Akuntansi Manajemen

download Akuntansi Manajemen

of 16

description

akuntansi manajemen

Transcript of Akuntansi Manajemen

  • Akuntansi Manajemen

    Improvement berasal dari kata improve yang artinya meningkat, dimana pada dasarnya meningkat

    adalah berubahmenjadi lebih baik. Continuous improvement adalah peningkatan dan perbaikan yang

    berkesinambungan (tiada henti)dimana mengarah pada kemajuan yang lebih baik atau unggul.

    Pada dasarnya istilah continuous improvement mengacu pada konsep Kaizen di

    Jepang. Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan terus-

    menerus atau perbaikan berkelanjutan. Perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dimulai

    dengan pengembangan tim dan harus didukung oleh tim kerja. Kaizen harus dilaksanakan oleh

    perusahaan atau organisasi yang menggunakan filosofi Total Quality Management. Kaizen merupakan

    suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.

    Menurut Gazper (1994), pandangan yang komprehensif dan terintegrasi dalam Kaizen tersebut

    melip uti: berorientasi pada pelanggan, pengendalian mutu secara menyeluruh (total quality

    management, robotic atau menggunakan robot sebagai alat bantu, gugus kendali mutu, sistem saran,

    otomatisasi, disiplin di tempat kerja, pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh dan terpadu,

    penyempurnaan dan perbaikan mutu, tepat waktu, tanpa cacat, kegiatan kelompok-kelompok kecil,

    hubungan kerja sama antar manajer dan karyawan, serta pengembangan produk.

    - Biaya, di neraca (Belum terpakai, biaya-biaya yang dianggap akan memberi manfaat dimasa yang akan datang,

    berupa aktiva) Misal : Sewa Dibayar Dimuka

    - Beban, di laporan laba-rugi (Pengeluaran/Biaya yang telah terpakai dan tidak dapat memberikan manfaat lagi

    dimasa yang akan datang) Misal : Beban Sewa

    - Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan

    kemungkinan akan terjadi, sedangkan beban penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntasi yang

    telah terjadi.

  • Letak di Laporan Keuangan :

    KONSEP BIAYA DAN KLASIFIKASI BIAYA

    Bilamana seseorang menanyakan sesuatu hal berkaitan dengan biaya (Cost), maka reaksi

    pertama hendaknya mencari tahu untuk apa informasi biaya tersebut hendak digunakan. Angka-angka

    biaya dapat diartikan bervariasi tergantung pada tujuannya.

    Klasifikasi Biaya Berdasarkan :

    Berdasarkan Pengelompokan Biaya

    a. Biaya Pabrikase / Pabrik

    1). Bahan langsung (Direct Materials)

    Adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi. Contoh : Biaya pembelian Kayu di perusahaan meubel

    2) Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor).

    Adalah tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barnag jadi.

    Contoh : Biaya untuk pembayaran pegawai yang membuat meja

    3) Biaya Overhead Pabrik

    Bahan Tidak Langsung

    Adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi

    pemakaiannya sedemikian kecil. Contoh : Biaya untuk pembelian amplas, paku, lem

    Tenaga Kerja Tidak Langsung

  • Tenaga kerja yang dikerahkan secara tidak langsung mempengaruhi pembuatan barang

    jadi. Contoh : Biaya untuk membayar pengawas/mandor

    Biaya Tidak Langsung Lainnya Contoh : Biaya telepon, listrik, air dll.

    b. Biaya Komersial

    1) Biaya Pemasaran

    Biaya pada saat setelah barang jadi telah siap untuk dijual. Contoh : Biaya Iklan, Biaya

    Pengiriman Barang

    2) Biaya Administrasi

    Biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. Contoh : Biaya

    untuk Manager Puncak, Gaji Bagian Personalia

    Berdasarkan Tingkah Laku Biaya

    a.. Biaya Variabel

    Biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi/ penjualan. Contoh :

    Biaya Bahan Langsung, Biaya Tenaga Kerja Langsung

    b. Biaya Tetap

    Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi/dijual berubah-ubah

    dalam kapasitas normal. Contoh : Biaya pembelian mesin

    c. Biaya Semi Variabel

    Biaya dimana jumlahnya berubah-ubah dalam hubungannya dengan perubahan kuantitas yang

    diproduksi tetapi perubahannya tidak proporsional.

    Contoh :Biaya Tagihan Telepon, Biaya Tagihan PLN (Listrik)

    d. Biaya Bertingkat (Step Cost)

    Biaya tetap dalam suatu rentang produksi. Contoh : Biaya pembelian mesin 1, jika kapasitas

    produksi mesin 1 tidak mencukupi maka beli mesin 2 dst

    Berdasarkan Pertanggungjawaban

    a. Biaya Terkendali

    Adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya dan atas pengeluaran biaya tersebut

    seseorang harus mempertanggungjawabkan. Contoh : Biaya pemasangan iklan merupakan

    biaya terkendali bagi manager Pemasaran

    b. Biaya Tak Terkendali

    Adalah biaya yang tidak bisa dibebankan tanggungjawab pengeluarannya pada seseorang

    manajer/pimpinan pusat biaya. Contoh : Biaya penggunaan bahan merupakan biaya tidak

    terkendali bagi Maanger Pembelian

  • Berdasarkan Pengambilan Keputusan

    a. Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan

    Biaya Relevan adalah biaya yang diperkirakan nantinya akan muncul, yang berbeda diantara berbagai

    alterantif.

    b. Biaya Tidak Relevan

    Biaya yang tidak termasuk biaya relevan

    Contoh :

    Suatu Departemen akan membeli mesin baru. Ada dua alternative pilihan yaitu Mesin A dan Mesin

    B. Informasi mengenai harga dan biaya pemeliharaan sebagai berikut :

    Uraian Mesin A Mesin B Keterangan

    - Harga Rp. 400 jt Rp. 410 jt Biaya Tidak Relevan

    - Biaya Pemeliharaan Rp.10 jt/th Rp.10 jt/th Biaya tidak relevan

    BIAYA KESEMPATAN (OPPORTUNITY COST)

    Didefinisikan sebagai : Benefit Forgone as a result of choosing course of action rather than another.

    Contoh :

    Agnes bekerja disuatu perusahaan dengan gaji Rp.1.000.000,-. Dia ingin melanjutkan sekolah dan

    harus meninggalkan kerjanya, Oleh karena itu dengan melanjutkan sekolah dia kehilangan

    pendapatan sebesar Rp.,1000.000,-. Gaji Agnes yang hilang karena melanjutkan sekolah merupakan

    Opportunity Cost. Contoh :

    HARGA POKOK PRODUKSI

    Harga pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan

    untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Perhitungan Harga pokok Produk dapat digunakan

    untuk menentukan harga jual yang akan diberikan kepada pelanggan sesuai dengan biaya-biaya yang

    dikeluarkan dalam proses produksi.

    II. Komponen Biaya Harga Pokok produksi

    Biaya produksi terdiri dari dua keluarga besar yakni biaya komersial dan biaya manufaktur, biaya

    manufaktur adalah biaya pabrik yakni jumalh dari elemen-elemen biaya diantaranya Biaya bahan baku,

    biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dari penjelasan disamping biaya bahan baku

    disebut juga biaya utama sedangkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik disebut juga biaya

    konversi. Sedangkan biaya komersial adalah biaya yang timbul atau yang terjadi dikarenakan kegitan

    diluar dari proses produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi umum

    III. Dua perhitungan Harga pokok produksi

    Perhitungan harga pokok produksi ada dua macam yakni harga pokok pesanan dan harga pokok proses,

    dibawah ini dijelaskan keduanya :

  • 1. Harga pokok pesanan

    Harga pokok pesan adalah perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan. Karakteristik dari

    harga pokiok pesanan diantaranya (proses pengolahan produk berlangsung secra terus menerus, prduk

    yang dihasilkan berdasarkan spesifikasi dari pembeli ataupun pelanggan, produksi bertujuan untuk

    memenuhi pesanan.

    Ciri khusus dari harga pokok pesanan itu sendiri diantaranya (tujuan produksi untuk melayani pesanan

    pembeli, baiaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan, biaya produksinya dibagi 2 biaya

    langsung dan baiaya tidak langsung, harga pokok pesanan dihitung setelah selesai pesanan diproduksi.

    2. Harga pokok proses

    Harga pokok proses adalah perhitungan harga pokok produk dimana biaya djumalah dalam periode

    tertentu dan dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan, ciri-ciri perusahaan yang

    menggunakan harga pokok pesanan diataranya

    a. Proses produksi secara terus-menerus

    b. Produknya bersifat standar

    c. Produk ditujukan untuk memenuhi persedian siap jual

    d. Tidak tergantung pada pesanan.

    Manfaat penggunan harga pokok proses sendiri adalah penetuan harag jual produk yang tepat, memantau realisasi biaaya, laba rugi yang terhitung.Disamping itu ada harga pokok proses lanjutan yang dimana hubungan antara satu periode dengan periode lain sangat diperhatikan dimana unit yang belum selesai diperiode sebelumnya akan selalu di teruskan pada periode selanjutnya dan harga yang dikenakan biasanya berbeda dengan harga seblumnya.

    Pengertian Relevan Cost

    Relevan cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-biaya yang

    sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk ke dalam relevan cost

    yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) dan biaya non-

    produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi).

  • Process Costing

    Merupakan cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk mengolah

    produknya secara massa. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu

    tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam

  • proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses

    tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

    Karakteristik perusahaan yang berproduksi massa :

    1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar

    2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama

    3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana

    produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

    Dua sistem perhitungan biaya ini memiliki persamaan juga beberapa perbedaan sebagai berikut:

    1. Persamaan

    Keduanya bertujuan sama; membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke

    produk dan memberikan mekanisme perhitungan biaya per unit.

    Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama termasuk Overhead Pabrik,

    Bahan Baku, Barang dalam Proses, dan Barang Jadi.

    Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem

    tersebut.

    2. Perbedaan

    Perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing)

    Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job-order costing)

    1. Seluruh unit produk identik dan

    diproduksi secara kontinnu (terus

    menerus)

    2. Biaya dihitung per departemen.

    3. Laporan Departemen Produksi (production

    report) merupakan dokumen penting yang

    menunjukkan akumulasi biaya per

    departemen.

    4. Biaya per unit dihitung per departemen.

    1. Pekerjaan yang berbeda dikerjakan pada

    periode yang berbeda, dan memiliki

    pesanan produksi yang berbeda pula.

    2. Biaya dihitung secara individual untuk

    masing-masing pekerjaan.

    3. Kartu biaya (job cost sheet)merupakan

    dokumen pengendali biaya berdasarkan

    pekerjaan.

    4. Biaya per unit dihitung berdasarkan

    pekerjaan.

    Secara umum Cost of Quality terdiri atas 2 buah elemen biaya penting, yakni : Biaya kesesuaian Mutu dan

    Biaya-biaya ketidaksesuaian Mutu. Biaya kesesuaian Mutu ialah Biaya yang diperlukan untuk memproduksi

    dengan benar suatu produk ataupun jasa pertama kali, umumnya biaya kesesuaian mutu ditentukan dengan

    perhitungan secara matematis yang mencakup biaya produksi, man power, laba yang dikehendaki, dll.

    Sedang biaya-biaya ketidaksesuaian mutu ialah biaya- biaya yang dikeluarkan karena pengendalian mutu

    yang tidak baik, misalnya : biaya yang harus dikeluarkan karena adanya sorting produk, biaya punishment

    dari customer (akibat customer complaint), dll.

    Produk bersama

  • adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama atau serempak dengan menggunakan suatu macam

    atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut

    tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu (R.A. Supriyono, 1997, 238).

    Produk bersama (Joint-product) adalah dua produk atau lebih yang diproduksi lebih secara serentak dengan

    serangkaian proses dengan proses gabungan. (Mulyadi, 1993, 358)

    Produk sampingan (By-product) adalah produk yang diproduksi bersama-sama dengan produk lain tetapi

    mempunyai harga jual yang relatif lebih rendah dari produk lainnya. (Simangunsong, 1994, 107)

    Pengertian

    Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih

    dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan

    demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.

    Target biaya = harga jual laba yang diharapkan.

    Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang

    sangat kompetitif:

    1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara

    sepihak.

    2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.

    Siklus biaya (The cost life cycle)

    Siklus biaya adalah urutan aktivitas biaya dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan,

    desain, produksi, pemasaran distribusi dan pelayanan pada pelanggan.

    Riset dan pengembangan Desain (Target Costing) Produksi Pemasaran dan Distribusi Pelayanan

    pada pelanggan

    Siklus Biaya lanjutan..

    Untuk menurunkan biaya sampai kepada tingkat yang dikehendaki tersebut, perusahaan memiliki

    alternatif sebagai berikut:

    1. Mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan teknik-teknik

    manajemen biaya yang canggih

    2. Dengan melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa, perusahaan dapat

    menurunkan biaya sampai tingkat target biaya yang diinginkan.

    Pengimplementasian target costing

  • Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian fase yang

    harus dilalui oleh perusahaan antara lain:

    1. Menentukan harga pasar

    2. Menetukan laba yang diharapkan

    3. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan

    4. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk

    menurunkan biaya produk.

    5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan

    biaya

    Teori Kendala

    Kebalikan dari target biaya yang berfokus pada tahap awal dari siklus biaya adalah teori kendala (theory

    of constraint).

    Teori kendala adalah suatu upaya untuk memfokuskan perhatian manajer pada kendala atauy

    pemborosan, yang memperlambat proses produksi.

    Manajemen berdasarkan aktivitas ( activity based management ABM ) adalah pendekatan untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi an berfokus pada perhatian manajemenatas berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapaidengan mewujudkan nilai ini.ABC adalah sumber utama informasi manajemen berdasarkan aktivitas. Modelmanajemen berdasarkan aktivitas dibagi atas 2 dimensi : 1.Dimensi biaya : memberikan informasi mengenai sumberdaya, aktivitas dan objek biayayang menjadi perhatian setiap produk, pelanggan, pemasok dan distributor. Tujuannya adalahmemperbaiki akurasi pembebanan biaya. 2.Dimensi proses : meberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang harus dilakukan,mengapa dan seberapa baik aktivitas tersebut dilakukan. Tujuannya adalah mengurangi biaya

    VA = Value Added adalah aktivitas yang benar-benar memberikan keuntungan atas produk bagi Pelanggan

    dan dimenjadikan harga atas produk. NVA = Non Value Added adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai

    tambah bagi Pelanggan namun hingga saat ini masih saja dilakukan dengan alasan tertentu.

    adi Activity Based Costing adalah:

    Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing adalah suatu

    pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk

    memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.

    Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi

    aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat

    mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang

    dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan

    organisasi).

    Activity-Based Costing

    Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai

    aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang

    ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk

  • berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang

    bersangkutan.

    Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu

    mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara

    akurat. Hal ini didorong oleh:

    Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective

    Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product

    cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

    Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

    Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

    Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi

    Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan

    volume produksi.

    Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda

    beda.

    Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada harga

    pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya

    distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur

    efisiensi dan produktivitas.

    Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk

    pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:

    menentukan harga jual

    mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

    memantau realisasi biaya

    menghitung laba/rugi tiap pesanan

    menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan di

    neraca.

    Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi

    penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan

    manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran

    kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.

    Perbandingan Sistem Tradisional dan ABC

    Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai

    produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang

    dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.

    Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa

    banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume

    produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun,

    biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan

    manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan

    memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004: 157-158).

    Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem

    ABC, yaitu:

    Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Tradisional

  • Metode Penentuan Harga Pokok

    Produk Tradisional Metode Activity Based Costing

    Tujuan Inventory level Product Costing

    Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap

    pengembangan

    Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja

    langsung Biaya overhead

    Periode Periode akuntansi Daur hidup produk

    Teknologi yang

    digunakan Metode manual Komputer telekomunikasi

    Sumber: (Mulyadi, 1993)

    Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

    Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak

    sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi

    pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen

    dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan

    biaya.

    Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka

    mengabaikan below the line expenses, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya

    administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan ke pasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan

    produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu,

    biaya-biaya below the line ini diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada

    pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan

    dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).

    Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu

    menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan

    banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:

    1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk

    yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk

    mencapai keunggulan dalam persaingan global.

    2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan

    alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan

    menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

    3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali

    beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja

    langsung.

    4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga

    mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

    5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya

    tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal

    dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya

    dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

  • 6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-pusat

    pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.

    7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-

    pusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan standar.

    8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik yang

    canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.

    9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini

    dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas

    perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya

    periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.

    PENGERTIAN ACTIVITY-BASED BUDGETING

    Activity-based budgeting merupakan pendekatan baru dalam proses penyusunan anggaran.

    Pendekatan ini merupakan proses merencanakan dan mengendalikan aktivitas yang diharapkan dapat

    mencapai efektivitas biaya dalam anggaran, sehingga memenuhi beban kerja yang diramalkan dan

    tujuan strategik yang telah disepakati. Activity-based budgeting merupakan proses penyusunan anggaran

    yang berfokus pada improvementterhadap sistem yang digunakan oleh organisasi agar dapat

    menghasilkan value bagi pelanggan (Brimson dan Antos, 1999) dan berfokus pada proses secara integral

    terhadap suatu organisasi (McClenahen, 1995), serta merupakan proses perencanaan dan pengendalian

    aktivitas-aktivitas yang diharapkan oleh organisasi agar mencapai anggaran yang cost-effective dan

    memenuhi workload sesuai dengan tujuan dan strategi organisasi (Antos,1997).

    Activity-based budgeting dapat diaplikasikan pada semua organisasi dan fungsi, termasuk untuk

    perusahaan jasa, dan fungsi-fungsi overhead, sedangkan pada perusahaan manufaktur, konsep ini mula-

    mula diterapkan (lihat misalnya, Newberry dan Bacon, 1994; dan Brinson dan Antos, 1998). Adanya

    tantangan baru mendorong semua organisasi komersial ataupun non komersial memusatkan

    perhatiannya pada overall cost.

    Activity-based budgeting berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan traditional budgeting.

    Secara ringkas perbedaan traditional budgeting dan activity-based budgeting dapat dilihat pada tabel berikut

    ini:

    Perbedaan Traditional Budgeting Activity-Based Budgeting

    Fokus Fungsi Sistem

    Penyusun

    Anggaran

    (Budgetees)

    Manajer Fungsional

    Manajer system, Ketua tim, Manajer

    fungsi utama, Manajer fungsi

    pendukung

    Tujuan

    Menjalankan bagian dari sistem yang

    ada, Memenuhi kebutuhan

    fungsi,Melaksanakan

    pengendalian, Cost control

    Melakukan improvement terhadap

    system, Memuaskan

    kebutuhancustomers, Meraih

    kesempatan, Cost reduction

    Sumber: Brimson dan Antos (1999)

    Perbedaan Anggaran Tradisional Dengan Activity Based Budgeting

    Perbedaan Penganggaran Tradisional Activity Based Budgeting

    Unit penganggaran Diekspresikan sebagai biaya

    fungsional atau kategori

    Diekspresikan sebagai biaya

    pelaksanaan aktivitas

  • pengeluaran

    Fokus Sumber daya yang dibutuhkan Keluaran atau pekerjaan yang

    dilakukan

    Orientasi Historis Countinuous improvement

    Peran pemasok dan

    pelanggan

    Tidak secara normal

    mempertimbangkan pemasok dan

    pelanggan dalam penganggaran

    Melakukan koordinasi dengan

    pemasok dan

    mempertimbangkan

    kebutuhan pelanggan dalam

    proses penganggaran

    Tujuan pengendalian Memaksimalakan kinerja manajer Menyelaraskan aktivitas

    perusahaan secara

    keseluruhan

    Dasar anggaran Berdasarkan kinerja manajer Berdasarkan kemanfaatan

    kapasitas

    Sumber: Blocher, et. al. (2005)

    Berdasarkan tabel di atas, perbedaan yang paling mendasar antara traditional budgeting dan activity

    based budgeting adalah banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk membangun anggaran.

    1. Pengertian Pusat-Pusat Pertanggungjawaban (Responsibility Center)

    Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah suatu unit yang dipimpin seorang Manajer yang

    bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan dalam unit yang dikelolanya. Yang bertujuan

    untuk mengukur dan mendorong kinerja unit organisasi dan manajer unit yang bersangkutan. Contoh :

    a. Direktur Utama perusahaan holding atau anak perusahaannya atau Direktur Utama anak perusahaan

    dari suatu holding.

    b. Direktur/Kepala Divisi perusahaan holding, atau Kepala Bagian/Kepala Distrik pada anak perusahaan.

    c. Kepala unit-unit di dalam suatu perusahaan.

    2. Manfaat Adanya Pusat Pertanggungjawaban

    Manfaat adanya pusat peranggungjawwaban adalah sebagai berikut:

    a. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilai kinerja manajer dan unit organisasi yang

    dipimpinnya.

    b. Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi.

    c. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.

    d. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi

    beban tugas manajer pusat.

    e. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.

    f. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.

    g. Sebagai alat pengendalian anggaran.

  • 3. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

    a. Pusat Pendapatan

    Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan

    output (pendapatan) yang diukur secara moneter, akan tetapi tidak dihubungkan dengan input-nya

    (beban).

    Contoh: departemen pemasaran (penjualan). Departemen pemasaran tidak berwenang untuk

    menentukan harga pokok ataupun harga jual produk yang dihasilkan. Akan tetapi, ukuran utama

    kinerjanya adalah pendapatan yang diperoleh dari pemasaran produk tersebut.

    b. Pusat Beban

    Pusat beban adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan input

    yang diukur secara moneter, akan tetapi outputnya tidak diukur.

    Pusat Beban dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

    1) Pusat Beban Teknik

    Pusat beban teknik merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input (beban)-nya secara tepat

    dan memadai dapat diestimasikan dengan wajar.

    Contoh: Departemen pemanufakturan (produksi); Bagian penggajian.

    Dalam pusat beban teknik, efisiensi lebih ditekankan, sehingga output akan dibandingkan dengan beban

    standar. Disamping itu pusat beban teknik juga mempunyai tugas penting, yaitu menjaga mutu dan

    volume produksi, serta melakukan pelatihan, pengembangan dan penilaian untuk karyawan.

    2) Pusat Beban Kebijakan

    Pusat beban kebijakan merupakan pusat pertanggungjawaban yang jumlah input (beban)-nya yang

    diestimasikan tidak tersedia. Oleh karena itu, beban-beban yang dikeluarkan tergantung pada penilaian

    manajemen, atas jumlah yang memadai untuk suatu kondisi.

    Contoh: Unit-unit administratif dan pendukung, seperti bagian akuntansi, hubungan masyarakat

    (humas), legal (hukum), bagian sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan (R & D).

    c. Pusat Laba

    Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur dalam

    ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran kinerja

    yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator

    yang komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba

    akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran unit masukan

    dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.

    d. Pusat Investasi

  • Bentuk pusat pertanggungjawaban yang paling lengkap adalah pusat investasi. Pusat investasi

    memiliki semua hak keputusan pusat biaya dan pusat laba serta hak keputusan atah jumlah modal yang

    akan diinvestasikan. Pengertian pusat investasi menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi

    Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa menerangkan bahwa: Pusat investasi adalah pusat laba

    yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat

    pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan (20014;27)

    Sebuah pusat investasi merupakan pengembangan utama dari ide pusat pertanggungjawaban

    karena pusat ini mencakup semua elemen yang terdapat dalam tujuan perusahaan untuk memperoleh

    kembalian investasi yang memuaskan. Laporan kinerja suatu pusat investasi tidak hanya terbatas pada

    laba yang diperoleh tapi juga jumlah asset yang digunakan dalam memperoleh laba.

    4. Kaitan Pusat Pertanggungjawaban dengan Sistem Pengendalian Manajemen

    Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik.

    Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban (Responsibility

    centers). Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban, karena pusat

    pertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan program-program yang telah

    diseleksi melalui proses perencanaan strategi.

    Pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam

    melakukan perencanaan dan pengendalian anggaran. Melalui pusat pertanggungjawaban tersebut

    anggaran dibuat, dan jika telah disahkan anggaran dikomunikasikan kepada manajer level menengah

    dan bawahan untuk dilaksanakan. Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat

    pengendalian anggaran sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan

    lain, tiap-tiap pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu,

    dan penggabungan program-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tersebut seharusnya

    mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya

    tujuan umum organisasi dapat tercapai.

    Menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja adalah untuk memonitor kinerja bisnis dan

    mendiagnosa penyebab dari masalah. Amaratunga dan David (2002) menyatakan bahwa fungsi utama dari

    sistem pengukuran kinerja adalah untuk mengontrol operasi dalam organisasi. Dalam model umpan balik

    tradisional, para manajer mengatur kinerja dengan monitoring output dan kemudian

    menyesuaikan input untuk mencapai suatu target dibanding mengendalikan suatu tugas dengan

    mempertimbangkan semua elemen data yang diperlukan untuk menguraikan status dari sistem (Bond 1999).

    Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting dalam mengevaluasi keberhasilan suatu perusahaan. Sistem penilaian kinerja tradisional hanya berfokus pada ukuran-ukuran finansial saja, padahal ukuran non finansial sangat menentukan kinerja organisasi pada era globalisasi saat ini.

    Balanced Scorecard, yang pertama sekali dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1996), merupakan suatu alat

    ukur kinerja organisasi yang cukup komprehensif, karena menggabungkan ukuran finansial dengan ukuran non

  • finansial, sehingga keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang. Balanced Scorecard tidak

    hanya sekedar alat pengukur kinerja organisasi tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total pada

    seluruh tingkatan dalam organisasi. Pengukuran kinerja secara komprehensif ini, menilai organisasi melalui empat

    perspektif yang saling berkaitan, yaitu perspektif finansial, pelanggan, bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan.

    Keunggulan Balanced Scorecard.

    Apabila dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja

    berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Barbara

    Gunawan, 2000):

    1. Komprehensif.

    Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya aspek kuantitatif saja, tetapi juga

    aspek kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market development

    merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara

    pengukuran eksternal seperti laba pada ukuran internal seperti pengembangan produk baru.

    Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran

    tersebut untuk mendorong manajer untuk mencapai tujuan tanpa membuat trade off di antara kunci-

    kunci sukses tersebut melalui empat perspektif. Balanced scorecard mampu memandang berbagai

    faktor lingkungan secara menyeluruh.

    2. Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis.

    Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara

    meningkatkan kinerja di masa depan. Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning

    memberikan pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya.

    3. Fokus terhadap tujuan perusahaan. Menurut Barbara Gunawan (2000), tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif

    balanced scorecard adalah :

    1. Perspektif Keuangan.

    Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam

    pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.

    2. Perspektif Pelanggan.

    Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai

    perusahaan yang akrab dengan lingkungan.

    3. Perspektif Proses Bisnis Internal.

    Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.

    4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    Terwujudnya keunggulan jangka panjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui

    pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.