AKUNTANSI MUSYARAKAH

15
AKUNTANSI MUSYARAKAH Oleh : Fadhol

description

Tinjauan Akuntansi

Transcript of AKUNTANSI MUSYARAKAH

Page 1: AKUNTANSI MUSYARAKAH

AKUNTANSI MUSYARAKAH

Oleh : Fadhol Mubarak

Page 2: AKUNTANSI MUSYARAKAH

AKUNTANSI MUSYARAKAH

A. Pengertian MusyarakahSecara bahasa musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti percampuran atau

persekutuan dua orang atau lebih sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dibedakan. Al-musyarakah/musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan amal/tenaga (keahlian) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dewan Syariah Nasional dan PSAK 106 mendefinisikan sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan dan kerugian berdasarkan proporsi kontribusi dana. Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.

Musyarakah terbagi kedalam dua jenis yaitu musyarakah kepemilikan (syirkatul amlak/syirkah al milk) dan musayarakah akad (syirkatul uqud). Musyarakah kepemilikan terjadi apabila dua orang atau lebih memiliki kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu kekayaan (asset) dengan salah satu sebab kepemilikan seperti jual beli, hibah, warisan atau sebab lainnya. Contoh musyarakah kepemilikan yaitu kepemilikan sebuah rumah yang dibeli oleh dua orang atau lebih. Dalam hal ini, masing masing pihak harus berbagi kepemilikan atas rumah tersebut berikut pendapatan yang dapat dihasilkannya sesuai dengan proporsi masing-masing sampai mereka memutuskan untuk membagi atau menjualnya. Untuk menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan keputusan yang menyangkut harta bersama harus mendapat persetujuan bersama semua mitra.

Musyarakah akad (syirkah al-uqud) merupakan kemitraan yang tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju untuk bersekutu (berbagi) dalam modal dan keuntungan. Setiap mitra dapat berkontribusi dengan modal atau dengan bekerja. Berbeda dengan musyarakah kepemilikan, dalam musyarakah akad, setiap mitra dalam perikatan ini dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya. Musyarakah akad dapat dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu: Syirkah Abdan (Syirkah Fisik)

Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan, misalnya kerja sama antara para akuntan, dokter dan lainnya. Keahlian para mitra dalam perikatan ini dapat sama atau berbeda. Syirkah abdan disebut juga sebgai syirkah a’mal (syirkah kerja), syirkah sana’i (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerimaan).

Syirkah WujuhSyirkah wujuh adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik tanpa menyertakan modal. Mereka menjalankan usaha berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi dan credit worthiness. Dalam syirkah wujuh, setiap pihak yang terlibat menjadi penjamin dan agen bagi mitra lainnya.

Syirkah ‘Inan (negosiasi)Syirkah ‘inan adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya tidaklah sama, baik dalam modal ataupun pekerjaan. Dalam Syirkah ‘Inan setiap mitra yang terlibat hanya sebagai agen dan terbatas hanya pada hubungan antar pihak. Setiap mitra dalam kerja sama ini juga bukan merupakan penjamin bagi mitra lainnya.

Syirkah MufawwadhahSyirkah mufawwadhah merupakan bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat didalamnya harus sama dalam hal modal, pekerjaan, keuntungan maupun risiko kerugian. Masing-masing mitra dalam syirkah mufawwadhah memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi dan atas nama pihak yang lain.

Fadhol Mubarak Page 1

Page 3: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Berdasarkan perubahan porsi dana para mitra, musyarakah dapat dibagi dalam dua kategori yaitu musyarakah permanen dan musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisah). Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditenyukan saat akad danjumlahnya tetap hingga masa akhir akad sedangkan musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. Pembagian musyarakah berdasarkan porsi dana ini merupakan pembagian musyarakah yang juga dianut oleh PSAK.

B. Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah Prinsip dasar yang harus dikembangkan dlam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sma

antara pihak-pihak yang terkait demi kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam akad musyarakah (rukun) ada empat hal yang terdiri dari pelaku, objek musyarakah, ijab kabul dan nisbah keuntungan.

Ketentuan syariah yang mengatur tentang rukun transaksi musyarakah dijelaskan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 08/DSN-MUI/IV/2000. Secara singkat fatwa yang berkaitan dengan rukun transaksi musyarakah dapat dijelaskan sebagai berikut: Pelaku (Transaktor) : Para pelaku harus cakap hukum dan baligh Objek Musyarakah meliputi dua aspek yaitu modal dan kerja

Modala) Modal yang diberikan dapat berbentuk kas dan/atau asset non kas. Modal kas dapat berupa

uang tunai, emas/perak dan setara kas lainnya. Jika modal berbentuk asset non kas, harus terlebih dahulu ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan disepakati bersama,

b) Modal yang diserahkan para mitra harus dicampur, tidak diperbolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus,

c) Mitra tidak boleh meminjam dan meminjamkan uang, menyumbang atau menghadiahkan uang atas nama usaha musyarakah, kecuali mitra lain telah menyepakatinya,

d) Seorang mitra tidak diijinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal musyarakah untuk kepentingannya sendiri,

e) Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal karena musyarakah didasarkan prinsip “hak untuk mendapatkan keuntungan berhubungan dengan risiko yang diterima”. Namun, seorang mitra dapat meminta mitra lain untuk memberikan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakukan kelalaialan atau kesalahan yang disengaja,

f) Modal yang digunakan dalam musyarakah tidak boleh digunakan untuk membiayai transaksi yang dilarang oleh syariah.

Kerjaa) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah. Seorang

mitra boleh melaksanakan pekerjaan yang lebih dari mitra lainnya dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan.

b) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranyac) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan prinsip syariahd) Seorang mitra yang mengerjakan pekerjaan diluar wilayah tugas yang disepakati, maka ia

berhak mempekerjakan orang lain dan jika ia sendiri yang mengerjakannya maka ia berhak menerima upah

e) Jika seorang mitra mempekerjakan orang lain untuk melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya maka biaya yang timbul harus ia tanggung sendiri.

Ijab Kabul

Fadhol Mubarak Page 2

Page 4: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Ijab kabul dalam transaksi musyarakah harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Akad selanjutnya dituangkan secara tertulis atau dengan cara yang lazim dalam suatu masyarakat bisnis

Nisbah Keuntungana) Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal

akadb) Perubahan nisbah harus mendapat persetujuan kedua belah pihakc) Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungannyad) Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi, namun harus

menggunakan nilai relaisasie) Pada prinsipnya keuntungan milik para mitr, namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan

untuk pihak ketiga bila disepakati bersama.

C. Alur Transaksi Musyarakah Pada Bank Syariah

Transaksi musyarakah diawali dengan pengajuan permohonan kerja sama musyarakah oleh nasabah kepada bank. Selanjutnya pihak bank akan mengevaluasi dan memverifikasi kelayakan investasi musyarakah yang diajukan oleh nasabah. Bila nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak musyarakah. Bank dan nasabah kemudian mengontribusikan modalnya masing-masing dan nasabah sebagai mitra aktif mulai mengelola usahanya.

Kemudian, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank dengan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati dan jika terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mitra aktif, maka kerugian kerugian ditanggung proporsional terhadap modal masing masing mitra. Namun jika kerugian tersebut disebabkan kelalaian nasabah maka kerugian akan menjadi tanggung jawab nasabah.

D. Perlakuan Akuntansi Musyarakah

Fadhol Mubarak Page 3

Bank Syariah (Mitra Pasif)

4a. Menerima porsi laba

5. Menerima Kembalian Modal

1. Negosiasi dan Akad Musyarakah

Nasabah (Mitra Aktif)

2. Pelaksanaan Usaha Produktif

3. Membagi hasil usaha: Keuntungan dibagi sesuai nisbah Kerugian tanpa kelalaian nasabah

ditanggung modal

4b. Menerima porsi Laba

Page 5: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Akuntansi musyarakah diatur dalam PSAK nomor 106. Akuntansi musyarakah dapat dilihat dari dua sisi pelaku yaitu sisi mitra aktif dan sisi mitra pasif. Mitra aktif adalah pihak yang mengelola suatu usaha musyarakah baik mengelola sendiri maupun dengan menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya; sedangkan mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut dalam mengelola usaha musyarakah. Berdasarkan pembedaan jenis mitra ini, bank syariah dalam skema transaksi musyarakah cenderung bertindak sebagai mitra pasif. Dalam pembahasan berikut diasumsikan bahwa kitra aktif merupakan nasabah bank sedangkan mitra pasif adalah bank syariah.

Akuntansi musyarakah dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi mitra aktif (nasabah) dan mitra pasif (bank). Pada hakikatnya semua transaksi musyarakah usaha musyarakah harus dipisahkan dengan pencatatan lainnya. Pada bagian berikut akan diilustrasikan akuntansi musyarakah dari baik dari pihak mitra aktif maupun mitra pasif.I. Contoh ilustrasi I transaksi musayarakah (pencataan dilakukan oleh mitra pasif; dalam hal ini bank

sayriah):Pada tanggal 2 Februari 2010, Bapak Hendra menandatangani akad pembiayaan usaha peternakan ayam dengan Bank Syariah Sejati dengan akad musyarakah sebagai berikut:Nilai proyek : Rp100.000.000Kontribusi Bank : Rp 60.000.000 (pembayaran tahap pertama sebesar Rp35.000.000 dilakukan

tanggal 12 Februari 2010 sedangkan pembayaran tahap kedua sebesar Rp25.000.0000, dilakukan tanggal 2 Maret 2010)

Kontribusi Hendra : Rp40.000.000Nisbah bagi hasil : Hendra 70%, Bank Syariah 30%Periode : 24 bulanBiaya Administrasi : 300.000Objek bagi hasil : Laba bersihPerhitungan porsiBank : Setiap 6 bulan dan dibayarkan paling lambat 10 hari berikutnyaSkema Pelunasan : Musyarakah Permanen – dilunasi pada saat akad berakhir pada tanggal 02

Februari 2012 Pada saat akad musyarakah disepakati, Bank Syariah Sejati akan membuka cadangan rekening

investasi musyarakah untuk nasabah, dan pada saat itu juga, bank akan membebankan biaya administrasi dengan mendebit rekening nasabah. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut yaitu:

Pada tanggal 12 Februari 2010 dan pada tanggal 2 Maret 2010, Bank Syariah Sejati mentransfer pembayaran tahap pertama dan tahap kedua ke tabungan Hendra. Jurnal untuk mencatat traksaksi tersebut adalah:

Fadhol Mubarak Page 4

Page 6: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Selama Akad berlangsung, pendapatan musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sementar itu, kerugian investasi musyarakah diakui sesuai porsi dana. Pada tanggal 2 Agustus 2010 dan 2 Februari 2011, Hendra melaporkan keuntungan bersih dari usaha musyarakah masing-masing sebesar Rp10.000.0000 dan Rp15.000.000. Bagian Bank Syariah Sejati atas laba bersih yang dilaporkan pada tanggal 2 Agustus 2010 dibayarkan oleh nasabah pada tanggal 12 Agustus 2010 dan untuk bagian laba bersih yang dilaporkan pada tanggal 2 Februari 2011 dibayarkan tanggal 12 Februari 2011. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Perhitungan bagian Bank dan Nasabah atas laba bersih

Jurnal yang diperlukan

Pada Musyarakah permanen, jumlah investasi bank syariah pada nasabah adalah tetap hingga akhir masa akad. Pada saat akad diakhiri terdapat dua kemungkinan, yaitu nasabah mampu mengembalikan investasi musyarakah dan nasabah tidak mampu mengembalikan investasi musyarakah. Pada ilustrasi diatas, jika Hendra mampu mengembalikan investasi musyarakah pada saat jatuh tempo, maka jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah Sejati yaitu:

Fadhol Mubarak Page 5

Page 7: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Investas Bank

Total Investasi Musyarakah

60.000.000

100.000.000

Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33 disebutkan bahwa pada saat akad musyarakah berakhir, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang. Misalkan pada ilustrasi diatas Hendra tidak dapat mengembalikan investasi musyarakah sekaligus, dan Bank Syariah Sejati setuju untuk meberikan keringanan kepada Hendra untuk mencicil selama 5 bulan untuk mengembalikan investasi musyarakah. Jurnal yang diperlukan Bank Syariah untuk mencatat transaksi tersebut yaitu:

Jurnal Pengakuan Piutang

Jurnal Pada Saat Pembayaran Cicilan Pengembalian Investasi Musyarakah

Salah satu cirri investasi musyarakah adalah ikut sertanya pemilik modal menanggung risiko jika terjadi kerugian usaha. Kerugian usaha musyarakah dibedakan menjadi dua jenis yaitu kerugian yang disebabkan oleh kelalaian pengelola (mitra aktif) dan kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola.

Berdasarkan PSAK 106 paragraf 24, disebutkan bahwa kerugian investasi musyarakah yang disebabkan oleh kelalaian mitra aktif, maka kerugian tersebut harus ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Oleh karena itu, jika terjadi kerugian ini, maka bank syariah sebagai mitra pasif tidak melakukan pencatatan (jurnal) dan kerugian ini tidak berpengaruh pada pengembalian modal investasi musyarakah pada bank syariah.

Berdasarkan PSAK 106 paragarf 24 disebutkan bahwa kerugian investasi musyarakah yang bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola diakui sesuia dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah. Melanjutkan ilustrasi diatas jika pada tanggal 2 Februari 2011, Hendra melaporkan adanya kerugian usaha sebesar Rp10.000.000 yang disebabkan oleh adanya wabah penyakit yang menyerang sebagian peternakan ayamnya, maka porsi kerugian yang harus diakui oleh Bank Syariah Sejati sesuai dengan proporsi modal yaitu sebesar Rp6.000.000.

Porsi Tanggung Jawab Bank = X Total Kerugian

Porsi Tanggung Jawab Bank = X 10.000.0000

Fadhol Mubarak Page 6

Page 8: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Porsi Tanggung Jawab Bank = 6.000.000

Jurnal Pencatatan Kerugian Musyarakah

Berdasarkan PSAK 106 paragraf 26 disebutkan bahwa bagian mitra pasif atas investasi musyarakah atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar: a) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi kerugian (jika

ada); ataub) NIlai wajar asset musyarakah non kaspada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah

dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada)Dengan demikian, jika diasumsikan bahwa pada pelporan laba tanggal 2 Februari 2011, Herman

menderita kerugian sebesar 10.000.000, maka pada saat pengembalian modal musyarakah pada akhir akad, Bank Syariah Sejati akan menjurnal sebagai berikut:

II. Ilustrasi II Transaksi Musyarakah (pencataan oleh mitra aktif, mitra pasif dan perusahaan bentukan)Pada tahun 2005 PT Argosari Sejahtera menandatangani kerjasama musyarakah dengan Bank

Syariah Sejati untuk membiayai pembentukan unit usaha baru dari PT Argosari Sejahtera, yaitu Argolestari Trade yang bergerak dalam bidang perdagangan ekspor komoditas pertanian. Perjanjian akad musyarakah disetujui tanggal 20 Januari 2005. Dalam perjanjian tersebut disebutkan PT Argosari Sejahtera akan menyerahkan modal berupa tanah dengan harga pasar senilai Rp900.000.0000 dengan nilai buku sebesar Rp400.000.000 dan bangunan dengan taksiran umur ekonomis selama 10 tahun dan harga pasar sebesar Rp1.000.000.000 (harga perolehan sebesar Rp900.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp300.000.000) beserta uang tunai senilai Rp1.000.000.000; sedangkan Bank Syariah Sejati sebagai mitra pasif akan menyerahkan uang tunai sebesar Rp3.000.000.000 dengan pencairan dalam tiga bulan (masing-masing Rp1.000.000.000). Kegiatan operasional Argolestari Trade sepenuhnya dikendalikan oleh manajemen PT Argosari Sejahtera sebagai mitra aktif. Namun, Argolestari Trade merupakan unit usaha terpisah dari PT Argosari Sejahtera sehingga menyelenggarakan catatan akuntansi tersendiri. Akad Musyarakah merupakan akad musyarakah menurun, dimana porsi kepemilikan Bank akan berkurang setiap tahun sebesar 10% dari modal awal Bank. Jadwal Pembayaran angsuran dan pembagian bagi hasil disepakati paling lambat pada tanggal 30 April setiap tahun (mulai tahun 2006). Adapun nisbah bagi hasil sebesar 60% untuk PT Argosari Sejahtera dan 40% untuk Bank Syariah Sejati. Adapun rincian transaksi sebagai berikut:

a. Pada tanggal 10 Januari 2005 PT Argosari Sejahtera menandatangani akad musyarakah dengan Bank Syariah Sejati. Jurnal yang dicatat oleh Bank Syariah Sejati:

Fadhol Mubarak Page 7

Page 9: AKUNTANSI MUSYARAKAH

b. Pada tanggal 15 Januari 2005, terjadi pembentukan usaha musyarakah Argolestari Trade dengan penyerahan modal berupa tanah dan bangunan beserta uang tunai dari PT Argosari Sejahtera beserta pencairan dana tahap pertama dari Bank Syariah Sejati yang dibukukan ke rekening Giro Argolestari Trade Jurnal Oleh PT Argosari Sejahtera

Jurnal Oleh Bank Syariah Sejati

Jurnal Oleh Argolestari Trade

c. Pencairan dana tahap kedua dan tahap ketiga dari Bank Syariah Sejati yang dikreditkan kepada Giro Argolestari Trade terjadi pada tanggal 15 Februari dan 15 Maret 2005 Jurnal Oleh Bank Syariah Sejati

Jurnal Oleh Argolestari Trade

Fadhol Mubarak Page 8

Page 10: AKUNTANSI MUSYARAKAH

d. Selama kegiatan operasional tahun 2005, Argolestari Trade memperoleh pendapatan sebesar 3.000.000.0000 dan beban usaha sebesar 1.000.000.000 Jurnal Oleh Argolestari Trade

e. Pada tahun 2005, Argolestari Trade mencatat penyusutan atas bangunan selama umur ekonomis, dan PT Argosari Sejahtera mencatat amortisasi selisih penilaian asset tetap selama masa akad. Dari Kontrak diketahui bahwa bagian porsi kepemilikan Bank akan berkurang sebesar 10% setiap tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa masa akad selama 10 tahun (100%/10%) Jurnal oleh Argolestari Trade

Jurnal oleh Argosari Sejahtera

f. Pada tanggal 31 Desember 2005, Argolestari Trade mengumumkan besarnya bagi hasil bagi masing-masing mitra dan melakukan ayat jurnal penutup Jurnal oleh Argolestari Trade

Jurnal oleh PT Argosari Sejahtera

Fadhol Mubarak Page 9

Page 11: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Jurnal oleh Bank Syariah Sejati

g. Cuplikan Neraca Argolestari Trade Per 31 Desember 2005

h. Pada tanggal 15 April 2006, Argolestari Trade membayarkan bagi hasil untuk bagian Bank Syariah Sejati Jurnal Oleh Argolestari Trade

Jurnal Oleh Bank Syariah Sejati

i. Pada tanggal 20 April 2006, terjadi pembayaran angsuran pertama kepada Bank Syariah Sejati dan pembayaran bagi hasil kepada PT Argosari Sejahtera. Berdasarkan kebijakan manajemen PT Argosari Sejahtera, pembayaran angsuran pertama kepada Bank Syariah Sejati dilakukan oleh Argolestari Trade dengan mengurangi bagian pendapatan bagi hasil PT Argosari Sejahtera.

Jurnal Oleh Argolestari Trade

Fadhol Mubarak Page 10

Page 12: AKUNTANSI MUSYARAKAH

Jurnal Oleh Bank Syariah Sejati

Jurnal oleh PT Argosari Sejahtera

Fadhol Mubarak Page 11