AKTUALISASI PEMIMPIN SEBAGAI FASILITATOR PELAYANAN SKCK GUNA MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK YANG...
-
Upload
andhika-wsers -
Category
Documents
-
view
690 -
download
0
Transcript of AKTUALISASI PEMIMPIN SEBAGAI FASILITATOR PELAYANAN SKCK GUNA MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK YANG...
1
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRISEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
TOPIK
ETIKA KEPEMIMPINAN POLRI DAN MIND SET POLRI
JUDUL
AKTUALISASI PEMIMPIN SEBAGAI FASILITATOR PELAYANAN SKCK
GUNA MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK YANG RESPONSIF
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dinamika kehidupan bermasyarakat dewasa ini mengalami perubahan
yang sangat cepat sehingga perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan
yang berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan. Diantaranya,
diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan acuan
perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan
UUD 1945 dan dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan
sesuai dengan harapan dan tujuan nasional. Dengan mempertimbangkan hal di
atas, dibutuhkan pelayanan publik yang lebih baik pada seluruh bidang sehingga
dapat mewujudkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah termasuk Polri.
Kapolri Jenderal Pol. Drs. Timur Pradopo telah mengeluarkan
kebijakannya yaitu revitalisasi Polri menuju pelayanan prima guna meningkatkan
kepercayaan masyarakat.1 Revitalisasi mengandung arti menjadikan sesuatu
menjadi vital, bermanfaat atau penting kembali dengan memberikan sentuhan-
sentuhan baru. Revitalisasi dalam tubuh polri sebagai langkah untuk
menghidupkan, membangun, dan memberdayakan kembali nilai-nilai kemampuan
yang telah dimiliki oleh Polri disegala bidang, yang selama ini belum dapat
diwujudkan secara maksimal dalam menghadapi tantangan tugas Polri. Salah satu
program prioritas dalam kebijakan tersebut adalah perubahan budaya Polri
dengan memacu perubahan cara pandang (mind set) dan sikap perilaku (culture
set). Perubahan cara pandang (mind set) yang tercantum dalam perumusan misi
Polri salah satunya dalam bentuk pemberian perlindungan, pengayoman dan
1 Pedoman Penjabaran Kebijakan Kapolri
2
pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif. Pembenahan pada
pelayanan publik menjadi prioritas karena berbagai penelitian serta banyaknya
pengaduan masyarakat yang ditujukan pada institusi Polri maupun lembaga
pengawas eksternal (Kompolnas, Komnas HAM, dll), mengindikasikan bahwa
secara organisatoris Polri kurang efektif dalam menjalankan misinya dimana
masih ada oknum anggota Polri yang menunjukkan perilaku negatif dalam
pemberian layanan diantaranya penyalahgunaan kekuasaan (pemerasan/pungli)
dan rendahnya kualitas penyajian layanan (diskriminasi, arogan, tidak sopan, dan
lamban).2
Dengan pembenahan pelayanan publik secara responsif menuju pelayanan
prima, pemimpin satuan kewilayahan sudah seharusnya melakukan suatu
terobosan kreatif yang ditunjang dengan etika kepemimpinan sehingga apa yang
sudah digariskan pimpinan Polri dan menjadi komitmen bersama dapat
diwujudkan. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu berperan sebagai
fasilitator anak buah dalam pelayanan masyarakat, saling menghormati antara
atasan dan bawahan, tidak melampaui wewenang hukum serta menghindari
mengabaikan sistem administrasi dan manajemen yang berlaku.3 Perilaku inilah
yang dapat mempengaruhi orang lain dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
Diharapkan dengan mengaktualkan pemimpin sebagai fasilitator dalam pelayanan
SKCK, pelayanan prima dalam penerbitan SKCK dapat terwujud sesuai
pentahapan waktu dari kebijakan Kapolri.
2. Permasalahan
Dalam penulisan ini, permasalahan yang diangkat adalah “Bagaimana
mengaktualkan pemimpin sebagai fasilitator pelayanan SKCK guna memberikan
pelayanan publik yang responsif dalam rangka mewujudkan kepercayaan
masyarakat”.
3. Persoalan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pokok-pokok persoalan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peran pemimpin dalam pelayanan SKCK?
b. Bagaimana mekanisme pengelolaan pelayanan SKCK?
2 Farouk Muhammad, Menuju Reformasi Polri, PTIK Pres, Jakarta, 2003, hal. 136.
3 Paulus Purwoko, Hanjar Kepemimpinan
3
4. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan ini dibatasi pada upaya Polresta “X”
dalam mengaktualkan pemimpin sebagai fasilitator pelayanan SKCK dengan
memberikan pelayanan publik yang responsif guna terwujudnya kepercayaan
masyarakat.
II. PEMBAHASAN
5. Fakta-fakta
a. Peran pemimpin
Pada aspek peran pemimpin, terlihat beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian khusus, antara lain:
1) Kurang mengarahkan atau meyakinkan anggota dalam hal pencapaian
target terutama pada unit-unit pelayanan masyarakat.
2) Kurang menempatkan diri sebagai agen perubahan di lingkungan
kerjanya, sehingga cenderung mengharapkan anggota berubah, namun
tidak diimbangi dengan perubahan pada diri sendiri, khususnya dalam
hal memacu layanan SKCK yang lebih baik.
3) Kurang memanfaatkan sarana komunikasi yang tersedia, baik
kepada masyarakat, anggota, maupun media dalam hal penyampaian
visi dan misi di bidang pelayanan.
4) Belum memposisikan diri sebagai pemandu, orang yang lebih banyak
mengetahui tentang suatu bidang tugas dalam hal ini terkait layanan
SKCK.
b. Mekanisme pelayanan SKCK
1) Sumber daya
a) Sumber daya manusia
Jumlah personel sat Intelkam cukup memadai, yaitu 123
orang, jauh di atas DSPP yang berjumlah 80 orang. Dari 80
orang untuk petugas layanan SKCK sebanyak 4 orang. Dilihat
dari segi pengetahuan, 69 orang diantaranya atau sekitar 56%
sudah pernah mengikuti berbagai pendidikan kejuruan dan
sisanya belum (termasuk petugas pelayanan SKCK). Dari segi
ketrampilan seluruh personel sat intelkam dapat mengoperasikan
4
computer. Dan dari segi sikap dan perilaku masih ditemukan
petugas pelayanan SKCK yang: kurang ramah dan sopan, sedikit
arogan, serta belum responsif,
b) Anggaran
Sejak tahun 2011, layanan SKCK mendapat anggaran
dari PNBP sebesar Rp. 312.000/bulan (ATK), Rp. 100.000/bulan
(honorarium bendahara penerima), dan Rp. 200.000/bulan
(honorarium pelaksana). Jumlah tersebut relatif belum memadai
dibandingkan rata-rata pemasukan sebesar Rp. 7.730.000 per
bulan.
c) Sarana dan prasarana
Untuk mendukung kegiatan layanan SKCK, hanya ada 1
(satu) unit komputer dan printer, sehingga terlihat tidak efektif
dan menjadi salah satu penyebab antrian yang seharusnya bisa
dieliminir.
2) Sistem dan metode
Pembagian tugas terlihat belum jelas, siapa petugas yang
berperan sebagai customer service dan siapa sebagai pelaksana
produksi / pembuat SKCK. Sistem pelayanan SKCK mengacu pada
surat keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/816/IX/2003 tanggal 17
September 2003, dimana persyaratan pembuatan SKCK adalah sebagai
berikut:
a) SKCK baru: surat keterangan dari ketua RT (disahkan Lurah dan
Camat), copy KTP/KK/Paspor, sidik jari, mengisi formulir, pas
photo berwarna.
b) SKCK perpanjangan: surat keterangan dari ketua RT (disahkan
Lurah dan Camat), copy KTP / KK / Paspor, SKCK yang lama,
pas photo berwarna.
Sedangkan metode pelayanan SKCK dimulai dari pemohon yang
datang ke loket pendaftaran, pengecekan berkas persyaratan (copy
KTP, KK, akte kelahiran, dan pas photo), pengisian formulir
pertanyaan, pengambilan sidik jari (pada sat reskrim), pengembalian
berkas ke loket, penelitian berkas, dilanjutkan pada proses pembuatan.
Penerbitan SKCK dilaksanakan dengan mekanisme :
5
a) Pemohon yang mengajukan dari pukul 08.00 s.d 12.00 wita,
dapat diterbitkan di hari yang sama dalam tempo sekitar 10 menit
(khusus waktu proses tanda tangan SKCK, bukan total waktu
dari awal pengurusan)
b) Pemohon yang mengajukan di atas pukul 12.00 wita tetap
diberikan pelayanan, namun untuk penerbitan SKCK keesokan
harinya. Hal ini terkait batas waktu pembayaran PNBP ke BRI
maksimal pukul 12.00 wita.
c) Sesuai dengan PP Nomor 50 tahun 2010, untuk biaya pembuatan
SKCK sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
6. Analisis fakta-fakta
Pemimpin sebagai fasilitator pelayanan masyarakat yang dimaksud dalam
hal ini adalah pimpinan Polri tingkat menengah yang memiliki pengetahuan,
kemampuan dan sikap dalam merencanakan, menyelenggarakan, menganalisa dan
mengevaluasi program pelayanan masyarakat serta mampu mempengaruhi,
menggerakan, memandu dan memotivasi anak buah / anggotanya sehingga
pelayanan masyarakat terselenggara dengan baik.4
a. Peran pemimpin
Pada aspek peran pemimpin perlu diharapkan ada perubahan, antara
lain:
1) Aktif mengarahkan dan meyakinkan anggota dalam hal pencapaian
target terutama pada unit-unit pelayanan masyarakat.
2) Lebih menempatkan diri sebagai agen perubahan di lingkungan
kerjanya, sehingga bisa menjadi teladan bagi anggota untuk berubah,
khususnya dalam hal memberikan layanan SKCK yang lebih baik.
3) Memanfaatkan sarana komunikasi yang tersedia, baik kepada
masyarakat, anggota, maupun media untuk menyampaikan visi dan
misi di bidang pelayanan.
4) Memposisikan diri sebagai pemandu, orang yang lebih banyak
mengetahui tentang suatu bidang tugas, termasuk layanan SKCK.
Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut mampu melaksanakan
kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan.
4 http://moeljadi.multiply.com/journal
6
b. Mekanisme pelayanan SKCK
1) Sumber daya
a) Sumber daya manusia.
Pelaksana pelayanan SKCK yang terdiri dari 4 orang
dipandang lebih dari cukup. Dari segi pengetahuan, personel
yang memberikan pelayanan SKCK diharapkan telah memiliki
kejuruan dan atau kemampuan pendukung lainnya sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan prima. Personel yang telah
dididik dengan kemampuan teknis akan memiliki kepercayaan
diri yang baik ketika memberikan pelayanan publik dan kondisi
inipun akan mendukung berkurangnya kesalahan-kesalahan
mendasar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kemudian dari segi sikap dan perilaku, personel pada unit
layanan publik seperti pelayanan SKCK ini hendaknya memiliki
sikap sebagai pelayan masyarakat, ramah, sopan, dan tidak
arogan. Pelayanan yang diberikan pun harus bersifat responsif
artinya respon terhadap berbagai keluhan mengenai ketidak
tepatan waktu atau lambannya pelayanan, tidak boleh bersikap
diskriminatif dengan tidak melihat latar belakang dan
penampilan siapapun yang datang ke loket untuk mendapatkan
pelayanan Polri, khususnya SKCK.5 Dalam berbagai
kesempatan, Kapolri selalu menekankan pentingnya sikap mental
melayani. Disamping itu, sebagai pelayan masyarakat juga harus
mampu dan mau berempati, sehingga bisa mengerti, merasakan,
dan memahami masyarakat yang sedang memerlukan layanan.
Bila ini sudah membudaya, maka akan mengurangi komplain
yang berulang.
b) Anggaran.
Anggaran ini mencakup biaya operasional (produksi
SKCK) dan insentif bagi personel yang mengawaki. Walaupun
tidak menjamin 100%, hal ini penting untuk mengurangi celah
alasan bagi personel tersebut memungut biaya lebih kepada
masyarakat dalam prosesnya. Komitmen dan konsistensi untuk
menggunakan anggaran dengan benar menjadi sangat penting di
5 Momo Kelana, Konsep-konsep Hukum Kepolisian Indonesia, PTIK, Jakarta, 2007, hal. 30.
7
era anggaran berbasis kinerja. Oleh karenanya, pengawasan
internal harus dilakukan termasuk audit rutin/insidentil. Besar
anggaran yang diperlukan, dapat dikaji dari pelaksanaan
pelayanan SKCK pada tahun sebelumnya.
Adapun besar anggaran yang relatif layak adalah:
1) Biaya ATK (kertas dan tinta) setidaknya Rp. 500.000 per
bulan.
2) Honor pembantu Benma Rp. 250.000,00 per bulan.
3) Tim pelaksana: 1 Tim x Rp. 500.000 per bulan.
Penambahan di atas dengan mempertimbangkan beberapa
aspek, antara lain semakin tingginya harga barang-barang
peralatan administrasi di pasaran.
c) Sarana dan prasarana.
Untuk memberikan layanan secara optimal, minimal
diperlukan 2 (dua) unit komputer masing-masing dengan
printernya, agar masyarakat tidak menunggu terlalu lama. Sering
masyarakat menunggu lama karena proses pembutan SKCK yang
lamban, dalam hal ini karena kurangnya komputer.
2) Sistem dan metode
Diharapkan ada pembagian tugas yang jelas, siapa yang
berperan sebagai customer service dan siapa sebagai pelaksana
produksi / pembuatan SKCK. Hal ini dikaitkan dengan produksi
SKCK yang cukup tinggi (rata-rata 773 per bulan) dan demi
memenuhi aspek kecepatan waktu layanan.
Persyaratan SKCK (baru dan perpanjangan) memerlukan surat
keterangan dari Ketua RT yang disahkan Lurah dan Camat. Prosedur
ini terlihat sangat panjang dan tidak efisien, sehingga perlu dilakukan
revisi atau dibuat kebijakan tertentu untuk mempermudah. Sebagai
contoh, masyarakat dapat memilih salah satu, mana yang lebih mudah
bagi yang bersangkutan, meminta surat keterangan Ketua RT atau
Lurah. Hal ini tentu disesuaikan situasi dan kondisi lingkungan.
Kemudian, terkait metode pengisian formulir yang dilakukan
secara tradisional (datang ke loket), sudah saatnya diubah dengan
pemanfaatan website Polresta “X”. Formulir pengisian data SKCK
8
hendaknya disediakan pada website tersebut, sehingga mudah diakses
publik. Dengan demikian, pemanfaatan waktu, tenaga, dan biaya bisa
lebih efektif. Kemudian, pembatasan waktu sampai dengan pukul
12.00 wita untuk layanan hari yang sama juga dinilai terlalu ketat.
Bagi sebagian orang, justru baru bisa sampai di loket setelah waktu
tersebut, apalagi dengan panjangnya birokrasi surat keterangan Ketua
RT yang harus diketahui Lurah. Di sini perlu sikap empati dan
fleksibel dari petugas layanan SKCK, demi kepuasan masyarakat.
Keterbukaan informasi menjadi issue populer akhir-akhir ini,
sehingga, diharapkan unit layanan SKCK juga mampu menentukan
lama waktu layanan dan menginformasikannya kepada publik. Terkait
Standard Operating Prosedure (SOP), perlu di bakukan dan di sahkan
oleh atasan yang berwenang.
7. Aktualisasi Pemimpin Sebagai Fasilitator pelayanan SKCK
a. Pembenahan peran pemimpin
1) Mengarahkan atau meyakinkan anggota dalam hal pencapaian target
terutama pada unit-unit pelayanan masyarakat. Antara lain dengan
penyegaran berupa sosialisasi, diskusi, atau brainstorming (teknik
kreativitas kelompok yang dirancang untuk menghasilkan sejumlah
besar ide-ide untuk pemecahan masalah) kepada anggota tentang visi-
misi satker dan rengiat subsatker. Hal ini ditujukan untuk memastikan,
apakah langkah-langkah yang dilakukan selama ini masih sesuai
tujuan dan pada koridor yang benar.
2) Menjadi agen perubahan di lingkungan kerjanya. Memiliki komitmen
yang kuat pada perubahan, sehingga selalu berupaya mengembangkan
potensi sumber daya yang ada baik internal maupun eksternal guna
peningkatan kualitas pelayanan dan kepercayaan masyarakat. Dengan
ditentukannya tarif SKCK sebesar Rp. 10.000, maka tidak dibenarkan
adanya pungutan apapun selain itu dengan alasan apapun. Inilah
sebagian kecil dari komitmen sulit dilaksanakan tetapi bisa, sepanjang
ada kemauan dari tiap-tiap individu.
3) Menjadi juru bicara dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang
tersedia. Sangat jarang kita melihat ada spanduk atau iklan tentang
persyaratan SKCK namun bukan berarti masyarakat sudah
9
mengetahui. Masih banyak orang yang datang kemudian kembali lagi
karena persyaratan yang dibawa tidak lengkap. Inilah pentingnya
peran media, TV lokal, radio, koran, bahkan spanduk dalam
menyambung komunikasi Polisi dengan masyarakat.
4) Menjadi pemandu yang baik. Terkait dalam hal ini seorang pemimpin
hendaknya senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan
peraturan yang berlaku. Dalam hal pelayanan SKCK, pemimpin harus
mengerti aturan yang berlaku dan memandu anggotanya dengan cara
mengedepankan kerjasama kelompok.
b. Pembenahan pelayanan SKCK
1) Sumber daya
a) Sumber daya manusia
Agar dapat bekerja efektif, unit-unit layanan publik
khususnya pelayanan SKCK setidaknya memerlukan tiga tipe
keterampilan yang berbeda. Pertama, diperlukan personel yang
memiliki keahlian teknis. Kedua, diperlukan orang-orang dengan
keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Serta ketiga, diperlukan juga personel yang memiliki
keterampilan mendengarkan dengan baik, memberi umpan balik
(feedback) dan keterampilan dalam hubungan antar pribadi yang
lain.6 Untuk mendapatkan personel dengan keahlian tersebut,
bisa dilakukan dengan cara :
Seleksi terhadap personel yang akan ditempatkan pada
layanan SKCK.
Bekali dengan pelatihan pelayanan publik. Pemilihan ini
dilakukan oleh Bag Sumda, dengan memperhatikan usulan
dari Kasat Intelkam.
Diikutkan dalam pelatihan / pendidikan kejuruan.
Membuat kontrak kerja tertulis dan komitmen moral.
b) Anggaran dalam pelayanan SKCK
Mengevaluasi biaya operasional dan insentif yang layak
bagi personelnya dengan mempertimbangkan biaya pembuatan
SKCK yang Rp. 10.000. Dari hasil tersebut, pada bulan Juni
6 Sopiah, Perilaku Organisasional, Andi, Yogyakarta, 2008, hal. 36.
10
2011 dapat dimasukkan dalam rancangan Renja 2012, sehingga
pada tahun 2012 bisa lebih optimal dan realistis anggarannya.
Ketersediaan anggaran memegang peran penting bagi
pencegahan perilaku korup personel pelaksana layanan SKCK.
Ketiadaan anggaran bisa mendorong personel melakukan pungli
dengan alasan untuk menutupi biaya produksi.
c) Peralatan penunjang pelayanan SKCK
Untuk mengantisipasi terhambatnya layanan, perlu
disiapkan peralatan cadangan sebagai langkah antisipatif,
sehingga menjadi 2 (dua) unit komputer. Personel Polresta “X”
di bidang pelayanan SKCK harus ditanamkan rasa memiliki
(sense of belonging) terhadap sarana pelayanan, dari mulai
peralatan sederhana sampai peralatan khusus (komputer, printer,
dan lain-lain) sehingga kegunaan dan fungsinya tetap terpelihara.
Lambannya layanan akibat kerusakan peralatan saat dibutuhkan,
hendaknya sudah tidak terjadi di masa-masa seperti ini. Oleh
karenanya, kepedulian seluruh personel khususnya yang
mengawaki langsung pelayanan SKCK sangat diperlukan.
Termasuk pentingnya pengawasan dari Kasat Intelkam, selaku
penanggung jawab operasional satuan.
2) Sistem dan metode
Konsekuensi logis dari kebijakan Kapolri adalah pencapaian
pelayanan prima pada setiap unit layanan publik yang ada di Polri.
Beberapa parameter yang telah ditentukan Keputusan Menpan harus
dipenuhi, yaitu meliputi prosedur/tata cara pelayanan yang sederhana,
jelas, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab,
kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan,
kesopanan, dan keramahan, serta kenyamanan.7
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai
efektivitas pelayanan SKCK antara lain menetapkan pembagian tugas
yang jelas dengan surat perintah tugas, menyediakan formulir SKCK
pada website Polresta “X”, membuat database sidik jari, dan
menggunakan tanda tangan scan pada SKCK.
7 Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
11
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan merujuk pada pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa
pemimpin sebagai fasilitator pelayanan SKCK pada Polresta “X” belum
teraktualisasi, sehingga pelayanan publik belum responsif sebagaimana
seharusnya yang berdampak kepada belum terwujudnya kepercayaan masyarakat.
Hal tersebut dapat dilihat dari:
a. Peran pemimpin
Pemimpin hendaknya lebih memainkan peran pentingnya,
setidaknya melakukan langkah-langkah riil terkait peran sebagai pengarah,
agen perubahan, juru bicara, dan pemandu.
b. Mekanisme pelayanan SKCK
Mekanisme pelayanan SKCK setidaknya memperhatikan
pemanfaatan secara efektif dan efisien pada aspek sumber daya (manusia,
anggaran, dan peralatan) serta penyederhanaan sistem dan metode layanan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
2. Saran
Mengacu pada kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut:
a. Mengadakan pelatihan manajemen kepemimpinan dengan mendatangkan
motivator sebagai kegiatan penyegaran bagi personel.
b. Penerapan sentra pelayanan publik pada satu area (one stop services) yang
berisi seluruh aspek pelayanan publik untuk mempermudah masyarakat
sekaligus mempermudah pengawasan dan pengendalian. Untuk menghemat
biaya, cukup dilakukan dengan penataan ulang ruang pelayanan tanpa harus
membangun yang baru.
12
DAFTAR PUSTAKA
Kelana, Momo. 2007. Konsep-konsep Hukum Kepolisian Indonesia. Jakarta: PTIK.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi.
Wibowo. 2008. Manajemen Perubahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Purwoko, Paulus. 2011. Hanjar Kepemimpinan.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Pedoman Penjabaran Kebijakan Kapolri Tentang Revitalisasi Polri Menuju Pelayanan
Prima guna Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat.
Renja Polresta “X” Tahun 2011.