€¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008...

82

Transcript of €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008...

Page 1: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)
Page 2: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)
Page 3: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)
Page 4: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)
Page 5: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

v

ABSTRAK

Mohammad Zakky Mubarok NIM 11150440000126 Bukti Elektronik Sebagai

Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi

Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT) Program Studi Hukum

Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 1441 H/ 2019 M, xiii + 67 Halaman

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui keabsahan alat bukti elektronik

sebagai alasan perceraian dalam perspektif hukum Islam dan UU Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dikaji pada putusan

nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT.

Untuk menganalisis permasalahan ini menggunakan metode penelitian

kualitatif yang bersifat analisis normatif yuridis dengan dua metode pendekatan,

yakni dengan pendekatan statute approach dan pendekatan case approach yaitu

menggunakan pendekatan perundang-undangan sebagaimana yang terdapat dalam

putusan 1528/Pdt.G/2017/PA.JT. Dengan metode dan pendeketan tersebut akan

mendapatkan data dan gambaran yang jelas terkait hal-hal yang berhubungan

dengan permasalahan dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan,

wawancara dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukan kegiatan melalui media sistem elektronik,

yang disebut juga ruang siber (cyber space) telah diatur oleh UU No. 11 tahun

2008 atau UU ITE. Keabsahan alat bukti elektronik dalam perspektif hukum

positif maupun hukum Islam dapat digunakan. Perlu dilakukan uji forensik

terlebih dahulu demi terhindar dari penyalah gunaan alat bukti elektronik yang

dipalsukan. Hakim sebagai salah satu penegak hukum dalam memeriksa sebuah

perkara yang berkaitan dengan alat bukti elektronik perlu melakukan prosedur

sesuai dengan apa yang di atur di dalam Undang-undang ITE.

Kata Kunci : Alat Bukti Elektronik. Hukum Positif, Hukum Islam

Pembimbing : Indra Rahmatullah, SH.I.,MH

Daftar Pustaka :1985-2019

Page 6: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Alhamdulillah Rabbil „Alamin, Segala puji, syukur dan sujud kehadirat

Allah Subhanahu wa Ta‟ala, yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, serta

keberkahan-Nyalah sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat beriring salam senantiasa kepada sebaik-baik tauladan kita,

Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi Wasallam, semoga kelak kita mendapatkan

syafa‟atnya di akhirat.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Hukum Program Studi Hukum Keluarga pada Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

penulis persembahkan seutuhnya kepada motivator terhebat dan tercinta

sepanjang perjalanan hidup penulis, terkhusus kedua orang tua tercinta, Ayah

Drs.H.Affandi Ahmad, S.Ag dan mama Siti Saodah serta abang dan kakak

tersayang Asep Syaiful Bahri, S.E , Nany Nurhidayani, S.Psi , Tanty Sabariyah

Damayanti, S.Pd , Doni Muhammad Iqbal Romdhoni, S.E , Yoone Merro, S.E dan

Mohammad Fairouz Ramadhan yang tidak pernah lelah selalu memberikan

semangat, motivasi, bimbingan dan dukungan, kasih sayang, doa serta keluangan

waktu yang diberikan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala senantiasa

memberikan rahmat, keberkahan dan kasih sayang kepada mereka semua. Aamiin.

Selama proses penulisan skripsi ini, sedikit banyak hambatan dan kesulitan

yang penulis hadapi, atas berkat rahmat dan hidayah dari Allah Subhanahu wa

Ta‟ala diberikan kemudahan dalam mengerjakannya. Serta dukungan dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada para pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

kepada yang terhormat:

Page 7: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

vii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, SH., MH., MA, selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Mesraini, M.Ag, selaku ketua Program Studi Hukum Keluarga dan

Ahmad Chairul Hadi, M.A, sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penyelesaian skripsi ini.

4. Atep Abdurofiq, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan nasihat dan motivasi untuk mahasiswa-mahasiswinya.

5. Indra Rahmatullah, SH.I.,MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan nasihat,

motivasi, serta perbaikan-perbaikan selama penyusunan skripsi ini,

terimakasih banyak atas arahan, masukan dan koreksi skripsinya yang

bersifat membangun, semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala senantiasa

membalas semua kebaikan Bapak.

6. Bapak Hakim Ketua dan Hakim anggota Pengadilan Agama Jakarta

Timur serta Bapak Ismail, S.H selaku Kepala Arsip Pengadilan Agama

Jakarta Timur serta seluruh jajaran staff Pengadilan Agama Jakarta

Timur saya ucapkan terimakasih banyak telah memberikan

kesempatan untuk memberikan informasi serta telah bersedia menjadi

obyek penelitian ini.

7. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama

dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi fasilitas

untuk mengadakan studi kepustakaan.

8. Terima kasih kepada Rekanda Ilham Ramdhani Rahmat, S.H. yang

membantu dan selalu memberikan semangat kepada saya dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada abangda Ricki Ahmad Faisal Muhtar, S.H,

Khuzaifi Amir, S.H , Nur Alim Amalkhan, Yassir Murodi, S.H , Satria

Page 8: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

viii

Erlangga, Muhammad Sidiq, S.H ,Riyadh Assomadi, S.H dan M.

Ilham Ramadhan, S.H yang telah banyak memberikan nasihat,

motivasi, dan ilmu kepada penulis selama berproses di tanah Ciputat.

10. Kepada Sahabat-Sahabat penulis, Helmi Damas, Lutfi Zakaria,

Muhammad Syarifuddin Amarullah, Kisai Khalaf Muhammad, Ahmad

Waldi Amlan, Maulvi Muhammad Ikhwan, Windia Indri Virsada, Suci

Nurindah, Sayyidati Nurmuhalillah, Alawiyah, Ghina Husna, dan Siti

Dzulrahmat alistiqlali yang telah memberikan motivasi dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan studi yang penulis tempuh.

11. Terima kasih kepada Maulana Wahyudi ( Infus Coffee ) yang sangat

kompak dan membantu penulis dalam menjalankan roda perputaran

bisnis.

12. Teman-teman Hukum Keluarga angkatan 2015 yang selalu membantu

dan memberikan saran selama perkuliahan, khususnya teman-teman

seperjuangan kelas C yang telah sama-sama berjuang dan saling

memberikan motivasi serta semangat dalam menyelesaikan studi demi

meraih cita-cita..

13. Teman seperjuangan selama 1 (satu) bulan di Situ Daun, Bogor Kuliah

Kerja Nyata (KKN) “Sahwahita 198”, yang telah memberikan

semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

14. Terima kasih sahabat-sahabat dari MAN 13 Jakarta, khususnya kawan-

kawan Godsdienstige atas motivasi dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

15. Terima kasih teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Fakultas Syari‟ah dan Hukum (KOMFAKSY) khususnya keluarga

besar HMI Hukum Keluarga yang selalu memberikan motivasi,

semangat dan pembelajaran kepada penulis.

16. Terima kasih kepada guru penulis Al-Habib Hamid Bin Zeid Bin

Mukhsin Bin Salim Al-Athos dan Crew Majelis Ta‟lim Ashsholatu

„Alan Nabi SAW serta Team Hadroh Syababu Ahlil Jannah Al hasan

Page 9: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

ix

Wal Husein (Al Muhajirin) yang selalu memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir skirpsi ini.

17. Serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

terimakasih atas doa-doa terbaiknya.

Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan balasan pada setiap

kebaikan yang telah diberikan untuk penuli. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum keluarga.

Jakarta, 26 Desember 2019 M

27 Rabi‟ul Akhir 1441 H

Penulis

Page 10: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

A. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar akasara Arab dan padanannya dalam aksara

Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de

dz de dan zet ذ

Page 11: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xi

r Er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap „ ع

kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

Page 12: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xii

n en ن

w we و

h ha ه

Apostrop „ ء

y Ya ي

B. Vokal Pendek dan Vokal Panjang

Vokal Pendek Vokal Panjang

= a اي = a

= i i = ي

= u = u

C. Diftong dan Kata Sandang

Diftong Kata Sandang

ai = يأ al =(ال)

aw =وأ al-sh = (الش)

-wa al = (وال)

D. Tasydid (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

Page 13: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xiii

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: al-Syuf‟ah, tidak

ditulis asy-syuf‟ah.

E. Ta Marbutah

Jika ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialih aksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

Kata Arab Alih Aksara

Syarî‟ah شريعة

al-syarî‟ah al-islâmiyyah الشريعةاإلسالمية

Muqâranat al-madzâhib نةاملذاهبمقار

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan

dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari Bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-

Rânîrî.

Istilah keislaman (serapan): istilah keislaman ditulis dengan berpedoman

kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai berikut contoh:

No Transliterasi Asal Dalam KBBI

1 Al-Qur‟an Alquran

2 Al-Hadist Hadis

3 Sunnah Sunah

Page 14: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xiv

4 Nash Nas

5 Tafsir Tafsir

6 Fiqh Fikih

Dan lain-lain (lihat KBBI)

Page 15: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... .x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ..xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .................... 3

1. Identifikasi Masalah ............................................................ 3

2. Pembatasan Masalah ........................................................... 4

3. Rumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4

1. Tujuan Penelitian ................................................................ 4

2. Manfaat Penelitian .............................................................. 4

D. Metode Penelitian ...................................................................... 5

1. Jenis Penelitian .................................................................... 5

2. Pendekatan Penelitian ......................................................... 5

3. Sumber Data ......................................................................... 6

4. Metode Pengumpulan Data .................................................. 7

5. Analisa Data ......................................................................... 7

6. Teknik Penulisan .................................................................. 7

E. Sistematika Penelitian ............................................................... 7

BAB II SISTEM PEMBUKTIAN DI INDONESIA ................................. 9

A. Alat Bukti .................................................................................. 9

1. Pengertian Alat Bukti .......................................................... 9

2. Jenis-Jenis Alat Bukti ........................................................ 10

Page 16: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

xvi

3. Dasar Hukum Alat Bukti .................................................... 21

4. Syarat-Syarat Alat Bukti ................................................... 23

B. Kedudukan Alat Bukti Elektronik ........................................... 24

C. Tinjauan (Riview) Kajian Terdahulu .......................................... 27

BAB III KASUS PERCERAIAN NO 1528/PDT.G/2017/PAJT ............. 29

A. Tinjauan Umum Perceraian...................................................... 29

1. Pengertian Perceraian ........................................................ 29

2. Dasar Hukum Perceraian ................................................... 31

3. Tata Cara Perceraian ......................................................... 33

4. Akibat Perceraian .............................................................. 34

B. Deskripsi Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT ................. 36

1. Duduk Perkara ................................................................... 36

2. Amar Putusan .................................................................... 39

BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR 1528/Pdt.G/2017/PAJT ....... 40

A. Keabsahan Alat Bukti Elektronik Dalam Perspektif UU ITE . 40

B. Keabsahan Alat Bukti Elektronik Dalam Perspektif Hukum

Islam ........................................................................................ 45

C. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perceraian Yang

Menggunakan Alat Bukti Elektronik Dalam Putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT ........................................................... 49

1. Autentifikasi Alat Bukti Elektronik ................................. 55

2. Kekuatan Pembuktian Bebas ............................................. 57

BAB V PENUTUP .................................................................................... 62

A. Kesimpulan ............................................................................. 62

B. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64

Page 17: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh

berbagai bangsa dan negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi

tersebut dipercepat dengan tumbuh dan berkembangannya teknologi

informasi. Teknologi informasi memegang peranan yang sangat penting

baik di masa kini maupun di masa yang akan datang, kegiatan teknologi

informasi dapat dimanfaatkan sebagai sarana saling berkomunikasi,

penyebaran dan pencarian data serta dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

belajar mengajar.

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang demikian

pesat telah menyebabkan perubahan kehidupan manusia yang secara

langsung mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.

Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber

(cyber space), meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai

tindakan atau perbuatan hukum yang nyata. Hal ini sebagaimana yang

telah diatur oleh No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 11 tahun 2008 atau UU ITE.

Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati

dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini

yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari

pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual

yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.

Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan

kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan

komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Untuk mengatasi

gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik,

Page 18: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

2

pendekatan hukum sangat bersifat mutlak, karena tanpa kepastian hukum,

persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal.

Salah satu hal yang menjadi contoh dari perkembangan teknologi

berpengaruh terhadap perkembangan hukum adalah dalam bidang perkara

perdata dalam hal ini perkara perceraian. Terdapat sebuah perkara di

Pengadilan Agama Jakarta Timur yang mana alat bukti elektronik menjadi

instrumen yang dipakai sebagai barang bukti perceraian. Memang

beberapa waktu sebelumnya anatara suami dan istri telah terjadi pertikaian

yang cukup rumit hingga pada akhirnya sang suami mengirimkan pesan

singkat melalui WhatsApp yang pada intinya ingin bercerai dengan sang

istri, kejadian itu terjadi tepat pada tanggal 20 Maret 2017.

Seiring perkembangan zaman, talak dapat diucapkan kapanpun dan

dimanapun menggunakan teknologi yaitu melalui media sosial. Namun hal

ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Indonesia sebagai

Negara hukum telah membuat sebuah undang-undang yang mengatur

tentang hal ini yaitu Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 atau UU ITE. Setelah

terbitnya undang-undang ini, media social bisa menjadi sebuah alat bukti

yang dapat diajukan ke pengadilan.

Salah satu contoh permasalahan hukum kontemporer yang

berhubungan dengan perkembangan teknologi adalah perceraian

diucapkan melalui media sosial (whatsapp) yang mana pada putusan

Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT hakim menggunakan UU ITE dengan

menggunakan alat bukti berupa pesan Whatsapp sebagai pertimbangan

hakim untuk mengadili serta memutuskan perkara talak. Hal ini berkaitan

dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan hukum.

Dalam pertimbangannya, hakim tidak menggunakan ketentuan yang

terdapat dalam Pasal 6, Pasal 15, dan Pasal 16 UU ITE, yang pada intinya

Informasi dan Dokumen Elektronik harus dapat dijamin keotentikannya,

keutuhannya, dan ketersediaannya. Untuk menjamin terpenuhinya

Page 19: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

3

persyaratan materil dimaksud, dalam banyak hal dibutuhkan digital

forensik.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis memilih judul:

“Alat Bukti Elektronik Sebagai Alasan Perceraian Dalam Perspektif

Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT)”

B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah

a. Identifikasi Masalah

Dari beberapa permasalahan yang ditemukan dalam judul ini

antara lain ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan alat bukti perceraian pasca di sahkannya

UU ITE?

2. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap alat bukti media

social sebagai alasan perceraian?

3. Bagaimana pandangan Undang-undang Perkawinan terhadap alat

bukti media social sebagai alasan perceraian?

4. Bagaimana pandangan Kompilasi Hukum Islam terhadap alat bukti

media social sebagai alasan perceraian?

5. Bagaimana pandangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPer) terhadap alat bukti media social sebagai alasan

perceraian?

6. Bagaimana pertimbangan hakim pada alat bukti media sosial

sebagai alasan perceraian dalam putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT?

Page 20: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

4

b. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan yang berkenaan dengan

putusan pengadilan agama tingkat pertama yang ada pada peradilan di

Indonesia maka skripsi ini membatasi hanya pada putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari identifikasi dan pembatasan masalah

diatas, selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keabsahan alat bukti media sosial sebagai alasan

perceraian dalam perspektif Hukum Islam dan UU ITE?

2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim terhadap alat bukti media

sosial sebagai alasan perceraian dalam putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan sesuai dengan rumusan

masalah adalah:

1. Untuk mengetahui keabsahan alat bukti media sosial sebagai alasan

perceraian dalam perspektif Hukum Islam dan UU ITE?

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim pada alat bukti media sosial

sebagai alasan perceraian dalam putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ,yaitu :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan dalam

perkembangan ilmu hukum perkawinan pada umumnya dan hukum

perceraian melalui media sosial secara khusus.

Page 21: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

5

b. Menjadi rujukan bagi akademisi tentang bagaimana analisa secara

mendalam mengenai perceraian melalui media sosial.

c. Selanjutnya menjadi bahan tambahan terhadap mahasiswa yang akan

melakukan penelitian berkaitan dengan perceraian melalui media sosial.

E. Metode Penelitian

Dalam membahas penelitian ini, diperlukan suatu penelitian untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang

dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan akurat.

Ada beberapa metode yang akan penulis gunakan, antara lain:

1. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan statue

approach yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan

berdasarkan Undang-undang, buku-buku terkait UU ITE yang

kemudian dihubungkan dengan case approach yang terdapat pada

putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT lalu kemudian di analisis.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian normatif legal research

yaitu dengan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-

undangan, serta tulisan-tulisan para sarjana yang erat kaitannya dengan

masalah yang diteliti.

3. Sumber Data

a. Data hukum primer, yaitu data yang berkaitan langsung dengan

alasan perceraian melalui media sosial yang terdapat pada putusan

Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT dan Undang-Undang ITE Nomor

11 Tahun 2008.

b. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, jurnal,

artikel, dan tulisan lain yang berhubungan dengan permasalahan

yang menjadi pokok dalam bahasan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap

Page 22: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

6

terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera, dan salah satu ciri

dari data sekunder tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.1

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Studi Kepustakaan Penelusuran

Informasi dan data yang diperlukan dalam beberapa sumber.

Penyusunan dengan menggunakan studi kepustakaan dilakukan dengan

cara membaca, mempelajari serta menganalisis literatur atau buku-

buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

5. Analisa Data

Analisa data secara deduktif merupakan prosedur yang berpangkal

pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau

diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017.

F. Sitematika Penelitian

Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana masing-

masing Bab berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai

berikut:

Bab Pertama, berisikan Pendahuluan yang berhubungan erat

dengan permasalahan yang akan dibahas. Latar belakang masalah,

Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sitematika penulisan.

Bab Kedua, Kajian kepustakaan dibahas dalam bab ini. Dimulai

dari pemaparan kajian teori dan review studi terdahulu.

1 Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas

Indonesia, 1986), h. 11.

Page 23: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

7

Bab Ketiga, Menjelaskan mengenai UU ITE sebagai

perkembangan alat bukti.

Bab Keempat, merupakan bab inti yaitu bahasan utama dalam

skripsi ini. Yakni analisis yuridis tentang perceraian melalui media sosial

dalam perspektif Undang-Undang ITE dan hukum Islam yang mana bab

ini menguraikan tentang pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT.

Bab Kelima, merupakan bab akhir dalam penelitian ini. Terdiri dari

penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat membangun

bagi penyempurnaan penelitian ini.

Page 24: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

8

BAB II

SISTEM PEMBUKTIAN DI INDONESIA

A. Alat Bukti

1. Pengertian Alat Bukti

Alat bukti atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai

evidence, adalah informasi yang digunakan untuk menetapkan

kebenaran fakta-fakta hukum dalam suatu penyelidikan atau

persidangan. Paton dalam bukunya yang berjudul A Textbook of

Jurisprudence, seperti yang dikutip oleh Sudikno Mertokusumo

menyebutkan, bahwa alat bukti dapat bersifat oral, documentary, atau

material. Alat bukti yang bersifat oral, merupakan kata-kata yang

diucapkan oleh seseorang dalam persidangan. Alat bukti yang bersifat

documentary, meliputi alat bukti surat atau alat bukti tertulis. Alat

bukti yang bersifat material, meliputi alat bukti berupa barang selain

dokumen.1

Menurut KBBI dalam merumuskan pengertian alat bukti

menggunakan istilah alat pembuktian yang mengandung arti “berbagai

macam bahan yang di butuhkan oleh hakim, baik yang di ketahui

sendiri oleh hakim maupun yang di ajukan oleh saksi untuk

membenarkan atau menggagalkan dakwaan atau gugatan”.2

Saat kita membicarakan alat bukti, maka kita perlu megetahui

apa yang dimaksud dengan pembuktian. Menurut R, Subekti, bahwa

yang dimaksud dengan pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang

kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu

persengketaan.3 Sedangkan TM, Hasbi Ash-Shiddieqy, bahwa

1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,

1985), h.120 2 https://kbbi.web.id/alat, diakses pada tanggal 27 November 2019, pukul 22.30

WIB 3 Subekti, Hukum Pembuktian. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), cet.VIII, h.7

Page 25: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

9

pembuktian adalah segala yang dapat menampakkan kebenaran, baik

dia merupakan saksi atau yang lain.4

Menurut Mukti Arto, bahwa yang dimaksud dengan

membuktikan artinya mempertimbangkan secara logis kebenaran suatu

fakta atau peristiwa berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan menurut

hukum pembuktian yang berlaku.5 Menurut Subhy Mahmassany

pembuktian adalah mengemukakan alasan dan memberikan dalil suatu

perkara sehingga kepada meyakinkan.

Di dalam buku Ensiklopedi hukum Islam, pembuktian di sebut

dengan kata bayyinah diartikan secara etimologis berarti keterangan,

yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang hak

(benar), sedangkan dalam istilah teknis, berarti alat-alat bukti dalam

sidang pengadilan.6

Jadi secara sederhana yang dimaksud dengan alat bukti adalah

segala sesuatu yang ada hubungan nya dengan suatu perbuatan, dimana

dengan alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan

pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran

adanya suatu gugatan, penetapan atau tindak pidana yang telah

diajukan oleh penggugat ataupun dilakukan oleh terdakwa.

2. Jenis-Jenis Alat Bukti

Alat bukti memiliki berbagai jenis, sebagaimana yang

tercantum didalam Pasal 164 Herzien Inlandsch Reglement (HIR)

ada lima jenis alat bukti, pertama surat/tulisan, saksi, persangkaan,

pengakuan dan sumpah. Sedangkan alat bukti elektronik dapat

dijumpai pada UU Informasi dan Transaksi Elektronik

4 Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam,(Jakarta: bulan bintang, 1975),

h.139 5 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta:

Puataka Pelajar, 1998), Cet. Ke-II, h. 135 6 Abdul Aziz Dahlan , Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), h.14

Page 26: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

10

Alat-alat bukti yang diajukan harus memenuhi syarat formil dan

materil. Akan tetapi, tidak semua alat bukti yang telah memenuhi syarat

formil dan materil memiliki nilai atau kekuatan pembuktian, karena dalam

penerapan hukum pembuktian suatu alat bukti dapat dikatakan memiliki

nilai atau kekuatan pembuktian apabila telah mencapai batas minimal

pembuktian. 7

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa alat

bukti dalam pembuktian adalah segala sesuatu yang diajukan oleh para

pihak di persidangan berdasarkan ketentuan Undang-Undang untuk

membuktikan suatu fakta yang berkaitan dengan hubungan hukum dan

pernyataan tertentu, sehingga hakim dapat menilai pihak mana yang harus

dimenangkan dan dikalahkan.

Menurut Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata alat-

alat bukti dalam perkara perdata terdiri atas:

a. Alat Bukti Surat (Tulisan)

Menurut Sudikno Mertokusumo, SH. Alat bukti surat adalah

segala sesuatu yang memuat tanda baca yang dimaksudkan untuk

mencurahkan isi hati atau menuangkan isi pikiran seseorang dan

dipergunakan sebagai pembuktian. Dalam perkara perdata alat bukti

(pembuktian) yang utama adalah tulisan.8

Surat yang dijadikan sebagai alat bukti tertulis ini dibedakan

menjadi akta dan surat bukan akta. Akta adalah suatu tulisan dalam

bentuk surat yang dibuat dengan sengaja sebagai bukti tentang peristiwa

yang ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan.

Akta dibagi menjadi akta autentik dan akta dibawah tangan.

Dalam pembuktian ini, setidaknya terdapat tiga jenis surat yaitu:

1) Akta Autentik,

7 M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia,(Yogyakarta :

UII Press, 2013) h. 34 8 Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), Cet.19, h. 19

Page 27: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

11

Akta Autentik adalah suatu akta yang didalamnya ditentukan

oleh Undang-Undang, kemudian dibuat oleh dan dihadapan pegawai

umum (Notaris, Hakim, Jurusita) yang berwenang untuk itu di

tempat dimana akta itu dibuat, memberikan bukti yang cukup bagi

kedua belah pihak, ahli warisnya dan sebagian orang yang

mendapatkan hak di dalam akta tersebut, tentang segala hal yang

terdapat di dalam akta tersebut. 9

Dalam KUH Perdata pasal 1868, Akta Autentik adalah

“Suatu akta autentik ialah suatu yang di dalam bentuk yang

ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau di hadapan

pegawai–pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana

akta tersebut dibuatnya.”

Akta autentik yang dibuat oleh pejabat pegawai/pejabat umum

sering disebut dengan akta pejabat (acte ambtelijk), sedangkan akta

autentik yang dibuat dihadapan pegawai/pejabat umum sering

disebut dengan akta partai (acte partij). Contohnya: Akta Cerai yang

dibuat dan ditandatangani oleh Panitera Pengadilan Agama atau

Pejabat Kantor Catatan Sipil di wilayah Pengadilan. Akta/Surat

Nikah yang dibuat dan ditandatangani Pegawai Pencatat Nikah/

Kantor Urusan Agama atau Catatan Sipil bagi yang non-Islam. Akta

jual beli tanah yang dibuat dan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat

Akta Tanah. Akta Ikrar Wakaf yang dibuat dan ditandatangani oleh

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf/ Kantor Urusan Agama

Kecamatan. Akta Hibah yang dibuat dan ditandatangi oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah atau Notaris. Putusan dan Penetapan

Pengadilan.10

2) Akta dibawah tangan,

9Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama,(Jakarta : Kencana, 2016) cet.8, h. 254 10

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia,(Jakarta : Prenadamedia

Group,2015), h. 124

Page 28: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

12

Akta dibawah tangan adalah suatu akta yang dibuat oleh

pejabat yang tidak berwenang atau tidak memenuhi syarat

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang, tetapi

memiliki kekuatan jika ditandatangani oleh pihak-pihak yang

bersangkutan. Jadi, akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja

dibuat sebagai pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan pejabat

umum. Contoh: kuitansi, sewa-menyewa, dan sebagainya. 11

3) Surat bukan akta yang dikenal dengan alat bukti surat secara sepihak.

Surat bukan akta ini tidak sama denngan akta otentik. Oleh

karena itu, tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna,

masih perlu adanya bukti-bukti lain. Misalnya, surat yang berisikan

tentang persetujuan istri mengenai suaminya yang hendak menikah

lagi. Bukti tersebut tidak dapat dipercaya begitu saja oleh hakim.

Karena bisa saja, dipalsukan. Oleh karena, duperlukan alat bukti lain,

yaitu saksi. Saksi tersebut adalah pengakuan dari istri dalam

persidangan. Untuk mengetahui kebenaran atas surat yang dibuat

itu.12

b. Alat Bukti Saksi

Kesaksian adalah kepastian yang diberikan oleh seseorang

dihadapan hakim dalam persidangan tentang peristiwa yang

dipersengketakan oleh para pihak dengan cara memberitahukan secara

lisan dan pribadi. Pada dasarnya pembuktian dengan saksi, baru dapat

diperlukan apabila alat bukti surat kurang lengkap atau bahkan tidak ada.

Keterangan saksi yang dapat dijadikan alat bukti yang sah menurut

hukum sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 164 HIR dan Pasal

284 R.Bg harus terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dialami, dilihat

atau didengar sendiri, dan harus disertai alasan-alasan bagaimana ia

mengetahui peristiwa-peristiwa yang diterangkannya. Keterangan yang

11

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 252 12

Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Bandung: Alumni,

1993), h. 29

Page 29: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

13

diberikan oleh seorang saksi haruslah kejadian yang telah dialami

sendiri, bukan pendapat ataupun dugaan yang diperoleh secara berpikir,

karena pendapat dan dugaan bukanlah termasuk dalam suatu kesaksian.13

Bukti saksi diperlukan untuk mendukung dan menguatkan dalil-

dalil yang menjadi dasar pendirian masing-masing para pihak. Alat bukti

saksi diatur dalam pasal 169-172 HIR dan Pasal 306-309 RBg.

Penerapan pembuktian dengan saksi ditegaskan dalam Pasal 1895 KUH

Perdata yang berbunyi Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan

dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh Undang-Undang.

Jadi pada prinsipnya, pembuktian dengan saksi diperbolehkan

dalam segala hal, kecuali jika Undang-Undang menentukan lain,

misalnya tentang persatuan harta kekayaan perkawinan, menurut Pasal

150 KUH Perdata harus dibuktikan dengan perjanjian kawin, asuransi

atau sengketa yang hanya dapat dibuktikan dengan akta, maka alat bukti

saksi tidak dapat diterapkan.14

Dalam kesaksian terdapat dua keadaan dimana ia dapat dikatakan

sebagai saksi. Pertama, saksi-saksi yang secara kebetulan melihat atau

mengalami sendiri peristiwa atau kejadian yang harus dibuktikan

kebenaraannya di dalam persidangan. Kedua, saksi-saksi yang memang

dengan sengaja dihadirkan dan diminta menyaksikan suatu peristiwa

atau perbuatan hukum yang sedang dilangsungkan. Misalnya,

menyaksikan akad nikah, pembagian warisan, jual beli tanah, dan lain

sebagainya.15

Kesaksian mengenai suatu peristiwa atau kejadian harus

dikemukakan oleh yang bersangkutan di hadapan hakim dalam

persidangan secara lisan dan pribadi oleh orang yang terkait dalam

perkara. Oleh karena itu, saksi yang bersangkutan harus menghadap

13

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), h. 128 14

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 261 15

Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), h. 37

Page 30: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

14

sendiri di dalam persidangan dan tidak boleh mewakilkan kepada orang

lain, serta kesaksian tidak boleh dibuat secara tertulis. Jika saksi tidak

hadir dalam persidangan, padahal ia telah dipanggil secara resmi dan

patut dan ketidakhadirannya itu tanpa alasan yang sah, maka ia harus

dikenakan sanksi berupa hukuman membayar biaya yang telah

dikeluarkan karena pemanggilan yang sia-sia kepada pihak yang

beperkara sebagai akibat tidak hadirnya itu. Apabila saksi tidak

menghadap, dapat diperintahkan pula untuk dibawa dengan paksa oleh

polisi atas perintah hakim untuk memenuhi kewajibannya sebagai saksi.

Kecuali tidak hadirnya saksi dalam persidangan karena suatu sebab yang

sah, pengadilan dapat menghapus hukuman itu sesuai dengan Pasal 140-

142 HIR dan Pasal 166-168 RBg.16

c. Alat Bukti Persangkaan-Persangkaan

Menurut Prof. Subekti, S.H, Persangkaan adalah suatu

kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan

nyata. Mengenai apa yang dimaksud dengan persangkaan, tidak

dijelaskan dalam HIR, akan tetapi dapat ditemukan dalam KUH Perdata

pada pasal 1915 yang berbunyi Persangkaan-persangkaan ialah

kesimpulan-kesimpulan yang oleh Undang-Undang atau oleh Hakim

ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu

peristiwa yang tidak diketahui umum

HIR hanya memberikan petunjuk bagi hakim tentang cara

menggunakan persangkaan, yaitu dalam pasal 173 HIR, dinyatakan

bahwa jika sangka itu penting, seksama, tertentu dan ada persesuaian

satu sama lainnya, maka persangkaan itu dapat digunakan oleh Hakim

sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan perkara.17

16

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 262 17

Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, (Bandung : Alumni,

2004), h. 75

Page 31: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

15

Persangkaan ini masih dalam perselisihan para ahli hukum tentang

alat bukti bukti atau bukan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa

persangkaan bukanlah alat bukti, melainkan kesimpulan belaka. Dalam

hal ini, yang sebenarnya dipakai sebagai alat bukti bukanlah

persangkaan, melainkan alat-alat bukti lain. Misalnya persaksian atau

surat-surat pengakuan satu pihak (R. Wirjono Prodjodikoro 1975: 116

dan R. Subekti 1978: 44). Sebagian lagi mengatakan bahwa persangkaan

itu adalah alat bukti yang bersifat tidak langsung. Misalnya saja

pembuktian ketidakhadiran seseorang pada suatu waktu di tempat

tertentu dengan membuktikan kejadiannya pada waktu yang sama di

tempat lain. Dengan demikian, maka setiap alat bukti dapat menjadi

persangkaan. Bahkan hakim dapat menggunakan peristiwa prosesuil

maupun peristiwa notoir sebagai persangkaan (Sudikno

Mertokusumo,SH., 1988: 138).18

Persangkaan dapat dibagi menjadi dua macam sebagaimana

berikut:

1) Persangkaan Undang-Undang (wattelijk vermoeden)

Dalam hukum pembuktian, persangkaan berdasarkan undang-

undang dikenal juga dengan persangkaan berdasarkan hukum

(rechtsvermoedens, preasumptionesyuris), yaitu persangkaan yang

oleh Undang-undang dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan

tertentu,atau peristiwa-peristiwa tertentu sebagaimana yang

disebutkan dalam Pasal 1916 KUH Perdata. Persangkaan

berdasarkan Undang-Undang ini dapat berupa persangkaan yang

memungkinkan adanya pembuktian lawan, dapat juga berupa hak

yang tidak dimungkinkan pembuktian lawan.19

Persangkaan undang-undang adalah suatu peristiwa yang oleh

undang-undang disimpulkan terbuktinya peristiwa lain.

18

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 267 19

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 268

Page 32: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

16

Persangkaan-persangkaan semacam ini diantaranya:

a) Perbuatan yang oleh Undang-Undang dinyatakan batal, karena

semata-mata dari sifat dan wujudnya dianggap dilakukan untuk

menghindari suatu ketentuan Undang-Undang.

b) Hal-hal dimana hak milik atau pembebasan utang oleh Undang-

Undang disimpulkan dari keadaan-keadaan tertentu.

c) Kekuatan yang oleh Undang-Undang diberikan kepada putuan

hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak.

d) Kekuatan yang oleh Undang-Undang diberikan kepada

pengakuan atau sumpah salah satu pihak.20

2) Persangkaan Hakim (rechtelijk vermoeden)

Persangkaan Hakim adalah kesimpulan yang ditarik oleh

Hakim berdasarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian tertentu yang

telah terungkap melalui bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.

Persangkaan hakim juga harus bersifat penting seksama, tertentu dan

ada hubungan satu sama lain. Misalnya perkara perceraian yang

diajukan dengan alasan perselisihan yang terus-menerus. Alasan ini

dibantah oleh tergugat dan tidak dapat dibuktikan oleh penggugat.

Penggugat hanya mengajukan saksi yang menerangkan bahwa antara

penggugat dan tergugat telah berpisah tempat tinggal dan hidup

sendiri-sendiri selama bertahun-tahun. Dari keterangan saksi, hakim

dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi perselisihan yang terus

menerus, karena tidak mungkin jika keduanya dalam rukun hidup

berpisah dan hidup sendiri-sendiri betahun-tahun.21

Persangkaan hakim tidak boleh berdiri sendiri, tetapi harus

terdiri dari beberapa persangkaan yang satu sama lain saling

mendukung, berhubungan, sehingga peristiwa yang

dipersengketakan itu dapat dianggap terbukti. Hakim bebas

20

P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2016), Cet.2, h. 328 21

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015),h. 133

Page 33: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

17

menyimpulkan persangkaan berdasarkan kenyataan yang ada dan

hakim bebas mempergunakan atau tidak mempergunakan hal-hal

yang terbukti dalam suatu perkara sebagai dasar untuk melakukan

persangkaan. Jika yang ada hanya persangkaan hakim saja, maka

nilai pembuktiannya baru mempunyai pembuktian permulaan, oleh

karena itu harus didukung oleh bukti lain.22

Menurut Pasal 1922 KUHPerdata, hakim harus memperhatikan

hal-hal yang penting yang jelas dan tertentu, dan yang sesuai satu

sama lainnya. Persangkaan hanya dapat diterima apabila undang-

undang mengizinkan pembuktian dengan saksi-saksi; begitu pula

apabila diajukan suatu bantahan terhadap suatu perbuatan atau akta

berdasarkan alasan adanya itikad buruk atau penipuan.23

Alat bukti persangkaan diatur dalam Pasal 310 RBg/173 HIR

dan Pasal 1915 sampai dengan Pasal 1922 KUHPerdata. Pembuktian

dengan persangkaan dilakukan bila terdapat kesukaran untuk

mendapatkan saksi-saksi yang melihat atau mengalami sendiri

peristiwa yang harus dibuktikan. Misalnya, dalam perkara gugatan

perceraian yang didasarkan pada perzinaan sangat sulit sekali untuk

mendapatkan saksi yang telah melihat sendiri perbuatan tersebut.

Maka untuk membuktikan peristiwa perzinaan tersebut hakim harus

menggunakan alat bukti persangkaan.24

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persangkaan adalah kesimpulan

yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah dianggap terbukti ke arah

peristiwa yang belum terbukti. Kemudian, jika yang menarik

kesimpulan tersebut adalah hakim. Maka persangkaan tersebut

dinamakan dengan persangkaan hakim. Jika yang menarik

22

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 269 23

P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia , (Jakarta: Prenadamedia Group,

2016), Cet.2,h. 328 24

Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015), h. 134

Page 34: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

18

kesimpulan tersebut berdasarkan undang-undang, maka persangkaan

tersebut dinamakan dengan persangkaan undang-undang.

d. Alat Bukti Pengakuan

Pengakuan (Belanda: bekentenis, Inggris: Confession) adalah

pernyataan yang disampaikan oleh satu satu pihak dalam

persidangan bahwa apa yang didalilkan oleh pihak lawan adalah

benar. Pengakuan adalah pernyataan dari salah satu pihak yang

membenarkan pernyataan pihak lain dalam pemeriksaan perkara.

Dengan demikian, semua pernyataan yang didalilkan dalam

persidangan merupakan suatu perbuatan hukum (rechtshandeking)

dan setiap perlawanan hukum itu merupakan suatu hal yang bersifat

menentukan secara mutlak (beschikkings handeling).

Pengakuan dalam hukum acara perdata di Indonesia

dikategorikan sebagai alat bukti. Hal ini diatur dalam Pasal 174-176

HIR, Pasal 311-313 R. Bg, dan Pasal 1923-1928 KUHPerdata. Pasal

1926 KUHPerdata menegaskan bahwa pengakuan yang diucapkan

oleh salah satu pihak dalam persidangan tidak dapat ditarik kembali,

kecuali jika terbukti bahwa pengakuan tersebut terjadi akibat suatu

kekeliruan ucapan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi.25

Mengenai apa yang dimaksud dengan pengakuan, tidak

dijelaskan lebih lanjut baik dalam HIR maupun dalam KUHPerdata.

Akan tetapi, apa yang dimaksud Pengakuan menurut Prof. MR. A.

Pitlo:

“Pengakuan adalah keterangan sepihak dari salah satu pihak dalam

suatu perkara, dimana ia mengakui apa yang dikemukakan oleh

pihak lawan atau sebahagian dari apa yang dikemukakan oleh pihak

lawan.”26

25

M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia,

(Yogyakarta : UII Press, 2013), h. 74 26

Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, (Bandung : Alumni,

2004), h. 83

Page 35: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

19

Apabila kita melihat pada ketentuan undang-undang maka

pengakuan jelas merupakan salah satu alat pembuktian. Walaupun

undang-undang menganggap pengakuan sebagai salah satu alat

pembuktian, akan tetapi banyak para ahli hukum mengatakan sebaliknya.

Ahli hukum mengatakan bahwa pengakuan bukanlah termasuk dalam

salah satu alat pembuktian. Prof. Subekti, SH mengatakan bahwa tidak

tepat memasukkan pengakuan dalam salah satu alat bukti, karena justru

apabila dalil-dalil yang dikemukakan salah satu pihak diakui kebenaran

oleh pihak lain, maka yang mengemukakan dalil itu dibebaskan dari

pembuktian. Sedangkan, Prof. Schoeten dan Load Enggens berpendapat

bahwa pengakuan adalah salah satu alat pembuktian, karena pengakuan

di muka hakim bersifat suatu pernyataan oleh salah satu pihak yang

beperkara dalam proses persidangan.27

Menurut Pasal 1923 KUH Perdata, pengakuan dapat dilakukan di

muka hakim dan di luar sidang pengadilan.

1) Pengakuan di muka Hakim

Menurut undang-undang, suatu pengakuan yang dilakukan di

depan hakim merupakan suatu pembuktian yang sempurna tentang

kebenaran hal atau suatu peristiwa yang diakui. Suatu pengakuan

tidak boleh dipisah-pisahkan untuk kerugian untuk kerugian orang

yan melakukannya. Pengakuan yang telah diucapkan di depan hakim

tidak dapat ditarik kembali , kecuali dapat membuktikan bahwa

pengakuan itu adalah akibat dari suatu kekhilafan mengenai hal-hal

yang terjadi (dwaling)

Pengakuan dalam persidangan dapat dilaksanakan secara lisan

maupun tertulis, dan dapat pula diwakilkan kepada orang lain dengan

surat kuasa khusus yang dibuat untuk keperluan tersebut. Surat kuasa

khusus untuk mewakili dalam perkara, belum cukup untuk

27

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 270

Page 36: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

20

dipergunakan kuasa mengucapkan pengakuan dalam persidangan

tersebut.28

2) Pengakuan di luar sidang pengadilan

Pengakuan di luar persidangan sebagaimana yang disebutkan

dalam Pasal 175 HIR dan Pasal 312 R. Bg hanya menyangkut

pengakuan lisan saja sehingga tidak dapat dipakai. Tentang kekuatan

pembuktian diserahkan kepada kebijaksanaan hakim untuk

menilainya. Oleh karena itu, hakim tidak boleh mendengar sendiri

pengakuan tersebut, diperlukan alat bukti lain yaitu alat bukti saksi.29

e. Alat Bukti Sumpah

Sumpah adalah keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas

nama Tuhan dengan tujuan agar orang tersebut takut terhadap murkanya

Tuhan jika dia berbohong. Sumpah merupakan tindakan yang bersifat

religius yang digunakan dalam persidangan Majelis Hakim.30

Menurut Prof. Dr Sudikno Mertokusum, S.H sumpah adalah suatu

pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu

memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat Mahakuasa

daripada Tuhan, dan percaya bahwa jika memberikan keterangan atau

janji yang tidak benar atau berbohong akan dihukum oleh-Nya.

Sedangkan, menurut Prof. Ali Afandi, sumpah adalah suatu pernyataan

yang khidmat bahwa Tuhan adalah Yang Mahatahu dan bahwa Tuhan

akan menghukum tiap dusta, pada waktu orang memberikan suatu

keterangan atau kesanggupan.31

Sumpah tidak diberikan definisi oleh HIR dan KUH Perdata.

Undang- undang hanya mengatur tentang sumpah pada pasal-pasal 155-

158 HIR dan 177 HIR dan pasal 1929-1945 KUHPerdata.

28

P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia ,(Jakarta: Prenadamedia Group,

2016), Cet.2, h. 329 29

Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), h. 52 30

M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia,

(Yogyakarta : UII Press, 2013) h. 81 31

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016), h. 276

Page 37: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

21

3. Dasar Hukum Alat Bukti

Dalam Hukum Acara Perdata Indonesia Hakim tidak boleh

menolak untuk memeriksa perkara (Psl 10 ayat (1) UU No. 48 Thn

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman), oleh karenanya hakim wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup

dalam masyarakat (Psl 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman). pengaturan alat bukti di atur dalam pasal

1866 KUHPer jo pasal 164 HIR atau 284 RBg, terdiri dari:

a) Surat atau bukti tulisan

Alat bukti surat atau tulisan diatur, yaitu:

1) Pasal 163, 164, 285-305 RBg kecuali pasal 295 RBg telah

di cabut dengan stbld 1927 no. 576

2) Pasal 137, 138, 165, dan 167 HIR

3) Pasal 1867-1894 KUHPer kecuali pasal 1882 KUHPer

telah di hapus

b) Saksi

Alat bukti saksi diatur, yaitu:

1) Pasal 165-176 RBg, 178-179 RBg, dan 306-309 RBg

2) Pasal 139-148 HIR, 150-152 HIR dan 169-172 HIR

3) Pasal 1895-1912 KUHPer kecuali pasal 1896-1901,

1904,1913-1914 KUHPer di hapus

c) Persangkaan

Persangkaan diatur, yaitu:

1) Pasal 310 RBg

2) Pasal 173 HIR

3) Pasal 1915-1922 KUHPer

d) Pengakuan

Pengakuan diatur, yaitu:

1) Pasal 311-313 RBg

2) Pasal 174-176 HIR

3) Pasal 1923-1928 KUHPer

Page 38: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

22

e) Sumpah

Sumpah diatur, yaitu:

1) Pasal 175-176 RBg, 182-185 RBg, 314 RBg

2) Pasal 147-148 HIR, 155-158 HIR, 177 HIR

3) Pasal 1929-1945 KUHPer

4. Syarat-Syarat Alat Bukti

Dalam syarat pembuktian, Alat bukti mempunyai syarat-syarat

yakni syarat petunjuk, syarat pengakuan dan syarat saksi. Syarat -

syarat alat bukti petunjuk adalah:

a) mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi.

b) keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain

dengan kejahatan yang terjadi, dan

c) berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa

maupun saksi dipersidangan.32

Menurut hukum acara perdata, pengakuan harus memenuhi

beberapa syarat sebagai berikut:

a) Syarat Formil

1) Disampaikan dalam proses pemeriksaan perkara dalam

persidangan Majelis Hakim Pengadilan Agama.

2) Pengakuan disampaikan oleh pihak yang berperkara atau

kuasanya dalam bentuk lisan atau tertulis.

b) Syarat Materiil

1) Pengakuan yang diberikan harus berhubungan dengan pokok

perkara.

2) Tidak merupakan kebohongan atau kepalsuan yang nyata dan

terang.

3) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, moral,

dan ketertiban umum.33

32

Kadi Sukarna, Alat Bukti Petunjuk dalam Proses Peradilan Pidana, (Prosiding

Seminar Nasional, Surabaya : 2014), h.357

Page 39: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

23

Sedangkan menurut hukum Islam, syarat-syarat pelaku Iqrār

atau pengakuan adalah:

1) Baligh (dewasa)

2) Aqil (berakal, waras, tidak gila)

3) Rasyid (punya kecakapan bertindak)

Syarat-syarat saksi yang diajukan dalam pemeriksaan

persidangan adalah sebagai berikut:

a) Saksi sebelum memberikan keterangan disumpah menurut

agamanya.

b) Yang dapat diterangkan saksi adalah apa yang dilihat,

didengar, diketahui, dan dialami sendiri.

c) Kesaksian harus diberikan di depan persidangan dan

diucapkan secara pribadi.

d) Saksi harus dapat menerangkan sebab-sebab sampai dapat

memberikan keterangan.

e) Saksi tidak dapat memberikan keterangan yang berupa

pendapat, kesimpulan, dan perkiraan dari saksi.

f) Kesaksian dari orang lain bukan merupakan alat bukti

(testimonium de auditu).

g. Keterangan satu orang saksi saja bukan merupakan alat bukti

(unus testis nullus testis). Satu saksi harus didukung dengan

alat bukti lain.

B. Kedudukan Alat Bukti Elektronik

Dalam sistem pembuktian di Indonesia (sistem pembuktian perdata

berdasarkan HIR), hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, yang berarti

bahwa hakim hanya boleh mengambil keputusan (menjatuhkan putusan)

berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja. Alat

bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh undang-undang, diatur

33

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta : Kencana, 2016) ,h.259.

Page 40: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

24

dalam Pasal 164 HIR, 284 RBg dan 1866 BW, sedangkan alat bukti dalam

acara pidana termuat pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

Pasal 164 HIR/284 RBg mengatur secara limitatif mengenai alat

bukti dalam perkara perdata, yaitu: alat bukti tertulis, pembuktian dengan

saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah. Di luar itu,

terdapat alat-alat bukti yang dapat dipergunakan untuk memperoleh

kepastian mengenai kebenaran suatu peristiwa yang menjadi sengketa,

yaitu pemeriksaan setempat (descente) yang diatur dalam Pasal 153

HIR/180 RBg. dan kebterangan ahli/saksi ahli (expertise) yang diatur

dalam Pasal 154 HIR/181 RBg. Demikian pula Pasal 184 KUHAP

menentukan bahwa alat bukti dalam acara pidana adalah: keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan

telekomunuikasi, maka dalam perkembangannya sekarang dikenal adanya

bukti-bukti elektronik seperti misalnya informasi elektronik,

data/dokumen elektronik, pemeriksaan saksi dengan menggunakan

teleconference, mikro film yang berisi rekaman dokumen perusahaan di

samping bukti-bukti lain seperti misalnya rekaman radio kaset,

VCD/DVD, foto, faximili, hasil rekaman CCTV, bahkan sms/mms. Foto

(potret) dan hasil rekaman suara atau gambar (dalam perkembangannya

termasuk hasil rekaman cctv), berdasarkan literatur tidak dapat dijadikan

alat bukti karena dapat saja merupakan hasil rekayasa sehingga tidak dapat

membuktikan apa yang sebenarnya terjadi, namun dalam

perkembangannya dewasa ini, dengan kemajuan teknologi di bidang

informasi dan telekomunikasi, asli atau tidaknya suatu foto dan hasil

rekaman suara atau gambar dapat diketahui dengan mengunakan tehnik

tertentu.

Mahkamah Agung RI dalam suratnya kepada Menteri Kehakiman

tanggal 14 Januari 1988 Nomor 39/TU/88/102/Pid, mengemukakan

pendapatnya bahwa microfilm atau microfiche dapat dipergunakan sebagai

alat bukti yang sah dalam perkara pidana di pengadilan menggantikan alat

Page 41: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

25

bukti surat, dengan catatan microfilm itu sebelumnya dijamin

otentikasinya yang dapat ditelusuri kembali dari registrasi maupun berita

acara. Terhadap perkara perdata berlaku pula pendapat yang sama.34

Perkembangan teknologi ditambah arus globalisasi yang begitu

deras telah menghasilkan gelombang informasi yang berkecepatan tinggi

kepada masyarakat luas, terutama pada masyarakat Indonesia.35

Hal ini

beredampak kepada munculnya alat bukti baru yang dapat dipakai dalam

setiap hukum acara khususnya hukum acara perdata yang daalam hal ini

dikenal dengan nama alat bukti elektronik. Untuk memberikan kepastian

hukum dalam hal alat bukti elektronik maka Indonesia membuat sebuah

Undang-undang yang mengatur tentang hal ini yaitu UU ITE.

Dengan diberlakukannya UU ITE maka terdapat suatu pengaturan

yang baru mengenai alat-alat bukti dokumen elektronik. Berdasarkan

ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU ITE ditentukan bahwa informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti

yang sah. Selanjutnya didalam Pasal 5 ayat 2 UU ITE ditentukan bahwa

informasi elektronik atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan alat bukti yang

sah dan sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Dengan

demikian, bahwa UU ITE telah menentukan bahwa dokumen elektronik

dan/atau hasil cetaknya merupakan suatu alat bukti yang sah dan

merupakan perluasan alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang

telah berlaku di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti di

muka persidangan.36

Dalam undang-undang No 8 Tahun 1997 tentang dokumen

perusahaan telah mulai menjangkau ke arah pembuktian data elektronik,

34

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,

1985), h.158 35

M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Buku

Kesatu, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), hal. 274 36

Johan Wahyudi, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian Di

Pengadilan”,(Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, XVII, II Mei, 2012), h.

123

Page 42: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

26

walau undang-undang ini tidak mengatur masalah pembuktian. Namun

melalui undang- undang ini, pemerintah berusaha mengatur pengakuan

atas microfilm dan media lainya (alat penyimpan informasi yang bukan

kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian

dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan, misalnya Flash Disk,

Compact Disk-Read Only Memory (CD-ROM) dan Write-One-Read

Many (WORM).37

Sesunguhnya keberadaan undang-undang ITE ini sangat diperlukan

untuk memberikan koridor hukum yang jelas dan terarah serta menyikapi

pentingnya keberadaan undang-undang yang berkaitan dengan dunia maya

(cyberspace), khususnya yang mencakup pengaturan transaksi elektronik.

Dengan adanya Undang Undang ITE, maka bukti elektronik diakui secara

sah sebagai alat bukti yang dapat diajukan di Pengadilan. Pengakuan

terhadap bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah dapat digunakan di

Pengadilan yang diatur dalam Undang Undang ITE, belumlah cukup

memenuhi kepentingan praktik peradilan, karena baru merupakan

pengaturan dalam tataran hukum materiil. Mengingat praktek peradilan

didasarkan pada hukum acara sebagai hukum formal yang bersifat

mengikat, maka pengaturan bukti elektronik (sebagai alat bukti yang sah

untuk diajukan ke pengadilan) dalam bentuk hukum formal/hukum acara

sangat diperlukan guna tercapainya kepastian hukum.

Alat bukti elektronik tentunya akan berkaitan dengan transaksi

elektronik. Seiring perkembangan zaman, transaksi apapun baik itu bisnis

atau hal yang lainnya tidak hanya dilakukan dengan cara bertatap muka,

namun bias melalui transaksi elektronik. Menurut Edmon Makarim,

transaksi elektronik merupakan perikatan ataupun hubungan hukum yang

dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari

sistem informasi berbasiskan komputer (computer based in formation

system) dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa

37

Undang-Undang Dokumen Perusahaan, No 8 Tahun 1997, (Jakarta: PT Sinar

Grafika)

Page 43: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

27

telekomunikasi (telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi

oleh keberadaan jaringan komputer global internet (network of network).38

Baik Hukum Acara Perdata maupun hukum Acara Pidana sebagai

hukum formal yang merupakan tata cara atau aturan main untuk

berperkara ke Pengadilan yang bersifat memaksa dan mengikat bagi

Hakim maupun para pihak yang berperkara, haruslah secara tegas

mengatur dan mengakui bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah di

Pengadilan. Rancangan Undang Undang Hukum Acara Perdata sudah

mengakomodasi mengenai bukti elektronik dengan merumuskan

pengaturan mengenai alat bukti secara terbuka (sistem pembuktian

terbuka), yang mengatur bahwa: “pembuktian dapat dilakukan dengan

semua alat bukti, kecuali undang-undang menentukan lain”.

Meskipun bukti elektronik belum diatur secara tegas dalam

Hukum Acara Perdata maupun Hukum Acara Pidana, namun berdasarkan

asas peradilan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan

memutus perkara yang diajukan kepadanya sekalipun dengan dalih

hukumnya tidak jelas atau tidak ada, dan asas bahwa hakim wajib

menggali nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat, maka Undang Undang ITE yang telah mengatur bukti

elektronik sebagai alat bukti yang sah, dapat digunakan sebagai dasar

untuk mejadikan bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah

dipersidangan.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dari hasil penelusuran pada karya tulis ilmiah yang berkaitan

dengan perceraian via alat elektronik ternyata memiliki sejumlah bahasan

yang berbeda. Baik itu secara tematik serta objek kajian yang diteliti.

Adapun kajian terdahulu yang penulis temukan diantaranya:

38

Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kajian Kompilasi,

Rajawali Pers dan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hal.

255

Page 44: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

28

1. Akad Nikah Melalui Media Telekomunikasi (Studi Perbandingan

Antara Pandangan Huzaimah Tahido Yanggo dan M.A. Sahal

Mahfudh), yang ditulis oleh Ricki Ahmad Faisal Mukhtar. Pada

skripsi ini dijelaskan bahwa Akad nikah yang dilakukan melalui

media social terdapat perbedaan pendapat dalam hal keharusan satu

tempat atau satu waktu. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah

terletak pada pembahasan bagaimana alat bukti elektronik dijadikan

sebagai alat bukti dalam persidangan perdata yang seharusnya

dilakukan digital forensik terlebih dahulu agar memenuhi syarat

materil UU ITE.

2. Akurasi Whatsapp sebagai media untuk menjatuhkan talak yang di

tulis oleh Umami Hafidhul. Pada jurnal ini dibahas mengenai

persoalan keabsahan hukum bagi seseorang yang menjatuhkan talak

melalui media sosial. Perbedaan dengan skripsi penulis terletak pada

keabsahan chat WhatsApp yang dijadikan alat bukti elektronik melalui

digital forensik.

3. Analisis terhadap fatwa ulama kontemporer tentang hukum

menceraikan istri melalui media komunikasi elektronik yang di tulis

oleh Azhari Azhari. Pada skripsi ini membahas mengenai bagaimana

fatwa ulama kontemporer dalam menilai keabsahan hukum

menceraikan istri melalui media komunikasi elektronik. Perbedaan

dengan skripsi penulis terletak pada bagaimana hakim menilai

keabsahan alat bukti elektronik dengan berpedoman pada UU ITE.

Dari ketiga karya tulis ilmiah terdahulu di atas perbedaan

dengan skripsi penulis adalah lebih menganalisis perceraian melalui

media sosial dalam perspektif Undang-Undang ITE dan hukum Islam

dalam studi putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT

Page 45: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

29

BAB III

KASUS PERCERAIAN NO 1528/PDT.G/2017/PAJT

A. Tinjauan Umum Perceraian

1. Pengertian Perceraian

a) Menurut Hukum Islam

Perceraian dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

Talaq, yang secara etimologi adalah:

حل القيد الطلق وهو لغة

“Talaq secara bahasa adalah melepaskan tali.”

Dalam istilah umum, perceraian adalah putusnya

hubungan atau ikatan perkawinan antara seorang pria atau wanita

(suami-istri). Sedangkan dalam syariat Islam perceraian disebut

dengan talaq, yang mengandung arti pelepasan atau pembebasan

(pelepasan suami terhadap isterinya).1

Dalam Fikih Islam, perceraian atau Talak berarti “bercerai

lawan dari berkumpul”. Kemudian kata ini dijadikan istilah oleh

ahli fikih yang berarti perceraian antar suami istri.2 Sedangkan

para ulama memberikan pengertian perceraian sebagai berikut:

1) Sayyid Sabiq

وجية ا واج وإوهاء انعل قة انس نطلق هى حم را بطة انس

Talak adalah melepaskan ikatan atau bubarnya hubungan

perkawinan.3

2) Abdur Rahman al-Jaziri

نطلق في اإلصطلح بأوه ازنة انىكاح ا

1 Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung, X, IV (Juli, 2012), h. 417 2 Kamal Mukhtar, “Asas-Asas Hukum Islam Dalam Perkawinan”, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993), h. 6 3 Sayyid Sabiq, “Terjemahan Fiqh Sunnah”, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr, 1993), h.

2006

Page 46: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

30

Talak secara istilah adalah melepaskan status pernikahan.

Talak dalam pengertian ini adalah hilangnya ikatan

atau membatasi geraknya dengan kata-kata khusus,

sedangkan makna ازنة adalah hilangnya ikatan perkawinan

sehingga tidak halal lagi suami-istri bercampur.

3) Al-Hamdani

Bercerai adalah lepasnya ikatan dan berakhirnya

hubungan perkawinan.4

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami

bahwa perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara

suami-istri dalam rangka membina rumah tangga yang utuh,

kekal dan abadi, sehingga antara keduanya tidak halal lagi

bergaul sebagaimana layaknya suami-istri.

b) Menurut Hukum Positif

Secara Yuridis, perceraian telah diatur dalam Pasal 38

Huruf b Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan. Didalamnya dijelaskan bahwa putusnya suatu

perkawinan dapat terjadi karena adanya kematian, perceraian,

dan putusan pengadilan. Sedangkan dalam Pasal 39 Undang-

undang perkawinan dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat

dilakukan didepan sidang Pengadilan dan bukan putusan

Pengadilan. Pasal ini dimaksudkan untuk mengatur talak pada

perkawinan menurut agama islam.5

Pada Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

digunakan istilah cerai talak dan cerai gugat. Yang dimaksud

dengan cerai talak dan cerai gugat ialah apabila suatu perkara

4 Al-Hamdani, “Risalah Nikah”, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), h. 1

5 Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung, X, IV (Juli, 2012), h. 416

Page 47: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

31

tidak dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan oleh pihak-

pihak yang berperkara, maka jalan terakhir yang dapat

ditempuh adalah dengan cara meminta bantuan ke Pengadilan

Agama dengan mengajukan permohonan gugatan oleh si istri

ke suaminya. Bila Pengadilan Agama telah memproses dan

memutuskan untuk menceraikan, maka akta cerai dapat

dikeluarkan oleh Pengadilan Agama, perceraian semacam ini

disebut dengan cerai gugat. Namun apabila suami yang

melaporkan istrinya ke Pengadilan Agama dan perceraianpun

diputuskan, maka cerai semacam ini lazim disebut dengan

cerai talak.

2. Dasar Hukum Perceraian

Undang-undang atau peraturan yang digunakan dalam proses

perceraian di pengadilan:6

a) UU Nomor 1 tahun 1974, tentang perkawinan

1) Mengatur tentang perceraian secara garis besar (kurang detail

karena tidak membedakan cara perceraian agama islam dan

non-islam)

2) Bagi yang non-islam maka tata cerainya berpedoman pada

UU Nomor 1 tahun 1974

b) Kompilasi Hukum Islam

Bagi pasangan nikah yang beragama islam, maka dalam proses

cerai peraturan yang digunakan adalah Kompilasi Hukum Islam

yakni dalam Pasal 114 KHI.

c) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, tentang pelaksanaan

UU Nomor 1 tahun 1974

1) Mengatur detail tentang pengadilan mana yang berwenang

memproses perkara cerai

6 Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung, X, IV (Juli, 2012), h. 416

Page 48: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

32

2) Mengatur detail tentang tata cara perceraian secara praktik

d) UU Nomor 23 tahun 1974 tentang penghapusan kekerasan dalam

rumah tangga

Bagi seseorang yang mengalami kekerasan/ penganiayaan dalam

rumah tangganya maka undang-undang ini dapat membantu.

Dalam pandangan Islam, memang tidak terdapat dalam al-

Quran ayat-ayat yang menyuruh atau melarang adanya perceraian,

sedangkan untuk perkawinan, ada beberapa ayat yang

menganjurkannya. Meskipun cukup banyak ayat dalam al-Quran yang

mengatur tentang talaq, tetapi isinya hanya mengatur bila talaq itu

terjadi. Apabila hendak mentalaq seharusnya sewaktu istri itu berada

dalam keadaan yang siap untuk memasuki masa iddah.7 Seperti dalam

firman Allah dalam surat At-Thalaq ayat 1:

ه ه ت د ع ىهه ن ق ه اء فط س م انى ت ق ه ا ط ذ بي إ ا انى ه ي ا أ ي

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat

(menghadapi) iddahnya (yang wajar)

Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti Firman Allah

dalam surat Al-Baqarah ayat 232:

ن ىهه أ ه ض ع ل ت هه ف ه ج ه أ غ ه ب اء ف س م انى ت ق ه ا ط ذ إ و

هه اج و ز ه أ ح ك ى ي

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa

iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka

kawin lagi dengan bakal suaminya

Meskipun tidak ada ayat al-Quran yang dengan jelas

menganjurkan atau melarang talaq, yang dapat disimpulkan hukumnya

7 Fathur Rahman, “Pernikahan Dini dan Perceraian di Indonesia”, Universitas

Islam Malang, I, I (Juni, 2019), h. 54

Page 49: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

33

adalah mubah, namun talaq itu termasuk perbuatan yang tidak disukai

oleh Allah dan Rasulnya.

3. Tata Cara Perceraian

Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 disebutkan

bagaimana tatacara perceraian yang dilegalkan oleh negara.

Dijelaskan bahwa seorang suami yang telah melangsungkan

perkawinan menurut hukum islam, yang akan menceraikan istrinya

mengajukan surat kepada pengadilan ditempat kediamannya yang

berisi pemberitahuan bahwa suami bermaksud menceraikan istrinya

disertai alasan-alasan serta meminta kepada pengadilan agar diadakan

sidang untuk keperluan itu.8

Dalam Pasal 20 Undang-undang No. 7 tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang no. 1974 menyebutkan:9

a) Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya

kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman tergugat.

b) Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak

diketahui atau tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap.

Gugatan perceraian diajukan ke Pengadilan di tempat kediaman

Penggugat.

c) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar negri, gugatan

perceraian diajukan kepada pengadilan ditempat kediaman

tergugat. Ketua pengadilan menyampaikan permohonan tersebut

kepada tergugat melalui perwakilan Republik Indonesia setempat.

Pasal diatas merupakan tatacara pengajuan gugatan percerian

yang dilakukan istri atau kuasa hukumnya kepada Pengadilan Agama,

8 Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung, X, IV (Juli, 2012), h. 418 9 Pasal 20, PP no 9 tahun 1975, Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan

Page 50: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

34

dalam pengajuan cerai talak sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal

67 Undang-undang nomor 7 tahun 1989 adalah:10

a) Nama, umur dan tempat kediaman pemohon yaitu suami dan

termohon yaitu istri.

b) Alasan-alasan yang jadi dasar cerai talak.

Cara mengajukan permohonan perceraian talak pada pasal

diatas berlaku pula bagi istri apabila mengajukan gugatan perceraian,

dimana surat yang diajukan itu meliputi nama pemohon/penggugat,

tempat kediaman pemohon/penggugat, yang disertai dengan alasan-

alasan yang menjadi dasar cerai talak atau cerai gugat.

4. Akibat Perceraian

Secara umum akibat hukum adanya perceraian adalah:

a) Harta benda dalam perkawinan

Dalam pasal 35 UU No. 1 tahun 1974 disebutkan bahwa:

1) Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi harta

bersama.

2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta

benda yang diperoleh masing-masing sebagaimana hadiah

atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing

sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pada pasal 37 disebutkan, jika perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-

masing

b) Kedudukan Anak

10

Pasal 67, Undang-undang No. 7 Tahun 1989, Tentang Peradilan Agama

Page 51: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

35

Berdasarkan ketentuan yang ada bahwa pemeliharaan

anak, ditentukan aatas keturunan yang sah sebagai anak kandung.

Sebagaimana pasal 42 Undang-undang perkawinan, “anak yang

sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan

yang sah”. Sedangkan anak yang dilahirkan diluar pernikahan,

hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga

ibunya sesuai dengan pasal 43 ayat 1.

Pasal 156 KHI mengatur mengenai putusnya perkawinan

sebagai akibat perceraian (cerai gugat). Hal ini diungkapkan

sebagai berikut:

1) Anak yang belum mumayiz berhak mendapatkan hadhanah

ibunya, kecuali ibunya telah meninggal dunia, maka

kedudukannya diganti oleh:

Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu

Ayah

Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah

Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

2) Anak yang sudah mumayiz berhak memilih untuk

mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya.

3) Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin

keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya telah

tercukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan

pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat

lain yang mempunyai hak serupa.

4) Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan

ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai

anak tersebut dewasa dan dapat mengurus dirinya sendiri.

5) Bila terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

pengadilan agama menangani putusannya berdasarkan

kepentingan anak.

Page 52: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

36

6) Pengadilan dapat pula mengikat kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan

pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.

B. Deskripsi Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT

1. Duduk Perkara

Perkara merupakan Cerai Talak yang didaftarkan pada tanggal

20 April 2017 dengan register nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT.

Kronologinya adalah pada tanggal 29 Juni 2013 telah dilangsungkan

pernikahan antara pemohon (Anggit Puriargi Bin Zaenal Supardjo)

dengan termohon (Amalia Nurdiana Binti H.M Daud Budihardi)

dilaksanakan menurut hukum dan sesuai dengan tuntunan ajaran

islam. Pernikahan tersebut telah di catatkan di Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Pancoran, Kota Jakarta Selatan. Bahwa sesaat

setelah akad nihak, pemohon mengucapkan sighat taklik talak yang

isinya sebagaimana tercantum di dalam buku kutipan Akta Nikah

yang mana pernikahan tersebut diharapkan sesuai dengan nilai-nilai

dan koridor keislaman yang bertujuan untuk mewujudkan perkawinan

yang Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah.11

Bahwa terhadap perkawinan tersebut, antara Pemohon dan

Termohon telah menghasilkan 2 (dua) orang putra, anak pertama lahir

pada tanggal 11 januari 2015 sesuai dengan Akta Kelahiran No: 3275-

LT- 31032015-0078 Tertanggal 2 April 2015. Anak kedua lahir pada

tanggal 06 Maret 2017 sesuai dengan surat keterangan Lahir sesuai

dengan surat keterangan kelahiran Rumah Sakit Hermina No. Reg.

5217 L 00022 C17 Tertanggal 6 Maret 2017.

Bahwa seiring berjalannya waktu, perjalanan rumah tangga

antara Termohon dan Pemohon dirasakan sudah tidak lagi sesuai

11

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT. h. 7

Page 53: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

37

dengan nilai-nilai yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam dan

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dalam Konvensi

Bahwa alasan Pemohon mengajukan permohonan cerai talak

adalah karena selama menjalani hubungan, rumah tangga antara

Pemohon dan Termohon seringkali terjadi perselisihan. Perselisihan

yang terjadi baik secara pembicaraan langsung ataupun melalui pesan

singkat/WA. Karena Pemohon tidak mau memperpanjang perselisihan

dan Pemohon tidak suka menyimpan pesan singkat yang berisi

perselisihan maka pemohon selalu menghapus bukti kata-kata dan

perilaku yang tidak pantas dari Termohon.

Pada tanggal 24 Februari 2017, pukul 09.06 terjadi puncak

perselisihan dalam komunikasi via whatsapp. Atas kejadian dan

perilaku Termohon tersebut ia tidak mengatakan kata-kata

permohonan maaf kepada Pemohon. Sehingga Pemohon merasa

rumah tangganya sudah tidak dapat dipertahankan lagi sebagaimana

mestinya.

Pada tanggal 19 Maret 2017, pukul 16:03 Termohon

memberikan pernyataan kepada Pemohon yang isinya Pemohon

dilarang untuk menemui anak-anak dan tidak akan pernah

mengizinkan anak-anak untuk kenal dengan Pemohon. Selain itu

Termohon meminta dan menunggu Pemohon untuk mengurus gugatan

cerai di Pengadilan Agama. Maka dari itu Termohon dapat dikatakan

tidak ingin menjalankan rumah tangganya lagi dengan Pemohon.

Pada tanggal 20 Maret 2017, Pemohon menyatakan pisah

terhadap Termohon via whatsapp pada pukul 23:00. Setelah itu

Pemohon mengunjungi rumah orang tua Termohon dan menjelaskan

serta membenarkan pengaduan Termohon mengenai keinginan

Pemohon untuk berpisah/cerai. Pernyataan tersebut disaksikan oleh

orangtua Termohon dan Kakak Kandung Termohon. Setelah itu pihak

Page 54: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

38

Termohon menolak Talak yang diberikan oleh Pemohon dengan

alasan karena Termohon masih dalam keadaan nifas.

Pada tanggal 17 April 2017, Pemohon kembali memberikan

talak kepada Termohon dengan mengirimkan surat pernyataan resmi

bermaterai. Pemohon menjatuhkan talak tiga kepada Termohon dan

memberikan pernyataan bahwa sejak tanggal tersebut Termohon

bukanlah menjadi istri dan tanggung jawab pemohon menurut syariat

islam.

Pada tanggal 20 April 2017 Pemohon resmi mengajukan cerai

talak di Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT. 12

Dalam Rekonvensi

Bahwa dengan rasa cinta untuk mempertahankan rumah

tangganya, Termohon sebagai istri yang baik tetap bersabar dan

berusaha untuk menerima keadaan rumah tanggganya tetapi hal

tersebut tidak dengan Pemohon yang sama sekali tidak mengindahkan

perasaan Termohon. Namun segala usaha dari Termohon tersebut

tidak membuahkan hasil. Bahkan semakin hari sikap Pemohon

semakin buruk dan tidak menghormati Termohon sebagai istri, hingga

pada akhirnya Pemohon dihadapkan pada perceraian di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan. Bahwa Pemohon menjatuhkan talak kepada

Termohon pada saat Termohon baru saja melahirkan Anak kedua dan

disampaikan melalui WA kepada Termohon.13

Puncak segala

permasalahan antara Pemohon dan Termohon terjadi pertengkaran

hebat melalui pesan WA pada tanggal 20 Maret 2017 yang berisi

pernyataan ikrar talak dan pada tanggal 20 April 2017 Pemohon resmi

mengajukan cerai talak di Pengadilan Jakarta Timur. 14

12

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT. h. 18-20 13

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT. h. 8 14

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT. h. 20

Page 55: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

39

2. Amar Putusan

Mengabulkan Permohonan Pemohon yang bernama Anggit

Puriargi Bin Zaenal Supardjo, umur 35 tahun, agama islam,

pendidikan S1, pekerjaan Karyawan swasta, tempat kediaman di Jalan

Teratai XI Blok F3 Komplek Duta Indah RT 004 RW 015 No. 04

Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dengan

memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj‟I

terhadap Termohon yang bernama Amalia Nurdiana Binti HM.

Daud Budihardi, umur 31 tahun, agama Islam, pendidikan S1,

pekerjaan ibu rumah tangga, tempat kediaman di Jalan Bekasi Timur

IV RT 009 RW 06 No. 03 Kelurahan Cipinang Besar Utara

Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, dalam hal ini memberi

kuasa kepada Elizabeth Ritonga, SH., Fransiskus Sastra Mijiyo

Pandianga, SH., dan Andreas Ritonga, SH., Advokat dan Konsultan

Hukum berkantor pada Law Office Elizabeth Ritonga & Partners

alamat di Ruko “Bimbingan Belajar Master Science” Green Ville

Blok AW No. 27 Jakarta Barat didepan sidang Pengadilan Agama

Jakarta Timur.15

15

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT. h. 86

Page 56: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

40

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 1528/Pdt.G/2017/PA.JT

A. Keabsahan Alat Bukti Elektronik Dalam Perspektif UU ITE

Kemajuan teknologi informasi yang ditandai dengan

perkembangan piranti pengolahan informasi komputer, telah memberikan

kemudahan kepada dunia. Sistem Jaringan Komunikasi berhasil menjadi

infrastruktur dalam teknologi informasi. Internet banyak digunakan

sebagai perpaduan antara telekomunikasi dan informatika yang kemudian

menghasilkan sebuah media baru yang oleh penggunanya disebut sebagai

Cyber space, yaitu : suatu dunia maya yang bergerak tanpa batas. Semua

informasi hasil ekspresi pikiran dan gagasan manusia tertuang di dalamnya

seolah setiap orang dapat menuangkan ide atau gagasannya secara bebas.

Transaksi elektronik merupakan salah satu dari hal yang beriringan

muncul saat Cyber Space ini mulai berkembang. Setiap transaksi

elektronik di satu sisi memang menguntungkan, tetapi di pihak yang lain

terdapat juga kejahatan apabila disalahgunakan. Jenis kejahatan cyber

meliputi: cyber Terorism, cyber pomograpy, cyber harrassment

(pelecehan sexual), Hacking (penggunaan programming abilities secara

melawan hukum dan carding (credit card secara melawan hukum).1

Permasalahan yang sering terjadi pada kalangan masyarakat ialah

masih banyaknya masyarakat yang melakukan transaksi elektronik, tanpa

melihat apa yang akan terjadi setelahnya. Keabsahan Transaksi Elektronik

dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, sebenarnya

tidak menjadi masalah jika dihubungkan dengan media yang digunakan

dalam transaksi yang lain, karena ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tidak

mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi.

Asas kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, dimana para pihak

dapat bebas menentukan dan membuat suatu perikatan atau perjanjian

1 Sutatman, Cyber Crime. Modus Operandi dan Penanggulangamya, (Laksbang

Press Sindo, Jogjakarta, 2007, h. 4

Page 57: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

41

dalam bertransaksi yang dilakukan berdasarkan itikat baik (Vide Pasal

1338 KUH Perdata ). Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan

tersebut, tetap berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut

merupakan undang-undang bagi yang membuatnya.

Permasalahan yang akan timbul dari suatu transaksi apabila salah

satu pihak ingkar janji (wanprestasi). Penyelesaian permasalahan yang

terjadi tersebut, selalu berkait dengan apa yang menjadi barang bukti

dalam bertransaksi terlebih apabila transaksi yang menggunakan sarana

elektronik. Hal ini karena menggunakan dokumen atau data elektronik

sebagai akibat transaksi melalui media elektronik, belum diatur secara

khusus dalam hukum acara yang berlaku, baik dalam Hukum Acara

Perdata maupun dalam HukumAcara Pidana. Sebelum lahimya Undang-

Undang Nomor 11 tahun 2008, tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik

( UU ITE ).

Mahkamah Agung menyadari adanya perkembangan teknologi

informatika dalam menyikapi penggunaan microfilm atau microfiche untuk

menyimpan suatu dokumen. Mahkamah Agung dengan suratnya tanggal

14 Januari 1988 yang ditujukan kepada Menteri Kehakiman menyatakan

bahwa microfilm atau microfiche dapat dipergunakan sebagai alat bukti

surat sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat (1) huruf c Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ), dengan catatan bahwa

baik microfilm maupun microfiche itu, yang sebelumnya dijamin

otentiknya, dapat ditelusuri kembali dari registrasi dan berita acaranya.

Demikian pula dengan diundangkannya UndangUndang No 8

tahun 1997, tanggal 24 Mei 1997, tentang Dokumen Perusahaan yang

dalam Pasal 15 ayat ( 1 ) ditegaskan bahwa : Dokumen Perusahaan yang

telah dimuat dalam microfilm atau media lainnya dan atau hasil cetaknya

merupakan alat bukti yang sah. Selanjutnya, apabila memperhatikan

ketentuan Pasal 1 angka 2, mengenai pengertian dokumen dan dikaitkan

dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1 ) dan ayat ( 2 ) Undang-Undang No 8

Page 58: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

42

tahun 1997 Jo Pasal 1320 KUH Perdata, transaksi melalui media

elektronik adalah sah menurut hukum.

Alat bukti dalam perkara perdata dapat dilihat secara tegas dalam

Pasal 164 H.I.RIR.Bgdan Pasal 1866 KUH Perdata, bahwa alat bukti

adalah : tulisan, saksi-saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.

Sedangkan dalam ranah hukum pidana alat bukti adalah (a) keterangan

saksi ; ( b) keterangan ahli ; ( c) surat ; ( d ) petunjuk ; dan ( e ) keterangan

terdakwa ; Selanjutnya dalam ayat ( 2 ) ditegaskan : Hal yang secara

umum sudah jelas, tidak perlu dibuktikan. Patut diketahui, baik dalam

H.I.R I R,Bg maupun KUHAP belum mengatur masalah alat bukti

elektronik, namun di berbagai undang-undang yang baru, telah mengatur

dokumen elektronik menjadi alat bukti yang sah, termasuk alat bukti surat,

microfilm dan media lainnya ( CO ROM a tau WORM).

Debra L. Shinder mengemukakan, bahwa terdapat beberapa syarat

yang harus dipenuhi agar alat bukti dapat diterima di pengadilan, yaitu

pertama, alat bukti harus kompeten (reliable dan credible) sehingga

terjamin validitasnya. Melalui sistem keamanan informasi yang certified,

maka integritas konten dalam suatu bukti elektronik (informasi dan/atau

dokumen elektronik) menjadi terjamin keautentikannya2; kedua, alat bukti

harus relevan (dapat membuktikan fakta dari suatu kasus);3 dan ketiga,

alat bukti harus material (memperkuat persoalan yang dipertanyakan

2 Menurut Edmon Makarim, meskipun suatu informasi atau dokumen elektronik

mempunyai kerentanan keamanan terhadap adanya perubahan, namun melalui sistem

keamanan informasi dan komunikasi maka keauntetikannya harus melalui proses e-

identification and e-authentication system ((e-IDAS) yang mencakup layanan

penjelanggaraan jasa sertifikasi (trust services provider) berdasarkan kualifikasi tertentu

(quality assurance level) untuk memperjelas aspek kepercayaan terhadap

keberadaan sistem pengamanan itu sendiri (electronic signature, electronic seal, electronic

time-stamping, electronic registered delivery services, dan web-site authentication). Lihat

Edmon Makarim, “Keautentikan Dokumen Publik Elektronik Dalam Administrasi

Pemerintahan Dan Pemerintahan Publik,” Jurnal Hukum dan Pembangunan, no. 4 (2015).

Hlm. 518. Sesuai dengan UU ITE, syarat-syarat adanya transaksi elektronik dan/atau

dokumen elektronik adalah baik subyek dan sistemnya sudah harus bersertifikasi. 3 Bandingkan dengan Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidaan Siber, h. 228.

Page 59: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

43

dalam suatu kasus). Syarat-syarat yang dikemukakan oleh Debra itu

merupakan syarat sahnya suatu bukti elektronik.

Menurut ketentuan Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, ditegaskan :

Dokumen Elektronik adalah setiap lnformasi Elektronik yang dibuat,

diteruskan, dikirim, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital,

elektomagnik, optikal atau sejenisnya yang dapat dilihat, ditayangkan, dan

I atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, tidak terbatas

pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,

tanda, angka, Kade Akses, symbol atau perforasi yang memiliki makna

atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahami.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka sebenamya yang dimaksud

dengan dokumen elektronik adalah setiap informasi yang menggunakan

media elektronik. Dokumen tersebut harus dalam keadaan dibuat,

diteruskan, dikirim, diterima dan disimpan secara elektronik. Dokumen

tersebut tidak dapat dirabah atau disentuh atau dilihat tanpa menggunakan

media elektronik. Penyimpangan dokumen elektronik dilakukan secara

digital, elektromagnetik, optikel atau sejenisnya yang dapat dilihat,

ditampilkan dan I atau didengar melalui Mahkamah Agung RI dalam

suratnya kepada Menteri Kehakiman tanggal 14 Januari 1988 Nomor

39/TU/88/102/Pid, mengemukakan pendapatnya bahwa microfilm atau

microfiche dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dalam perkara

pidana di pengadilan menggantikan alat bukti surat, dengan catatan

microfilm itu sebelumnya dijamin otentikasinya yang dapat ditelusuri

kembali dari registrasi maupun berita acara. Terhadap perkara perdata

berlaku pula pendapat yang sama.4

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ditentukan bahwa

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya

4 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,

1985), h.158

Page 60: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

44

merupakan alat bukti hukum yang sah. Selanjutnya didalam Pasal 5 ayat 2

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik ditentukan bahwa informasi elektronik atau dokumen

elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1

merupakan perluasan alat bukti yang sah dan sesuai dengan hukum acara

yang berlaku di Indonesia

Adapun Syarat- syarat Formil dan Materiil Informasi Elektronik

dan Dokumen Elektronik dapat digunakan sebagai bukti dalam

persidangan :

1. Syarat Formil : diatur dalam Pasal 5 ayat (4) Undang-undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu

bahwa Informasi atau Dokumen Elektronik bukanlah dokumen atau

surat yang menurut perundang- undangan harus dalam bentuk

tertulis.

2. Syarat Materiil : diatur dalam Pasal 6, Pasal 15, dan Pasal 16

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik yang pada intinya Informasi dan Dokumen

Elektronik harus dapat dijamin keotentikannya, keutuhannya, dan

ketersediaannya.

Alat bukti elektronik belum diatur secara tegas dalam Hukum

Acara Perdata maupun Hukum Acara Pidana, namun berdasarkan asas

peradilan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan

memutus perkara yang diajukan kepadanya sekalipun dengan dalih

hukumnya tidak jelas atau tidak ada, dan asas bahwa hakim wajib

menggali nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat, maka Undang Undang ITE yang telah mengatur bukti

elektronik sebagai alat bukti yang sah, dapat digunakan sebagai dasar

untuk mejadikan bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah

dipersidangan.

Page 61: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

45

B. Keabsahan Alat Bukti Elektronik Dalam Perspektif Hukum Islam

Alvin toffler dalam bukunya, the third wave (1980) telah

memprediksikan bahwa di era milenium ketiga, teknologi akan memegang

peranan yang signifikan dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern ini akan mengimplikasikan berbagai

perubahan dalam kinerja manusia 5 Setelah kita mengetahui bagaimana

alat bukti elektronik dalam pandangan hukum positif yang seudah

mengukuhkan bahwa ternyata alar bukti elektronik itu sudah di tetapkan

sebagai alat bukti yang nyata atau alat bukti yang sah di persidangan. Ini

terlihat dari adanya kasus MARI Bomor 9/KN/1999, dan ditunjang dengan

banyaknya regulasi yang mengakomodir dan mendukung kekuatan alat

bukti elektronik tersebut.

Namun bagaimanakah dengan hukum Islam, Apakah hukum Islam

dengan peradilanya mengakui adanya alat bukti elektronik? Para ulama

kontemporer, membagi perceraian melalui media komunikasi menjadi dua

bagian penting dari sisi cara penjatuhan talak , sebagai berikut :6

Pertama : Jika jatuhnya perceraian dilakukan dengan pembicaraan

langsung baik melalui sambungan telepon, HP atau melalui jaringan

internet baik hanya berupa suara atau disertai dengan wujudnya pihak

yang berkomunikasi dalam bentuk gambar (video call). Maka ketika lafadz

talak tersebut diucapkan oleh suami maka secara syariat talak tersebut

dinyatakan sebagai talak yang sah. Hal ini berdasarkan beberapa

pertimbangan berikut :

1. Dalam talak kehadiran seorang istri (dalam majlis talak) bukanlah

sebuah kemestian. Artinya talak tersebut dikatakan sah meskipun sang

5 Toffler. Alvin, The Third Wave, (1980). Buku ini dikutip dari Abdul Gofur Anshari,

pokok-pokok hukum perjanjian islam di indonesia.(Yogyakarta:: Citra Media, 2006), h.135

6 Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fikih Munakahat:

Khitbah, Nikah dan Talak, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 44.

Page 62: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

46

istri tidak mendengarkan dan menyaksikannya. Begitujuga talak

dikatakan sah meskipun sang istri tidak ridha dan tidak menyetujuinya.

2. Adanya saksi dalam perceraian bukanlah sebuah persyaratan, hal ini

berbeda dengan akad pernikahan yang mewajibkan adanya dua orang

saksi. Olehnya itu, jika seorang suami menelpon sang istri dan

melafadzkan kata-kata talak secara jelas, maka talak tersebut sah,

meskipun tanpa disaksikan atau didengarkan oleh pihak ketiga. Dalam

kasus ini, kepastian dan keyakinan bahwa sang suami benar-benar

telah menjatuhkan talak menjadi persyaratan mutlak. Dalam

pembicaraan jarak jauh, haruslah dipastikan bahwa yang berbicara

adalah suami yang berhak menjatuhkan talak.

Kedua : Jika perceraian itu dilakukan dengan tulisan, baik itu melalui

Email, SMS, WhatsApp ataupun aplikasi dan layanan lainnya, maka para

ulama mendudukkan masalah ini sama dengan permasalahan perceraian

melalui tulisan (at-Thalaq bi al- Kitabah).

Berkaitan masalah ini, maka mayoritas ulama berpendapat jika ia

menuliskan lafadz talak/cerai baik secara sharih (jelas), seperti seorang

suami mengirimkan SMS dan WA kepada istrinya : “Saya

menceraikan/mentalak kamu” ataupun dengan kinayah (kata samaran)

seperti : “Saya telah melepaskanmu”, maka jika disertai dengan niat

(menjatuhkan talak kepada istrinya) maka talak tesebut dikategorikan

sebagai talak yang sah. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa

kedudukan tulisan yang terdiri dari huruf-huruf yang di pahami bentuk dan

maknanya sama dengan kedudukan lafadz yang dilafadzkan oleh lisan.

Olehnya itu, Rasulullah –Shallallahu‟alaihi wasallam tatkala diperintahkan

untuk menyampaikan risalahnya, maka selain beliau menyampaikan

ajakan secara lisan, beliau juga menyampaikannya secara tulisan

sebagaimana surat-surat beliau yang dituliskan kepada Raja-raja yang

berkuasa pada saat itu.

Page 63: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

47

Jika ia menuliskan kata cerai atau talak baik secara sharih ataupun kinayah

tetapi tidak disertai dengan niat, maka pendapat yang rajih dalam masalah

ini adalah talak tersebut tidaklah dikategorikan sebagai talak yang sah,

dikarenakan penulisan yang dituliskan oleh penulis bisa saja dimaksudkan

untuk hal-hal yang laindan bukan dimaksudkan untuk mentalak.

Maka dalam persoalan perceraian dengan menuliskan pesan,

seperti lewat SMS dan yang sejenis, adanya niat sang penulis menjadi

persyaratan sah atau tidaknya talak yang dituliskan. Begitu juga dengan

kepastian orang yang menulis dan mengirimkan pesan, juga harus

dijadikan sebagai landasan yang kuat untuk menghukumi sah dan tidaknya

talak tersebut. Hal ini, tentunya sesuai dengan kaidah yang pertama yang

telah disebutkan di atas.

Ulama empat madzhab sepakat bahwa kalimat talak yang sharih

(disampaikan secara tegas), statusnya sah tanpa melihat niat suami yang

mengucapkannya, sebagaimana keterangan Ibnu Qudamah

Ibnul Mundzir menegaskan,

أجمع كم مه أحفظ عىه مه أهم انعهم عه أن جد انطلق وهسنه سىاء

Ulama yang saya ketahui sepakat bahwa serius dan tidak serius dalam

talak, statusnya sama (al-Ijma‟, h. 24)

Talak juga tidak Harus Dilakukan di Hadapan Istri, Ini berdasarkan

hadis dari Fatimah bintu Qois, ketika beliau dicerai oleh suaminya Abu

Amr bin Hafs. Fatimah menceritakan,7

ها انبتة , وهى غائب، فأرسم إنيها وكيهه بشعير أن أبا عمرو به حفص طهق

7 Toffler. Alvin, The Third Wave, (1980). Buku ini dikutip dari Abdul Gofur Anshari, pokok-

pokok hukum perjanjian islam di Indonesia, h.135

Page 64: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

48

Bahwa Abu Amr bin Hafs menceraikan Fathimah dengan talak 3, ketika

Abu Amr tidak ada bersamanya. Kemudian Abu Amr mengutus seseorang

untuk memberikan gandum ke Fathimah.. (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi SMS dihukumi sebagaimana layaknya surat. Sementara para ulama

menegaskan bahwa tulisan semakna dengan ucapan. Mengingat satu

kaidah baku,

انكتابة تىسل مىسنة انقىل

“Tulisan statusnya sama dengan ucapan.”

Karena itulah para ulama sepakat bahwa talak dengan tulisan

hukumnya sah.8 Bahwa bukti surat elektronik menurut hukum Islam

memiliki status yang sah secara yuridis sebagai alat bukti. Dalam hukum

Islam status alat buktinya dapat dilihat dengan menggunakan metode qiyas

(analogi) yang menghubungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain karena

ada persamaan „illat hukum. Alat bukti tersebut di qiyaskan kepada alat

bukti qarinah, surat dan keterangan ahli, karena memiliki kesamaan

„illat.Untuk bukti qarinah kesamaan „illat nya adalah sama sama memberi

petunjuk–petunjuk atau indikasi-indikasi dengan membaca keadaan-

keadaan apa saja yang mempunyai pertalian cukup erat sehingga

membawa kepada satu titik yang meyakinkan. Bukti surat, kesamaan „illat

nya adalah sama-sama berbentuk tulisan yang dengannya itu mampu

menjelaskan. Itu terlihat pada bentuk surat elektronik yang berbentuk

tulisan dalam hal ini tulisan elektronik. Dan yang terakhir adalah

keterangan ahli, yang dari pada itu mampu membuat perkara menjadi lebih

mudah di selesaikan sehingga dapat memperoleh kebenaran yang

meyakinkan. Sesuai dengan ketentuan alat bukti di atas maka surat

8 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

Munakahat Khitbah, nikah dan talak, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 44

Page 65: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

49

elektronik menurut hukum Islam adalah sah statusnya sebagai alat bukti

secara yuridis.9

C. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perceraian Yang

Menggunakan Alat Bukti Elektronik Dalam Putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PA.JT

Bahwa di dalam putusan nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT, terdapat

alat bukti yang diajukan oleh pihak Termohon Konvensi/Pemohon yaitu

berupa pesan WA yang merupakan salah satu dari alat bukti elektronik

kepada majelis Hakim. Pada penyampaiannya Pemohon Konvensi

mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Pemohon

Konvensi/Termohon pada poin 5 tidak benar, yang benar Pemohon

Konvensi yang sudah mempunyai wanita lain. Hal ini dibuktikan dengan

adanya foto yang dipasang di foto profil WA milik Pemohon Konvensi

dan didukung dengan pesan melalui SMS pada hari Senin, 5 Juni 2017,

yang menyatakan sebagai berikut “...ingat saudari lia...Anggit sudah

menjadi suami orang lain dan bukansuami anda. ..dst." dan pada hari

Jumat, 9 Juni 2017, yang menyatakan sebagai berikut “...Gw bersumpah

demi Allah demi Rasul gw memang sdg jalani hubungan gw dgn

pasangan gw yg skrng. Dan Jo udh ag W anggap.. dst"

Proses persidangan dalam hal jawab-menjawab tersebut dalam

konvensi, maka yang menjadi masalah pokok/pokok sengketa yang

signifikan dalam perkara ini disimpulkan sebagai berikut:

1. Menurut versi Pemohon Konvensi bahwa pemicu terjadinya akar

perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga antara

PemohonKonvensi dengan Termohon Konvensi sejak Juni 2014 yang

puncaknya Februan 2017 antara Pemohon Konvensi dengan

Termohon Konvensi secara terus menerus telah terjadi perselisihan

dan pertengkaran dan tidak bergaul lagi sebagaimana layaknya suami

9 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 95

Page 66: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

50

istri serta pisah tempat tinggal bersama hingga perkara ini diputus

permohonan ini diajukan sudah berlangsung selama 1 (satu) tahun 1

(satu) bulan adalah disebabkan Karena ;

a. Bahwa Termohon Konvensi sering berkata-kata kasar dan

mencaci maki Pemohon Konvensi

b. Bahwa Termonon Konvensi sering marah-marah secara

berlebihan dimuka umum;

c. Bahwa Termohon Konvensi sering mengancam bunuh diri,

d. Termohon Konvensi sudah tidak bisa dinasehati,

2. Menurut versi Termohon Konvensi, bahwa akar pemicu terjadinya

perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga antara Pemohon

Konvensi dengan Termohon Konvensi sejak Juni 2014 yang

puncaknya Maret 2017 antara Pemohon Konvensi dengan Termohon

Konvensi secara terus menerus terjadi perteselisihan dan pertengkaran

serta tidak bergaul lagi sebagaimana layaknya suami istri serta pisah

tempat tinggal bersama hingga perkara ini diputus sudah berlangsung

selama 1 (satu) tahun adalah disebabkan karena

a. Pemohon Konvensi sudah mempunyai wanita lain,

b. Pemohon Konvensi bukanlah suami yang baik karena sebagai

suami dari 2 (dua) orang putra harusnya lebih memikirkan masa

depan kedua anaknya dibandingkan mencari kesenangan dengan

wanitalain:

Dasar hukum yang dijadikan alasan oleh Pemohon Konvensi adalah

ketentuan rumusan:

1. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9

Tahun1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan

2. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, yang menentukan bahwa

perceraian dapat terjadi karena antara suami dan istri terus-menerus

Page 67: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

51

terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan

hidup rukun lagi dalam rumah tangga"

Adapun dasar hukum yang dijadikan alasan oleh Termohon Konvensi

adalah ketentuan rumusan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun1974 tentang

Perkawinan. Hukum materil yang digunakan di dalam perkara ini adalah

sistem hukum terapan Peradilan Agama di bidang perkawinan versi

Kompilasi Hukum islam (KHI) di Indonesia serta yurisprudensi dan

doktrin/pendapat para pakar hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan

Hadits Nabi SAW.

Saat persidangan terdapat dalil-dalil dan alasan yang telah diakui

dalam persidangan tersebut di atas, maka Pemohon Konvensi tidak dibebani

wajib bukti, karena pengakuan merupakan bukti yang sempurna. Dengan

adanya pengakuan Termohon Konvensi, maka dianggap permohonan

Pemohon Konvensi telah terbukti. Hal ini sesuai yurisprudensi dalam Putusan

MARI nomor 496 K/Sip/1971 tanggal 1 September 1971.

Pemohon Konvensi untuk mempertahankan dalil-dalilnya dalam

konvensi telah mengajukan bukti tulis (kode P.1 dan P.2) dan untuk

menguatkan dalil-dalil sanggahan dalam rekonvensi Pemohon

Konvensi/Tergugat Rekonvensi telah mengajukan bukti tertulis (kode P.3 dan

P.4) serta menghadirkan 3 (tiga) orang saksi sebagaimana keterangannya

telah diuraikan pada bagían duduk perkara.

Sedangkan Termohon Konvensi untuk mempertahankan dalil-dalil

bantahan dalam konvensi dan mempertahankan dalil-dalil gugatan balik

dalam rekonvensi telah mengajukan bukti tertulis (Kode T.1 sampai dengan

T.10) serta menghadirkan 2 (dua) orang saksi sebagaimana keterangannya

telah diuraikan pada bagian duduk perkara.10

Apabila surat-surat bukti yang diajukan baik oleh Pemohon

Konvensi/Tergugat rekonvensi maupun Termohon Konvensi/Penggugat

Rekonvensi ternyata tidak relevan dengan perkara a quo, maka Majelis

Hakim menganggap bahwa Surat-surat bukti tersebut tidak proporsional

10

Salinan Putusan nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT , h.56.

Page 68: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

52

untuk dipertimbangkan dan harus dikesampingkan. Hal ini sebagai mana di

atur dalam Pasal 1888 KUHPerdata jo. Putusan MARI Nomor 3609

K/Pdt/1985 tanggal 9 Desember 1987.

Bahwa selama persidangan Termohon Konvensi membantah sebagian

posita (fundamentum petendi) permohonan Pemohon Konvensi maka untuk

mencari kebenaran materil tentang adanya alasan perceraian yang didalilkan

oleh Pemohon Konvensi, maka kepada Pemohon Konvensi dibebankan wajib

bukti sebagaimana tersebut dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 499

K/Sip/1970 tanggal 4 Pebruari 1970) Untuk itu telah didengar keterangan

saksi-saksi keluarga dan atau orang dekat dari masing-masing pihak tentang

hal-hal sebagai berikut:

1. Ada tidaknya perselisihan dan pertengkaran serta seberapa kuantitas dan

kualitas perseteruan tersebut,

2. apa pemicu perselisihan dan pertengkaran yang mendasar yang berakibat

Keutuhan rumah tangga menjadi tidak kondusif.

3. Apakah antara suami istri tersebut benar-benar tidak ada lagi harapan

kedepan akan hidup rukun dalam rumah tangga.

Alat bukti tertulis yang diajukan oleh secara formil dapat diterima

karena telah memenuhi ketentuan formil pembuktian yakni telah

dinazegelen dan telah diperlihatkan aslinya di persidangan, sedangkan

substansi seluruh surat-surat bukti tersebut secara materiil dan spesifik

dipertimbangkan berikut ini.11

1. Bukti P.1. berupa Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon

Konvensi Nomor 3275081512810030 tanggal 18 Mei 2012 (kode P.1) dan

bukti T.4 Fotocopy Kartu Keluarga No, 3175031711160008 membuktikan

tentang identitas domisili, juga agama Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi terbukti bahwa Termohon konvensi berdomisili dalam daerah

yurisdiksi Pengadilan Agama Jakarta Timur, maka sesuai ketentuan Pasal

73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

11

Salinan Putusan nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT , h.57.

Page 69: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

53

Agama, Pengadilan Agama Jakarta Timur berwenang memeriksa dan

mengadili perkara ini.

2. Bukti P2 berupa Fotocopy Kutipan Akta Nikah Nomor:

17/DN/IV/20172.Kantor Urusan Agamatanggal 18 April 2017 yang

dikeluarkan olehKecamatan Pancoran, Jakarta Selatan yang merupakan

syarat mutlak mengajukan permohonan untuk menjatuhkan talak, dan

ternyata pula akta otentik tersebut tidak dibuktikan sebaliknya oleh

Termohon Konvensi bahkan menguatkannya dalam bukti T1, maka harus

dinyatakan terbukti bahwa antara Pemohon Konvensi dengan Termohon

Konvensi masih terikat dalam perkawinan yang sah dan belum bercerai,

oleh karenanya Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi adalah pihak-

pihak yangberhak dan berkepentingan mengajukan perkara ini (persona

standi in judicio)

Kesaksian yang diajukan oleh Pemohon Konvensi berjumlah 3

(tiga) orang yang masing-masing bernama Happy Endyanti Binti Zenal

Supardjo, Bara Satria Wibawa Bin Bambang Widharto, dan Zulaikha

Dariati Binti M. Zikri yang mempunyai hubungan keluarga dan orang

dekat dengan Pemohon Konvensi, ternyata tidak ada larangan hukum

untuk menjadi saksi dalam perkara ini, dan saksi-saksi tersebut telah

disumpah, secara formil dapat diterima karena telah memenuni ketentuan

tormil sesuai dengan Pasal 144 danPasal 147 HIR sedangkan penilaian

dipertimbangkan selanjutnya materi kesaksiannya akan dipertimbangkan

Saksi-saksi yang dihadirkan oleh Pemohon Konvensi tersebut

benar-benar pernan melihat dan mendengar langsung tentang keadaan

rumah tangga Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi tersebut

mendukung dalil/posita kesaksian para saksi dan substans ipermohonan

Pemohon Konvensi, di mana saksi pertama sebagai adik kandung

Pemohon Konvensi, kemudian saksi kedua sebagai teman kerja Pemohon

Konvensi, dan saksi ketiga adalah ibu kandung Pemohon Konvensi,

mereka sama-sama menerangkan bahwa sejak tahun 2014 hubungan antara

Pemohon Konvensi dengan Termohon Konvensi dalam rumah tangga

Page 70: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

54

sudah tidak harmonis lagi disebabkan karena Termohon Konvensi sering

berkata-kata kasar dan mencaci maki Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi sering marah-marah secara berlebihan di muka umum. Di

samping itu, Termohon Konvensi sering mengancam bunuh diri dan pada

intinnya Termohon Konvensi sudah tidak bisa dinasehati. Puncaknya sejak

Februari 2017 keduabelah pihak berpisah tempat tinggal bersama

Pada pertimbangannya majelis hakim melihat bahwa keterangan

saksi yang satu dengan saksi lainnyan sebagaimana tersebut di atas tidak

saling bertentangan Dengan demikian keterangan para saksi sepanjang

mengenai perselisihan antara Pemohon dengan Termohon tersebut dinilai

relevan dan obyektif dengan dalil-dalil permohonan Pemohon, oleh

karenanya keterangan para saksi tersebut secara materiil dapat

dipertimbangkan sebagai alat bukti sebagaimana dikehendaki ketentuan

rumusan Pasal 171 ayat (1) dan Pasal 172 HIR.

Menurut majelis hakim, Alat bukti tertulis yang diajukan oleh

Termohon Konvensi secara formil dapat diterima karena telah memenuhi

ketentuan formil pembuktian yakni telah dinazegelen dan telah

diperlihatkan aslinya di persidangan, sedangkan substansi semua surat-

surat bukti tersebut secara materil dipertimbangkan berikut ini:

Menimbang, bahwa Bukti T.1 berupa Fotocopy Kútipan Akta

Nikah atas nama Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi Nomor

841/02/Vll/2013 tanggal 29 Juli 2013 sama dengan bukti P.2 yang telah

dipertimbangkan di atas

Menimbang, bahwa Bukti T.2 berupa Fotocopy Kutipan Akta

Kelahiran anak Nomor 3275-LT-31032015-0078 tertanggal 02 April 2015

atas nama dan Bukti T.3 berupa Fotocopy surat keterangan lahir dari

Rumah sakit Hermina No Reg 5217 L O0.02 C17 Hal ini menunjukkan

bahwa Termohon Konvensi mengakui kebenaran dalil permohonan

Pemohon Konvensi tentang anak, maka sesuai Pasal 174 HIR jo. Pasal

1923-1928 maka dan tertanggal 6 Maret 2017 atas namaharus dinyatakan

terbukti bahwa mereka adalah Pemohon dan Termohon;

Page 71: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

55

Bukti T.4 Fotocopy Kartu Keluarga No, 3175031711160008

adalahsama dengan bukti P.1 yang telah dipertimbangkan di atas

Bahwa terlepas dari jawab-menjawab tersebut, majelis hakim

berpendapat bahwa photo/pasfoto tidak termasuk surat atau akta karena

bukan aksara yang berfungsi sebagai tanda bacaan, dan tidak mengandung

tandatangan sehingga tidak memenuhi syarat sebagai bukti tulisan, tetapi

oleh karena photo-photo tersebut mempunyai koneksitas yang erat dengan

perkara a quo, maka Majelis Hakim menilai bahwa photo-photo/pasphoto

tersebut dapatdikategorikan sebagai indikator pendukung terhadap bukti-

bukti lainnya.

Adapun Surat-surat bukti hasil print out yang tidak dibantah oleh

pihak lawan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (1TE) yang menentukan bahwa "Informasi dan atau dokumen

elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah dan

memiliki akibat hukum yang sah. "Informasi dan atau dokumen elektronik

dan atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara

yang berlaku di Indonesia" Majelis Hakim berpendapat bahwa bukti T.5,

T.6 dan T.7 yang tidak dibantah oleh Pemohon Konvensi sebagai indikator

yang membuktikan tentang kebenaran dalil jawaban Termohon Konvensi

bahwa antara Termohon Konvensi dengan Pemohon Konvensi telah terjadi

perselisihan dan pertengkaran tajam yang berkepanjangan.

Hakim di dalam persidangan mempertimbangkan alat bukti pesan

WhatsApp (T.6) yang berisi ikrar talak dari Pemohon terhadap Termohon.

Namun menurut analisis penulis belum sempurna dilakukan, karena bukti

tersebut tidak dilakukan uji digital forensik. Seharusnya hakim dalam

menguji alat bukti Whatsapp perlu melakukan 2 hal, yaitu:12

1. Autentifikasi alat bukti Elektronik

12

M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia,

Yogjakarta, UII Pres 2013, h. 107-108.

Page 72: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

56

Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi dalam meneliti

dan menilai alat bukti elektronik adalah autentikasi atau penilaian

terhadap keaslian informasi dan dokumen elektronik tersebut.

Autentikasi alat bukti elektronik harus dilakukan secara hati-hati dan

cermat, karena secara fisik sangat berbeda dengan alat bukti tertulis.

Untuk melakukan autentikasi, diperlukan langkah-langkah yang

sistematis dan terpadu, sehingga tidak salah dalam menilai

autentisitasnya. Alat bukti elektronik bukanlah suatu dokumen atau

surat yang menurut Perundang-undangan harus berbentuk tertulis,

sehingga untuk menghindari alat bukti palsu perlu dilakukan autentikasi

terhadap alat bukti tersebut. Sebagai contohnya autentifikasi seperti

yang dilakukan oleh hakim Pengadilan Agama Salatiga pada putusan

Nomor 0127/Pdt.G/2018/PA.Sal yang pada agenda pembuktian, hakim

melakukan autentikasi terlebih dahulu pada alat bukti elektronik .

Dalam putusan tersebut hakim mengesampingkan alat bukti print out

chat whatsapp karena tidak dilakukan uji forensik digital terlebih

dahulu. Untuk melakukan uji forensik digital diperlukan keterangan ahli

yang bisa memastikan apakah alat bukti tersebut sesuai aslinya atau

telah mengalami perubahan. Namun selain keterangan ahli, harus ada

keterangan saksi pula yang mendukung bahwa memang bukti tersebut

tidak mengalami perubahan. Sedangkan hal tersebut berlainan dengan

putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PAJT dimana hakim tidak

melakukan uji forensik digital tetapi hasil print out chat whatsapp tetap

dijadikan alat bukti yang sah dalam persidangan.

Pengadilan pada umumnya akan menanyakan apakah alat bukti

yang kita hadirkan di persidangan adalah data yang sama dengan data

yang aslinya ketika dilakukan pemeriksaan, agar dapat dipertimbangkan

apakah alat bukti digital tersebut dapat diterima atau tidak, dan untuk

menunjukkan alat bukti tersebut autentik, dokumentasi dan pencatatan

segala aktifitas yang terkait dengan pengolahan barang bukti digital

dilakukan pemeriksaan oleh seorang ahli forensik, contoh ahli haruslah

Page 73: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

57

melakukan akuisisi (imaging) terlebih dahulu terhadap alat bukti

sebelum melakukan pemeriksaan dan tentunya memiliki salinan

lengkap terkait bukti-bukti tersebut dan bukti lainnya, dan ahli haruslah

dapat menunjukkan bahwa bukti digital tersebut tidaklah terdapat

perubahan sejak diajukan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Debra L. Shinder yang mengatakan

bahwa alat bukti harus kompeten (reliable dan credible) sehingga

terjamin validitasnya. Melalui sistem keamanan informasi yang

certified, maka integritas konten dalam suatu bukti elektronik

(informasi dan/atau dokumen elektronik) menjadi terjamin

keautentikannya.

2. Kekuatan Pembuktian Bebas

Hakim diberikan kebebasan dalam menilai alat bukti elektronik

tersebut, apakah bernilai pembuktian atau tidak. Namun demikian, pada

umumnya, penilaian terhadap alat bukti yang memiliki kekuatan

pembuktian bebas ditekankan pada relevansi isi atau substansinya

dengan pokok permasalahan suatu perkara.

Alat bukti T.8 berupa Fotocopy surat tanda laporan Pengaduan

No. 705/KVII/2017/Restro Jaktim tanggal 21 Agustus 2017 (tanda

Termohon Konvensi ternyata tidak relevan dengan T.8) yang diajukan

olehperkara a quo, di mana dalam perkara ini adalah murni perkara

privat family court tentang perceraian, maka majelis hakim

menganggap surat bukti tersebut tidak proporsional untuk

dipertimbangkan.

2 (dua) orang saksi yang dihadirkan olen danTermohon

Konvensi masing-masing bernama (SD) dan (MA) yang mempunyai

hubungan keluarga dan orang dekat denganTermohon Konvensi,

ternyata tidak ada larangan hukum untuk menjadi saksi dalam perkara

ini, dan saksi-saksi tersebut telah disumpah, secara formil dapat

diterima karena telah memenuhi ketentuan formil sesuai dengan Pasal

Page 74: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

58

144 dan Pasal 147 HIR, sedangkan penilaian materi kesaksiannya akan

dipertimbangkan selanjutnya.

Berdasarkan dalil-dalil/posita permohonan Pemohon Konvensi

dan jawaban serta duplik Termohon Konvensi yang telah dibuktikan

tersebut, maka Majelis Hakim mengkonstatir peristiwa konkret tersebut

dan menemukan fakta-fakta di persidangan ke dalam fakta hukum

sebagai berikut:

1. Bahwa Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi adalah suami

istri sah,menikah pada tanggal 29 Juni 2013 tercatat di KUA

Kecamatan Pancoran Kota Jakarta Selatan;

2. Bahwa perkawinan antara Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi dilangsungkan berdasarkan kehendak kedua belah pihak

dan setelah menikah Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi

tinggal di rumah orangtua Pemohon Konvensi di jalan leratai XI

Blok F3 Komplek Duta Indah No.04 Kota Bekasi.Kelurahan Jati

Makmur, Kecamatan Pondok Gede

3. Bahwa selama masa perkawinan, Pemohon Konvensi dan

Termohon Konvensi telah berkumpul sebagaimana layaknya

suami-isteri, sudah dikaruniai 2 orang anak yang masing-masing

bernama DP (L). 1 Bulan; RWP (L), 2 Tahun.

4. Bahwa frekuensi perselisihan antara Pemohon Konvensi dengan

Termohon Konvensi secara berkelanjutan sejak Tahun 2014 yang

puncaknya terjadi pada sekitar bulan Februari 2017 yang

mengakibatkan pisah tempat tinggal bersama hingga perkara ini

diputus;

5. Bahwa bobot perselisihan antara Pemohon Konvensi dengan

Termohon Konvensi yang terjadi adalah tindakan Pemohon

Konvensi yang tidak mau lagi mendatangi Termohon Konvensi

untuk berkomunikasi dengan baik

6. Bahwa penyebab atau pemicu perselisihan adalah berawal sikap

dan tindakan kedua belah pihak yang tidak ada yang mau mengalah

Page 75: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

59

dalam mengatasi permasalahan yang mendasar dalam rumah

tangga, selain Itu juga karena kedua belah pihak yang bersikeras

terhadap pendiriannya masing-masing dan tidak ada yang mau

mengalah dalam hal membina kelanjutan rumah tangga.

7. Bahwa akibat perselisihan tersebut, antara Pemohon Konvensi

denganTermohon Konvensi sejak Februari 2017 tidak bergaul lagi

sebagaimana layaknya suami istri karena Pemohon Konvensi tidak

lagi mendatangi Termohon Konvensi, sehingga rumah tangga

menjadi tidak harmonis.

8. Bahwa pihak keluarga dan atau orang dekat dari kedua belah pihak

telahberupaya secara optimal mendamaikan Pemohon Konvensi

darn Termohorn Konvensi namun ternyata menemui kebuntuan,

menyatakan tidak sanggup lagi merukunkan kedua belah pihak,

demikian pula majelis hakim selama proses persidangan

berlangsung telah berusaha mendamaikan dan memberikan

kesempatan dalam tempo yang sangat cukup kepada kedua belah

pihak untuk berdamai ternyata tidak berhasil, dan yang pada

akhirnya juga mediator telah berupaya memediasi kedua belah

pihak ternyata gagal.

Bahwa jika pasangan suami istri yang sah berselisih terus menerus,

maka dapat dikategorikan sebagai pasangan yang tidak harmonis dan

dinilai perkawinan tersebut sudah pecah (marriage breadown)

sehinggaoleh karena itu tujuan perkawinan yang luhur tidak dapat

terwujud mempertahankan rumah tangga yang sedemikian dipandang

sebagai perbuatan sia-sia bahkan akan mendatangkan penderitaan batin

yang berkepanjangan bagi kedua belah pihak dan dapat manambah

mafsadat yang lebih besar dari pada manfaatnya, sedangkan menolak

mafsadat lebih diprioritaskan dari pada menarik kemashlahatan

sebagaimana kaidah fiqih yang diambil-alih sebagai pertimbangan Majelis

Hakim yang menyatakan yang Artinya: Mengantisipasi dampak negatif itu

harus.

Page 76: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

60

Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut di

atas harus dinyatakan terbukti secara sah bahwa antara Pemonon Konvensi

dan Termohon Konvensi telah terjadi perselisihan dan pertengkaran terus-

menerus yang tidak ada lagi harapan ke depan bagi keduanya akan dapat

hidup rukun kembali dalam rumah tangga sehingga dapat dikonstitutir

secara yuridis bahwa fakta hukum/peristiwa hukum tersebut telah

memenuhi unsur- unsur sebagaimana alasan perceraian yang ditentukan

dalam rumusan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 juncto Pasal 116 (Kompilasi Hukum Islam, maka majelis hakim

berpendapat bahwa permohonanPemohon Konvensi tersebut beralasan dan

tidak melawan hukum.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, majelis hakim

berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan

karena kondisi rumah tangga Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi

telah pecah sedemikian rupa yang sulit untuk dipertahankan, maka

berdasarkan Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

Tentang prioritaskan dari pada mengejar kemashiahatan (yang belum

jelas). Kitab Asybah Wa Al-Nazha-ir, halaman 62. Demikian pula tindakan

kedua belah pihak dalam kapasitasnya sebagai suami istri yang tidak mau

lagi berkomunikasi dalam waktu yang cukup lama dapat dianggap telah

keluar dari koridor rumusan Pasal 3 KHI (Kompilasi Hukum Islam)

sehingga dapat dipastikan tidak akan mampu lagi berbagi rasa kasih dan

sayang dalam melestarikan sendi-sendi rumah tangga yang sakinah

berlandaskan mawaddahdan rahmah yang merupakan tujuan hakiki dari

suatu perkawinan. Kemudian berdasar putusan MARI Nomor

534K/Pdt/1996 tanggal 18 Juni 1996 menyebut bahwa dalam perkara

perceraian tidak perlu di lihat siapa pemicu awal penyebab perceraian atau

salah satu pihak telah meninggalkan pihak lain, tetapi yang perlu

diperhatikan adalah apakah perkawinan itu masih dapat dipertahankan lagi

atau tidak.

Page 77: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

61

Selanjutnya, disebutkan dalam kitab Mada Hurriyah Al-Zaujain, Fi

Al-Thalaq, halaman 83. Untuk selanjutnya di ambil alih sebagai pendapat

majelis yaitu : Peradilan Agama, dan oleh karena antara Pemohon

Konvensi dengan Termohon Konvensi belum pernah bercerai, maka

petitum permohonan Pemohon Konvensi pada angka 2 tersebut dapat

dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon Konvensi untuk

menjatuhkan talak satu raj'i terhadap Termohon Konvensi di depan sidang

Pengadilan Agama Jakarta Timur, yang amarnya akan dituangkan dalam

putusan ini, dan berdasarkan ketentuan Pasal 70 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama maka Pemohon dapat

Page 78: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada beberapa bab

sebelumnya maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut,

diantaranya:

1. Kemajuan teknologi informasi yang ditandai dengan perkembangan

piranti pengolahan informasi computer yang salah satunya adalah

transaksi elektronik. Hal ini merupakan salah satu dari hal yang

beriringan muncul saat Cyber Space ini mulai berkembang. Setiap

transaksi elektronik di satu sisi memang menguntungkan, tetapi di

pihak yang lain terdapat juga kejahatan apabila disalahgunakan.

Indonesia sebagai negara hukum telah merespon perkembangan ini

dengan membentuk sebuah aturan yaitu Undang-undang Nomor 11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

2. Dalam hukum islam ada tiga konsep alat bukti yang dapat digunakan

untuk membuktikan perselisihan atau jarimah dalam kasus cybercrime

yaitu alat bukti petunjuk/ qarinah, saksi/syahadah, dan tulisan/al-

kitabat. Karena tiga hal tersebut bisa diajukan pada persidangan bila

adanya kasus-kasus seperti cybersex cybertero, dan cybercrime

3. Hakim di dalam persidangan pada putusan Nomor

1528/Pdt.G/2017/PAJT telah mempertimbangkan alat bukti pesan

WhatsApp (T.6) yang berisi ikrar talak dari Pemohon terhadap

Termohon. Namun belum sempurna, karena bukti tersebut tidak

dilakukan uji digital forensik.

B. Saran

1. Bagi lingkungan Peradilan khususnya Hakim di dalam

mempertimbangkan alat bukti Elektronik seharusnya dilakukan uji

digital forensik terlebih dahulu agar keasliannya dapat dipastikan. Hal

Page 79: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

63

ini sesuai dengan apa yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

2. Bagi pemerintah perlu mensosialisasikan lebih jauh terkait penerapan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE) pada dunia Peradilan. Hal ini

dilakukan guna merespon adanya perkembangan zaman yang juga

mengakibatkan timbulnya perkembangan hukum yang terjadi di

Negara Indonesia.

3. Bagi Mahasiswa hukum keluarga yang mempunyai tugas sebagai agen

perubahan dan bagian dari masyarakat, sebaiknya ikut berkontribusi

secara langsung untuk memberikan pengajaran dan pembelajaran

terkait perkembangan hukum yang terjadi di Negara Indonesia

Page 80: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abduh Malik, Muhamad, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam Dan KUHP,

(Jakarta: PT. Bulan Bintang. 2003).

Al-Hamdani, Risalah Nikah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998).

Alvin, The Third Wave, Toffler, (1980). Buku ini dikutip dari Abdul Gofur

Anshari, pokok-pokok hukum perjanjian islam di indonesia.(Yogyakarta:

Citra Media, 2006)

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta:

Puataka Pelajar, 1998), Cet. Ke-II.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Falsafah Hukum Islam,(Jakarta: bulan bintang, 1975).

Asikin, Zainal, Hukum Acara Perdata Di Indonesia,(Jakarta : Prenadamedia

Group,2015).

Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011).

Asnawi, M. Natsir, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia,

(Yogyakarta : UII Press, 2013).

Aziz Muhammad Azzam, Abdul dan Wahhab Sayyed Hawwas, Abdul, Fiqih

Munakahat Khitbah, nikah dan talak, (Jakarta: Amzah, 2009).

Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996).

Azizah, Linda, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Fakultas

Syariah IAIN Raden Intan Lampung, X, IV (Juli, 2012).

Harahap, M. Yahya, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Buku

Kesatu, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997).

Makarim, Edmon, 2005, Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kajian Kompilasi,

Rajawali Pers dan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

Jakarta.

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama,(Jakarta : Kencana, 2016) cet.8.

Page 81: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

65

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,

1985).

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,

1985).

Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Dalam Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993).

Nawawi Arif, Barda, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber

Crime Di Indoensia.

Sabiq, Sayyid, “Terjemahan Fiqh Sunnah”, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr, 1993),

Salinan Putusan PA Jakarta Timur Nomor: 1528/Pdt.G/2017/PAJT.

Samudera, Teguh, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, (Bandung :

Alumni, 2004).

Simanjuntak, P.N.H., Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2016), Cet.2.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas

Indonesia, 1986).

Subekti, Hukum Pembuktian. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), cet.VIII.

Sukarna, Kadi, Alat Bukti Petunjuk dalam Proses Peradilan Pidana, (Prosiding

Seminar Nasional, Surabaya : 2014).

Supramono, Gatot, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Bandung: Alumni,

1993).

Sutatman, Cyber Crime. Modus Operandi dan Penanggulangamya, (Laksbang

Press Sindo, Jogjakarta, 2007.

Jurnal dan Penelitian yang Dipublikasikan

Wahyudi, Johan, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian Di

Pengadilan”,(Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, XVII, II

Mei, 2012)

Rahman, Fathur, Pernikahan Dini dan Perceraian di Indonesia, Universitas Islam

Malang, I, I (Juni, 2019).

Page 82: €¦ · Alasan Perceraian Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Studi Analisis Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT)

66

Berita Internet

https://kbbi.web.id/alat, diakses pada tanggal 27 November 2019, pukul 22.30

WIB.

Yurisprudensi dan Peraturan Perundang-Undangan

Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Putusan Mahkamah Agung RI (MARI) nomor 496 K/Sip/1971

Putusan Nomor 0127/Pdt.G/2018/PA.Sal

Putusan Nomor 1528/Pdt.G/2017/PA.JT

Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama