ked, http://medicafarma.blogspot.com/2009/01/berawal-dari-persamaan-tujuan-untuk.html, diakses 30 April 2012.Anonim. Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam. www.chem-is-try.org. diakses 30 April 2012.Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf. diakses 30 April 2012.Anonim. 1982. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung. Bandung.Anonim. 2009. Alkaloid. www.dieno.wordpress.com diakses 30 April 2012.Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung.Anonim. 1970. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.Egon Stahl. 1985. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit ITB. Bandung.

BAB IIISI

I. Deskripsi Alkaloid IsokuinolinKata alkaloid pertama kali diperkenalkan oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk senyawa bahan alam yang bereaksi seperti basa. Alkaloid adalah senyawa nitrogen organik, lazimnya bagian cincin heterosiklik, bersufat basa, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan berbentuk kristal.Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut :1. Alkaloid sejatiAlkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik, struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan dasar biosintesis.2. PseudoalkaloidPseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino. Contoh : isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine).3. ProtoalkaloidProtoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin heterosiklik. Contoh : mescaline, betanin, dan serotonin.Penggolongan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau inti yang dimiliki, yaitu :1. Alkaloid Piridin-Piperidin2. Alkaloid Tropan3. Alkaloid Quinolin4. Alkaloid Isoquinolin5. Alkaloid Indol6. Alkaloid Imidazol7. Alkaloid steroid8. Alkaloid Amin9. Basa Purin

Alkaloid Isoquinolin

Isoquinoline alkaloid berhubungan dengan quinoline alkaloid dan merupakan suatu divisi penting dari keluarga alkaloid. Isoquinoline alkaloid dapat dibagi menjadi beberapa sub-kelas, antara lain terdiri dari unsur-unsur seperti isoquinolines sederhana, benzylisoquinolines, phthalideisoquinolines, protopines, alkaloid morfin, protoberberines serta alkaloid ipecac.Misalnya isoquinolines sederhana adalah alkaloid dari mescaline atau kaktus Lopophora willamsii seperti mescaline, sementara benzylisoquinolines adalah alkaloid yang terdiri dari opium poppy 's papaverine. di sisi lain, phthalideisoquinolines mencangkup semua narcotine. Protopines dibatasi pada family poppy yang terdiri dari opium dan protoberberines termasuk berberin, hydrastine, dan canadine diantaranya. Protoberberines berasal dari Berberis ssp . Morfin alkaloid termasuk morfin, kodein dan thebaine semua dari keluarga opium poppy, sedangkan ipecac alkaloid terdiri emetine emetik alkaloid yang diperoleh dari ipecacuanha.Bentuk alkaloid Isoquinoline terdiri dari alkaloid narkotika yang umumnya ada pada anggota keluarga opium atau Papaveraceae seperti opium poppy atau Papaver somniferum. Bahkan, ketika kita menggunakan istilah narkotika, umumnya menunjuk pada penghilang rasa sakit, alkaloid yang sangat adiktif yang mencakup zat-zat seperti morfin dan kodein. Morfin berasal dari kata the Greek God of sleep Morpheus, sedangkan khusus soubriquet dari opium poppy atau somniferum yang jika diterjemahkan ke bahasa latin berarti 'tidur'.Obat-obat penting yang berasal dari alkaloid isoquinolin adalah ipekak, emetin, hidrastin, sanguinaria, kurare, tubokurarin, berberin, dan opium. Meskipun alkaloid isoquinolin memiliki struktur yang kompleks tetapi biosintetsisnya sangat sederhana. Alkaloid isoquinolin merupakan hasil kondensasi derivat feniletilamin dengan derivat fenilasetaldehid dimana kedua senyawa ini merupakan derivat dari fenilalanin dan tirosin.Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen denganstruktur inti :

Gambar. Struktur Inti Alkaloid Isokuinolin1. MorfinPenggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :1). Infark miokard;2). Mioplasma;3). Kolik renal atau kolik empedu ;4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;5). Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-bedah.Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P. Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil sadapan dari getah buah yang dikenal sebagai opium yang berarti candu, Candu merupakan ibu dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah. Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A.Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat takjub dokter-dokter pada masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras.Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan perubahan dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi. Dilain pihak , dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.2. EmetinaSenyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae)3. Hidrastina dan KaradinaSenyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.4. BeberinaBerupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

II. Ekstraksi dan Isolasi Alkaloid Isokuinolin

Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara pelarutan dengan petroleum eter (Harjono, 1996).Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petroleum eter. Namun ekstrak harus selalu dicek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap alkaloid. Bila sejumlah alkaloid larut dalam petroleum eter, maka bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya. Prosedur ini telah digunakan untuk mengekstrak ergotamine dari cendawan ergot Claviceps purpurea (Cordell, 1981).

Gambar. Ekstraksi Bahan Tanaman yang Mengandung Alkaloid (Harjono, 1996)Setelah lemak dipisahkan, beberapa pilihan prosedur tersedia. Bahan tanaman dapat diekstrak dengan air, dengan etanol atau methanol, dengan alcohol berair, atau dengan larutan alcohol berair yang diasamkan. Kebanyakan alkaloid yang terdapat dalam tanaman sebagai garam organic dan garam-garam tersebut lazim larut dalam etanol 95%.Pigmen gula dan konstituen sekunder organic lain hamper terpisah sempurna dalam alcohol, tetapi banyak garam organic dan anorganic yang lebih kompleks hanya terpisah sebagian.Larutan alcohol kemudian diuapkan hingga diperoleh sirup kental dan residu dipartisi antara larutan asam berair dan pelat\rut organic. Pada keadaan ini sering terjadi emulsi atau endapan. Larutan basa berair diekstrak dengan pelarut organic yang cocok biasanya kloroform atau etil asetat. Larutan yang mengandung alkaloid dikeringkan dengan Na2SO4 , disaring dan diuapkan dalam vakum untuk mendapatkan sisa alkaloid kotor. Larutan basa berair kemungkinan mengandung alkaloid kuartener dan biasanya ditest dengan pereaksi pengendapan alkaloid. Alkaloid dapat dipisahkan dari komponen yang larut dalam air dengan pengendapan sebagai garam Reineckate, berikut disaring dan endapan kompleks direaksikan dengan aseton-air (Harjono, 1996).

Gambar. Bagan Isolasi Morfin dari Opium

Isolasi Morfin dari Opium1. Buatlah larutan 1 N asam klorida (HCl). Cara membuat : Ambil 6,54 ml HCl 25 % (7,32 g), larutkan ke dalam 20 ml H2O kemudian adkan hingga 50 ml dengan H2O.2. Larutkan 5 g opium dalam 35 - 50 ml HCl 1 N.3. Tuang ke dalam Erlenmeyer bertutup dengan menggunakan corong pisah, kemudian tambahkan 30 ml Eter kocok kuat4. Pisahkan lapisan yang terbentuk. Terdapat 2 lapisan yaitu lapisan air dan lapisan eter. Buang lapisan eter dan ambil lapisan airnya.5. Lapisan air di kocok kembali dengan eter.6. Terbentuk 2 lapisan kembali, ambil lapisan airnya.7. Buatlah larutan sodiumhydroxide (NaOH) pH 7. Tambahkan ke dalam lapisan air. Morfin akan mengendap.

III. Identifikasi Alkaloid Isokuinolin

Berdasarkan gugus fungional yang dimiliki oleh alkaloid isokuinolin maka dilakukan reaksi warna, yaitu:a. Marquis2 tetes formalin + H2SO4 (p)dapat diamati perubahan warna spesifik zatb. FrohdeLarutan NH4 molibdat (0,5 % dalam air) + H2SO4 (p) (+)dapat diamati perubahan warna yang spesifik pada tiap zatc. King, reaksi untuk identifikasi gugus kromoforLarutan uji + pereaksi Diazo (A:B = 1:4) + NaOH merah intensifterjadi perubahan warna menjadi merah, yang makin intensif setelah penambahan NaOHd. Sanchez, reaksi untuk identifikasi gugus kromoforLarutan uji + pnitrodiazobenzol (pnitroanilin + NaNO2 + NaOH)terjadi perubahan warna bila ditambahkan H2SO4 (dil)e. PesezZat + H2SO4 + larutan KBr (panaskan di atas penangas air) hijau, ditarik oleh CHCl3biru hijaudapat diamati perubahan warna menjadi hijau yang akan tertarik oleh CHCl3 menjadi biru hijauf. Reaksi GabrettiZat + H2SO4 (p) panaskan hingga muncul warna rosa lemah, kemudian tambahkan kloralhidrat hingga muncul warna yang spesifik pada tiap zatg. Reaksi Deniges, reaksi untuk identifikasi gula tertutupLarutan zat + air + NH4OH berlebih + 1 tetes CuSO4 (dil)h. Reaksi Labat, reaksi untuk identifikasi gugus formylenZat + asam gallat +H2SO4 (p) di atas penangas airi. Reaksi LewinZat + 0,1 % trifomixin / formalidoxin

Alkaloida OpiumTurunan fenantren: morfin, heroin, dionin, thebain, kodein, larcein, dllTurunan isochinolin: papaverin, nercein, narcitinReaksi umum:a. Marquis: ungub. Frohde: (+)c. King: merah intensifd. Sanchez: ungu jinggae. Pesez: warna hijau pada larutan berubah bila ditarik dengan CHCl3, tetapi hasil negatif pada golongan isochinolin

Tabel. Identifikasi Reaksi Warna Terhadap AlkaloidAlkaloidHasil reaksi SanchezHasil reaksi KingHasil reaksi PesezApomorphin---Heroin+++Thebain-++Narcein---Narcotin---Papaverin---Paracodin++LemahDicodid-+-Eucodal-+-Dilaudid-+-Perenin+Lemah+Morphin+++Codein+++Dionin+++

1. Berberina

Gambar . Struktur kimia BerberinaIdentifikasi1. Edmann: hijau kuning2. H2SO4 (p): hijau olive3. Frohde: coklat ungu4. Reaksi Klunge: endapan merah darah5. Bouchardat: muncul endapan kristalisasi, yang dengan penambahan spir menjadi Kristal jarum panjang6. Formillen: (+)7. Reaksi Kristal: a. KNO3/NaBr: jarumb. HgCl2: Kristal

2. Cephaelin

Gambar . Struktur kimia CephaelinIdentifikasi1. Preparasi: larutkan dalam NaOH dikocok dengan eter, emetin tertarik cephalinnat tidak tertarik2. Frohde: biru hijau3. Sachez: ungu berubah jingga bila ditambahkan H2SO4 encer4. Gugus methoxyl: (+)

3. Kodein

Gambar . Struktur kimia KodeinIdentifikasi1. King, Sanchez, Mayer, Pesez: (+)2. Frohde: kuning-hijau-biru3. Gugus methoxyl: (+)4. Mandellin: hijau biru5. Marquis: ungu cepat6. FeCl3: (-), yang membedakan dengan morfin7. Tidak mereduksi K3Fe(CN)68. Reaksi Gabretti: hijau biru9. Reaksi Lewin: gentian biru10. Reaksi Kristala. HgCl2b. Mayer + spir, uapkanc. Asam pikrolon

4. Emetin

Gambar . Struktur kimia EmetinIdentifikasi1. Penambahan H2SO4: coklat2. Frohde: hijau coklat3. Gugus methoxyl: (+)4. Gugus amin sekunder: (+)5. Zat dalam HCl (p) + larutan KClO3 atau H2O2 lalu dipanaskan, menghasilkan warna kuning jingga yang akan hilang bila diencerkan dengan air tapi berflouresensi biru

5. Heroin

Gambar . Struktur kimia HeroinIdentifikasi1. King, Sanchez, Mayer, Pesez: (+)2. Bouchardat: (+)3. Frohde: ungu hijau4. Marquis: merah sampai ungu bitu5. Larutan dalam H2SO4 (dil) + H2SO4 (p) + spir: bau etil asetat6. Serulas & Lefort: lapisan CHCl3 berwarna ungu7. penambahan FeCl3 + K3Fe(CN)6: biru berlin8. penambahan vanillin + HCl: merah ungu9. penambahan H2SO4 + KBr dipanaskan di atas penangas air hijau, dapat ditarik oleh CHCl310. Hidroksilamin / NaOH + FeCl3: ungu11. Reaksi Kristala. Dragendorfb. HgCl2

6. Hydrastin

Gambar . Struktur kimia HydrastinIdentifikasi1. Gugusan Methoxyl: (+)2. Gugusan formylen: (+)3. Frohde: kuning hijau4. H2SO4: kuning, ungu5. Mandellin: merah jingga merah coklat6. Marquis: kuning merah sampai coklat7. Penambahan KMnO4 atau asam: flouresensi biru8. Reaksi Kristala. Asam piknolonb. K4Fe(CN)69. Reaksi dengan kaporit: merah darah

7. Hydrastinine

Gambar . Struktur kimia HydrastinineIdentifikasi1. Gugus formylen: hijau biru (+)2. Frohde: hijau3. Oksidasi dengan KMnO4 + pereaksi Schiff: ungu4. Zat + H2SO4 + NaNO2: merah sampai kuning5. Reaksi Kristal:a. HgCl2b. Asam piknolonc. K4Fe(CN)6

8. Morphin

Gambar . Struktur kimia MorfinIdentifikasi1. Marquis: ungu segera2. Sanchez, King, Pesez: (+)3. Serulas dan Lefort:Larutan dalam H2SO4 (dil) + larutan KI + CHCl3 (dikocok) akan memberikan warna ungu pada lapisan CHCl34. Reaksi Gabretti: ungu5. Reaksi Kristal:a. HgCl2b. Dragendorfc. Mayer

9. Papaverin

Gambar . Struktur kimia PapaverinumIdentifikasi1. Penambahan H2SO4 (p): ungu, terkadang hijau2. Frohde: ungu merah kersen3. Erdman: ungu4. Mandellin: hijau biru sampai biru5. Marquis: ungu sampai coklat rosa6. HNO4: kuning7. Gugusan Methoxyl: (+)8. Reaksi Kristala. HgClb. K3Fe(CN)6 dengan sedikit pemanasan

10. Thebain

Gambar . Struktur Kimia ThebainIdentifikasi1. King : (+)2. Gugusan Methoxyl: (+)3. Penambahan H2SO4 (p): jingga kemerahan, bila dipanaskan menjadi biru kelabu4. Marquis: coklat jingga5. Frohde: coklat jingga6. Erdman: Merah atau kuning kemerahan7. Flouresensi:a. Dengan penambahan NH4OH: biru atau ungu lemah, menjadi biru muda setelah dibiarkan selama satumalam.b. Dengan penambahan H2SO4: ungu terang8. Larutan zat + Na-salisilat: terbentuk endapan kemudian residu ditambahkan H2SO4, dapat diamati perubahan warna biru menjadi merah lalu kembali biru.9. Reaksi Kristal:a. Bouchardatb. KOH padat

IV. Penetapan Kadar Alkaloid IsokuinolinObat opiat yang terdapat dalam heroin dapat diukur dengan menggunakan salah satu metode yaitu, GC (Kromatografi Gas) atau HPLC (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Ketika GC digunakan, sampel sering diderivatisasi. Kuantifikasi saat menggunakan proses ini membuat asumsi bahwa sampel telah diderivatisasi sepenuhnya dan secara kuantitatif. Pengerjaan semacam ini juga menghalangi masalah yang terkait dengan transasetilasi jika obat tidak diperlakukan dengan cara ini. Selain itu, bagaimanapun, proses derivatisasi menambah langkah lebih lanjut untuk analisis yang dapat mengakibatkan kerusakan sampel atau kontaminasi. Hal ini adalah alasan-alasan untuk beberapa laboratorium melaksanakan identifikasi heroin dengan menggunakan GC-MS dan kemudian mengukur sampel dengan menggunakan HPLC. Contoh kuantifikasi menggunakan kedua metode GC dan HPLC dibahas dalam bagian berikut.

Ketika mengukur opiat dengan HPLC, sejumlah prinsip dasar pertama harus dipertimbangkan sebelum proses kuantifikasi dilakukan.

1. Pengukuran Heroin dengan GC (Kromatografi Gas)Dalam contoh ini, analisis kromatografi gas dilakukan untuk menentukan kuantitas diamorfin dalam sampel. Data kalibrasi yang diperoleh disajikan dalam Tabel 5.4. Sampel dilarutkan pada konsentrasi 1 mg ml-1 dalam pelarut yang cocok. Dari hasil yang diperoleh (lihat Tabel 5.5), dimungkinkan untuk menentukan kuantitas diamorfin terdapat dalam sampel ini, dan memberikan jawaban pada persentase dasar.

Tabel. Data Kalibrasi yang diperoleh dari Analisis Kromatografi Gas

Tabel. Data Analisis Sampel Heroin dari Kromatografi GasNamun, dalam rangka untuk menetapkan bahwa valid untuk menggunakan data tersebut, grafik pertama harus diplot. Yang terakhir, harus dalam bentuk respons relatif (yaitu daerah puncak diamorfin / daerah puncak baku internal) terhadap konsentrasi obat. Data yang dibutuhkan untuk plot, diberikan dalam Tabel 5.6, dengan menghasilkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 5.3.Dengan menggunakan data ini, dimungkinkan untuk merumuskan suatu persamaan regresi dengan menggunakan metode kuadrat-terkecil dan memecahkan persamaan simultan berikut:

Nilai-nilai pada Tabel 5.6 dijumlahkan dan ketika jumlah nilai ini disubstitusikan ke dalam persamaan 1 dan 2 di atas, persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 1.168x + 0,007. Dalam rangka untuk memperoleh konsentrasi obat, rasio dari respons (GC puncak area) dihitung untuk dua pengulangan (lihat Tabel 5.5), menghasilkan masing-masing nilai 0,406 dan 0,401. Kemudian didapatkan rata-rata (0,4035) dan nilai ini kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan regresi, memberikan konsentrasi 0,34 mg ml-1. Ini dinyatakan sebagai persentase dari konsentrasi awal (1 mg ml-1), menghasilkan nilai akhir 34%. Tidak ada koreksi untuk garam atau basa bebas yang diperlukan dalam evaluasi ini.

Gambar. Kurva Kalibrasi Diamorfin dalam Sampel Heroin

Tabel. Kalibrasi dan Perhitungan Diamorfin dalam Sampel Heroin

2. Pengukuran Heroin Dengan HPLC (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)Ketika mengukur opiat dengan HPLC, sejumlah prinsip dasar pertama harus dipertimbangkan sebelum proses kuantifikasi dilakukan.Apa kriteria yang baik untuk pelarut yang akan digunakan untuk pengenalan terhadap sampel heroin ke dalam sistem HPLC? Pertama, serbuk sampel yang akan diperiksa harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih untuk injeksi ke dalam sistem kromatografi. Kedua, pelarut harus sepenuhnya larut dengan fase gerak. Untuk alasan inilah, metanol sering dipilih untuk analisis heroin, meskipun obat tersebut tidak boleh dibiarkan dalam pelarut ini untuk waktu yang lama karena risiko hidrolisis dari beberapa komponen-komponennya, misalnya monoacetylmorphine dan diamorfin.Baseline resolusi senyawa harus dicapai dalam kromatografi analisis sehingga tinggi puncak atau daerah dapat ditetapkan untuk satu senyawa saja. Selain itu, sangat penting bahwa kurva kalibrasi dalam HPLC dihasilkan dari batch yang sama dari pelarut di mana terdapat sampel yang akan dianalisis. Hal ini penting karena perbedaan kecil dalam pH dapat menyebabkan kepunahan koefisien yang berbeda ketika mengukur serapan UV sehingga mengarah ke ketidakakuratan dalam proses kuantifikasi.Ketika mempersiapkan sebuah kurva kalibrasi, rentang yang cukup luas untuk konsentrasi harus dipilih untuk memastikan bahwa konsentrasi sampel akan jatuh pada rentang linier seperti pada kurva. Hal ini terutama berlaku untuk heroin di mana lebar kisaran konsentrasi obat mungkin dihadapi dalam sampel.Selanjutnya, ketika menyiapkan kurva kalibrasi, jika dua titik atau metode regresi digunakan, larutan yang harus disuntikkan adalah dimulai dengan konsentrasi terendah, kemudian meningkat menjadi konsentrasi tertinggi. Hal ini mengurangi risiko kolom mengalami priming. Antara masing-masing larutan sampel, satu suntikan pelarut yang digunakan tidak boleh digunakan untuk dua atau lebih sampel yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem kromatografi bebas dari setiap pencemaran yang dapat menimbulkan hasil yang tidak akurat.Pengaturan kondisi berikut telah terbukti efisien dalam HPLC kuantifikasi heroin:

Kolom : gel silika, 12,5 cm x 4,6 mm i.d.Eluen : isooktana / dietil eter / metanol / air / dietilamin (40:325:225:15:0.65, berdasarkan volume)Laju alir : 2 ml min-1Deteksi : UV pada 230 nm

Sebuah pemisahan HPLC khusus dari opiat yang dapat dicapai dalam kondisi seperti di atas, ditunjukkan pada Gambar 5.4.Selain waktu retensi, jika deteksi dioda-array digunakan, konfirmasi lebih lanjut dari masing-masing senyawa yang dielusi dapat dicapai dengan memperhatikan spektrum ultraviolet yang diperoleh untuk sampel dan standar.Bagaimana deteksi dioda-array membantu identifikasi analit?Metode regresi single-point, dua poin, dan linier semua dapat digunakan untuk kuantifikasi. Dari ketiga metode tersebut, metode regresi linier adalah yang paling dapat diandalkan dan digambarkan di sini.Sebuah sampel obat, ditemukan mengandung diamorfin, telah dihitung oleh HPLC. Data kalibrasi yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 5.7.Sampel, diketahui mengandung diamorfin, memberikan daerah puncak 115 604 dan 115 998 (dalam satuan sembarang) untuk dua sampel direplikasi. Dalam kasus ini, kita ingin menghitung persentase diamorfin dalam sampel yang dilarutkan pada konsentrasi 2,5mgml-1.

Gambar. Pemisahan Opiat pada HPLC

Tabel. Data Kalibrasi HPLC Sampel HeroinMasalah ini dapat dipecahkan sebagai berikut. Dalam rangka untuk mengkonfirmasi keabsahan dari data kalibrasi untuk kuantifikasi, respon grafik (yaitu tinggi puncak) terhadap konsentrasi obat diplot (Gambar 5.5). Jika data terletak pada garis lurus, maka data-data tersebut dapat digunakan untuk kuantifikasi.

Gambar. Kurva Kalibrasi HPLC Diamorfin dalam Sampel HeroinPersamaan regresi yang diperlukan diperoleh dengan memecahkan secara simultan sebagai berikutpersamaan:

menggunakan data yang diberikan dalam Tabel 5.8.

Tabel. Kalibrasi dan Perhitungan Diamorfin dalam Sampel Heroin

Ketika nilai-nilai ini disubstitusikan ke dalam persamaan 1 dan 2 di atas, kemudian dipecahkan, kita memperoleh persamaan regresi, y = 165 + 8992 830x. Dalam rangka untuk menghitung jumlah diamorfin dalam sampel, data nilai rata-rata (115 801) kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan regresi, menghasilkan konsentrasi 0,64 mg ml-1. Namun, yang terakhir perlu dinyatakan sebagai persentase dari konsentrasi awalnya (2,5 mg ml-1) dan memberikan nilai akhir 25,8% diamorfin dalam sampel.Dalam beberapa kasus, data kalibrasi disediakan dalam bentuk garam diamorfin (biasanya sebagai hidroklorida). Dalam keadaan seperti itu, lebih baik untuk menghitung jumlah basis yang terdapat dalam sampel karena tidak akan dikenal oleh pembentuk garam diamorfin tertentu yang akan ditemukan pada sampel yang sedang diukur.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Alkaloid merupakan suatu senyawa bersifat basa yang secara umum bekerja pada sistem saraf pusat, mempunyai atom nitrogen yang biasanya pada cincin heterosiklis dan dibiosintesis dalam tumbuhan dari asam amino atau turunannya.2. Alkaloid Isokuinolin mempunyai 2 cincin karbon yang mengandung 1 atom nitrogen dengan struktur inti:

3. Berdasarkan gugus fungsional yang dimiliki oleh alkaloid isokuinolin, untuk mengidentifikasinya, dapat dilakukan reaksi warna seperti: Marquis, Frohde, King, Sanchez, Pesez, Gabretti, Deniges, Labat, Lewin.4. Penetapan Kadar Alkaloid Isokuinolin dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.B. SaranAlkaloid Isokuinolin merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan dan dapat bermanfaat sebagai bahan obat. Ilmu dan penelitian untuk memperoleh senyawa tersebut masih tergolong langka dan dibutuhkan pengembangan lebih lanjut.