Alexa Lbm6

download Alexa Lbm6

If you can't read please download the document

description

kgd 6

Transcript of Alexa Lbm6

LI NADA

LBM 6 MODUL 22KERACUNAN

Definisi

Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.Mekanisme toksisitas

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.Farmakokonetik dan Mekanisme KerjaOrganofosfat diabsorbsi dengan baik melalui inhalasi, kontak kulit, dan tertelandengan jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit.(4)Pada umumnya organofosfat yang diperdagangkan dalam bentuk thion (mengandung sulfur) atau yang telah mengalami konversi menjadi okson (mengandung oksigen), dalam okson lebih toksik dari bentuk thion. Konversi terjadi pada lingkungan sehingga hasil tanaman pekrja dijumpai pajanan residu yang dapat lebih toksik dari pestisida yang digunakan. Sebagian besar sulfur dilepaskan ke dalam bentuk mercaptan, yang merupakan hasil bentuk aroma dari bentuk organofosfat. Mercaptan memiliki aroma yang rendah, dan reaksi-reaksi bahayanya meliputi sakit kepala, mual, muntah yang selalu keliru sebagai akibat keracunan akut organofosfat. Konversi dari thion menjadi -okson juga dijumpai secara invivo pada metabolisme mikrosom hati sehingga okson menjadi pestisida bentuk aktif pada hama binatang dan manusia. Hepatik esterase dengan cepat menghidrolisa organofosfat ester, menghasilkan alkil fosfat dan fenol yang memiliki aktifitas toksikologi lebih kecil dan cepat diekskresi. Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa dan dengan cara demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme toksisitas memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik neurotransmiter yaitu asetilkolin (ACh) .Reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin dijumpai pada sistem saraf pusat danperifer.Pada sistem saraf perifer, asetilkolin dilepaskan di ganglion otonomik :1. sinaps preganglion simpatik dan parasimpatik2. sinaps postgamglion parasimpatik3. neuromuscular junction pada otot rangka.Pada sistem saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas insektisitada organofosfat pada medulla sistem pernafasan dan pusat vasomotor.Ketika asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmiter untuk memperbanyak konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri melalui hidrolisis dengan munculnya enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk AChE yaitu true cholinesterase atau asetilkolinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan neuromuscular junction. Pseudocholinesterase atau serum cholisterase berada terutama pada serum, plasma dan hati. Insektisida organofosfat menghambat AChE melalui proses fosforilasi bagian ester anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversibel. Aktivitas AChE tetap dihambat sampai enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator kolinesterase diberikan. Dengan berfungsi sebagai antikolinesterase, kerjanya menginaktifkan enzim kolinesterase yang berfugnsi menghidrolisa neurotransmiter asetilkolin (ACh) menjadi kolin yang tidak aktif. Akibatnya terjadi penumpukan ACh pada sinaps sinaps kolinergik, dan inilah yang menimbulkan gejala-gejala keracunan organofosfat. Pajanan pada dosis rendah, tanda dan gejala umumnya dihubungkan dengan stimulasi reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi reseptor nikotinik dan reseptor sentral muskarinik. Aktivitas ini kemudian akan menurun, dalam dua atau empat minggu pada pseudocholinesterase plasma dan empat minggu sampai beberapa bulan untuk eritrosit.Laboratorium

Nilai laboratorium tidak spesifik , yang dapat ditemukan bersifat individual padakeracunan akut, diantaranya lekositosis, proteinuria, glikosuria dan hemokonsentrasi. Walaupun demikian, perubahan aktifitas kolinesterase sesuaidengan tanda dan gejala merupakan informasi untuk diagnosa dan penanganansebagian besar kasus.(4) Pada konfirmasi diagnosa, pengukuran aktifitas inhibisikolinesterase dapat digunakan, tetapi pengobatan tidak harus menunggu hasillaboratotium.(1) Pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah dapat dilakukan dengan cara acholest atau tinktometer. Enzim kolinesterase dalam darah yang tidak diinaktifkan oleh organofosfat akan menghidrolisa asetilkolin ( yang ditambahkan sebagai substrat) menjadi kolin dan asam asetat. Jumlah asam asetat yang terbentuk, menunjukkan aktivitas kolinesterase darah, dapat diukur dengan cara mengukur keasamannya dengan indikator.Pada pekerja yang menggunakan organofosfat perlu diketahui aktivitas normalkolinesterasenya untuk dipakai sebagai pedoman bila kemudian timbul keracunan.Manifestasi klinik keracunan akut umumnya timbul jika lebih dari 50 % kolinesterase dihambat, berat ringannya tanda dan gejala sesuai dengan tingkat hambatan.

Gejala

Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reaksi keracunan. Tanda dangejala dihubungkan dengan hiperstimulasi asetilkolin yang persisten.(1) Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi (MUDDLES).Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus.(1) Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi stimulasi nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya refleks, bingung,, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes dan coma.(1,2,4,7) Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam waktu 6 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit.Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan organofosfat karena hal tersebut jarang terjadi.(4)Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernafasan. Oedem paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan.(1,4) Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai penyebab kematian.(4)Insektisida organofosfat diabsorbsi melalui cara pajanan yang bervariasi, melaluiinhalasi gejala timbul dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan subkutanumumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk menimbulkan tanda dan gejala.Pajanan yang terbatas dapat menyebabkan akibat terlokalisir. Absorbsi perkutandapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan kedutan (kejang) otot pada daerahyang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat menimbulkan hanya berupa miosisatau pandangan kabur saja.Inhalasi dalam konsentrasi kecil dapat hanya menimbulkan sesak nafas dan batuk.Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama danorganophosphorus-induced delayed neuropathy(OPIDN).(1) Sindrom ini berkembangdalam 8 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresifdimulai dari tungkai bawah bagian distal, kemudian berkembang kelemahan padajari dan kaki berupa foot drop. Kehilangan sensori sedikit terjadi. Demikian jugarefleks tendon dihambat .(7)

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Tabel 2. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.EfekGejala1. Muskarinik-Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)

-Kejang perut

-Nausea dan vomitus

-Bradicardia

-Miosis

-Berkeringat

2. nikotinik-Pegal-pegal, lemah

-Tremor

-Paralysis

-Dyspnea

-Tachicardia

3. sistem saraf pusat-Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

-Sakit kepala

-Emosi tidak stabil

-Bicara terbata-bata

-Kelemahan umum

-Convulsi

-Depresi respirasi dan gangguan jantung

-Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

Penatalaksanaan

Mencegah / menghentikan penyerapan racun

a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :

- Dimuntahkan :Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

- Bilas lambung : Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.

- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).

b. Racun melalui melalui kulit atau mata

- Pakaian yang terkena racun dilepas- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer).- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

d. Racun melalui suntikan- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.- Beri kompres dingin di tempat suntikan

2. Mengeluarkan racun yang telah diserapDilakukan dengan cara :- Diuretic : lasix, manitol- Dialisa- Transfusi exchange

3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala- Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP- Gangguan sistem susunan saraf pusat : Kejang : beri diazepam atau fenobarbital Odem otak : beri manitol atau dexametason.

4. Pengobatan spesifik dan antidotum

a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).

- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.- Tindakan : Keracunan pada kulit dan mata : - irigasi dengan air mengalir- beri antibiotik dan antiinflamasi. Keracunan ditelan / tertelan :- asam kuat dinetralisir dengan antasida- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka- jangan bilas lambung atau tindakan emesis- beri antibiotik dan antiinflamasi.

b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras

- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai koma.- Tindakan : Bilas lambung dengan air Beri kopi pahit Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.

c. Keracunan Arsenikum

- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.- Tindakan : Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol Atasi syok dan gangguan elektrolit Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.

d. Keracunan Tempe Bongkrek

- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.- Tindakan : terapi simptomatik.

e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)

- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.- Tindakan : Bilas lambung dengan norit Beri ATS 10.000 unit. Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

f. Keracunan Ikan

- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

g. Keracunan Jamur

- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar. Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam Infus Glukosa.h. Keracunan Jengkol

- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia.- Tindakan : Infus Natrium bikarbonat Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari

i. Keracunan Singkong

- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).- Tindakan : Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

j. Keracunan Marihuana / Ganja

- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.

k. Keracunan Formalin

- Gejala : Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan pneumonia. Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis. Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal nafas.- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu

l. Keracunan Barbiturat

- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok sampai koma.- Tindakan : Jangan lakukan emesis atau bilas lambung Bila sadar beri kopi pahit secukupnya Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.

m. Keracunan Amfetamin

- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi.- Tindakan : Bilas lambung Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)

- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis- Tindakan : Beri antihistamin im/iv Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

o. Keracunan Digitalis (Digoxin)

- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi- Tindakan : Propranolol KCl iv

p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)

- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.- Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Jangan diberi morfin dan aminophilin.

q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)

- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel, koma- Tindakan : Jangan gunakan epinefrin Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.

r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)

- Gejala : Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru)- Tindakan : Jangan lakukan emesis Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im Pengawasan : kemungkinan edem paru.

s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)

- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.- Tindakan : Pasang O2 bertekanan Jangan gunakan stimulan Pengawasan : kemungkinan edem otak

t. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)

- Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal sampai koma.- Tindakan : Jangan lakukan emesis Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan

MEDIKAMENTOSAPengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas organophosphat.. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, kercaunan mesti terjadi dan gejala segera timbul.Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.

Penatalaksanaan (1,2,4,6,7)Penanganan keracunan insektsida organofosfat harus secepat mungkin dilakukan.Keragu-raguan dalam beberapa menit mengikuti pajanan berat akan meningkatkantimbulnya korban akibat dosis letal.(1) Beberapa puluh kali dosis letal mungkindapat diatasi dengan pengobatan cepat.Pertolongan pertama yang dapat dilakukan :1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderitadengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan/atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalamsegelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karenabahaya aspirasi.2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebihdahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalannafas. Bila organofosfat tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut kemulut.3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulitdicuci dengan air sabun.4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit.Pengobatan1. Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidakberbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 15 menitsampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah,kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi ringan iniharus dipertahankan selama 24 48 jam, karena gejala-gejala keracunanorganofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkansampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 2 mg selangbeberapa jam, tergantung kebutuhan.Atropin akan menghialngkan gejala gejala muskarinik perifer (pada otot polos dankelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawanbrokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan diotak, tetapi atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yangberupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.2. PralidoksimDiberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzimkolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan,keefektifannya dipertanyakan.(1)Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak adaperbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 2 jam. Pengobatan umumnya dilanjutkan2002 digitized by USU digital library6tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalamlemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzimkolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot rangka sehinggadapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.

PENCEGAHANCara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada pekerjapekerjapertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :a. Penyimpanan pestisida :1. Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda, sebaiknyatertutup dan dalam lemari terkunci.2. Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekatmakanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tandatandaharus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar agarsisa pestisida musnah sama sekali.4. Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di botolbotol,sangat besar bahayanya.b. Pemakaian alat-alat pelindung :1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukanpencampuran kering bahan-bahan beracun.2. Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari neopren,jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyakatau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicucisempurna sebelum makan.3. Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selamamenyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atauparu-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.c. Cara-cara pencegahan lainnya :1. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan,sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang bersangkutan.2. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup denganpenguap termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat kediamanpenduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.3. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akanbersentuhan dengannya.Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yangdikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila diketahuicara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :a. Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah yanglebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.b. Pada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.c. Pada waktu dan selama menyemprot.2002 digitized by USU digital library7d. Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat pekerjaantersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat, peredearan dantransportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau pemakaian lainnya).3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :a. Mereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akandihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan pedomandan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan tidakmengganggu kesehatan.b. Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.c. Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya pada pekerja. Biladipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia atropin, baik dalam bentuktablet maupun suntikan. Untuk ini perlu adanya seorang pengawas yang terlatih.4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapattembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yangmungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja denganpestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida ke dalamtubuh.6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaianharus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusanyang perlu mendapat pengawasan.7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam satuhari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung darihari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harusdiganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu dicucidengan sabun.9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak bolehmerokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakaisabun dan air.10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanyaperlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :a. Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah dipakaibak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup panjangnya untukmencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri. Demikian pula untukmencairkan pasta yang padat.b. Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapatditiadakan atau sekecil mungkin.c. Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus pulamemakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain harusmemakai alat yang cukup panjang.e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak mudahrusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat, mudahdibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosongatau hampir kosong, yaitu :a. Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak dankemudian dikubur.b. Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan tertentu.14. Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang bersangkutandilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang menggunakan pestisidaorganofosfat dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan berkala yangberpedoman kepada standard kolinesterase dalam darah.