AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI … · besar tanggung jawab bendahara dalam menciptakan...
Transcript of AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI … · besar tanggung jawab bendahara dalam menciptakan...
AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN
( Studi Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progam Studi Akuntansi
Oleh:
Eva Novita Sari
NIM: 142114041
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN
( Studi Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progam Studi Akuntansi
Oleh:
Eva Novita Sari
NIM: 142114041
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”
( Filipi 4: 6)
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Papi (Suminto) dan Ibu (Saryunintas)
Simbah Kakung (Tomo Sentono) (Alm) dan Simbah putri (Sarni)
Tanteku ( Mbak Darti)
Seluruh Keluarga Tomo Sentono yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu
Temen Teman Seperjuangan putra – putri pak Diksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURURSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN
( Studi Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon )
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 07 Mei 2018 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang
saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian saya terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh
universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 25 April 2018
Yang membuat pernyataan,
Eva Novita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN PUBLIKASI AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Eva Novita Sari
Nomor Mahasiswa : 142114041
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN
( Studi Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon )
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 25 April 2018
Eva Novita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat, rahmat serta kasihNya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “AKUNTABILITAS
KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN ( Studi Kasus di Gereja
Kristen Jawa Temon )”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana apabila tidak ada
bantuan, kerjasama, serta dukungan pihak-pihak yang berbaik hati mengorbankan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar serta
mengembangkan kepribadian diri.
2. Antonius Diksa Kuntara S.E., M.F.A., QIA selaku dosen pembimbing
MPAT dan skripsi yang telah bersedia membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. YFM. Gien Agustinawati, M.M., Ak., CA selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberi bimbingan dan semngat.
4. Gereja Kristen Jawa Temon yang telah memberikan izin bagi penulis
untuk melakukan penelitian serta telah memberikan kerjasama serta
dukungan yang sangat berarti bagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Segenap Majelis Bidang dan Komisi Gereja Kristen Jawa Temon yang
telah bersedia menjadi responden penelitian
6. Kedua orangtua saya, Papi Suminto dan Ibu Saryuningtyas yang telah
memberikan seluruh perhatian, kasih sayang, dukungan, penghidupan
yang layak bagi saya serta sebagai motivasi utama penulis dalam
menyusun skripsi ini
7. Tante saya, mbak Darti yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan, nasihat, serta semangat bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini
8. Nenek saya, simbok Sarni atas doa dan dukungan yang tak pernah putus
untuk penulis
9. “Ciwik-Ciwiku” Lintang dan Ima yang selau setia membuatku tersenyum
dan sabar mendengar keluh kesahku.
10. Penyemangatku, “cewek manja” (Depita, Ginuk, Naomi, Hanni) yang
selalu memberikan keceriaan, semangat serta nasihat selama penyelesaian
skripsi ini
11. Para “Tim Penggembira” (Intan, Endang, Agatha, Ratih, Katyy) yang
selalu memberi semangat dan dukungan
12. Teman satu kos Fransiska Rahajeng L yang selalu menjadi penyelamat
disaat senang dan susah.
13. Teman-teman MPAT kelas D yang senantiasa memberikan semangat,
saran serta kritik yang sangat bermanfaat bagi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
14. Teman-teman Akuntansi kelas A dan angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan dan semangat bagi saya
15. Seluruh pihak yang sangat berjasa dalam proses penulisan skripsi yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Yogyakarta, 25 April 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ................ v
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN PUBLIKASI AKADEMIS ......................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ..................................................................................... x
HALAMAN DAFTAR TABLE .......................................................................... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................................ xv
ABSTRACT………………………………………………………………………xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Batasan Masalah........................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7
A. Organisasi Keagamaan ................................................................................. 7
1. Pengertian Organisasi Keagamaan ........................................................... 7
2. Tujuan Organisasi Keagamaan ................................................................. 8
3. Manajemen Keuangan Organisasi Keagamaan ........................................ 9
B. Gereja ......................................................................................................... 10
1. Pengertian Gereja ................................................................................... 10
2. Sistem Pemerintahan Gereja .................................................................. 11
3. Sistem Pemerintahan Gereja di GKJ ...................................................... 12
4. Struktur Majelis Gereja Di GKJ ............................................................. 13
5. Badan Pembantu Majelis Gereja di GKJ ................................................ 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Pengelolahan Harta Gereja, Klasis, dan Sinode ..................................... 14
C. Akuntabilitas .............................................................................................. 16
1. Pengertian Akuntabilitas ........................................................................ 16
2. Jenis – Jenis Akuntabilitas ..................................................................... 18
3. Akuntabilitas di Organisasi Keagamaan ................................................ 20
4. Dimensi Akuntabilitas Pada Organisasi Gereja ..................................... 20
D. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 25
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ..................................................... 26
D. Data yang Dibutuhkan................................................................................ 26
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 27
F. Desain Penelitian ........................................................................................ 27
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 29
H. Sumber Data ............................................................................................... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM GEREJA KRISTEN JAWA TEMON…...……31
A. Sejarah Gereja Kristen Jawa Temon…………………………………….....31
B. Lokasi Gereja Kristen Jawa Temon ........................................................... 38
C. Visi Misi Gereja Kristen Jawa Temon ....................................................... 38
D. Tata Pelayanan Gereja Kristen Jawa Temon ............................................. 38
E. Struktur Organisasi Gereja Kristen Jawa Temon ....................................... 40
F. Uraian Tugas Majelis, Komisi, dan Tim Verifikasi ................................... 41
G. Gambaran Umum Gereja Kristen Jawa Temon .......................................... 49
BAB V ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN……………………………....50
A. Daftar Responden………………………………………………………...50
B. Hasil Analisis Data ..................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 66
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 67
C. Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
LAMPIRAN 1…………………………………………………………………....70
LAMPIRAN 2……………………………………………………………………75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABLE
Halaman
Table 3.1 Table Desain Penelitian Kualitatif…………………………………29
Table 4.1 Jumlah Jemaat Gereja Kristen Jawa Temon………………………51
Table 4.2 Pendeta yang Pernah Melayani di GKJ Temon……………………51
Table 5.1 Daftar Responden Penelitian………………………………………52
Table 5.2 Kerangka Pertanggungjawban Mabid dan Komisi………………..55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Struktur Organisasi GKJ Temon…………………………………41
Gambar 5.1 Alur Pelaporan Pertanggungjawaban Mabid dan Komisi………..54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
AKUNTABILITAS KEUANGAN DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN
( Studi Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon )
Eva Novita Sari
NIM : 142114041
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2018
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
akuntabilitas keuangan yang dilakukan di Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Temon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini
melihat pertanggungjawaban keuangan dari Majelis Bidang dan Komisi
Gereja Kristen Jawa Temon.
Data diperoleh dengan metode wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif
yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa
kepercayaan dan wujud nyata dari penggunaan keuangan menjadi hal
paling utama dalam praktik pertanggungjawaban keuangan gereja.
Berdasarkan hasil penelitian, praktik pertangungjawban keuangan di
Gereja Kristen Jawa Temon perlu pembenahan, terutama pada pembuatan
laporan pertangungjawaban keuangan yang tidak rinci.
Kata Kunci: Akuntabilitas, Keuangan, PSAK 45, Organisasi Keagamaan,
Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
FINANCIAL ACCOUNTABILITY IN RELIGIOUS ORGANIZATION
(A Case Study in the Javanese Christian Church of Temon)
Eva Novita Sari
NIM : 142114041
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2018
The research is conducted to analyze the financial accountability practices
in qualitative method. The research focuses on the financial accountability of
Sector and Commission Council of Javanese Christian Church (GKJ) of Temon.
The data is collected by interviews and documentations. The research used
qualitative data analysis which consists of data reduction, presentation of the data,
and conclusion.
According to the analysis, trust and realization on the financial use become
the important matter in the church's financial accountability practices. Besides, the
financial accountability practices in Javanese Christian Church (GKJ) of Temon
needs to be fixed, especially on making the financial report which is sometimes
incomplete.
.
Keywords: accountability, financial report, PSAK 45, religious organizations, and
church.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggugjawaban
tersebut (Mardiasmo, 2002). Praktik akuntabilitas sangat diperlukan dalam
setiap organisasi. Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip dari
pelaksanaan Good Corporate Gorvernance (GCG) yang meliputi fairness,
transparency, accountability and responsibility (OECD, 1998). Desakan
mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance tidak terbatas hanya
pada organisasi privat, tetapi juga pada organisasi publik termasuk
organisasi keagamaan (Randa, 2011). Pelaksanaan Good Corporate
Governance akan menumbuhkan rasa percaya para steakholder pada
organisasi.
Akuntabilitas keuangan dalam sebuah organisasi keagamaan,
misalnya gereja sangat penting untuk dilakukan. Akuntabilitas keuangan
dalam organisasi keagamaan dapat diartikan sebagai kewajiban pemegang
amanah untuk memberikan pertanggungjawabannya kepada pihak pemberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
amanah (umat/donator) yang memiliki hak untuk meminta
pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut. Gereja merupakan
sebuah organisasi sektor publik nirlaba yang berada dalam lingkungan
masyarakat. Gereja mendapatkan dana dari sumbangan dan persembahan
jemaat. Sumbangan dan persembahan jemaat terkadang tidak sedikit
jumlahnya dan harus dipertanggungjawabkan dalam penggunaannya
sebagai feedback dari penerimaan pendapatan. Jemaat yang telah
menyumbang dan memberikan persembahan memiliki hak untuk
mengetahui penggunaan dana dengan adanya laporan keuangan. Pelaporan
keuangan dalam sebuah gereja perlu dilakukan untuk menilai seberapa
besar tanggung jawab bendahara dalam menciptakan informasi keuangan
serta menumbuhkan rasa percaya bagi anggota maupun jemaat.
Organisasi Gereja dituntut untuk terbuka dan melaksanakan praktik
akuntabilitas keuangan. Selama ini organiasi gereja dianggap belum
transparan dan terkesan tertutup dalam praktik manajemen modern
(Randa, 2011). Menurut Berry (2005) dalam Randa (2011), praktik
akuntabilitas keuangan dalam organisasi keagamaan gereja masih sangat
resisten, hal ini disebabkan kuatnya pengaruh para pemimpin dan tradisi
dalam organisasi gereja. Situasi seperti ini dapat menyebabkan kasus
penyelewangan – penyelewengan yang terjadi dalam gereja tidak banyak
diketahui oleh masyarakat atau jemaat.
Berdasarkan hasil penelitian Saerang (2001) dalam Dewi, et al
(2015), akuntabilitas dalam organisasi gereja dipandang sebagai aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
individu dan kelompok yang meliputi aspek sosial, spiritual, dan
keuangan. Pada aspek organisasi, akuntabilitas lebih banyak ditentukan
oleh para pemimpin gereja. Menurut Berry (2005) dalam Randa (2011)
organisasi gereja memiliki praktik – praktik yang telah lama dijalankan
dan cenderung sulit untuk menerima perubahan.
Setiap organsiasi gereja memiliki karakteristik dan otoritas masing
masing, begitu pula dengan Gereja Kristen Jawa Temon yang akan
menjadi objek penelitian penulis kali ini. Gereja Kristen Jawa ( GKJ )
Temon merupakan gereja yang menganut sistem pemerintahan presbiterial
, dimana gereja dipimpin oleh majelis gereja. Majelis GKJ Temon dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dibagi menjadi empat Majelis
Bidang ( Mabid), yaitu Mabid Ibadat, Mabid Pembinaan Warga Gereja
(PWG), Mabid Kesaksian Pelayanan dan Mabid Penatalayanan. Selain itu
untuk memperlancar kegiatan gereja dalam memelihara dan
menumbuhkan iman para jemaat, Majelis GKJ Temon membentuk
beberapa komisi. Komisi yang dibentuk terdiri dari empat bidang, yaitu
Bidang Ibadat, Bidang Pembinaan Warga Gereja, Bidang Kesaksian
Pelayanan, dan Bidang Penatalayanan. Dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya, komisi yang telah dibentuk harus menyusun progam kerja
selama satu tahun. Setiap komisi akan berada dalam pengawasan Mabid
masing-masing. Dalam melaksanakan progam kerja tidak lepas dari
ketersediaan dana yang ada. Oleh karena itu, untuk mendapatkan subsidi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dana, setiap komisi harus membuat dan mengajukan anggaran kepada
gereja.
Penggunaan keuangan gereja harus terperinci dengan jelas agar
dapat dipertanggungjawabkan. Praktik akuntabilitas pelaporan keuangan
pada GKJ Temon terbilang masih rendah, hal ini terbukti dengan belum
adanya laporan pertanggungjawaban keuangan kepada pihak gereja dari
pelaksanaan progam kerja setiap komisi. Permasalah ini menarik bagi
penulis untuk meneliti bagaimana praktik pertanggungjawaban keuangan
pada organisasi keagamaan GKJ Temon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas adalah :
“Bagaimana Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Keagamaan Gereja
Kristen Jawa Temon”.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian kali ini, penulis menjelaskan bagaimana
akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Mabid dan Komisi Geraja
Kristen Jawa Temon yang dibatasi pada pertanggungjawaban keuangan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Mabid dan Komisi Geraja
Kristen Jawa Temon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah acuan, bahan baca,
dan kepustakaan bagi Universitas, sehingga mampu memberikan
masukan-masukan bagi pihak yang mendalami topik yang sama.
2. Bagi GKJ Temon
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada
organisasi keagamaan GKJ Temon dalam praktik akuntabilitas
keuangan yang dijalankan.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi tahap dalam menerapkan beberapa teori
akuntansi khususnya dalam organisasi sektor publik dan menambah
pengetahuan penulis.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini terdapat enam bab, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan penjelasan landasan atas teori – teori
pendukung yang berkaitan dengan topik penelitian yang
akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan
pembahasan masalah.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan cara – cara yang penulis gunakan
dalam melakukan penelitian, yang meliputi jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, data yang dibutuhkan, teknik
pengumpulan data, jenis data dan sumber data.
BAB IV : Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan asal mula GKJ Temon, susunan
kepengurusan, serta sistem akuntabilitas yang dijalankan
BAB V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan deskripsi data yang telah diperoleh dan
analisis data dari penelitian yang telah dilakukan
BAB VI : Penutup
Bab ini merupakan bagian dari penelitian yang telah
dilakukan yang menejelaskan tentang kesimpuan dari hasil
penelitian dan sasaran dari penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Organisasi Keagamaan
1. Pengertian Organisasi Keagamaan
Menurut Halim (2012 : 453) entitas sering diartikan sebagai satuan
organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang sangat erat,
hal ini karena dalam salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat asumsi
entitas akuntansi. Asumsi entitas akuntansi menetapkan bahwa semua
transaksi keuangan yang diakuntansikan adalah berkaitan dengan entitas
yang dilaporkan (Halim, 2008). Setiap tempat ibadah pasti memiliki
transaksi keuangan, oleh karena itu tempat peribadatan harus dimaknai
sebagai suatu entitas atau organisasi
Menurut Bastian (2007) dalam Halim (2012: 453) organisasi tempat
ibadah merupakan organisasi keagamaan. Secara estimologis, organisasi
keagamaan dapat diartikan sebagai organisasi yang fokus geraknya terkait
dengan agama tertentu, yang menyangkut permasalahan ibadah atau
menjalankan segala kewajiban Tuhan terkait agama atau kepercayaan
tertentu.
Menurut Halim (2012: 454) organisasi peribadatan termasuk dalam
kategori organisasi nirlaba karena, organisasi peribadatan tidak bermotif
untuk mencari laba dan bertujuan untuk melayani ritual ibadah umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Tujuan Organisasi Keagamaan
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan spesifik yang ingin dicapai.
Menurut Bastian (2007) dalam Halim (2012: 454) tujuan utama dari
organisasi peribadatan atau keagamaan adalah untuk memberikan
pelayanan dan menyelenggarakan seluruh aktifitas yang dibutuhkan
maupun yang telah menjadi ritual ibadah rutin dalam organisasi yang
bersangkutan.
Meskipun tujuan utama organisasi keagamaan adalah untuk
pelayanan umat, bukan berarti organisasi keagamaan tidak memiliki
tujuan keuangan. Tujuan keuangan ditujukan untuk mendukung
terlaksananya tujuan pelayanan peribadatan yang memadahi yang
memenuhi standar sesuai dengan aturan dalam ajaran agama tersebut,
serta menunjang tujuan lainnya seperti tujuan sosial kemasyarakatan
dan pendidikan ( Halim, 2012: 455).
Menurut Halim (2012: 455) kebanyakan pengelola dan pengurus
organisasi keagamaan belum menyadari pentingnya tata kelola yang
baik (good governance). Halim (2012: 455) menyatakan salah satu
usaha untuk menciptakan tata kelola yang baik adalah dengan
menciptakan akuntabilitas yang baik dengan menyelenggarakan
praktik akuntansi. Akuntansi pada organisasi keagamaan merupakan
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian pengelolahan
kegiatan, dalam bentuk lengkap maupun secara sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Manajemen Keuangan Organisasi Keagamaan
Menurut Halim (2012: 457) definisi manajemen keuangan adalah
kegiatan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana dengan
tujuan meningkatkan atau memaksimalkan nilai organisasi. Dalam
konteks peribadatan Halim (2012:457) menyatakan bahwa manajemen
keuangan peribadatan adalah usaha yang dilakukan pengelola tempat
peribadatan dalam menggunakan dana umat sesuai dengan ketentuan
dalam ajaran agama dan kepentingan umat beragama, serta bagaimana
memperoleh dana dari umat dengan cara – cara yang dibenarkan oleh
ajaran agama.
Menurut Halim (2012: 457) dalam menajemen keuangan terdapat 2
fungsi, yaitu:
a. Fungsi Mendapatkan Dana
Fungsi mendapatkan dana adalah bagaimana cara pengelola
organisasi peribadatan dalam mendapatkan dana yang sesuai
dengan ajaran agama dan tidak memberatkan umat
b. Fungsi Menggunakan Dana
Fungsi menggunakan dana adalah bagaimana menggunakan
dana secara efektif dan efisien. Fungsi ini juga berkaitan
dengan pertanggungjawaban pengelolahan dana
Sumber pendanaan organisasi keagamaan berasal dari jemaat dan
sumbangan – sumbangan pihak tertentu. Aliran dana dari jemaat ini
dilakukan secara sukarela atau dilakukan dalam rangka memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kewajibannya sebagai umat suatu agama. Halim (2012: 459) menjelaskan
pertanggunjawaban organisasi keagamaan dilakukan kepada seluruh umat
yang telah memberikan amanahnya, dan merupakan bagian terpenting
dalam menciptakan kredibilitas pengelolahan yang dijalankan.
B. Gereja
1. Pengertian Gereja
Menurut Sukoco (2006: 22) Gereja adalah kehidupan bersama religius
kristiani yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus
Kristus, yang di didalamnya Roh Kudus bekerja dalam rangka pekerjaan
penyelamatan Allah. Ada dua sisi yang dipakai untuk memahami
mengenai gereja, yaitu (Sukoco, 2006: 22) :
a. Sisi Illahi
Dalam sisi illahi, gereja diyakini sebagai “buah pekerjaan
penyelamatan Allah”. Allah mengasihi gereja dan mengkuduskannya
untuk menjadi milik kepunyaan-Nya. Allah memperdulikan gereja,
memelihara gereja, dan menerima segala sesuatu yang dipersembahkan
oleh orang-orang percaya kepada-Nya di dalam dan melalui kehidupan
gereja
b. Sisi Manusiawi
Dalam sisi manusiawi, gereja sebagai suatu kehidupan bersama
religius yang diciptakan dan dijalani oleh manusia untuk menjawab
penyelamatan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Sistem Pemerintahan Gereja
Menurut Sukoco (2016: 29) yang dimaksud dengan “Sistem
Pemerintahan Gereja” adalah cara – cara yang dipakai untuk mendasari
pengorganisasian atau pemerintahan gereja. Terdapat beberapa model
sistem pemerintahan gereja, yaitu (Sukoco, 2016: 30) :
a. Sistem Papal, yaitu sistem pemerintahan gereja yang secara
hierarkis dipimpin oleh Paus sebagai kepala gereja sedunia,
yang merupakan wakil kristus didunia ini.
b. Sistem Caeropapal, yaitu sistem pemerintahan gereja secara
hierarkis dipimpin oleh raja sebagai pemimpin negara sekaligus
pemimpin gereja.
c. Sistem Episcopal, yaitu sistem pemerintahan gereja yang
dipimpin oleh para imam.
d. Sistem Collegial, yaitu sistem pemerintahan gereja dipimpin
oleh majelis gereja, majelis klasis, dan majelis sinode yang
memiliki kewenangannya masing-masing.
e. Sistem Konggregasional, yaitu sistem pemerintahan gereja
yang mengakui bahwa masing – masing gereja berdiri sendiri –
sendiri secara independen, tanpa hubungan yang satu dengan
yang lainnya.
f. Sistem Presbiterial, yaitu sistem pemerintahan gereja yang
dipimpin oleh majelis gereja (presbiter) pada masing – masing
gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Sistem Pemerintahan Gereja di GKJ
Menurut Sukoco (2006: 31) Gereja – gereja Kristen Jawa (GKJ)
menganut sistem pemerintahan presbiterial, dimana masing – masing
gereja dipimpin oleh majelis gereja. Terpadat dua ciri pokok dalam sistem
pemerintahan presbiterial, yaitu (Sukoco, 2006: 33) :
a. Setiap GKJ adalah gereja Allah yang mandiri, yang memiliki
kewenangan dan mampu mengatur diri sendiri,
mengembangkan diri sendiri, dan membiayai diri sendiri yang
dipimpin oleh majelis gereja yang terdiri atas penatua
(presbyteros), pendeta dan diaken.
b. Setiap GKJ wajib berjalan bersama dan mengikatkan diri
dengan GKJ lainnya, yang diwujudkan dalam:
1) Persidangan, baik persidangan klasis, maupun persidangan
sinode, untuk membicarakan persoalan – persoalan yang
menjadi kebutuhan bersama
2) Visitasi, yaitu kunjungan gerejawi, baik oleh visitator klasis
maupun visitator sinode untuk salig mengingatkan dan
menguatkan agar gereja, klasis dan sinode sentiasa
melaksanakan tanggung jawabnya, baik dalam
penyelamatan Allah, pemeliharaan keselamatan, penataan
organisasi, maupun keuangan dan harta bendanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4. Struktur Majelis Gereja Di GKJ
Sukoco (2006: 57) menyatakan bahwa mejelis GKJ, terdiri atas:
penatua, pendeta, dan diaken. Ketiganya memiliki derajat yang sama.
Struktur Mejelis GKJ terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara dan anggota.
Menurut Sukoco (2006: 57) majelis gereja dibawah koordinasi majelis
harian, biasanya dibagi dalam bidang – bidang pelayanan, yaitu:
a. Bidang Ibadat, yaitu anggota mejelis yang membidangi urusan
pelayanan kebaktian dan sakramen.
b. Bidang Kesaksiaan Pelayanan, yaitu anggota majelis yang
membidangi urusan pemberitahuan penyelamatan Allah dan
pelayanan diakonia.
c. Bidang Pembinaan Warga Gereja, yaitu anggota majelis yang
membidangi urusan pemeliharaan iman, pembinaan, dan
pengkaderan.
d. Bidang Penatalayanan, yaitu anggota majelis yang
membidangi urusan keuangan, sarana, dan prasarana.
5. Badan Pembantu Majelis Gereja di GKJ
Pembatu Majelis adalah berbagai kelompok kerja internal yang
merupakan tangan panjang majelis gereja untuk melakukan tugas
pelayanan dengan tugas yang jelas dan konkrit dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas gereja (Sukoco, 2006: 63).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Menurut Sukoco (2006: 63) badan pembatu majelis dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Badan pembantu majelis yang bersifat tetap dan terus menerus yang
disebut Komisi.
b. Badan pembatu majelis yang bersifat tidak tetap, biasanya dalam
bentuk tim atau panitia.
Sukoco ( 2006: 64) menyatakan bahwa dalam melakukan tugasnya,
baik komisi maupun tim/panitia, perlu memiliki rincian tugas yang jelas
dan konkrit, perlu selalu berkonsultasi dengan majelis gereja, perlu
menggali dana sendiri (selain didanai oleh gereja), dan perlu
menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan tugasnya
kepada majelis gereja. Pertanggungjawaban itu dibuat secara periodik dana
atau pada akhir masa tugasnya.
6. Pengelolahan Harta Gereja, Klasis, dan Sinode
Pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode diatur dalam buku
pedoman Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa Temon bab
IV pasal 19. Berikut ini isi pedoman yang terkandung dalam pasal 19.
a. Hakikat Pengelolahan Harta Gereja, Klasis, dan Sinode
Hakikat pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode diwujudkan
dengan ketentuan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1. Harta gereja, klasis dan sinode adalah uang dan segala barang yang
bergerak atau tidak bergerak yang merupakan milik Tuhan yang di
percayakan kepada gereja, klasis, dan sinode.
2. Harta gereja, klasis, dan sinode diperoleh dari:
a) Persembahan warga gereja.
b) Sumbangan – sumbangan yang tidak mengikat dan
bertentangan dengan nilai – nilai Alkitabiah.
c) Usaha – usaha yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai
Alkitabiah.
d) Untuk klasis dan sinode harta juga di peroleh dari Iuran Dana
Kemandirian dan Kebersamaan (IDKK).
3. Pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode harus dilengkapi
dengan bukti – bukti kepemilikan yang sah.
4. Harta gereja, klasis, dan sinode harus dikelola dengan baik dan
bertanggungjawab.
5. Pengurusan asset gereja, klasis dan sinode menggunakan SK.
Menteri Dalam Negeri No. 144 tahun 1987 dan SK. Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 144 tahun
1987.
b. Tujuan Pengelolahan Harta Gereja, Klasis dan Sinode
Tujuan pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode adalah agar semua
kekayaan gereja, klasis, dan sinode dapat diatur penggunaannya, dijaga
keutuhan dan keamanannya, serta diupayakan pengembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode menggunakan sistem
administrasi yang baik, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor. 45, tentang
pelaporan keuangan organisasi nirlaba.
c. Strategi Pengelolahan Harta Gereja, Klasis dan Sinode
Strategi pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode adalah
pengelolahan yang bersih dan transparan. Pengelolahan ini dibawah
tanggungjawab Majelis Gerjea, Badan Pelaksana Klasis, dan Badan
Pelaksana Sinode.
d. Pertanggungjawaban Pengelolahan Harta Gereja, Klasis dan Sinode
Pertanggungjawaban pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode
dilakukan secara periodic dalam persidangan Majelis Gereja,
persidangan Klasis, dan Persidangan Klasis. Pemeriksaan atas laporan
keuangan meliputi aspek – aspek keabsahan, pengelolahan, dan
keuangan.
C. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (2000) akuntabilitas didefinisikan
sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik.
Menurut J.B. Ghartey dalam LAN dan BPKP (2000), akuntabilitas
ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa,
yang mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban
tersebut antara lain :
a. Apa yang harus dipertanggungjawabkan?
b. Mengapa pertanggungjawabkan harus diserahkan?
c. Kepada siapa pertanggungjawaban tersebut diserahkan?
d. Siapa yang bertanggungjawab terhadap berbagai bagian
kegiatan dalam masyarakat?
e. Apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan
kewenangan yang memadai?
Menurut Jones dan Steward dalam Boston dan Gill (2011),
akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menjelaskan atau menjawab
segala tindakan yang dilakukan kepada pihak yang berwenang.
Dalam arti sempit, akuntabilitas dapat digambarkan dalam tiga
elemen yang hubungan yaitu, X, Y, dan Z. X merupakan pihak yang
bertanggungjawab kepada Y untuk Z. Agar hubungan
pertanggungjawaban dapat berjalan efektif, maka perlu diketahui
dengan jelas siapa X, siapa Y dan sifat Z. Jika salah satu elemen tidak
jelas atau hilang, hubungan akuntabilitas akan melemah atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berjalan dengan lancar ( Boston dan Gill, 2011). Akuntabilitas harus
mewujudkan struktur pertanggungjawaban yang logis dan tepat.
2. Jenis – Jenis Akuntabilitas
Menurut Sirajudin H. Salleh dan Aslam Iqbal dalam LAN dan
BPKP (2000), akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak
kehidupan manusia yang meliputi:
a. Akuntabilitas Intern Seseorang
Dari sisi intern seseorang, akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhanya.
Akuntabilitas ini meliputi pertanggungjawaban sendiri
mengenai segala sesuatu yang dijalankan dan dipahami oleh
diri sendiri
b. Akuntabilitas Ekstern Seseorang
Akuntabilitas ekstern seseorang adalah akuntabilitas orang
tersebut kepada lingkungan baik lingkungan formal maupun
lingkungan masyarakat.
Menurut LAN dan BPKP (2000) akuntabilitas dibagi menjadi
beberapa bagian yang meliputi:
a. Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban
mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan
terhadap peraturan perundangan. Sasaran pertanggungjawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ini adalah laporan keuangan yang disajikan dan peraturan
perundangan yang berlaku yang mencangkup penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.
b. Akuntabilitas Manfaat
Akuntabilitas manfaat (efektifitas) memberi perhatian kepada
hasil dari kegiatan-kegiatan pemerintah. Dalam hal ini, seluruh
aparat pemerintah dipandang berkemampuan menjawab
pencapaian tujuan (dengan memperhatikan biaya dan manfaat)
dan tidak hanya sekedar kepatuhan terhadap kebutuhan
birokrasi atau prosedur.
c. Akuntabilitas Prosedural
Akuntabilitas prosedural merupakan pertanggungjawaban
mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan
suatu kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas,
etika, kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis
untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah
ditetapkan.
Menurut Baston and Gill (2011), praktik akuntabilitas memiliki
beberapa orientasi, yaitu orientasi pada proses dengan sebagian besar
berfokus pada kepatuhan, orientasi yang berfokus pada perilaku
dengan integritas dan kejujuran, serta orientasi pada output dan
outcome sebagai wujud kualitas kinerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Akuntabilitas di Organisasi Keagamaan
Pola pertanggungjawaban pada organisasi keagamaan terbilang
masih sederhana. Pada organisasi keagamaan, pengelola (pengurus
dan pengawas) organisasi bertanggungjawab kepada umat atau
pengikut agama yang disampaikan dalam sebuah pertemuan
umat/warga atau rapat dengan masyarakat yang menggunakan
organisasi keagamaan (Halim, 2012: 459) .
Menurut Halim (2012: 459) pola pertanggungjawaban di organisasi
keagamaan dapat dibedakan menjadi 2 sifat, salah satunya adalah
pertanggungjawaban horizontal. Pertanggungjawaban horizontal
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, khususnya
pengguna atau penerima layanan organisasi keagamaan yang
bersangkutan.
4. Dimensi Akuntabilitas Pada Organisasi Gereja
Berdasarkan hasil penelitian Randa (2015) praktik akuntabilitas
dalam organisasi keagamaan meliputi 3 dimensi , yaitu :
a. Dimensi Spiritual
Pada dimensi akuntabilitas spiritual, praktik akuntabilitas
spiritual dilakukan sepenuhnya oleh umat sebagai akar
rumput Gereja. Umat diwajibkan melaksanakan kegiatan
religius serta kerelaan dalam melayani Tuhan dengan sepenuh
hati. Akuntabilitas spiritual menempatkan setiap individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sebagai anggota organisasi melalui pembaptisan, menerima
Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
b. Dimensi Kepemimpinan
Dalam organisasi Gereja dijumpai model kepemimpinan
yang berusaha mengedepankan unsur pelayanan yang menjadi
perwujudan dari model kepemimpinan Sang Kristus sebagai
tokoh sentral dalam Gereja.
c. Dimensi Keuangan
Praktik Akuntabilitas keuangan dalam organisasi gereja yang
ditemukan berbentuk hirarki pada masing-masing tingkatan
organisasi dan sentralistik pada pimpinan masing-masing
hirarki. Realitas tersebut meneguhkan penelitian sebelumnya
bahwa organisasi keagamaan bersifat expressive dan
cenderung menolak praktik akuntabilitas karena terikat dengan
nilai yang telah lama dianut dan peran pemimpin yang sangat
dominan.
D. Penelitian Terdahulu
1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayasinge pada tahun
2009 yang berjudul "Religious “Spirit” and Peoples' Perceptions of
Accountability in Hindu and Buddhist Religious Organizations",
praktik akuntabilitas dalam masyarakat Hindu dan Buddha sangat
dipengaruhi oleh kepercayaan, aspirasi, kesetiaan, patronase, status
sosial, kekuasaan dan persaingan. Praktek akuntabilitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
diimplementasikan hanya sebatas “ritual seremonial” yang bertujuan
untuk memperkuat citra benar dan bijaksana kuil untuk masyarakat
religius. Penelitian ini menganalisis bagaimana organisasi keagamaan
Buddha dan Hindu menganggap praktek akuntabilitas yang rasional
dan berstruktur tetapi juga berdampingan dengan unsur – unsur
religius. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adaah metode
etnografi yang didasarakan pada dua studi kasus yang berbeda yaitu
pada sebuah candi Hindu dan kuil Budhha. Peneliti menggunakan
metode kualitatif dalam melakukan pengumpulan data. Data
dikumpulkan melalui observasi partisipan dan wawancara.
2. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh KGSS Dewi dan rekan
pada tahun 2015 yang berjudul “Konsep Akuntabilitas Keuangan
Dalam Organisasi Keagamaan” studi kasus pada Gereja Kerasulan
Baru Indonesia, Distrik Jawa Timur dan Bali menunjukkan bahwa : 1)
Proses pengelolaan keuangan dilakukan oleh perwakilan masing-
masing Gereja, yaitu pemangku jawatan, dan pertanggungjawaban
keuangan disampaikan kepada Kantor Cabang Yogyakarta lalu
Kantor Pusat Bandung. 2) Akuntabilitas keuangan dalam
pengelolaan keuangan terlaksana dengan baik, karna konsep
pengelolaan keuangan GKBI berbasis teologi dan melibatkan tenaga
profesional. Pada penelitian ini peneliti menganalisis bagaimana
praktik dan konsep akuntabilitas keuangan dalam Gereja dan
bagaimana jemaat mempercayai sepenuhnya pengelolaan keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang mereka sendiri tidak terlibat di dalamnya. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Teknik
analisis yang digunakan melalui tiga tahapan yang terdiri atas: 1)
Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Menarik kesimpulan.
3. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Randa pada
tahun 2011 yang berjudul “Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi
Keagamaan” studi etnografi pada sebuah Gereja Katolik di Tanah
Toraja menujukan adanya praktik akuntabilitas tata kelola harta benda
gerejawi yang lebih baik di tingkat stasi. Hal ini dibuktikan dengan
pengelolahan dana stasi dan dana pembangunan telah dilaporkan
pertanggungjawabnnya kepada umat secara transparan dan
mengumumkan seluruh penerimaan dan pengeluaran pada setiap hari
Minggu. Dalam konteks organisasi paroki, praktik akuntabilitas tata
kelola harta benda gerejawi yang dijalankan oleh gereja paroki adalah
setengah hati. Praktik ini muncul karena ditopang aturan yang
menempatkan pemimpin gereja sebagai sentral yang mendorong style
para pastor cenderung sentralistik dan otoriter dalam mengelola harta
benda Gerejawi di tingkat paroki. Tujuan dari penelitian ini untuk
menggambarkan dan memaknai praktik akuntabilitas keuangan pada
organisasi gereja. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif
dan metode etnografi dalam melakukan penelitiannya. Teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengumpulan data dilakukan dengan cara obervasi partisipan dan
wawancara terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus dengan metode
Kualitatif. Menurut Miles and Huberman (1994: 6-7) dalam Basrowi
dan Suwandi (2008: 22) penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan
berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok,
masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari – hari secara
menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Penelitian ini dilakukan secara langsung di Gereja Kristen Jawa
Temon sehingga hasil analisis yang diperoleh hanya berlaku pada
objek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Gereja Kristen Jawa Temon.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2018 sampai
April 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mabid
dan Komisi Gereja Kristen Jawa Temon
2. Objek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah praktik
pertanggungjawaban keuangan atas penggunaan dana gereja
setiap Mabid dan Komisi Gereja Kristen Jawa Temon.
D. Data yang Dibutuhkan
1. Gambaran umum Gereja Kristen Jawa Temon
a. Sejarah Gereja Kristen Jawa Temon
b. Sistem Pemerintahan Gereja Kristen Jawa Temon
d. Struktur Majelis Gereja Kristen Jawa Temon
e. Badan Pembantu Majelis Gereja Kristen Jawa Temon
2. Praktik pertanggungjawaban keuangan atas penggunaan dana
gereja setiap Mabid dan Komisi Gereja Kristen Jawa Temon
3. Laporan pertanggungjawaban keuangan dari setiap Mabid dan
Komisi Gereja Kristen Jawa Temon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab
sambil tatap muka antara pewawancara dan informan atau orang
yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan Pendeta,
Bendahara, Mabid dan Komisi Gereja Kristen Jawa
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui media
tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat oleh subjek
yang bersangkutan. Data dokumentasi diperoleh dari gambaran
umum gereja dan arsip-arsip gereja mengenai pelaporan keuangan
setiap Mabid dan Komisi Gereja Kristen Jawa Temon.
F. Desain Penelitian
Desain Penelitian (tabel 3. 1) merupakan proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang membantu
peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data. Desain penelitian
memberikan gambaran mengenai permasalan yang diteliti, sumber dan
metode pengumpulan data, proses pengumpulan data hingga
justifikasi. Berikut ini tabel desain penelitian yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian Kualitatif
Pertanyaan
Penelitian
Sumber Data dan
Metode Pengumpulan
Aspek –
Aspek Praktis
Justifikasi
Bagaimana praktik
pertanggungjawaban
keuangan pada
organisasi
keagamaan Gereja
Kristen Jawa
Temon?
Dari internal gereja:
Wawancara:
1. Pendeta
2. Bendahara
3. Ketua Mabid
Kespel
4. Ketua Mabid
PWG
5. Ketua Mabid
Penatalayanan
6. Komisi
Pendukung
Ibadat
7. Ketua Komisi
Anak
8. Ketua Komisi
Kehartaan dan
Kerumahtangg
aan
9. Ketua Komisi
Dewasa
10. Ketua Tim
Verifikasi
Dokumentasi :
1. laporan
pertanggungjawab
an keuangan
mabid/komisi
2. laporan keuangan
gerja
Mendapatkan
askes melalui
kenalan dan
pengalaman
terjun
langsung
dalam
kepengurusan
komisi
pemuda
Wawancara:
Kurang lebih
5 jam total.
Setiap
wawancara
diawali
dengan
metode tidak
struktrur di
ikuti dengan
semi-
terstruktur.
Wawancara
dilakukan
secara tatap
muka dan
hampir
semuanya
direkam.
Analisis
dokumen :
total sekitar
10 jm
Pendeta, Majelis
dan Komisi
merupakan aktor –
aktor penting dalam
praktik
pertanggungjawaban
keuangan keuangan
di GKJ Temon.
Metode wawancara
tidak struktur di
awal setiap sesi
wawancara
bertujuan untuk
membuat peneliti
lebih sensitive
terhadap isu-isu
penting dari sebuah
situasi. Selain itu
juga membantu
peneliti
mengidentifikasi
konsep-konsep awal
yang perlu
dikembangkan lebih
jauh dalam
wawancara.
wawancara semi
terstruktur adalah
memberikan focus
kepada isu-isu yang
lebi spesifik.
Analisi dokumen
menyediakan
informasi tambahan
dan memvefifikasi
data yang diperoleh
dari wawancara
Sumber : (Effrein, 2012, 90-91)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman ( 1984: 21 – 23) dalam Emzir (2014). Dalam penelitian ini
ada tiga tahapan dalam analisis data, yaitu:
1. Reduksi Data
Tahapan reduksi data merupakan proses pemilihan,
pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian
data mentah yang dihasilkan dari catatan lapangan. Pada tahapan
ini data hasil transkip wawancara dan dokumen dipilih dan
difokuskan pada hal-hal yang berhubungan dengan proses
pertanggungjawaban keuangan Mabid dan Komisi. Adapun proses
pengajuan anggaran, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan.
2. Penyajian Data
Tahapan penyajian data merupakan proses penyajian data hasil
transkip wawancara dan dokumen yang telah di reduksi dalam
bentuk teks naratif atau kata – kata. Pada tahapan ini data data hasil
transkip wawancara dan dokumen yang dituangkan dalam teks
naratif atau kata – kata untuk menjawab rumusan masalah (Bab V)
sehingga menghasilkan informasi yang jelas dan dapat dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan merumuskan makna
atau memutuskan kesimpulan dari data yang telah disajikan dalam
teks naratif secara menyeluruh (Bab VI). Tujuan dari penarikan
kesimpulan ini untuk menghasilkan informasi akhir yang lebih
jelas, eksplisit dan mendasar.
H. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan
melalui subjek yang bersangkutan berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secata tidak langsung atau
data yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder ini meliputi:
a. Gambaran umum Gereja Kristen Jawa Temon
b. Laporan pertanggungjawaban keuangan setiap Mabid dan Komisi
Gereja Kristen Jawa Temon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM GEREJA KRISTEN JAWA TEMON
A. Sejarah Geraja Kristen Jawa Temon
1. Injil Dari Perbukitan Bagelen (1884)
Temon merupakan sebuah kota kecamatan, letaknya paling barat
wilayah kabupaten Kulon Progo,Yogyakarta, berbatasan dengan
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Wilayah Temon meliputi pesisir
pantai selatan hingga sebagian dari pegunungan Menoreh. Sebagain
besar penduduknya adalah Jawa, hidup berpencaharian agraris
sifatnya, oleh sebab itu, latar belakang kepercayaan dan
kebudayaannya juga berkaitan erat dengan alam agraris.
Bibit kawit orang Kristen di Temon adalah Ranoetika, keluarga
Wiroreso, serta keluarga ibu Gunemtrantiko-Setrosetiko. Dari ketiga
keluarga besar inilah kekristenan di Temon semakin hari semakin
berkembang. Asal-muasal ketiga keluarga ini menjadi Kristen adalah
keaktifan mereka mengikuti pengajian Kristen. Bagi mereka yang
berlatar belakang Islam Abangan, dengan adanya pengajian elmu baru
(Kristen) adalah hal yang mesti untuk tidak disia-siakan. Adapun guru
ngaji elmu Kristen berasal dari Jelok (utara Bagelen) bernama Simon
Wirasana adalah penatua jemaat di Jelok, yang juga sebagai pekabar
Injil awam semasa kekristenan Sadrac
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Setelah pengajian Kristen dianggap cukup, tibalah waktu mereka
dibaptis. Pelaksanaan baptisan bertempat di Jelok, karena Pdt. J.
Wilhelm yang akan membaptis tidak diperbolehkan membaptis di
wilayah kasultanan Yogyakarta. Hal itu untuk mengantisipasi sesuatu
hal yang tidak diinginkan. Bisa jadi setelah mereka dibaptis dan
sudah Kristen, mereka akan mendapatkan sangsi karena sebagai
rakyat Yogyakarta yang katanya dilarang beragama lain kecuali
Islam. Tahun 1884 dilaksanakan baptisan untuk pertama kalinya bagi
orang Temon yang dilaksanakan di Jelok oleh Pdt. J. Wilhelm.
Keluarga Yohanes Ranoetika beserta rombongan sementara waktu
tinggal di Jelok setelah prosesi pembabtisan selesai.. Setelah mereka
diberi tahu bahwa tidak ada sesuatu hal yang ditakutkan karena telah
berpindah agama menjadi Kristen, maka Yohanes Ranoetika dan
semua anggota rombongan itu pulang ke tempat masing-masing. Dan
benar, tidak ada permasalahan apa-apa sehubungan dengan kasultanan
Yogyakarta. Mereka kembali beraktifitas seperti biasanya, di tempat
tinggal masing-masing. Setelah baptisan itu, di antara mereka dengan
semangat menceritakan pengalaman baru sebagai orang Kristen. Ada
banyak di antara mereka yang tertarik. Merekapun akan datang bila
ada pengajian elmu Kristen lagi.
2. Injil Tumbuh Subur di Tanah Temon (1885-1890)
Setelah peristiwa baptisan bagi rombongan Ranoetika (tahun 1884),
kegiatan pengajian elmu Kristen semakin semangat. Peserta pengajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
elmu semakin banyak, dan kapasitas tempat tidak mencukupi, maka
untuk peserta pengajian dari Selong, Palihan, akan dilayankan
tersendiri di Selong.
Setahun setelah kekristenan bertumbuh di wilayah Temon dan
sekitarnya, terjadilah peristiwa yang menggoncangkan yaitu, adanya
peristiwa Tengger Brosot, di mana orang Kristen difitnah sebagai yang
mendirikannya. Di antara orang Kristen Temon takut dicap sebagai
pemberontak, sehingga secara teratur banyak yang mundur dari
paguron Kristen. Maka demi menyelamatkan diri dari ancaman akibat
tuduhan-tuduhan yang palsu, banyak di antara mereka yang akhirnya
keluar dari kekristenan. Namun hal ini tidak terjadi bagi kerabat
Ranoetika, walaupun banyak di antara kerabat Kristen yang akhirnya
mundur karena takut ikut dicap pemberontak, dia tetap tegar dan tekun
sebagai Orang Kristen. Kayakinan mereka dikuatkan dengan adanya
Kyai Sadrach sebagai guru yang bertanggungjawab, sekali waktu
sering mengunjungi pengikutnya termasuk di Temon dan Selong.
Selang beberapa waktu kekristenan mulai tumbuh kembali.
Baptisan bagi orang Temon kedua kalinya yaitu pada keluarga
Kromodrono. Kharisma Sadrach benar-benar menebar pesona begitu
besar. Periode tahun 1885 –1890 kekristenan di Temon mengalami
perkembangan yang sangat cepat, sudah ada ratusan orang Temon
yang menjadi Kristen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Orang Temon yang menjadi Kristen tidak merasa berbeda
kebiasaan seperti sebelum menjadi Kristen. Mereka tetap sebagai
orang Jawa seperti lainnya, hal ini karena kekristenan yang diajarkan
oleh para pengikut Sadrach. Penekanan pada spiritualitas dan
kelestarian adat Jawa dalam kehidupan jemaat menambah daya
tariknya. Bagi orang Temon sebagai orang Jawa setelah masuk
Kristen, kejawaan mereka merasa menjadi lebih bermakna.
3. Panenan Injil Tertimpa Bencana (1891-1892)
Masa panenan Injil besar-besaran terjadi di Jawa Tengah, dimulai
oleh para pembantu Philips-Stevens, yakni Abisai Reksadiwangsa,
Taroeb, dan Sadrach mengalami malapetaka hebat. Berita yang
didengar bahwa Pdt. J. Wilhelm - yang diutus oleh badan Zending
NGZV (Nederlandche Gereformeerde Zendings Vereeniging), yang
dengan senang hati melayani sakramen baik baptisan maupun
perjamuan kudus bagi orang Kristen Jawa dan sering bersama Sadrach
melakukan kunjungan ke jemaat-jemaat mendadak meninggal dunia.
Wafatnya Pdt. J. Wilhelm menimbulkan banyak tanya tanya bagi
Ranoetika dan kerabat Kristen di Temon. Cara meninggal Pdt.
Wilhelm agaknya ada kaitannya dengan kekecewaan mendalam yang
ia alami. Masa-masa sepeninggal Pdt. J. Wilhelm sangat
mempengaruhi kekristenan orang Jawa karena pelayanan baptis dan
perjamuan kudus tidak lancar seperti Pdt. J. Wilhelm masih melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kekristenan yang terjadi di Purworejo, berimbas langsung di
Temon. Kekristenan yang baru tumbuh sumbur tertimpa musibah
konflik ajaran yang begitu merisaukan. Rasa damai yang sebelumnya
dialami oleh orang - orang Temon yang menjadi Kristen pupus . Justru
setelah masuk Kristen mereka menjadi tidak nyaman hidupnya. Tidak
sedikit tetangga dan kerabat yang mulai menyingkiri mereka karena
masuk Kristen. Sebagian kerabat Kristen yang masih labil berbalik
kepada kepercayaan lama, dan meninggalkan kekristenan. Namun
tidak bagi Ranoetika, Gunemtrantiko dan Wiroreso. Ia dan
keluarganya telah mantap berpredikat Kristen. Walaupun ia dan
sebagian kerabatnya, akhirnya memilih bergabung dengan kekristenan
zending, lebih dipahami sebagai upaya mencari aman.
4. Kristen Jawa Mulai Berbaju Barat (1892-1900)
Bagi Ranoetika dan sebagian kerabat Kristen di Temon, ketika terjadi
„konflik‟ antara Sadrach dengan badan zending NGZV, dan akhirnya
dia dan sebagian kecil kerabat Kristen memilih bergabung dengan
Gereja Zending Gereformeerd, sebagai pilihan yang tidak lebih
sebagai perlindungan dan rasa aman. Walaupun demikian hal ini
menjadi sangat berat, karena harus melepaskan kekristenan yang
asimiliatif terhadap adat Jawa, kemudian harus menjalani kekristenan
zending yang antagonis terhadap adat-istiadat –tradisi Jawa. Hal ini
terjadi tidak berselang lama Pdt. Wilhelm wafat (1892), badan misi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
NGZV berakhir dan diganti dengan Zending Gereformeerd Kerken
Nederlands (ZGKN).
Misionaris Gereja (ZGKN) mulai gencar menebarkan pengaruhnya
bahwa ajaran Kristen yang telah diterima sebelumnya (melalui pekabar
Injil awam), harus dimurnikan karena sudah menyimpang. Dari sinilah
pranata-pratana baru dengan adanya larangan-larangan bagi
kekristenan mulai muncul. Larangan itu antara lain, bila tetap menjadi
orang Kristen yang benar sarung yang mereka pakai harus diganti
dengan pantalon, harus mengenakan sepatu, harus berambut pendek,
tidak boleh mendengarkan gamelan, tidak boleh melihat pertunjukan
wayang, tidak boleh disunat, tidak boleh hadir dalam slametan dan
kendhuren, tidak boleh menyanyikan tembang, tidak boleh
membersihkan kuburan nenek-moyang, anak-anak tidak boleh bermain
dolanan seperti macanan, cirak, dsb. Semua larangan tersebut
dimaksudkan untuk mengasingkan orang Kristen Jawa dari
lingkungannya, dan bukan karena alasan teologis yang dapat
dipertanggungjawabkan.. Berbagai tuduhan dilontarkan yang berkedok
teologis bahwa Sadrach telah melakukan sinkretisme, bahwa ia adalah
guru ngelmu yang mencampuradukkan Kejawen, Hindu dan Islam.
Kekristenan di Temon semenjak campur tangan para zendeling
Belanda semakin menunjukkan perubahan yang mencolok.
Kekristenan yang mula-mula bersifat asimilatif menjadi antagonis-
kontradiktif terhadap adat dan tradisi Jawa. Sikap superioritas para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
misionaris Zending yang menganggap bahwa kekristenan harus
menaklukkan adat-istiadat setempat.
Kedatangan misi Barat yang diutus Gereja, menggantikan Badan
zending NGZV, semakin mempertegas jarak antara kekristenan Jawa
Zending dengan kekristenan Sadrach. Hal ini juga yang akhirnya
terjadi penegasan aliran kekristenan Sadrach dan kekristenan Zending.
Kekristenan di Temon pada tahun 1894, menyatakan lepas dari
kekristenan Kyai Sadrach, dan tunduk kepada NGZV (Nederland
Gereformeerd Zending Vereniging). Waktu itu warga Kristen Temon
tinggal 32, sebagian yang lain masih ikut Kerasulan di Selong.
5. Masa Jemaat Dewasa (1900-1939)
Pada tahun Perubahan paradigma pekabaran Injil di Gereja
Belanda. Melalui sinode Middleburg (1896), pekerjaan Zending di
Jawa Tengah Selatan diserahkan kepada Gereja Gereformeerd di
negeri Belanda. Gereja-gereja setempat di Belanda berhubungan
langsung dengan gereja - gereja sejawa. Pengambilalihan pekerjaan
Zending tidak berselang lama dengan jemaat di Purworejo dan di
Temon didewasakan.
Pada kebaktian hari Minggu 11 Maret 1900 pdt. L. Andriaanse
menetapkan Jemaat Kristen Jawa Temon sebagai jemaat mandiri di
bawah asuhan Gereja Gereformeerd. Jemaat Temon dimandirikan
sebagai Pasamoewan Kristen Gereformeerd ing Temon, jumlah warga
pada saat itu berjumlah 36 orang. Pendewasaan gereja di Temon itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tidak berselang lama, sekitar satu bulan setelah jemaat di Purworejo
yang terlebih dahulu didewasakan. Pengertian sebagai jemaat dewasa
adalah mampu menata dan mengatur kehidupan jemaat setempat oleh
diri mereka sendiri.
Berdasarkan keputusan sidang Sinode Persatuan 1949 dan sejak
1956, nama Pasamoewan Kristen Gereformeerd ing Temon diganti
menjadi Gereja Kristen Djawa di Temon,
B. Lokasi Gereja Kristen Jawa Temon
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon beralamat di Kaliwangan Lor,
Temon Kulon, Temon, Kulon Progo, Yogyakarata 55654, Tlp: 0274 –
7486030.
C. Visi Misi Gereja Kristen Jawa Temon
Gereja Kristen Jawa Temon menuju kepada kedewasaan yang penuh
dan kemandirian dalam hal daya, dana dan teologia.
D. Tata Pelayanan Gereja Kristen Jawa Temon
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon dalam pelayanannya menganut
sistem presbyterial. Sistem gereja presbyterial menempatkan majelis
gereja memiliki kedaulatan sendiri untuk mengatur dan mengelola gereja.
Berikut ini struktur tata pelayanan GKJ Temon:
1. Ketua Umum
2. Sekretaris Umum
3. Sekretaris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4. Bendahara Umum
5. Bendahara
6. Bidang Ibadat
a. Komisi Pendukung Ibadat :
7. Bidang Pemeliharaan Warga Gereja (PWG)
a. Komisis Anak
b. Komisi Pemuda Remaja
c. Komisi Dewasa
d. Komisi Adiyuswa
e. Komisi Wanita Mandiri
8. Bidang Kesaksian Pelayanan (Kespel)
a. Komisi Diakonia
b. Komisi Pangruktilaya
c. Komisi Hubungan Masyarakat & Pemerintah
9. Bidang Penatalayanan
a. Komisi Kehartaan dan Kerumahtanggaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
E. Struktur Organisasi Gereja Kristen Jawa Temon
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi GKJ Temon
Keterangan :
Garis Penugasan/Tanggungjawab
Garis Hubungan Pelayanan/Koordinasi
Sumber: Laporan Pelaksanaan Progam tahun 2017
MAJELIS PLENO
MPH
KOPERASI ARUM
PAUD BEN SADA
TK SERUNI IV & V
Sanggar Kegiatan
PEPANTHAN
TIM VERIFIKASI
Kuestor Koster TU
YPK WIDODO
MABID
IBADAT
MABID
PENATALAYANAN
Komisi
Pendukung
Ibadat
MABID
KESPEL
Komisi Anak
MABID PWG
Komisi
Pemuda/Remaja
Komisi Dewasa
Komisi Adiyuswo
Komisi Wanita
Mandiri
Komisi Diakonia
Komisi
Hub.Masyarakat
& Pemerintah
Komisi Kehartaan
&
Kerumahtanggaan
Komisi
Pranguptiloyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
F. Uraian Tugas Majelis, Komisi, dan Tim Verifikasi
1. Majelis Pelaksana Harian
a. Ketua Umum
1) Menjadi pemimpin bersama dengan sekretaris umum dalam
setiap rapat majelis.
2) Menjadi penanggungjawab umum segala sesuatu yang terjadi
atas gereja dan atas yang dilakukan gereja, mewakili majelis
dan gereja baik ke dalam maupun ke luar.
3) Bersama sekretaris umum berwenang menandatangani surat –
surat gereja.
b. Sekretaris Umum
1) Bersama ketua umum menjadi pemimpin rapat majelis.
2) Bertanggungjawab atas keadministrasian gereja meliputi:
agenda persuratan, kearsipan, dokumentasi, inventarisasi, dan
pengawasan atas tenaga kerja TU gereja
3) Bersama ketua umum berwenang menandatangani surat – surat
gereja.
c. Sekretaris
1) Bertanggungjawab atas penunjukan dan mewakili tugas
sekretaris umum.
2) Mempersiapkan dan mencatat peristiwa – peristiwa dalam rapat
majelis, diantaranya notulen rapat, dan daftar hadir rapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
d. Bendahara Umum
1) Bertanggungjawab atas pengelolahan keuangan gereja,
termasuk tugas utama pengarahan dan pengawasan terhadap
tugas kuestor gereja.
2) Bertanggungjawab atas pengeluaran dana yang bersifat
insidentil, setelah dikonsultasikan dan persetujuan ketua umum.
3) Mempersiapkan informasi keuangan untuk pelaporan dalam
rapat majelis maupun dalam rangka verifikasi keuangan gereja.
e. Bendahara
1) Mewakili dan membantu tugas bendahara umum untuk tugas
butir 1.
2) Bersama dengan bendahara umum mempersiapkan informasi
keuangan untuk pelaporan dalam rapat majelis maupun dalam
rangka verifikasi keuangan gereja.
2. Majelis Bidang
a. Majelis Bidang Ibadat
1) Menyusun dan memastikan terlaksananya jadwal pelayanan
ibadat.
2) Mengampu dan mengkoordinasikan Komisi Pendukung Ibadat
untuk memastikan daftar liturgi ibadat dalam melaksanakan
progam pelayanannya.
3) Mengampu Komisi Pendukung Ibadat dalam melaksanakan
progam pelayanannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4) Pendampingan atas kepanitiaan/tim pelaksana untuk
momentum/agenda ibadat khusus.
5) Melaksanakan progam tahunan Majelis Bidang Ibadat dan
melaporkan serta mempertanggungjawabkan secara rutin pada
rapat majelis.
b. Majelis Bidang Pembinaan Warga Gereja (PWG)
1) Mengampu dan mengkoordinasikan Komisi Anak, Remaja
Pemuda, Dewasa, Wanita Mandiri, serta Adiyuswo dalam
melaksanakan progam kegiatan.
2) Melaksanakan pembinaan kategorial umur dan profesi warga
gereja dalam rangka pemeliharan iman warga.
3) Memotivasi warga dalam kegiatan kunjungan antar warga.
4) Mengkoordinasikan pendampingan terhadap warga yang
sedang mengalami pergumulan iman.
5) Melaksanakan progam tahunan Majelis Bidang PWG dan
melaporkan secara rutin dalam rapat majelis.
c. Majelis Bidang Kesaksian Pelayanan
1) Mengampu dan mengkoorsinasikan Komisi Diakonia dan
Pangruptiloya dalam melaksanakan progam kegiatan.
2) Memotivasi dan melaksanakan Kesaksian Iman melalui
kegiatan diakonia masyarakat dan kepedulian sosial.
3) Meneruskan pemberitaan lelayu sampai kepada kelompok,
pepanthan, dan mengkordinasikan upacara pangrutiloya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4) Melaksanakan progam tahunan Majelis Bidang Kesaksian
Pelayanan dan melaporkan secara rutin dalam rapat majelis.
d. Majelis Bidang Penatalayanan
1) Mengampu dan mengkordinasikan Komisi Kehartaan dan
Kerumahtanggaan dalam melaksanakan progam kegiatan.
2) Bertanggungjawab atas perawatan dan pemeliharaan gedung –
gedung milik gereja beserta area lingkungannya.
3) Melaksanakan progam tahunan Majelis Bidang Penatalayanan
dan melaporkan secara rutin pada rapat majelis.
3. Badan – Badan Pelayanan Gereja
a. Komisi Pendukung Ibadat
1) Memastikan daftar liturgi dan penugasan pendukung ibadat.
2) Mengkoordinasikan tersedianya liturgy dan petugas pendukung
ibadat khusus,
3) Mengkaderisasikan pengiring musik ibadat untuk tingkat
lanjutan maupun pemula.
4) Melaksanakan progam tahunan Komisi Pendukung Ibadat dan
melaporkan tugasnya kepada mejlis gereja melalui Majelis
Bidang Ibadat.
b. Komisi Anak
1) Menyelenggarakan kegiatan pembinaan anak yaitu pelayanan
sekolah minggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2) Memotivasi terbinanya anak – anak warga gereja menjadi anak
yang berbakti kepada orang tua dan Tuhan.
3) Menyelenggarakan pembinaan anak baik iman, moral maupun
perilaku kristiani melalui kegiatan – kegiatan rutin diluar
sekolah minggu.
4) Melaksanakan progam Komisi Anak dan melaporkan tugasnya
kepada majelis gereja melalui Majelis Bidang PWG.
c. Komisi Remaja dan Pemuda
1) Menyelenggarakan pembinaan remaja – pemuda khususnya
dalam kegiatan Persekutuan Remaja – Pemuda.
2) Pendampingan dalam rangka pengembangan talenta remaja –
pemuda dan memotivasi remaja – pemuda berperan dalam
pelayanan gerejawi sesuai kemampuan.
3) Atas persetujuan majelis dapat mengadakan hubungan
kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pembinaan remaja –
pemuda.
4) Melaksanakan progam Komisi Remaja – Pemuda dan
melaporkan tugasnya kepada majelis gereja melalui Majelis
Bidang PWG.
d. Komisi Dewasa
1) Menyelenggaran pembinaan warga dewasa keluarga muda
rentang usia 25 – 45 tahun dengan materi materi pembinaan
actual sesuai kebutuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2) Memotivasi keterlibatan aktif warga dewasa dalam pelayanan
gereja
3) Pendampingan iman terhadap keluarga yang terkena musibah
maupun yang sedang mengalami pergumulan hidup.
4) Melaksanakan progam Komisi Dewasa dan melaporkan
tugasnya kepada majelis gereja melalui Majelis Bidang PWG.
e. Komisi Adiyuswa
1) Menyelenggarakan pembinaan warga adiyuswa melalui
persekutuan (PA/PD).
2) Pendampingan terhadap warga adiyuswo yang tertimpa
masalah.
3) Memotivasi warga adiyuswa untuk berkehidupan atis dan
keteladanan sebagai sesepuh dalam kehidupan bergerja dan
bermasyarakat.
4) Melaksanakan progam Komisi Adiyuswa dan melaporkan
progam kegiatannya kepada majelis gereja melalui Majelis
Bidang PWG
f. Komisi Wanita Mandiri
1) Melaksanakn pendampingan bagi para janda yang berusia 60
tahun ke atas maupun yang belum berusia 60 tahun.
2) Melakukan pendampingan bagi para perempuan lajang yang
memastikan tidak berkeluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3) Melaksanakan progam Komisi Wanita Mandiri dan melaporkan
progam kepada majelis gereja melalui Majelis Bidang PWG.
g. Komisi Pangrutiloyo
1) Melaksanakan perawatan jenazah dan memastikan tersedianya
peti dan perlengkapan terkait.
2) Memotivasi warga greja agar terampil merawat jenazah dengan
pengkaderan yang berkesinambungan.
3) Melaksanakan pendampingan dan pralenan bagi keluarga yang
baru ditinggal anggotanya yang dipanggil Tuhan.
4) Melaksanakan progam Komisi Pangruktiloyo dan melaporkan
pelaksanaan progam kegiatan kepada majelis gereja melalui
Majelis Bidang Kesaksian Pelayanan.
h. Komisi Diakonia
1) Mengelola dan menyalurkan bantuan dana bagi warga kurang
mampu.
2) Menyalurkan bantuan dana bagi anak usia sekolah dari
keluarga kurang mampu.
3) Memotivasi, mengupayakan dan menyalurkan partisipasi
bantuan warga jemaat bagi warga gereja/warga masyarakat
yang dirasa perlu bantuan, warga sakit, dan keluarga kurang
mampu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4) Melaksanakan progam Komisi Diakonia dan melaporkan
pelaksanaan progamnya kepada majelis gereja melalui Majelis
Bidang Kesaksian Pelayanan.
i. Komisi Kehartaan dan Kerumah – tanggaan
1) Melaksanakan perawatan dan kebersihan gedung – gedung
milik gereja.
2) Memastikan keberadaan bukti fisik dan pemeliharaan
inventaris maupun harta milik gereja.
3) Melakukan pencatatan harta milik gereja pada buku daftar
inventaris yang dataya diperbarui tiap tahunya.
4) Melaksanakan progam Komisi Kehartaan dan Kerumah –
tanggaan serta melaporkan pelaksanaan progamnya kepada
mejelis gereja melalui Majelis Bidang Penatalayanan.
4. Tim Verifikasi
a. Mengadakan pemeriksaan secara berkala atas pengelolahan
keuangan gereja.
b. Mengadakan pemeriksaan atas harta milik gereja.
c. Mengevaluasi pelaksanaan RAPBG.
d. Mengadakan pemeriksaan managemen perbendaharaan sesuai
dengan progam tahunan Majelis dan Komisi.
e. Mengevaluasi pelaksanaan progam majelis, majelis bidang,
maupun komisi – komisi, tim dan badan – badan yang ada dalam
lingkup pelayanan GKJ Temon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
f. Menyampaikan hasil pemeriksaan dan evaluasi kepada majelis
gereja baik tiap semester maupun akhir tahun anggaran atau
pelayanan.
G. Gambaran Umum Gereja Kristen Jawa Temon
1. Wilayah Pelayanan
Pada dasarnya pelayanan di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon tidak
mengenal batas wilayah tetapi domisili. Sebagian besar warga berada
di wilayah Kecamatan Temon, selain itu juga ada warga yang
berdomisili di Kecamatan Kokap,Wates, Purwodadi, Bagelen. GKJ
Temon dalam melakukan pelayanan membagi wilayahnya menjadi
empat bagian, yaitu :
a. Gereja Kristen Jawa Temon (Induk)
b. Gereja Kristen Jawa Temon Pepanthan Seling
c. Gereja Kristen Jawa Temon Pepanthan Kalidengan
d. Gereja Kristen Jawa Temon Pepanthan Glagah
2. Jumlah Jemaat
Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon sampai akhir tahun 2017
berjumlah 942 jiwa, terdiri atas 281 KK. Data jemaat ini berdasarkan
data yang dihimpun Majelis GKJ Temon. Berikut ini table jumlah
jemaat setiap wilayah berdasarkan status (dewasa/anak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Table 4.1 Jumlah Jemaat GKJ Temon Berdasarkan Status (Dewasa/Anak)
No Kelompok
Dewasa Anak Luar
Daerah
Jml
L P Jml L P Jml L P Jml
1 Sekitar Gereja 45 51 96 19 19 39 17 18 35 170
2 Sekitar Pasar 44 50 94 14 14 28 12 9 21 143
3 Immanuel 38 43 81 10 11 21 9 11 20 122
4 Jarak Jauh
Barat
11 8 19 5 1 6 3 2 5 30
5 Jarat Jauh
Timur
15 6 21 10 15 25 0 2 2 48
6 Seling 76 88 163 32 30 62 12 11 23 248
7 Glagah 38 42 80 13 16 29 9 6 15 124
8 Kalidengen 18 21 39 9 4 13 2 3 5 57
Jumlah 285 309 594 112 110 222 64 62 126 942
Sumber: Laporan Pelaksanaan Progam tahun 2017
3. Pendeta yang Pernah Melayani di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Temon memiliki Pendeta sendiri
setelah kurang lebih 40 tahun jemaat Temon didewasakan. Pada tahun
1939 dilakukan pentabisan Pendeta untuk pertama sebagai pendeta
pertama di jemaat Temon. Berikut ini Pendeta yang pernah melayani di
GKJ Temon.
Table 4.2 Pendeta yang Pernah Melayani di GKJ Temon
No Nama Pendeta Tahun Melayani
1. Saido Atmo Soemarto 1939 – 1973
2. Budi Sudarto 1973 – 1980
3. Kuswala Sasono Budiarto 1980 – 1991
4 Kristian Prawoko 1997 – sekarang
Sumber: Sejarah Gereja Kristen Jawa Temon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Daftar Responden
Untuk mengetahui bagaimana praktik pertanggungjawaban
keuangan yang dijalankan pada organisasi keagamaan Gereja Kristen Jawa
Temon, responden diambil dari perwakilan masing – masing Majelis
Bidang dan Komisi. Majelis Bidang dan Komisi merupakan bagian dari
pelaksana pemerintahan gereja yang turut andil dalam penggunaan
anggaran gereja. Responden yang diambil adalah responden yang
bertanggungjawab penuh dalam pelaksanaan kegiatan maupun pelaporan.
Berikut ini daftar responden yang telah diwawancarai oleh peneliti.
Table 5.1 Daftar Responden Penelitian
No Tanggal
Nama
Responden Lama Wawancara Keterangan
1 12/3/2018 Ibu Rahmindarti 41 Menit 5 Detik Komisi Anak
2 13/03/2018 Ibu Wagini 24 Menit 13 Detik Mabid Kespel
3 13/03/2018
Bpk. FX
Mardiono 21 Menit 13 Detik Mabid PWG
4 13/03/2018 Ibu Ernawati S 24 Menit 13 Detik Komisi Dewasa
5 16/03/2018
Bpk. Elieser Tito
P 29 Menit 30 Detik Mabid Penatalayanan
6 18/03/2018
Ibu Wahyu
Sulistyani 25 Menit 20 Detik Bendahara
7 04/03/2018
Ibu Nunung
Kuntari 26 Menit 34 Detik Tim Verifikasi
8 9/04/2018
Pdt. Kristian
Prawoko
1 Jam 5 Menit 22
Detik Pendeta/Mabid Ibadat
9 9/04/2018
Ibu Kristina
Dewi S 14 Menit 36 Detik Komisi Pendukung Ibadat
10 11/04/2018 Ibu Wakijem 18 Menit 10 Detik Komisi Pranguptilaya
11 11/04/2018 Ibu Ardinawai
32 Menit 32 Detik
Komisi kehartaan dan
Kerumahtangaan
Sumber : Data olahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
B. Hasil Analisis Data
Berikut ini adalah deskripsi hasil wawancara dan dokumentasi
mengenai praktik pertanggungjawaban keuangan pada organisasi
keagamaan Gereja Kristen Jawa Temon.
1. Alur Pelaporan Pertanggungjawaban Mabid dan Komisi
Gereja Kristen Jawa Temon telah memiliki alur pelaporan
pertanggungjawaban yang telah ditetapkan. Berdasarkan pernyataan
narasumber Bapak Pdt. Kristian Prawoko selaku Majelis Pelaksana
Harian dan ketua Mabid ibadat mengungkapkan bahwa :
“Yang pasti anggota personalia majelis bidang itu dan juga komisi
harus membuat pelaporan, nah disampaikan kepada siapa, ya
disampaikan kepada gereja dalam hal ini majelis. Komisi dalam
penyerahan laporan melewati mabid terkait, disamping itu mabid
juga harus menyerahkan laporan mereka”.
Narasumber lain selaku komisi juga mengungkapkan bahwa:
“Akhir tahun menjelang awal tahunlah itu sudah diadakan rapat di
Mabid PWG, itu untuk rapat persiapan penyampaian progam yang
telah dilaksanakan jadi pertanggungjawabannyalah, laporan dan
termasuk pelaksanaan kegiatan dan anggaranya. Setelah itu kita
sampaikan secara tertulis dengan ditanda tangani masing masing
komisi dengan mengetahui majelis terkait dan kita serahkan
laporan itu ke mabid pwg. Jadi seperti itu prosedurnya kita
rapatkan dulu kita evaluasi dan kita serahakan laporan dan bentuk
laporan pelaksana kegiatan dan keuangan. Nanti mabid yang akan
menyerahkan ke gereja”.
Dari kedua pernyataan narasumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa Komisi dalam penyerahan pelaporan pertanggungjawaban harus
melewati Majelis Bidang (Mabid) yang menaunginya, kemudian
Mabid yang bertanggungjawab akan menyerahkannya kepada Majelis
Gereja. Majelis Bidang selain menyerahkan laporan dari Komisi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
harus menyerahkan laporan pertanggungjawaban atas anggaran
progam kerja yang dilaksanakan.
Alur pertanggungjawaban yang sudah jelas ( Gambar 5. 1) ini
mempermudah dalam menentukan siapa aktor yang bertugas dalam
pembuatan laporan, siapa yang akan menerima serta untuk siapa
laporan tersebut. Majelis Bidang dan Komisi merupakan aktor yang
bertanggungjawab membuat laporan pertanggungjawaban atas progam
kegiatan yang mereka jalankan. Laporan pertanggungawan tersebut
akan diserahkan kepada gereja dalam hal ini Majelis dan akan
digunakan sebagai bahan rapat majelis terbuka. Dalam rapat majelis
terbuka semua jemaat yang berkenan diperbolehkan hadir untuk
menyaksikan dan mengetahui laporan tersebut. Berikut ini alur
pelaporan pertanggungajawaban Mabid dan Komisi Gereja Kristen
Jawa Temon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 5.1 Alur Pelaporan Pertanggungjawaban Mabid dan Komisi
Gereja Kristen Jawa Temon
Sumber: Data Olahan
2. Praktik Pertanggungajawaban Keuangan Mabid dan Komisi
Kerangka pertanggungjawaban Majelis Bidang (Mabid) dan
Komisi ( table 5. 2) memberikan gambaran mengenai praktik
pertanggungjawaban yang dijalankan. Berdasarkan kerangka tersebut
dapat diketahui siapa yang bertanggungjawab, siapa yang menerima
serta standar apa yang digunakan untuk menilai pertanggungjawaban.
Berikut ini tabel kerangka pertanggungjawaban Mabid dan Komisi
Gereja Kristen Jawa Temon.
MABID
GEREJA
( Majelis )
JEMAAT
KOMISI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Table 5. 2 Kerangka Pertanggungjawaban Mabid dan Komisi
NO Unit Of Accountability Who To whom Standards of
Apprisal
About What
Progam Keuangan
1 Mabid Ibadat Mabid Ibadat Majelis Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
2
Mabid Pembinaan Warga
Gereja
Mabid Pembinaan Warga
Gereja Majelis Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
3 Mabid Kesaksian Pelayanan Mabid Kesaksian Pelayanan Majelis Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
4 Mabid Penata Layanan Mabid Penata Layanan Majelis Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
5 Komisi Pendukung Ibadat Komisi Pendukung Ibadat
Mabid Ibadat, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
6 Komisi Anak Komisi Anak
Mabid PWG, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
7 Komisi Remaja Pemuda Komisi Remaja Pemuda
Mabid PWG, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
8 Komisi Dewasa Komisi Dewasa
Mabid PGW, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
9 Komisi Adiyuswo Komisi Adiyuswo
Mabid PWG, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
10 Komisi Wanita Mandiri Komisi Wanita Mandiri
Mabid PGW, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
11 Komisi Diakonia Komisi Diakonia
Mabid Kespel, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
12 Komisi Pangrtutiloyo Komisi Pangrtutiloyo
Mabid Kespel, Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
13
Komisi Hub. Masyarakat dan
Pemerintah
Komisi Hub. Masyarakat
dan Pemerintah
Mabid Kespel Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
14
Komisi Kehartaan dan
Kerumahtanggaan
Komisi Kehartaan dan
Kerumahtanggaan
Mabid Penatalayaan Majelis
Gereja, Jemaat
Pelaksanaan
progam
nama,tujuan,bentuk,sasaram,waktu
dan tempat
subsidi dan
swadaya
Sumber: Mashaw, J.L. (2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Berdasarkan informasi narasumber, dalam menjalankan tugas
pelayanan gereja setiap Majelis Bidang (Mabid) dan Komisi akan
membuat rencana progam yang akan dilaksanakan dalam setahun.
Rencana progam akan diserahkan kepada majelis gereja pada akhir
tahun. Rencana progam yang dibuat didasarkan pada uraian tugas yang
telah ditetapkan. Berikut pernyataan salah satu narasumber yang
mengungkapkan bahwa :
“iya buat progam lalu mengajukan kepada gereja untuk disetujui
beserta anggarannya”.
Narasumber lain juga mengatakan bahwa:
“iya pasti itu minta, tapi tidak semua progam yang kami buat ada
anggarannya. Misalnya saja tahun kemarin kita merencanakan
progam persiapan bersama para lektris dan lector, untuk progam itu
kita tidak meminta anggaran karena memang tidak meminta
membutuhkan anggaran”.
Berdasarkan penyataan narasumber dapat disimpulkan bahwa
penyerahan rencana progam disertai dengan jumlah anggaran yang
akan diajukan, namun tidak semua progam yang direncanakan
meminta anggaran.
Progam dan anggaran yang telah disetujui oleh gereja akan diminta
laporan pertanggungjawabnnya. Laporan pertanggungjawaban setiap
Majelis Bidang akan disampaikan pada rapat bulanan yaitu Rapat
Reguler. Sedangkan untuk Komisi akan menyampaikan laporan
pertanggungjawabnnya pada Rapat Koordinasi dengan Majelis
Bidangnya masing – masing . Laporan itu meliputi progam apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
sudah terlaksana, waktu, serta anggarannya yang meliputi penerimaan
dan pengeluaran.
Pada Rapat Reguler, Mabid akan menyampaikan perkembangan
progam yang telah direncanakan beserta anggarannya yang meliputi
penerimaan dan pengeluaran. Selain menyampaikan perkembangan
progam kerjanya, Mabid juga menyampaikan perkembangan progam
kerja komisi yang menjadi tanggungjawabnya. Berikut pernyataan
narasumber yang mengungkapkan bahwa :
“Setiap bulannya dalam rapat regular masing masing majelis
bidang yang membawahi beberapa komisi juga melaporkan
pertanggungjawabankan kerja mereka, pelaksaan progam yang
sesuai rencana yang sudah terealisasi apa saja mereka laporkan.
Dan nanti itu di perhitungkan dalam akhir tahun”.
Laporan pertanggungjawaban Mabid yang dilakukan pada rapat
majelis merupakan laporan lisan belum dalam laporan resmi tertulis.
Laporan yang disampaikan masing – masing Mabid akan di catat oleh
notulen yaitu sekretaris. Hal yang sama juga dilakukan dalam rapat
koordinasi Mabid dengan Komisi. Laporan resmi tertulis pada gereja
baru diserahkan pada akhir tahun menjelang awal tahun.
Laporan pertanggungjawaban Mabid dan Komisi diberi nama
Laporan Pelaksanaan Progam. Berdasarkan hasil dokumentasi yang di
dapat dari Laporan Pelaksanaan Progam, laporan pertanggungajwaban
Mabid dan Komisi mencakup nama kegiatan, tujuan, bentuk kegiatan,
sasaran, waktu dan tempat, anggaran, serta evaluasi progam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Laporan pertanggungajawaban keuangan yang dilaporkan dalam
laporan pelaksanaan progam hanya sebatas subsidi dari gereja dan
swadaya. Laporan keuangan yang lebih rinci dalam penggunaan
anggaran hanya pihak internal dan komisi yang mengetahui. Temuan
tersebut diperkuat dengan peryataan narasumber ibu Ernawati Sukeksi
selaku Komisi Dewasa yang mengungkapkan bahwa :
“O belum belum itu, yang dilaporkan ya sesuai form itu saja. tapi
untuk laporan seperti itu internal kami atau komisi tau semua. Kita
tulis rinci tapi untuk kita sendiri. Misalnya dari penerimaan dari
mana saja, pengeluaran kita apa saja kita catat. Tapi tidak kita
sampaikan ke gereja”.
Narasumber lain selaku Majelis bidang juga mengungkapkan bahwa:
“Yang setiap akhir tahun formatnya sama semua, sama yang di
buku itu”.
Temuan tersebut diperkuat kembali dengan pernyataan Bapak
Kristian Prawoko selaku Pendeta Gereja Kristen Jawa Temon yang
mengungkapkan bahwa :
“Berkenaan dengan majelis bidang dan komisi, kalau komisi cukup
pada saat rapat koordinasi dengan mabidnya, sedangkan majelis
bidang akan dilaporkan dalam rapat bulanan dalam rapat majelis
reguler. Jadi untuk mabid dan komisi belum dituntun membuat
laporan seperti LPJ”.
Berdasarkan tiga penyataan narasumber, dapat disimpulkan
bahwa pelaporan keuangan yang dilakukan oleh Mabid dan Komisi
belum detail dan rinci. Mabid dan Komisi melaporkan
pertanggungjawabannya sesuai dengan form atau format yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ditentukan oleh gereja. Mabid dan Komisi tidak dituntut untuk
membuat pelaporan keuangan secara detail.
Berdasarkan pernyataan narasumber, Mabid dan Komisi tidak
melaporkan pertanggungjawaban keuangan secara detail karena
laporan pertanggungajawaban yang diminta oleh gereja sudah
memiliki format yang menjadi ketentuan. Pdt. Kristian Prawoko
mengungkapkan bahwa :
“Ya karena standar pelaporannya sudah ditentukan seperti itu,
sekali lagi menyangkut kalau komisi memberikan laporan secara
sederhana sudah cukup mengapa harus detail?jadi ketika mabid
merasa laporannya sudah cukup ya sudah cukup seperti itu, tapi
jika mabid merasa harus meminta laporan yang lebih detail ya
komisi harus membuat laporan dengan lebih detail”.
“Yang pertama mungkin kita pingin sederhana ya, di satu sisi kita
ingin membangun kepercayaan atas apa yang di cairkan itu,
tentunya dengan buktiya ada. Dan format laporan memang sudah
di tentukan sama dengan format rencana progam. Berbeda dengan
progam itu jika sifatnya proyek, harus ada proposal kegiatan dan
setelah selasai harus membuat LPJ. Jadi pertama untuk
penyederhanaan laporan, yang kedua membangun kepercayaan dan
yang ketiga dengan anggapan bahwa progam itu sudah di
koordinasi dengan mabidnya masing masing”.
Pernyataan yang diuangkapkan oleh Pdt. Kristian Prawoko
menegaskan bahwa Gereja Kristen Jawa Temon menginginkan laporan
pertanggungjawaban yang sederhana dan membangun kepercayaan.
Kepercayaan dibuktikan dengan wujud nyata atas penggunan anggaran
yang telah diterima. Selain itu laporan yang detail sudah cukup
disampaikan pada Rapat Reguler dan Rapat Koordinasi Mabid dengan
Komisi. Namun untuk progam yang sifatnya proyek atau kepanitian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gereja mewajibkan untuk membuat laporan pertanggungjawan yang
detail karena melibatkan orang banyak dan anggaran yang besar.
Pelaporan pertangungjawaban yang sederhana dirasa akan
mempermudah gereja untuk menyusun laporan pertanggungjawanan
yang akan diterbitkan dalam rapat terbuka.
Pdt. Kristian Prawoko menyatakan bahwa dengan diberlakukan
penyusunan laporan pertanggungajawaban yang detail seperi LPJ bagi
Mabid dan Komisi apakah akan membantu keefektifan dalam
berorganisasi atau justru sebagai bentuk ketidakpercayan Majelis
kepada Mabid, Mabid kepada Komisi atau justu akan memperumit
jalannya organisai.
Menurut salah satu narasumber, pelaporan yang sederhana dan
tidak detail bukan berarti tidak dapat dipercayai dan harus dicurigai.
Gereja bukan organisasi pemerintah yang mempunyai legal hukum.
Pertanggungjawaban dalam gereja didasarkan pada kepercayaan dan
kejujuran. Pdt. Kristian Prawoko mengungkapkan bahwa:
“Jadi kepercayaan yang sudah berjalan ini tidak perlu dibikin ribet.
Namun bilamana ada input atau usulan baru untuk membangun ke
arah yang lebih baik kenapa tidak. Kita tidak lantas tutup mata.
Tapi semua itu juga harus dengan keputusan bersama majelis.
Semua keputusan dan kebijakan ada ditangan majelis karena kita
sistemnya presbiteria. Mungkin yang perlu dibenahi yaitu sistem
pelaporannya, yang bisa lebih detail dan rinci walupun dengan
format yang sederhana. Memang kekurangnnya laporan itu tidak
detail” .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berdasarkan pernyataan tersebut kepercayaan menjadi hal yang
sangat diutamakan dalam praktik pertanggungjawaban keuangan
Gereja Kristen Jawa Temon. Standar pelaporan pertanggungjawaban
yang berlaku merupakan hasil dari keputusan bersama Majelis Gereja.
Semua keputusan dan kebijakan ada ditangan Majelis Gereja. Salama
ini Mabid dan komisi menyesuikan dengan aturan yang ada. Pdt.
Kristian Prawoko menyadari bahwa laporan pertangungajawaban dari
setiap Mabid dan Komisi memiliki kekurangan, yaitu kurang detail.
Gereja Kristen Jawa Temon tidak menutup kemungkinan untuk
melakukan perubahan yang lebih baik jika ada input baru atau
masukan. Input baru yang diharapkan adalah pelaporan
pertangggungajawaban detail dan rinci namun dalam format yang
sederhana.
Berasarkan buku Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa
bagian Pengelolahan Harta Gereja, Klasis dan Sinode pasal 19 ayat (3)
menjelaskan terkait ketentuan pengelolahan harta gereja yaitu:
“Pengelolahan harta gereja, klasis dan sinode menggunakan sistem
administrasi yang baik, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45,
tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba”.
Laporan keuangan organisasi nirlaba sesuai dengan PSAK No. 45
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus
kas. Berdasarkan temuan hasil dokumentasi, laporan keuangan Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kristen Jawa Temon belum sesuai dengan PSAK No. 45. Laporan
keuangan yang dibuat yaitu laporan Realisasi Anggaran
Perbendaharaan dan Belanja Gereja (RAPBG).
Berdasarkan temuan tersebut peneliti melakukan konfirmasi
kepada Pdt.Kristian Prawoko mengenai penyebab Gereja Kristen Jawa
Temon tidak menyusun laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
yang terkandung dalam buku Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja
Kristen Jawa yaitu sesuai dengan PSAK No .45. Beliau
mengungkapkan bahwa:
“ya, jadi gini ya. Gereja Temon adalah gereja lokal yang
menjunjung kebersaman dan kesepakatan. Ketentuan itu
diterbitkan pada tahun 2015, sedangkan ini sudah tahun 2018.
Selama 3 tahun ini belum ada sosialisai dari sinode mengenai
ketentuan itu. Sistem itu bukan sistem yang mudah. Kalau memang
sudah ada sosialisasi dan kesepakatan bersama dalam lingkup
sinode dan klasis untuk menerapkan itu ya gereja pasti
menyesuaikan. Dengan konsekuensi gereja harus mengangkat staf
khusus akuntan yang mengerti hal itu. Selama ini gereja belum
memiliki staf akuntan. Dan paling penting belum ada solisaliasi
dari sinode serta tidak ada rujukan dari sinode. Selain itu yang
perlu dicatat organisasi gereja temon yang full timer yang
mengurusi kebendaharaan gereja belum ada. Jadi kalau sistem yang
sederhana saja sudah cukup kenapa harus di bikin repot. Jadi sekali
lagi yang perlu dipertimbangkan menurut saya , walupun dengan
sistem sederhana saja dapat dipertanggungjawabkan kenapa harus
mengganti dengan sistem yang baru yang lebih repot dengan
ketentuan ketentuan yang harus di penuhi”.
Penjelasan yang diuangkapkan oleh Pdt. Kristian Prawoko dapat
disimpulkan bahwa Gereja Kristen Jawa Temon tidak membuat
laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 45 karena sejak ketentuan
tersebut diterbitkan tahun 2015 hingga tahun 2018 belum ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sosialisasi dan rujukan mengenai pelaksanaan sistem tersebut.
Pelaporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 45 dianggap bukan
sistem yang mudah. Selain karena belum ada sosialisasi dan rujukan
dari sinode, Gereja Kristen Jawa Temon tidak memiliki staf akuntan
yang khusus mengurusi perbendaharaan gereja dan membuat laporan
keuangan gereja. Laporan keuangan gereja atau RAPBG yang
diterbitkan setiap tahun pada Rapat tebuka disusun oleh Tim Anggaran
dalam hal ini adalah Majelis Pelaksana Harian. Laporan keuangan
gereja yang sederhana dirasa sudah cukup untuk dapat
dipertanggungajwabkan dan tidak perlu diganti dengan sistem baru.
3. Laporan Pertanggungajawaban Mabid dan Komisi
Mabid dan Komisi akan membuat laporan pertanggungjawaban
progam kegiatan mereka pada akhir tahun. Laporan
pertanggungjawaban Mabid dan Komisi disusun berdasarkan form
atau format yang telah ditetapkan gereja. Isi dari laporan tersebut
antara lain nama kegiatan, tujuan, bentuk kegiatan, sasaran, waktu dan
tempat, anggaran (subsidi dan swadaya), serta evalusi.
Laporan pertanggungjawaban keuangan Mabid dan Komisi yang di
cantumkan dalam Laporan Pelaksanan Progam adalah jumlah anggaran
subsidi dari gereja dan swadaya.
Laporan Pelaksanaan Progam Mabid dan Komisi merupakan
laporan progam kegiatan yang sudah terlaksana dalam satu tahun.
Laporan Pelaksanaan Progam Mabid dan Komisi akan dipublikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dalam Rapat Majelis Terbuka bersamaan dengan Laporan Realisasi
Anggaran dan Belanja Gereja.
Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja yang dilaporkan
dalam Rapat Majelis Terbuka yaitu rencana dan realisasi dari pos pos
penerimaan dan pengeluraran. Laporan realisasi anggaran untuk
progam kegiatan Mabid dan Komisi juga tercantum dalam laporan
keuangan gereja yang diterbitkan. Jumlah realisasi anggaran yang
tercantum dalam laporan merupakan jumlah anggaran yang di
keluarkan oleh gereja untuk setiap progam kegiatan Mabid dan
Komisi. Kelebihan dan kekurangan anggaran untuk setiap progam
akan menjadi hak dan tanggungjawab Mabid dan Komisi. Sisa dari
anggaran dari setiap progam kegiatan Mabid dan Komisi akan menjadi
uang kas yang dapat dipergunakan untuk kegiatan selanjutnya. Jika ada
kekurangan anggaran dalam pelaksaan progam kegiatan, Mabid dan
Komisi akan mencari swadaya untuk mencukupi jumlah anggaran
yang diperlukan. Jumlah uang yang dikeluarkan oleh gereja itu yang
akan di catat sebagi realisasi anggaran.
Laporan keuangan gereja dalam bentuk laporan rancana dan
realisasi anggaran sudah memiliki kode akun yang akan
mempermudah dalam pencatatan dan pelaporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4. Tim Verifikasi Gereja Kristen Jawa Temon
Gereja Kristen Jawa Temon memiliki Tim Verifikasi yang akan
memeriksa keuangan gereja, pelaksanaan progam serta memberikan
evaluasi. Verifikasi dilakukan dua kali dalam setahun yaitu, semester
pertama pada bulan juli dan semester kedua pada bulan januari atau
Februari. Berdarkan hasil wawancara dengan Tim Verifikasi, yaitu Ibu
Nunung Kuntari pemeriksaan keuangan gereja didasarakan pada
rencana keuangan dan progam yang telah disusun oleh gereja. Beliau
menjelaskan pemeriksan dilakukan dengan pencocokan rencana
dengan realisasinya. RAPBG dan Laporan Pelaksana Progam Majelis
Bidang dan Komisi akan di periksa apakah sesuai dengan realisasi atau
tidak. Pencairan anggaran Mabid dan Komisi ditelusur bedasarkan
catatan koestor selaku pemegang kas. Jika ada hal yang tidak sesuai
maka Tim Verifikasi akan melakukan konfirmasi. Hasil pemeriksaan
dari Tim Verifikasi akan diterbitkan dan dipublikasi pada Rapat
Terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari praktik
pertanggungjawaban keuangan Mabid dan Komisi di Gereja Kristen Jawa
Temon antara lain Mabid akan melaporkan pertanggungajawaban
keuanganya pada Rapat Majelis yang dilaksanakan sebulan sekali,
sedangkan untuk Komisi akan melaporkan pertanggungajawabanya pada
Rapat Koordinasi Mabid dengan Komisi. Pada akhir tahun Mabid dan
Komisi akan membuat Laporan Pelaksaan progam yang berisi nama
kegiatan, tujuan, sasaran, waktu dan tanggal, anggaran, dan evaluasi.
Laporan Pelaksanaan Progam yang dibuat belum disertai dengan laporan
keuangan secara rinci dan detail, hal ini karena format yang digunakan
dalam pelaporan sesuai dengan format yang sudah ditentukan oleh gereja.
Pelaporan secara rinci dan detail dianggap sudah cukup disampaikan pada
saat Rapat Reguler dan Rapat Koordinasi Mabid dengan Komisi. Gereja
Kristen Jawa Temon ingin membangun kepercayaan yang penuh dalam
menjalankan tugas pelayanan gereja. Selain itu Gereja Kristen Jawa
Temon menginginkan bentuk laporan yang sederhana dan tidak rumit.
Laporan keuangan yang disusun Gereja Kristen Jawa Temon tidak
sesuai dengan PSAK No. 45 , hal ini dikarenakan tidak adanya sosialisasi
dan rujukan dari Sinode mengenai ketentuan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan Peneliti yang ditemui saat peneltiaan adalah
responden yang dipilih telah dibatasi pada praktik pertanggungjawaban
keuangan yang dilakukan oleh Mabid dan Komisi. Selain itu keterbatasan
lain yang ditemui yaitu waktu wawancara yang terbatas.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan keterbatasan yang
ada, maka saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya adalah
diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan lebih luas seperti
dengan peran pengendalian intren yang ada. Dalam penentuan studi kasus
bisa dilakukan ditempat yang berbeda.
Untuk Gereja Kristen Jawa Temon, sebaiknya menambah format
laporan pertanggungjawaban dengan laporan keuangan yang lebih detail
dan rinci. Misal dalam penyerahan Laporan Pelaksanaan Progam disertai
dengan laporan keuangan yang lebih rinci dan detail untuk setiap progam
yang dijalankan. Laporan keuangan mencakup pos pos peneriman dan
pengeluaran secara detail dan rinci. Laporan pertanggungjawaban Mabid
dan Komisi ditambah dengan kolom yang menunjukkan bahwa progam
terlaksana atau tidak, kolom ini terpisah dengan kolom evaluasi. Pada
Laporan Rencana dan Realisasi anggaran sebaiknya dicantumkan berapa
selisih rupiah antara rencana dan realisasi, hal ini akan memudahkan
pembaca atau jemaat untuk menilai seberapa besar tanggungjawab Majelis
dalam mengelola keuangan gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi; Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Baston and Gill. ( 2011). “ Joint or Shared Accountability: Issues and Options”.
Working Paper. Victoria University
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana.
Dewi, AT Atmaja, IMP Adiputra, M Si. 2015. “Konsep Akuntabilitas Keuangan
Dalam Organisasi Keagamaan”. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi S1), Volume 3, Nomor 1. http://ejournal.undiksha.ac.id
Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali.
Efferin, Sujoko., Stevanus Hadi Darmiji dan Yuliawati Tan. 2012. Metode
Penelitiaan Akuntansi: Mengungkap Femomena dengan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu, Jakarta.
Halim, Abdul; Kusufi, Muhammad Syam. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari
Anggaran Hingga Laporan Keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat
Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.
Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humunika.
Kelum Jayasinghe Teerooven Soobaroyen. 2009. "Religious “Spirit” and Peoples'
Perceptions of Accountability in Hindu and Buddhist Religious
Organizations", Accounting, Auditing & Accountability Journal,Vol. 22
Iss 7 pp. 997 – 1028.
Lakawa, Y. 2005. “Persepsi Jemaat Terhadap Laporan keuangan gereja Di
gereja Kristen Jawa Gondokusuman Yogyakarta”. (Undergraduate thesis,
Duta Wacana Christian University, 2005). Retrieved from
http://sinta.ukdw.ac.id
LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta:
Penerbit LAN.
Laporan Pelaksanaan Progam Gereja Kristen Jawa Temon. 2017
Less Hardy and Harry Ballis. 2013. “Accountabillity and Giving Account
Infromal Reporting Practicesi in a Religious Corporation”, Accounting,
Auditing & Accountability Journal, Vol. 26 Iss 4 pp. 539 – 566.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Mashaw, J.L. 2006. “Accountability and Institutional design: Some Thoughts on
The Grammer of Governance”, in Dowdle, M.W. (Ed), Publik
Accountabilty: Designs, Dilemmas and Experience, Cambridge University
Press, Cambrige, pp. 115 - 156
Sapnita, M.Y. 2012. “Analisis akuntabilitas Dan Responsibilitas Dewan Paroki
Dan Umat Terhadap Aktivitas gereja Dilihat”. (Undergraduate thesis,
Duta Wacana Christian University, 2012). Retrieved from
http://sinta.ukdw.ac.id
Sejarah Gereja Kristen Jawa Temon Dalam Konteks Sosial Budaya Jawa
Sinode Gereja Kristen Jawa. 2015. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen
Jawa.
Sukoco, Lukas Eko. 2006. Panduan Pelayanan Gerejawi. Yogyakrta: Taman
Perpustakaan Kristen.
Novitasari, C. 2016. “Praktik Akuntabilitas Di Organisasi Gereja”. (Thesis,
Satya Wacana Christian University, 2016). Retrieved From
http//respository.uksw.edu
Randa, Fransiskus. 2011. “Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi
Keagamaan”. Jurnal Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi,
Volume 9, Nomer 2, 59- 83. http://academia.edu
Randa, Fransiskus. 2015. “Analisis Dimensi Akuntabilitas Pada NGO Gereja”.
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 14, Nomer 2.
http://academia.edu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pedoman Wawancara (interview guide)
Topik: ” Praktik Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Keagamaan ( Studi
kasus pada Gereja Kristen Jawa Temon )
Tentang interview ini
Tujuan utama kami adalah mendapatkan gambaran bagaimana praktik
pertanggungjawaban keuangan Gereja Kristen Jawa ( GKJ) Temon yang
melibatkan sejumalah mabid dan komisi. Kami juga ingin mendapatkan
gambaran mengenai tugas/kegiatan dari mabid dan komisi dalam
melakukan pertanggungjawaban keuangan dimulai mulai dari proses
pelaksanaan tugas, proses pelaporan dan pertanggungjawaban
keuanganannya, aturan yang ada, da hambatan yang dialami. Untuk hal ini
kami akan memfokuskan pada praktik pertanggungjawaban keuangan
mabid dan komisi GKJ Temon
Interview ini akan terdiri dari 4 bagian:
1) Mendapatkan kegiatan dan peran/ tugas mabid atau komisi
2) Pelaksanaan
3) Pelaporan dan pertanggungjawaban
4) Penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Beberapa hal yang dipastikan/ dikonfirmasikan kepada responden
1) Menanyakan identititas responden dan memastikan kesediaan untuk
diwawancara
2) Apakah diijinkan untuk merekam pembicaraan dan melakukan pencatatan
selama wawancara
3) Sampaikan hak interviewee (responden) untuk meminta tidak direkam
terkait dengan informasi tertentu
4) Menanyakan apakah ada dokumen yang mendukung wawancara
5) Apakah responden mau menanyakan sesuatu terkait wawancara/studi ini
A. Kegiatan dan Peran/Tugas Mabid/Komisi
Bisakah bapak/ibu/sdr menceritakan mengenai
i. Peran/ tugas bapak/ ibu/sdr sebagai mabid/komisi di GKJ Temon
B. Pelaksanaan
Bisakah bapak/ibu menceritakan bagaimana proses pelaksanaan
tugas/progam kerja mabid/komisi ?
a) Apakah setiap progam kerja yang direncanakan harus terlaksana semua?
b) Jika ada progam kerja yang tidak terlaksana, apa yang menjadi kendala
dan bagaimana cara menyelesaikanya?
c) Komentar: Apa pendapat bapak/ ibu/sdr jika ada tugas/progam kerja yang
tidak terlaksana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C. Pelaporan dan pertanggungjawaban
Kami ingin mengetahui bagaimana praktik bapak/ ibu/ sdr mengenai
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan mabid/komisi dalam
pelaksanaan tugas/progam kerja.
a) Menurut bapak/ibu/sdr apa yang anda pahami mengenai
pertangggungjawaban keuangan ?
b) Apakah gereja meminta laporan pertanggungjawaban keuangan
dari setiap progam kerja yang dijalankan?
c) Selama ini menurut bapak/ibu/sdr bagaimana sistem/alur
pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan setiap
Mabid/Komisi?
Siapa yang membuat laporan pertanggungjawaban
keuangan?
Siapa yang akan menerima laporan?
Kapan dan bagaimana proses pembuatan laporan
pertanggungjawaban keuangan?
d) Apakah ada standar/dasar dalam pembuatan laporan
pertanggungjawaban keuangan?
e) Menurut bapak/ibu/sdr apa dampak dari standar/dasar yang ada ?
f) apakah ada evaluasi/pemerikasaan untuk laporan
pertanggungjawaban keuangan mabid/komisi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
D. Penutup
a) Adakah hal-hal penting yang terlewat dalam wawancara ini yang
akan disampaikan? Harapan-harapan?
b) Apakah bersedia untuk kami kontak lagi apabila ada beberapa hal
yang ingin kami tanyakan/ konfirmasikan?
c) Apakah kami boleh meminta pendapat bapak/ibu terkait dengan
transkrip wawancara dan kesimpulan kami (untuk memastikan
bahwa interpretasi kami sesuai dengan maksud bapak/ ibu)
d) Terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 2. 1 : Laporan Pelaksanaan Progam Mabid PWG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 2. 2: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2. 3: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Remaja Pemuda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 2. 4: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 2. 5: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Wanita Mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 2. 6: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Adiyuswo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampoiran 2. 7: Laporan Pelaksanaan Progam Mabid Kesaksian dan Pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 2. 8: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Diakonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 2. 9: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Pranguptilaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 2. 10: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Hubungan Masyarakat dan Pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2. 11: Laporan Pelaksanaan Progam Mabid Penatalayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 2. 12: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Kehartaan dan Kerumah-tanggaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 2. 13: Laporan Pelaksanaan Progam Mabid Ibadat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 2. 14: Laporan Pelaksanaan Progam Komisi Pendukung Ibadat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 2. 15: Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Gereja (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI