Alat Musik Tradisional

9
Serune Kalee Kata Serune Kalee menunjuk pada dua hal yang berbeda. Kata yang pertama, Serune menunjuk pada alat tiup tradisional Aceh yang sering dimainkan bersama rapai. Sedangkan Kalee adalah sebutan sebuah nama desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Sehingga, Serune Kalee mempunyai arti serunai dari Kalee. Pemberian nama tersebut mungkin dikaitkan dengan pembuatan atau pemunculannya. Peralatan musik ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Aceh, namun juga masyarakat Minangkabau, Agam, dan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Bahkan, persebaran perlengkapan ini mencapai Thailand, Srilanka, dan Malaysia. Alat musik sejenis ini juga didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat dengan sebutan serupa (Firdaus Burhan, ed. 1986: 81). Masing-masing daerah yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut, sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi serune, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi, volume suara, dinamika suaranya.

Transcript of Alat Musik Tradisional

Page 1: Alat Musik Tradisional

Serune Kalee

Kata Serune Kalee menunjuk pada dua hal yang berbeda. Kata yang pertama, Serune menunjuk

pada alat tiup tradisional Aceh yang sering dimainkan bersama rapai. Sedangkan Kalee adalah

sebutan sebuah nama desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Sehingga, Serune Kalee mempunyai

arti serunai dari Kalee. Pemberian nama tersebut mungkin dikaitkan dengan pembuatan atau

pemunculannya. 

Peralatan musik ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Aceh, namun juga masyarakat

Minangkabau, Agam, dan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Bahkan, persebaran

perlengkapan ini mencapai Thailand, Srilanka, dan Malaysia. Alat musik sejenis ini juga

didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar,

dan Aceh Barat dengan sebutan serupa (Firdaus Burhan, ed. 1986: 81). Masing-masing daerah

yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut,

sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi

serune, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi, volume

suara, dinamika suaranya.

Peralatan ini berbentuk memanjang bulat lurus dan bulat. Bagian atas peralatan ini berbentuk

kecil, kemudian membesar hingga di ujung bagian bawah. Pada tubuhnya terdapat lubang-

lubang untuk jari dengan ukuran yang cukup besar. Bagian paling bawah peralatan ini membesar

seperti kelopak teratai. Untuk membawa peralatan ini cukup dimasukkan ke dalam kantong yang

diberi pengikat pada tampuk kain, kemudian disandang di bahu.

Page 2: Alat Musik Tradisional

Aramba

Aramba adalah merupakan alat musik yang terbuat dari tembaga, kuningan atau perunggu

(logam). Alat musik ini barasal dari pulai nias yang biasa dimainkan oleh masyarakat setempat

pada acara perkawinan. Adapun ukuran garis tengahnya 40 sampai 50 cm, sedangkan aramba

yang dipakai oleh ngaoto mbalugu (keturunan bangsawan) adalah aramba fatao dan aramba

hongo yang ukuran garis tengahnya 60 sampai 90 cm.

Aramba merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Yang berbentuk

bundar dengan semacam bulatan menonjol pada tengahnya. Aramba biasanya digantungkan

dengan seutas tali pada sebuah palang horizontal. Instrumen ini biasa dimainkan pada acara-

acara adat.

Bentuk alat musik tradisional ini biasanya polos pada seluruh permukaan bidangnya.Bentuknya

didominasi oleh bidang pukul, sebagian dilengkapi dengan bidangan cembung kecil yang

merupakan bagian yang dipukul (mirip seperti gong). Sepintas bentuk aramba terdiri atas 2 (dua)

bagian, yaitu bagian bidang panjang dan bidang pukul. Bentuk alat musik ini sangat umum pada

alat musik jenis pukul, hanya saja bidang panjang aramba dibuat lebih pendek dengan bentuk

polos atau bergelombang. Pada bidang pukulnya juga memiliki satu atau lebih bidangan

cembung dan bidangan cembung yang terkecil tersebut merupakan bidang yang dipukul.

Page 3: Alat Musik Tradisional

Gambus

Gambus  merupakan  instrumen  musik  tradisional  suku melayu  yang  tersebar  di  pulau

Sumatera  dan  semenanjung  Malaysia.  Gambus  sering  dikaitkan dengan  kebudayaan  Islam.

Sebenarnya  gambus  berasal  dari  peradaban  Timur-Tengah  yang digunakan  dalam  taqsim,

tahmila,  bashraf    dan  doulab.  Persebaran  gambus  di  pulau  Sumatera sudah  diduga  terjadi

pada masa  pendudukan  Portugis  di  Malaka,  karena  pada  saat  itu  pusat aktivitas

perdagangan  Timur-Tengah  yang  sekaligus  membawa  ajaran  Islam  dipindahkan  ke pulau

Sumatera.  Dalam  tradisi musik suku Melayu, gambus digunakan dalam pertunjukan musik

zapin dan ghazal.

Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit

gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi

gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus

atau disebut gambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah membawakan acara irama

padang pasir. Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari

pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah

keagamaan. Alat musiknya terdiri dari biola, gendang, tabla dan seruling. Kini, orkes gambus

menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik

lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech

Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-

Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.

Page 4: Alat Musik Tradisional

Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang

dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu,

dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu)

sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam

setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg,

yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik

yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam

suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi.

Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari

UNESCO sejak November 2010.

Page 5: Alat Musik Tradisional

Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[butuh rujukan]

Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan