AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

106
AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN JANTUNG” (STUDI KASUS DI DESA SEKELADI KEC. BATANG ASAI KAB. SAROLANGUN JAMBI) SKRIPSI “Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) BukittinggiOleh: MERISKA NIM: (4616058) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 1441 H/ 2020 M

Transcript of AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Page 1: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN JANTUNG”

(STUDI KASUS DI DESA SEKELADI KEC. BATANG ASAI KAB.

SAROLANGUN JAMBI)

SKRIPSI

“Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata satu (S1) Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi”

Oleh:

MERISKA

NIM: (4616058)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1441 H/ 2020 M

Page 2: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

i

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-

Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau

berikan akhirnya karya yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan

salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

Karya ini penulis persembahkan kepada: kedua orang tua penulis yang tercinta.

Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terima kasih yang tidak terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibunda Linda dan Ayahanda Asmayadi,

kakak Lisa Srihartati,adik penulis Alvin Nomberi. Beserta Keluarga besar di

Sekeladi dan di Tangkoi dan juga buat Abang Makmum Aviv, Abang Risdoyok

terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. Sekaligus Geng Ulek Bulu

terima kasih sudah sama-sama berjuang dan saling mendukung satu sama lain

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dan buat seseorang yang

sekarang singgah dihati (Sovi Afriandi), terima kasih sudah menjadi sosok yang

sabar untuk aku yang kurang sabar. Semoga takdir dan keyakinan terjawab,

atas izin sang pencipta Allah Swt.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua dosen pembimbing tugas akhir

terima kasih banyak pak..,buk... sudah begitu banyak membantu selama ini,

sudah diajari, sudah dinasehati, serta bantuan dan kesabaran. Kebaikan bapak-

bapak dan ibuk-ibuk akan selalu terrukir dihati.

Meriska

Page 3: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Meriska

Nim : 4616.058

Tempat/tgl : Sekeladi, 01 Agustus 1997

Judul Skripsi : Akultutrasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung

(Studi Kasus di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai

Kabupaten Sarolangun Jambi).

Menyatakan dengan ini sesungguhnya karya ilmiah (skripsi) saya

dengan judul di atas adalah benar dan asli karya sendiri. Apabila

dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri , maka saya

bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dengan gelar kesarjanaan

saya dapat dicabut sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk

dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Bukittingi, 28 Juli 2020

Saya yang menyatakan

Meriska

Nim: 4616.058

Page 4: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing tugas akhir mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukitting atas Nama Meriska Nim

4616.058 dengan Judul “Akulturasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung

di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi”

memandang bahwa tugas akhir yang bersangkutan telah memenuhi pesyaratan

ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke Sidang Ujian Akhir.

Demikian persetujuan diberikan untuk dapat digunakan seperlunya.

Bukittinggi, Juli 2020

Pembimbing

(Dr. Zulfan Taufik, MA.Hum)

NIP: 198807172018011003

Page 5: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul: “Akulturasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan

Jantung di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun

Jambi” yang disusun oleh Meriska Nim 4616058, telah diuji dalam Sidang

Munaqasya Program Studi Sosiologi Agama (SA) Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, hari tanggal

dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar

Sarjana (S1) pada Program Studi Sosiologi Agama.

Bukittinggi, 28 Juli 2020

Mengetahui dan menyetujui:

Dosen Pembimbing

Dr. Zulfan Taufik, MA. Hum

Page 6: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah Swt, yang senantiasa

memberikan taufik dan hidayahnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan oleh

penulis. Shalawat beriring salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi

besar Muhammad Saw, yang telah meninggalkan dua pedoman hidup bagi kita

sebagai bekal baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih buat

Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besar dan pihak-pihak yang terlibat dalam

penyelesaian karya kecil ini, yang penulis beri judul: “ Akulturasi Islam dan Adat

dalam Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai

Kabupaten Sarolangun Jambi.”

Penulis sangat menyadari bahwa di dalamnya masih banyak terdapat

kesalahan, kekurangan dan penulis mengalami kesulitan serta rintangan, berkat

bantuan yang diberikan sehingga kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi

dengan baik. Akhirnya penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan,

dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak maka dari itu penulis ucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor dan Wakil Rektor IAIN Bukittinggi, terima kasih yang telah

mempasilitasi semua perlengkapan perkuliahan sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir di IAIN Bukittinggi.

Page 7: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

vi

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, terima

kasih telah membimbing dan menyediakan semua kebutuhan penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini di IAIN Bukitting, Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah.

3. Ketua program Studi Sosiologi Agama, terima kasih telah membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana (S1) di IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Dr. Zulfan Taufik, MA. Hum selaku dosen pembimbing 1 terima

kasih atas semua bimbingan, saran dan juga masukan sebagai motivasi

bagi penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini (tugas akhir) di IAIN

Bukittinggi

5. Bapak/ibuk semua dosen, karyawan/i di IAIN Bukittinggi, terima kasih

telah mengajarkan penulis mengenai perjuangan dalam pendidikan dan arti

sebuah kesabaran karena hal tersebut penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

6. Terima kasih juga saya ucapkan kepada bapak Kepala Desa Sekeladi,

bapak Rusniyanto, bapak Adri, dan abang kami Makmum Aviv beserta

masyarakat Desa Sekeladi, yang membantu dalam memberikan informasi

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Terima kasih kepada sahabat-sahabat dan orang-orang terdekat saya, yang

telah membantu memberikan semangat dan motivasi serta masukan dalam

menggapai cita-cita saya di IAIN Bukittinggi. Mudah-mudahan kita semua

selalu diberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran di setiap hembusan

Page 8: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

vii

nafas. Dan semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis

dibalas oleh Allah Swt, dengan kebaikan.

Bukittinggi, 28 Juli 2020

Penulis

Meriska

4616058

Page 9: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Batasan Masalah ................................................................................. ..7

C. Rumusan Masalah ............................................................................... ..8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. ..8

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

F. Penjelasan Judul ..................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tradisi dalam Masyarakat .................................................................... 13

1. Definisi tradisi ............................................................................... 13

2. Teori tindakan tradisional .............................................................. 15

3. Tujuan tradisi ................................................................................. 16

4. Fungsi tradisi ................................................................................. 17

Page 10: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

ix

B. Nilai-Nilai dalam Masyarakat .............................................................. 17

1. Pengertian nilai............................................................................... 17

2. Pengertian nilai sosial .................................................................... 19

3. Pengertian nilai budaya .................................................................. 20

4. Pengertian nilai moral .................................................................... 21

5. Pengertian nilai persaudaraan ........................................................ 22

6. Pengertian nilai agama ................................................................... 22

7. Pengertian nilai mistik...................................................................... 24

C. Akulturasi Islam dan Adat ..................................................................... 24

D. Penelitian Relevan ................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 35

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 35

C. Informan dan Objek penelitian............................................................. 36

D. Sumber Data ......................................................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40

G. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Mengenal Desa Sekeladi

1. Sejarah Singkat Desa Sekeladi ....................................................... 44

2. Jarak Desa Sekeladi dengan Desa yang lain .................................. 46

3. Mata Pencaharian di Desa Sekeladi ............................................... 47

Page 11: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

x

4. Jumlah Penduduk di Desa Sekeladi ............................................... 48

5. Sarana Ibadah dan Sarana Pendidikan di Desa sekeladi ................ 50

B. Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi ............................................. 52

C. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tradisi Makan Jantung ............. 66

D. Akulturasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung ................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 73

B. Saran ..................................................................................................... 74

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

xi

ABSTRAK

Skripsi atas Nama Meriska NIM. 4616058, yang berjudul “Akulturasi Islam

dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi Kecamatan

Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi”, 2020.

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi

Muhammad Saw. Sebagai pedoman bagi umat seluruh alam dalam bertingkah

laku, namun sebelum kedatangan Islam, masyarakat salah satunya di Desa

Sekeladi, sudah menganut sistem adat. Hal ini tidak serta merta membuat adat

tersebut hilang namun memperkayanya dengan unsur-unsur Islam. Seperti

pelaksanaan yang bersamaan dengan menyambut bulan puasa, kemudian

perayaan Idul Fitri serta terdapat Khutbah keagamaan dan do’a.

Dalam membahas skripsi ini, penulis menggunakan penelitian lapangan

dengan metode kualitatif deskriftif dengan bentuk kata-kata dan bahasa.

Peneliti melakukan penelitian dengan pengumpulan data menggunakan

pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi, yang menjadi sumber

informasi adalah tetua adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta

masyarakat yang lama tinggal di Desa Sekeladi, untuk memperoleh gambaran

umum mengenai Akultuasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan jantung. Dari

data yang terkumpul penulis mengolahnya dengan teknis analisis data Miles

dan Hubermiles. Kemudian data tersebut dianalisis melalui tiga tahapan yaitu,

Reduksi data, Peyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kata Kunci: Islam, Adat, Tradisi Makan Jantung

Page 13: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia sangat terkenal dengan masalah keragaman

budaya dan tradisi setempat. Budaya maupun tradisi lokal pada masyarakat

Indonesia tidak hanya memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, tetapi

juga berpengaruh dalam keyakinan dan praktek-praktek keagamaan

masyarakat. Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam

masyarakat yang saling mempengaruhi, ketika ajaran agama masuk dalam

sebuah komunitas yang berbudaya akan terjadi tarik-menarik antara

kepentingan agama di satu sisi dengan kepentingan budaya di sisi lain.

Islam yang hadir di Indonesia juga tidak dilepaskan dari budaya dan

tradisi yang melekat erat pada masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan

manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan karena

dimana manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai

dengan kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing. Manusia

merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan

suatu kebiasaan yang terus-menerus mereka kembangkan dan kebiasaan-

kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan.1

Pada masyarakat majemuk yang mempunyai basis keyakinan dan

kearifan lokal kultural dan agama yang kuat, diperlukan pendekatan terhadap

1 Buhori, “Islam dan Tradisi Lokal di Nusantara: Telaah Kritis Terhadap Pelet Betteng Pada

Masyarakat Madura Dalam Perspektif Islam”, Al-Maslahah, Vol. 13, No. 02 (2017): 2.

Page 14: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

2

masyarakat yang sesuai dengan kearifan dan keyakinan yang mereka miliki.

Indonesia merupakan Negara yang amat kaya akan kebudayaan, hampir setiap

daerah di seluruh Indonesia memiliki adat, bahasa, kebiasaan masing-masing

dan beberapa diantaranya sangat terkenal di tingkat Nasional maupun

Internasional. Menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Negara lain untuk

berkunjung ke Indonesia, bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya

bermigrasi dan menetap di Indonesia.2 Sehingga masyarakat Indonesia dikenal

dengan masyarakat yang majemuk atau multikultural. Sebagaimana Firman

Allah SWT dalam Surah Hujarat ayat 13 yang berbunyi:

وأ نث ذكر من خلقناك م إنا الناس أيها يا لتعارف ىا وقبائل ش ع ىبا وجعلناك م عندا أكرمك م إن

أتقاك م إن خبيرخب عليم الل

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”(

Q.S Hujarat: 13).3

Berdasarkan ayat di atas bahwa manusia memiliki kedudukan yang

sama kecuali dalam hal ketakwaan. Manusia memiliki suku, bahasa, agama, ras

adat-istiadat dan lain sebagainya yang berbeda-beda. Sehingga dengan begitu

disetiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya budaya lokal atau

tradisi yang bernuansa Islami.

2 Abdurrahman Fathoni, Antropologi Sosial Budaya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 26.

3 Al-Qur’an Surah Hujarat Ayat 13

Page 15: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

3

Di Ranah Melayu Jambi, nilai-nilai Islam sejak dahulu menjadi nilai

yang terintegrasi dalam kehidupan sosial masyarakat Jambi. Hal ini terlihat

dalam falsafah yang hidup di tengah-tengah masyarakat yakni “Adat Basandi

Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Dengan begitu tidak heran lagi jika model

pemerintah adat tradisional Jambi, sangat kental dengan nilai-nilai keislaman

yang bercampur dengan budaya Melayu.

Nilai-nilai inilah yang menjadi karakteristik khas kehidupan sosial

masyarakat Jambi, sekaligus membedakan dengan daerah lainnya. Selain itu

pengaruh Islam dalam tradisi dan budaya Jambi, juga dapat dilihat dari

penggunaan aksara Arab Melayu, Arab Gundul dan huruf Jawi pada karya

tulis masyarakat Melayu Jambi serta adanya akulturasi antara Islam dan Adat

diberbagai daerah yang ada di Jambi.4

Salah satu tradisi yang menunjukkan adanya percampuran antara Islam

dan budaya lokal di Jambi, adalah tradisi makan jantung di Desa Sekeladi

Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Terdapat

suatu tradisi yang mengandung unsur agama Islam di dalamnya. Masyarakat

Desa Sekeladi mayoritas beragama Islam, Bulan Ramadhan yang datang setiap

tahunnya dirayakan oleh umat Islam di desa Sekeladi. Dengan rasa wujud

syukur kepada Allah dan riang gembira karena dipertemukan kembali di bulan

Ramadhan, suasana bulan Ramadhan ditandai dengan adanya lantunan ayat

4 Yudi Armansyah, “Kontribusi Seloko Adat Jambi dalam Penguatan Demokrasi Lokal”, Sosial

Budaya, Vol. 14, No. 1 (2017): 1-6.

Page 16: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

4

suci Al-Qur’an di masjid-masjid, membersihkan sarana umum dan

melaksanakan tradisi Bantai Adat.

Salah satu cara yang dilakukan umat Muslim di Kabupaten Sarolangun

Desa Sekeladi, untuk menjalin kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi

memasuki bulan suci Ramadhan yaitu tradisi Bantai Adat. Bantai Adat

merupakan tradisi masyarakat secara turun-temurun dari zaman dahulu kala

menjelang Ramadhan. Tradisi ini ditandai dengan pemotongan ternak kerbau

dengan jumlah yang minim beberapa hari menjelang puasa, daging yang

dipotong tersebut dijual kepada warga dengan harga yang relatif murah.

Seluruh warga desa umumnya mendapatkan daging kerbau termasuk keluarga

yang kurang mampu.5

Kemudian jantung kerbau tersebut diberikan kepada Kepala Desa untuk

disimpan. Jelang beberapa jam, Kepala Desa mengajak warga masyarakat

untuk makan bersama-sama yang disebut dengan sedekah (Megang) yang

bertujuan untuk mengagungkan bulan suci Ramadhan sebagai bentuk rasa

syukur dan bersuka cita serta sebagai persiapan untuk menghadap bulan puasa

sampai dengan akhir puasa.

Adapun tahapan pelaksanaan tradisi makan jantung sebagai berikut:

1. Persiapan pelaksanaan makan jantung. Sebelum makan jantung terlebih

dahulu diadakan musyarwarah. Persiapan yang paling inti adalah

5 Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25 WIB

Page 17: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

5

membentuk panitia pelaksanaan makan jantung. Seperti adanya protokol,

kata sambutan dari Kepala Desa, Pembacaan Khutbah Negri dan Kata

Sambutan dari salah satu pemuda/i.

2. Kegiatan hari kedua merupakan acara Nyalang atau mengunjugi kuburan,

membaca Yasin dan Tahlil. Setelah itu acara mengunjugi rumah pegawai

syara’, Khotib dan Bilal serta Kepala Sekolah untuk menjalin silaturahim

sebagaimana pepatah Adat mengatakan “Ramai Negri oleh nan mudo, elok

Negri oleh nan tuo”.

3. Waktu pelaksanaan makan jantung, dalam pelaksanaan masih melestarikan

budaya leluhur. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu bertepatan pada hari

ketiga Hari Raya Idul Fitri. Tradisi makan jantung yang merupakan acara

Adat dari rangkaian Bantai Adat atau pemotongan ternak kerbau pada awal

puasa serta menyambung Adat yang dititipkan oleh nenek moyang

terdahulu Desa Sekeladi, diketahui empat orang sebagai berikut: Meh

Tempat, Meh Nian, Meh Cayo dan Meh Cunu 6

Keempat Tokoh tersebut merupakan awal dari terbentuknya tradisi

makan jantung hingga saat sekarang tradisi di tengah-tengah masyarakat masih

kental dan kuat. Tradisi yang dipercaya oleh masyarakat yakni adanya

pantangan dan larangan yang dianggap sangat berpengaruh terhadap

kehidupan. Contohnya saja ketika pelaksanaan memberi sesajen kepada

penjaga Kampung dalam acara makan jantung, tidak ada warga yang

6 Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25 WIB

Page 18: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

6

meninggalkan Kampung sampai dengan selesai karena hal tersebut sudah

menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat yang harus ditaati dan dipatuhi

oleh segenap lapisan masyarakat.

Menurut asal-usulnya ketika nenek moyang mendirikan kampung

tersebut beliau meminta izin terlebih dahulu kepada makhluk ghaib yang ada di

sana, sebagai gantinya setiap pemotongan hewan (kambing), wajib memberi

makan penjaga kampung. Dalam artian ketika kita hendak berhenti di rumah

orang lain maka kita harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang yang

menghuni rumah tersebut.7 Tradisi makan jantung sebagai salah satu

manifestasi perpaduan Islam dan Adat atau tradisi lokal yang berada di Desa

Sekeladi.

Tradisi keagamaan sulit berubah karna selain didukung oleh masyarakat

juga memuat sejumlah unsur-unsur yang memiliki nilai-nilai luhur yang

berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Tradisi keagamaan bersumber dari

norma-norma yang termuat dalam kitab suci. Tradisi keagamaan termasuk

kedalam pranata primer yang dikarenakan pranata keagamaan mengandung

unsur-unsur yang berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan.8

Keyakinan inilah yang dimiliki oleh suatu komunitas yang berupaya

untuk mempertahankan dan memelihara kebudayaannya yang disebut dengan

tradisi lokal yang berkaitan dengan unsur agama dari luar. Begitu juga yang

7 Adri, Tetua Adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi, tanggal 7

Februari 2020 hari sabtu Pukul 10.30 WIB 8 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) , 200.

Page 19: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

7

terjadi di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun, yang mempunyai

tradisi yang dipertahankan oleh masyarakatnya yakni akulturasi Islam dan Adat

dalam tradisi Makan Jantung dalam artian tradisi memanjakan dan

menghormati bulan suci Ramadhan.

Dari sini peneliti ingin menganalisis akulturasi Islam dan Adat dalam

tradisi makan jantung yang dilakukan oleh masyarakat. Melihat kondisi

sebagaimana dijelaskan di atas yaitu pemotongan ternak kerbau atau disebut

dengan Bantai Adat dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang

dilakukan setiap tahunnya kemudian dikaitkan dengan unsur tradisi dalam

acara makan jantung pada lebaran Idul Fitri. Maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul “Akulturasi Islam dan

Adat dalam Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab.

Sarolangun, Jambi”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwasannya

akulturasi Islam dan Adat atau budaya lokal cukup luas di tanah Melayu

khususnya Jambi, karenanya perlu dibatasi berdasarkan tempat, waktu dan

tema. Dari aspek tempat pembahasan ini terfokus pada Desa Sekeladi

Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi. Dari sisi waktu

observasi awal mulai dari tanggal 5 Februari 2020 sampai dengan tanggal 10

Juni 2020. Dari sisi tema penelitian ini terfokus pada kasus Akulturasi Islam

Page 20: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

8

dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai

Kab. Sarolangun Jambi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana pelaksanaan atau prosesi tradisi makan jantung di Desa Sekeladi

Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun Jambi?

2. Nilai-nilai apa yang terkandung di dalam tradisi makan jantung di Desa

Sekeladi Kec. Batang Asai kab. Sarolangun?

3. Bagaimana akulturasi Islam dan Adat dalam tradisi makan jantung di Desa

Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan atau prosesi tradisi makan

jantung di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun Jambi

2. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam tradisi makan

jantung di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun Jambi

3. Untuk menganalisis akulturasi Islam dan Adat dalam tradisi makan jantung

di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun Jambi

Page 21: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

9

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara ilmiah,

mengenai suatu tradisi yang berkembang dalam masyarakat serta

melahirkan sebuah karya tulis ilmiah yang diharapkan dapat digunakan

sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Kemudian sebagai

bahan masukan serta pertimbangan dalam upaya pengembangan dan

peningkatan mutu pendidikan.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan

menjadi sebuah wacana bagaimana suatu tradisi yang berkembang dalam

masyarakat dan melalui penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya

pengunjung dapat memahami bahwa di balik tradisi makan jantung yang

dilaksanakan oleh masyarakat ternyata mempunyai nilai-nilai tertentu baik

yang tersirat maupun tersurat. Juga sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana SI di IAIN Bukittinggi.

Page 22: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

10

F. Penjelasan Judul

1. Akulturasi

Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila sekelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur

dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur tersebut cepat ataupun

lambat akan diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.9 Jadi akulturasi

merupakan perpaduan antara dua budaya yang berbeda yang membentuk

budaya baru namun unsur dan juga sifat budaya asli masih tetap ada.

2. Islam

Kata Islam berasal dari akar kata salima yang berarti menyerah,

tunduk dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah dan

dengan menyerahkan diri kepada-Nya maka akan memperoleh keselamatan

dan kedamaian baik itu di dunia maupun di akhirat. 10

Agama Islam juga

sering disebut sebagai suatu sistem keagamaan yang dipahami sebagai

sesuatu yang datang dari langit yang bersifat sakral dan tidak mau menerima

perubahan.11

9 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 155.

10 Zaprulkhan, Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2014), 4-5.

11 Abdul Wahid Hasan, Islam Dinamisme Islam Harmonisme (Yogyakarta: PT LkiS Printing

Cemerlang, 2011), 55.

Page 23: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

11

2. Adat

Adat berasal dari bahasa Arab adah, yang artinyan kebiasaan atau

perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. M Rasjid Manggis mengatakan

adat berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari a dan dato. A artinya

tidak dan dato artinya bersifat kebendaan. Jadi, makna adat ialah tidak

bersifat kebendaan. Selain itu adat juga merupakan kebudayaan secara utuh

atau asli yang tidak dapat berubah, yang tak lapuk oleh hujan yang tak

lekang oleh panas.12

3. Tradisi makan jantung

Makan jantung merupakan acara Adat dari rangkaian Bantai Adat

atau pemotongan ternak kerbau pada awal puasa serta menyambung Adat

yang dititipkan oleh nenek moyang dahulu. Makan jantung juga merupakan

salah satu warisan turun-temurun dari generasi lama ke generasi sekarang

yang berada di Desa Sekeladi.13

G. Sistematika Penulisan

Supaya lebih terarahnya penelitian ini, peneliti perlu untuk

mencantumkan sistematika penulisannya sebagai berikut:

12

A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau (Jakarta:

Graffiti Pers, 1984), 85-89. 13

Rusniyanto, Tokoh Agama di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara pribadi, pada

tanggal 7 Februari 2020 hari sabtu pukul 09.59 WIB

Page 24: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

12

Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan masalah,

perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori yang berisikan tentang definisi tradisi, teori tindakan

tradisional, tujuan tradisi, fungsi tradisi, nilai-nilai dalam masyarakat,

akulturasi Islam dan Adat serta penelitian relevan.

Bab III Metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian dan

waktu penelitian, informan dan objek penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Bab IV Hasil penelitian yaang terdiri dari pelaksanaan atau prosesi tradisi

makan jantung, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya serta akulturasi Islam

dan Adat dalam tradisi makan jantung.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Page 25: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tradisi dalam Masyarakat

1. Definisi Tradisi

Tradisi merupakan kebiasaan dalam bahasa latin traditio yang berarti

“diteruskan” dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang

telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau

agama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang

diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,

karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah atau hilang.

Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang

turun-temurun dan masih dijalankan oleh masyarakat. Adat-istiadat juga

merupakan sistem nilai budaya, pandangan hidup dan ideologi. Sistem nilai

budaya adalah tingkat yang paling tinggi karena nilai-nilai budaya itu

merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran

sebagian dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap

bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi

sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan warga

masyarakat itu sendiri.14

14

Silfia Hanani, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Bukittinggi: IAIN Bukittinggi, 2019), 15-16.

Page 26: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

14

Dalam konsep Max Weber tradisi merupakan perasaan (sentimen) dan

keyakinan (beliefs) yang diwariskan dari generasi ke generasi, oleh karena

itu masyarakat tradisional sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh

keadaaan masa lalu. Dasar mereka mengevaluasi atau menyatakan suatu

tindakan itu benar (diterima) dan salah (ditolak) adalah kesepakatan yang

telah diterima umum atau sesuatu yang menjadi pegangan secara turun-

temurun.15

Menurut Parsudi Suparlan dalam Jalaluddin, tradisi adalah unsur

sosial budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit

berubah. Secara garis besar tradisi sebagai kerangka acuan norma dalam

masyarakat. Sedangkan tradisi keagamaan mengandung unsur-unsur yang

berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan, tindak keagamaan, perasaan-

perasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci dan

keyakinan terhadap nilai-nilai yang hakiki.16

Tradisi yang dilahirkan oleh manusia yang merupakan adat-istiadat,

yakni kebiasaan namun lebih ditekankan kepada kebiasaan yang bersifat

suprantural yang meliputi dengan nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum

dan aturan yang berkaitan. Dan juga tradisi yang ada dalam suatu komunitas

merupakan hasil turun-temurun dari leluhur atau dari nenek moyang.

Manusia dan budaya memang saling mempengaruhi antara satu dengan

15

Sunyoto Usman, Sosiologi Sejarah, Teori, dan Metodologi (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,

2012), 35. 16

Jalaluddin, Psikologi Agama, 202.

Page 27: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

15

yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh ini

disebabkan karena kebudayaan merupakan produk dari manusia.

Dalam budaya itu sendiri mengandung nilai moral kepercayaan

sebagai penghormatan kepada yang menciptakan suatu budaya tersebut dan

diaplikasikan dalam suatu komunitas masyarakat melalui tradisi. Adapun

Kebudayaan dirumuskan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

kebendaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia

untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat

diabadikan untuk keperluan masyarkat.17

Adapun teori tindakan tradisional

adalah sebagai berikut:

Teori tindakan tradisional merupakan tindakan sosial yang didorong

dan berorientasi kepada tradisi masyarakat. Tradisi dalam pengertian ini

adalah sesutau yang dilakukan secara berulang-ulang dari nenek moyang

terdahulu hingga masa sekarang yang berlandaskan hukum-hukum normatif

yang telah ditetapkan atau disepakati secara tegas oleh semua lapisan

masyarakat.

Tindakan tradisional ini juga merupakan suatu kebiasaan yang

berkembang pada masa lampau di dalam suatu masyarakat yang harus

dipelihara dan dijaga agar tidak punah. Banyak hal kita lakukan pada tiap-

17

Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga PostModern (Yogyakarta: Ar-ruzz

Media, 2015), 21-27.

Page 28: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

16

tiap hari tanpa memikirkan tujuannya atau yang melatarbelakanginya,

tindakan mereka seperti sudah menjadi rutin saja.

Tipe ini meliputi beberapa tindakan yang tersusun dari suatu

kesadaran diri yang bersifat kebiasaan sampai kepada otomatis yang semu

dilakukan secara berulang-ulang. 18

Tindakan tradisional juga merupakan

perilaku karena akibat kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang tanpa

refleksi yang sadar atau pencernaan. Contoh: sesaji karena mengikuti nenek

moyang.19

2. Tujuan tradisi

Tradisi dalam masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia

kaya akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan

menciptakan kehidupan yang harmonis, namun hal tersebut akan terwujud

hanya apabila manusia menghargai, menghormati dan menjalankan suatu

tradisi secara baik dan benar serta sesuai aturan. Aturan dan norma yang ada

di masyarakat tentu dipengaruhi oleh tradisi yang ada dan berkembang di

tempat tersebut. Dengan tradisi hubungan antara individu dan

masyarakatnya bisa harmonis, sistem kebudayaan akan menjadi kokoh atau

kuat.20

18

Boedhi Oetojo, Dkk, Teori Sosiologi Klasik (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), 27. 19

Syahrial Syarbaini Rusdianta, Dasar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 37. 20

Muhammad Syukri Albani Nasution, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2015), 83.

Page 29: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

17

3. Fungsi tradisi

Tradisi dapat berfungsi sebagai acuan atau pedoman yang

memberikan arah bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupannya.

Karena masyarakat menganggap bahwa tradisi sangat berharga, bernilai dan

penting sehingga masyarakat menjadikannya sebagai sesuatu yang pantas

untuk dijadikan pandangan hidup yang memiliki nilai-nilai berharga di

dalamnya.21

Fungsi tradisi juga sebagai salah satu acuan dan aturan yang telah

ada sejak lama sehingga sulit untuk diubah di dalam sebuah kelompok.

Fungsi tradisi sebagai ajang mempererat kekerabatan bagi masyarakat,

komunitas dan juga kelompok setempat.

B. Nilai-Nilai dalam Masyarakat

1. Pengertian nilai

Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi kita ataupun orang lain. Pembahasan mengenai

nilai termasuk dalam kawasan etika. Bertens menyatakan tiga jenis makna

etika yaitu:

a. Etika berarti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pengangan bagi

masyrakat atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

21

Jalaluddin , Psikologi Agama, 200.

Page 30: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

18

b. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, etika yang dimaksud adalah

kode etik.

c.Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk, etika yang dimaksud sama

dengan istilah filsafat moral.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat selalu berkaitan dengan

nilai, misalnya kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu

indah, berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek, baik dan

indah adalah contoh nilai. Masyarakat memberikan nilai pada sesuatu,

sesuatu itu bisa dikatakan adil, baik, indah, cantik, anggun dan sebagainya.

Jadi nilai etika adalah nilai tentang baik dan buruk yang berkaitan dengan

prilaku manusia.

Ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso sebagai berikut:

a). Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindrakan misalnya,

kejujuran.

b). Nilai yang memiliki sifat normative, nilai diwujudkan dalam

bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak,

misalnya nilai keadilan.

c). Nilai berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah pendukung

nilai, misalnya nilai ketakwaan.22

22

Januar, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Bukittinggi: IAIN Bukittinggi, 2014), 92.

Page 31: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

19

2. Pengertian nilai sosial

Adalah nilai-nilai yang dianut oleh semua lapisan masyarakat

kebanyakan, nilai sosial merupakan yang ditentukan dalam kehidupan sosial

itu sendiri yang berfungsi sebagai petunjuk arah seperti cara berfikir,

berprasaan, dan bertindak dalam menimbang penilaian masyarakat, penentu

dan terkadang sebagai penekan individu agar berbuat sesuatu sesuai dengan

nilai yang bersangkutan, sehingga sering menimbulkan perasaan bersalah

bagi para penganut yang melanggarnya.

Fungsi lain nilai sosial ialah sebagai faktor pendorong cita-cita atau

harapan bagi kehidupan sosial, misalnya dalam pembukaan UUD 1945 yang

dicanangkan nilai-nilai yang merupakan tujuan dari kehidupan berbangsa

dan bernegara, nilai-nilai tersebut yaitu: pertama melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, kedua memajukan

kesejahteraan umum, ketiga mencerdaskan kehidupan bangsa dan keempat

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan

keadilan sosial.23

Empat poin di atas merupakan tujuan dan cita-cita luhur bangsa

Indonesia dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar semua

warga negara tersebut memperoleh apa yang mereka cita-citakan baik itu

dari segi kesejahteraan, keadilan sosial dan lain sebagainya untuk tujuan kita

bersama.

23

Elly M Setiadi & Usman Kholip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana, 2011), 124-126.

Page 32: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

20

3. Pengertian nilai budaya

Merupakan konsep yang abstrak atau tampak mengenai masalah

dasar yang bersifat umum yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan

masyarakat. Nilai budaya ini menjadi pedoman dalam bertingkah laku

sebagian besar anggota masyarakat yang berada di sekitarnya. Berada dalam

alam pikiran mereka dan sangat sulit untuk dijelaskannya secara rasional.

Nilai budaya bersifat langgeng, tidak mudah berubah atau diganti dengan

nilai budaya lain. Yang diperoleh masyarakat dari masa kanak-kanak

hingga masa sekarang dan mendarah daging.

Salah satu contoh nilai budaya pada bangsa Indonesia yaitu

Pancasila dengan lima silanya yang merupakan satu kesatuan. Suku-suku

bangsa di Indonesia memiliki nilai budaya atau sistem nilai budaya yang

menjadi pegangan dalam bertingkah laku di dalam masyarakat. Seperti

tolong-menolong atau gotong-royong, musyawarah, setia kawan dan lainnya

yang tercermin dalam bebagai lapangan hidup, unsur-unsur kebudayaan

seperti religi, organisasi, kekerabatan unsur kesenian, teknologi dan lain

sebagainya.24

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-

Maidah Ayat: 2 yang berbunyi sebagai berikut:

والتقىي البر عل وتعاون ىا ثم عل تعاون ىا ول والع دوان ال واتق ىا الل إن شديد الل

العقا

24

Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial, Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, 127-128.

Page 33: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

21

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Amat berat siksa-Nya.(Q.S Al-Maidah Ayat:2).25

Berdasarkan ayat di atas yang mana kita memang dianjurkan untuk

berbuat baik antar sesama manusia bukan berbuat dalam perbuatan dosa dan

permusuhan serta berbuat baik dalam ketakwaan maksudnya melakukan

sesuatu dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, baik itu berupa

perintah ataupun larangannya.

4. Pengertian nilai moral

Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan,

dalam bahasa Indonesia moral adalah akhlak (bahasa arab) atau kesusilaan

yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani sebagai

pembimbing dalam bertingkah laku.26

Sedangkan nilai moral merupakan bentuk gambaran objektif atas

tindakan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yang sesuai

dengan aturan-aturan yang berlaku ditempat yang ia tinggali. Nilai moral

digunakan untuk menghubungkan pernyataan faktual atau nyata dan

pernyataan normatif. Nilai dibedakan dengan fakta dan norma, fakta sendiri

adalah apa yang ada, nyata atau tampak. Fakta tidak bergantung pada

senang dan tidak senangnya, suatu fakta tidak mengandung norma, karena

25

Al-Qur’an Surah Al-Maidah Ayat 2 26

Januar, Ilmu Sosial Budaya Dasar, 96.

Page 34: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

22

itu tidak dapat membenarkan atau menyalahkan tindakan atau kelakuan.

Norma adalah aturan sekaligus ukuran dalam bertingkah laku.27

5. Pengertian nilai persaudaraan

Persaudaraan berarti terjalinnya relasi timbal-balik antara manusia

yang satu dengan dengan yang lainnya, atau antara manusia dengan

masyarakat. Manusia hanya dapat mengembangkan dirinya dalam hidup

bermasyarakat. Manusia dalam hal ini, tidak dapat memisahkan

kepentingannya sendiri dari kepentingan masyarakat.

Manusia harus sadar bahwa keterlibatan antar sesama manusia akan

membuat manusia menemukan kebahagiaan yang terus meningkat dengan

orang lain dan ini slalu terlihat dalam solidaritas hidup. Solidaritas dalam

hidup bukan hanya sebagai tugas melainkan lebih dari itu yang merupakan

suatu kepuasan dan jaminan rasa aman yang paling baik. Nilai persaudaraan

seperti ini akan mendorong ke arah toleransi.28

6. Pengertian nilai agama

Agama seperti yang dikemukakan oleh Durkheim, agama

merupakan seperangkat kepercayaan dan praktik-praktik bersangsi yang

mendasari perkembangan moral komunitas. Agama dalam pandangan

Durkheim sebagai kreasi sosial nyata yang dapat memperkuat solidaritas

27

Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, 128. 28

Jannes Alexander Uhi, Filsafat Kebudayaan Kontruksi Pemikiran Cornolis Anthonie van

Peursen dan Catatan Reflektifnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 120-121.

Page 35: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

23

dengan adanya kesamaan pandangan melalui moral. Durkheim

mengembangkan teori fungsionalis karena ia menekankan mengenai fungsi

agama. Baginya fungsi utama agama adalah meningkatkan kohesi dan

solidaritas sosial. Karakteristik utama agama menurutnya aktivitas baik

dalam pandangan terhadap dunia (world ofview), sistem yang digunakan

(totem), ritual yang dilakukan maupun mempertahankan kesucian

(sacred).29

Nilai agama merupakan pendorong bagi manusia untuk berbuat baik

terhadap sesamanya. Keyakinan akan kemahakuasaan Tuhan, disertai

kepercayaan bahwa wahyu yang diturunkan Tuhan juga merupakan sumber

kebaikan. Hal ini menjadi panduan bagi tingkah laku manusia, masyarakat,

baik sebagai individu maupun masyarakat. Nilai-nilai religiusitas dengan

sendirinya menjadi dasar bagi munculnya nilai-nilai hidup yang lain.

Ada dua fungsi dalam melihat posisi agama terhadap kebudayaan,

kedua fungsi tersebut adalah: pertama agama memberikan fungsi inspirasi

bagi kebudayaan maksudnya agama berfungsi memberikan norma-norma

hidup dalam kebudayaan (fungsi normatif). Kedua fungsi ini mengarahkan

manusia yang berbudaya dalam jalur yang dibenarkan secara keimanan.30

29

Sindung Haryanto, Sosiologi Agama dari Klasik Hingga Post Modern (Yogyakarta: Ar-ruzz

Media, 2015), 23. 30

Jannes Alexander Uhi, Filsafat Kebudayaan Kontruksi Pemikiran Cornolis Anthonie van

Peursen dan Catatan Reflektifnya, 95-96.

Page 36: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

24

7. Pengertian nilai mistik

Mistik adalah suatu keyakinan yang didorong atas adanya kekuatan

luar biasa di luar diri manusia yang sulit diukur, sulit diempiriskan dan sulit

dirasionalkan. Kemampuan manusia yang dibatasi ruang-ruang dimaksud,

akan mendorong dirinya untuk mensakralkan sesuatu, meskipun yang

dianggap sakral itu, sesungguhnya biasa dan jauh dari nilai kesakralannya.

Mistik dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Mistik pada umumnya yaitu mistik tanpa kekuatan tertentu dalam

kajian agama seperti dalam Islam, Kristen, Hindu dan Budha)

diperkenalkan dengan tasawuf, pelakunya disebut sufi.

b. Mistik magis yang mendorong kekuatan tertentu untuk mencapai

tujuannya dalam bentuk seperti wirid dan doa atau dengan

mantra-mantra, jampi-jampi dan juga dengan menggunakan jimat.

Keduanya dilakukan dengan menggunakan benda-benda tertentu

sebagai bentuk wujud kekuatan yang berada di luar dirinya.31

C. Akulturasi Islam dan Adat

Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila sekelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari

suatu kebudayaan asing sehingga unsur tersebut cepat ataupun lambat akan

diterima dan diolah kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

31

Cecep Sumarna, Filsafat Pengetahuan (Bandung: PT Rosdakarya, 2016), 53-55.

Page 37: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

25

kepribadian kebudayaan sendiri. Dalam mencermati suatu proses akulturasi,

seseorang harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai: yaitu agar mengetahui sejarah

dari masyarakat yang bersangkutan.

2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.

3. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing yang bertujuan untuk mengetahui

proses akulturasi.

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima unsur budaya asing.

5. Reaksi seseorang yang terjangkit unsur-unsur kebudayaan dari luar.32

Saraq (syariah) dan adeq (adat) menjadi dua hal yang saling

menemukan bentuk dalam dinamika kehidupan masyarakat. Saat kehidupan

diatur dengan Undang-undang sosial sebagai falsafah tertinggi yang mengatur

masyarakat. Islam dan adat secara berdampingan dapat menjadi nilai yang

tunggal. Keberlangsungan ini wujud dalam konteks kesadaran untuk menerima

ide dan keyakinan yang berasal dari luar kebudayaan yang sudah ada

sebelumnya. Kelangsungan adat dan agama dapat bersentuhan sehingga terjalin

relasi yang sama. Sekaligus menjadi konsepsi hidup yang tetap relevan sampai

saat ini. Ini memungkinkan karena ada nilai budaya secara berbeda dengan

nilai budaya yang dianut masyarakat. 33

32

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, 155-158 33

Ismail Suardi Wekker, “Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan Agama dalam

Masyarakat Bugis”, Analisis, Vol. XIII, No.01 (2013): 28-30.

Page 38: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

26

Perpaduan antara Islam dan budaya memiliki relasi yang tidak dapat

dipisahkan, dalam Islam sendiri ada nilai universal dan absolut sepanjang

masa. Namun demikian Islam sebagai dogma yang tidak kaku dalam

menghadapi zaman dan perubahannya. Islam slalu memunculkan dirinya dalam

bentuk yang terbuka ketika menghadapi masyarakat yang dijumpainya dengan

beraneka ragam budaya, adat kebiasaa dan lain-lain. Sebagai sebuah kenyataan

sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya

terdapat nilai dan simbol.

Agama sendiri merupakan simbol yang melambangkan nilai ketaatan

kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia

bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain

agama memerlukan kebudayaan agama. Akan tetapi keduanya perlu dibedakan,

Agama merupakan sesuatu yang final, universal, abadi dan tidak mengenal

perubahan sedangkan kebudayaan bersifat relatif dan temporer. Islam

merespon budaya lokal, adat atau tradisi di manapun dan kapanpun dan

membuka diri untuk menerima budaya lokal, adat atau tradisi sepanjang

budaya tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.34

Budaya adalah suatu hasil karya, rasa dan cipta manusia yang

berdasarkan kepada karsa. Budaya berasal dari kata budi yang merupakan

unsur roh dan daya unsur jasmani manusia, jadi budaya merupakan hasil dari

budi daya dari manusia. Agama ,budaya dan masyarakat tidak akan dapat

34

Kastolani & Abdullah Yusof, “ Relasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Tentang Nyadran di

Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”, Kontemplasi, Vol. 04, No. 01 (2016):

52.

Page 39: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

27

berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak bisa

dipisahkan satu sama lain, sebab Agama dan budaya mengatur kehidupan

sosial dan saling memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan ketrampilan dari

generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda bisa hidup dengan nilai

kebaikan yang sudah diajarkan. Sedangkan budaya adalah masyarakat yang

diatur oleh manusia itu sendiri demi kelangsungan hidup bersama.35

D. Penelitian Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari peneliti sebelumnya. Permasalahan ini

sangat menarik untuk diteliti oleh peneliti. Berikut beberapa bentuk penelitian

yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Alhusni dengan judul Tradisi Bebantai

Menyambut Bulan Ramadhan dalam Masyarakat Merangin Jambi. Alhusni

menjelaskan di dalam penelitiannya mengenai memaknai bulan Ramadhan.

Bagi umat Islam, bulan Ramadhan dengan ibadah puasa diyakini dapat

membakar hawa nafsu dan membakar dosa atau kesalahan yang telah lalu.

Ibadah puasa dilakukan dengan cara menahan diri dari yang membatalkan

puasa, yakni menahan dari makan dan minum, berhubungan badan

semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari serta mengendalikan

perkataan, perbuatan dan pandangan.

35

Fahim Thabara, Sosiologi Agama (Malang: Madani, 2016), 123.

Page 40: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

28

Menyambut Ramadhan dalam Islam adalah instrumen pengabdian

kepada Allah SWT, karena puasa di bulan itu adalah sendi atau rukun Islam.

Tanpa puasa, sendi Islam dianggap tidak kuat karenanya, wajib bagi umat

Islam untuk berpuasa menegakkan sendi-sendi Islam. Terdapat salah satu

tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan di Merangin yaitu dengan cara

bebantai atau pemotongan teknak kerbau. Mayoritas masyarakat Merangin

beragama Islam, bulan Ramadhan yang datang setiap tahunnya dirayakan,

dengan bersuka cita. Suasana ini ditandai dengan adanya penjual petasan,

kembang api, gema lantunan ayat suci Al-Qur’an di masjid-masjid,

mengadakan pengajian dan membersihkan sarana umum serta melaksanakan

tradisi bebantai.

Bebantai dalam bahasa Indonesia bermaksud membantai. Awalan

“be” menunjukkan kegiatan itu dilaksanakan secara masif oleh masyarakat

Merangin. Bebantai adalah kegiatan membantai atau memotong hewan

seperti kerbau dan sapi dalam rangka menyambut datangnya bulan

Ramadhan. Kegiatan ini dilaksanakan tiga hingga lima hari sebelum

masuknya bulan Ramadhan. Tujuan pokoknya selain melestarikan tradisi

dan melaksanakan perintah agama juga untuk memenuhi kebutuhan daging

masyarakat, walaupun setiap masyarakat tidaklah sama, karena tidak semua

orang menyukai daging. Namun dalam kegiatan bebantai hampir semua

Page 41: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

29

masyarakat suka tidak suka daging di Merangin ikut serta di dalam kegiatan

bebantai. 36

Persamaan penelitian ini dengan yang akan peneliti lakukan adalah

mendeskripsikan tentang menyambut bulan Ramadhan. Perbedaan

penelitian ini terletak pada objek penelitian yang ada di Merangin.

Sedangkan objek yang akan dikaji peneliti adalah akulturasi Islam dan Adat

dalam tradisi makan jantung di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai

Kabupaten Sarolangun Jambi. Di dalam tradisi makan jantung mengandung

unsur Islam. Pelaksanaan tradisi makan jantung ini bertepatan pada hari

ketiga hari Raya Idul Fitri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Donny Khairul Aziz dengan judul Akulturasi

Islam dan Budaya Jawa. Hasil penelitiannya yaitu masuknya Islam ke Jawa

dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan

Budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa

kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. akulturasi Islam dan Budaya Jawa

dapat dilihat pada batu nisan, seni sastra, seni ukir dan berbagai tradisi

perayaan hari-hari besar Islam.

Perpaduan Islam dan Budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era

kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang

maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi Islam dan Budaya

Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya arsitektur, seni ukir, kesenian

36Alhusni,”Tradisi Bebantai Menyambut Bulan Ramadhan dalam Masyarakat Merangin

Jambi”, Kontekstualita, Vol. 29, No.1 (2014): 41-45.

Page 42: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

30

wayang, pola pemakaman dan seni sastra seperti, babad, hikayat dan

lainnya. Berbagai hasil akulturasi Islam dan Budaya Jawa tersebut dijadikan

sarana bagi penanaman nilai-nilai Islam ke dalam masyarakat Jawa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dikaji oleh

peneliti adalah mendeskripsikan akulturasi Islam dan Budaya. Sedangkan

perbedaannya terletak pada objek dan tradisi yang terkandung di dalam

akulturasi Islam. Penelitian yang dikaji oleh peneliti mengenai tradisi makan

jantung yang memiliki unsur Islam di dalamnya yang berada di Desa

Sekeladi.37

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail Suardi Wekke dengan judul Islam dan

Adat: Tinjauan akulturasi budaya dan Agama dalam masyarakat Bugis.

Hasil penelitiannya menunjukkan adanya proses dalam interaksi dan

dialektika sehingga Islam dan Adat secara berdampingan dapat menjadi

nilai yang tunggal. Keberlangsungan ini bentuk dalam konteks kesadaran

untuk menerima ide dan keyakinan yang berasal dari luar kebudayaan yang

sudah ada sebelumnya.

Proses yang terjadi adalah dengan menempatkan syarak sebagai

bagian pangngadareng dimana sudah ada pilar adeq. Praktik Islam seperti

pernikahan, prosesi haji, rumah baru, warisan dan pandangan tentang

berzanji sudah melalui proses dialog bukan dalam waktu singkat. Ini

merupakan penerimaan dengan memperhatikan keberadaan pandangan

37

Donny Khairul Aziz, “Akulturasi Islam dan Budaya Jawa,” Fikrah, Vol. 1, No. 2 (2013): 1-

2.

Page 43: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

31

Islam sebagai adaptasi dari nilai yang terbentuk atas pertemuan dua budaya.

Islam Bugis sebagai cara hidup masyarakat Bugis menunjukkan adanya

kesatuan sistem adat dengan Agama. Tidak saja dalam wilayah asal yang

didiami di provinsi Sulawesi Selatan tetapi juga menjadi perkembangan

masyarakat Bugis yang mendiami kawasan lain. Walaupun tidak bersifat

tunggal tetapi ada respon yang variatif sehingga muncul wujud Islam Bugis.

Etos adat ini kemudian memunculkan identitas keberagamaan yang tidak

bisa melepaskan diri dari adat yang berlangsung secara berulang-ulang.38

Persamaan penelitian ini adalah menjelaskan percampuran antara

Islam dan adat. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yang ada dalam

masyarakat Bugis, sedangkan penelitian yang akan dikaji oleh peneliti

bertepatan di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun Jambi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mustakimah dengan judul Akulturasi Islam

dengan Budaya Lokal dalam Tradisi Molonthalo di Gorontalo. Hasil

penelitiannya akulturasi Islam dengan budaya lokal di Gorontalo dapat

dijelaskan dalam empat bentuk yaitu: (1) budaya asli Gorontalo yang

dimasuki dan diwarnai oleh konsep ajaran Islam (2) konsep-konsep ajaran

Islam yang dibudayakan menjadi budaya Gorontalo (3) budaya-budaya dari

negara yang bernuansa Islam lalau diserap menjadi budaya (4) budaya

ciptaan baru sebagai hasil pertemuan antara budaya asli dengan ajaran

Islam.

38

Ismail Suardi Wekker, “Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan Agama dalam

Masyarakat Bugis”, Analisis, Vol. XIII, No.01 (2013): 49.

Page 44: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

32

Kebudayaan yang dikuasai oleh nilai agama dari nilai seni

merupakan kebudayaan ekspresif. Nilai agama yaitu penjelmaan yang kudus

bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah pengalaman tentang Tuhan

Mahakuasa, gaib dan tak terhingga. Terdapat titik temu antara nilai agama

dengan nilai budaya yaitu kekudusan bagi agama keindahan bagi budaya.

Tradisi Molonthalo merupakan ritual adat yang sering dilakukan oleh

masyarakat di Gorontalo, bagi perempuan hamil dalam usia kandungan

yang beranjak tujuh sampai delapan bulan. Dalam pelaksanaan ini

masyarakat menggunakan simbol-simbol kebudayaan yang mempunyai

makna dan arti yang diyakini oleh masyarakat setempat.

Tradisi yang hidup di tengah masyarakat Gorontalo ini sepenuhnya

merupakan kreativitas budaya yang kemudian dengan datangnya Islam ikut

mewarnainya dengan beberapa prosesi yang melibatkan pegawai Syara’

seperti Imam atau Hatib. Imam ini bertujuan untuk pembacaan ayat suci Al-

Quran, shalawat kepada nabi dan pembacaan doa dengan. Dalam

pemahaman yang sederhana prosesi ritual ini mencoba untuk mensinergikan

antara adat dan syara’. Dengan sinergi tersebut maka tradisi molothalo

dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk akulturasi Islam dan budaya

lokal masyarakat Gorontalo.39

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menjelaskan

percampuran antara Islam dan adat. Perbedaannya terletak pada objek

39

Mustakimah, “Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal dalam Tradisi Molonthalo di Gorontalo”, Diskursus Islam, Vol. 2, No. 2 (2014): 18.

Page 45: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

33

penelitian yang ada di dalam masyarakat Gorontalo, sedangkan penelitian

yang akan dikaji oleh peneliti bertepatan di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai

Kab. Sarolangun Jambi.

5. Skripsi yang ditulis oleh Mustofa dengan judul Tradisi Legenanan: Kajian

terhadap Akulturasi Islam dan Budaya Jawa di Desa Kluwih kecamatan

Bandar Kab. Batang Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa

terdapat salah satu tradisi yang berbaur dengan ajaran Islam, tradisi yang

dimaksud adalah Legenanan jika di daerah lain disebut dengan Sedekah

Bumi. Legenanan merupakan salah satu tradisional masyarakat Jawa yang

sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang Jawa,

yang dilaksanakan pada setiap tahunnya.

Akulturasi yang ada pada tradisi Legenanan yaitu terletak pada

pembacaan do’a-do’a yang menggunakan Bahasa Arab yang diakulturasikan

dengan Bahasa Jawa yang disatukan dalam do’a tersebut. Do’a dalam

Bahasa Jawa disebut dengan Maujud. Akulturasi juga ditemukan pada

pementasan wayang golek, yang mana kita ketahui bahwa wayang golek

merupakan akulturasi antara budaya Hindu-Budha dengan kebudayaan

Islam.

Terdapat berbagai macam pandangan terhadap tradisi Legenanan

terutama bagi para petani tradisi ini sangat penting dilakukan, mereka

percaya bahwa tradisi Legenanan dapat membuat hasil panen mereka dapat

membaik. Tradisi ini juga merupakan bentuk rasa syukut masyarakat kepada

Page 46: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

34

Allah SWT telah melimpahkan Rahmat-Nya yaitu berupa rezki. Kemudian

pendapat lain beranggapan bahwa dengan adanya tradisi ini mengajarkan

masyarakat untuk saling membantu antara satu sama lain meringankan

beban sesama. Selain itu sebagai wadah untuk berinteraksi bagi masyarakat

dalam upaya mempererat tali silaturahmi.40

40

Mustofa, Tradisi Legenanan Kajian Terhadap Akulturasi Islam dan Budaya Jawa (Sejarah

dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya: Universitas UIN Sunan Kalijaga, 2014),

37-38.

Page 47: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Konsep

metode ini mengarah pada keaslian data. Menurut Denzim dan Lincoln

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada. Pengambilan sampel sebagai sumber

data dilakukan secara purposive dan snowball. Pengumpulan teknik gabungan

atau triangulasi, analisis data akan bersifat induktif atau kualitatif dan

menekankan pada generalisasi.41

Penelitian kualitatif penulis pilih karena sifatnya yang deskriptif yang

berarti data yang didapat dari hasil mengamati di lapangan hanya perlu

dianalisis tidak berbentuk angka-angka. Penelitian ini berlandaskan pada teori

yang menjadi acuan ketika berada di lapangan. Dengan adanya landasan teori

pula peneliti mengetahui gambaran umum dari suatu persoalan yang ada.

Sebagai bahan penjelas yang akan menghasilkan teori baru.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab.

Sarolangun Jambi penelitian ini ditujukan terhadap akulturasi Islam dan

41

Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Jejak,

2018), 8.

Page 48: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

36

Adat dalam tradisi makan jantung. Peneliti mengambil lokasi ini karena

peneliti melihat bahwa di Desa Sekeladi mempunyai tradisi yang sangat

berbeda dari desa-desa yang ada disana. Dan terdapat masalah-masalah

terkait dengan akulturasi Islam dan adat dalam tradisi makan jantung, untuk

itu peneliti tertarik melakukan penelitian di tempat tersebut.

2. Waktu penelitian, sebelum ke waktunya peneliti menerangkan tahapan-

tahapan yang dimulai dengan tahap persiapan, observasi, wawancara,

dokumentasi sampai dengan laporan penelitian. Adapun waktu yang

dibutuhkan secara keseluruhan yaitu mulai dari tanggal 5 Februari sampai

dengan tanggal 10 Juni 2020.

C. Informan dan Objek Penelitian

Informan penelitian merupakan orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang bagaimana situasi dan kondisi latar belakang

yang akan di teliti.42

Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui

permasalahan yang akan di teliti. Pada penelitian ini penulis membagi dua

informan sebagai berikut:

1. Informan kunci

Merupakan orang yang dianggap dapat membantu memberikan

informasi secara keseluruhan yang diinginkan peneliti, adapun yang menjadi

informan atau narasumber yang akan membantu dalam pemberian informasi

ialah salah seorang tokoh Agama, tokoh masyarakat dan tetua Adat.

42

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 97.

Page 49: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

37

2. Informan pendukung

Merupakan orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang

diteliti yaitu masyarakat yang telah lama tinggal di desa tersebut yang

berfungsi untuk menambah informasi dari informan kunci, agar semakin

baiknya hasil penelitian yang diperoleh.

Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah akulturasi Islam

dan adat dalam tradisi makan jantung di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai

Kab. Sarolangun Jambi, tentang pelaksanaan atau prosesi, nilai-nilai yang

terkandung di dalam tradisi makan jantung dan bagaimana relasi Islam dan

adat dalam tradisi makan jantung.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu, data primer dan

sekunder.

1. Sumber data primer

Merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

observasi, wawancara dan dokumentasi.43

Dengan tokoh Agama, tokoh

masyarakat dan tetua Adat.

43

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2006), 129.

Page 50: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

38

2. Sumber data sekunder

Merupakan data yang bersumber dari buku-buku yang membahas

masalah akulturasi Islam dan Adat dalam tradisi dan sosial keagamaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, pengumpulan data perlu dilakukan secara hati-

hati, sistematis dan cermat, sehingga data yang dikumpulkan relevan dengan

masalah penelitian yang akan dicari jawabannya sebagai upaya menguji

kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk itu metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap responden penelitian. Sugioyono menyatakan bahwa,

Observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Seorang peneliti

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Adapun observasi yang dipakai oleh

penulis adalah observasi terus terang atau tersamar dalam hal ini, peneliti

dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada

sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. 44

Jadi tokoh Agama, tokoh masyarakat dan tetua adat mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat

44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2015), 310.

Page 51: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

39

peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk

menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih

dirahasiakan. Metode observasi yang penulis akan lakukan berupa

pengamatan dan pencatatan tentang aktivitas yang dilakukan ketika tradisi

sedang berlangsung di Desa Sekeladi. Peneliti juga turun ke lapangan

langsung agar data yang diperoleh lebih banyak dan memuaskan.

2. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data jika peneliti ingin memperoleh informasi yang lebih

mendalam untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal mengenai responden yang lebih

mendalam.45

Adapun wawancara yang dipakai oleh peneliti adalah wawancara

yang tidak terstruktur, peneliti dapat dengan bebas mengajukan pertanyaan

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode ini peneliti ajukan pada tokoh

agama, tokoh masyarakat dan tetua adat serta masyarakat yang telah lama

mendiami desa tersebut.

45

Sugiyono, Metode Pelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,dan R&D,310.

Page 52: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

40

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen yang berbentuk gambar-

gambar yang diambil oleh peneliti.46

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data untuk penelitian kualitatif tidak menggunakan

perhitungan statistik melainkan deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dengan

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Merupakan proses penyempurnaan data yang sudah ada. Data-data

tersebut akan mengalami penambahan dan pengurangan apabila data

tersebut dianggap tidak relevan.

3. Penyajian data

Dapat dilakukan dengan memberikan uraian ringkas atau

menjelaskan hubungan antar kategori dan bisa juga dijelaskan dengan teks

yang bersifat naratif. Dengan melakukan hal ini dapat memudahkan untuk

memahami dan memprediksi apa yang akan dilakukan selanjutnya.

46

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,dan R&D,329.

Page 53: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

41

4. Penarikan kesimpulan

Akan ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah

yang sudah ditentukan. Kesimpulan awal akan bersifat sementara dan dapat

berubah apabila tidak menemukan bukti yang valid ketika menggali

informasi. Dengan menarik kesimpulan yang disesuaikan dengan fakta di

lapangan maka diharapkan penelitian dapat memperjelas yang dianggap

remang-remang atau belum jelas selama ini.47

G. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian, informasi yang didapatkan dari informan akan diuji

keabsahannya agar didapatkan informasi yang valid dan dapat dipercaya

kebenarannya. Adapun teknik pemeriksaan yang digunakan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Ketekunan pengamatan

Peneliti akan melakukan pengamatan secara teliti, rinci dan terus-

menerus. Kemudian menelaah hasil yang didapat hingga memperoleh

suatu kesimpulan.

2. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

47

Nur Sayidah, Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam

Penelitian (Siduarjo: Zifatama Jawara, 2018), 155.

Page 54: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

42

sumber data yang telah ada. Triangulasi merupakan pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain untuk mengecek dan membandingkan

data yang didapat dari hasil pengamatan, untuk meningkatkan nilai

kepercayaan dari suatu informasi.48

Salah satu cara yang dapat digunakan

sebagai berikut:

a. Triangulasi Sumber

Dalam penguji kredabilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh

dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

b. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu merupakan data yang dikumpulkan dengan

teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, akan

memberikan data yang lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan

dengan pengecekan dengan observasi dan wawancara dalam waktu atau

situasi yang berbeda. Jika hasil uji menghasilkan data yang berbeda,

maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

kepastian datanya. 49

Dari dua jenis triangulasi tersebut, peneliti lebih memilih

keabsahan data dengan pendekatan triangulasi sumber untuk

48

Sugioyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D, 330. 49

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Gabungan, 274.

Page 55: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

43

mengungkapkan dan menganalisis masalah yang akan dijadikan sebagai

objek penelitian.

Page 56: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Proses penelitian ini berjalan mulai dari tanggal 5 Februari 2020 sampai

dengan tanggal 10 Juni 2020. Peneliti melakukan wawancara dengan tetua

adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa dan masyarakat setempat

yang sudah lama mendiami desa tersebut di Desa Sekeladi Kecamatan Batang

Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, untuk mengungkapkan tentang adanya

Akulturasi Islam dan Adat dalam tradisi makan jantung yang dilakukan pada

hari ke tiga hari Raya Idul Fitri bertepatan di rumah ibu dari Kepala Desa.

Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti melihat langsung pelaksanaan

tradisi makan jantung di Desa Sekeladi kecamatan Batang Asai Kabupaten

Sarolangun Jambi. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari

penelitian yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi

sebagaimana hasil penelitian adalah sebagai berikut:

A. Mengenal Desa Sekeladi

1. Sejarah Singkat Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten

Sarolangun Jambi

Desa Sekeladi, merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, daerahnya

memiliki dataran tinggi yang berada di ketinggian dari permukaan laut

750 m/5001. Dengan curah hujan di daerah ini berkisar antara 200-300

Page 57: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

45

mm pertahun, iklim Desa Sekeladi ini adalah pegunungan atau

perbukitan serta adanya aliran sungai Tangkoi yang melintasi dari Utara

ke Barat yang mengalir ke Sungai Batang Asai.

Desa Sekeladi, memiliki batas-batas wilayah yang meliputi: Desa

Sekeladi berbatasan dengan Desa Gunung Bujang, Bukit Bulan,

Kabupaten Musi Rawas dan dengan Desa Simpang Narso. Tipologi desa

sekitar hutan. Sedangkan luas wilayah Desa Sekeladi adalah 5.590 Ha

dengan penggunaanya sebagai berikut:

a. Pemukiman seluas = 5 Ha

b. Perkantoran seluas = 2 Ha

c. Pertanian seluas = 60 Ha

d. Perternakan seluas = 2 Ha

e. Pasilitas umum seluas = 2 Ha

f. Kehutanan seluas = 3000 Ha

Pemukiman penduduk Desa Sekeladi, mengikuti daerah aliran

sungai sekeladi. Rumah-rumah penduduk di desa tersebut pada tahun 2005

dibuat berpanggung setinggi 1,5-2 m. Hal ini untuk menghindari dari

serangan binatang-binatang buas. Namun di tahun 2020 sekarang ini

rumah penduduk tidak lagi dibuat berpanggung namun banyak rumah

penduduk yang dibuat seperti rumah-rumah di perkotaan.

Sebagai daerah yang cukup potensial namun sulit dijangkau, maka

Desa Sekeladi, belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari pihak

pemerintah. Desa tersebut merupakan daerah yang subur, udara masih

Page 58: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

46

segar karena memiliki hutan yang belum tercemar. Selain itu daerah

tersebut dikarunia dengan sumber air yang melimpah dan juga bersih.

Lokasi inilah yang membuat penduduk lebih dominan bekerja disektor

pertanian jika dibandingkan dengan bekerja disektor pemerintahan dan

lainnya. Desa Sekeladi salah satu desa yang berada di Kecamatan Batang

Asai, yang mempunyai tujuh desa dengan tipologi yang sama yaitu desa

sekitar hutan. 50

2. Jarak Desa Sekeladi dengan Desa yang lain

Jarak tempuh dan waktu tempuh dari Desa Sekeladi

Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, berikut ini:

No Jarak Tempuh dan

Waktu Tempuh

Jarak Ke Ibu Kota (KM)

Kecamatan Kabupaten Provinsi

1. Jarak dari Desa

Sekeladi ke ibu Kota

Kecamatan

30 Km 130,1 Km 177,0

Km

1. 2. Waktu tempuh dari

Desa Sekeladi ke Ibu

Kota Kecamatan

3 jam 4 jam 4 jam

Sumber: Data Sekretaris Desa Sekeladi 6 April tahun 2019

50

Siti Sanibal, Masyarakat Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi, tanggal 29

Mei 2020 pukul 20. 36 WIB.

Page 59: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

47

3. Mata pencaharian masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai

Kab. Sarolangun Jambi

Kondisi ekonomi di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai

Kabupaten Sarolangun Jambi, sebagian besar penduduk Desa Sekeladi

bekerja di sektor pertanian, hal ini didukung oleh faktor geografis Desa,

yang memiliki tanah subur, udara yang segar serta mata air yang

memadai. Dengan jumlah 470 orang bekerja sebagai petani dan yang

berkerja sebagai pedagang sebanyak 7 orang, pertukangan 7 orang dan

PNS 4 orang. Dari beberapa pekerjaan yang paling dominan adalah

buruh tani. Salah satu pertanian yang sedang dijalankan oleh penduduk

yaitu bercocok tanam. Seperti: padi, kopi, coklat dan tanama-tanaman

lainnya.

Salah satu rutinitas yang sedang dijalankan oleh para petani di

Desa Sekeladi, adalah menanam kopi ketika hasil panen kopi dijemur di

bawah teriknya matahari, tentunya para petani kopi menjaga kualitas

aroma maupun rasa sebuah kopi. Selain itu agar dapat menghasilkan

kopi yang berkualitas, para petani memetik buah kopi yang betul-betul

sudah merah. Dengan rangkaian proses yang baik agar kopi yang

dihasilkan berkualitas pula.51

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sekeladi

Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi

51

Data Sekretaris Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, tahun

2019

Page 60: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

48

No Keterangan Jumlah (orang)

1. Pedagang/wirawasta 7

2. Tani 470

3. Pertukangan 7

4. Pegawai/ABRI 4

Sumber: Data Sekretaris Desa Sekeladi 6 April 2019

Dari tabel di atas diketahui bahwa yang paling dominan adalah

buruh tani. Karena di daerah tersebut dikelilingi dengan hutan yang masih

subur dan asli, selain itu daerah ini juga memiliki sumber air yang

memadai sehingga lebih banyak dari mereka yang bekerja di sektor

pertanian.

4. Jumlah penduduk Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai

Kabupaten Sarolangun Jambi

Jumlah penduduk Desa Sekeladi setiap tahunya terus

mengalami penambahan, hal ini karena adanya tingkat kelahiran dan

juga faktor imigrasi. Pada tahun 2019 jumlah penduduk tercatat

sebanyak 755 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga 230 KK

beragama Islam, untuk data di tahun 2020 sekarang ini belum bisa

dipastikan oleh pihak yang bersangkutan berapa jumlah penduduknya

yang bertambah. Seperti berapa angka kelahiran dan berapa angka

kematian belum dapat dipastikan.

Page 61: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

49

Jumlah penduduk menurut usia adalah sebagai berikut:

a. 0-01 tahun = 24 0rang

b. 02-04 tahun = 66 0rang

c. 05-14 tahun = 192 orang

d. 14-15 tahun = 285 orang

e. 40-64 tahun = 161 orang

f. 65 tahun = 22 orang

Sedangkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan adalah

berikut ini:

a) Sarjana = 8 orang

b) SLTA = 50 orang

c) SLTP = 56 orang

d) SD = 161 orang

e) Tidak menyelesaikan pendidikan = 431 orang. 52

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang

paling banyak secara keseluruhan adalah berasal dari usia 14-15 tahun.

Sedangkan usia yang paling sedikit adalah berusia 65 tahun ke atas atau

yang sering disebut juga dengan usia non produktif yaitu dengan

berjumlah 65 jiwa.

52

Data Sekretaris Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, tahun

2019

Page 62: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

50

5. Sarana Ibadah dan Sarana Pendidikan di Desa Sekeladi

Berdasarkan jumlah sarana yang ada di Desa Sekeladi, pada saat

sekarang ini terdapat 2 unit bangunan Masjid, yang digunakan untuk

shalat dan untuk pelaksanaan hari besar Islam. Masjid di Desa Sekeladi

memiliki keadaan yang kurang layak karena kurang diperhatikan dan tidak

diurus. Dari tahun ke tahun belum ada perubahan apapun tempat ibadah

sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Ditambah lagi dengan akses jalan yang belum memadai hanya

menggunakan kendaraan roda dua (motor), sehingga membuat masyarakat

kesulitan untuk keluar masuk desa. Selain itu Desa Sekeladi juga termasuk

desa yang jauh dari kemajuan, karena Signal untuk berkomunikasi tidak

ada sama sekali di desa tersebut. Ketika hendak menghubungi sanak

keluarga atau berurusan maka harus pergi ke tempat yang tinggi atau

perbukitan, dengan berbagai macam resiko seperti: harimau, babi hutan,

ular, dan binatang berbahaya lainnya.

Selain itu sarana pendidikan juga sangat penting artinya dalam

kehidupan masyarakat, semenjak kanak-kanak manusi sudah harus

mempelajari cara hidup yang beraneka ragam, sehingga terkadang

membigungkan bagi mereka. Maka cara hidup yang sering disebut dengan

kebudayaan harus dipelajari oleh setiap individu tidak diwariskan secara

biologis. Oleh sebab itu diperlukan lembaga pendidikan bagi anak-anak

Page 63: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

51

sebagai salah satu proses sosialisasi untuk mempelajari cara hidup dari

pandangan hidupnya.

Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Sekeladi yaitu terdapat

2 unit SD Negeri, 1 unit SMP serta 2 unit Madrasah Diniyah dan 1 unit

PAUD. sarana pendidikan di desa ini, memiliki keadaan yang kurang

memadai, oleh karena itu tidak mengherankan lagi jika di Desa Sekeladi,

minimnya para pelajar dan terbatasnya sarana pendidikan.53

Jumlah sarana pendidikan dan sarana Ibadah di Desa Sekeladi

Kecataman Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, sebagai berikut:

No Sarana Kecamatan

Desa Sekeladi ket

1. PAUD 1 -

2. SD Negeri 2 Baik

3. SMP 1 Baik

4. SMA/SMK - -

5. Perguruan Tinggi - -

6. Masjid 2 -

Sumber: Data Sekretaris Desa Sekeladi 6 April 2019

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan

dan sarana Ibadah hampir sama-sama dominan yaitu bisa di lihat pada tabel di

53

Data Sekretaris Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, tahun

2019

Page 64: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

52

atas. Hal ini bisa saja terjadi karena masyarakat penduduknya beragama Islam,

kemudian sarana pendidikan juga sangat penting sebagai alat penunjang

keberhasilan sesuai dengan perencanaan. Keberadaan sarana ini dijadikan

tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan, belajar mengaji, tempat ibadah dan

juga dijadikan tempat pelaksanaan hari besar Islam. Seperti: Shalat pada

Lebaran Idul fitri, Lebaran Idul Adha dan juga shalat Jum’at.

B. Tradisi Makan Jantung di Desa Sekeladi

Dalam sejarahnya tradisi makan jantung sudah dilakukan sejak

lama. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penuturan tetua adat di

Desa Sekeladi, adat ini telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek

moyang dahulu hingga sekarang. Diketahui empat orang nenek moyang

tersebut yang bernama: pertama yaitu Meh (mas) Tempat, kedua Meh

Nian, ketiga Meh Cayo dan Meh Cunu. Keempat Tokoh Meh (mas) asal

usul anak keturunan masyarakat Desa Sekeladi.

Tidak ada data tahun dan tanggal yang pasti mengenai kapan adat

ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sekeladi, yang jelas semenjak

zaman penjajahan Belanda dulu hal ini sudah dipraktekkan oleh

masyarakat Desa Sekeladi. Empat Tokoh di atas lebih dikenal dengan

sebutan Nenek yang Mpek (empat). Adat-istiadat yang dilahirkan oleh

Nenek yang Mpek tersebut yaitu: tradisi makan jantung, kenduri, ziarah

makan keramat, memberi sesajen kepada roh penunggu dusun, adat tepung

tawar dan adat-adat lainnya. Dari beberapa adat yang ada di Desa

Page 65: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

53

Sekeladi, tersebut di atas penulis hanya menjelaskan mengenai tradisi

makan jantung.

Tradisi yang dipercaya oleh masyarakat yakni adanya pantangan

dan larangan yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kehidupan.

Contohnya saja ketika pelaksanaan memberi sesajen kepada roh

penunggu dusun (makhluk ghaib) pada acara makan jantung, tidak ada

warga yang meninggalkan desa sampai dengan selesai, karena hal tersebut

sudah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat yang harus ditaati

dan dipatuhi oleh segenap lapisan masyarakat.

Menurut asal-usulnya ketika nenek moyang mendirikan kampung

tersebut beliau meminta izin terlebih dahulu kepada makhluk ghaib yang

ada di sana, sebagai gantinya setiap pemotongan hewan (kambing), wajib

memberi makan roh penunggu dusun (makhluk ghaib), selain itu kambing

yang dipotong tidak cacat atau pun penyakit-penyakit lainnya. Dalam

artian ketika kita hendak berhenti di rumah orang lain maka kita harus

meminta izin terlebih dahulu kepada orang yang menghuni rumah

tersebut.54

Rusniyanto menuturkan bahwa tradisi makan jantung merupakan

salah satu warisan nenek moyang dahulu yang masih dilestarikan hingga

saat sekarang. Tradisi ini dahulunya sangat kental dengan budaya asli desa

tersebut, dengan nuasa-nuansa klasik atau tradisional, hal ini terlihat dari

54

Adri, Tetua Adat Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi, tanggal 7

Februari 2020 hari sabtu Pukul 10.30 WIB

Page 66: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

54

instrumen yang sangat unik adalah Rebana dan Tetawak. Rebana tentu

sudah sering melihat dan mendengarnya, sejenis alat musik pukul yang

terbuat dari kulit, digunakan untuk bernyanyi dengan nada tradisional,

berpantun dan tarian.

Sedangkan Tetawak merupakan sebuah alat musik pukul, sejenis

Gong, lebih tebal sisinya yang digunakan untuk memanggil orang,

mengiringi tarian dan juga untuk memberitahu kepada masyarakat bahwa

ada orang yang meninggal dunia. Kedua alat tersebut apabila dimainkan

secara bersamaan maka akan mengeluarkan suara yang khas, tergantung

siapa yang memainkannya. Alat-alat tersebut merupakan peninggalan

Nenek Moyang dahulu yang masih dijaga oleh masyarakat setempat.

Sebagai salah satu bukti sejarah yang masih ada.

Namun ada juga instrumen yang kurang memadai seperti:

mikrofon dan penerangan dahulunya belum ada, masih menggunakan

penerangan sederhana berupa lampu trongkeng dan lampu dinding namun

seiring berjalannya waktu pada saat sekarang ini sudah mengalami

perubahan, mikrofon dan penerangan sudah diusahakan oleh pihak Kepala

Desa. Sehingga acara makan jantung dapat dilaksanakan dengan lancar

sesuai dengan keinginan bersama.

Acara makan jantung pada beberapa tahun yang lalu hanya dihadiri

oleh beberapa orang saja karena memang desanya kecil dan juga jumlah

masyarakatnya yang sedikit dan letaknya juga sangat jauh dari pusat kota.

Page 67: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

55

Meskipun demikian banyak pengunjung yang berasal dari luar daerah,

untuk mengikuti tradisi makan jantung. Sehingga tradisi makan jantung

masih berkembang dan dilestarikan sesuai dengan budaya lama meskipun

sekarang sedikit mengalami perubahan. Perubahan tersebut tidak

menyurutkan semangat masyarakat untuk melestarikan tradisi makan

jantung, namun membuat orang-orang di Desa Sekeladi, semakin menjaga

kekompakan untuk tetap mempertahankan tradisi yang ada.55

Kenapa dinamakan dengan makan jantung, karena makan jantung

menggambarkan sebuah kehidupan, contohnya: seseorang yang

mempunyai hati belum tentu bisa hidup namun apabila seseorang tidak

lagi mempunyai hati namun mempunyai jantung maka seseorang tersebut

masih bisa hidup. Begitulah bunyi pepatah mengapa dinamakan dengan

tradisi makan jantung.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Makmum Aviv, alasan

mengapa dilaksanakan pada hari ketiga, karena dihari pertama lebaran,

masyarakat melaksanakan kewajiban masing-masing seperti: sholat,

silaturahim ke rumah keluarga dan lainnya. Pada hari kedua yaitu

masyarakat disibukkan dengan acara “Nyalang” dari rumah ke rumah dan

ada juga yang keluar masuk desa. Maka hari yang paling tepat adalah hari

ketiga, karena masyarakat sedang berkumpul, sedang menikmati hari

lebaran, riang gembira, mengadakan perlombaan dan juga bagi para

perantau momentum yang paling penting adalah makan jantung, mereka

55

Observasi pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 13.30 WIB

Page 68: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

56

dapat berkumpul bersama-sama dengan keluarganya dan masyarakat yang

menetap.56

Ada beberapa tahapan pelaksanaan tradisi makan jantung

sebagai berikut:

Pertama, pada awal perayaan Idul Fitri, kegiatan yang paling

penting dilakukan adalah shalat bersama-sama pada saat itulah momentum

semua umat muslim bermaaf-maafan, bergembira dengan datangnya hari

Raya tersebut. Dengan begitu masyarakat mempunyai kesempatan untuk

saling bermaaf-maafan, senang, sedih dan juga rasa haru karena

dipertemukan kembali di bulan yang berkah. Setelah pulang dari shalat

berjamaah masyarakat membentuk panitia pelaksanaan makan jantung.

Seperti: adanya protokol, kata sambutan dari Kepala Desa, kata sambutan

dari tokoh agama dan kata sambutan dari salah satu pemuda/i selanjutnya

pembacaan Khutbah Negri, pembacaan do’a dan acara jamuan sebagai

acara penutup perayaan Idul Fitri.

Kedua, kegiatan pada hari kedua merupakan acara Nyalang

(berkujung), merupakan suatu acara adat silaturahim yang dilakukan pada

hari kedua dari hari Raya Idul Fitri, yang bertujuan untuk mempererat

hubungan silaturahim antar sesama. Acara Nyalang ini ada dua bentuk,

pertama, Nyalang ke kuburan, kedua Nyalang ke rumah-rumah. Acara ini

dilakukan setiap tahunnya yang diawali dengan Nyalang ke kuburan

dengan membaca Kulhu dan Tahlil, yang dipimpin oleh Tokoh Agama,

56

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25 WIB

Page 69: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

57

terlebih dahulu diberikan waktu kepada bapak Kepala Desa, untuk

menyampaikan sepatah dua patah kata, yang berisikan tentang mengajak

semua masyarakat untuk membaca Kulhu dan Tahlil dengan Khusyuk dan

mendo’akan arwah-arwah yang telah berpulang ke Rahmatullah semoga

diberikan kelapangan di alam kuburnya dan kita yang ditinggalkan

diberikan rahmat, ketabahan serta keikhlasan dari Allah SWT. Tidak lupa

juga beliau menyampaikan kepada kaum muslimin dan muslimat agar

selalu berbuat baik kepada sesama.57

Selanjutnya kata sambutan dari pengawai Syara’ yang mana beliau

mengingatkan kepada semua masyarakat agar menjalankan ibadah dengan

ikhlas, agar memperoleh pahala yang sesuai dengan apa yang dikerjakan,

semoga dijauhkan dari bencana, dari mara bahaya. Dan dari penyakit-

penyakit yang sedang merajalela di dunia. Seterusnya beliau menuturkan

bahwa kita sebagai hamba harus menjalankan perintah yang ditetapkan

oleh Allah Swt dan menjauhkan segala larangan-Nya. Beliau juga

mengajak semua umat muslim agar berbuat baik sesuai dengan prilaku

Nabi Saw. Kemudian dari pada itu beliau berharap semoga masyarakat

dilindungi dari Mara Bahaya dan menetapkan warganya di dalam Iman

serta ketakwaan.

Pada akhir pembacaan Kulhu dan Tahlil, acara yang tidak pernah

ditinggalkan setiap tahunnya adalah Nyalang (mengunjugi) ke rumah

pegawai Syara’, Khotib dan Bilal serta Kepala Sekolah untuk menjalin

57 Observasi pada tanggal 25 Mei 2020 pukul 09. 00 WIB

Page 70: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

58

silaturahim sebagaimana pepatah Adat mengatakan “Ramai Negri Buat

nang mudo, elok Negeri oleh nang tuo”. Artinya rusak Negeri dikarenakan

para orang tua bermain api, orang tuo berlaku budak, maka alamat Negeri

akan rusak karena perbuatan tersebut.58

Setelah kembali dari Nyalang (mengunjugi) kuburan masyarakat

bersiap-siap untuk pergi Nyalang, dengan membawa bekal masing-masing

seperti kue lebaran, kemudian dihidangkan di rumah orang yang akan

dikunjungi. Pada acara Nyalang ke rumah pegawai Syara’, Kepala Desa

yang bernama Bapak Rabuan, menyampaikan kata permohonan maaf

kepada masyarakat, mungkin selama beliau menjabat sebagai Kepala

Desa, banyak berbuat salah selama menjalankan tugas, belum sepenuhnya

menjadi pemimpin yang baik. Selain itu apa yang diinginkan oleh

masyarakat selama ini belum tercapai, namun beliau berusaha agar apa

yang masyarakat inginkan tercapai.

Kemudian beliau juga mengapresiasi pelaksanaan Tradisi Nyalang

ini serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua lapisan

masyarakat yang sudah berpartisipasi dalam acara Nyalang. Beliau

berharap tradisi ini terus dilestarikan oleh semua dan tidak boleh

ditinggalkan, karena ini adalah salah satu warisan nenek moyang yang

harus dijaga bersama-sama.

58

Observasi pada tanggal 25 Mei 2020 pukul 09. 25 WIB

Page 71: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

59

Tidak lupa pula beliau mengingatkan kepada masyarakat mengenai

kesepakatan tanggal yang tepat untuk bercocok tanam, salah satunya

menanam padi. Dengan berbagai macam pertimbangan. Pertama,

penetapan pelaksanaan makan jantung, kedua yang mana di tahun 2020 ini

para petani banyak yang mengeluh, karena panen yang bersamaan

sehingga menyebabkan masyarakat tidak bisa tolong-menolong memanen

padi, hal ini disebabkan karena terlalu lama menyemai dan menanam padi.

Maka dibuatlah suatu kesepakatan supaya hal tersebut tidak terulang

lagi. Kedua yaitu cuaca, cuaca sangat berpengaruh pada saat menanam

padi, jika musim kemarau maka masyarakat tidak bisa menanam padi,

karena semuanya memerlukan air yang memadai. Oleh karena itu setelah

acara Nyalang selesai, maka barulah diadakan musyawarah. Hasil dari

musyawarah tersebut menetapkan pelaksanaan makan jantung di rumah

orang tua Kepala Desa dan penetapan tanggal bercocok tanam. Kemudian

masyarakat diminta mengumpulkan beras 2 kaleng susu, kelapa 1 buah

dan uang 5 ribu per KK. Uang tersebut digunakan untuk membeli kambing

dan bumbu-bumbu dapur.59

Ketiga, waktu pelaksanaan makan jantung, sebelum pelaksanaan

makan jantung, kambing harus dipotong terlebih dahulu ada ritual dalam

penyembelihan kambing untuk memberi sesaji yaitu masih melestarikan

budaya leluhur. Ada unsur gotong-royong, kebersamaan dan pengorbanan

di dalamnya. Dalam penyembelihan kambing ada pengecualiannya,

59

Observasi pada tanggal 25 Mei 2020 pukul 09.10 WIB

Page 72: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

60

kambing harus sehat, tidak sakit, tidak cacat. Mengapa harus kambing?

Dalam pemberian sesaji kepada roh penunggu dusun (makhluk ghaib)

tersebut hanya kambing yang menjadi permintaan dari roh tersebut.

Hal ini dapat disimak melalui hasil wawancara yang dilakukan.

“karena kambing itu mencari makan sehari-hari, kalau belum sampai

seratus macam rumput atau tumbuh-tumbuhan yang didapatkannya maka

kambing tersebut belum mau pulang ke kandang. Arti kata kambing

maksudnya kambing itu telah melewati, mengelilingi wilayah Desa

Sekeladi, berbagai tempat dan berbagai macam makanan rumput telah

didapatkan sehingga kambing tersebut telah melewati wilayah yang

dipercaya masyarakat (roh penunggu dusun), dan akan menimbulkan

reaksi yang tinggi kepada orang-orang yang memakan kambing

tersebut.”60

Kemudian kambing yang sudah disembelih tadi langsung diambil

dagingnya untuk memberikan sesaji kepada roh penunggu dusun (makhluk

ghaib), yaitu daging, hati, jantung, rabu, limpa perut dan buah punggung

semua itu diambil sedikit saja. Daging dan bahan-bahan tersebut di masak

dalam bambu, bumbu-bumbunya menggunakan cabe, bawang, lengkap

dengan santan kelapa 1 buah. Cangkir minuman terbuat dari bambu,

tempat nasi dari daun pisang manis serta gulai tersebut diletakkan di atas

nasi kemudian dimasukkan ke dalam nampan (talam), bahan-bahan

60

Adri, tetua adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi.

Wawancara pribadi, tanggal 2 Juni 2020 pukul 21.43 WIB

Page 73: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

61

tersebut kemudian di bawa ke tempat pemberian sesaji roh penunggu

dusun (makhluk ghaib). Sampai di tempat tersebut juru kunci bapak Adri

membakar kemenyan dengan menggunakan tunam (mayang kelapa),

setelah itu membacakan mantra untuk memanggil roh tersebut.

Adapun mantra yang dibacakan memanggil roh penunggu dusun

(makhluk ghaib) yaitu:

“Oi... nek datuk Berebah Besi yang diam di kepala dusun 3X

Jawab: kinilah nek aku berseru kepada kamu, himbau

bergesak-gesak himbau bergeso-geso, rokok yang tiga batang, sirih

yang tiga kapur aku datang mengumpan (memberi sesaji) kepada

kamu dengan nasi yang sesaji, air yang secangkir serta dengan gulai

setangkai daun kayu, kareno kamu yang menyincang, melatih tanah

ini dan kalau ada dahan yang menimpa kuduk (tengkuk), ranting

yang melenting mato, kalau ada cacar di laut, layo digunung, kalau

ada orang yang congkak, anianya kepada anak cucu kamu di dusun

ini minta ingat minta kabalo dari kamu karena kamu yang

menyincang melatih tanah ini”.

Sewaktu pemberian sesaji kepada roh tersebut, harus dipanggil

terlebih dahulu dengan menggunakan mantra di atas, maka datanglah

binatang sebagai pertanda sesaji itu telah di makan oleh roh. Setelah

selesai barulah masyarakat diperbolehkan menikmati daging kambing

tersebut.61

Apabila pemberian sesaji belum selesai maka tidak boleh satu orang

pun memakan daging yang sudah dipotong, baik itu dibakar, digoreng

ataupun di masak dengan cara yang lainnya. Setelah selesai pelaksanaan

61

Adri, tetua adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Jambi.

Wawancara pribadi, tanggal 2 Juni 2020 pukul 21.43 WIB

Page 74: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

62

penyerahan sesajen barulah masyarakat diperbolehkan memakan daging

kambing tersebut. Jika dari contoh di atas dilanggar baik yang punya

hajatan maupun masyarakat yang lainnya, maka akan ada akibat yang

harus diterima oleh masyarakat desa tersebut seperti: keserupan, kejang-

kejang, bicara tidak karuan dan ada juga yang dibawa oleh makhluk itu ke

semak-semak belukar.

Semenjak kejadian itu maka masyarakat merasa ketakutan jika

melanggar pantangan tersebut.62

Setelah pemberian sesaji selesai, barulah

dimulai acara makan jantung yang dihadiri oleh tuo tau, alim ulama,

cerdik pandai, kepala dusun, tetua adat, bilal, pemuda/i dan seluruh lapisan

masyarakat Desa Sekeladi. Tradisi makan jantung merupakan acara adat

dari rangkaian Bantai Adat atau pemotongan hewan kerbau pada awal

puasa .

Bantai Adat merupakan acara pemotongan kerbau, acara ini untuk

menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, dalam pembantaian ini

masyarakat diharuskan Sto (ikut serta ambil bagian) daging kerbau

tersebut, setelah pemotongan itu, jantung kerbau harus diserahkan dengan

Kepala Desa, untuk disimpan guna persiapan acara “makan jantung” pada

tanggal 3 Syawwal nanti selepas hari raya Idul Fitri. Oleh karena itu tidak

mungkin Kepala Desa menyimpan jantung kerbau selama satu bulan

mendatang di rumahnya, maka disedekahkan pada malam tanggal 1 puasa

62

Adri, Tetua Adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi, tanggal 2

Juni 2020 Pukul 09.43 WIB

Page 75: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

63

dan mengajak masyarakat Desa Sekeladi, untuk makan bersama-sama.

Sedekah ini dinamakan dengan (Sedekah Megang).

Adapun tujuan dari bantai adat adalah sebagai wujud kegembiraan

dapat bertemu kembali di bulan yang agung dan dapat menunaikan ibadah

puasa dengan baik serta sebagai persiapan untuk menghadapi bulan suci

Ramadhan. Definisi lain makan jantung adalah menyambung adat yang

dititipkan oleh nenek yang berempat yang merupakan nenek moyang Desa

Sekeladi. Jantung yang telah dititipkan dengan Kepala Desa, tadi diambil

kembali untuk disedekahkan pada acara hari ketiga perayaan Idul Fitri. 63

Sekalipun jantung kerbau tadi telah disedekahkan pada malam

tanggal 1 puasa Ramadhan yang lalu, namun harus diganti dengan simbol

jantung yang lain baik jantung kambing atau jantung biri-biri. Sebelum

penyembelihan hewan (kambing) harus dipastikan terlebih dahulu bahwa

hewan tersebut tidak cacat, tidak sakit ataupun penyakit-penyakit lainnya,

karena apabila hewan yang cacat atau sakit maka tidak boleh diberikan

kepada roh penunggu dusun (makhluk ghaib), intinya hewan yang

dipotong adalah hewan yang sehat. Tujuan dari makan jantung adalah

sebagai ajang silaturahim dan penutup acara hari Raya Idul Fitri serta

sebagai permohonan semoga Negeri aman, tentram dan damai.

Acara makan jantung sebenarnya harus dilaksanakan di rumah bapak

Kepala Desa, apabila istrinya memang asli orang Desa Sekeladi, namun

63

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25 WIB

Page 76: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

64

karena istri beliau orang luar, maka dilaksanakanlah tradisi makan jantung

tersebut di rumah orang tua bapak Kepala Desa. Siapa pun yang menjadi

Kepala Desa (Kades) maka harus siap memikul tanggung jawab,

contohnya bertanggung jawab menjaga Pseko (Pusako) yang merupakan

warisan dari nenek moyang dahulu, Pseko tersebut berisikan:

a. Buah padi sebesar buah kelapa

b. Uang logam

c. Ikat kepala berwarna merah putih (Tanjak).64

Barang-barang tersebut sebagai salah satu bukti warisan yang

ditinggalkan oleh nenek moyang Desa Sekeladi, yang dijaga oleh

masyarakat saat sekarang. Kemudian ruangan rumah tersebut dihiasi

dengan berbagai macam daun dari tumbuh-tumbuhan makanan pokok dan

buah-buahan seperti: padi, daun durian, daun sirsak, daun jambu, daun

kopi , mangga, duku dan lai-lain.

Daun-daun tersebut tak kalah penting disediakan supaya tumbuhan

yang diambil daunnya akan berbuah lebat, bersih dan juga sehat dari

penyakit. Sesuatu yang tidak pernah ditinggalkan adalah beras kuning,

pada akhir pembacaan Khutbah Negri, para ibu-ibu melemparkan

(menyiramkan) beras tersebut ke tengah-tengah ruangan rumah, kemudian

masyarakat langsung berebutan mengambil beras kuning atau disebut

dengan ”beras keberkahan” untuk diberikan kepada pakan ternak, seperti:

64

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kec. Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25 WIB

Page 77: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

65

kerbau, kambing dan ayam agar hewan-hewan tersebut dapat berkembang

biak dengan baik.65

Menurut Nenek Mariam, salah satu masyarakat Desa Sekeladi

yang sekian lama mendiami desa tersebut, mengatakan bahwa Desa

Sekeladi termasuk desa yang aman karena Desa itu mempunyai Nenek

Moyang dalam istilahnya “Nenek Puyang” yang selalu melindungi

masyarakat. Sebenarnya nenek tersebut sudah ratusan tahun meninggal

dunia yang tersisa hanya kuburannya saja akan tetapi masyarakat tetap

percaya bahwa nenek itu selalu ada dan menjaga anak cucu mereka atau

warga masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

Di Desa Sekeladi, keyakinan terhadap hal-hal ghaib masih sangat

kental sehingga sulit untuk ditinggalkan oleh masyarakatnya. Salah satu

contoh yang menunjukan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal ghaib

adalah tradisi memberi sesaji kepada roh penunggu dusun (makhluk

ghaib).66

Hal ini sejalan dengan pandangan Syahrial Syarbaini Rusdianta,

yang mengatakan bahwa tindakan tradisional merupakan tindakan sosial

yang berorientasi pada tradisi masyarakat. Tindakan tradisional ini juga

merupakan suatu kebiasaan yang berkembang pada masa lampau di dalam

masyarakat. Tradisi dalam pengertian ini merupakan sesuatu yang

dilakukan secara berulang-ulang dari nenek moyang terdahulu hingga

65

Nenek Mariam salah satu masyarakat Desa Sekeladi yang sekian lama mendiami Desa

tersebut. Wawancara pribadi tanggal 29 Mei 2020 hari jum’at pukul 10.24 WIB 66

Nenek Mariam, Masyarakat setempat yang lama tinggal di Desa Sekeladi. Wawancara

Pribadi, pada tanggal 29 Mei 2020 hari Jum’at pukul 10.24 WIB

Page 78: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

66

sekarang, yang berlandaskan pada hukum-hukum normatif yang telah

ditetapkan secara tegas.67

C. Nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi makan jantung

a. Nilai agama

Berdasarkan pemaknaan nilai agama yang dipaparkan oleh

Makmum Aviv, yang mengatakan bahwa nilai agama merupakan

panduan bagi manusia untuk melakukan yang sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad untuk kita ikuti. Nilai agama inilah yang menjadi tolak

ukur bagi manusia untuk melakukan perbuatannya sehari-hari.

Sejatinya sebagai manusia kita harus tetap pada koridor keagamaan

meskipun terkadang kita sering berbuat salah. 68

Hal di atas sejalan dengan pandangan Sindung Haryanto, yang

mengatakan bahwa nilai agama merupakan pendorong bagi manusia

untuk berbuat baik terhadap sesamanya keyakinan akan kemahakuasaan

Tuhan disertai kepercayaan bahwa wahyu yang diturunkan Tuhan

merupakan sumber kebaikan. Hal ini menjadi panduan bagi tingkah

laku manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.69

67

Syahrial Syarbaini Rusdianta, Dasar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 37. 68

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 20 Mei 2020 hari rabu pukul 13. 30 WIB 69

Sindung Haryanto, Sosiologi Agama dari Klasik Hingga Post Modern (Yogyakarta: Ar-ruzz

Media, 2015), 23.

Page 79: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

67

b. Nilai budaya

Berdasakan definisi nilai budaya yang dipaparkan oleh

Makmum Aviv, diketahui bahwa nilai budaya adalah sesuatu yang

terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan sangat penting serta

berkualitas bagi para penganutnya di dalam masyarakat. Nilai gotong-

royong, nilai tenggang rasa, nilai kebersamaan dan nilai tolong-

menolong merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat dalam pelaksanaan makan jantung. Hal di atas tidak kalah

penting karena apabila dikerjakan bersama-sama pekerjaan akan terasa

ringan. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup

sendiri tanpa bantuan, tanpa berinteraksi dengan orang lain.

Seperti saat musyawarah masyarakat saling mengingatkan,

saling membantu, menyiapkan perlengkapan masak, menyiapkan

bumbu-bumbu dapur dan menghias ruangan rumah. Semua pekerjaan

dilakukan oleh semua masyarakat baik pemuda/i demi kelancaran acara

makan jantung, sampai dengan selesai. Tidak ada perbedaan karena

perbedaan itu lebur masyarakat berkumpul menjadi satu.70

Hal ini juga

sejalan dengan pendapat Elly M Setiadi & Usman, yang menyatakan

bahwa nilai sosial merupakan sesuatu yang abstrak atau tampak yang

bersifat umum dan sangat penting dan bernilai bagi kehidupan

70

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 20 Mei 2020 hari rabu pukul 13. 30 WIB

Page 80: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

68

masyarakat. Nilai tersebut menjadi pedoman dalam bertingkah laku

sebagian besar bagi masyarakat.71

d. Nilai persaudaraan

Merupakan salah satu bentuk menjalin hubungan silaturahim

antar sesama manusia, hal ini tak kalah penting dilakukan oleh setiap

umat, baik itu dekat maupun jauh karena bagaimana pun kita semua

adalah bersaudara. Menjalin silaturahim sangat penting sebagai ajang

mempererat hubungan antar sesama. Dengan saling berkunjung

(Nyalang) ke rumah-rumah pegawai Syara’, bapak Kepala Desa dan

lain-lain.

Penjelasan tersebut senada dengan pandangan Jannes Alaexander

Uhi, yang menyatakan bahwa persaudaraan merupakan terjalinnya

relasi antara manusia satu dengan yang lain. Manusia hanya dapat

mengembangkan dirinya dalam hidup bermasyarakat. Artinya manusia

tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Manusia harus

sadar bahwa keterlibatan antar sesama manusia akan membuat manusia

menemukan kebahagiaan yang terus meningkat dengan orang lain.72

71

Elly M Setiadi & Usman Kholip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial dan Pemecahannya, 127-128. 72

Jannes Alexander Uhi, Filsafat Kebudayaan Konstruksi pemikiran Cornolis Anthonievan

Peursen dan Catatan Reflektifnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 120-121.

Page 81: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

69

e. Nilai mistik

Memberi sesaji kepada roh penunggu dusun (makhluk ghaib)

merupakan suatu acara ritual adat memberikan sesaji kepada roh

penunggu dusun, dengan menggunakan mantra-mantra seperti yang

sudah dipaparkan di atas. Pemberian sesaji ini diyakini masyarakat

sebagai titipan dari nenek moyang yang berempat, yang merupakan

nenek moyang Desa Sekeladi, keyakinan ini didorong atas kekuatan

yang berada di luar diri manusia.73

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cecep Sumama, yang

mengatakan bahwa nilai mistik merupakan keyakinan yang didorong

atas adanya kekuatan yang luar biasa di luar diri manusia itu sendiri

yang sulit diukur, sulit diempiriskan dan sulit dirasionalkan. Kemudian

nilai mistik dibagi menjadi dua. Pertama, misitik pada umumnya tanpa

kekuatan tertentu dalam kajian agama. Kedua yaitu mistik yang

mendorong kekuatan tertentu untuk mencapai tujuanya dalam bentuk,

doa, mantra-mantra, jampi-jampi dan jimat. Memberi sesaji tersebut

termasuk ke dalam kategori kedua karena menggunakan mantra-mantra

sebagai bentuk wujud kekuatan yang berada di luar dirinya.74

73

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 20 Mei 2020 hari rabu pukul 13. 30 WIB

74

Cecep Sumama, Filsafat Pengetahuan (Bandung: PT Rosdakarya, 2016), 53-55.

Page 82: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

70

D. Akulturasi Islam dan Adat dalam Tradisi Makan Jantung

Masyarakat sekeladi, mayoritas beragama Islam dan sangat

menjunjung tinggi budaya lokal serta adat-istiadat yang berlaku.

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan,

diketahui bahwa tradisi makan jantung telah lama dipraktekkan oleh

masyarakat Desa Sekeladi, jauh sebelum Islam datang. Kedatangan Islam

tidak serta merta menghilangkan tradisi makan jantung tersebut, namun

memperkaya tradisi tersebut dengan unsur-unsur keislaman.

Seperti pelaksanaannya bersamaan dengan perayaan Idul Fitri,

kemudian adanya Khutbah keagamaan, pembacaan do’a dan lain-lain yang

bernuansa Islam. Hal ini sejalan dengan pandangan Kastolani dan Yusof,

yang mengatakan bahwa perpaduan antara Islam dan budaya lokal

memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam Islam sendiri

terdapat nilai umum dan absolut sepanjang masa.75

Sebelum kedatangan Islam di Nusantara, Islam sudah memiliki

corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha serta

tradisi-tradisi sosial kemasyarakatan. Semua itu tidak terlepas dari

pengaruh sebelumnya, yaitu kebudayaan nenek moyang. Salah satunya

adalah makan jantung di Desa Sekeladi, yang memiliki nilai-nilai Islami di

dalamnya. Oleh karena itu tidak mengherankan lagi jika budaya lokal

75

Kastolani & Abdullah Yusof, “ Relasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Tentang Nyadran di

Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”, Kontemplasi, Vol. 04, No. 01 (2016):

52.

Page 83: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

71

bernuansa Islam sampai sekarang masih bergandengan dan eksis di

tengah-tengah masyarakat, sepanjang budaya atau tradisi tersebut tidak

bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Budaya lokal yang bernuansa

Islam memang memiliki ciri khas tersendiri tanpa mengubah sistem adat

yang berlaku.

Keduanya merupakan proses timbal-balik yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sehingga Islam dan adat tidak bisa berdiri

sendiri mereka memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan. Sebagai

corak Islam bernuansa lokal, yang tidak hanya ditemukan di Masjid-

masjid namun sebaliknya Islam juga dapat ditemukan pada ritual-ritual

adat. Berdasarkan penjelasan di atas, antara Islam dan adat mempunyai

hubungan yang erat antara satu sama lain yang tidak bisa dipungkiri lagi.

Salah satunya tradisi makan jantung adalah bentuk adanya perpaduan

antara Islam dan budaya lokal. Budaya tersebut masih awet dengan ciri

khas lama meskipun hadirnya Islam tidak mengubah adat tersebut

sebaliknya terjadi perpaduan kebudayaan. 76

Islam dan budaya lokal dengan kata lain tidak ada lagi jurang

pemisah, melainkan telah menyatu seperti mata uang yang sama. Kedua

budaya itu disebutkan dengan budaya asli Desa Sekeladi, dengan budaya

ajaran Islam, yang tidak bisa dihindari lagi bahwa sejak berabad-abad

lamanya hukum adat atau yang sering disebut dengan adat-istiadat

merupakan peraturan dan nilai-nilai yang telah tumbuh dan berurat akar di

76

Observasi tanggal 26 Mei 2020 pukul 10. 45 WIB

Page 84: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

72

dalam kehidupan masyarakat sekeladi, sehingga adat tersebut tidak bisa

dihilangkan atau ditiggalkan. Hal ini sejalan dengan pandangan

Koentjraningrat, yang mengatakan bahwa perpaduan merupakan

bertemunya kebudayaan asli dengan kebudayaan luar atau asing. Sehingga

cepat atau pun lambat akan diterima dan dioleh ke dalam kebudayaan

setempat tanpa menghilangkan keaslian budaya tersebut.

Islam berusaha membuka diri dengan budaya lokal, pada akhirnya

membentuk budaya baru yang unik di dalam masyarakat yang telah

berakulturasi. Karena Islam tidak pernah menganggap bahwa ras dan

etnik lain rendah, namun Islam mengakui bahwa ras dan budaya setempat

merupakan anugrah dari Allah Swt, yang harus dijaga oleh setiap umat

selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran yang diturunkan

oleh Allah Swt.77

77

Makmum Aviv, Tokoh Masyarakat Desa Sekeladi Kec. Batang Asai Kab. Sarolangun.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 20 Mei 2020 hari rabu pukul 13. 30 WIB

Page 85: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Desa Sekeladi

Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun Jambi, mengenai

Akulturasi Islam dan Adat dalam tradisi makan jantung, dapat ditarik

suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tradisi makan jantung di Desa Sekeladi Kecamatan Batang

Asai Kabupaten Sarolangun Jambi, merupakan acara dari rangkaian

bantai adat, yang bertujuan sebagai penutup acara hari Raya Idul Fitri.

Bantai adat adalah acara memotong kerbau untuk menyambut

datangnya bulan suci Ramadhan, yang bertujuan sebagai wujud

kegembiraan dapat bertemu kembali dengan bulan yang agung dan

sebagai persiapan bagi masyarakat untuk menghadap bulan puasa serta

untuk menghormati nenek moyang Desa Sekeladi.

2. Terdapat beberapa nilai yang ada di dalam tradisi makan jantung, selain

diawali dengan Bantai Adat (pemotongan kerbau) pada beberapa hari

menjelang puasa juga dilaksanakan pada perayaan Idul fitri. Kemudian

terdapat Khutbah keagamaan yang menjelaskan tentang membayar

Zakat, Puasa Sunnah Syawal dan do’a. Kemudian adanya nilai-nilai

persaudaraan yang merupakan salah satu ajang bagi masyarakat

Page 86: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

74

menjalin hubungan silaturahim dan nilai-nilai lainnya yang masih

dipertahankan oleh masyarakat Desa Sekeladi.

3. Akulturasi Islam dan adat di dalam tradisi makan jantung, diketahui

bahwa tradisi tersebut telah dilakukan oleh masyarakat Desa Sekeladi,

jauh sebelum datangnya Islam. Kedatangan Islam tidak membuat tradisi

tersebut hilang namun memperkayanya dengan unsur-unsur keislaman

dengan berbagai perayaan yang dilakukan, tepatnya seperti perayaan

Idul Fitri. Perpaduan antara Islam dan adat dapat dijumpai pada

pemotongan kerbau pada awal bulan puasa Ramadhan dan dilaksanakan

pada perayaan Idul Fitri. Kemudian adanya Khutbah Keagamaan dan

ditutup dengan do’a.

B. Saran

Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang perlu

disampaikan oleh peneliti sebagai salah satu bahan pertimbangan. Adapun

bentuk saran menurut peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi bapak Kepala Desa, diharapkan untuk terus mengajak

masyarakat berpartisipasi pada acara makan jantung, sehingga tradisi

ini tetap eksis dan dapat diikuti oleh generasi-generasi berikutnya.

2. Untuk bapak Rusniyanto sebagai Tokoh Agama di Desa Sekeladi

perlu diperhatikan tradisi makan jantung agar bersih dari Tahayyul,

Bid’ah dan juga Kurafat .

3. Diharapkan tradisi ini tidak memberatkan sanak keluarga yang

merantau, karena tradisi tersebut dilaksanakan pada hari ketiga

Page 87: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

75

lebaran. Barang kali ada sanak keluarga yang ingin pulang ke tempat

kerja atau lainnya.

4. Untuk seluruh lapisan masyarakat dan sekitarnya agar dapat bekerja

sama dalam melestarikan tradisi makan jantung.

5. Kemudian untuk penulisan Khutbah Negri, sebaiknya diperbaiki lagi,

supaya lebih rapi dan teratur.

6. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan sumbangsih mengenai

perkembangan ilmu pengetahuan tentunya dibidang tradisi lokal.

Page 88: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Buku

Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara,

2002.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006.

Fathoni, Abdurrahman. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2006.

Hanani, Silfia. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bukittinggi: IAIN Bukittinggi, 2019.

...................... Menggali Interelasi Sosiologi dan Agama. Bandung: Humaniora,

2011.

Haryanto, Sindung. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga PostModern.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2015.

Hasan, Wahid, Abdul. Islam Dinamisme Islam Harmonisme. Yogyakarta: PT

LkiS Printing Cemerlang, 2011.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2005.

Januar. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bukittinggi: IAIN Bukittinggi, 2014.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Mubaraq, Zulfi. Sosiologi Agama. UIN: Maliki Press, 2010.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007.

Muri, Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Gabungan.

Jakarta: Kencana, 2014.

Navis, A.A. Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.

Jakarta: Graffiti Pers, 1984.

Nata, Abuddin. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2014.

Page 89: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Nasution, Albani, Syukri, Muhammad. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2015.

Oetojo, Boedhi, Dkk. Teori Sosiologi Klasik. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.

Rusdianta, Syarbaini, Sahrial. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009.

Sayidah, Nur. Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya

Dalam Penelitian. Siduarjo: Zifatama Jawara, 2018.

Sumarna, Cecep. Filsafat Pengetahuan. Bandung: PT Rosdakarya, 2016.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.

.............. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Setiadi, M. Elly & Kholip Usman. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana, 2011.

Setiawan, Johan & Anggito Albi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV

Jejak, 2018.

Thabara, Fahim. Sosiologi Agama. Malang: Madani, 2016.

Uhi, Alexander, Jannes. Filsafat Kebudayaan Kontruksi Pemikiran Cornolis

Anthonie van Peursen dan Catatan Reflektifnya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2016.

Usman, Sunyoto. Sosiologi Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012.

Zaprulkhan. Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik. Jakarta: PT Rajawali Pers,

2014.

Jurnal

Alhusni. ”Tradisi Bebantai Menyambut Bulan Ramadhan dalam Masyarakat

Merangin Jambi”, Kontekstualita, Vol. 29, No.01 (2014), 1-10.

Armansyah, Yudi. “Kontribusi Seloko Adat Jambi dalam Penguatan Demokrasi

Lokal”, Sosial Budaya, Vol. 14, No. 1 (2017), 1-13.

Page 90: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Buhori. “Islam dan Tradisi Lokal di Nusantara: Telaah Kritis Terhadap Pelet

Betteng Pada Masyarakat Madura Dalam Perspektif Islam”, Al-Maslahah,

Vol. 13, No. 02 (2017), 1-24.

Defrianti, Denny & Fatonah, Supian. “Eksistensi dan Penerapan Hukum Adat Melayu di Kota Jambi”, Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 02, No. 02

(2018), 1-24.

Wekke, Suardi, Ismail. “Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan Agama

dalam Masyarakat Bugis”, Analisis. Vol. XIII, No.01 (2013), 1-30.

Yusof, Abdullah & Kastolani. “Relasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Tentang

Nyadran di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”, Kontemplasi, Vol. 04, No. 01 (2016), 1-24.

Data Wawancara

Adri. Tetua Adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi,

pada tanggal 7 Februari 2020 hari sabtu Pukul 10.30 WIB.

.......Tetua Adat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai. Wawancara Pribadi,

tanggal 2 Juni 2020 pukul 09.43 WIB.

Makmum, Aviv. Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 5 Februari 2020 hari kamis pukul 09.25

WIB.

.............................Tokoh Masyarakat di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 13.30 WIB.

Mariam. Masyarakat setempat yang tinggal di Desa Sekeladi. Wawancara

Pribadi, pada tanggal 29 Mei 2020 pukul 10.24 WIB.

Rusniyanto. Tokoh Agama di Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai.

Wawancara Pribadi, pada tanggal 7 Februari 2020 hari sabtu pukul 09.59

WIB.

Observasi pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 13.30 WIB.

Observasi pada tanggal 25 Mei 2020 pukul 09.00 WIB.

Observasi pada tanggal 26 Mei 2020 pukul 10.45 WIB.

Page 91: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Siti, Sanibal. Masyarakat Desa Sekeladi Kecamatan Batang Asai, Kabupaten

Sarolangun Jambi. Wawancara Pribadi,tanggal 29 Mei 2020 pukul 20.36

WIB.

Data sekretaris Desa Sekeladi 6 April 2019

Page 92: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Lampiran-lampiran

Gambar. 1

Pemotongan kerbau pada beberapa hari menjelang puasa yang dilakukan di

Sungai Tangkoi Desa Sekeladi

Gambar. 2

Masyarakat Sto (Ambil bagian daging kerbau) yang sudah dibagi-bagi secara

merata.

Page 93: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Gambar. 3

Wawancara dengan Nenek Mariam, salah satu masyarakat Desa Sekeladi, yang

telah lama tinggal di desa tersebut.

Gambar. 4

Wawancara dengan Tetua Adat bapak Adri, orang yang dipercaya memberi sesaji

kepada Roh penunggu dusun (makhluk ghaib)

Page 94: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Gambar. 5

Wawancara penulis dengan Nenek Siti Sanibal, salah satu masyarakat Desa

Sekeladi, yang masih hidup dari zaman penjajahan Belanda.

Gambar. 6

Suasana Nyalang di kuburan yang dihadiri oleh masyarakat setempat Desa

Sekeladi.

Page 95: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Gambar.7

Acara pembacaan “Khutbah Negri” pada acara makan jantung hari ke 3 Idul

Fitri.

Gambar. 8

Masyarakat sedang mengambil beras kuning (beras keberkahan), setelah

pembacaan Khutbah Negri pada acara makan jantung di rumah orang tua Kepala

Desa.

Page 96: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Gambar. 9

Pemotongan kambing sebagai pengganti jantung kerbau yang sudah dipotong

pada awal puasa. Untuk disedakahkan pada acara makan jantung.

Gambar. 10

Sesaji untuk diberikan pada Roh penunggu dusun (makhluk ghaib) yang belum

dilengkapi dengan sambal.

Page 97: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

Gambar. 11

Lembaran-lembaran “Khutbah Negri”

Page 98: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 99: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 100: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 101: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 102: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 103: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 104: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …
Page 105: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Meriska

Nim : 4616058

Tempat/ Tanggal Lahir : Desa Sekeladi 08 Agustus 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat : Desa Sekeladi, Kecamatan Batang Asai,

Kabupaten Sarolangun Jambi.

No. Hp : 082375889590

B. Data Pendidikan

a. SDN. NO 19/VII Batu Empang 1

b. SMP N Satu Atap 3 Sarolangun

c. MA Jauharussa’adah Sungai Baung

d. IAIN Bukittinggi Jurusan Sosiologi Agama

C. Pengalaman Organisasi

a. Anggota Persatuan Mahasiswa Jambi (PMJ)

b. Panitia Kegiatan Kemah Bakti Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama

2017

D. Motto

“Niat, do’a dan berusaha adalah jalan menjadi seseorang yang berilmu”

Page 106: AKULTURASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI “MAKAN …