Aliran Teori Dalam Penelitian Kualitatif

3
ALIRAN TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF SETIDAKNYA ADA EMPAT ALIRAN TEORI DALAM ILMU SOSIAL YANG LAZIM DIASOSIASIKAN DENGAN PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF By : Saufin Mantir 1. ALIRAN TEORI FENOMENOLOGI : Pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak dipermukaan termasuk pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi di “kepala” sang pelaku. Seperti misalnya : Fenomenologi Sosial dimaksudkan “Untuk merumuskan situasi sosial yang mampu “menafsirkan atau memahami tindakan dan pemikiran manusia dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar. Realita yang tampak “nyata” di mata setiap orang yang berpegang teguh pada sikap alamiah. 2. ALIRAN TEORI ETNOMETODOLOGI : Pada dasarnya relatif serupa dengan aliran fenomenologi. Sebab kehadiran etnometodologi itu sendiri juga diilhami oleh fenemenologi. Kedua bisa dikatakan sebagai “saudara kandung”. Sebagai “saudara muda” yang datang lebih kemudian, etnometodologi secara lebih cerdik berargumen bahwa : ungkapan sehari-hari, isi percakapan sehari- hari ditengah masyarakat bisa dijadikan indikasi bagaimana kerangka berpikir mereka di dalam memahami, menafsirkan, dan menyikapi berbagai hal yang dihadapi. 3. ALIRAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. Ada tiga yang melandasi teori ini : pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu (benda, orang, ide) atas dasar makna yang diberikan kepada sesuatu tersebut. Kedua, makna

description

Sebagai Bahan Bacaan

Transcript of Aliran Teori Dalam Penelitian Kualitatif

ALIRAN TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

SETIDAKNYA ADA EMPAT ALIRAN TEORI DALAM ILMU SOSIAL YANG LAZIM DIASOSIASIKAN DENGAN PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIFBy : Saufin Mantir

1. ALIRAN TEORI FENOMENOLOGI : Pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak dipermukaan termasuk pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi di kepala sang pelaku. Seperti misalnya : Fenomenologi Sosial dimaksudkan Untuk merumuskan situasi sosial yang mampu menafsirkan atau memahami tindakan dan pemikiran manusia dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar. Realita yang tampak nyata di mata setiap orang yang berpegang teguh pada sikap alamiah.

2. ALIRAN TEORI ETNOMETODOLOGI : Pada dasarnya relatif serupa dengan aliran fenomenologi. Sebab kehadiran etnometodologi itu sendiri juga diilhami oleh fenemenologi. Kedua bisa dikatakan sebagai saudara kandung. Sebagai saudara muda yang datang lebih kemudian, etnometodologi secara lebih cerdik berargumen bahwa : ungkapan sehari-hari, isi percakapan sehari-hari ditengah masyarakat bisa dijadikan indikasi bagaimana kerangka berpikir mereka di dalam memahami, menafsirkan, dan menyikapi berbagai hal yang dihadapi.

3. ALIRAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. Ada tiga yang melandasi teori ini : pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu (benda, orang, ide) atas dasar makna yang diberikan kepada sesuatu tersebut. Kedua, makna tentang sesuatu diperoleh, dibentuk, termasuk direvisi melalui proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, pemaknaan terhadap sesuatu dalam bertindak atau berinteraksi tidaklah berlangsung mekanistik, melainkan melibatkan proses interpretasi.

4. ALIRAN TEORI TENTANG BUDAYA. Apabila disederhanakan teori budaya dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : Pertama, aliran teori yang memandang budaya sebagai suatu sistem atau organisasi makna. Budaya dianggap sebagai pita kesadaran tempat tersimpan memori kolektif suatu kelompok masyarakat tentang mana yang dianggap benar, mana yang dianggap salah, mana yang dianggap baik, mana yang dianggap buruk, mana yang dianggap berharga, dan mana yang dianggap kurang berharga. Jadi ada yang berupa norma-norma dan nilai-nilai; norma biasanya menunjukkan pada mana yang dianggap benar dan mana yang dianggap salah, sedangkan nilai lazimnya menunjuk pada mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk. Oleh karena itu budaya sebagai suatu organisasi atau sistem makna, dikonsepsikan tersusun secara berlapis-lapis laksana kulit bawang. Jadi ada lapisan luar berupa prodak-prodak dari suatu budaya (berupa budaya material). Lapisan tengah berupa norma-norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Dan dibalik lapisan tengah terdapat lapisan inti yang pada dasarnya berupa kepercayaan dari masyarakat itu sendiri.

Kedua, aliran teori yang memandang budaya sebagai sistem adaptasi suatu kelompok masyarakat terhadap lingkungannya. Budaya ditempatkan sebagai keseluruhan cara hidup suatu masyarakat yang diwariskan, dipelihara, dan dikembangkan secara turun temurun sesuai dengan tuntutan lingkungan yang dihadapinya. Budaya sebagai suatu organisasi atau sistem makna, dikonsepsikan tersusun secara berlapis-lapis laksana berlapis-lapis kulit bawang.an demi lapisan perlu dibuka untuk dapat memahaminya sampai kelapisan inti. Oleh karena itu budaya sebagai suatu organisasi atau sistem makna, dikonsepsikan tersusun secara berlapis-lapis laksana kulit bawang. Jadi ada lapisan luar berupa prodak-prodak dari suatu budaya (berupa budaya material). Lapisan tengah berupa norma-norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Dan dibalik lapisan tengah terdapat lapisan inti yang pada dasarnya berupa kepercayaan dari masyarakat itu sendiri.