AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

20
AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada Yayasan Z Nurul Adilla Fitriany Program Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini adalah sebuah studi kasus tentang akuntansi pada Yayasan Z. Tujuannya untuk meneliti pencatatan (jurnal) akuntansi serta format laporan keuangan pada Yayasan Z. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian berupa wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian ini yaitu pencatatan (jurnal) akuntansi telah sesuai dengan Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat (Forum Zakat), kecuali pada investasi tidak ada jurnal penyesuaian nilai wajar pada akhir periode. Selain itu kurang lengkapnya pencatatan (jurnal) akuntansi pada akun penyaluran di Pedoman Sistem Informasi Akuntansi milik Yayasan Z. Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK terkait khususnya PSAK 109 dan PSAK 2, dan PSAK 101 kecuali penyajian dana untuk amil. Dana untuk amil di laporan perubahan dana zakat dan dana infak/sedekah disajikan sebagai pengurang dari penerimaan sedangkan berdasarkan PSAK harus disajikan sebagai penyaluran dana. Kata Kunci : Lembaga Amil Zakat; pencatatan (jurnal) akuntansi; laporan keuangan Accounting of Amil Zakat Institution Case Study on the Yayasan Z Abstact This research is a case study of accounting at the Foundation Z. The aim is to examine the record (journal) accounting and financial reporting format on Foundations Z. This study uses a research methodology interviews, observation, and study of literature. Recording the results of this study (journal) accounting in accordance with Accounting Guideline Institute Zakat (Zakat Forum), no investment except in the journal fair value adjustment at the end of the period. Additionally incomplete records (journal) on account distribution in accounting guidelines of the Foundation of Accounting Information System Z. Financial Statements in accordance with SFAS 109 and SFAS related specifically SFAS 2, and SFAS 101 except for the presentation of funds to amyl. Funds to report changes in the amil zakat funds and fund donation / charity presented as a deduction from the proceeds, while under SFAS should be presented as the distribution of funds. Keywords: Institute Amil Zakat; recording (journal) accounting; the financial statements 1. Pendahuluan Dalam kehidupan agama Islam, zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah yang mampu secara ekonomi. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 34, yakni “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” Membayar zakat dalam menjalankan upaya kewajiban zakat, mengumpulkan dan mendistribusikan ragam sedekah yang akan mewujudkan kesucian harta dan jiwa (Syamsuddin, 2013 dalam Terjemahan UU Zakat Sudan Tahun 2001 M). Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Transcript of AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Page 1: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada Yayasan Z

Nurul Adilla

Fitriany

Program Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak Penelitian ini adalah sebuah studi kasus tentang akuntansi pada Yayasan Z. Tujuannya untuk meneliti pencatatan (jurnal) akuntansi serta format laporan keuangan pada Yayasan Z. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian berupa wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian ini yaitu pencatatan (jurnal) akuntansi telah sesuai dengan Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat (Forum Zakat), kecuali pada investasi tidak ada jurnal penyesuaian nilai wajar pada akhir periode. Selain itu kurang lengkapnya pencatatan (jurnal) akuntansi pada akun penyaluran di Pedoman Sistem Informasi Akuntansi milik Yayasan Z. Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK terkait khususnya PSAK 109 dan PSAK 2, dan PSAK 101 kecuali penyajian dana untuk amil. Dana untuk amil di laporan perubahan dana zakat dan dana infak/sedekah disajikan sebagai pengurang dari penerimaan sedangkan berdasarkan PSAK harus disajikan sebagai penyaluran dana. Kata Kunci : Lembaga Amil Zakat; pencatatan (jurnal) akuntansi; laporan keuangan

Accounting of Amil Zakat Institution Case Study on the Yayasan Z

Abstact

This research is a case study of accounting at the Foundation Z. The aim is to examine the record (journal) accounting and financial reporting format on Foundations Z. This study uses a research methodology interviews, observation, and study of literature. Recording the results of this study (journal) accounting in accordance with Accounting Guideline Institute Zakat (Zakat Forum), no investment except in the journal fair value adjustment at the end of the period. Additionally incomplete records (journal) on account distribution in accounting guidelines of the Foundation of Accounting Information System Z. Financial Statements in accordance with SFAS 109 and SFAS related specifically SFAS 2, and SFAS 101 except for the presentation of funds to amyl. Funds to report changes in the amil zakat funds and fund donation / charity presented as a deduction from the proceeds, while under SFAS should be presented as the distribution of funds. Keywords: Institute Amil Zakat; recording (journal) accounting; the financial statements 1. Pendahuluan

Dalam kehidupan agama Islam, zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah yang mampu

secara ekonomi. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 34, yakni “Dan dirikanlah

sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” Membayar zakat dalam menjalankan

upaya kewajiban zakat, mengumpulkan dan mendistribusikan ragam sedekah yang akan mewujudkan kesucian

harta dan jiwa (Syamsuddin, 2013 dalam Terjemahan UU Zakat Sudan Tahun 2001 M).

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 2: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Amil Zakat sebagai penghimpun dana masyarakat harus memiliki pengelolaan yang baik dan sesuai syariah

agar dana masyarakat tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Amil Zakat harus

memberikan informasi dari dana zakat yang diterima dan disalurkannya. Pada tahun 2010 disahkannya standar

akuntansi bagi lembaga amil zakat yaitu PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. Lembaga amil

zakat diharuskan untuk menggunakan PSAK tersebut untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan

Amil Zakat bertujuan sebagai alat pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan transparansi pengelolaan keuangan

kepada para pemangku kepentingan serta sebagai alat untuk evaluasi kinerja manajerial dan organisasi

(Kustiawan, 2012).

Sebelum ada PSAK 109, lembaga amil zakat menggunakan PSAK Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan

Entitas Nirlaba. Organisasi nirlaba termasuk ke dalam organisasi sektor publik. Menurut Nordiawan (2010),

organisasi sektor publik adalah sebuah entitas ekonomi yang menyediakan barang publik atau jasa publik untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan finansial. PSAK 45 tersebut

kurang sesuai dalam merangkum kegiatan lembaga amil zakat. Karena PSAK tersebut hanya menampilkan

laporan aktivitas dari penerimaan dan penyaluran, tapi tidak secara detail memberikan informasi mengenai

penyaluran zakat ke penerima delapan asnaf serta dana yang berhak diterima amil.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai berikut:

- Bagaimanakah format laporan keuangan untuk lembaga zakat pada Yayasan Z?

- Bagaimanakah pencatatan (jurnal) akuntansi pada lembaga zakat atas persediaan, investasi, aset tetap serta

penerimaan dan penyaluran zakat?

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan

penelitian ini dapat diuraikan menjadi tiga aspek, yaitu:

- Untuk meneliti format laporan keuangan yang digunakan oleh Yayasan Z apakah telah sesuai standar

akuntansi.

- Untuk meneliti pencatatan (jurnal) akuntansi yang diterapkan pada lembaga zakat atas persediaan,

investasi, aset tetap, penerimaan dan penyaluran zakat pada Yayasan Z apakah telah sesuai standar

akuntansi.

2. Tinjauan Teoritis 2.1. Definisi Zakat

Berdasarkan PSAK 109, definisi zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan

ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Definisi menurut Mazhab

Maliki yaitu zakat sebagai: “ Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah

mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan

pertanian.” Sedangkan menurut Hanafi, definisi zakat sebagai: “Menjadikan sebagian harta yang khusus dari

harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah SWT.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 3: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar (menunaikan) zakat. Dan Mustahiq

adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Berdasarkan firman Allah SWT pada Surat At Taubah

ayat 60 yang artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus

zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang–orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwa Mustahiq terdiri dari delapan golongan, diantaranya: 1) Fakir; 2)

Miskin; 3) Amil Zakat; 4) Muallaf; 5) Riqab; 6) Orang yang terlilit utang (ghorim); 7) Fisabilillah; 8) Ibnu sabil.

Berikut ini akan dibahas mengenai syarat dan wajib zakat serta hukum zakat bagi umat muslim. Syarat bagi

orang yang akan berzakat (Nurhayati, 2011), antara lain:

1. Islam, berarti mereka yang beragama Islam baik anak-anak atau sudah dewasa, berakal sehat atau tidak.

2. Merdeka, berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk melaksanakan dan menjalanka seluruh syariat

Islam.

3. Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenaka zakat dan cukup haul.

Objek zakat (Nurhayati, 2011) yaitu halal, milik penuh, berkembang, bertambah secara nyata, cukup nisab,

cukup haul, bebas dari utang, lebih dari kebutuhan pokok. Zakat memiliki dua jenis. Yang pertama zakat fitrah

yang dilakukan oleh semua umat muslim maksimal sebelum sholat Idhul Fithri sebesar 2,176 Kg. Dan yang

kedua yaitu zakat harta yang harus dimiliki minimal satu tahun. Zakat Harta adalah zakat yang boleh dibayarkan

pada waktu yang tidak tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak,

harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki perhitungan sendiri-

sendiri. Perhitungan zakat profesi disetarakan dengan emas apabila hartanya minimal setara (nishab) dengan 85

gram dan dimiliki selama satu tahun, maka zakatnya sebesar 2,5% dari jumlah hartanya.

2.2. Infak/Sedekah

Yang disebut sebagai Infak/sedekah berdasarkan PSAK 109 adalah harta yang diberikan secara sukarela

oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi. Infak dan sedekah

memiliki pengertian yang hampir sama. Namun shadaqah atau sedekah memiliki tiga pengertian utama, menurut

Nurhayati (2011):

1. Shodaqoh merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan

(azzuhaili). Shadaqah bersifat sunah.

2. Shadaqah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al Quran dan As Sunah ada yang tertulis denga

shadaqah, padahal yang dimaksud adalah kata zakat.

3. Shadaqah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syariah). Pengertian ini yang membat

shadaqah menjadi luas, hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW, “Setiap kebajikan, adalah

shadaqah.”(HR Muslim)

Jenis infak terbagi menjadi dua jenis, yaitu infak wajib dan infak sunah (Nurhayati, 2011). Infak wajib

terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan. Infak sunah yaitu infak

yang dilakukan seorang muslim untuk mencari ridha Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai

bentuk. Misalnya memberi makanan bagi orang yang terkena bencana.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 4: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

2.3. Wakaf

Definisi wakaf menurut Sabiq (2010) adalah secara bahasa bermakna al-habsu (menahan). Dalam istilah

syariah, wakaf berarti menahan harta asal (pokok) dan menyedekahkan hasilnya di jalan Allah SWT atau bisa

juga dengan kata lain, menahan sebuah harta, dan membelanjakan manfaatnya di jalan Allah SWT.

Menurut Nurhayati (2011), wakaf mirip dengan infak/shadaqoh dan hibah. Persamaannya dalam bentuk

penyerahan barang/sumber daya pada pihak lain. Tetapi jika kita bandingkan secara langsung, akan dapat dilihat

perbedaannya (lihat tabel 1 di bawah).

Tabel 1 Perbedaan Wakaf dengan Shadaqah/Hibah

Wakaf Infak/Shadaqoh/Hibah Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada orang lain

Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada orang lain

Hak milik atas barang dikembalikan kepada Allah

Hak milik atas barang dikembalikan kepada penerima shadaqah/hibah

Objek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain

Objek shadaqoh/hibah boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain

Manfaat barang biasanya dinikmati untuk kepentingan sosial

Manfaat barang dinikmati oleh penerima shadaqoh/hibah

Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek shadaqoh/hibah tidak harus kekal zatnya

Pengelolaan objek wakaf diserahkan kepada administrator yang disebut nadzir/mutawalli

Pengelolaan objek shadaqoh/hibah diserahkan kepada si penerima

Sumber: Karim Business Consulting 2003

Syarat sahnya wakaf menurut Sabiq (2010), sebuah wakaf akan dianggap sah dengan salah satu dari dua

hal, yaitu:

1. Perbuatan yang menunjukkan bahwa seseorang telah mewakafkan.

2. Perkataan, yang terbagi pada perkataan lugas dan perkataan kiasan. Perkataan lugas seperti “Aku

mewakafkannya”, “Aku menahannya”, “Aku menjadikannya di jalan Allah SWT”, “Aku

mengabdikannya”.

Berdasarkan Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dilihat dari jenis harta yang diwakafkan,

wakaf terdiri dari benda tidak bergerak, benda bergerak selain uang dan benda bergerak berupa uang. Umumnya

orang mewakafkan tanah, bangunan masjid, bangunan sekolah dan lainnya..

2.4. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

Menurut Undang-undang No.23 Tahun 2011, amil zakat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara

nasional, yang dibentuk oleh pemerintah.

2. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang

memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Persamaan antara kedua organisasi ini adalah sama-sama menghimpun dan mendistribusikan serta

mendayagunakan zakat dari dan untuk masyarakat. Persamaan selanjutnya adalah laporan keuangan dari

keduanya harus diaudit minimal satu tahun sekali. Perbedaannya terletak pada badan yang membuat organisasi

tersebut. BAZ dibuat oleh pemerintah sedangkan LAZ dibuat oleh masyarakat (swasta). Perbedaan selanjutnya

adalah BAZ melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit ke Presiden melalui Menteri Agama dan DPR RI,

sedangkan LAZ harus melaporkan laporan keuangan audit ke BAZ.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 5: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

2.5. Akuntansi Zakat

Akuntansi adalah sistem informasi yaitu mengoleksi, mencatat, menyimpan, dan memproses akuntansi dan

data lain untuk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan (Romney & Steinbart, 2012). Sedangkan

definisi zakat berdasarkan PSAK 109 adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan

ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Berdasarkan PSAK 1 Revisi

2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas yang bertujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan terdiri atas: laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana,

laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai akun-akun yang terdapat di Lembaga Amil Zakat namun sedikit

berbeda dengan akuntansi konvensional, diantaranya yaitu persediaan, investasi, aset tetap, dan penerimaan serta

penyaluran dana..

1. Persediaan (Forum Zakat, 2012) adalah aset lancar dalam bentuk barang, baik karena pengadaan atau

penerimaan dalam bentuk non kas, yang dimaksudkan untuk disalurkan atau diserahkan dalam rangka

penyaluran zakat dan infak/sedekah. Yang termasuk dalam kategori persediaan antara lain: bahan habis

pakai, seperti bahan makanan; atau aset yang memiliki umur ekonomis panjang, seperti mobil ambulan

yang dimaksudkan oleh pemberi untuk disalurkan.

2. Investasi adalah penyertaan aset pada entitas lain untuk pertumbuhan aset dan tidak dimaksudkan untuk

dikonversi ke dalam aset yang lain dalam waktu kurang dari satu tahun (Forum Zakat, 2012).

3. Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih

dahulu, yang digunakan dalam operasi organisasi, yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka

kegiatan normal organisasi dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap yang diperoleh

dari dana zakat/infak dan sedekah berupa sarana dan/atau prasarana yang secara fisik berada di dalam

pengelolaan Amil Zakat lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai Aset Tidak Lancar Kelolaan.

Sedangkan berdasarkan PSAK 16 revisi 2011, aset tetap adalah aset berwujud yang:

a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada

pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

4. Penerimaan adalah penambahan sumber daya dalam bentuk zakat, infak/sedekah dan dana sosial

keagamaan lainnya baik berbentuk kas maupun non kas sebagai hasil aktivitas pengumpulan Amil Zakat

serta penempatan/pengelolaan dana tersebut (Forum Zakat, 2012).

5. Penyaluran adalah pengurangan sumber daya dalam bentuk Zakat, Infak/sedekah dan dana sosial

keagamaan lainnya baik berupa kas maupun non kas dalam rangka pendistribusian dan pendayagunaan

kepada mustahik/penerima manfaat serta pengurangan sebagai konsekuensi pengelolaan dana (Forum

Zakat, 2012).

2.6. Penelitian Sebelumnya

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi acuan bagi penulis untuk lebih mengembangkan

dari penelitian sebelumnya. Diantaranya yaitu Najah (2010), Aprianis (2011), Fadilah (2011), Sari (2012),

Rahmawati (2012) dan Carnavian (2013). Pada penelitian Najah, Sari, Rahmawati dan Carnavian mengenai

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 6: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

penerapan akuntansi zakat pada Badan Amil Zakat, sedangkan penelitian Aprianis dan Fadilah mengenai

pengendalian internal di Lembaga Amil Zakat.

3. Metode Penelitian 3.1. Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian sebagai langkah-langkah dalam melakukan penelitian bertujuan supaya pelaksanaan

penelitian lebih sistematis dan terarah. Penelitian ini bersifat studi kasus untuk meneliti akuntansi pada Lembaga

Amil Zakat di Yayasan Z. Menurut Sekaran (2011), studi kasus bersifat kualitatif, berguna dalam menerapkan

solusi untuk masalah saat ini yang didasarkan pada pemecahan masalah penelitian sebelumnya. Studi kasus

umumnya kualitatif dan seringkali digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan manajerial.

Tahapan penelitian terdiri dari identifikasi masalah, landasan teori, pengumpulan data, wawancara, hasil

dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Seperti dibawah ini:

1. Melakukan identifikasi masalah atau topik yang ingin diangkat oleh Penulis mengenai penerapan aturan

PSAK 109 dan PSAK terkait mengenai laporan keuangan dan akun-akun persedian, investasi, aset tetap,

penerimaan dan penyaluran.

2. Menyusun landasan teori yang menjadi dasar pembahsan tentang zakat dan peraturannya serta akuntansi

zakat yang didukung dengan teori-teori dari beberapa buku dan jurnal yang didapatkan.

3. Mengumpulkan data dan informasi dari para narasumber (wawancara) terkait penerapan PSAK 109 tentang

akuntansi zakat dan infak/sedekah dan PSAK lainnya yang berkaitan dengan akun-akun yang diteliti.

4. Melakukan analisis data keuangan dan informasi lain yang diperoleh dari Yayasan Z untuk mengetahui

penerapan akuntansi yang dilakukan telah atau belum sesuai dengan PSAK 109 dan PSAK yang berkaitan

lainnya. Terakhir, melakukan analisis deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan atas penelitian yang

dilakukan Penulis ini.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Selanjutnya akan

dijelaskan masing-masing di bawah ini:

1. Data Primer. Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung pada objek penelitian. Data primer yang

digunakan diperoleh dari metode wawancara.

2. Data Sekunder. Data tersebut bisa berasal dari internal dan eksternal organisasi dan dapat diakses melalui

internet, penelusuran dokumen atau publikasi informasi. Data sekunder yang digunakan meliputi:

- Profil Yayasan Z

- Struktur Organisasi

- Laporan Keuangan

Lembaga amil zakat (LAZ) yang dijadikan sebagai objek penelitian oleh Penulis adalah Yayasan Z. Penulis

memilih LAZ ini karena bersifat terbuka untuk memberikan kesempatan kepada Penulis melakukan eksplorasi

terkait pencatatan akuntansi dari laporan keuangan sampai dengan ke akun-akun yang menjadi penelitian. Hal

tersebut yang menjadi pertimbangan Penulis di dalam pemilihan sampel.

3.2. Profil Yayasan Z

Yayasan Z didirikan dengan akta notaris pada tahun 1999. Akta ini telah dilaporkan kepada Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan disahkan pada tahun 2000. Yayasan memulai

kegiatannya pada tahun 1999. Yayasan Z telah didaftarkan dalam Daftar Yayasan/Badan Sosial ke Dinas Sosial

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 7: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada tahun 2000 dengan ijin operasi di bidang penanganan

masalah sosial kemanusiaan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, Yayasan Z telah resmi ditetapkan

sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Selain itu Yayasan Z juga telah ditetapkan sebagai lembaga yang

menerima pembebasan bea masuk dan cukai berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia. Pada tahun 2008, Yayasan Z teregister sebagai NGO in Special Consultative Status with the

Economic and Social Council of The United Nations. Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik

Indonesia, Yayasan Z mempunyai lingkup kerja secara nasional sebagai organisasi sosial yang bergerak di

bidang kesejahteraan sosial.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Format Laporan Keuangan

Penelitian atas format laporan keuangan dilakukan dengan cara membandingkan Laporan keuangan

Yayasan Z dengan format laporan berdasarkan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah, PSAK 2

tentang Laporan Arus Kas, dan PSAK-PSAK yang terkait. Di dalam PSAK 109 disebutkan laporan keuangan

Amil Zakat terdiri dari laporan poisisi keuangan, laporan perubahan dana zakat, laporan perubahan dana

infak/sedekah, laporan perubahan dana amil, laporan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan. Namun laporan arus kas tidak secara detail informasi penulisan formatnya karena dipersamakan

dengan PSAK 2 tentang laporan arus kas. Perbandingan laporan keuangan tersebut dapat dilihat pada tabel 2

dibawah ini.

Tabel 2 Perbandingan Laporan Keuangan

No. Nama Laporan pada Laporan Keuangan

PSAK 109 Yayasan Z

1 Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan

2 Laporan Perubahan Dana Zakat Laporan Perubahan Dana Zakat

3

Laporan Perubahan Dana

Infak/Sedekah

Laporan Perubahan Dana Infak

4 Laporan Perubahan Dana Amil Laporan Perubahan Dana Pengelola

5 n/a Laporan Perubahan Dana Wakaf

6 n/a Laporan Perubahan Dana Fasum dan Fasos

7 Laporan aset Kelolaan Laporan aset Kelolaan

8 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas

9 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan

Sumber: olahan sendiri

Secara substansi isi laporan keuangan, Yayasan Z telah mengikuti PSAK 109. Namun pada keterangan n/a

atau not applicable maksudnya Yayasan Z melakukan pengembangan terhadap laporan perubahan dana dan

dalam PSAK 109 tidak diatur, yaitu penambahan laporan perubahan dana wakaf dan dana non halal. Secara

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 8: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

substansi, laporan perubahan dana wakaf dan dana fasum dan fasos telah mengikuti format laporan perubahan

dana zakat dan infak/sedekah, yaitu terdiri dari penerimaan, penyaluran, surplus (defisit), saldo awal, dan saldo

akhir. Dana wakaf merupakan dana yang diterima dari aktivitas wakaf dan juga terdapat bagi hasil dari wakaf

dari penempatan dana wakaf (penerimaan bagi hasil dari investasi perumahan karyawan) dan disalurkan sesuai

kebijakan Yayasan Z. Dana fasum dan fasos merupakan dana yang diperoleh dari dana fasilitas umum dan bunga

bank konvensional yang disalurkan ke untuk fasilitas umum. Yayasan Z juga mengganti nama Laporan

Perubahan Dana Amil menjadi Laporan Perubahan Dana pengelola.

Paporan posisi keuangan, diketahui bahwa pos-pos akun yang disajikan pada laporan posisi keuangan

Yayasan Z terdiri atas kas dan setara kas, piutang, investasi, aset tetap dan akumulasi penyusutan, saldo dana

zakat, infak, pengelola, wakaf, dan infak umum. Keterangan n/a atau not applicable pada kolom Yayasan Z di

atas maksudnya Yayasan Z tidak memiliki hutang atau biaya yang masih harus dibayar kepada pihak lain serta

tidak memiliki liabiltas imbalan kerja. Pada n/a di kolom PSAK 109 maksudnya tidak ada saldo dana wakaf,

fasilitas umum dan infak umum pada saldo dana di PSAK 109. Namun pada Yayasan Z saldo dana tersebut

merupakan hasil dari dana yang belum tersalurkan dari dana wakaf, dana fasum dan fasos, dan infak tidak

terikat.

Pada Laporan perubahan dana zakat dan infak/sedekah, Bagian Amil atas penerimaan dana zakat di kolom

Yayasan Z dan n/a di PSAK 109 karena pada PSAK 109 bagian amil tersebut masuk sebagai penyaluran dana ke

delapan asnaf, salah satunya amil. Bagian amil atas penerimaan dana pada Yayasan Z dicatat sebagai pengurang

penerimaan. Begitu pula pada laporan peubahan dana infak/sedekah, Bagian Amil atas penerimaan dana infak

terikat dan tidak terikat pada kolom Yayasan Z ada, tetapi pada PSAK 109 not applicable atau tidak ada.

Sedangkan pada kolom PSAK 109 terdapat penyaluran untuk amil tetapi pada Yayasan Z tidak ada. Ini

dikarenakan Yayasan Z mencatat bagian amil atas penerimaan dana sebagai pengurang dari penerimaan dana,

sedangkan menurut PSAK bagian amil tersebut disajikan sebagai penyaluran dana. Kesimpulannya Yayasan Z

tidak sesuai dengan PSAK 109 dalam penyajian dana untuk amil di laporan perubahan dana zakat dan dana

infak/sedekah.

Pada laporan aset kelolaan menurut PSAK 109, aset kelolaan dibagi menjadi dua, yaitu aset lancar kelolaan

dan aset tidak lancar kelolaan, dimana aset kelolaan tersebut dapat diperoleh dari dana zakat dan infak/sedekah.

Sedangkan pada Yayasan Z, aset kelolaan juga dibagi menjadi dua, yaitu aset lancar keloaan dan aset tidak

lancar kelolaan. Namun aset lancar kelolaan diperoleh dari dana wakaf dan aset tidak lancar kelolaan dari dana

infak/sedekah. Pada Yayasan Z, aset lancar kelolaan berupa investasi perumahan karyawan dan aset tidak lancar

kelolaan merupakan aset tetap.

Berdasarkan PSAK 2 tentang laporan arus kas terdiri dari arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan

pendanaan. Yayasan Z memakai metode langsung untuk arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas dari aktivitas

investasi terdiri dari pembelian dan penjualan aset tetap serta penanaman dan penjualan investasi. Pada kolom

Yayasan Z terdapat n/a di aktivitas pendanaan karena Yayasan Z tidak memerlukan pendanaan untuk

menunjang kegiatannya.

Dari PSAK 109 diketahui bahwa catatan atas laporan keuangan pada entitas pengelola zakat merujuk pada

PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Setiap pos dalam Neraca, Laporan Perubahan Dana

Zakat, Infak/sedekah, Wakaf, Fasum dan fasos, dan Dana Pengelola, dan Laporan Arus Kas, harus berkaitan

dengan informasi yang terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan pada Yayasan Z telah

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 9: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

sesuai dengan PSAK 101 paragraf 82, yaitu mengungkapkan dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang

diterapkan, informasi pendukung pos-pos laporan keuangan, dan pengungkapan lain termasuk kontinjensi,

komitmen, dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

4.2. Pencatatan Akuntansi

Pencatatan (jurnal) akuntansi penting untuk proses masukan (input) yang digunakan entitas agar

memperoleh keluaran (output) yang berguna bagi manajemen. Yayasan Z memiliki software keuangan/akuntansi

untuk mempermudah pencatatan, sehingga laporan yang dihasilkan terintegrasi antar cabang dan divisi.

1) Persediaan

Persediaan pada Amil Zakat merupakan penerimaan dalam bentuk barang yang habis pakai. Adapun barang

yang diterima dari donatur merupakan sumbangan yang harus segera diberikan kepada penerima yang

berhak.

Jurnal standar untuk akun persediaan, yaitu:

- Jurnal saat pembayaran atas pengadaan persediaan

Penerimaan zakat dan infak/sedekah yang diterima dalam bentuk uang yang dikategorikan sebagai

penerimaan yang terikat untuk tujuan tertentu. Misalnya Yayasan Z diharuskan membeli obat-obatan

P3K bagi korban bencana, maka obat-obatan P3K adalah persediaan. Pencatatan ini telah sesuai

dengan Forum Zakat (2012). Misalnya penerimaan donasi berbentuk uang agar dibelikan selimut

untuk korban bencana sebesar Rp10.000.000. Setelah diterima dananya, maka Yayasan Z

membelanjakan uang tersebut sesuai tujuan donatur, yaitu pembelian selimut dan dicatat sebagai

persediaan. Jurnalnya seperti di bawah ini:

(Dr) Kas/Bank 10.000.000

(Cr) Penerimaan Donasi - Infak 10.000.000

(Dr) Persediaan – selimut 10.000.000

(Cr) Kas/Bank 10.000.000

- Jurnal saat penerimaan persediaan

Apabila Yayasan Z menerima donasi dalam bentuk barang persediaan sehingga langsung dicatat

sebagai persediaan di debit dan penerimaan di kredit. Persediaan yang paling sering diterima dari

donatur dalam bentuk barang untuk bantuan bencana seperti mie instan, selimut, pakaian dan lainnya.

Pencatatan ini telah sesuai dengan Forum Zakat (2012). Misalnya terdapat penerimaan berupa mie

sebanyak 100 kardus untuk korban bencana. Harga per kardus sebesar Rp 25.000. Mie tersebut dicatat

sebagai persediaan. Maka jurnalnya seperti di bawah ini:

(Dr) Persediaan – mie 2.500.000

(Cr) Penerimaan Donasi - Infak 2.500.000

- Jurnal saat penyaluran persediaan

Penyaluran bantuan apabila persediaan tersebut disalurkan kepada yang berhak menerima, misalnya

korban bencana. Pencatatan persediaan di kredit dan penyaluran di debit. Pencatatan ini telah sesuai

dengan Forum Zakat (2012). Penyaluran atas persediaan berupa mie sebanyak 100 kardus untuk

korban bencana. Harga per kardus sebesar Rp 25.000. Maka jurnalnya seperti di bawah ini:

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 10: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

(Dr) Penyaluran Bantuan - Infak 2.500.000

(Cr) Persediaan – Mie 2.500.000

Persediaan disajikan pada Laporan Posisi Keuangan berdasarkan nilai fisik dari persediaan per tanggal

laporan. Bila terdapat perbedaan nilai buku dengan nilai fisik (secara jumlah) maka dilakukan penyesuaian

di akhir periode. Rincian dari persediaan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Investasi

Investasi pada Yayasan Z menggunakan metode biaya. Hal ini ditandai dengan mencatat penerimaan bagi

hasil saat distribusi dari investee, dan tidak mencatat laba atau rugi yang dilaporkan oleh investee. Sehingga

investasi pada Amil Zakat tidak mengikuti PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi.

Dibawah adalah jurnal yang dilakukan terkait transaksi investasi, yaitu:

- Jurnal saat pembentukan dan penambahan investasi

Jurnal untuk penanaman investasi yaitu langsung mencatat investasi di debit dan pengeluaran kas di

kredit. Pengeluaran uang tersebut untuk investee sebagai modal yang diberikan oleh Yayasan Z.

Misalnya Yayasan Z berinvestasi pada Klinik di daerah Jakarta Timur. Yayasan Z menanamkan

modal sebesar Rp200.000.000 dengan perjanjian bahwa setiap tahunnya akan diberikan bagi hasil

sebesar 10% dari laba bersih klinik tersebut. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Investasi 200.000.000

(Cr)

Kas/Bank 200.000.000

- Jurnal saat bagi hasil investasi

Yayasan Z mencatat distribusi uang masuk yang dibagikan oleh investee sebagai penerimaan bagi

hasil di kredit dan kas atau bank di debit (apabila berbentuk uang). Bagi hasil tersebut menggunakan

metode biaya, sehingga tidak mengurangi nilai investasi. Bagi hasil tersebut telah ditentukan melalui

kesepakatan antara investee dengan Yayasan Z. Misalnya dari Klinik, laba bersih klinik adalah

Rp100.000.000 selama setahun, maka bagi hasilnya sebesar 10% dari laba bersih atau Rp10.000.000

seperti di bawah ini:

(Dr) Kas 10.000.000

(Cr)

Penerimaan bagi hasil atas penempatan

zakat/pengelolaan (infak/sedekah/hibah)

10.000.000

- Jurnal penarikan/penjualan investasi dengan keuntungan

Saat prospek usaha investee kurang memuaskan, maka pihak manajemen dengan pengurus Yayasan Z

melakukan rapat untuk menilai ulang usaha investee. Setelah disetujui untuk penarikan investasi,

maka investasi dicatat di sisi kredit sebagai pengurangan, dan kas di sisi debit sebagai penambah uang

masuk. Yayasan Z dapat menjual investasinya ke pihak lain atau melakukan penarikan investasi.

Apabila terdapat lebih uang yang diterima oleh Yayasan Z dari penjualan/penarikan maka akan

menambah keuntungan penjualan, dicatat pada penerimaan dana pada Laporan Perubahan Dana sesuai

dengan jenis dana saat perolehan. Misalnya perolehan awal dana berasal dari wakaf, maka keuntungan

tersebut dicatat pada penerimaan dana wakaf. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Kas xxx

(Cr)

Keuntungan penjualan/penarikan investasi xxx

(Cr)

Investasi xxx

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 11: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Namun sejak Yayasan Z berdiri, belum pernah terjadi penjualan investasi ke pihak lain dan belum

pernah terjadi penarikan investasi dengan keuntungan. Berdasarkan wawancara, diperoleh informasi

bahwa penarikan investasi dilakukan apabila usaha investee menunjukkan kerugian terus menerus.

Jumlah uang yang ditarik dari investee bisa kembali seratus persen (100%) atau bahkan bisa kurang.

- Jurnal penarikan/penjualan investasi kembali 100%

Misalnya Yayasan Z berinvestasi pada koperasi, dikarenakan koperasi tersebut terus menerus

mengalami kerugian, maka Yayasan Z akan melakukan penarikan investasi. Dan koperasi tersebut

menyetujui akan mengembalikan 100% modal awal yang diberikan kepada Yayasan Z sebesar

Rp100.000.000. Jurnalnya adalah:

(Dr) Kas 100.000.000

(Cr)

Investasi 100.000.000

- Jurnal penarikan/penjualan investasi dengan kerugian

Apabila uang yang diterima oleh Yayasan Z lebih kecil dari nilai penjualan/penarikan investasi, maka

akan akan terjadi kerugian. Apabila kerugian normal, dicatat sebagai penyaluran dana di laporan

perubahan dana. Misalnya perolehan awal dana berasal dari wakaf, maka kerugian tersebut dicatat

pada penyaluran dana wakaf. Misalnya Yayasan Z berinvestasi pada koperasi, dikarenakan koperasi

tersebut terus menerus mengalami kerugian, maka Yayasan Z akan melakukan penarikan investasi.

Dan koperasi tersebut menyetujui akan mengembalikan 75% modal awal yang diberikan kepada

Yayasan Z sebesar Rp100.000.000. Jurnalnya adalah:

(Dr) Kas 75.000.000

(Dr) Rugi penarikan/penjualan investasi 25.000.000

(Cr)

Investasi

100.000.000

Apabila kerugian atas kelalaian amil, dicatat sebagai penyaluran dana amil/pengelola di laporan

perubahan dana pengelola. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Kas 75.000.000

(Dr) Rugi penjualan investasi (amil) 25.000.000

(Cr)

Investasi

100.000.000

- Investasi dibuat penyesuaian pada akhir periode yang bertujuan untuk pengukuran nilai wajar. Apabila

nilai wajar akhir periode lebih tinggi dari nilai buku, maka selisih lebih penilaian tersebut sebagai

penambah nilai investasi dan dicatat pada penerimaan dana pada Laporan Perubahan Dana sesuai

dengan jenis dana saat perolehan. Misalnya perolehan awal dana berasal dari wakaf, maka selisih

lebih tersebut dicatat pada penerimaan dana wakaf. Contohnya apabila memiliki investasi pada

perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index, dan nilai wajar saat akhir tahun dari Rp100.000.000

menjadi Rp125.000.000. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Investasi 25.000.000

(Cr)

Selisih lebih penilaian

25.000.000

Apabila nilai wajar akhir periode lebih rendah dari nilai buku, maka selisih lebih penilaian tersebut

sebagai pengurang nilai investasi dan dicatat pada penyaluran dana pada Laporan Perubahan Dana

sesuai dengan jenis dana saat perolehan. Misalnya perolehan awal dana berasal dari wakaf, maka

selisih lebih tersebut dicatat pada penyaluran dana wakaf. Contohnya apabila memiliki investasi pada

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 12: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index, dan nilai wajar saat akhir tahun dari Rp100.000.000

menjadi Rp75.000.000. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Selisih kurang penilaian 25.000.000

(Cr) Investasi 25.000.000

Namun, Yayasan Z tidak mengakui adanya nilai wajar pada akhir periode. Sehingga jurnal diatas tidak

digunakan.

Investasi disajikan pada Laporan Posisi Keuangan pada Aset tidak Lancar dan pada Laporan Perubahan

Aset Kelolaan.

3) Aset Tetap

Aset tetap pada Yayasan Z memiliki kriteria yang sama dengan standar akuntansi, yaitu PSAK 16 tentang

Aset Tetap. Namun perbedaannya terletak pada aset tidak lancar kelolaan, karena pada PSAK 16 tidak

menjelaskan mengenai aset tidak lancar kelolaan. Aset tidak lancar kelolaan merupakan aset tetap yang

diterima oleh Amil Zakat sehubungan dengan penerimaan donasi.

Pencatatan aset tetap dibagi menjadi dua, yaitu aset tetap dan aset tetap kelolaan. Aset tetap berasal dari

dana amil maupun pemberian wakaf dan infak tidak terikat dari donatur. Sedangkan aset tetap kelolaan

berasal dari zakat dan infak terikat dari donatur. Aset tetap dicatat senilai harga perolehan pada Laporan

Posisi Keuangan.

- Jurnal perolehan aset tetap

Pembelian aset tetap berasal dari dana amil atau dana infak dan sedekah tidak terikat. Sedangkan

pembelian aset tetap kelolaan berasal dari dana zakat, infak, dan sedekah yang terikat.

Contohnya yaitu Yayasan Z membeli satu set komputer untuk staf akuntansi sebesar Rp4.000.000

secara tunai dari dana amil. Komputer tersebut dicatat sebagai aset tetap. Maka jurnal perolehan

komputer tersebut:

(Dr) Komputer 4.000.000

(Cr)

Kas/Bank 4.000.000

Contoh pembelian aset tetap kelolaan yang dananya diberikan oleh donatur dalam bentuk infak tunai.

Misalnya pembelian mobil seharga Rp120.000.000 untuk kendaraan operasional di sebuah SD bagi

anak yang berkebutuhan khusus. Mobil tersebut di catat di aset tetap kelolaan. Maka jurnal perolehan

kendaraan adalah:

(Dr) Mobil 120.000.000

(Cr)

Kas/Bank – dana infak 120.000.000

Penerimaan aset tetap dari donasi untuk Amil berupa hibah atau infak tidak terikat. Sedangkan aset

tetap kelolaan berasal dari dana zakat, infak, dan sedekah yang terikat.

Misalnya penerimaan donasi berupa sepeda motor yang nilai pasarnya sebesar Rp10.000.000, yang

diberikan oleh donatur dengan tujuan infak tidak terikat.

(Dr) Sepeda Motor 10.000.000

(Cr)

Penerimaan infak tidak terikat 10.000.000

Penerimaan mobil ambulance dari donatur yang bertujuan untuk dipakai oleh klinik atau rumah sakit

sekitar Yayasan Z, nilai pasarnya Rp90.000.000. Ambulance tersebut dicatat sebagai aset tetap

kelolaan sedangkan penerimaannya dikategorikan sebagai penerimaan infak terikat. Jurnalnya adalah:

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 13: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

(Dr) Ambulance 90.000.000

(Cr)

Penerimaan infak terikat 90.000.000

Perolehan dapat berupa tanah atau bangunan. Bila tanah, digunakan untuk mendirikan gedung kantor

dan bangunan dapat langsung dipakai. Apabila pembelian tanah dibeli sendiri dengan dana amil dibeli

di daerah Jakarta Timur, dimana tanah per meter seharga Rp2.000.000 dengan luas tanah sebesar 120

m2. Tanah dicatat sebagai aset tetap. Maka jurnalnya:

(Dr) Tanah 240.000.000

(Cr)

Kas/Bank 240.000.000

Apabila terdapat tanah yang diberi oleh donatur sehubungan dengan wakaf dan ada perjanjian wakaf

serta surat kepemilikan dari tanah tersebut telah berpindah tangan ke Yayasan Z. Nilai pasar tanah

tersebut sebesar RP150.000/meter seluas 1.000 m2 karena letaknya di daerah Sukabumi dan agak jauh

dari pusat kota. Tujuan diberikan wakaf tanah ini agar dapat dipakai/diolah oleh Yayasan Z. Tanah ini

dicatat sebagai aset tetap kelolaan. Jurnalnya yaitu:

(Dr) Tanah 150.000.000

(Cr)

Penerimaan Wakaf 150.000.000

Kedua tanah ini dicatat sebagai aset tetap, yang satu dicatat sebagai aset tetap (tidak terikat) dan yang

satunya aset tetap kelolaan (terikat). Tujuan dilakukan pemisahan pencatatan aset tetap ini agar lebih

mudah diidentifikasi aset tetap kelolaan-nya pada laporan keuangan, khususnya laporan aset kelolaan.

Kendala bagi Yayasan Z adalah sulitnya mengidentifikasi sertifikat tanah dan bangunan yang dimiliki,

karena penyimpanannnya tidak dipisah antara sertifikat dari aset tetap (tidak terikat) dan aset tetap

kelolaan (terikat). Dan tanah wakaf yang diberikan di daerah yang jauh dari pusat kota, tidak

dipergunakan dan dibiarkan. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan wakaf, yang seharusnya dipakai untuk

orang banyak. Namun berdasarkan wawancara, pihak Yayasan Z menilai lokasi tanah tersebut jauh

dari pusat kota dan belum ada rencana akan dibuat untuk apa.

- Penyusutan aset tetap

Aset tetap disusutkan berdasarkan umur manfaat. Disusutkan per tahun pemakaian/manfaat.

Penyusutan aset tetap dibagi menjadi dua pencatatan, yaitu aset tetap dan aset tetap kelolaan.

Penyusutan aset tetap dicatat pada beban penyusutan di laporan perubahan dana - dana amil.

Akumulasi penyusutan dicatat sebagai pengurang nilai aset tetap disajikan pada Laporan posisi

keuangan. Dari perolehan komputer di atas sebesar Rp4.000.000 dan disusutkan selama lima tahun

dengan metode penyusutan garis lurus. Perhitungannya Rp4.000.000/(5x12) = Rp66.667. Jurnal

penyusutan per bulannya:

(Dr) Beban Penyusutan Komputer 66.667

(Cr)

Akumulasi Penyusutan 66.667

Penyusutan aset tetap kelolaan dicatat sebagai alokasi pemanfaatan aset kelolaan pada penyaluran

infak terikat pada laporan perubahan dana – dana infak/sedekah. Akumulasi penyusutan dicatat

sebagai pengurang nilai aset tetap disajikan pada Laporan posisi keuangan. Pada mobil ambulance,

nilai perolehan sebesar Rp90.000.000. Kebijakan akuntansi pada Yayasan Z, masa manfaat kendaraan

selama lima tahun dengan metode garis lurus. Perhitungannya Rp90.000.000/(5x12) = Rp1.500.000.

Jurnalnya:

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 14: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

(Dr) Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan 1.500.000

(Cr)

Akumulasi Penyusutan

1.500.000

Kebijakan akuntansi untuk ambulance pada aset tetap kelolaan dimaksudkan untuk kemudahan dalam

pencatatan aset tetap, sehingga pencatatan aset tetap terikat maupun tidak terikat dilakukan seragam.

Adapun saat masa manfaat ambulance telah bernilai Rp1, maka ambulance tersebut masih dapat

digunakan, namun pencatatannya masih masuk ke dalam daftar aset tetap kelolaan.

- Penjualan aset tetap

Terdapat perbedaan pencatatan selisih lebih atas penjualan dari nilai bukunya, antara aset tetap dan

aset tetap kelolaan. Apabila aset tetap, maka selisih lebih dicatat sebagai keuntungan. Jurnalnya

sebagai berikut. Misalnya penjualan sepeda motor nilai perolehannya sebesar Rp12.000.000.

Akumulasi penyusutan sebesar Rp6.000.000, maka nilai bukunya (Nilai perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan) Rp6.000.000. Motor ini dijual pada nilai pasar, seharga Rp10.000.000 dan

dibayar tunai. Maka terdapat laba penjualan sebesar Rp.4000.000 disajikan pada penerimaan diluar

usaha di laporan perubahan dana - dana amil.

(Dr) Kas 10.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 6.000.000

(Cr)

Aset Tetap 12.000.000

(Cr)

Laba Penjualan Aset Tetap - Amil

4.000.00

Berdasarkan hasil wawancara, tidak ada penjualan aset tetap kelolaan. Apabila ke depannya akan ada

penjualan, misalnya penjualan sepeda motor nilai perolehannya sebesar Rp12.000.000. Akumulasi

penyusutan sebesar Rp6.000.000, maka nilai bukunya (Nilai perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan) Rp6.000.000. Motor ini dijual pada nilai pasar, seharga Rp10.000.000 dan dibayar tunai.

Maka terdapat laba penjualan sebesar Rp.4000.000 dicatat sebagai penerimaan infak terikat. Maka

jurnalnya akan seperti di bawah ini:

(Dr) Kas 10.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 6.000.000

(Cr)

Aset Tetap 12.000.000

(Cr)

Penerimaan Infak

4.000.000

Selisih kurang atas penjualan dari nilai bukunya dapat mengakibatkan kerugian. Pencatatan kerugian

dari aset tetap dan aset tetap kelolaan berbeda. Misalnya penjualan sepeda motor nilai perolehannya

sebesar Rp12.000.000. Akumulasi penyusutan sebesar Rp6.000.000, maka nilai bukunya (Nilai

perolehan dikurangi akumulasi penyusutan) Rp6.000.000. Motor ini dijual pada nilai pasar, seharga

Rp5.000.000 dan dibayar tunai. Maka terdapat rugi penjualan sebesar Rp1.000.000 dicatat pada

penyaluran yang disajikan di laporan perubahan dana – dana amil. Jurnalnya:

(Dr) Kas 5.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 6.000.000

(Dr) Rugi Penjualan Aset Tetap - Amil 1.000.000

(Cr)

Aset Tetap

12.000.000

Berdasarkan hasil wawancara, tidak ada penjualan aset tetap kelolaan. Apabila ke depannya akan ada

penjualan, misalnya penjualan sepeda motor nilai perolehannya sebesar Rp12.000.000. Akumulasi

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 15: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

penyusutan sebesar Rp6.000.000, maka nilai bukunya (Nilai perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan) Rp6.000.000. Motor ini dijual pada nilai pasar, seharga Rp5.000.000 dan dibayar tunai.

Maka terdapat rugi penjualan sebesar Rp1.000.000 dicatat pada penyaluran infak terikat disajikan di

laporan perubahan dana – dana infak/sedekah. Maka jurnalnya akan seperti di bawah ini.

(Dr) Kas 5.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 6.000.000

(Dr) Penyaluran Infak 1.000.000

(Cr)

Aset Tetap

12.000.000

- Jurnal saat penghapusan/kehilangan aset tetap

Saat aset tetap hilang atau akan dihapuskan dari pembukuan, maka harus menutup akun aset tetap dan

akumulasi aset tetap. Perbedaan antara aset tetap dan aset tetap kelolaan terletak pada nilai buku. Pada

aset tetap, nilai buku dicatat pada penyaluran di laporan perubahan dana – dana amil. Misalnya

kehilangan laptop dan ingin menghapus dari pencatatan karena sudah tidak ada barangnya lagi. Harga

perolehan sebesar Rp5.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp3.000.000, nilai buku sebesar

Rp2.000.000. Maka jurnalnya:

(Dr) Penyaluran amil - nilai buku 2.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 3.000.000

(Cr)

Aset Tetap

5.000.000

Pada aset tetap kelolaan, nilai buku dicatat pada penyaluran infak terikat di laporan perubahan dana –

dana infak/sedekah. Misalnya kehilangan laptop dari aset tetap dari infak terikat. Harga perolehan

sebesar Rp5.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp3.000.000, nilai buku sebesar Rp2.000.000.

Maka jurnalnya:

(Dr) Penyaluran (Zakat/Infak/Sedekah) 2.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan 3.000.000

(Cr)

Aset Tetap

5.000.000

- Pertukaran aset tetap

Pertukaran aset tetap ada yang dengan kas masuk, keluar atau tidak ada kas. Pencatatan antara aset

tetap dan aset tetap kelolaan berbeda pada selisih nilai kas tersebut.

Pertukaran tanpa ada kas masuk dan nilai wajar aset baru lebih tinggi dari aset lama. Misalnya ingin

menjual mobil lama dan menukarnya dengan yang baru. Harga perolehan mobil yang lama sebesar

Rp120.000.000 dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp48.000.000, nilai bukunya Rp72.000.000.

Harga perolehan mobil baru adalah Rp90.000.000. Maka laba penjualan/penukaran mobil lama ke

mobil baru sebesar Rp18.000.000 dicatat sebagai penerimaan diluar usaha di laporan perubahan dana

– dana amil. Jurnal pada aset tetap adalah:

(Dr) Aset Tetap (Baru) 90.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan (Lama) 48.000.000

(Cr)

Aset Tetap (Lama)

120.000.000

(Cr)

Laba penjualan Aset Tetap (Amil)

18.000.000

Pada aset tetap kelolaan, laba pernjualan aset tersebut dicatat sebagai penerimaan dana sesuai

penerimaan dari donatur. Misalnya ingin menjual mobil lama dari dana infak terikat dan menukarnya

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 16: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

dengan yang baru. Harga perolehan mobil yang lama sebesar Rp120.000.000 dengan akumulasi

penyusutan sebesar Rp48.000.000, nilai bukunya Rp72.000.000. Harga perolehan mobil baru adalah

Rp90.000.000. Maka laba penjualan/penukaran mobil lama ke mobil baru sebesar Rp18.000.000

disajikan pada laporan perubahan dana infak sebagai penerimaan infak terikat. Maka jurnalnya:

(Dr) Aset Tetap (Baru) 90.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan (Lama) 48.000.000

(Cr)

Aset Tetap (Lama)

120.000.000

(Cr)

Penerimaan infak

18.000.000

Aset tetap dan aset tetap kelolaan disajikan pada Laporan Posisi Keuangan dan mutasinya pada Laporan

Perubahan Aset Kelolaan.

4) Penerimaan Dana

Penerimaan dana di Amil Zakat dapat dibagi menjadi dua, yaitu dari hasil aktivitas pengumpulan dana dan

dari hasil pengelolaan dana. Penerimaan dana ini dapat berbentuk uang dan dapat pula berbentuk barang.

Penerimaan dana kas dinilai berdasarkan nilai kas yang diterima. Penerimaan non kas dinilai berdasarkan

nilai pasar atau nilai estimasi yang ditetapkan oleh organisasi. Saldo normal akun ini ada di kredit.

- Jurnal saat penerimaan dari aktivitas pengumpulan dana

Penerimaan dana dari aktivitas pengumpulan dana merupakan penerimaan dari jenis zakat, infak,

sedekah dan wakaf. Penerimaan dana ini dapat berbentuk kas dan non kas. Misalkan terdapat

penerimaan dana zakat profesi yag dikumpulkan oleh pegawai di suatu perusahaan sebesar

Rp89.000.000 tunai. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Kas 89.000.000

(Cr)

Penerimaan zakat profesi

89.000.000

Penerimaan dalam bentuk non kas pada Yayasan Z berupa persediaan, barang berharga, aset tidak

lancar kelolaan. Aset tersebut didebit dan penerimaan dana di kredit sesuai dengan jenis dana yang

diberikan oleh donatur. Misalkan penerimaan infak terikat berupa emas 20 gram, nilai wajarnya saat

itu Rp500.000/gram. Total nilai emas tersebut sebesar Rp10.000.000. Jurnalnya seperti di bawah ini.

(Dr) Barang berharga - emas 10.000.000

(Cr)

Penerimaan infak terikat 10.000.000

Yayasan Z pernah menerima wakaf berupa tanah. Tanah dicatat sebagai aset tetap, bukan sebagai aset

kelolaan karena sifatnya tidak terikat. Misalkan mendapat tanah di daerah Depok seluas 100 m2 denga

harga Rp1.000.000/m2 atau nilai wajar tanah sebesar Rp100.000.000. Jurnal atas tanah wakaf tersebut

seperti dibawah ini.

(Dr) Tanah 100.000.000

(Cr)

Penerimaan Wakaf 100.000.000

- Jurnal saat penerimaan dari hasil penempatan/pengelolaan

Penerimaan dana dari hasil penempatan/pengelolaan dana pada Yayasan Z berupa bagi hasil investasi,

bagi hasil dari bank syariah, jasa giro/bunga/non halal lainnya, dan keuntungan penjualan serta

pertukaran aset tetap.

Penerimaan bagi hasil investasi seperti yang dijelaskan pada poin 5.1.2. Investasi, penerimaan bagi

hasil sebagai penambah penerimaan dana dari investasi berasal. Salah satu investasi terbesar pada

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 17: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Yayasan Z berasal dari dana wakaf, sehingga mencatat penerimaan dana wakaf. Misalkan mendapat

bagi hasil dari investasi pada perusahaan konstruksi sebesar Rp30.000.000. Jurnalnya seperti dibawah

ini.

(Dr) Kas 30.000.000

(Cr)

Penerimaan bagi hasil 30.000.000

Penerimaan bagi hasil dari bank syariah merupakan bagi hasil dari penempatan dana di bank syariah

tersebut. Bagi hasil ini dicatat di penerimaan diluar usaha pada laporan perubahan dana - dana

pengelola. Misalkan mendapat bagi hasil dari penempatan pada Bank Syariah A sebesar Rp15.000.

Jurnalnya seperti dibawah ini.

(Dr) Kas 15.000

(Cr)

Penerimaan bagi hasil bank syariah 15.000

Penerimaan Jasa Giro/Bunga/Non Halal Lainnya merupakan penerimaan dari hasil penempatan dana

di bank konvensional. Penerimaan ini dicatat di penerimaan bunga bank konvensional pada laporan

perubahan dana - dan fasum & fasos. Misalkan mendapat bunga dari penempatan dana giro pada

Bank Konvensional B sebesar Rp25.000. Jurnalnya seperti dibawah ini.

(Dr) Kas 20.000

(Cr)

Penerimaan dana tidak sesuai Syariah 20.000

Keuntungan dari penjualan dan pertukaran aset tetap dicatat sebagai penerimaan diluar usaha pada

laporan perubahan dana – dana pengelola. Sedangkan keuntungan dari hasil penjualan dan pertukaran

aset tetap kelolaan dicatat sebagai penerimaan dana yang diperoleh sebelumnya. Misalnya aset tetap

kelolaan tersebut diperoleh dari infak terikat, maka keuntungan dari penjualan aset tetap tersebut

menjadi penerimaan dana infak terikat. Misalnya ingin menjual mobil lama dari dana infak terikat dan

menukarnya dengan yang baru. Harga perolehan mobil yang lama sebesar Rp120.000.000 dengan

akumulasi penyusutan sebesar Rp48.000.000, nilai bukunya Rp72.000.000. Harga perolehan mobil

baru adalah Rp90.000.000. Maka laba penjualan/penukaran mobil lama ke mobil baru sebesar

Rp18.000.000 disajikan pada laporan perubahan dana infak sebagai penerimaan infak terikat. Maka

jurnalnya:

(Dr) Aset Tetap (Baru) 90.000.000

(Dr) Akumulasi Penyusutan (Lama) 48.000.000

(Cr)

Aset Tetap (Lama)

120.000.000

(Cr)

Penerimaan infak

18.000.000

Selisih tukar lebih atas penukaran mata uang asing dan penyaluran dalam mata uang asing. Selisih

tukar lebih dicatat sebagai pendapatan lain-lain pada laporan perubahan dana – dana pengelola. Jurnal

seperti dibawah ini.

(Dr) Kas Rupiah xxx

(Cr)

Selisih Tukar Lebih

xxx

(Cr)

Kas Asing

xxx

Santunan pada fakir miskin merupakan penyaluran zakat, dalam hal ini disalurkan dengan mata uang

asing sebesar nilai rupiah sehingga terjadi konversi mata uang yang menghasilkan selisih tukar lebih.

Jurnalnya seperti dibawah ini.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 18: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

(Dr) Santunan Fakir Miskin xxx

(Cr)

Selisih Tukar Lebih

xxx

(Cr)

Kas Asing

xxx

Penerimaan dana disajikan pada Laporan Perubahan Dana, tergantung jenis dananya, yaitu zakat,

infak/sedekah, wakaf, fasos dan fasum (yang berasal dari bunga bank), dan pengelola (yang berasal dari

hak amil).

5) Penyaluran Dana

Penyaluran dana dibagi menjadi dua, yaitu penyaluran dana untuk aktivitas pendistribusian dan

pendayagunaan, yang kedua yaitu penggunaan dana untuk kegiatan operasional (akun beban dan akun

neraca).

Penyaluran zakat diberikan kepada delapan asnaf, yaitu fakir, miskin, amil, riqab, gharim, fi sabilillah, ibnu

sabil, dan muallaf. Pada zaman sekarang, gharim atau budak belian sudah tidak ada lagi, sehingga

penyaluran kepada gharim tidak diberlakukan.

Penggunaan dana kas dinilai berdasarkan nilai kas yang dikeluarkan. Penggunaan dana non kas dinilai

berdasarkan nilai historis. Saldo normal akun penyaluran dana adalah akun debit.

- Jurnal saat penyaluran dana untuk aktivitas pendistribusian dan pendayagunaan

Penyaluran dana merupakan pendistribusian zakat, infak, sedekah dan wakaf kepada yang berhak.

Penyaluran dana disajikan sesuai dengan jenis dana yang diterima, dapat berupa kas dan non kas.

Misalkan penyaluran zakat kepada fakir dan miskin sebesar Rp50.000.000 di daerah Jakarta Pusat

sebanyak 100 keluarga. Penyaluran berupa kas, jurnalnya seperti dibawah ini.

(Dr) Penyaluran (sesuai dengan jenis dana) 50.000.000

(Cr)

Kas

50.000.000

Penyaluran non kas berupa persediaan yang diberikan oleh donatur untuk diberikan kepada yang

berhak. Biasanya pada Yayasan Z menerima persediaan untuk korban bencana dan menyalurkan

langsung melalui program Yayasan Z ke korban tersebut. Misalkan Yayasan Z menerima beras dari

masyarakat untuk tujuan zakat fitrah. Sebelum lebaran, Yayasan Z harus menyalurkan beras. Misalkan

harga beras Rp8.000/kg, penerimaan sebanyak 10.000 kg totalnya Rp80.000.000. Jurnalnya seperti

dibawah ini.

(Dr) Penyaluran (sesuai dengan jenis dana) 80.000.000

(Cr)

Persediaan

80.000.000

Penyusutan, penjualan, dan pertukaran aset tetap telah dibahas pada aset tetap.

Namun terdapat beberapa hal yang tidak dibuat dalam Pedoman SIA Yayasan Z, seperti selisih kurang

penilaian persediaan dan pengakuan beban yang belum dibayar. Sedangkan penyusutan atas aset

tetap/kelolaan, hasil pertukaran aset lebih rendah dari nilai bukunya, dan hasil penjualan aset lebih

rendah dari nilai bukunya telah ada di dalam pencatatan (jurnal) akuntansi pada akun aset tetap.

Penyaluran dana disajikan pada Laporan Perubahan Dana tergantung penyaluran dari dana tersebut

diterima.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 19: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti format laporan keuangan pada Yayasan Z apakah telah sesuai

dengan standar akuntansi keuangan. Selain itu untuk meneliti pencatatan (jurnal) akuntansi atas persediaan,

investasi, aset tetap, penerimaan dan penyaluran zakat.

Kesimpulan pertama dari hasil penelitian dan analisis yaitu laporan keuangan yang dihasilkan oleh Yayasan

Z telah sesuai dengan PSAK 109, yaitu Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana, dan Laporan Aset

Keloalaan. Kecuali pada laporan perubahan dana zakat dan infak/sedekah. Yayasan Z mencatat bagian amil atas

penerimaan dana sebagai pengurang dari penerimaan dana, sedangkan menurut PSAK bagian amil tersebut

disajikan sebagai penyaluran dana. Jadi, penyajian laporan perubahan dana zakat dan dana infak/sedekah pada

Yayasan Z tidak sesuai dengan PSAK 109.

Laporan Arus Kas telah sesuai dengan PSAK 2 revisi 2009 tentang Laporan Arus Kas. Catatan atas

Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Pencatatan (jurnal) akuntasi pada akun persediaan, investasi, aset tetap, penerimaan dan penyaluran bahwa

secara keseluruhan pencatatan tersebut telah sesuai dengan PSAK 109 dan PSAK terkait. Namun, pencatatan

(jurnal) akuntasi pada akun investasi kurang sesuai karena tidak membuat jurnal penyesuaian nilai wajar pada

akhir periode. Selain itu pada pencatatan (jurnal) akuntasi akun penyaluran dana, terdapat dua hal yang tidak

dibuat dalam Pedoman SIA Yayasan Z, yaitu selisih kurang penilaian persediaan dan pengakuan beban yang

belum dibayar.

5.2. Saran

Saran untuk pembuat kebijakan (pemerintah, MUI, dan IAI) agar bersama-sama menentukan batasan

berapa persen bagian yang dapat diambil oleh amil zakat untuk infak, sedekah, dan wakaf. Hal ini akan

memberikan keseragaman bagi para amil zakat sehingga transparansi dana-dana tersebut bagi para pemangku

kepentingan.

Selain itu, saran untuk Yayasan Z agar dapat melakukan hal sebagai berikut:

1. Yayasan Z menilai investasi sebesar nilai wajarnya pada akhir periode.

2. Yayasan Z dapat melengkapi Buku Pedoman Sistem Informasi Akuntansi untuk akun Penyaluran.

3. Yayasan Z menyajikan dana untuk amil pada Laporan Perubahan Dana sesuai dengan PSAK 109.

5.3. Keterbatasan dan Saran untuk Peneliti Lain

Penelitian ini terbatas pada satu Amil Zakat, sehingga belum dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi di

semua Amil Zakat telah sesuai PSAK-PSAK yang berkaitan. Semoga para peneliti lain dapat membuat

penelitian yang lebih baik agar transparansi dan pertanggungjawaban yang dibuat oleh Amil Zakat dapat lebih

dipercaya oleh masyarakat dan para pembuat kebijakan.

Daftar Referensi Abubakar, Al Yasa. (Februari, 2010). Kewajiban Zakat dalam Alquran dan Hadis. arafat_hs.November 17, 2011.

http://www.zisindosat.com/kewajiban-zakat-dalam-alquran-dan-hadis/

Al-Jawi, Muhammad Shiddiq. (28 Mei, 2010). Menginvestasikan Zakat (Istitsmar Az-Zakat), Bolehkah? 31 Mei,

2010. http://khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=747

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013

Page 20: AKUNTANSI PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT Studi Kasus pada …

Al-Quranul Karim dan terjemahannya. Tafsir.

Aprianis, Elvi. (2011). Evaluasi Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Zakat Infak

sodaqoh pada Lembaga Amil Zakat.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2011). PSAK No.45 Revisi. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2011). PSAK No.16 Revisi. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2007). PSAK No.104. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2007). PSAK No.105. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2007). PSAK No.107. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2010). PSAK No.109. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Draft Prosedur Mutu Yayasan Z.

Fadilah, Sri. (2011). Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality Management Terhadap

Penerapan Good Governance (Studi pada Lembaga Amil Zakat Seluruh Indonesia). Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh: SNA XIV Aceh 2011.

Kieso, Donald E. et al. (2010). Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. United States of America: John

Wiley & Sons Inc.

Kintabuana, Kardita Lc, MA. (November, 2009). Hukum Menginvestasikan Dana Zakat. 11 November 2009.

http://www.rumahzakat.org/hukum-menginvestasikan-dana-zakat/

Kustiawan, Teten dkk. (2012). Pedoman Akuntansi Amil Zakat. Jakarta: Forum Zakat (FOZ).

Nahaba, Budi. (2012). Potensi Zakat Bisa Capai Rp 300T Per Tahun. 6 Agustus 2012.

http://www.voaindonesia.com.

Najah, Alfiatun. (2010). Analisis Penerapan Akuntansi Zakat pada Organisasi Pengelola Zakat (Studi Kasus

Badan Amil Zakat Daerah Wonogiri).

Qardawi, Yusuf. (1984). Atsar al-Zakat lil afrad wa al-mujtamaat, paper dalam seminar Zakat I tahun 1984

Pedoman Sistem Informasi Akuntansi Yayasan Z

Rahmawati, Qallifa Febri. (2012). Persiapan Lembaga Amil Zakat Menghadapi Penetapan PSAK No.109 dan

Fatwa Zakat 2011: Studi Kasus Tiga Lembaga Amil Zakat di Indonesia.

Romney, Marshall B. dan Paul J. Steinbart. (2012). Accounting Information Systems, 12th Edition. USA:

Pearson Education Limited.

Sabiq, Sayyid. (2010). Fiqih Sunah Sayyid Sabiq Jilid 1 dan 2. Jakarta: Al-I'Tishom.

Sekaran, Uma & Roger Bougie. (2010). Research Methods for Bussiness. United Kingdom: John Wiley & Sons

Ltd.

Syamsuddin, Hatta. (2013). Terjemahan Undang-Undang Zakat Sudan tahun 2001. www.indonesiaoptimis.com

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Wilkinson, Joseph et al. (2002) Accounting Information Systems: Essential Concepts and Applications, 4th

Edition. USA: John Wiley & Sons.

Akutansi Pada..., Nurul Adilla, FE UI, 2013