IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR …...“Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106...
Transcript of IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR …...“Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106...
-
IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) 106
TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BMT AL
MUNAWWARAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
MATSALUL JAKI MUTKI
NIM: 1110053000013
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./ 2015 M.
-
iv
ABSTRAK
Matsalul Jaki Mutki, NIM 1110053000013
Judul Skripsi : Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (106) Terhadap
Transaksi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah Kantor Pusat Pamulang
Pembimbing : Muamar Aditya, SE, M. AK
Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak
perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhir.
Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem ekonomi
syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam menjalankan
agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi ekonominya
sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan praktek ekonomi
syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika dibandingkan dengan
perkembangannya di negara – negara maju.
Di Indonesia lembaga keuangan syariah mulai menjamur yaitu bank
syariah maupun BMT, namun BMT lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan
shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis
berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang
disebut baitul tamwwil
Melihat perkembangan BMT di Indonesia yang pesat namun di mana ada
kecendrungan dari BMT di Indonesia masih menggunakan akuntansi standar yang
belum berpedoman pada PSAK, oleh karena itu penulis ingin meneliti pada BMT
Al Munawwarah karena BMT tersebut termasuk BMT yang cepat pertumbuhanya
dan mempunyai banyak cabang khususnya di daerah Tangerang Selatan dan
Depok.
Penelitian ini merupakan studi pada BMT Al Munawwarah dengan judul
“Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106 Terhadap Transaksi
Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji apakah perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah yang dilakukan
BMT Al Munawwarah sudah sesuai dengan PSAK No. 106.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif
yaitu memberikan gambaran dan penilaian mengenai perlakuan akuntansi
pembiayaan musyarakah pada BMT Al Munawwarah.
Hasil analisis menyatakan bahwa implementasi pembiayaan musyarakah
pada BMT Al Munawwarah telah sesuai dengan PSAK No. 106. Kesesuaian
tersebut sudah meliputi pencatatan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi musyarakah. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis
menyarankan agar BMT Al Munawwarah terus konsisten dalam
mengimplementasikan PSAK 106 secara penuh yang disusun oleh IAI selaku
organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Kata kunci : Perlakuan Akuntansi, PSAK 106, Pembiayaan Musyarakah
-
v
KATA PENGANTAR
ِحْيـــــمِ ْحَمِن الرَّ بِْســــــــــــــِم هللاِ الرَّ
Puji syukur peneliti ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
serta inayah-NYA peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini.
Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada
pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam
menjalankan kehidupan ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada Inunda dan Ayahanda
penulis, Ayahanda tercinta H. Guntur Alamsyah dan Ibunda tersayang Nurhayati
yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang serta doanya yang selalu
mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi
inipun dapat penulis selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I).
Selanjutnya, juga yang paling penting penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya adalah:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
Suparto, S.Ag., M.Ed selaku Wadek I bidang Akademik, Dr. Hj. Raudhanah,
M.Ag selaku Wadek II bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wadek III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan
Drs. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
-
vi
Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan skripsi dan
juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.
3. Muammar Aditya, SE,M.AK selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis
serta memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah
pada skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu
yang dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui
informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada.
5. Seluruh Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-
bukunya sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Keluarga Besar BMT Al Munawwarah (Ibu Sumirah Almisani dan Bpk.
Samabiyanto, SE) yang telah banyak membantu penulis dan telah memberi
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta terimakasih atas
masukan yang berarti bagi penulis.
7. dr. Diniati Juliana Zulhawa yang telah memberikan suport hingga penulis
dapat menyelsaikan skripsi ini dengan sehat wal afiat.
8. Rekan-rekan Mahasiswa UIN yang membantu terselesaikannya skripsi ini
baik bantuan moril maupun fasilitasnya yaitu kelas Manajemen Dakwah A
dan B, Teman-teman KKN 45 Sukseeesss !!!, dan Sahabat-sahabat PMII
Cabang Ciputat khususnya PMII KOMFAKDA semoga Allah SWT
membalas kebaikan kalian.
-
vii
9. Sahabat-sahabat terbaik GBA (Abby Andriandini, Deni Hamdani,
Muhammad Muslim dan Slamet Eko Purnomo) terimakasih atas dukungan
semangat dan keceriaannya semoga kita tetap selalu kompak.
Pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua
kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 16 Juni 2015
Matsalul Jaki Mutki
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Panitia Uian ....................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Pernyataan ............................................................................................ iii
Abstrak ................................................................................................................ iv
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8 C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ........................................... 8 D. Review Study Terdahulu ..................................................... 9 E. Kerangka Teori..................................................................... 16 F. Metode penelitian ................................................................ 18 G. Pedoman Penulisan Laporan ............................................... 20 H. Sistematika Penulisan .......................................................... 20
BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI,
AKUNTANSI SYARI’AH SERTA AKUNTANSI
MUSYARAKAH BERDASARKAN PSAK 106
A. Pengertian Akuntansi Secara Umum ..................................... 22 B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan
Akuntansi Konvensional ....................................................... 28
C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam .............................. 38 D. Akuntansi Musyarakah .......................................................... 46 E. Akad Musyarakah Berdasarkan PSAK 106 .......................... 57 F. Jurnal Teori Akuntansi Syariah ............................................. 66
BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL MUNAWWARAH
A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al Munawwarah ............... 83 B. Visi dan Misi BMT Al Munawwarah .................................... 84 C. Tim Kerja BMT Al Munawwarah tahun 2013-2016 ............. 85 D. Izin dan Legalitas .................................................................. 86 E. Penghargaan dan Prestasi ...................................................... 87 F. Wilayah dan Kantor ............................................................... 87 G. Produk-Produk BMT Al Munawwarah ................................. 88
-
ix
BAB IV IMPLEMENTASI AKUNTANSI MUSYARAKAH PADA
BMT AL MUNAWWARAH BERDASARKAN PSAK 106
A. Akuntansi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah............ 92 1. Perlakuan dan Pencatatan Akuntansi Musyarakah .......... 92
B. Ketentuan Akuntansi Musyarakahah Menurut PSAK 106 .... 98 1. Aset Atau Investasi Musyarakah .................................... 98 2. Jaminan .......................................................................... 99 3. Pengembalian Dana Musyarakah ................................. 100 4. Kewajiban, Piutang, Keuntungan dan Kerugian
Musyarakah .................................................................. 101
5. Bagi Hasil ..................................................................... 101 6. Kekuatan dan Kelemahan PSAK 106 .......................... 102 7. Jurnal Pembiayaan Akuntansi Musyarakah ..................102
C. Implementasi Akuntansi Musyarakah Terhadap (PSAK) 106 ...............................................................................................107
1. Pencatatan ( Pengakuan dan Pengukuran ) .................... 107 2. Pengungkapan ................................................................ 109 3. Penyajian ....................................................................... 110 4. Penilaian Implementasi Antara PSAK 106 dan BMT Al
Munawwarah ................................................................. 113
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 123 B. Saran ........................................................................... 125
Daftar Pustaka
Lalpiran-Lampiran
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Neraca BMT ........................................................................................111
Tabel 4.2 Pembiyaan Musyarakah ......................................................................112
Tabel 4.3 Pos Perhitungan Hasil Usaha Pendapatan Utama .............................. 113
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak
perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhr.
Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem
ekonomi syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam
menjalankan agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi
ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan
praktek ekonomi syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika
dibandigkan dengan perkembangannya di negara – negara maju.
Salah satu upaya penerapan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi
adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan
prinsip Islam. Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang
menghubungkan antara dua pihak yang memerlukan dana dan pihak yang
mengalami surplus dana. Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank,
mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran tersebut
dijadikan wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efesien ke arah peningkatan taraf hidupnya.1
1 Sigit Triandaru dan Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), h. 10.
-
2
Tujuan didirikanya lembaga keuangan syariah adalah untuk
mngembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan
perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
keseimbangan dan keuniversalan.2
Di Indonesia sistem perekonomian yang sesuai dengan prinsip syariah
telah dipraktikan dan melembaga sejak lama, bila kita melihat kembali
kebelakang sesungguhnya masyarkat Indonesia telah mengenal ekonomi
syariah bahkan jauh sebelum sistem kapitalis dikenal bangsa Indonesia, yaitu
dengan praktik bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik lahan. Dalam
perkembanganya bahkan memiliki peran secara nasional terbukti dengan
didirikanya Syarikat Dagang Islam pada tahun 1909. Kekuatan para pedagang
Islam tersebut telah menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap kolonial
Belanda. Secara nasional perkembangan ekonomi syariah diawal dengan
berdirinya BPRS ( Bank Perkreditan Rakyat Syariah) di Bandung pada tahun
1991, yaitu P.T. BPRS Berkah Amal Sejahtera dan P.T. BPRS Hareukat.
Selanjutnya PT BMI yang beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 sebagai Bank
UMUM pertama yang beroprasi berdasarkan prinsip syariah.3
2 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h.35. 3 Toto Tohir “Eksistensi BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Sebagai Lembaga Keungan
Syariah di Indonesia” Artikel diakses pada tanggal 25 Maret 2015 dari
https://nenisriimaniyati.files.wordpress.com/2012/03/eksistensi-bmt.pdf
https://nenisriimaniyati.files.wordpress.com/2012/03/eksistensi-bmt.pdf
-
3
Perkembangan bank syariah diikiuti dengan berkembangnya lembaga
keuangan syariah di luar struktur perbankan, seperti Baitul Maal wat Tamwil
(BMT), Asuransi Takaful, Pasar Modal Syariah, dan Lembaga Pegadaian
Syariah.
Perkembangan bank syariah atau pasar modal syariah menunjukan
pertumbuhan yang cukup baik, selain terdapat peningkatan market share
pasar modal syariah yang tercermin antara lain dari jumlah saham syariah
tahun sebelumnya, juga terdapat peningkatan jumlah saham yang masuk
dalam Daftar Efek Syariah (DES) dibandig periode sebelumnya. Peningkatan
juga terjadi pada akhir 2013 atas nilai kapitalisasi Pasar Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) dan mengalami peningkatan sebesar 4,35% jika
dibandingkan kapitalisasi pasar saham ISSI pada akhir Desember 2012.4
Perkembangan Bank dan lembaga keuangan syariah di Indonesia
mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Yang
dimaksud dengan lembaga keuangan atau institusi keuangan adalah semua
perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang
disimpankan kepada mereka.5
Pembiayaan musyarakah mengalami pertumbuhan yang pesat baik di
sektor Perbankan Syariah maupun BMT. Hal ini dikarenakan banyaknya
masyarakat yang ingin membuka usahanya dengan cara kerjasama dengan
4 http://www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013 diakses
pada tanggal 16 Juni 2015 5 Sardono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995), edisi 2, hal. 199.
http://www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013
-
4
pihak Bank Syariah maupun BMT dengan menggunakan pembiayaan
musyarakah.
Namun salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh
kalangan perbankan saat ini adalah masalah stadarisasi sistem akuntansi dan
audit, yang bertujuan untuk menciptakan transparansi keuangan. Kunci
kesuksesan suatu BMT sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik
terhadap kekuatan finansial BMT yang bersangkutan, dan kepercayaan
terhadap kesesuaian oprasional BMT dengan sistem syaria’ah Islam.
Kepercayaan ini termasuk didalamnya kepercayaan yang diberikan oleh para
depositor dan investor, yang keduanya merupakan stakeholder utama sistem
perbankan.
Sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat
kualitas informasi yang diberikan kepada publik, diaman bank syariah harus
mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas
didalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai
dengan syariat Islam. Oleh karena itu, membangun sebuah sistem akuntansi
dan audit yang bersifat standar merupakan sebuah keniscayaan dan telah
menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Tanpa itu, mustahil Bank
Syari’ah dan BMT dapat meningkatkan daya saingnya dengan kalangan
konvensional.6
6 Irfan Syauqi Beik “Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan Syari’ah”, artikel
diakses pada tanggal 13 November 2014 dari http://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-
syari’ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari’ah.
http://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syari'ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari'ahhttp://.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syari'ah/1074-urgensi-standarisasi-akuntansi-perbankan-syari'ah
-
5
Salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang dapat
menggerakan sektor rill adalah BMT. BMT merupakan suatu lembaga
ekonomi rakyat, yang secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat
bawah karena BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan
usaha kecil, terutama bantuan permodalan.7
BMT sebagai lembaga sosial lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan
shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga
bisnis berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana
komersil, yang disebut baitul tamwwil.8 Dengan demikian BMT memiliki dua
fungsi, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah serta pula
berfungsi sebagai institusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat
produktif sebagaimana layaknya bank.9
Akuntansi sebagai aspek muamalah sangat penting kaitanya dengan
segala bentuk transaksi yang ada. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282
menjadi dasar implikasi akuntansi, di dalamnya menyatakan secara tegas
rambu-rambu yang harus ditaati hubunganya dengan penerapan akuntansi dan
pencatatan yang dilakukan selama bermuamalah.
7 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 83. 8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2008) edisi
3. h.3 9 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h.35.
-
6
Akuntansi pada hakikatnya mencatat transaksi keuangan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Lembaga Keuangan Islam harus
menerapkan akuntansi Islam (syariah) dalam setiap transaksi yang dilakukan.
Ini merupakan tantangan besar bagi pakar syari’ah Islam. Maka harus
mencari dasar bagi penerapan standar akuntansi yang berbeda dengan standar
akuntansi pada bank dan lembaga keuangan konvensional yang dikenal
selama ini. Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bagi lembaga
keuangan syari’ah.10
Eksistensi akuntansi syari’ah di Indonesia diawali dengan PSAK 59
yang disahkan pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK
merupakan produk Dewan Standar Akuntansi Keuanga-Ikatan Akuntansi
Indonesia PPSAK 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 januaru 2008,
telah disahkan pada 27 Juni 2007. Perbedaan mendasar antara PSAK 59
dengan PSAK terbaru adalah pemberlakuan bukan hanya ditunjukan untuk
seluruh entitas syari’ah, baik bak maupun non bank.11
Oleh karena itulah, dalam kegiatan oprasional dan perlakuan atau
aplikasi akuntansi pada perbankan syari’ah diperlukan adanya suatu evaluasi
perlakuan atau aplikasi akuntansi dari masing-masing produk. Masing-masing
produk memiliki PSAK yang mengaturnya, antara lain PSAK No 102
mengenai akuntansi murabahah, PSAK No 103 mengenai akuntansi salam,
10
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005)Edisi
Revisi, h. 319. 11
M. Gunawan Yasni, “PSAK Syari’ah berlaku 1 januari 2008”, 13 November 2014
dari http://mgyasni.niriah.com/2008/03/14psak-syari’ah-berlaku-1-januari-2008/.
http://mgyasni.niriah.com/2008/03/14psak-syari'ah-berlaku-1-januari-2008/
-
7
PSAK no 104 mengenai akuntansi isthisna, PSAK No 105 mengenai
akuntansi mudharabah dan PSAK No 106 mengenai akuntansi musyarakah.
Akuntansi syariah adalah suatau kegiatan identifikasi, klasifikasi,
pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan
transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan
ekonomi berdasakan prinsip akad-akadsyari’ah, yaitu tidak mengandung
zhulum (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan) barang yang
membahayakan dan diharamkan.12
Urgensi pencatatan dalam akuntansi tersebut sejalan dengan ajaran
Islam yang berupaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat
karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountibility (pertanggung
jawaban) dalam menjamin akurasinya.13
Akuntansi merupakan alat untuk merefleksikan realitas. Akuntansi
harus didasarkan pada etika realitas dikonstruksi dalam kaitanya dengan nilai
etika. Jika tidak, realitas dalam akuntansi akan direfleksikan dalam presentasi
lain dan pada giliranya akan menyesatkan pihak - pihak yang tertarik
padanya.14
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai implementasi akuntansi syariah pada Lembaga lembaga
keuangan mikro syariah dan melihat bagaimana kesesuaianya dengan PSAK
12
Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari’ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 14. 13
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 199), h. 121. 14
Iwan Triyuwono, Organisasi dan Akuntansi Syari’ah, (Yogyakarta: LKIs 2000), h.
323.
-
8
No. 106 akuntansi musyarakah yang diberi judul “IMPLEMENTASI
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 106
TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BAITUL MAAL
WAT TAMWIL (BMT) AL MUNAWWARAH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan tentang
evaluasi implementasi akuntansi musyarakah PSAK 106 pada BMT Al
Munawwarah berlokasi di Komplek Masjid Al Muhajirin Perumahan Bukit
Pamulang Indah Blok A-18A/02 Pamulang Tangerang-Selatan Telp./Fax.
021-7499865. Untuk memudahkan penelitian ini, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
transaksi musyarakah pada BMT Munawwarah ?
2. Apakah akuntansi musyarakah tentang pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan pada BMT Al Munawwarah telah sesuai
dengan PSAK 106 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :
a. Untuk melihat penerapan akuntansi musyarakah yang digunakan pada
BMT.
-
9
b. Untuk menganalisis kesesuaian implementasi manajemen keuangan
akuntansi musyarakah BMT terhadap PSAK 106.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan mengenai akuntansi musyarakah dan
proses pencatatannya menurut PSAK 106.
b. Bagi BMT
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi BMT dalam
implementasi akuntansi musyarakah dengan mengacu pada PSAK 106.
c. Bagi Akademisi
Menambah pengetahuan tentang implementasi akuntansi musyarakah
berdasarkan PSAK 106 dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
D. Review Study Terdahulu / Tinjauan Pustaka
No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Skripsi
1. a. Judul Analisis Perlakuan
Akuntansi Koperasi dan
Akuntansi Pajak
Penghasilan dalam laporan
keuangan koperasi (studi
Implementasi
Akuntansi Musyarakah
berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.
-
10
kasus pada koperasi UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta) Penulis : Septia
Handayani ( Jurusan
Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial)
106 pada BMT Al
Munawwarah
b. Pendekatan Teori Dalam PSAK 27, Koperasi
adalah badan usaha yang
mengorganisir
pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber
daya ekonomi para
anggotanya atas dasar
prinsip koperasi dan
kaidah usaha ekonomi
untuk meningkatkan taraf
hidup anggota pada
khususnya dan ekonomi
rakyat pada umumnya.
Dalam ayat Al-Qur’an
surat Al Baqarah ayat
282, menjelaskan
bahwa wajib bagi
semua pihak yang
melakukan mu’amalah
untuk mencatatnya
(menulis utang piutang)
dan juga harus ada
persaksian dari pihak
lain.
c. Fokus Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
bagaimanakah penerapan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
bagaimanakah aplikasi
-
11
akuntansi koperasi pada
koperasi UIN Jakarta.
akuntansi musyarakah
di BMT Al
Munawwarah serta
kesesuainya dengan
PSAK 106.
d. Metode Penulisan Adapun Metode yang
digunakan adalah metode
deskriptif-kualitatif.
Adapun metode yang
digunakan adalah
metode dekriptif-
kuantitatif.
e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2008, dan
Koperasi UIN Jakarta
merupakan tempat
penelitian.
Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2015, dan
pada BMT Al
Munawwarah,
Pamulang.
f. Persamaan Membahas tentang
Akuntansi yang dilakukan
oleh Kopersi di Univ. UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Membahas tentang
perlakuan Akuntansi
yang dilakukan BMT
Al Munawwarah.
g. Perbedaan Tempat penelitian pada
Koperasi UIN Syarif
Hidayatullah dan meneliti
Study Skripsi pada
BMT Al Munawwarah,
dan membahas tentang
-
12
tentang akuntansi
Koperasi.
Akuntansi PSAK 106
2. a. Judul Perlakuan Akuntansi
Obligasi Syariah
Mudharabah Subordinasi
pada laporan keuangan PT.
Bank Muamalat Indonesia
TBk Periode 2003-2005.
Penulis: Fitri Amelia
(Perbankan Syari’ah,
Fakultas Syariah dan
Hukum).
Implementasi
Akuntansi Musyarakah
berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.
106 pada BMT Al
Munawwarah.
b. Pendekatan Teori Berdasarkan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional
No.33/DSN-MUI/IX/2002,
dikatakan bahwa obligasi
syariah Mudharabah
adalah suatu surat berharga
jangka panjang
berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang
Dalam ayat Al-Qur’an
surat Al Baqarah ayat
282, menjelaskan
bahwa wajib bagi
semua pihak yang
melakukan mu’amalah
untuk mencatatnya
(menulis utang piutang)
dan juga harus ada
persaksian dari pihak
-
13
obligasi syariah berupa
hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh
tempo.
lain.
c. Fokus Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
bagaimanakah perlakuan
akuntansi obligasi syari’ah
mudhorobah pada PT.
Bank Muamalat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
bagaimanakah aplikasi
akuntansi musyarakah
di BMT Al
Munawwarah serta
kesesuainya dengan
PSAK 106.
d. Metode Penulisan Adapun metode yang
digunakan adalah metode
dekriptif –kualitatif.
Adapun metode yang
digunakan adalah
metode dekriptif-
kuantitatif.
e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2008, dan PT.
Bank Muamalat Indonesia
yang menjadi tempat
penelitian.
Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2015, dan
pada BMT Al
Munawwarah,
Pamulang.
-
14
f. Persamaan Membahas Perlakuan
Akuntansi Obligasi
Syariah Mudharabah
Subordinasi pada laporan
keuangan PT. Bank
Muamalat Indonesia TBk
Periode 2003-2005
Membahas tentang
perlakuan Akuntansi
yang dilakukan BMT
Al Munawwarah.
g. Perbedaan Perlakuan Akuntansi
Obligasi Syariah
Mudharabah
Subordinasipada lapuran
keuangan PT. Bank
Muamalat TBk.
Study Skripsi pada
BMT Al Munawwarah,
dan membahas tentang
Akuntansi PSAK 106
3. a. Judul Perlakuan Akuntansi
Murabahah berdasarkan
PSAK 102 pada BMT Al
Fath. Penulis : Ita Yuliana
Setia Ningsih (Jurusan
Perbankan Syari’ah,
Fakultas Syaria’ah dan
Hukum)
Implementasi
Akuntansi Musyarakah
berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.
106 pada BMT Al
Munawwarah
b. Pendekatan Teori Dalam Draft Ed. PSAK Dalam ayat Al-Qur’an
-
15
102, Murabahah adalah
akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar
biaya perolehan ditambah
keuntungan yang
disepakati dan penjual
harus mengungkapkan
biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli.
surat Al Baqarah ayat
282, menjelaskan
bahwa wajib bagi
semua pihak yang
melakukan mu’amalah
untuk mencatatnya
(menulis utang piutang)
dan juga harus ada
persaksian dari pihak
lain.
c. Fokus Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sistem
dan penerapan akuntansi
murabahah di BMT Al
Fath, serta kesesuaian
perlakuan akuntansi
murabahah dengan PSAK
102.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
bagaimanakah aplikasi
akuntansi musyarakah
di BMT Al
Munawwarah serta
kesesuainya dengan
PSAK 106.
d. Metode Penulisan Adapun metode yang
digunakan adalah metode
deskriptif –kualitatif.
Adapun metode yang
digunakan adalah
metode dekriptif-
kuantitatif.
-
16
e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2011, dan
BMT Al Fath merupakan
tempat penelitan.
Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2015, dan
pada BMT Al
Munawwarah,
Pamulang.
f. Persamaan Membahas tentang
perlakuan Akuntansi BMT
Al Fath.
Membahas tentang
perlakuan Akuntansi
yang dilakukan BMT
Al Munawwarah.
g. Perbedaan Study Skripsi pada BMT
Al Fath dan membahas
tentangan Akuntansi
PSAK 102
Study Skripsi pada
BMT Al Munawwarah,
dan membahas tentang
Akuntansi PSAK 106
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan teori-teori mengenai permasalahan yang
akan dibahas dalam skripsi, baik teori yang bersifat umum maupun teori yang
bersifat khusus yang terkait dengan fokus penelitian. Hal-hal yang termasuk
dalam objek penelitian sebagai berikut :
BMT adalah sebuah keuangan mikro yang dalam usahanya memberikan
pembiayaan, jasa-jasa lalu lintas peredaran dan pembayaran uang. BMT
-
17
mempunyai ruang lingkup kegiatan yang luas dan melibatkan bermacam-
macam disiplin ilmu bagi pengurus dan pengelolaan tersebut.
Dalam PSAK 106 paragagraf 27 disebutkan bahwa investasi
musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan kas atau
penyerahan aset-aset non-kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas dinilai
sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraf 28a), sedangkan aset yang
berwujud non-kas dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat selisih antara
nilai wajar dan nilai tercatat aset non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad atau sebagai
kerugian pada saat terjadinya (paragraf 28b). Investasi musyarakah non-kas
yang diukur dengan nilai wajar aset yang di serahkan akan berkurang nilainya
sebesar beban penyusutan atas aset yang di serahkan, dikurangi amortisasi
keuntungan tangguhan (jika ada) (paragraf 29). Adapaun biaya biaya yang
terjadi akibat akad musyarakah, seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra (paragraf 30).
Akuntansi syariah adalah proses yang di gunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur serta melaporkan informasi keuangan suatu
organisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam aturan syariat
Islam.
Pada dasarnya akuntansi syariah tidak jauh berbeda secara teknis
dengan akuntansi pada umumnya, dimulai dari pencatatan transaksi
-
18
berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, pengklasifikasian ke dalam buku
besar, pengikhtisaran dalam neraca lajur sampai menyusun laporan keuangan
berupa laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas
serta catatan atas laporan keuangan.
Gambar 1.1 : Alur pedoman penelitian implementasi akuntansi syariah di
BMT
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada bermacam-macam tipe penelitian,
antara lain deskriptif, eksplanatif, eksploratif, eksperimental, dan lainnya.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif yang bertujuan menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul menjadi objek penelitian
PSAK
PSAK 106 “Musyarakah”
Akuntansi di BMT
Analisi Data
Kesesuaian Penerapan Akuntansi BMT
Dengan PSAK 106
Akuntansi di BMT Akuntansi di BMT
-
19
itu berdasarkan apa yang terjadi15
. Dan diakhir penilitian peneliti
menggunakan tingkat penilaian penyesuaian untuk memastikan secara
keseluruhan point implementasi yang dilakukan oleh BMT Al Munawwarah.
2. Data Penelitian
Data penelitian yang diperoleh penulis berupa data priemer dan data
sekunder. Data priemer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak
yang kompeten mengenai penerapan akuntansi syariah, sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi berupa data-
data dan dokumen-dokumen serta sumber tertulis lainya yang berhubungan
dengan implementasi akuntansi musyarakah di BMT Munawwara
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan, penulis
mengumpulkan data dan informasi tentang akuntansi syariah, akuntansi BMT
dan PSAK akuntansi musyarakah di perpustakaan. Sedangkan penelitian
lapangan, penulis memperoleh data dengan mendatangi langsung tempat yang
dijadikan objek penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Interview (wawacara) dengan mewawancarai pihak yang kompeten
mengenai penerapan akuntansi di BMT dalam hal ini bagian keuangan dan
15
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2008) Cet. Ke-3, hal. 36
-
20
manajer oprasional BMT sedangkan studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen yang diperoleh dari
BMT yang berkaitan dengan implementasi akuntansi musyarakah dan
dokumen lain yang terkait dengan implementasi akuntansi musyarakah yang
digunakan BMT Munawwarah.
5. Teknik Pengolahan Data
Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode Dummy.
Dalam analisa ini, penulis menjabarkan data nilai implementasi akuntansi
musyarakah yang diperoleh dari BMT, kemudian menganalisa dan
menilainya dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 106.
G. Pedoman Penulisan Laporan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
H. Sistematika Penulisan
BAB 1,
Pendahuluan, membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan
konsep, kajian kepustakaan terdahulu, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
-
21
BAB II
Membahas tentang Gambaran Umum mengenai Akuntansi, Akuntansi
Syariah serta Akuntansi Musyarakah berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106. Dimana didalam bab kedua ini terdiri
dari Pengertian Akuntansi Secara Umum, Akuntansi Syariah dan
perbedaanya dengan akuntansi konvensional, Prosedur Akad Musyarakah
dalam Islam, Akuntansi Musyarakah, Akad Musyarakah berdasarkan PSAK
No. 106 serta Jurnal Teori Akuntansi Musyarakah.
BAB III
Gambaran Umum BMT Al Munawwarah, memuat secara rinci sejarah
berdirinya BMT, produk yang ditawarkan BMT, dan pendapatan BMT.
BAB IV
Membahas mengenai Evaluasi Aplikasi Akuntansi Musyarakah pada
BMT Al Munawwarah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 106. Di bab keempat ini berisi tentang Aplikasi
Akuntansi Musyarakah pada BMT Al munawwarah, serta Evaluasi Aplikasi
Akuntansi Musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 pada BMT Al-
Munawwarah.
BAB V
Dalam bab kelima merupakan Penutup, dimana dalam bab tersebut
berisi tentang Kesimpulan dari penelitian, dan Saran-saran.
-
22
BAB II
GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI, AKUNTANSI
SYARI’AH SERTA AKUNTANSI MUSYARAKAH BERDASARKAN
PSAK 106
A. Pengertian Akuntansi Secara Umum
1. Sejarah Akuntansi
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengidentifikasi tempat dan
waktu lahirnya sistem pembukuan berpasangan. Ada berbagai skenario
mengakui bahwa sistem pencatatan telah ada dalam berbagai peradaban sejak
kurang lebih 3000 tahun sebelum masehi yang lalu. Diantaranya adalah
peradaban Kaldea-Babilonia, Asiria, dan Samaria yang merupakan
pembentuk sistem pertahanan pemerintahan pertama di dunia, pembentuk
sistem bahasa tulisan tertua, dan pencatatan usaha tertua.1
Catatan tertua yang dikenal masyarakat adalah tablet dari tanah liat
berupa catatan pembayaran upah, yang ditemukan dan berasal dari Babilonia.
Penemuan yang sama kemudian diperoleh di Mesir dan Yunani Kuno.
Dimana, dalam peradaban Mesir, para penulis membentuk “poros tempat
berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen”.2 Peradaban China
dengan akuntansi pemerintah yang memainkan peran kunci dan canggih
selama Dinasti Chao (1122-256); perdaban Yunani, dimana Zenon, manajer
1 Brown, R., (ed), A History of Accounancy (edinburgh: Jack, 1905; dicetak ulang oleh B.
Franklin, NY, 1996), h. 16. 2 Woolf, A.H, A Short History of Accounting and Aaccountants (London : gee ad Coy,
1912), h.6
-
23
estat Applonius, memperkenalkan sistem akuntansi pertanggung jawaban
yang luas pada tahun 256; dan peradaban Roma, dengan hukum yang
menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan,
dan dengan hak sipil yang tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan
warga negara.3
Kemudian pencatatan yang paling awal dikenal di inggris, di
kumpulkan atas perintah Raja William the Conqueror pada abad kesebelas
untuk mengetahui sumber-sumber keuangan negara. Tetapi, pencatatan ini
belum dilakukan secara sistematis, dan kerapkali hanya merupakan
pernyataan yang tidak lengkap. Sistem pencatatan yang lenkap untuk suatu
unit usaha baru muncul kemudian, yaitu setelah ditemukanya Sistem
Pembukuan Berpasangan (Double Entry System) oleh pedagang-pedagang
Venesia.
Uraian sistem pembukuaan berpasangan pertama kali ditulis oleh
seorang sarjana matematika bangsa Italia yang bernama Luca Pacioli tahun
1494. Pada tahun tersebut, dia mempublikasikan buku yang ditulisnya Summa
De Arithmatica, Geometria, Proporsionil et Proporsionalita, yang
didalamnya memuat salah satu bagian yang berisi pelajaran mengenai sistem
pencatatan pembukuan berpasangan (Double Entry System). Dia menyatakan
3 Pendrof, B., “The Relation of Taxation to the History of Balance Sheet”, The
Accounting Review (Desember, 1930), hal. 244.
-
24
bahwa tujuan pembukuan adalah “untuk memberi informasi yang tepat waktu
bagi para pedagang mengenai aset dan kewajibanya”.4
Dia mengatakan, “Semua pencatatan . . . . harus dilakukan secara
berpsangan, yaitu bahwa jika anda membuat seorang sebagai kreditor, Anda
harus membuat orang lain sebagai debitor”.5 Tiga buku digunakan :
memorandum, jurnal, dan buku besar. Catatan bersifat deskriptif. Pacioli
menyarankan bahwa “tidak hanya nama pembeli atau penjual dan penjelasan
mengenai berat, ukuran, dan harga barang yang dicatat, tetapi syarat
pembayaran juga ditunjukan” dan “jika kas diterima atau dibayarkan,
catatanya mencantumkan jenis mata uang dan nilai konversinya...”.6
Pacioli juga menyarankan penghitungan profit periodik dan penutupan
buku “Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika anda
dalam kerja sama dengan orang lain. Akuntansi membuat persahabatan
berlangsung lama”.7
Sistem pembukuan berpasangan menyaikan suatu pencatatan transaksi
perusahaan secara sistematis. Setiap transaksi dicatat ke dalam dua aspek
yaitu debit dan kredit, sehingga membentuk perkiraan berimbang. Dengan
sistem ini juga akan menghasilkan laporan keuangan yang menyeluruh dalam
satuan uang, antara lain laba (laba bersih) untuk usaha tertentu dalam periode
4 Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press,
1930, h. 91. 5 Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars
Book Co., 1976), h. 25. 6 Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press,
1930, h. 8. 7 Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars
Book Co., 1976), h. 67.
-
25
tertentu, jumlah harta (assets) yang dimiliki perusahaan dan pemodalan
(equity) atas harta tersebut.
2. Pengertian Akuntansi
Dalam pengetahuan akuntansi dikenal dua istilah asing, yaitu
Accountancy dan Accounting. Secara terminologi istilah tersebut lazim
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Akuntansi. Untuk
mendekatkan pengertian terhadap kedua istilah tersebut, perlu diketahui
pengertian dan kedudukan masing-masing dalam pengetahuan akuntansi.
Accountancy merupakan suatu metodologi dan himpunan pengetahuan
yang berkenan dengan sistem informasi dari satuan-satuan ekonomi apapun
bentuknya, yang terbagi atas dua bagian. Pertama, accounting adalah
pengetahuan yang menyangkut proses pelaksanaan pembukuan dalam arti
yang luas. Kedua, auditing adalah pengetahuan yang menyangkut
pemeriksaan dan penilaian (evaluasi) atas hasil proses pelaksanaan
pembukuan tersebut. Oleh karena itu, istilah accountancy lebih luas meliputi
baik bidang teori, proses pembukuan, penerapan atau praktek, maupun
pemeriksaan dan penilaian. Sementara itu, istila accounting hanya
menunjukan bidang teori. Proses pembukuan dalam arti yang luas meliputi
penafsiran (interpretasi) atasnya.
-
26
3. Definisi Akuntansi
Akuntansi sering dijuluki sebagai bahasa bisnis (the language of
business). Perubahan yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan
semakin kompleksnya bahasa tersebut, yang digunakan untuk mencatat,
meringkas, melaporkan, menginterpretasi data dasar ekonomi untuk
kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah, dan anggota masyarakat
lainya.
Secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris,
accounting,dalam bahasa arabnya disebut “musabahah” yang berasal dari
kata hasaba, hasibah, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba,
hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi,
mendata atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang
harus dicatat dalam pembukuan tertentu.8
Akuntansi telah didefinisikan secara luas. Menurut definisi dari
American Accounting Association adalah “....the proces of identyfying,
measuring, and communicating economic information.....” (Evanston, Ilionis;
A Statment of Basic Accounting Theory, 1966. Hal. 1).
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan
menyampaikan atau melaporkan informasi ekonomi untuk membuat
pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi
tersebut. Termasuk dalam definisi ini adalah keharusan bagi akuntansi untuk
8 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari‟ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 12.
-
27
mengetahui lingkungan sosial ekonomi disekitarnya. Tanpa pengetahuan
tersebut, mereka tidak dapat mengidentifikasi dan membuat informasi yang
relevan.
Pengertian akuntansi secara terminologi menurut buku A Statment of
Basic Accounting Theory dikatakan bahwa akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai
bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh
para pemakainya.
Accounting Principles Board (APB) Statment No. 4 mengidentifikasi
bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara alternatif.9
Untuk menggambarkan berbagai sisi akuntansi, Belkaoui (1968) dan
penulis lain disebutkan beberapa image yang menggambarkan sifat-sifat
akuntansi sebagai berikut.10
a. Akuntansi sebagai suatu ideologi.
b. Akuntansi sebagai suatu bahasa.
c. Akuntansi sebagai suatu catatan historis.
d. Akuntansi sebagai suatu realitas ekonomi saat ini.
9 Sofyan S Harahap, Auditing dalam Prespektif Islam, ( Jakarta: Pustaka Quantum, 2002),
h. 37. 10
Sofyan S Harahap, Auditing dalam Prespektif Islam, h. 37-38.
-
28
e. Akuntansi sebgai suatu sistem informasi.
f. Akuntansi sebagai suatu komoditi.
g. Akuntansi dianggap sebgai pertanggungjawaban (accountibility).
h. Akuntansi sebagai teknologi.
Menurut Dr. Bambang Sudibyo, akuntansi adalah teknologi yaitu
mengubah data atau bukti-bukti transaksi menjadi model informasi yang lebih
bermanfaat bagi para pemakainya.
B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan
Akuntansi Konvensional
1. Sekilas Tentang Akuntansi Syariah
Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang
mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara
melakukan pengukuran atas sebagai transaksi dan akibatnya yang
dikelompokan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,
utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa
kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi.
Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita,
sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al-Qur’an
menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surat Asy-Syu’ara ayat
181-184 yang berbunyi.11
11
Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al Qur‟an dan terjemahanya. Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an. Jakarta.
-
29
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah
kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi dengan membuat kerusakan dan betakwalah kepada Allah yang
telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu”.
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut
Umer Chapra menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pedapatan,
biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur
kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah
laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah
organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau
ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan
laporan sesuai dengan motivasi dan kepentinganya, sehingga secara logis
dikhawatirkan dia akan membonceng kepentinganya. Untuk itu diperlukan
Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan beserta bukti-
buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan
dijelaskan dalam Ilmu Auditing
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang
dijelaskan dalam surah Al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi :
-
30
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an, kita
harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang
disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’
ayat 35 yang berbunyi:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.
2. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi,
pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan
transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan
ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung
zhulun (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang
membahayakan dan di haramkan.12
Akuntansi syariah juga dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas
transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
12
Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari‟ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 13-14.
-
31
Allah SWT.13
Prinsip Umum Akuntansi Syariah nilai pertanggung jawaban,
keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam meliputi sistem akuntansi
syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang
oprasional dalam prinsip akuntansi syariah. Prinsip pertanggungjawaban
(accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan
masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep
amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi
manusia dengan khalik mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani oleh
Allah SWT untuk menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia
sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan
akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat adalah praktik bisnis harus
selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
Prinsip keadilan, jika di tafsirkan lebih lanjut, surah Al-Baqarah ; 282
mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini
tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis,
tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal
ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi
untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupanya. Dalam konteks
akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara
13
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2011, 2009, 2008), h. 8.
-
32
sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan harus dicatat dengan benar.
Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan
dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita akan selalu
dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan
dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran,
kebenaran ini akan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan
demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran
dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis
besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat
diterangkan.
3. Dasar Hukum Akuntansi Syariah
Dasar hukum akuntansi Syariah bersumber dari Al-Qura’an, Sunah
Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu
peristiwa tertentu), dan’Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan
dengan Syariah Islam. Kaida-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki
karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional.
Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
-
33
Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan
masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.14
4. Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional
terdapat pada hal – hal sebagai berikut :
a. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi
b. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahunpem
bukuan keuangan
c. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal
d. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penetuan barang
e. Prinsip perbandingan (muqalabah) dengan prinsip perbandingan income
dengan cost (biaya)
f. Prinsip kontiunitas (istimrariah) denga kesinambungan perusahaan
g. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
Sedangkan perbedaanya, menurut Husein Syahatah, dalam buku
Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal
sebagai berikut :
a. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai
atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa
yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan.
14Kariyoto “Akuntansi Dalam Prespektif Syariah Islam” . Artikel di akses pada tanggal
10 Desember 2014 dari http://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-
dalam-prespektif-syariah-islam..pdf.
http://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-dalam-prespektif-syariah-islam..pdfhttp://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/kariyoto_Akuntansi-dalam-prespektif-syariah-islam..pdf
-
34
Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai
tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi
kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup
perusahaan yang kontinuitas.
b. Modal dalam konsep akuntans konvensional terbagi menjadi dua bagian,
yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar),
sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi
harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock),selanjutya barang
dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.
c. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang
sama kedudukanya bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya
sebagai perantara untuk pengkuran dan nilai atau harga, atau sebagai
sumber harga atau nilai.
d. Konsep konvensional memprakekan teori pencadangan dan ketelitian dari
menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta menyampingkan
laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat
memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan
berdasarkan nialai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk
kemungkinan bahaya dan resiko.
e. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba
dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram.
Sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok
dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari
transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika
-
35
ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat
yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram
tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal.
f. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika
adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu
akan ada ketika adanya perkembangan dari pertumbuhan pada nilai
barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli
adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh
dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Degan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem
Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh
soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi persamaanya hanya bersifat
aksiomatis.
Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisinya yang berjudul “On
Islamic Accounting”, berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam
Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang
harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari tuhan yang bukan
ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai denagn kecendrungan manusia
yaitu “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan
tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana
setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakanya dihadapan Tuhan
-
36
yang memiliki Akuntansi sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua
tindakan manusia.15
5. Praktek Akuntansi Pemerintahan Islam
Adapun praktek Akuntansi Pemerintahan Islam anatara lain :16
a. Pada zaman Rasulullah SAW cikal bakal akuntansi dimulai dari fungsi
pemerintahan untuk mencapai tujuanya dan penunjukan orang-orang yang
kompeten (Zaid,2000);
b. Pemerintahan Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji,
terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri (Hawary, 1988);
c. Perkembangan pemerintahan Islam hingga Timur Tengah, Afrika, dan
Asia di zaman Umar bin Khatab, telah meningkatkan penerimaan dan
pengeluaran negara;
d. Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara;
e. Umar bin Khatab mendirikan lembaga yang bernama Daiwan
(dawwana=tulisan);
15
Mukhlisul Muzahid ”Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensional dan Akuntansi
Syariah”. Artikel ini diakses pada 24 Februari 2015 dari
http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pd
f
16
Akuntansi Syariah Sejarah dan Perkembangan”. Artikel ini di akses pada 24 Februari
2014. http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-
ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdf
http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdfhttp://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121-ARIM/Akt_Syariah/akuntansi-syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdf
-
37
f. Reliabilitas laporan keuangan pemerintahan dikembangkan oleh Umar bin
Abdul Aziz (681-720M) dengan kewajiban mengeluarkan buktu
penerimaan uang (Imam, 1951);
g. Al Waleed bin Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang
terjilid dan tidak seperti sebelumnya (Lasheen, 1973);
h. Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat
tertinggi pada masa Daulah Abbasiah;
i. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti Akuntansi
peternakan, Akuntansi pertanian, Akuntansi perbendaharaan, Akuntansi
konstruksi, Akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku / auditing (Al-
kalkashandy, 1913);
j. Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi :17
1) Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivable subsidiary ledger),
menunjukan utang individu atas zakat tana, hasil pertanian, serta utang
hewan ternak dan cicilan. Utang individu dicatat di satu kolom dan
cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen, 1973);
2) Jaridah Annafakat (Jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran
negara;
3) Jaridah Al Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran
zakat;
4) Jaridah Al Musadareen, mencatat penerimaan denda / sita dari
individu yang tidak sesuai syariah, termasuk korupsi.
17
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), h. 3.
-
38
k. Laporan Akuntansi yang berupa :18
1) Al-Khitmah, menunjukan total pendapatan dan pengeluaran yang
disebut setiap bulan (Bin Jafar, 1981);
2) Al Khitmah Al Jame‟ah, laporan keuangan kompherensif gabungan
antara income statment dan balance sheet (pendapatan, pengeluaran,
surplus / defisit, belanja untuk aset lancar maupun aset tetap),
dilaporkan pada akhir tahun;
Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat
diklasifikasikan pada laporan keuangan dalam 3 (tiga) kategori yaitu
collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (Al-Khawarizmi,
1984).
C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam
Dalam Fatwa DSSNN0 : 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan
Musyarakah, terdapat beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini antara
lain :19
1. Ijab dan Qabul
Pernyataan Ijab dan Qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
18
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek, h. 3. 19
Rifqi, Muhammad, Akuntansi Keuangan Syari‟ah Konsep dan Implementasi PSAK
Syari‟ah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008). h. 323-325.
-
39
a. Penawaran dan penerimaan harus secra eksplisit menunjukan tujuan
kontrak (akad).
b. Penawaran dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak yang berkontrak
Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses
bisnis normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola
aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan
aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa
melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingan sendiri.
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya
sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang,
-
40
properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih
dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan,
atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas
dasar kesepakatan.
3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,
namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakh akan tetapi, kesamaan porsi kerja lebih banyak dari yang
lainya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan
tambahan bagi dirinya.
2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi
dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi
kerja harus dijelaskan dalam kontrak.
c. Keuntungan
1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghidari
perbedaan dan persengketaan pada waktu alokasi keuntungan atau
ketika penghentian musyarakah.
2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proposional atas dasar
seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan diawal yang
ditetapkan bagi seorang mitra.
-
41
3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi
jumlah tertentu, kelebihan tersebut atau prosentase itu diberikan
kepadanya.
4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara ara mitra secara proposional menurut
saham masing-masing dalam modal.
4. Biaya Oprasional dipersengketakan
a. Biaya oprasional dibebankan kepada modal bersama.
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi
perselisihan diantara pihak, maka penyelesaianya dilakukan melalui Badan
Arbitase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah,
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip
kemitraan dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait untuk meraih
kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau
hukum musyarakah ada empat, yaitu;20
1) Pelaku terdiri atas para mitra.
2) Objek musyarakah berupa modal dan kerja.
3) Ijab qabul/ serah terima.
4) Nisbah keuntungan
20
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2011). Hal, 147-149.
-
42
Adapun ketentuan Syar’ahnya antara lain :
a) Pelaku : Para mitra harus cakap hukum dan baligh
b) Objek musyarakah
Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukanya
akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja
1. Modal
a. Modal yang diberikan harus tunai.
b. Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset
perdagangan atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan
sebagainya.
c. Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
d. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan
pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus.
Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain
untuk membiayai pembelian perlengkapan antor.
e. Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan.
f. Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian
juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah,
menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah
menyepakatinya.
-
43
g. Seorang mitra tidak diizinkan untuk menyairkan atau menginvestasikan
modal itu untuk kepentingan sendiri.
h. Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjamin modal,
seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainya, karena musyarakah
didasarkan ada prinsip al ghunmu bi al ghurmi- hak untuk mendapatkan
keuntungan berhubungan dengan resiko yang diterima. Namun, demikian,
seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dan baru
dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan
yang disengaja.
i. Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek
atau investasi yang dilarang oleh syari’ah. Adapun transaksi yang dilarang
antara lain.21
1) Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang yang diharamkan Allah
SWT.
2) Riba.
3) Penipuan.
4) Perjudian.
5) Gharar.
6) Ikhtikar.
7) Monopoli.
8) Bai‟an najasi.
9) Suap.
10) Taalluq.
21
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, h.73.
-
44
11) Bai‟al inah.
12) Talaqqi al-rukban.
2. Kerja
a. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
b. Tidak dibenarkan apabila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak
ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
c. Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainya tidak harus
sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian
keuntungan yang lebih besar.
d. Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
e. Para mitra harus menjalankan usaha dengan syariah.
f. Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan
tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima
upah yang sama dengan yang dibayar untuk pekerjaan itu ditempat lain,
karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan musyarakah.
g. Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas
yang menjadi bagianya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela diantara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
-
45
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh
para mitra di awal akad sehingga resiko perselisihan di antara para mitra
dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan yang diagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntunganya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu, karena hal ini sama dengan riba dan
dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama
risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya
untuk organisasi kemanusian tertentu atau untuk cadangan (reserve).
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proposional sesuai dengan
porsi modal dari masing-masing mitra. Dalam musyarakah yang
berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian
dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa berikutnya.
Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang
disetorkan dan selisih dari modal adalah merupakan keuntungan atau
kerugian.
-
46
5. Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah akan berakhir apabila :22
a. Salah seorang mitra menghentikan akad.
b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang
meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh seorang ahli warisnya
yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua
ahli waris lain dan mitra lainya.
c. Modal musyarakah hilang atau habis.
D. Akuntansi Musyarakah
1. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Musyarakah
a. Pendahuluan
PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan dari
PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai
musyarakah. Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturanya
adala sebagai berikut: 23
1) PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi
musyarakah baik sebagai mitra aktif dan mitra pasif. Namun, PSAK
ini tidak berlaku untuk obligasi syari’ah (sukuk) yang menggunakan
akad musyarakah.
22
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, h. 149. 23
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), h.
325-326.
-
47
2) Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan
akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam
transaksi musyarakah.
3) Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah
atas usaha musyarakah yang dilakukan.
4) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk etnis sebagai mitra
aktif, penyempurnaan dilakukan untuk :
a) Pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah
aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih kurang antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai kerugian pada
saat akad. Sedangkan selisih lebih antara nilai wajar dan nilai
tercatat aset nonkas diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa
akad musyarakah.
b) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai
investasi musyarakah dan disisi lain diakui sebagai syirkah
temporer.
5) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra
pasif, penyempurnaan dilakukan untuk:
a) Pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah
aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih kurang antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai kerugian pada
saat akad. Sedangkan selisih lebih antara nilai wajar dan nilai
tercatat aset nonkas diakui sebagai selisih penilaian aset
-
48
musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa
akad musyarakah.
b) Kentungan tangguhan dari selisih enilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari
investasi musyarakah.
b. Karakteristik
a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk medanai
suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah
berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan
dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara
bertahap atau sekaligus kepada entitas (mitra lain).
b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, serta kas,
atau aset non-kas.
c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana lainya, maka setiap
mitra dapat menerima mitra lainya untuk menyediakan jaminan atas
kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang
menunjukan adanya kesalahan yang disengaja dalam PSAK 106
paragraf 7 yaitu :
1) Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalah gunaan dan
investasi, manipulasi biaya, dan pendapatan oprasional; atau
2) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
3) Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa
maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan
kepuusan institusi yang berwenang.
-
49
4) Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun aset non-kas lainya) atau sesuai nisbah yang disepakati
oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun aset non-kas lainya).
5) Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari
mitra lainya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat
memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi
keuntungan yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk
tambahan keuntungan lainya.
6) Porsi jumlah bagi hsil untuk para mitra ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh
selama periode akad bukan jumlah investasi yang disalurkan.
7) Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang
terkait denga investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan
akuntansi tersendiri.
c. Pengakuan dan Pengukuran
Untuk mempertanggungjawaban pengelola usaha dan sebagai dasar
penentuan bagi hasil mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah
harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah
tersebut.
-
50
2. Akuntansi Mitra Aktif (Nasabah)
Mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik
mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya.24
1. Pada saat akad
a. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non
kas untuk usaha musyarakah
b. Pengukuran investasi musyarakah:
1) Dalm bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan; dan
2) Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non-kas,
maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas.
3) Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama akad
musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar
nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang
mencerminkan :
a) Penyusutan yang dihitung dengan historical cost model;
ditambah dengan
b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali
saat penyisihan aset non-kas untuk usaha musyarakah.
4) Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan
nilai aset, maka penurunan nilai aset ini langsung diakui sebagai
24
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2011, 2009, 2008), h.150.
-
51
kerugian. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru.
5) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
6) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, dari bank
syari’ah dan BMT) diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi
lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :
a) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima;
dan
b) Dana dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis
apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra
pasif.
2. Selama Akad
a. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra diakhir akad dinilai sebesar :
1) Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau
2) Nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk
usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian
(apabila ada).
b. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas
-
52
yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah
dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada
mitra pasif dan dikurangi kerugian (apabila ada).
3. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum
dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
4. Pengakuan Hasil Usaha
a. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui
sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha
musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui
sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
b. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana
masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
c. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau
pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif
ata pengelola usaha musyarakah.
d. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan
usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang
dilakukan secara terpisah.
-
53
3. Akuntansi Mitra Pasif
Mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah
lembaga keuangan).
1. Pada Saat Akad
a. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset non-kas kepada mitra aktif musyarakah.
b. Pengukuran investasi musyarakah :
1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
2) Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas,
maka selisih tersebut diakui sebagai:
a) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama akad; atau
b) Kerugian pada saat terjadinya.
c. Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang
diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset
yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan