Aku Memberanikan Diri

2
Aku memberanikan diri, menggerakkan telunjuk, jari tengah, baik tangan kanan dan kiri untuk memberitahumu tentang kata-kata yang ramah. Keramahan ini, mungkin sering dikesampingkan, karena tidak mampu mengeluarkan biji-biji padi yang telah tergiling, dikeringkan, dan siap ditanak. Kata-kata tersebut bukan ditulis dengan gemulai laiknya kaligrafi, tapi muncul di atas papan yang tersusun dari pixel-pixel digital, hasil pemprosesan kode biner. Aku bukan seorang pintar yang mampu menangkap skema besar atau gambaran meta tentang gambaran dunia sebesar 180 derajat di depan mata. Objek yang aku tangkap hanyalah gerak samar bayangan yang disorot oleh dewi malam. Suara yang berbisik, pun, lamat-lamat harus didengar dengan menutup telinga sebelah kanan. Semata-mata agar irama yang ada di udara dapat terekam dengan baik dalam 1300cc volume otak. Aku ingin bercerita dengan lugas, lepas dari kalimat-kalimat puitis nan romantis ala nyanyian melayu. Namun, apakah cara penyampaian langsung yang demikian dapat menggaet kepalamu agar tidak menoleh ke arah yang tidak bisa kupandang? Teng tong teng tong, bunyi dari jam bulat yang terpaku di atas loket penjualan karcis. Dia datang mendekat dengan membawa tas yang terpanggul di bahu sebelah kanan. Selempang tas tersebut ternyata putus jahitannya, mungkin saja tak sengaja terpaut dan ditarik tanpa sengaja di dalam keramaian stasiun. Oh, lepas dari itu, penampilannya sangat lusuh dengan lipatan-lipatan lengan blouse yang digulung secara semrawut. Tetapi apakah kau akan memperhatikan itu ketika pemakai blouse tersebut menyipitkan mata yang kutahu dalam kesehariannya selalu bulat penuh dan memancarkan sinar ramah? Kantung mata yang berwarna sedikit gelap pun terlihat menggantung, padahal pada pertemuan sebelumnya tidak tampak. Bibirnya yang tipis segaris juga terbuka dan mempertunjukkan gigi-gigi sebesar biji timun berbaris rapi. Bentuk wajah yang tirus itu kini agak sedikit bulat dibalut kerudung polos berwarna hijau toska. Aku menebak, membulatnya wajah perempuan berkerudung itu bukan karena bertambah berat badan, hanya disebabkan oleh kuping mungilnya yang lebar. Tulang pipinya yang tergantung tinggi di wajah tersebut sekejap menghilangkan kesan bulat yang barusan kutangkap. Kau tahu,

description

adh

Transcript of Aku Memberanikan Diri

Aku memberanikan diri, menggerakkan telunjuk, jari tengah, baik tangan kanan dan kiri untuk memberitahumu tentang kata-kata yang ramah. Keramahan ini, mungkin sering dikesampingkan, karena tidak mampu mengeluarkan biji-biji padi yang telah tergiling, dikeringkan, dan siap ditanak. Kata-kata tersebut bukan ditulis dengan gemulai laiknya kaligrafi, tapi muncul di atas papan yang tersusun dari pixel-pixel digital, hasil pemprosesan kode biner.Aku bukan seorang pintar yang mampu menangkap skema besar atau gambaran meta tentang gambaran dunia sebesar 180 derajat di depan mata. Objek yang aku tangkap hanyalah gerak samar bayangan yang disorot oleh dewi malam. Suara yang berbisik, pun, lamat-lamat harus didengar dengan menutup telinga sebelah kanan. Semata-mata agar irama yang ada di udara dapat terekam dengan baik dalam 1300cc volume otak.Aku ingin bercerita dengan lugas, lepas dari kalimat-kalimat puitis nan romantis ala nyanyian melayu. Namun, apakah cara penyampaian langsung yang demikian dapat menggaet kepalamu agar tidak menoleh ke arah yang tidak bisa kupandang?Teng tong teng tong, bunyi dari jam bulat yang terpaku di atas loket penjualan karcis. Dia datang mendekat dengan membawa tas yang terpanggul di bahu sebelah kanan. Selempang tas tersebut ternyata putus jahitannya, mungkin saja tak sengaja terpaut dan ditarik tanpa sengaja di dalam keramaian stasiun. Oh, lepas dari itu, penampilannya sangat lusuh dengan lipatan-lipatan lengan blouse yang digulung secara semrawut.Tetapi apakah kau akan memperhatikan itu ketika pemakai blouse tersebut menyipitkan mata yang kutahu dalam kesehariannya selalu bulat penuh dan memancarkan sinar ramah? Kantung mata yang berwarna sedikit gelap pun terlihat menggantung, padahal pada pertemuan sebelumnya tidak tampak. Bibirnya yang tipis segaris juga terbuka dan mempertunjukkan gigi-gigi sebesar biji timun berbaris rapi. Bentuk wajah yang tirus itu kini agak sedikit bulat dibalut kerudung polos berwarna hijau toska. Aku menebak, membulatnya wajah perempuan berkerudung itu bukan karena bertambah berat badan, hanya disebabkan oleh kuping mungilnya yang lebar. Tulang pipinya yang tergantung tinggi di wajah tersebut sekejap menghilangkan kesan bulat yang barusan kutangkap. Kau tahu, aku harus bergegas menghampirinya karena dia sudah meneriakkan namaku beberapa kali di awal pertemuan itu. Dia kini bercakap untuk pamitan dengan orang di sebelahnya.Aku menunggu dengan santai, meski hujan mulai mengguyur di luar stasiun. Ia mendekat dan melambaikan tangan kanannya yang lentik, kau akan langsung tahu kalau perempuan ini adalah seorang penari karena lambaiannya tak biasa. Ujung jari telunjuk dan jempolnya menyatu hampir membentuk lingkaran sementara tiga jari lainnya dibiarkan menggemulai.