IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR …...“Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106...

139
IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) 106 TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BMT AL MUNAWWARAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh MATSALUL JAKI MUTKI NIM: 1110053000013 KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./ 2015 M.

Transcript of IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR …...“Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106...

  • IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) 106

    TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BMT AL

    MUNAWWARAH

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

    Oleh

    MATSALUL JAKI MUTKI

    NIM: 1110053000013

    KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H./ 2015 M.

  • iv

    ABSTRAK

    Matsalul Jaki Mutki, NIM 1110053000013

    Judul Skripsi : Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (106) Terhadap

    Transaksi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah Kantor Pusat Pamulang

    Pembimbing : Muamar Aditya, SE, M. AK

    Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak

    perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhir.

    Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem ekonomi

    syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam menjalankan

    agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi ekonominya

    sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan praktek ekonomi

    syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika dibandingkan dengan

    perkembangannya di negara – negara maju.

    Di Indonesia lembaga keuangan syariah mulai menjamur yaitu bank

    syariah maupun BMT, namun BMT lebih mengarah pada usaha-usaha

    pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan

    shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis

    berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang

    disebut baitul tamwwil

    Melihat perkembangan BMT di Indonesia yang pesat namun di mana ada

    kecendrungan dari BMT di Indonesia masih menggunakan akuntansi standar yang

    belum berpedoman pada PSAK, oleh karena itu penulis ingin meneliti pada BMT

    Al Munawwarah karena BMT tersebut termasuk BMT yang cepat pertumbuhanya

    dan mempunyai banyak cabang khususnya di daerah Tangerang Selatan dan

    Depok.

    Penelitian ini merupakan studi pada BMT Al Munawwarah dengan judul

    “Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106 Terhadap Transaksi

    Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    menguji apakah perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah yang dilakukan

    BMT Al Munawwarah sudah sesuai dengan PSAK No. 106.

    Metode penelitian yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif

    yaitu memberikan gambaran dan penilaian mengenai perlakuan akuntansi

    pembiayaan musyarakah pada BMT Al Munawwarah.

    Hasil analisis menyatakan bahwa implementasi pembiayaan musyarakah

    pada BMT Al Munawwarah telah sesuai dengan PSAK No. 106. Kesesuaian

    tersebut sudah meliputi pencatatan pengakuan, pengukuran, penyajian dan

    pengungkapan transaksi musyarakah. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis

    menyarankan agar BMT Al Munawwarah terus konsisten dalam

    mengimplementasikan PSAK 106 secara penuh yang disusun oleh IAI selaku

    organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di Indonesia.

    Kata kunci : Perlakuan Akuntansi, PSAK 106, Pembiayaan Musyarakah

  • v

    KATA PENGANTAR

    ِحْيـــــمِ ْحَمِن الرَّ بِْســــــــــــــِم هللاِ الرَّ

    Puji syukur peneliti ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat

    serta inayah-NYA peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini.

    Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada

    pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam

    menjalankan kehidupan ini.

    Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada Inunda dan Ayahanda

    penulis, Ayahanda tercinta H. Guntur Alamsyah dan Ibunda tersayang Nurhayati

    yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang serta doanya yang selalu

    mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi

    inipun dapat penulis selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam

    (S.Kom.I).

    Selanjutnya, juga yang paling penting penulis mengucapkan rasa terima kasih

    yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya adalah:

    1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.

    Suparto, S.Ag., M.Ed selaku Wadek I bidang Akademik, Dr. Hj. Raudhanah,

    M.Ag selaku Wadek II bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si

    selaku Wadek III Bidang Kemahasiswaan.

    2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan

    Drs. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

  • vi

    Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan skripsi dan

    juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.

    3. Muammar Aditya, SE,M.AK selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,

    yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis

    serta memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah

    pada skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.

    4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

    mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu

    yang dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui

    informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada.

    5. Seluruh Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-

    bukunya sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Keluarga Besar BMT Al Munawwarah (Ibu Sumirah Almisani dan Bpk.

    Samabiyanto, SE) yang telah banyak membantu penulis dan telah memberi

    izin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta terimakasih atas

    masukan yang berarti bagi penulis.

    7. dr. Diniati Juliana Zulhawa yang telah memberikan suport hingga penulis

    dapat menyelsaikan skripsi ini dengan sehat wal afiat.

    8. Rekan-rekan Mahasiswa UIN yang membantu terselesaikannya skripsi ini

    baik bantuan moril maupun fasilitasnya yaitu kelas Manajemen Dakwah A

    dan B, Teman-teman KKN 45 Sukseeesss !!!, dan Sahabat-sahabat PMII

    Cabang Ciputat khususnya PMII KOMFAKDA semoga Allah SWT

    membalas kebaikan kalian.

  • vii

    9. Sahabat-sahabat terbaik GBA (Abby Andriandini, Deni Hamdani,

    Muhammad Muslim dan Slamet Eko Purnomo) terimakasih atas dukungan

    semangat dan keceriaannya semoga kita tetap selalu kompak.

    Pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

    telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua

    kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis

    menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam

    penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

    membangun sangat penulis harapkan.

    Jakarta, 16 Juni 2015

    Matsalul Jaki Mutki

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul

    Lembar Pengesahan Panitia Uian ....................................................................... i

    Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii

    Lembar Pernyataan ............................................................................................ iii

    Abstrak ................................................................................................................ iv

    Kata Pengantar .................................................................................................... v

    Daftar Isi .............................................................................................................. vi

    Daftar Tabel ....................................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8 C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ........................................... 8 D. Review Study Terdahulu ..................................................... 9 E. Kerangka Teori..................................................................... 16 F. Metode penelitian ................................................................ 18 G. Pedoman Penulisan Laporan ............................................... 20 H. Sistematika Penulisan .......................................................... 20

    BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI,

    AKUNTANSI SYARI’AH SERTA AKUNTANSI

    MUSYARAKAH BERDASARKAN PSAK 106

    A. Pengertian Akuntansi Secara Umum ..................................... 22 B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan

    Akuntansi Konvensional ....................................................... 28

    C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam .............................. 38 D. Akuntansi Musyarakah .......................................................... 46 E. Akad Musyarakah Berdasarkan PSAK 106 .......................... 57 F. Jurnal Teori Akuntansi Syariah ............................................. 66

    BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL MUNAWWARAH

    A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al Munawwarah ............... 83 B. Visi dan Misi BMT Al Munawwarah .................................... 84 C. Tim Kerja BMT Al Munawwarah tahun 2013-2016 ............. 85 D. Izin dan Legalitas .................................................................. 86 E. Penghargaan dan Prestasi ...................................................... 87 F. Wilayah dan Kantor ............................................................... 87 G. Produk-Produk BMT Al Munawwarah ................................. 88

  • ix

    BAB IV IMPLEMENTASI AKUNTANSI MUSYARAKAH PADA

    BMT AL MUNAWWARAH BERDASARKAN PSAK 106

    A. Akuntansi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah............ 92 1. Perlakuan dan Pencatatan Akuntansi Musyarakah .......... 92

    B. Ketentuan Akuntansi Musyarakahah Menurut PSAK 106 .... 98 1. Aset Atau Investasi Musyarakah .................................... 98 2. Jaminan .......................................................................... 99 3. Pengembalian Dana Musyarakah ................................. 100 4. Kewajiban, Piutang, Keuntungan dan Kerugian

    Musyarakah .................................................................. 101

    5. Bagi Hasil ..................................................................... 101 6. Kekuatan dan Kelemahan PSAK 106 .......................... 102 7. Jurnal Pembiayaan Akuntansi Musyarakah ..................102

    C. Implementasi Akuntansi Musyarakah Terhadap (PSAK) 106 ...............................................................................................107

    1. Pencatatan ( Pengakuan dan Pengukuran ) .................... 107 2. Pengungkapan ................................................................ 109 3. Penyajian ....................................................................... 110 4. Penilaian Implementasi Antara PSAK 106 dan BMT Al

    Munawwarah ................................................................. 113

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................. 123 B. Saran ........................................................................... 125

    Daftar Pustaka

    Lalpiran-Lampiran

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Neraca BMT ........................................................................................111

    Tabel 4.2 Pembiyaan Musyarakah ......................................................................112

    Tabel 4.3 Pos Perhitungan Hasil Usaha Pendapatan Utama .............................. 113

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak

    perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhr.

    Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem

    ekonomi syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam

    menjalankan agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi

    ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan

    praktek ekonomi syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika

    dibandigkan dengan perkembangannya di negara – negara maju.

    Salah satu upaya penerapan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi

    adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan

    prinsip Islam. Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang

    menghubungkan antara dua pihak yang memerlukan dana dan pihak yang

    mengalami surplus dana. Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank,

    mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran tersebut

    dijadikan wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana

    masyarakat secara efektif dan efesien ke arah peningkatan taraf hidupnya.1

    1 Sigit Triandaru dan Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba

    Empat, 2009), h. 10.

  • 2

    Tujuan didirikanya lembaga keuangan syariah adalah untuk

    mngembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan

    perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum

    Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang

    dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa

    dibidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,

    keseimbangan dan keuniversalan.2

    Di Indonesia sistem perekonomian yang sesuai dengan prinsip syariah

    telah dipraktikan dan melembaga sejak lama, bila kita melihat kembali

    kebelakang sesungguhnya masyarkat Indonesia telah mengenal ekonomi

    syariah bahkan jauh sebelum sistem kapitalis dikenal bangsa Indonesia, yaitu

    dengan praktik bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik lahan. Dalam

    perkembanganya bahkan memiliki peran secara nasional terbukti dengan

    didirikanya Syarikat Dagang Islam pada tahun 1909. Kekuatan para pedagang

    Islam tersebut telah menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap kolonial

    Belanda. Secara nasional perkembangan ekonomi syariah diawal dengan

    berdirinya BPRS ( Bank Perkreditan Rakyat Syariah) di Bandung pada tahun

    1991, yaitu P.T. BPRS Berkah Amal Sejahtera dan P.T. BPRS Hareukat.

    Selanjutnya PT BMI yang beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 sebagai Bank

    UMUM pertama yang beroprasi berdasarkan prinsip syariah.3

    2 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2009), h.35. 3 Toto Tohir “Eksistensi BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Sebagai Lembaga Keungan

    Syariah di Indonesia” Artikel diakses pada tanggal 25 Maret 2015 dari

    https://nenisriimaniyati.files.wordpress.com/2012/03/eksistensi-bmt.pdf

    https://nenisriimaniyati.files.wordpress.com/2012/03/eksistensi-bmt.pdf

  • 3

    Perkembangan bank syariah diikiuti dengan berkembangnya lembaga

    keuangan syariah di luar struktur perbankan, seperti Baitul Maal wat Tamwil

    (BMT), Asuransi Takaful, Pasar Modal Syariah, dan Lembaga Pegadaian

    Syariah.

    Perkembangan bank syariah atau pasar modal syariah menunjukan

    pertumbuhan yang cukup baik, selain terdapat peningkatan market share

    pasar modal syariah yang tercermin antara lain dari jumlah saham syariah

    tahun sebelumnya, juga terdapat peningkatan jumlah saham yang masuk

    dalam Daftar Efek Syariah (DES) dibandig periode sebelumnya. Peningkatan

    juga terjadi pada akhir 2013 atas nilai kapitalisasi Pasar Indeks Saham

    Syariah Indonesia (ISSI) dan mengalami peningkatan sebesar 4,35% jika

    dibandingkan kapitalisasi pasar saham ISSI pada akhir Desember 2012.4

    Perkembangan Bank dan lembaga keuangan syariah di Indonesia

    mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Yang

    dimaksud dengan lembaga keuangan atau institusi keuangan adalah semua

    perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang

    disimpankan kepada mereka.5

    Pembiayaan musyarakah mengalami pertumbuhan yang pesat baik di

    sektor Perbankan Syariah maupun BMT. Hal ini dikarenakan banyaknya

    masyarakat yang ingin membuka usahanya dengan cara kerjasama dengan

    4 http://www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013 diakses

    pada tanggal 16 Juni 2015 5 Sardono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 1995), edisi 2, hal. 199.

    http://www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013

  • 4

    pihak Bank Syariah maupun BMT dengan menggunakan pembiayaan

    musyarakah.

    Namun salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh

    kalangan perbankan saat ini adalah masalah stadarisasi sistem akuntansi dan

    audit, yang bertujuan untuk menciptakan transparansi keuangan. Kunci

    kesuksesan suatu BMT sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik

    terhadap kekuatan finansial BMT yang bersangkutan, dan kepercayaan

    terhadap kesesuaian oprasional BMT dengan sistem syaria’ah Islam.

    Kepercayaan ini termasuk didalamnya kepercayaan yang diberikan oleh para

    depositor dan investor, yang keduanya merupakan stakeholder utama sistem

    perbankan.

    Sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat

    kualitas informasi yang diberikan kepada publik, diaman bank syariah harus

    mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas

    didalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai

    dengan syariat Islam. Oleh karena itu, membangun sebuah sistem akuntansi

    dan audit yang bersifat standar merupakan sebuah keniscayaan dan telah

    menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Tanpa itu, mustahil Bank

    Syari’ah dan BMT dapat meningkatkan daya saingnya dengan kalangan

    konvensional.6

    6 Irfan Syauqi Beik “Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan Syari’ah”, artikel

    diakses pada tanggal 13 November 2014 dari http://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-

    syari’ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari’ah.

    http://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syari'ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari'ahhttp://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syari'ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari'ah

  • 5

    Salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang dapat

    menggerakan sektor rill adalah BMT. BMT merupakan suatu lembaga

    ekonomi rakyat, yang secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat

    bawah karena BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan

    usaha kecil, terutama bantuan permodalan.7

    BMT sebagai lembaga sosial lebih mengarah pada usaha-usaha

    pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan

    shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga

    bisnis berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana

    komersil, yang disebut baitul tamwwil.8 Dengan demikian BMT memiliki dua

    fungsi, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah serta pula

    berfungsi sebagai institusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat

    produktif sebagaimana layaknya bank.9

    Akuntansi sebagai aspek muamalah sangat penting kaitanya dengan

    segala bentuk transaksi yang ada. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282

    menjadi dasar implikasi akuntansi, di dalamnya menyatakan secara tegas

    rambu-rambu yang harus ditaati hubunganya dengan penerapan akuntansi dan

    pencatatan yang dilakukan selama bermuamalah.

    7 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada, 2009), h. 83. 8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2008) edisi

    3. h.3 9 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2009), h.35.

  • 6

    Akuntansi pada hakikatnya mencatat transaksi keuangan yang

    dilakukan oleh suatu perusahaan. Lembaga Keuangan Islam harus

    menerapkan akuntansi Islam (syariah) dalam setiap transaksi yang dilakukan.

    Ini merupakan tantangan besar bagi pakar syari’ah Islam. Maka harus

    mencari dasar bagi penerapan standar akuntansi yang berbeda dengan standar

    akuntansi pada bank dan lembaga keuangan konvensional yang dikenal

    selama ini. Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bagi lembaga

    keuangan syari’ah.10

    Eksistensi akuntansi syari’ah di Indonesia diawali dengan PSAK 59

    yang disahkan pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK

    merupakan produk Dewan Standar Akuntansi Keuanga-Ikatan Akuntansi

    Indonesia PPSAK 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 januaru 2008,

    telah disahkan pada 27 Juni 2007. Perbedaan mendasar antara PSAK 59

    dengan PSAK terbaru adalah pemberlakuan bukan hanya ditunjukan untuk

    seluruh entitas syari’ah, baik bak maupun non bank.11

    Oleh karena itulah, dalam kegiatan oprasional dan perlakuan atau

    aplikasi akuntansi pada perbankan syari’ah diperlukan adanya suatu evaluasi

    perlakuan atau aplikasi akuntansi dari masing-masing produk. Masing-masing

    produk memiliki PSAK yang mengaturnya, antara lain PSAK No 102

    mengenai akuntansi murabahah, PSAK No 103 mengenai akuntansi salam,

    10

    Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005)Edisi

    Revisi, h. 319. 11

    M. Gunawan Yasni, “PSAK Syari’ah berlaku 1 januari 2008”, 13 November 2014

    dari http://mgyasni.niriah.com/2008/03/14psak-syari’ah-berlaku-1-januari-2008/.

    http://mgyasni.niriah.com/2008/03/14psak-syari'ah-berlaku-1-januari-2008/

  • 7

    PSAK no 104 mengenai akuntansi isthisna, PSAK No 105 mengenai

    akuntansi mudharabah dan PSAK No 106 mengenai akuntansi musyarakah.

    Akuntansi syariah adalah suatau kegiatan identifikasi, klasifikasi,

    pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan

    transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan

    ekonomi berdasakan prinsip akad-akadsyari’ah, yaitu tidak mengandung

    zhulum (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan) barang yang

    membahayakan dan diharamkan.12

    Urgensi pencatatan dalam akuntansi tersebut sejalan dengan ajaran

    Islam yang berupaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat

    karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountibility (pertanggung

    jawaban) dalam menjamin akurasinya.13

    Akuntansi merupakan alat untuk merefleksikan realitas. Akuntansi

    harus didasarkan pada etika realitas dikonstruksi dalam kaitanya dengan nilai

    etika. Jika tidak, realitas dalam akuntansi akan direfleksikan dalam presentasi

    lain dan pada giliranya akan menyesatkan pihak - pihak yang tertarik

    padanya.14

    Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

    penelitian mengenai implementasi akuntansi syariah pada Lembaga lembaga

    keuangan mikro syariah dan melihat bagaimana kesesuaianya dengan PSAK

    12

    Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari’ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 14. 13

    Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 199), h. 121. 14

    Iwan Triyuwono, Organisasi dan Akuntansi Syari’ah, (Yogyakarta: LKIs 2000), h.

    323.

  • 8

    No. 106 akuntansi musyarakah yang diberi judul “IMPLEMENTASI

    PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 106

    TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BAITUL MAAL

    WAT TAMWIL (BMT) AL MUNAWWARAH”

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan tentang

    evaluasi implementasi akuntansi musyarakah PSAK 106 pada BMT Al

    Munawwarah berlokasi di Komplek Masjid Al Muhajirin Perumahan Bukit

    Pamulang Indah Blok A-18A/02 Pamulang Tangerang-Selatan Telp./Fax.

    021-7499865. Untuk memudahkan penelitian ini, penulis merumuskan

    masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan

    transaksi musyarakah pada BMT Munawwarah ?

    2. Apakah akuntansi musyarakah tentang pengakuan, pengukuran,

    penyajian, dan pengungkapan pada BMT Al Munawwarah telah sesuai

    dengan PSAK 106 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

    a. Untuk melihat penerapan akuntansi musyarakah yang digunakan pada

    BMT.

  • 9

    b. Untuk menganalisis kesesuaian implementasi manajemen keuangan

    akuntansi musyarakah BMT terhadap PSAK 106.

    2. Manfaat Penelitian

    Sedangkan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

    a. Bagi Peneliti

    Dapat menambah pengetahuan mengenai akuntansi musyarakah dan

    proses pencatatannya menurut PSAK 106.

    b. Bagi BMT

    Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi BMT dalam

    implementasi akuntansi musyarakah dengan mengacu pada PSAK 106.

    c. Bagi Akademisi

    Menambah pengetahuan tentang implementasi akuntansi musyarakah

    berdasarkan PSAK 106 dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

    serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

    D. Review Study Terdahulu / Tinjauan Pustaka

    No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Skripsi

    1. a. Judul Analisis Perlakuan

    Akuntansi Koperasi dan

    Akuntansi Pajak

    Penghasilan dalam laporan

    keuangan koperasi (studi

    Implementasi

    Akuntansi Musyarakah

    berdasarkan Pernyataan

    Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK) No.

  • 10

    kasus pada koperasi UIN

    Syarif Hidayatullah

    Jakarta) Penulis : Septia

    Handayani ( Jurusan

    Akuntansi, Fakultas

    Ekonomi dan Ilmu Sosial)

    106 pada BMT Al

    Munawwarah

    b. Pendekatan Teori Dalam PSAK 27, Koperasi

    adalah badan usaha yang

    mengorganisir

    pemanfaatan dan

    pendayagunaan sumber

    daya ekonomi para

    anggotanya atas dasar

    prinsip koperasi dan

    kaidah usaha ekonomi

    untuk meningkatkan taraf

    hidup anggota pada

    khususnya dan ekonomi

    rakyat pada umumnya.

    Dalam ayat Al-Qur’an

    surat Al Baqarah ayat

    282, menjelaskan

    bahwa wajib bagi

    semua pihak yang

    melakukan mu’amalah

    untuk mencatatnya

    (menulis utang piutang)

    dan juga harus ada

    persaksian dari pihak

    lain.

    c. Fokus Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui

    bagaimanakah penerapan

    Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui

    bagaimanakah aplikasi

  • 11

    akuntansi koperasi pada

    koperasi UIN Jakarta.

    akuntansi musyarakah

    di BMT Al

    Munawwarah serta

    kesesuainya dengan

    PSAK 106.

    d. Metode Penulisan Adapun Metode yang

    digunakan adalah metode

    deskriptif-kualitatif.

    Adapun metode yang

    digunakan adalah

    metode dekriptif-

    kuantitatif.

    e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2008, dan

    Koperasi UIN Jakarta

    merupakan tempat

    penelitian.

    Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2015, dan

    pada BMT Al

    Munawwarah,

    Pamulang.

    f. Persamaan Membahas tentang

    Akuntansi yang dilakukan

    oleh Kopersi di Univ. UIN

    Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Membahas tentang

    perlakuan Akuntansi

    yang dilakukan BMT

    Al Munawwarah.

    g. Perbedaan Tempat penelitian pada

    Koperasi UIN Syarif

    Hidayatullah dan meneliti

    Study Skripsi pada

    BMT Al Munawwarah,

    dan membahas tentang

  • 12

    tentang akuntansi

    Koperasi.

    Akuntansi PSAK 106

    2. a. Judul Perlakuan Akuntansi

    Obligasi Syariah

    Mudharabah Subordinasi

    pada laporan keuangan PT.

    Bank Muamalat Indonesia

    TBk Periode 2003-2005.

    Penulis: Fitri Amelia

    (Perbankan Syari’ah,

    Fakultas Syariah dan

    Hukum).

    Implementasi

    Akuntansi Musyarakah

    berdasarkan Pernyataan

    Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK) No.

    106 pada BMT Al

    Munawwarah.

    b. Pendekatan Teori Berdasarkan Fatwa Dewan

    Syari’ah Nasional

    No.33/DSN-MUI/IX/2002,

    dikatakan bahwa obligasi

    syariah Mudharabah

    adalah suatu surat berharga

    jangka panjang

    berdasarkan prinsip

    syariah yang dikeluarkan

    emiten kepada pemegang

    Dalam ayat Al-Qur’an

    surat Al Baqarah ayat

    282, menjelaskan

    bahwa wajib bagi

    semua pihak yang

    melakukan mu’amalah

    untuk mencatatnya

    (menulis utang piutang)

    dan juga harus ada

    persaksian dari pihak

  • 13

    obligasi syariah berupa

    hasil/margin/fee serta

    membayar kembali dana

    obligasi pada saat jatuh

    tempo.

    lain.

    c. Fokus Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui

    bagaimanakah perlakuan

    akuntansi obligasi syari’ah

    mudhorobah pada PT.

    Bank Muamalat Indonesia.

    Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui

    bagaimanakah aplikasi

    akuntansi musyarakah

    di BMT Al

    Munawwarah serta

    kesesuainya dengan

    PSAK 106.

    d. Metode Penulisan Adapun metode yang

    digunakan adalah metode

    dekriptif –kualitatif.

    Adapun metode yang

    digunakan adalah

    metode dekriptif-

    kuantitatif.

    e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2008, dan PT.

    Bank Muamalat Indonesia

    yang menjadi tempat

    penelitian.

    Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2015, dan

    pada BMT Al

    Munawwarah,

    Pamulang.

  • 14

    f. Persamaan Membahas Perlakuan

    Akuntansi Obligasi

    Syariah Mudharabah

    Subordinasi pada laporan

    keuangan PT. Bank

    Muamalat Indonesia TBk

    Periode 2003-2005

    Membahas tentang

    perlakuan Akuntansi

    yang dilakukan BMT

    Al Munawwarah.

    g. Perbedaan Perlakuan Akuntansi

    Obligasi Syariah

    Mudharabah

    Subordinasipada lapuran

    keuangan PT. Bank

    Muamalat TBk.

    Study Skripsi pada

    BMT Al Munawwarah,

    dan membahas tentang

    Akuntansi PSAK 106

    3. a. Judul Perlakuan Akuntansi

    Murabahah berdasarkan

    PSAK 102 pada BMT Al

    Fath. Penulis : Ita Yuliana

    Setia Ningsih (Jurusan

    Perbankan Syari’ah,

    Fakultas Syaria’ah dan

    Hukum)

    Implementasi

    Akuntansi Musyarakah

    berdasarkan Pernyataan

    Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK) No.

    106 pada BMT Al

    Munawwarah

    b. Pendekatan Teori Dalam Draft Ed. PSAK Dalam ayat Al-Qur’an

  • 15

    102, Murabahah adalah

    akad jual beli barang

    dengan harga jual sebesar

    biaya perolehan ditambah

    keuntungan yang

    disepakati dan penjual

    harus mengungkapkan

    biaya perolehan barang

    tersebut kepada pembeli.

    surat Al Baqarah ayat

    282, menjelaskan

    bahwa wajib bagi

    semua pihak yang

    melakukan mu’amalah

    untuk mencatatnya

    (menulis utang piutang)

    dan juga harus ada

    persaksian dari pihak

    lain.

    c. Fokus Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui sistem

    dan penerapan akuntansi

    murabahah di BMT Al

    Fath, serta kesesuaian

    perlakuan akuntansi

    murabahah dengan PSAK

    102.

    Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui

    bagaimanakah aplikasi

    akuntansi musyarakah

    di BMT Al

    Munawwarah serta

    kesesuainya dengan

    PSAK 106.

    d. Metode Penulisan Adapun metode yang

    digunakan adalah metode

    deskriptif –kualitatif.

    Adapun metode yang

    digunakan adalah

    metode dekriptif-

    kuantitatif.

  • 16

    e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2011, dan

    BMT Al Fath merupakan

    tempat penelitan.

    Penelitian ini dilakukan

    pada tahun 2015, dan

    pada BMT Al

    Munawwarah,

    Pamulang.

    f. Persamaan Membahas tentang

    perlakuan Akuntansi BMT

    Al Fath.

    Membahas tentang

    perlakuan Akuntansi

    yang dilakukan BMT

    Al Munawwarah.

    g. Perbedaan Study Skripsi pada BMT

    Al Fath dan membahas

    tentangan Akuntansi

    PSAK 102

    Study Skripsi pada

    BMT Al Munawwarah,

    dan membahas tentang

    Akuntansi PSAK 106

    E. Kerangka Teori

    Kerangka teori merupakan teori-teori mengenai permasalahan yang

    akan dibahas dalam skripsi, baik teori yang bersifat umum maupun teori yang

    bersifat khusus yang terkait dengan fokus penelitian. Hal-hal yang termasuk

    dalam objek penelitian sebagai berikut :

    BMT adalah sebuah keuangan mikro yang dalam usahanya memberikan

    pembiayaan, jasa-jasa lalu lintas peredaran dan pembayaran uang. BMT

  • 17

    mempunyai ruang lingkup kegiatan yang luas dan melibatkan bermacam-

    macam disiplin ilmu bagi pengurus dan pengelolaan tersebut.

    Dalam PSAK 106 paragagraf 27 disebutkan bahwa investasi

    musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan kas atau

    penyerahan aset-aset non-kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas dinilai

    sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraf 28a), sedangkan aset yang

    berwujud non-kas dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat selisih antara

    nilai wajar dan nilai tercatat aset non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai

    keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad atau sebagai

    kerugian pada saat terjadinya (paragraf 28b). Investasi musyarakah non-kas

    yang diukur dengan nilai wajar aset yang di serahkan akan berkurang nilainya

    sebesar beban penyusutan atas aset yang di serahkan, dikurangi amortisasi

    keuntungan tangguhan (jika ada) (paragraf 29). Adapaun biaya biaya yang

    terjadi akibat akad musyarakah, seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat

    diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari

    seluruh mitra (paragraf 30).

    Akuntansi syariah adalah proses yang di gunakan untuk

    mengidentifikasi, mengukur serta melaporkan informasi keuangan suatu

    organisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam aturan syariat

    Islam.

    Pada dasarnya akuntansi syariah tidak jauh berbeda secara teknis

    dengan akuntansi pada umumnya, dimulai dari pencatatan transaksi

  • 18

    berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, pengklasifikasian ke dalam buku

    besar, pengikhtisaran dalam neraca lajur sampai menyusun laporan keuangan

    berupa laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas

    serta catatan atas laporan keuangan.

    Gambar 1.1 : Alur pedoman penelitian implementasi akuntansi syariah di

    BMT

    F. Metode Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ada bermacam-macam tipe penelitian,

    antara lain deskriptif, eksplanatif, eksploratif, eksperimental, dan lainnya.

    Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

    kuantitatif yang bertujuan menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi,

    berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul menjadi objek penelitian

    PSAK

    PSAK 106 “Musyarakah”

    Akuntansi di BMT

    Analisi Data

    Kesesuaian Penerapan Akuntansi BMT

    Dengan PSAK 106

    Akuntansi di BMT Akuntansi di BMT

  • 19

    itu berdasarkan apa yang terjadi15

    . Dan diakhir penilitian peneliti

    menggunakan tingkat penilaian penyesuaian untuk memastikan secara

    keseluruhan point implementasi yang dilakukan oleh BMT Al Munawwarah.

    2. Data Penelitian

    Data penelitian yang diperoleh penulis berupa data priemer dan data

    sekunder. Data priemer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak

    yang kompeten mengenai penerapan akuntansi syariah, sedangkan data

    sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi berupa data-

    data dan dokumen-dokumen serta sumber tertulis lainya yang berhubungan

    dengan implementasi akuntansi musyarakah di BMT Munawwara

    3. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

    kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan, penulis

    mengumpulkan data dan informasi tentang akuntansi syariah, akuntansi BMT

    dan PSAK akuntansi musyarakah di perpustakaan. Sedangkan penelitian

    lapangan, penulis memperoleh data dengan mendatangi langsung tempat yang

    dijadikan objek penelitian.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Interview (wawacara) dengan mewawancarai pihak yang kompeten

    mengenai penerapan akuntansi di BMT dalam hal ini bagian keuangan dan

    15

    M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2008) Cet. Ke-3, hal. 36

  • 20

    manajer oprasional BMT sedangkan studi dokumentasi dengan

    mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen yang diperoleh dari

    BMT yang berkaitan dengan implementasi akuntansi musyarakah dan

    dokumen lain yang terkait dengan implementasi akuntansi musyarakah yang

    digunakan BMT Munawwarah.

    5. Teknik Pengolahan Data

    Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode Dummy.

    Dalam analisa ini, penulis menjabarkan data nilai implementasi akuntansi

    musyarakah yang diperoleh dari BMT, kemudian menganalisa dan

    menilainya dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan No. 106.

    G. Pedoman Penulisan Laporan

    Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

    menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

    H. Sistematika Penulisan

    BAB 1,

    Pendahuluan, membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan

    konsep, kajian kepustakaan terdahulu, metode penelitian dan sistematika

    penulisan.

  • 21

    BAB II

    Membahas tentang Gambaran Umum mengenai Akuntansi, Akuntansi

    Syariah serta Akuntansi Musyarakah berdasarkan Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106. Dimana didalam bab kedua ini terdiri

    dari Pengertian Akuntansi Secara Umum, Akuntansi Syariah dan

    perbedaanya dengan akuntansi konvensional, Prosedur Akad Musyarakah

    dalam Islam, Akuntansi Musyarakah, Akad Musyarakah berdasarkan PSAK

    No. 106 serta Jurnal Teori Akuntansi Musyarakah.

    BAB III

    Gambaran Umum BMT Al Munawwarah, memuat secara rinci sejarah

    berdirinya BMT, produk yang ditawarkan BMT, dan pendapatan BMT.

    BAB IV

    Membahas mengenai Evaluasi Aplikasi Akuntansi Musyarakah pada

    BMT Al Munawwarah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK) No. 106. Di bab keempat ini berisi tentang Aplikasi

    Akuntansi Musyarakah pada BMT Al munawwarah, serta Evaluasi Aplikasi

    Akuntansi Musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 pada BMT Al-

    Munawwarah.

    BAB V

    Dalam bab kelima merupakan Penutup, dimana dalam bab tersebut

    berisi tentang Kesimpulan dari penelitian, dan Saran-saran.

  • 22

    BAB II

    GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI, AKUNTANSI

    SYARI’AH SERTA AKUNTANSI MUSYARAKAH BERDASARKAN

    PSAK 106

    A. Pengertian Akuntansi Secara Umum

    1. Sejarah Akuntansi

    Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengidentifikasi tempat dan

    waktu lahirnya sistem pembukuan berpasangan. Ada berbagai skenario

    mengakui bahwa sistem pencatatan telah ada dalam berbagai peradaban sejak

    kurang lebih 3000 tahun sebelum masehi yang lalu. Diantaranya adalah

    peradaban Kaldea-Babilonia, Asiria, dan Samaria yang merupakan

    pembentuk sistem pertahanan pemerintahan pertama di dunia, pembentuk

    sistem bahasa tulisan tertua, dan pencatatan usaha tertua.1

    Catatan tertua yang dikenal masyarakat adalah tablet dari tanah liat

    berupa catatan pembayaran upah, yang ditemukan dan berasal dari Babilonia.

    Penemuan yang sama kemudian diperoleh di Mesir dan Yunani Kuno.

    Dimana, dalam peradaban Mesir, para penulis membentuk “poros tempat

    berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen”.2 Peradaban China

    dengan akuntansi pemerintah yang memainkan peran kunci dan canggih

    selama Dinasti Chao (1122-256); perdaban Yunani, dimana Zenon, manajer

    1 Brown, R., (ed), A History of Accounancy (edinburgh: Jack, 1905; dicetak ulang oleh B.

    Franklin, NY, 1996), h. 16. 2 Woolf, A.H, A Short History of Accounting and Aaccountants (London : gee ad Coy,

    1912), h.6

  • 23

    estat Applonius, memperkenalkan sistem akuntansi pertanggung jawaban

    yang luas pada tahun 256; dan peradaban Roma, dengan hukum yang

    menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan,

    dan dengan hak sipil yang tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan

    warga negara.3

    Kemudian pencatatan yang paling awal dikenal di inggris, di

    kumpulkan atas perintah Raja William the Conqueror pada abad kesebelas

    untuk mengetahui sumber-sumber keuangan negara. Tetapi, pencatatan ini

    belum dilakukan secara sistematis, dan kerapkali hanya merupakan

    pernyataan yang tidak lengkap. Sistem pencatatan yang lenkap untuk suatu

    unit usaha baru muncul kemudian, yaitu setelah ditemukanya Sistem

    Pembukuan Berpasangan (Double Entry System) oleh pedagang-pedagang

    Venesia.

    Uraian sistem pembukuaan berpasangan pertama kali ditulis oleh

    seorang sarjana matematika bangsa Italia yang bernama Luca Pacioli tahun

    1494. Pada tahun tersebut, dia mempublikasikan buku yang ditulisnya Summa

    De Arithmatica, Geometria, Proporsionil et Proporsionalita, yang

    didalamnya memuat salah satu bagian yang berisi pelajaran mengenai sistem

    pencatatan pembukuan berpasangan (Double Entry System). Dia menyatakan

    3 Pendrof, B., “The Relation of Taxation to the History of Balance Sheet”, The

    Accounting Review (Desember, 1930), hal. 244.

  • 24

    bahwa tujuan pembukuan adalah “untuk memberi informasi yang tepat waktu

    bagi para pedagang mengenai aset dan kewajibanya”.4

    Dia mengatakan, “Semua pencatatan . . . . harus dilakukan secara

    berpsangan, yaitu bahwa jika anda membuat seorang sebagai kreditor, Anda

    harus membuat orang lain sebagai debitor”.5 Tiga buku digunakan :

    memorandum, jurnal, dan buku besar. Catatan bersifat deskriptif. Pacioli

    menyarankan bahwa “tidak hanya nama pembeli atau penjual dan penjelasan

    mengenai berat, ukuran, dan harga barang yang dicatat, tetapi syarat

    pembayaran juga ditunjukan” dan “jika kas diterima atau dibayarkan,

    catatanya mencantumkan jenis mata uang dan nilai konversinya...”.6

    Pacioli juga menyarankan penghitungan profit periodik dan penutupan

    buku “Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika anda

    dalam kerja sama dengan orang lain. Akuntansi membuat persahabatan

    berlangsung lama”.7

    Sistem pembukuan berpasangan menyaikan suatu pencatatan transaksi

    perusahaan secara sistematis. Setiap transaksi dicatat ke dalam dua aspek

    yaitu debit dan kredit, sehingga membentuk perkiraan berimbang. Dengan

    sistem ini juga akan menghasilkan laporan keuangan yang menyeluruh dalam

    satuan uang, antara lain laba (laba bersih) untuk usaha tertentu dalam periode

    4 Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press,

    1930, h. 91. 5 Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars

    Book Co., 1976), h. 25. 6 Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press,

    1930, h. 8. 7 Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars

    Book Co., 1976), h. 67.

  • 25

    tertentu, jumlah harta (assets) yang dimiliki perusahaan dan pemodalan

    (equity) atas harta tersebut.

    2. Pengertian Akuntansi

    Dalam pengetahuan akuntansi dikenal dua istilah asing, yaitu

    Accountancy dan Accounting. Secara terminologi istilah tersebut lazim

    diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Akuntansi. Untuk

    mendekatkan pengertian terhadap kedua istilah tersebut, perlu diketahui

    pengertian dan kedudukan masing-masing dalam pengetahuan akuntansi.

    Accountancy merupakan suatu metodologi dan himpunan pengetahuan

    yang berkenan dengan sistem informasi dari satuan-satuan ekonomi apapun

    bentuknya, yang terbagi atas dua bagian. Pertama, accounting adalah

    pengetahuan yang menyangkut proses pelaksanaan pembukuan dalam arti

    yang luas. Kedua, auditing adalah pengetahuan yang menyangkut

    pemeriksaan dan penilaian (evaluasi) atas hasil proses pelaksanaan

    pembukuan tersebut. Oleh karena itu, istilah accountancy lebih luas meliputi

    baik bidang teori, proses pembukuan, penerapan atau praktek, maupun

    pemeriksaan dan penilaian. Sementara itu, istila accounting hanya

    menunjukan bidang teori. Proses pembukuan dalam arti yang luas meliputi

    penafsiran (interpretasi) atasnya.

  • 26

    3. Definisi Akuntansi

    Akuntansi sering dijuluki sebagai bahasa bisnis (the language of

    business). Perubahan yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan

    semakin kompleksnya bahasa tersebut, yang digunakan untuk mencatat,

    meringkas, melaporkan, menginterpretasi data dasar ekonomi untuk

    kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah, dan anggota masyarakat

    lainya.

    Secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris,

    accounting,dalam bahasa arabnya disebut “musabahah” yang berasal dari

    kata hasaba, hasibah, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba,

    hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi,

    mendata atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang

    harus dicatat dalam pembukuan tertentu.8

    Akuntansi telah didefinisikan secara luas. Menurut definisi dari

    American Accounting Association adalah “....the proces of identyfying,

    measuring, and communicating economic information.....” (Evanston, Ilionis;

    A Statment of Basic Accounting Theory, 1966. Hal. 1).

    Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan

    menyampaikan atau melaporkan informasi ekonomi untuk membuat

    pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi

    tersebut. Termasuk dalam definisi ini adalah keharusan bagi akuntansi untuk

    8 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari‟ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 12.

  • 27

    mengetahui lingkungan sosial ekonomi disekitarnya. Tanpa pengetahuan

    tersebut, mereka tidak dapat mengidentifikasi dan membuat informasi yang

    relevan.

    Pengertian akuntansi secara terminologi menurut buku A Statment of

    Basic Accounting Theory dikatakan bahwa akuntansi adalah proses

    mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai

    bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh

    para pemakainya.

    Accounting Principles Board (APB) Statment No. 4 mengidentifikasi

    bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya memberikan

    informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan

    ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan

    ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara alternatif.9

    Untuk menggambarkan berbagai sisi akuntansi, Belkaoui (1968) dan

    penulis lain disebutkan beberapa image yang menggambarkan sifat-sifat

    akuntansi sebagai berikut.10

    a. Akuntansi sebagai suatu ideologi.

    b. Akuntansi sebagai suatu bahasa.

    c. Akuntansi sebagai suatu catatan historis.

    d. Akuntansi sebagai suatu realitas ekonomi saat ini.

    9 Sofyan S Harahap, Auditing dalam Prespektif Islam, ( Jakarta: Pustaka Quantum, 2002),

    h. 37. 10

    Sofyan S Harahap, Auditing dalam Prespektif Islam, h. 37-38.

  • 28

    e. Akuntansi sebgai suatu sistem informasi.

    f. Akuntansi sebagai suatu komoditi.

    g. Akuntansi dianggap sebgai pertanggungjawaban (accountibility).

    h. Akuntansi sebagai teknologi.

    Menurut Dr. Bambang Sudibyo, akuntansi adalah teknologi yaitu

    mengubah data atau bukti-bukti transaksi menjadi model informasi yang lebih

    bermanfaat bagi para pemakainya.

    B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan

    Akuntansi Konvensional

    1. Sekilas Tentang Akuntansi Syariah

    Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang

    mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara

    melakukan pengukuran atas sebagai transaksi dan akibatnya yang

    dikelompokan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,

    utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa

    kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi.

    Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita,

    sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al-Qur’an

    menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surat Asy-Syu’ara ayat

    181-184 yang berbunyi.11

    11

    Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al Qur‟an dan terjemahanya. Proyek

    Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an. Jakarta.

  • 29

    “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang

    merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah

    kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela

    di muka bumi dengan membuat kerusakan dan betakwalah kepada Allah yang

    telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu”.

    Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut

    Umer Chapra menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pedapatan,

    biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur

    kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah

    laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah

    organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau

    ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan

    laporan sesuai dengan motivasi dan kepentinganya, sehingga secara logis

    dikhawatirkan dia akan membonceng kepentinganya. Untuk itu diperlukan

    Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan beserta bukti-

    buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan

    dijelaskan dalam Ilmu Auditing

    Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang

    dijelaskan dalam surah Al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi :

  • 30

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik

    membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

    menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

    keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

    Kemudian, sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an, kita

    harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang

    disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’

    ayat 35 yang berbunyi:

    Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah

    dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih

    baik akibatnya.

    2. Pengertian Akuntansi Syariah

    Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi,

    pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan

    transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan

    ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung

    zhulun (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang

    membahayakan dan di haramkan.12

    Akuntansi syariah juga dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas

    transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh

    12

    Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari‟ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 13-14.

  • 31

    Allah SWT.13

    Prinsip Umum Akuntansi Syariah nilai pertanggung jawaban,

    keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam meliputi sistem akuntansi

    syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang

    oprasional dalam prinsip akuntansi syariah. Prinsip pertanggungjawaban

    (accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan

    masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep

    amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi

    manusia dengan khalik mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani oleh

    Allah SWT untuk menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-

    Qur’an yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia

    sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan

    akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat adalah praktik bisnis harus

    selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan

    diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.

    Prinsip keadilan, jika di tafsirkan lebih lanjut, surah Al-Baqarah ; 282

    mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini

    tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis,

    tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal

    ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi

    untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupanya. Dalam konteks

    akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara

    13

    Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

    2011, 2009, 2008), h. 8.

  • 32

    sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh

    perusahaan harus dicatat dengan benar.

    Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan

    dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita akan selalu

    dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan

    dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran,

    kebenaran ini akan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui,

    mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan

    demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran

    dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis

    besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat

    diterangkan.

    3. Dasar Hukum Akuntansi Syariah

    Dasar hukum akuntansi Syariah bersumber dari Al-Qura’an, Sunah

    Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu

    peristiwa tertentu), dan’Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan

    dengan Syariah Islam. Kaida-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki

    karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional.

    Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat

  • 33

    Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan

    masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.14

    4. Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi

    Konvensional

    Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional

    terdapat pada hal – hal sebagai berikut :

    a. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi

    b. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahunpem

    bukuan keuangan

    c. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal

    d. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penetuan barang

    e. Prinsip perbandingan (muqalabah) dengan prinsip perbandingan income

    dengan cost (biaya)

    f. Prinsip kontiunitas (istimrariah) denga kesinambungan perusahaan

    g. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

    Sedangkan perbedaanya, menurut Husein Syahatah, dalam buku

    Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal

    sebagai berikut :

    a. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai

    atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa

    yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan.

    14Kariyoto “Akuntansi Dalam Prespektif Syariah Islam” . Artikel di akses pada tanggal

    10 Desember 2014 dari http://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-

    dalam-prespektif-syariah-islam..pdf.

    http://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-dalam-prespektif-syariah-islam..pdfhttp://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-dalam-prespektif-syariah-islam..pdf

  • 34

    Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai

    tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi

    kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup

    perusahaan yang kontinuitas.

    b. Modal dalam konsep akuntans konvensional terbagi menjadi dua bagian,

    yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar),

    sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi

    harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock),selanjutya barang

    dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.

    c. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang

    sama kedudukanya bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya

    sebagai perantara untuk pengkuran dan nilai atau harga, atau sebagai

    sumber harga atau nilai.

    d. Konsep konvensional memprakekan teori pencadangan dan ketelitian dari

    menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta menyampingkan

    laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat

    memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan

    berdasarkan nialai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk

    kemungkinan bahaya dan resiko.

    e. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba

    dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram.

    Sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok

    dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari

    transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika

  • 35

    ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat

    yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram

    tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal.

    f. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika

    adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu

    akan ada ketika adanya perkembangan dari pertumbuhan pada nilai

    barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli

    adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh

    dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

    Degan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem

    Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh

    soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi persamaanya hanya bersifat

    aksiomatis.

    Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisinya yang berjudul “On

    Islamic Accounting”, berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam

    Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang

    harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari tuhan yang bukan

    ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai denagn kecendrungan manusia

    yaitu “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan

    tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana

    setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakanya dihadapan Tuhan

  • 36

    yang memiliki Akuntansi sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua

    tindakan manusia.15

    5. Praktek Akuntansi Pemerintahan Islam

    Adapun praktek Akuntansi Pemerintahan Islam anatara lain :16

    a. Pada zaman Rasulullah SAW cikal bakal akuntansi dimulai dari fungsi

    pemerintahan untuk mencapai tujuanya dan penunjukan orang-orang yang

    kompeten (Zaid,2000);

    b. Pemerintahan Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji,

    terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri (Hawary, 1988);

    c. Perkembangan pemerintahan Islam hingga Timur Tengah, Afrika, dan

    Asia di zaman Umar bin Khatab, telah meningkatkan penerimaan dan

    pengeluaran negara;

    d. Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk

    pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara;

    e. Umar bin Khatab mendirikan lembaga yang bernama Daiwan

    (dawwana=tulisan);

    15

    Mukhlisul Muzahid ”Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensional dan Akuntansi

    Syariah”. Artikel ini diakses pada 24 Februari 2015 dari

    http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pd

    f

    16

    Akuntansi Syariah Sejarah dan Perkembangan”. Artikel ini di akses pada 24 Februari

    2014. http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-

    ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdf

    http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdfhttp://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdf

  • 37

    f. Reliabilitas laporan keuangan pemerintahan dikembangkan oleh Umar bin

    Abdul Aziz (681-720M) dengan kewajiban mengeluarkan buktu

    penerimaan uang (Imam, 1951);

    g. Al Waleed bin Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang

    terjilid dan tidak seperti sebelumnya (Lasheen, 1973);

    h. Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat

    tertinggi pada masa Daulah Abbasiah;

    i. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti Akuntansi

    peternakan, Akuntansi pertanian, Akuntansi perbendaharaan, Akuntansi

    konstruksi, Akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku / auditing (Al-

    kalkashandy, 1913);

    j. Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi :17

    1) Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivable subsidiary ledger),

    menunjukan utang individu atas zakat tana, hasil pertanian, serta utang

    hewan ternak dan cicilan. Utang individu dicatat di satu kolom dan

    cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen, 1973);

    2) Jaridah Annafakat (Jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran

    negara;

    3) Jaridah Al Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran

    zakat;

    4) Jaridah Al Musadareen, mencatat penerimaan denda / sita dari

    individu yang tidak sesuai syariah, termasuk korupsi.

    17

    Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba

    Empat, 2009), h. 3.

  • 38

    k. Laporan Akuntansi yang berupa :18

    1) Al-Khitmah, menunjukan total pendapatan dan pengeluaran yang

    disebut setiap bulan (Bin Jafar, 1981);

    2) Al Khitmah Al Jame‟ah, laporan keuangan kompherensif gabungan

    antara income statment dan balance sheet (pendapatan, pengeluaran,

    surplus / defisit, belanja untuk aset lancar maupun aset tetap),

    dilaporkan pada akhir tahun;

    Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat

    diklasifikasikan pada laporan keuangan dalam 3 (tiga) kategori yaitu

    collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (Al-Khawarizmi,

    1984).

    C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam

    Dalam Fatwa DSSNN0 : 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan

    Musyarakah, terdapat beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini antara

    lain :19

    1. Ijab dan Qabul

    Pernyataan Ijab dan Qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

    menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan

    memperhatikan hal-hal berikut:

    18

    Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek, h. 3. 19

    Rifqi, Muhammad, Akuntansi Keuangan Syari‟ah Konsep dan Implementasi PSAK

    Syari‟ah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008). h. 323-325.

  • 39

    a. Penawaran dan penerimaan harus secra eksplisit menunjukan tujuan

    kontrak (akad).

    b. Penawaran dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

    c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

    menggunakan cara-cara komunikasi modern.

    2. Pihak yang berkontrak

    Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan

    hal-hal berikut:

    a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

    b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra

    melaksanakan kerja sebagai wakil

    c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses

    bisnis normal.

    d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola

    aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan

    aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa

    melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

    e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan

    dana untuk kepentingan sendiri.

    3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

    a. Modal

    1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya

    sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang,

  • 40

    properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih

    dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

    2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan,

    atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas

    dasar kesepakatan.

    3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,

    namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat

    meminta jaminan.

    b. Kerja

    1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan

    musyarakh akan tetapi, kesamaan porsi kerja lebih banyak dari yang

    lainya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan

    tambahan bagi dirinya.

    2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi

    dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi

    kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

    c. Keuntungan

    1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghidari

    perbedaan dan persengketaan pada waktu alokasi keuntungan atau

    ketika penghentian musyarakah.

    2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proposional atas dasar

    seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan diawal yang

    ditetapkan bagi seorang mitra.

  • 41

    3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi

    jumlah tertentu, kelebihan tersebut atau prosentase itu diberikan

    kepadanya.

    4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.

    d. Kerugian

    Kerugian harus dibagi di antara ara mitra secara proposional menurut

    saham masing-masing dalam modal.

    4. Biaya Oprasional dipersengketakan

    a. Biaya oprasional dibebankan kepada modal bersama.

    b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi

    perselisihan diantara pihak, maka penyelesaianya dilakukan melalui Badan

    Arbitase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah,

    Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip

    kemitraan dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait untuk meraih

    kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau

    hukum musyarakah ada empat, yaitu;20

    1) Pelaku terdiri atas para mitra.

    2) Objek musyarakah berupa modal dan kerja.

    3) Ijab qabul/ serah terima.

    4) Nisbah keuntungan

    20

    Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

    2011). Hal, 147-149.

  • 42

    Adapun ketentuan Syar’ahnya antara lain :

    a) Pelaku : Para mitra harus cakap hukum dan baligh

    b) Objek musyarakah

    Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukanya

    akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja

    1. Modal

    a. Modal yang diberikan harus tunai.

    b. Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset

    perdagangan atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan

    sebagainya.

    c. Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus

    ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.

    d. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan

    pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus.

    Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain

    untuk membiayai pembelian perlengkapan antor.

    e. Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset

    kemitraan.

    f. Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian

    juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah,

    menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah

    menyepakatinya.

  • 43

    g. Seorang mitra tidak diizinkan untuk menyairkan atau menginvestasikan

    modal itu untuk kepentingan sendiri.

    h. Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjamin modal,

    seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainya, karena musyarakah

    didasarkan ada prinsip al ghunmu bi al ghurmi- hak untuk mendapatkan

    keuntungan berhubungan dengan resiko yang diterima. Namun, demikian,

    seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dan baru

    dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan

    yang disengaja.

    i. Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek

    atau investasi yang dilarang oleh syari’ah. Adapun transaksi yang dilarang

    antara lain.21

    1) Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang yang diharamkan Allah

    SWT.

    2) Riba.

    3) Penipuan.

    4) Perjudian.

    5) Gharar.

    6) Ikhtikar.

    7) Monopoli.

    8) Bai‟an najasi.

    9) Suap.

    10) Taalluq.

    21

    Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, h.73.

  • 44

    11) Bai‟al inah.

    12) Talaqqi al-rukban.

    2. Kerja

    a. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan

    musyarakah.

    b. Tidak dibenarkan apabila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak

    ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.

    c. Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainya tidak harus

    sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian

    keuntungan yang lebih besar.

    d. Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.

    e. Para mitra harus menjalankan usaha dengan syariah.

    f. Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia

    sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan

    tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima

    upah yang sama dengan yang dibayar untuk pekerjaan itu ditempat lain,

    karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan musyarakah.

    g. Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas

    yang menjadi bagianya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.

    3. Ijab Kabul

    Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela diantara pihak-pihak

    pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi

    atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

  • 45

    4. Nisbah

    a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh

    para mitra di awal akad sehingga resiko perselisihan di antara para mitra

    dapat dihilangkan.

    b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

    c. Keuntungan yang diagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan

    tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

    d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan

    tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

    e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntunganya sendiri dengan

    menyatakan nilai nominal tertentu, karena hal ini sama dengan riba dan

    dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama

    risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

    f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan

    mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya

    untuk organisasi kemanusian tertentu atau untuk cadangan (reserve).

    Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proposional sesuai dengan

    porsi modal dari masing-masing mitra. Dalam musyarakah yang

    berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian

    dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa berikutnya.

    Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang

    disetorkan dan selisih dari modal adalah merupakan keuntungan atau

    kerugian.

  • 46

    5. Berakhirnya Akad Musyarakah

    Akad musyarakah akan berakhir apabila :22

    a. Salah seorang mitra menghentikan akad.

    b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang

    meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh seorang ahli warisnya

    yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua

    ahli waris lain dan mitra lainya.

    c. Modal musyarakah hilang atau habis.

    D. Akuntansi Musyarakah

    1. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Musyarakah

    a. Pendahuluan

    PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan dari

    PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai

    musyarakah. Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturanya

    adala sebagai berikut: 23

    1) PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi

    musyarakah baik sebagai mitra aktif dan mitra pasif. Namun, PSAK

    ini tidak berlaku untuk obligasi syari’ah (sukuk) yang menggunakan

    akad musyarakah.

    22

    Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, h. 149. 23

    Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), h.

    325-326.

  • 47

    2) Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan

    akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam

    transaksi musyarakah.

    3) Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah

    atas usaha musyarakah yang dilakukan.

    4) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk etnis sebagai mitra

    aktif, penyempurnaan dilakukan untuk :

    a) Pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah

    aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih kurang antara nilai

    wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai kerugian pada

    saat akad. Sedangkan selisih lebih antara nilai wajar dan nilai

    tercatat aset nonkas diakui sebagai selisih penilaian aset

    musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa

    akad musyarakah.

    b) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai

    investasi musyarakah dan disisi lain diakui sebagai syirkah

    temporer.

    5) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra

    pasif, penyempurnaan dilakukan untuk:

    a) Pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah

    aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih kurang antara nilai

    wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai kerugian pada

    saat akad. Sedangkan selisih lebih antara nilai wajar dan nilai

    tercatat aset nonkas diakui sebagai selisih penilaian aset

  • 48

    musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa

    akad musyarakah.

    b) Kentungan tangguhan dari selisih enilaian aset nonkas yang

    diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari

    investasi musyarakah.

    b. Karakteristik

    a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk medanai

    suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah

    berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan

    dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara

    bertahap atau sekaligus kepada entitas (mitra lain).

    b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, serta kas,

    atau aset non-kas.

    c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana lainya, maka setiap

    mitra dapat menerima mitra lainya untuk menyediakan jaminan atas

    kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang

    menunjukan adanya kesalahan yang disengaja dalam PSAK 106

    paragraf 7 yaitu :

    1) Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalah gunaan dan

    investasi, manipulasi biaya, dan pendapatan oprasional; atau

    2) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

    3) Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa

    maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan

    kepuusan institusi yang berwenang.

  • 49

    4) Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara

    proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas

    maupun aset non-kas lainya) atau sesuai nisbah yang disepakati

    oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara

    proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas

    maupun aset non-kas lainya).

    5) Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari

    mitra lainya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat

    memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk

    keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi

    keuntungan yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk

    tambahan keuntungan lainya.

    6) Porsi jumlah bagi hsil untuk para mitra ditentukan berdasarkan

    nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh

    selama periode akad bukan jumlah investasi yang disalurkan.

    7) Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang

    terkait denga investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan

    akuntansi tersendiri.

    c. Pengakuan dan Pengukuran

    Untuk mempertanggungjawaban pengelola usaha dan sebagai dasar

    penentuan bagi hasil mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah

    harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah

    tersebut.

  • 50

    2. Akuntansi Mitra Aktif (Nasabah)

    Mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik

    mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya.24

    1. Pada saat akad

    a. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non

    kas untuk usaha musyarakah

    b. Pengukuran investasi musyarakah:

    1) Dalm bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan; dan

    2) Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika

    terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non-kas,

    maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset

    musyarakah dalam ekuitas.

    3) Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama akad

    musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar

    nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang

    mencerminkan :

    a) Penyusutan yang dihitung dengan historical cost model;

    ditambah dengan

    b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali

    saat penyisihan aset non-kas untuk usaha musyarakah.

    4) Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan

    nilai aset, maka penurunan nilai aset ini langsung diakui sebagai

    24

    Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

    2011, 2009, 2008), h.150.

  • 51

    kerugian. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai

    wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru.

    5) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi

    kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah

    kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.

    6) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, dari bank

    syari’ah dan BMT) diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi

    lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :

    a) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima;

    dan

    b) Dana dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan

    disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis

    apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra

    pasif.

    2. Selama Akad

    a. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana

    mitra diakhir akad dinilai sebesar :

    1) Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal

    akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau

    2) Nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk

    usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian

    (apabila ada).

    b. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan

    pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas

  • 52

    yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah

    dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada

    mitra pasif dan dikurangi kerugian (apabila ada).

    3. Akhir akad

    Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum

    dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.

    4. Pengakuan Hasil Usaha

    a. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui

    sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha

    musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui

    sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.

    b. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana

    masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.

    c. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau

    pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif

    ata pengelola usaha musyarakah.

    d. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat

    diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan

    usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang

    dilakukan secara terpisah.

  • 53

    3. Akuntansi Mitra Pasif

    Mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah

    lembaga keuangan).

    1. Pada Saat Akad

    a. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan

    aset non-kas kepada mitra aktif musyarakah.

    b. Pengukuran investasi musyarakah :

    1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan

    2) Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika

    terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas,

    maka selisih tersebut diakui sebagai:

    a) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama akad; atau

    b) Kerugian pada saat terjadinya.

    c. Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang

    diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset

    yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan