Jenis Ikan Kerapu (Serraniade) Tangkapan Bubu di Perairan ...
Alat Perangkap Bubu
Click here to load reader
-
Upload
abu-hafidharwan-ciomas -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
Transcript of Alat Perangkap Bubu
Bubu (Fish Pots atau Fyke)
Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan.
Variasi bentuknya banyak sekali, hampir setiap daerah perikanan
mempunyai model bentuk sendiri. Bentuk bubu ada yang seperti :
sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang
(kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya.
Bahan bumbu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel)
atau ijeb, pintu.
Badab berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu
(funnel) berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat
masuk tapi tidak dapat keluar pintu bubu merupakan bagian yaitu
tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara operasional
penangkapannya, bubu dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu bubu
dasar (ground fishpot), bubu apung (floating fispot) dan bubu hanyut
(drifting fishpot)
a. Bubu Dasar (Stationary Fish Pots)
Ukuran bubu dasar bervariasi menurut besar kecilnya yang dibuat
menurut kebutuhan untuk bubu kecil umumnya berukuran panjang 1
m, lebar 50-75 cm dan tinggi antara 25-30 cm. Untuk bubu besar
dapat mencapai ukuran 3.5 m panjang 2 m lebar dan 75-100 cm
tinggi.
Dalam operasional penangkapannya bias tunggal (umumnya bubu
ukuran besar) bisa ganda (umumnya untuk bubu ukuran kecil atau
sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang
yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Tempat
pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau di
antara karang-karang atau bebatuan. Untuk memudahkan mengetahui
tempat-tempat dimana bubu dipasang maka dilengkapi dengan
pelampung melalui tali panjang yang dihubungkan dengan bubu
tersebut. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan 2-3 hari setelah bubu
dipasang, kadang bahkan beberapa hari setelah dipasang.
Hasil tangkapan dengan bubu umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan,
udang kualitas baik seperti Kwe (caranx spp), bronang (siganus spp),
krapu (epinephelus spp), kakap (lutjanus spp) kakatua (scarus spp)
ekor kuning (caesio spp) ikan kaji (diagramma spp) lencam (lethrirrus
spp) udang penaeid, udang barong dan lain-lainya.
Menurut statistic perikanan 1986 (ditjenkan) jumlah bubu tercatat
7.062 unit (jumlah seluruh alat penangkap 452.845 unit dengan
produksi 16.781 ton (1986). Perlu diketahui bahwa untuk udang
barong biasanya menggunakan tipe bubu khusus yaitu silindris dan
bubu bulat setengah lingkaran dengan mulut ditengah-tengah atas.
Sementara untuk udang penaeid, kepiting/rajungan dapat ditangkap
dengan bubu udang yang bahan-bahanya dibuat dari plastic.
b. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bubu apung ini
dilengkapi dengan pelampung dari bamboo atau rakit bamboo yang
penggunaanya diatur demikian rupa yaitu ada yang diletakkan tepat di
bagian atasnya atau kurang lebih demikian. Sementara itu kadang-
kadang digantungkan pada rakit bambu. Rakit bambu tersebut dilabuh
melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali
untuk melabuh tersebut yaitu yang dihubungkan dengan tali
disesuaikan dengan kedalaman air, tetapi biasanya tali ini lebih
panjang dari kedalaman air dimana ia dipergunakan ( dipasang),
umumnya 1.5 kali dari kedalaman air. Berbeda dengan bubu dasar
hasil tangkapan bubu apung ini ialah jenis-jenis ikan pelagik, seperti
tembang japuh, julung-julung, torani, malalugis, kembung, selar dan
lainnya.
Bentuk bubu apung ini bisa selindris, bisa juga menerupai kurung-
kurung atau kamar yang menurut istilah setempat (Airtembaga)
disebut “sero gantung”.
c. Bubu hanyut (Drifising Fish Pots)
Disebut bubu hanyut karena dalam oprasionalnya penangkapannya ia
hanyutkan. Bubu hanyut yang ter kenal ialah yang di sebut “pakaja”,
“luka” atau “patorani”. Pakaja atau luka artinya sama yaitu “bubu”,
sedang “patorani”. Karena ia dipergunakan menangkap ikan “torani”,
“tuing-tuing” atau ikan terbang (flaying fish). Pakaja termasuk bubu
ukuran kecil, beberbentuk selindris (panjang 0,75 m, 00,4-0,5 m).
Walaupun ukuran kecil, namun pada waktu penangkapan di atur dalam
kelompok-kelompok yang kemudian di rangkaikan dengan kelompok-
kelompok berikutnya sehingga jumlahnya menjadi banyak sekali, tapi
umumnya antara 20-30 buah, tergantung besar kecilnya perahu/kapal
yang digunakan untuk penangkapan.
Oprasional penangkapannya dilakukan sebagai berikaut : (1) Pada
sekeliling pakaja dikaitkan rumput laut atau “gusung/gosek” (bahasa
Sulsel); (2) Pakaja disusun dalam 3 kelompok yang satu dengan yang
lainnya berhubungan dengan tali penoda (drifting line); (3)
Penyusunan kelompok (contoh : misalnya ada + 20 buah bubu) : 10
buah dikaitkan pada ujung tali penoda terakhir, keloimpok berikutnya
terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu di sambung dengan tali
penoda yang langsung dihubungkan (diikat) dengan perahu
penangkap dan di ulur sampai + 60- 150 m.