ALITAME
-
Upload
ika-nindyas-ranitadewi -
Category
Documents
-
view
214 -
download
5
Transcript of ALITAME
ALITAME
1. DESKRIPSI
Alitame adalah pemanis buatan yang dikembangkan oleh Pfizer pada
awal tahun 1980an dan sekarang dipasarkan di beberapa Negara dengan
nama brand Aclame1. Seperti aspartame, alitame adalah sebuah asam
aspartat yang mengandung dipeptida. Kebanyakan dipeptida itu tidak manis,
tapi penemuan tidak diduga dari aspartam pada 1965 merujuk pada
pencarian komponen yang sejenis. Alitame adalah sebuah pemanis generasi
kedua dalam bentuk dipeptida.
Alitame memiliki beberapa manfaat langka dibanding aspartam.
Kemanisnya 2000 kali lebih manis daripada sukorosa, dan 10 kali lebih manis
daripada aspartamdantidak memiliki aftertaste. Aftertaste adalah intensitas
rasa dari makanan yang dirasakan secara seketika setelah makanan keluar
dari mulut. Waktu paruhnya di bawah panas atau kondisi aam yang mana
dua kali lebih panjang daripada aspartam, walaupun pemanis buatan lainnya,
termasuk sakarin dan accesulfame K lebih stabil. Tidak seperti aspartame,
alitame tidak mengandung fenilalanin, dan dapat digunakan oleh orang
dengan fenilketonuria.
1.1.Struktur
Struktur dari alitame dapat dilihat pada gambar 1, yang
menekankan bagian komponen dari molekul tersebut. Alitame adalah
bentukan dari asam amino asam L-aspartat dan D-alanin, dengan
sebuah bagian novel C-terminal amida. Novel amida (terbentuk
dari2,2,4,4-tetramethylthietanylamine) yang menjadi kunci dari tingginya
kemanisan alitame. Struktur dari alitame dibentuk dari mengikuti contoh
dari model senyawa yang disintesis. Dengan L-aspartyl-D-alanine
amida, sturktur yang ditemukan tersebut menjadi pemanis yang paling
kondusif dan tinggi kemanisannya mencakup ukuran ring yang kecil
sampai ke moderat, kehadiran dari rantai kecil cabang α ke amine-
bearing carbon, dan perkenalan dari sulfur atom ke ring karboksilik.
Gambar 1. Struktur Alitame
1.2.Organoleptik
Alitame adalah berbentuk kristal, tidak berbau, sebuk
nonhigroskopik. Potensi kemanisannya, ditentukan oleh perbandungan
dari intensitas kemanisan dari larutan alitame dengan konsentrasi pada
range dari 50μg/ml sampai 10% larutan gula, kurang lebih 2000 kali
sukrosa tersebut. Dibanding dengan konsentrasi ambang dari sukrosa
( khususnya 2%-3%), potensidari alitame naik sampai kira-kira 2900 kali
dari sukrosa. Fenomena ini adalah ciri khas dari pemanis berpotensi
tinggi. Penggunaan dari konsentrasi alitame yang lebih tinggi
mengijinkan persiapan dari larutan dengan intensitas ekluivalen pemanis
dengan larutan sukrosa 40% atau malah lebih.
Kemanisan dari alitame memiliki kualitas tinggi, seperti sukrosa dan
tanpa distertai asam atau metallic notes yang khas pada pemanis
berpotensi tinggi. Kemanisan alitam berkembang secara cepat di mulut
dan bertahan lama, dengan cara yang hampir sama dengan aspartam.
Alitame telah ditemukan untuk menunjukkan sinergi ketika
dikombinasikan dengan acesulfame K dan siklamat. High-quality
bercampur mungkin bisa diperoleh dengan pemanis tersebut atau
pemanis lain, termasuk sakarin.
1.3.Kelarutan
Pada pH isoelektrik, alitame sangat larut dalam air. Kelarutan
sempurna juga ditemui pada pelarut polar lain, seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Kelarutan Alitam pada Berbagai Pelarut di 25oC
Pelarut Kelarutan (%w/v)
Air 13.1
Methanol 41.9
Ethanol 61.0
Propilen Glikol 53.7
Kloroform 0.02
N-heptana 0.001
Seperti diharapkan dari struktur polar molekul, alitame sebenarnya
tridak larut pada pelarut lipofilik. Pada larutan yang encer, kelarutannya
meningkat secara cepat sejalan dengan temperatur dan terjadi
penyimpangan pH dari pH isoelektrik. Efeknya bisa dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Kelarutan Alitame sebagai fungsi pH dan Suhu
1.4. Degradasi
Jalur utama dari reaksi di alitame dengan air cukup sederhana
dibanding dengan aspartam.
Gambar 2 Jalur utama degradasi Alitame
Jalur utama termasuk hidrolisis dari ikatan aspartyalanin dipeptida
untuk memberi asamaspartatdan alanyl-2,2,4,4-tetrametilthietan amida
(”alanin amida”). Penyusunan ulang α,β-aspartic biasa terjadiuntuk
semua peptida yang memiliki N-terminal aspartic acid2, juga terjadi untuk
β-aspartic isomer dari alitame. Dipeptida yang tersusun ulang ini,
dihidrolisis pada tingkat yanglebih rendah dari alitame untuk
memberikan produkyang sama seperti yang muncul dari senyawa
induknya (yaitu asam aspartat dan alanin amida). Tidak ada siklisasi
menjadi diketopiperanzine atau hidrolilsis dari ikatan alanin amida yang
terdeteksipada larutan pada alitame yang mengalami lebih dari 90%
dekomposisi. Semua 3 produk utama dekomposisi benar-enar tidak ada
rasanya pada level yang memungkinkan pada makanan.
1.5. Kestabilan
Pada gambar 3, dapat dilihat perbandingan waktu paruh3 dari alitame
dan aspartame pada larutan buffer di berbagai pH.
Kestabilan larutan alitame mencapai optimum untuk asam aspartat
dipeptida. Pada pH asam (2-4), waktu paruh larutan alitame lebih dari
dua kalinya aspartam. Dengan kenaikan pH, kestabilannya meningkat
secara drastis. Khusus pada pH netral (5-8) alitame sangat stabil untuk
lebih dari 1 tahun pada suhu ruang.
Gambar 3 Kestabilan Alitame dan Aspartam pada larutan buffer 23oC.
Alitame cukup stabil untuk penggunaan pada hard dan soft candies,
heat-pasteurized food, dan pada makanan di pH netral yang diproses
pada temperatur tinggi contohnya sweet baked goods. Kestabilan akan
panas dari alitame di atas aspartame di bawah simulasi kondisi
pemanggangan dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Kestabilan termal Alitame dan Aspartam
Data paruh waktu aktual dari dua pemanis di bawah kondisi ini dapat
dilihat pada tabel 3. Hal ini menunjukan alitame dapat bertahan pada
kondisi termal dan pH dari proses pemanggangan dengan dekomposisi
insignifikan.
Tabel 3 Kestabilan Alitame dan Aspartam pada Temperatur Tinggi di
Larutan Encer
1.6.Kompatibilitas
Alitame menunjukkan fungsi yang hebat dan sesuai dengan jenis
makanan yang ada di pasaran. Sesuai dengan stuktur kimianya, alitame
dapat mengalami reaksi kimia dengan beberapa komponen makanan.
Khususnya, pengurangan guka tingkat tinggi, sepertiglukosa dan
laktosa, dapat bereaksi dengan alitame pada sistem pemanasan cair
atau semi cair, seperti makanan yang dipanggang,yang membentuk
produk dari reaksi Maillard. Hal serupa dapat terjadi pada rasa aldehid
pada tingkat tinggi. Reaksi tersebut telah diketahui sebagai reaksi dari
aspartam dan aspartyl dipeptida (6-9). Oleh karena itu, kesesuaian
alitame dengan resep yang diberikan akan tergantung dengan bahan
sebenarnya dan adanya keterlibatan termal serta pH pada proses
pembuatan.
Penyimpanan dari alitameyang berkepanjangan pada standar
resep beverages larutan asam bisa menghasilkan incompatibillitas yang
diukur secara organoleptik (off-flavors). Hal ini tidak tercermin dalam
stabilitas penyimpanan yang diukur dengan alat tes kimia untuk alitame
dan hasil degradasinya. Leve; dari off-flavorant berada dui bawah
deteksi analitikal modern. Substansi, yang mungkin memproduksi off-
flavors pada penyimpanan alitame pada produk cair, adalah hidrogen
peroksida, sodium bisulfit, asam askorbat, dan beberapa tipe dari warna
karamel pada pH kurang dari 4.0.
1.7.Metabolisme
Setelah pengujian langsung terhadap tikus, anjing, bahkan
manusia, alitame mudah diserap. Hampir dari seluruh dosis (77-96%)
diekskresikan di urin sebagai campuran dari metabolit (Gambar 5).
Gambar 5 Metabolisme Alitame
Komponen yang hilang (7-22%) diekskresikan dalam feses,
terutama sebagai alitame yang tidak berubah. Keseimbangan radiokimia
dai 97-105% didapat dari 4 spesies.
Pada 4 spesies tersebut, metabolisme alitame ditandai dengan
kehilangan asam aspartat yang diikuti oleh konjugas dan/atau oksidasi
pada atom suldur dari fragmen alanin amida lentur yang sesuai dengan
isomer sulfoksida dan sulfone. Hidrolisis lebih jauh dari fragmen alanin
amida tidak terjadi. Pada tikus dan anjing alanin amida sebagian
menjadi asetat, dan pada manusia sebagian dikonjugasikan menjadi
asam glukuronik. Tidak ada pembelahan diamati dari ikatan alanin
amida atau pemecahan dari cincin thietane terjadi.
Karena porsi asam aspartat pada molekul tesedia untuk
metabolisme asam amino normal, alitame itu sebagian berkalori.
Kontribusi maksimum kalori dari 1,4 kalori per gram di sini jelas
insignifikan pada tingkat pemakaian pada makanan.
2. PENGGUNAAN
Penggunaan Pemanis Buatan dalam Kategori Pangan
Jenis : Alitame
Nilai Kalori : 1,4 kkal/g atau setasa dengan 5,85 kJ/g
ADI : 0,34 mg/kg berat badan
No. Ket.
PanganKategori Pangan
Batas
Penggunaan
Maksimum
(mg/kg)
01.1.2
Minuman berbasis susu, beraroma, dan/atau
terfermentasi (misalnya: susu coklat, kakao,
eggnog, yogurt minuman, minuman berbasis
whey
100
01.2Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa
enzim renin (tawar)60
01.4 Krim (tawar) dan sejenisnya 100
01.7
Makanan penutup atau pencuci mulut
berbahandasar susu (misalnya : es susu, puding,
buah atau yogurt beraroma
100
03.0 ES, TERMASUK SHERBET DANSORBET 100
04.1.2.3 Buah dalamcuka,minyak dan larutan garam 40
04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalade 100
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah-buahan (misalnya:
chutney) tidak termasuk produk pada kategori
300
04.1.2.5
04.2.2.3
Sayuran dan rumput laut dalam cuka, minyak,
larutan garam atau kecap kedelai adalah produk
yang diperoleh dengan menambahkan larutan
garam pada sayuran segar
40
05.0 KEMBANG GULA 300
06.0
SEREAL DAN PRODUK SEREAL TERMASUK
TEPUNG DAN PATI DARI AKAR-AKARAN DAN
UMBI-UMBIAN, KACANG-KACANGAN DAN
POLONG-POLONGAN, SELAIN PRODUK
BAKERI KATEGORI 07
200
07.0 PRODUK BAKERI 200
11.4Gula dan sirup lainnya (misalnya : xylose, maple
syrup, sugar toppings)CPPB
11.6Sediaan pemanis buatan, termasuk yang
mengandung pemanis dengan intensitas tinggiCPPB
12.2
Bumbu-bumbuan (termasuk garam pengganti)
dan rempah-rempah (misalnya : campuran bumbu
untuk mi instan)
100
12.5 Sup dan kaldu 40
12.6 Saus dan produk sejenisnya 40
13.5
Makanan khusus (misalnya : Suplemen makanan
untuk tujuan diet) selain dari produk-produk pada
kategori pangan 13.1-13.4
300
14.1.2 Jus buah-buahahn dan jus sayur-sayuran 40
14.1.4
Minuman beraroma berbasis air, termasuk
minuman olah raga atau minuman elektrolit dan
particulated drinks
40
Keterangan :
ADI (Acceptable Daily Intake) atau Asupan Harian yang Dapat Diterima
adalah jumlah maksimum pemanis buatan dalam milligram per kilogram
berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
Batas penggunaan maksimum adalah jumlah milligram per kilogram
(mg/kg) pemanis buatan yang diizinkan untuk ditambahkan ke dalam
produk pangan atau jumlah pemanis buatan yang cukup untuk
menghasilkan rasa manis yang diinginkan sesuai dengan CPPB.
CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik) adalah suatu pedoman yang
diterapkan untuk memproduksi pangan yang memenuhi standar mutu
atau persyaratan yang diterapkan secara konsisten.
3. RESIKO KESEHATAN
Alitame telah malalui uji keamanan untuk jenis synthetic high-
potency sweeteners. Di semua sub-bidang penelitian, no observable effect
level (NOEL) adalah di bawah 100 mg/kg berat tubuh (bw) / day, atau dalam
300 kali dari average chronic human exposure.8 Jumlah dari toksisitas yang
ada dalam alitame telah direview olehh Joint Expert Committee on Food
Additives (JECFA) dan dilaporkan pada 19958. Penguji menyimpulkan bahwa
berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak ada indikasi alitame sebagai zat
karsinogenic atau menunjukkan
4. REGULASI
Pada 1986 sebuah Food Additive Petition dilayangkan ke US Food
and Drug Administration meminta kejelasan akan alitame4. Pemisi tersebut
meminta persetujuan alitame sebagai pemanis dan penyedap dalam
makanan tertentu dalam jumlah diperlukan untuk mencapai efek yang
dimaksudkan dan sesuai dengan praktek produksi yang baik. Tabel ....
menunjukkan ada 16 kategori produk makanan yang diminta dalam petisi ini.
Tabel 4 Food Product Categories Requested in Alitame 1986 Food
Additive Petition to US FDA
Baked goods and baking mixes (restricted to fruit-, custard-, and pudding-
fillrd-pies; cakes; cookies; and similar baked products
Presweetened, ready-to-eat breakfast cereals
Milk products (restricted to flavored milk- or dairy-based beverages and
mixes for their preparations, yoghurt, and dietetic milk products)
Frozen desserts and mixes
Fruit and water ices and mixes
Fruit drinks, ades, and mixes, including diluted juice beverages and
concentrates (frozen and non-frozen) for dilute juice beverages
Confections and frosting
Jams, jellies, preserves, sweet spreads
Sweet sauce, topping, and mixes
Gelatins, puddings, custard, fillings, and mixes
Beverages, nonalcoholic and mixes
Dairy product analogs (Restricted to toppings and toppign mixes)
Sugar substitutes
Sweetened coffee and tea beverages, including mixes and concentrates
Candy (including soft and hard candies and cough drops)
Chewing gum
Sebagai tambahan terhadap United States, perijinan penggunaan
alitame pada makanan telah diajukan dari banyak negara dan regulatory
agencies. Alitame disetujui penggunaanya di Australia pada Desember 1993;
di Mexico pada May 1994; di New Zealand pada October 1994; di People’s
Republic of China pada November 1994; di Indonesia pada October 1995; di
Colombia pada April 1996, dan di Chili pada Juni 1997.
ALitame telah di-review oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on
Food Additives (JEFCA) pada 19954 dan 19965 dan dialokasikan acceptable
daily intake (ADI) yaitu 1 mg/kg dari body weight5. Spesifikasi monograph dari
WHO/FAO telah dipublikasikan6. Alitame INS No. 956 juga telah tercantum
pada draf codex Alimentarius General Standard for Food Additives7.
Sedangkan di Indonesia sendiri telah ada petunjuk pemakaian maksimal
alitame yang terdapat pada Keputusan Kepala BPOM RI No
HK.00.05.5.1.4547 Tanggal 21 Oktober 2004
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Ellis, J.W. 1995. Overview of sweeteners. J. Chem. Educ. 72: pp. 671-
675.
2. M Bodanszky, J Martinez. Side reactions in peptide synthesis. In: E Gross,
J Meienhofer, eds. The Peptides, Vol. 5. New York: Academic Press, Inc.,
1983, pp 143–148.
3. BM Homler. Food Technology (July): 50–55, 1984.
4. PJ Abbott. Alitame. In: Toxicological Evaluation of Certain Food Additives
andContaminants. 44th JECFA, WHO Food Additives Series 35, pp 209–
254, 1996.
5. PJ Abbott. Alitame. In: Toxicological Evaluation of Certain Food Additives.
46th JECFA, WHO Food Additives Series 37, pp 9–11, 1996.
6. Alitame. In: Compendium of Food Additive Specifications. 44th JECFA,
FAO Food and Nutrition Paper 52 Add. 3, pp 9–13, 1995.
7. Proposed Draft Schedule 1 on Sweeteners—Additives with Numerical
ADIs. In: Report of the 29th Session of the Codex Committee on Food
Additives and Contaminants, Alinorm 97/12A, March 1997, pp 156–157
lines 67–78.
8. Mitchell, Helen Lucy. 2006. Sweeteners and Sugar Alternatives in Food
Technology. UK : Blackwell Ltd.