AKTIVITAS PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN …repository.ub.ac.id/4225/1/DYAH RETNO WULAN.pdfvi...
Transcript of AKTIVITAS PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN …repository.ub.ac.id/4225/1/DYAH RETNO WULAN.pdfvi...
1
AKTIVITAS PERDAGANGAN SAHAM
SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN
STOCK BUYBACK
(Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
Melakukan Stock Buyback Periode 2015-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
DYAH RETNO WULAN
NIM 135030200111014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2017
ii
iii
iv
v
CURRICULUM VITAE
1. Nama : Dyah Retno Wulan
2. NIM : 135030200111014
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Tulungagung, 19 April 1995
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : 1. SDN Kedungwaru 1
2. SMPN 3 Tulungagung
3. SMKN 1 Boyolangu
4. Universitas Brawijaya
7. Fakultas : Ilmu Administrasi
8. Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis
9. Alamat : Jl. Pahlawan III Kab. Tulungagung
10. Email : [email protected]
vi
RINGKASAN
Dyah Retno Wulan, 2017, Aktivitas Perdagangan Saham Sebelum dan
Sesudah Pengumuman Stock Buyback (Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang Melakukan Stock Buyback Periode 2015-2016) Sri Sulasmiyati, S.Sos, M.AP, 144 halaman + xv
Pasar modal merupakan pasar yang diperuntukkan untuk melakukan jual
beli instrumen jangka panjang. Keberadaan pasar modal di suatu negara memiliki
peran penting dalam meningkatkan aktivitas perekonomian melalui kegiatan
pendanaan oleh investor. Selain itu, pasar modal dapat memberikan return kepada
pihak dengan kelebihan dana dalam berinvestasi. Investor yang menginginkan
return tinggi sering memilih saham sebagai instrumen investasinya dikarenakan
tingkat perputaran saham yang tinggi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu acuan yang
digunakan investor dalam melakukan analisis mengenai pergerakan harga saham.
IHSG yang mengalami penurunan terus-menerus menyebabkan kekhawatiran bagi
pemegang saham. Perusahaan yang sahamnya mengalami penurunan akan
berusaha untuk menstabilkan kembali harga sahamnya. Salah satu kebijakan yang
dilakukan adalah dengan melakukan stock buyback. Stock buyback merupakan
aksi korporasi yang bertujuan untuk memberikan sinyal kepada investor bahwa
harga saham tidak mencerminkan kinerja perusahaan yang sebenarnya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan bentuk event study.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang melakukan stock buyback periode 2015-2016, sampel
diperoleh menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria-kriteria
tertentu yang menghasilkan 35 sampel. Periode pengamatan yang digunakan
adalah 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman stock buyback. Data yang
digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bursa
Efek Indonesia. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji beda Paired
Sample T-Test, dan uji beda Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap average abnormal return, average trading volume activity,
dan average trading frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback. Tidak adanya perbedaan yang signifikan dikarenakan investor telah
mengantisipasi kondisi pasar yang berfluktuatif secara signifikan dengan
melakukan analisis selektif dalam menginvestasikan dananya. Selain itu, periode
pengamatan yang tergolong pendek dan jumlah sampel juga mempengaruhi hasil
penelitian.
Kata kunci : Pasar Modal, IHSG, Stock Buyback, Average Abnormal Return,
Average Trading Volume Activity, Average Trading Frequency
Activity.
vii
SUMMARY
Dyah Retno Wulan, 2017, Stock Trading Activity Before And After Stock
Buyback Announcement (Study at Company Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) Do Stock Buyback of the Period 2015-2016) Sri Sulasmiyati,
S.Sos, M.AP, 144 pages + xv
The capital market is a market intended to sell and buy long-term
instruments. The existence of capital markets in a country has an important role
in increasing economic activity through funding activities by investors. In
addition, the capital market can provide returns to parties with excess funds in
investing. Investors who want high returns often choose stocks as their investment
instruments due to high stock turnover.
Composite Stock Price Index (CSPI) is one of references used by investors
in conducting an analysis of stock price movements. CSPI that experienced a
continuous decline makes the shareholder get worries. Companies whose shares
are undervalued will seek to stabilize stock prices again. One of the policies is to
conduct stock buyback. Stock buyback is a corporate action that aims to give a
signal to investors that the stock price does not reflect the actual performance of
the company.
This research using quantitative method with the form of event study. The
population in this research are all companies listed on the Indonesia Stock
Exchange which conducted stock buyback on period 2015-2016, the sample
obtained using purposive sampling technique that produce 35 samples. The
period of the observation are 5 days before and 5 days after stock buyback
announcement. The data used was secondary data from Indonesia Stock
Exchange official website. An analysis of data using normality test, different test
Paired Sample T-Test, and test different Wilcoxon Sign Rank Test.
The results of the research showed that average abnormal return, average
trading activity volume, and average trading frequency activity has no significant
difference before and after stock buyback announcement. Insignificant results
caused by investors that was anticipate the significantly fluctuation of the market
conditions by conducting a selective analysis in investing the funds. In addition,
the period of the observation is relatively short and the number of samples also
affects the results of the research.
Keywords : Capital Market, CSPI, Stock Buyback, Average Abnormal Return,
Average Trading Volume Activity, Average Trading Frequency
Activity.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Aktivitas Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah
Pengumuman Stock Buyback (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang Melakukan Stock Buyback Periode 2015-
2016)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos M.IB., DBA, selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
4. Bapak Dr. Wilopo, M.AB, selaku Ketua Program Studi Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
ix
5. Ibu Sri Sulasmiyati, S.Sos, M.AP., selaku Komisi Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan
sabar, kritik dan saran yang membangun untuk penulis, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh dosen pengajar Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Administrasi yang telah
membantu dalam menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Administrasi.
8. Kedua orang tua dan adik yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis dalam menyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang,
motivasi, doa, dan materi yang diberikan.
9. Sahabat-sahabatku (Retno, Fani, Ifa) yang telah memberikan informasi,
dukungan, dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan serta Dea
Wulandari, teman dari kampus seberang yang setia mendengarkan keluh
kesah dari penulis, terima kasih dan semoga urusanmu dilancarkan.
10. Seluruh teman kosan, terkhusus Ida, April, Sindy, Agni terima kasih atas
segala tawa dan kegaduhan selama ini.
11. Teman-teman FIA angkatan 2013 dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari baik dalam penulisan, penyusunan, maupun penyajian
materi dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Demi kesempurnaan
skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
x
atas segala kekurangan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Malang, 24 Juli 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ........................................................................................................... i
TANDA PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................. iv
RINGKASAN .................................................................................................. v
SUMMARY ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
D. Kontribusi Penelitian .............................................................. 10
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 13
A. Penelitian Terdahulu .............................................................. 13
B. Pasar Modal ............................................................................ 16
1. Pengertian Pasar Modal .................................................. 17
2. Jenis Pasar Modal............................................................ 17
3. Instrumen Pasar Modal ................................................... 18
4. Fungsi Pasar Modal ......................................................... 22
5. Indeks Pasar Modal ......................................................... 22
6. Fungsi Indeks Pasar Modal ............................................. 25
C. Saham ..................................................................................... 25
1. Pengertian Saham ............................................................ 25
2. Karakteristik Saham Biasa .............................................. 26
3. Hak Pemegang Saham Biasa ........................................... 26
4. Jenis Saham Biasa ........................................................... 26
5. Keuntungan dan Kerugian Investasi
Saham Biasa .................................................................... 27
6. Faktor-faktor Penggerak Harga Saham ........................... 28
7. Penilaian Saham Biasa .................................................... 28
D. Return Saham ......................................................................... 29
1. Pengertian Return Saham ................................................ 29
2. Komponen Return ........................................................... 29
3. Jenis Return ..................................................................... 30
E. Pasar Efisiensi ....................................................................... 32
1. Pengertian Pasar Efisiensi ............................................... 32
xii
Halaman
2. Bentuk Pasar Efisiensi .................................................... 33
3. Kondisi Penyebab Pasar Efisien dan Tidak Efisien ........ 34
F. Abnormal Return .................................................................... 35
1. Pengertian Abnormal Return ........................................... 35
2. Rata-rata Abnormal Return ............................................. 35
G. Aksi Korporasi ....................................................................... 36
H. Pembelian Kembali Saham (stock buyback) .......................... 37
1. Pengertian Pembelian Kembali Saham
(stock buyback) .............................................................. 37
2. Alasan Pembelian Kembali Saham ................................. 37
3. Metode Pembelian Kembali Saham ................................ 39
4. Keuntungan dan Kerugian Melakukan
Pembelian Kembali Saham ............................................. 41
I. Aktivitas Perdagangan Saham ............................................... 42
1. Trading Volume Activity (TVA) ..................................... 42
2. Frekuensi Perdagangan Saham ....................................... 43
J. Signaling Theory .................................................................... 44
K. Studi Peristiwa (event study) .................................................. 44
L. Model Konsep Penelitian dan Hipotesis ................................ 45
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 50
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 50
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 51
C. Periode Pengamatan ............................................................... 51
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ....................... 52
E. Populasi dan Sampel .............................................................. 55
F. Metode Pengumpulan Data .................................................... 59
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 59
1. Statistik Deskriptif ............................................................. 59
2. Statistik Inferensial ............................................................ 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 65
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 65
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ......................................... 65
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ............................... 66
B. Gambaran Umum Profil Perusahaan ...................................... 67
C. Penyajian Data ....................................................................... 84
D. Analisis Data .......................................................................... 96
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 96
2. Ananlisis Statistik Inferensial ......................................... 105
E. Pembahasan Penelitian ........................................................... 110
1. Hasil Uji Hipotesis I ........................................................ 111
2. Hasil Uji Hipotesis II ...................................................... 112
3. Hasil Uji Hipotesis III ..................................................... 114
xiii
Halaman
BAB V KESIMPULAN............................................................................ 116
A. Kesimpulan ............................................................................ 116
B. Saran ...................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119
xiv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................ 15
2 Pemilihan Sampel .............................................................................. 57
3 Daftar Nama Perusahaan Sampel ...................................................... 57
4 Hasil Perhitungan Average Abnormal Return (AAR)
Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Buyback ......................... 86
5 Hasil Perhitungan Average Trading Volume Activity (ATVA)
Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Buyback ......................... 91
6 Hasil Perhitungan Average Trading Frequency Activity (ATFA)
Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Buyback ......................... 94
7 Ringkasan Output Statistik Deskriptif AAR...................................... 97
8 Average Abnormal Return (AAR) Saham Harian
Selama Periode Pengamatan Seluruh Perusahaan ............................. 98
9 Ringkasan Output Statistik Deskriptif ATVA ................................... 99
10 Average Trading Volume Activity (ATVA) Saham Seluruh
Perusahaan Selama Periode Pengamatan........................................... 100
11 Ringkasan Output Statistik Deskriptif ATFA.................................... 102
12 Average Trading Frequency Activity (ATFA) Saham Harian
Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan ............................. 103
13 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................. 105
14 Ringkasan Hasil Uji Paired Sample T-Test Average
Abnormal Return (AAR) ................................................................... 107
15 Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Average Trading
Volume Activity (ATVA) ................................................................... 108
16 Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Average
Trading Frequency Activity (ATFA) ................................................. 109
xv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
No Judul Halaman
1 Kinerja Saham Sektoral tahun 2015 .................................................. 3
2 Rata-rata Earnings per Share Perusahaan Tahun 2013-2016 ............ 4
3 Sekuritas di Pasar Modal Indonesia ................................................... 19
4 Model Konsep .................................................................................... 47
5 Model Hipotesis ................................................................................. 48
6 Periode Pengamatan........................................................................... 51
7 Pergerakan Average Abnormal Return (AAR) Saham
Harian Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan ................. 99
8 Pergerakan Average Trading Volume Activity (ATVA) Saham
Harian Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan ................. 101
9 Pergerakan Average Trading Frequency Activity (ATFA) Saham
Harian Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan ................. 104
10 Rata-rata Harga Saham Harian Seluruh Perusahaan ......................... 111
11 Rata-rata Volume Perdagangan Saham Harian ................................. 113
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Harga Penutupan Saham Harian Perusahaan
2 Indeks Harga Saham Harian
3 Return Ekspektasian
4 Return Realisasi
5 Dividen Saham Perusahaan
6 Abnormal Return Harian Saham Perusahaan
7 Jumlah Saham Beredar Perusahaan
8 Volume Transaksi Saham Harian Perusahaan
9 Trading Volume Activity Perusahaan
10 Frekuensi Perdagangan Saham Harian Perusahaan
11 Hasil Uji Normalitas
12 Hasil Uji Statistik Deskriptif
13 Hasil Uji Paired Sample T Test Average Abnormal Return (AAR)
14 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank test Average Trading Volume Activity
(ATVA)
15 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Average Trading Frequency Activity
(ATFA)
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Pasar modal tersedia hampir di seluruh dunia, kecuali bagi negara-negara
yang masih berbenah dan belum mampu melepaskan diri dari persoalan ekonomi
dan politik yang begitu parah (Fahmi, 2015:47).” Pasar modal merupakan pasar
yang diperuntukkan untuk aktivitas jual beli berbagai instrumen keuangan jangka
panjang. Keberadaan pasar modal dapat digunakan sebagai salah satu ciri
perekonomian modern sebagai salah satu elemen sistem ekonomi yang memacu
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi (Basir dan Fakhrudin, 2005:5).
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Peran
penting ini dikarenakan pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi pertama yaitu fungsi ekonomi dalam
hal ini pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan pihak yang
memiliki kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan
kesempatan pemilik dana untuk memperoleh return sesuai jenis investasi yang
dipilihnya (Halim, 2015:2). Keberadaan pasar modal diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas perekonomian di suatu negara karena pasar modal
merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan untuk beroperasi dalam skala
besar (Halim, 2015:2).
Sumber pendanaan dalam pasar modal dapat berupa hutang dan modal sendiri.
Obligasi merupakan instrumen pasar modal dalam bentuk hutang dengan
2
pendapatan tetap. Penerbit obligasi setuju umtuk membayar sejumlah bunga untuk
jangka waktu terterntu dan membayar pokok pinjaman pada jatuh tempo (Ang
dalam Hadi (2013:108). Bentuk pendanaan modal sendiri dapat berupa saham.
Yuliana (2010:35) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau badan usaha dalam perusahaan.
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling populer
(Hadi, 2013:67). Terdapat dua jenis saham yang umum dikenal oleh publik, yaitu
saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferrence stock). Saham biasa
merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Sedangkan saham preferen merupakan jenis sekuritas yang berbeda dalam
beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya
dibayarkan dalam jumlah tetap.
Investor dalam berinvestasi pada umumnya menginginkan suatu pengembalian
atau keuntungan dari hasil investasi. Keuntungan dari suatu investasi terdiri dari
dua komponen, yaitu yield dan capital gains. Yield merupakan komponen yang
mencerminkan aliran pendapatan yang diperoleh dari investasi, sedangkan capital
gains merupakan kenaikan dari harga dari surat berharga. Harga saham
mencerminkan kinerja suatu perusahaan (Oktaviani, 2016). Semakin tinggi harga
saham maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut, begitu pula sebaliknya.
Investor yang menginginkan keuntungan lebih tinggi biasanya memilih untuk
berinvestasi di saham biasa. Kecenderungan ini disebabkan karena perputaran
saham biasa sangat tinggi dibandingkan saham preferen (Fahmi, 2015:80). Indeks
Harga Saham merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh investor untuk
3
memantau apakah pasar dalam kondisi menguntungkan atau tidak. Indeks harga
saham menggambarkan kinerja saham baik individual mapun kumulatif
(Hadi,2013:184).
Indeks harga saham yang digunakan sebagai acuan di bursa Indonesia adalah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tahun 2015 IHSG mengalami penurunan
kinerja dibandingkan dari tahun 2014. Indeks berada pada level 4.593,008 turun
sebesar 12,13% dibandingkan tahun 2014 yang berada pada level 5.226,947
(Statistik Mingguan Pasar Modal, 2016).
Gambar 1. Kinerja Saham Sektoral Tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan OJK, 2015
Penurunan IHSG dipengaruhi oleh turunnya harga saham perusahaan akibat
beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, turunnya
harga minyak dunia, pasar keuangan yang masih bergejolak dan realisasi Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang di bawah perkiraan (Tinjauan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia, Desember 2015; Laporan tahunan OJK, 2015), sehingga
berpengaruh pada kinerja perusahaan salah satunya Earnings per Share. Sentimen
4
negatif terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menyebabkan kinerja
bursa mengalami penurunan (Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia,
Desember 2015). Gambar 1 menunjukkan pelemahan IHSG tercermin melalui
koreksi yang terjadi di seluruh sektor ekonomi. Koreksi terjadi pada kisaran -
3,31% (sektor perdagangan, jasa dan investasi) sampai dengan -40,75% (sektor
pertambangan).
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai pemegang saham (Basir
dan Fakhrudin, 2005:75). Prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan
dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham. Kondisi menurunnya IHSG
dapat menimbulkan kekhawatiran pemegang saham karena akan berpengaruh
pada keuntungan yang akan mereka peroleh. Hadi (2013:185) menyatakan salah
satu fungsi indeks harga saham adalah sebagai indikator tingkat keuntungan.
Ditunjukkan pada gambar 2, ernings per share (EPS) mengalami penurunan pada
tahun 2015 dengan nilai rata-rata menjadi 118,62 rupiah per saham, turun jauh
dari EPS tahun 2014 yang sebesar 231,99 rupiah per saham.
Gambar 2. Rata-rata Earnings per Share Perusahaan Tahun 2013-2016
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2013-2016 (data diolah peneliti, 2017)
152,78
231,99
118,62
198,46
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
2013 2014 2015 2016
Rata-rata EPS
Rata-rata EPS
5
Perusahaan perlu menjaga kepercayaan pemegang saham, salah satunya
dengan melakukan stock buyback. Stock buyback merupakan kebijakan
perusahaan untuk membeli kembali saham yang beredar. Pembelian kembali ini
dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga saham dan memberikan sinyal
positif atas kinerja perusahaan (Basir dan Fakhrudin, 2005:179). Berkurangnya
jumlah saham beredar diharapkan mampu meningkatkan earnings per share yang
nantinya mampu meningkatkan harga saham.
Kebijakan dalam melakukan stock buyback telah tertulis dalam UU No. 1
Tahun 1995 tentang perseroan terbatas dan Peraturan BAPEPAM No. XI.B.2
tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan
publik (Basir dan Fakhrudin, 2005:183-184). Stock buyback harus mendapatkan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan wajib
mengungkapkan rencana pembelian kembali saham kepada seluruh pemegang
saham sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Kondisi perekonomian yang fluktuatif mendorong Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk mengeluarkan peraturan tambahan dalam melakukan kebijakan
pembelian kembali saham. OJK memberikan kemudahan kepada perusahaan
untuk dapat melakukan stock buyback tanpa harus melakukan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan hanya perlu menyampaikan keterbukaan
informasi kepada OJK dan Bursa Efek Indonesia. Peraturan tersebut tertuang
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 02/POJK.04/2013 dan
Surat Edaran OJK nomor 22/SEOJK.04/2015. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
6
(POJK) nomor 02/POJK.04/2013 mengatur tentang pembelian kembali saham
yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang
berfluktuasi secara signifikan dan Surat Edaran OJK nomor 22/SEOJK.04/2015
mengatur tentang kondisi lain sebagai kondisi pasar yang berfluktuatif secara
signifikan dalam pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh
emiten atau perusahaan publik.
Kemudahan ini dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan yang mengalami
penurunan nilai harga saham (undervalued) untuk membeli kembali sahamnya.
Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk
(ITMG) merupakan contoh perusahaan yang melakukan pembelian kembali
saham (stock buyback). Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) pada 20 April
2015 mengumumkan rencana untuk membeli kembali sahamnya dengan
mengalokasikan dana sebesar Rp 2.200.000.000.000 (dua triliun dua ratus miliar
rupiah) untuk membeli 5 persen saham. PT Indo Tambangraya Megah Tbk
(ITMG) mengalokasikan dana sebesar Rp 1.360.000.000.000 (satu triliun tiga
ratus enam puluh miliar rupiah) untuk membeli 10 persen saham yang
diumumkan pada 25 Februari 2016 (www.bisnis.com; www.itmg.co.id, diakses
pada tanggal 8 Februari 2017).
Pengumuman pembelian kembali saham (stock buyback) merupakan salah
satu aksi korporasi yang dilakukan perusahaan untuk memberikan sinyal kepada
investor. Stock buyback dianggap mampu memberikan sinyal positif kepada
investor bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial yang cukup (Fahmi,
2015:126). Adanya pengumuman stock buyback diharapkan investor bereaksi
7
positif bahwa harga saham perusahaan telah mengalami undervalued (harga
saham lebih rendah dari harga wajarnya). Pengumuman stock buyback akan
menarik investor untuk melakukan analisis dan penilaian terhadap prospek
perusahaan di masa mendatang (Oktaviani, 2016). Di Indonesia, pada umumnya
rencana stock buyback direspon positif oleh investor (Fahmi, 2015:126).
Pengumuman stock buyback merupakan salah satu jenis event study yang
merupakan bagian konsep hipotesis pasar efisien. Dalam pasar efisien suatu
informasi baru akan dengan cepat tercermin melalui harga saham. Jika pada pasar
yang kurang efisien, informasi baru kurang bisa mencerminkan harga saham atau
terdapat keterlambatan dalam proses penyesuaian harga (Tandelilin, 2010:221).
Event study merupakan metode penelitian untuk menguji efisiensi pasar
bentuk setengah kuat (Tandelilin, 2010:224). Jenis penelitian ini digunakan untuk
menganalisis abnormal return sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar hari
pengumuman (Hartono, 2015:647). Efisiensi pasar bentuk setengah kuat
menunjukkan bahwa harga saham sekarang telah mencerminkan informasi masa
lampau dan semua informasi yang dipublikasikan. Pasar dinyatakan efisien dalam
bentuk setengah kuat jika informasi direspons cepat dalam satu hingga dua spot
waktu di seputar hari pengumuman. Abnormal return yang terjadi berkepanjangan
(lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan pasar tidak efisien dalam bentuk
setengah kuat (Tandelilin, 2010:223).
Abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasian (Hartono, 2015:647). Penelitian dengan variabel yang
sama dalam Junizar (2013) dan Oktaviani (2016) menyatakan bahwa terdapat
8
perbedaan average abnormal return berpengaruh signifikan sebelum dan sesudah
adanya peristiwa. Berbeda dengan hasil tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
Delphinea (2016) menunjukkan tidak adanya perbedaan average abnormal return
yang signifikan.
Variabel lain yang dapat digunakan dalam menguji hipotesis pasar efisien
adalah menggunakan aktivitas perdagangan saham berupa average trading volume
activity yang telah digunakan pada penelitian Oktaviani (2016). Trading volume
activity merupakan jumlah saham yang diperdagangkan pada periode tertentu.
Pergerakan trading volume activity menunjukkan tingkat minat investor akan
suatu saham, semakin tinggi maka semakin diminati suatu saham tersebut
(Delphinea, 2016). Delphinea (2016) mengatakan tidak terdapat perbedaan
average trading volume activity sebelum dan sesudah adanya peristiwa. Pendapat
ini berbeda dengan hasil penelitian Junizar (2013) dan Oktaviani (2016) yang
mengatakan terdapat perbedaan signifikan.
Penelitian ini menggunakan semua perusahaan yang melakukan pengumuman
stock buyback yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2016. Periode
pengamatan yang digunakan yaitu lima hari sebelum pengumuman, hari
pengumuman dan lima hari setelah pengumuman untuk menghindari bias dari
adanya peristiwa lain. Peneliti tertarik untuk meneliti karena perbedaan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Delphinea (2016) dengan penelitian Junizar (2013)
dan Oktaviani (2016).
Peneliti menambahkan indikator average trading frequency activity sebagai
salah satu bagian dari variabel aktivitas perdagangan saham. Trading frequency
9
activity merupakan jumlah berapa kali suatu saham diperdagangkan dalam periode
tertentu. Menurut Junizar (2013) semakin besar volume perdagangan saham maka
saham tersebut akan sering ditransaksikan. Alasan penambahan indikator ini
dikarenakan saham yang menarik akan sering ditransaksikan oleh investor
sehingga frekuensi perdagangan sahamnya tinggi. Berdasarkan latar belakang
diatas, judul yang akan diambil peneliti yaitu “AKTIVITAS PERDAGANGAN
SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN STOCK BUYBACK
(Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
Melakukan Stock Buyback Periode 2015-2016).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti menentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana average abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman
stock buyback?
2. Bagaimana average trading volume activity sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback?
3. Bagaimana average trading frequency activity sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban dan penjelasan
atas masalah yang dikemukakan sebelumnya, yaitu:
10
1. Menguji dan menganalisis average abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback
2. Menguji dan menganalisis average trading volume activity sebelum dan
sesudah pengumuman stock buyback.
3. Menguji dan menganalisis average trading frequency activity sebelum dan
sesudah pengumuman stock buyback.
D. Kontribusi Penelitian
Adapun kontribusi yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan tambahan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi Fakultas Ilmu
Administrasi pada umunya dan konsentrasi Manajemen Keuangan
pada khususnya terutama yang berkaitan dengan dampak dari adanya
aksi korporasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan
bagi pihak lain atau sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan
membahas bidang yang sama.
2. Aspek Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum
mengenai dampak peristiwa pengumuman stock buyback terhadap
aktivitas perdagangan saham yang dapat dilihat melalui average
11
abnormal return, average trading volume activity, dan average
trading frequency activity.
b. Memberikan informasi tambahan dan bahan pertimbangan bagi
perusahaan, pihak internal dan pihak ekternal mengenai kondisi
perekonomian yang fluktuatif.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang akan memudahkan peneliti dan pembaca memahami
isi dari keseluruhan proposal adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan dan kontribusi penelitian secara akademis maupun
praktis, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka memuat penelitian terdahulu, teori-teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan kerangka pemikiran
yang merupakan hasil dari tinjauan pustaka dan teori yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang jenis dan lokasi penelitian,
periode pengamatan, variabel penelitian dan pengukuran variabel,
populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, profil
perusahaan sampel, penyajian data, analisis, dan interpretasi. Bab
IV berisikan hasil penelitian yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Hasil penelitian secara
keseluruhan terdapat dalam kesimpulan. Saran diberikan atas dasar
hasil penelitian yang telah dilakukan.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Munawarah (2009)
Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Abnormal Return dan
Trading Volume Activity Sebelum dan Setelah Suspend di BEI”. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis perbedaan rata-rata abnormal return dan
rata-rata trading volume activity sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI
tanggal 6-15 Oktober 2008. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah saham-saham perusahaan yang termasuk dalam LQ-45 BEI periode
6-15 Oktober 2008. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap
rata-rata abnormal return dan rata-rata trading volume activity, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa suspend
BEI.
2. Nurhaeni (2009)
Penelitian ini berjudul “Dampak Pemilihan Umum Legislatif Indonesia
tahun 2009 terhadap Abnormal Return dan Aktivitas Volume Perdagangan
Saham di BEI”. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan
rata-rata abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham LQ-45
sebelum dan setelah peristiwa pemilu Legislatif periode 6-15 April 2009.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham
perusahaan yang termasuk dalam LQ-45 BEI periode 6-15 April 2009.
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap rata-rata abnormal return dan
14
volume perdagangan saham, terdapat perbedaan yang signifikan dalan rata-
rata abnormal return dan rata-rata volume perdagangan saham.
3. Junizar (2013)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pengumuman Pembelian Kembali
Saham (Buyback) terhadap Respon Pasar : Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengumuman buyback terhadap respon pasar pada
perusahaan yang terdaftar di BEI. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 20 pengumuman buyback berdasarkan kriteria tertentu periode
2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman buyback
berpengaruh signifikan dan terdapat perbedaan rata-rata abnormal return
kumulatif dan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah
pengumuman.
4. Delphinea (2016)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pembelian Kembali Saham (buy back)
terhadap Reaksi Pasar.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pengumuman buy back terhadap reaksi pasar yang dicerminkan melalui
abnormal return dan trading volume activity. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 50 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2013-2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
average abnormal return dan average trading volume activity sebelum dan
sesudah pengumuman buy back.
15
5. Oktaviani (2016)
Penelitian ini berjudul “Analisis Perbedaan Trading Volume Activity dan
Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Buyback Saham.”
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan trading volume
activity dan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman buy back
tahun 2012-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 33
perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata trading volume activity dan rata-rata abnormal return
sesudah pengumuman buy back.
Tabel di bawah ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu yang dapat
digunakan pembaca untuk memudahkan pemahaman.
Tabel 1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(tahun) Judul Penelitian
Variabel dan
Metode Hasil Penelitian
1. Munawarah
(2009)
Analisis
Perbandingan
Abnormal Return
dan Trading
Volume Activity
Sebelum dan
Setelah Suspend
di BEI.
Variabel: Rata-
rata abnormal
return dan rata-
rata trading
volume activity.
Metode: Event
study.
Tidak ada
perbedaan rata-rata
abnormal return
dan rata-rata
trading volume
activity sebelum
dan sesudah
peristiwa suspend
BEI.
2. Nunung
Nurhaeni
(2009)
Dampak
Pemilihan Umum
Legislatif
Indonesia tahun
2009 terhadap
Abnormal Return
dan Aktivitas
Volume
Perdagangan
Saham di BEI.
Variabel: Rata-
rata abnormal
return dan rata-
rata aktivitas
volume
perdagangan
saham.
Metode: Event
study.
Terdapat
perbedaan yang
signifikan dalam
rata-rata abnormal
return dan rata-rata
volume
perdagangan
saham.
16
Lanjutan Tabel 1.
No. Peneliti Judul
Penelitian
Variabel dan
Metode Hasil Penelitian
3. Muhammad
Luky Junizar
(2013)
Pengaruh
Pengumuman
Pembelian
Kembali Saham
(Buyback)
terhadap Respon
Pasar : Studi
pada Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Variabel: Rata-
rata abnormal
return kumulatif
dan rata-rata
trading volume
activity kumulatif.
Metode: Event
study.
Pengumuman
buyback memiliki
pengaruh
signifikan terhadap
perbedaan rata-rata
abnormal return
kumulatif dan rata-
rata trading
volume activity
sebelum dan
setelah
pengumuman
dilaksanakan.
4. Neola
Delphinea
(2016)
Pengaruh
Pembelian
Kembali Saham
(Buyback)
terhadap Reaksi
Pasar.
Variabel: Average
abnormal return
dan averge
trading volume
activity.
Metode: Event
Study.
Pengumuman
buyback tidak
memberikan
pengaruh
signifikan terhadap
reaksi pasar, baik
sebelum maupun
sesudah
pengumuman
buyback.
5. Rizka Hayyu
Oktaviani
(2016)
Analisis
Perbedaan
Trading Volume
Activity dan
Abnormal
Return Sebelum
dan Sesudah
Pengumuman
Buyback Saham.
Variabel: Rata-
rata trading
volume activity
dan rata-rata
abnormal return.
Metode: Event
study.
Terdapat
peningkatan rata-
rata trading
volume activity dan
rata-rata abnormal
return sesudah
pengumuman
buyback saham.
Sumber: Data Diolah Peneliti (2016)
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif,
17
dan instrumen lainnya ((Darmadji dan Fakruddin dalam Suteja dan Gunardi,
2016:7). Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal bisa diartikan sebagai
pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal memberikan fasilitas terhadap
pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dalam investasi. Keberadaan pasar modal memberikan pilihan alternatif
investasi keuangan yang lebih banyak, sehingga tidak terbatas pada investasi
di perbankan.
2. Jenis Pasar Modal
Dana yang terdapat di pasar modal diperoleh perusahaan melalui
penjualan sekuritas atau saham di pasar perdana. Perdagangan di pasar
perdana ini dilakukan melalui Initial Public Offering atau IPO dimana
sekuritas diperdagangkan untuk pertama kali. Setelah sekuritas
diperdagangkan di pasar perdana, kemudian sekuritas tersebut akan
diperjualbelikan di pasar sekunder. Transaksi di pasar sekunder tidak akan
menambah dana perusahaan penerbit sekuritas atau emiten, transaksi hanya
terjadi diantara investor.
Pasar modal menurut Tandelilin (2010:28) dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Pasar Perdana (primary market)
Pasar perdana yaitu penawaran sekuritas untuk pertama kalinya dari
perusahaan penerbit atau emiten kepada masyarakat sebelum sekuritas
tersebut diperdagangkan di bursa efek. Sekuritas yang diterbitkan emiten
18
akan ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi melalui
perantara broker-dealer. Sebelum ditawarkan di pasar perdana,
perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi perusahaan
secara detail atau prospektus.
b) Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder yaitu pasar dimana sekuritas yang telah dicatat di
bursa efek diperdagangkan. Pada pasar ini sekuritas diperdagangkan dari
investor satu dengan investor lain. Perdagangan di pasar sekunder dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Bursa Efek Indonesia menggolongkan
perdagangan saham menjadi tiga pasar, yaitu (Suteja dan Gunardi, 2016:
16):
1) Pasar reguler.
Saham di pasar reguler diperdagangkan dalam satuan lot dan
berdasarkan mekanisme tawar-menawar yang berlangsung secara
terus-menerus selama proses perdagangan. Harga-harga yang terjadi
di pasar ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan indeks di BEI.
2) Pasar negosiasi/bursa paralel.
Pasar ini dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar individual antara
anggota bursa beli dan anggota bursa jual dengan berpedoman pada
kurs terakhir di pasar reguler.
3) Pasar tunai.
Pasar ini tersedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota bursa
dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi.
Pasar tunai dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan
seketika (cash and carry).
3. Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal dalam konteks praktis disebut sebagai sekuritas.
Sekuritas atau surat berharga merupakan aset finansial yang menyatakan atas
klaim keuangan. Instrumen pasar modal yang diperdagangkan terdiri dari
19
banyak pilihan. Sekuritas diperdagangkan di pasar keuangan yang terdiri dari
pasar uang dan pasar modal.
Gambar 3. Sekuritas di Pasar Modal Indonesia
Sumber: Tandelilin (2010:31)
Instrumen-instrumen yang diperdagangkan di pasar modal meliputi:
a) Saham Biasa
Saham biasa merupakan jenis sekuritas yang populer di masyarakat
dan sering diperdagangkan. Saham biasa merupakan surat bukti
kepemilikan seseorang atas perusahaan. Pemegang saham biasa
memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan (Tandelilin,
2010:32). Apabila perusahaan memperoleh laba dalam bisnisnya maka
sebagian atau seluruh labanya akan dibagikan kepada pemilik, yaitu
pemegang saham dalam bentuk dividen.
20
b) Saham Preferen
Saham preferen memiliki karakteristik gabungan dari obligasi dan
saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena
mewakili kepemilikan ekuitas, diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo dan
membayar dividen. dianggap serupa dengan obligasi karena sekuritas
mampu menghasilkan pendapatan tetap dari dividen tetapnya. Pembagian
dividen saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada
pemegang saham biasa.
c) Bukti Right
Bukti right atau disebut right merupakan surat berharga yang
memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten (Halim, 2015:10). Bukti right diterbitkan melalui
penawaran umum terbatas (right issue). Perusahaan tidak menjual saham
barunya kepada masyarakat melainkan dijual kepada pemegang saham.
d) Waran
Sama dengan right, waran adalah hak untuk membeli saham pada
waktu dan harga yang telah ditentukan. Kebijakan emiten menjual waran
ditetapkan pada saat RUPS. Waran biasanya dijual bersama dengan surat
berharga lain seperti obligasi atau saham.
e) Obligasi
Obligasi diterbitkan sebagai surat tanda bukti hutang. Obligasi
merupakan janji tertulis perusahaan atau pemerintah untuk membayar
sejumlah harta dan bunga sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.
21
Sekuritas jenis ini dapat memberikan pendapatan tetap kepada
pemegangnya.
f) Obligasi Konversi
Obligasi konversi memiliki karakteristik seperti obligasi biasa, yang
memiliki nilai nominal, memberikan bunga, dan memiliki jatuh tempo.
Keunikan yang membedakan obligasi konversi adalah dapat ditukar
dengan saham biasa. Persyaratan untuk melakukan konversi sudah
tertulis di dalam obligasi.
g) Kontrak Berjangka (future contract)
Kontrak berjangka merupakan suatu perjanjian yang dibuat hari ini
yang mengharuskan adanya transaksi di masa mendatang (Tandelilin,
2010:45). Adanya kontrak berjangka maka pihak yang bertransaksi telah
mengunci harga untuk di masa mendatang. Kontrak berjangka dapat
dialihkan ke pihak lain dengan menjualnya.
h) Kontrak Opsi (option contract)
Kontrak opsi merupakan perjanjian yang memberi pemiliknya hak
tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu aset pada
harga dan periode tertentu. Pengertian call dan put penting dalam opsi.
Pemilik call option mempunyai hak bukan kewajiban untuk membeli aset
induk atau aset acuan pada harga tetap selama waktu tertentu. Sedangkan
pemilik put option mempunyai hak bukan kewajiban menjual aset induk
pada harga tetap selama waktu tertentu.
22
i) Reksa Dana (mutual fund)
Reksadana (mutual fund) adalah suatu institusi jasa keuangan yang
menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan
dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas
(Hadi, 2013:127). Reksadana merupakan wadah untuk mengelola dana
masyarakat yang telah dipercayakan untuk diinvestasikan pada
instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar modal. Pengelola
reksadana dapat berupa perusahaan efek dengan divisi khusus dan
perusahaan yang bergerak khusus sebagai perusahaan investasi.
4. Fungsi Pasar Modal
Menurut Hadi (2013:16-17) pasar modal memberikan fungsi besar
terhadap pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan dari investasi.
Fungsi pasar modal tersebut adalah:
a) Bagi perusahaan
Pasar modal memberi ruang dan peluang bagi peusahaan untuk
memperoleh sumber dana yang relatif memiliki risiko investasi (cost of
capital) rendah dibandingkan sumber dana jangka pendek dari pasar
uang.
b) Bagi investor
Pasar modal memberikan ruang investor dan profesi lain memanfaatkan
untuk memperoleh return yang cukup tinggi. Investor yang berinvetasi di
pasar modal tidak harus memiliki modal besar, kemampuan analisis yang
baik, bahkan memberikan peluang bagi pemula.
c) Bagi perekonomian nasional
Pasar modal berperan penting dalam rangka meningkatkan, mendorong
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Hail ini ditunjukkan dengan pasar
modal menyediakan sarana bertemunya antara lender dan borrower.
5. Indeks Pasar Modal
Indeks di pasar modal atau biasa disebut indeks harga saham diperlukan
sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga saham. Indeks
23
harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga
saham dalam suatu periode (Danareksa Online, 2016). Indeks harga saham
adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui
perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap tahun dasar (Lubis,
2008:157). Indeks harga saham diartikan sebagai salah satu ukuran untuk
menggambarkan perubahan harga saham dalam suatu periode yang terkait
dengan peristiwa ekonomi maupun non ekonomi.
Bursa Efek Indonesia saat ini telah mengelompokkan jenis indeksnya ke
dalam 16 kelompok (Hartono, 2015:151-165), yaitu:
a) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua perusahaan tercatat dalam bursa sebagai
komponen perhitungan. Bursa Efek Indonesia berwenang untuk
memasukkan dan/atau mengeluarkan perusahaan tercatat dari
perhitungan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia.
b) Indeks Sektoral
Perhitungannya menggunakan masing-masing perusahaan tercatat
dalam kategori sektor. Terdapat sembilan sektor yang ada di Bursa
Efek Indonesia. Kesembilan sektor tersebut meliputi:
Sektor 1, pertanian (agriculture)
Sektor 2, pertambangan (mining)
Sektor 3, industri dasar dan kimia (basic industry and chemicals)
Sektor 4, aneka industri (miscellaneous industry)
Sektor 5, industri barang-barang konsumen (consumer goods industry)
Sektor 6, properti, real estate dan konstruksi bangunan (property, real
estate and building construction)
Sektor 7, infrastruktur, utilitas, dan trasnportasi (infrastructure,
utilities and transportation)
Sektor 8, keuangan (finance)
Sektor 9, perdagangan, jasa dan investasi (trade, services and
investment)
c) Indeks LQ45
Terdapat empat puluh lima perusahaan yang listing dalam BEI yang
akan masuk dalam indeks ini. Pertimbangan indeks ini adalah melihat
kepada kinerja perusahaan dan nilai kapitalisasi pasar yang besar.
Indeks LQ45 diperbarui setiap enam bulan.
24
d) Jakarta Islamic Index (JII)
Menggunakan tiga puluh saham dalam kriteria syariah perusahaan
dengan mempertimbangkan likuiditas dan kapitalisasi pasar.
e) Indeks Kompas100
Terdiri dari seratus saham emiten yang dipilih berdasarkan likuiditas,
kapitalisasi pasar, dan kriteria lain. Indeks ini diperbarui setiap enam
bulan.
f) Indeks BISNIS-27
Terdiri dari dua puluh tujuh saham emiten dengan kriteria
fundamental, teknikal, akuntabilitas, dan tata kelola perusahaan.
g) Indeks PEFINDO25
Merupakan hasil kerjasama BEI dengan lembaga rating PEFINDO.
Indeks ini dimaksudkan untuk memberi informasi tambahan
khususnya untuk saham emiten kecil dan menengah. Indeks ini terdiri
dari 25 saham.
h) Indeks SRI-KEHATI
Terdiri dari 25 emiten dengan kriteria tertentu hasil kerjasama dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Saham yang
dimasukkan dalam indeks ini terdaftar dengan praktik yang
mendukung keberlanjutan melalui cara peduli lingkungan, sosial dan
good corporate governance.
i) Indeks Papan Utama
Indeks ini dimaksudkan untuk menanpung perusahaan yang berukuran
besar dan mempunyai kinerja yang baik yang terdiri dari tiga puluh
empat saham.
j) Indeks Papan Pengembangan
Indeks ini diperuntukkan guna memperbaiki perusahaan dengan
kinerja yang menurun, perusahaan yang mempunyai prospek baik
tetapi belum menguntungkan. Terdiri dari dua ratus delapan puluh
tujuh saham.
k) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks ini terdiri dari saham-saham perusahaan dengan kriteria syariah
yang ditetapkan oleh BAPEPAM-LK.
l) IDX30
Indeks ini terdiri dari 30 saham dengan kapitalisasi terbesar di LQ45.
Pemilihan saham dilakukan setiap 6 bulan.
m) Indeks Infobank15
Indeks ini terselenggara sebagai hasil kerjasama BEI dengan PT
Infoarta Pratama yang merupakan penerbit dari majalah Infobank.
Indeks ini dihitung berdasarkan 15 saham unggulan perbankan dengan
kriteria tertentu.
n) Indeks SMintra18
Indeks ini berisi 18 saham infrastruktur dan pendukung infrastruktur.
Indeks ini merupakan hasil kerjasama BEI dengan PT Sarana Multi
Infrastructure.
25
o) Indeks MNC36
Indeks ini diluncurkan oleh Grup MNC. Berisi 36 saham perusahaan
dengan kapitalisasi pasar yang dihitung dengan rata-rata tertimbang.
p) Indeks Individual
Merupakan indeks harga saham untuk masing-masing emiten yang
listing di BEI.
6. Fungsi Indeks Pasar Modal
Lubis (2008:157) mengemukakan bahwa indeks pasar modal memiliki 5
fungsi yaitu:
a) Sebagai indikator tren pasar.
Mengetahui pergerakan harga saham pada periode tertentu, apakah
dalam kondisi aktif atau lesu.
b) Sebagai indikator tingkat keuntungan.
Jika indeks mengalami kenaikan, maka kekayaan pemegang saham
kemungkinan akan bertambah.
c) Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
Membantu para investor untuk menentukan portofolio yang akan
digunakan melihat kondisi indeks harga saham.
d) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
Pemodal dapat melakukan diversifikasi investasi untuk mengurangi
risiko menurunnya harga saham suatu perusahaan.
e) Berkembangnya produk derivatif.
Ketika pertumbuhan indeks harga saham menguat, investor juga
akan mulai tertarik dengan produk derivatif sebagai salah satu
alternatif investasi yang menarik. Produk derivatif adalah produk
turunan berupa perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset,
atau nilai di suatu masa yang akan datang dengan asetnya sebagai
acuan pokok (Danareksa Online, 2016).
C. Saham
1. Pengertian Saham
“Stock, both common and preferred, represents ownership, or equity, in
a corporation” (saham, baik itu saham biasa maupun saham preferen
mencerminkan kepemilikan atau modal dalam sebuah perusahaan) (Mayo,
2014:266). Saham merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau badan
26
usaha dalam suatu perusahaan (Bursa Efek Indonesia, 2016). Pemegang
saham memiliki klaim atas penghasilan perusahaan, klaim atas aset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2. Karakteristik Saham Biasa
Saham memiliki tiga karakteristik (Hadi, 2013:67-68) yaitu:
a) Limited risk, pemegang saham hanya bertanggung jawab sesuai
dengan jumlah yang disetorkan, yaitu sejumlah nilai saham yang
dimiliki. Keuntungan dan kerugian yang terjadi pada perusahaan
akan dinikmati dan ditanggung sesuai proporsi kepemilikannya.
b) Ultimate control, pemegang saham secara kolektif akan menentukan
arah dan tujuan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
c) Residual claim, pemegang merupakan pihak terakhir yang mendapat
pembagian hasil perusahaan. pemegang saham juga mendapat bagian
atas sisa aset perusahaan ketika mengalami likuidasi setelah
dikurangi oleh kewajiban-kewajiban perusahaan.
3. Hak Pemegang Saham Biasa
Sebagai pemegang saham biasa, ada beberapa hak yang dapat diperoleh
yaitu (Hartono, 2015:175-176):
a) Hak kontrol, yaitu pemegang saham dapat berkontribusi dalam
pemilihan pimpinan perusahaan.
b) Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu pemegang saham
berhak untuk memperoleh bagian atas keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
c) Hak preemptive, yaitu hak pemegang saham untuk mendapat
prioritas ketika perusahaan mengeluarkan ekuitas terbatas. Ini
merupakan hak istimewa pemegang saham lama untuk memiliki
saham baru dengan harga dan waktu tertentu.
d) Hak atas aset perusahaan, yaitu hak pemegang saham untuk
memperoleh bagian tertentu ketika perusahaan dilikuidasi.
4. Jenis Saham Biasa
Saham biasa memiliki beberapa jenis (Fahmi, 2015:81-82) yaitu:
27
a) Saham unggulan (blue chip-stock) merupakan saham perusahaan
terkenal yang memiliki kinerja laba, pertumbuhan, dan manajemen
yang berkualitas.
b) Growth stock merupakan saham-saham yang diharapkan
memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham
lain. Saham ini memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang
tinggi.
c) Saham defensif (defensive stock) adalah saham yang cenderung
stabil ketika kondisi ekonomi tidak menentu.
d) Saham siklikal (cyclical stock) adalah saham yang nilainya cepat
naik ketika ekonomi sedang membaik dan jatuh ketika ekonomi
memburuk.
e) Saham musiman (seasoned stock) adalah saham perusahaan yang
penjualannya bervariasi karena dampak musiman.
f) Saham spekulatif (speculative stock) merupakan saham dengan
tingkat spekulasi yang tinggi. Saham emiten ini memiliki potensi
penghasilan di masa depan, meskipun penghasilan tersebut belum
bisa dipastikan.
5. Keuntungan dan Kerugian Investasi Saham Biasa
Manis (2008) dalam Delphinea (2016) menyatakan terdapat beberapa
keuntungan dan kerugian berinvestasi saham, yaitu:
a) Keuntungan investasi saham
1) Capital Gain adalah keuntungan dari selisih harga jual dengan
harga beli, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli.
2) Dividen merupakan keuntungan yang diberikan kepada pemegang
saham sebagai bagian dari keuntungan perusahaan.
3) Saham Bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham
merupakan selisih harga jual terhadap nominal saham pada saat
perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
b) Kerugian investasi saham
1) Capital Loss merupakan kerugian yang diakibatkan selisih harga
beli lebih tinggi daripada harga jual.
2) Tidak mendapatkan dividen yaitu kerugian yang diakibatkan
kinerja perusahaan yang menurun sehingga perusahaan tidak
dapat membagikan dividen.
3) Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi. Posisi pemegang saham
adalah setelah kreditor dan pemegang saham preferen sehingga
memungkinkan pemegang saham tidak mendapatkan bagi hasil
penjualan aset perusahaan.
4) Delisting adalah pengeluaran saham emiten dari pencatatan bursa
efek.
28
5) Saham dalam kondisi suspend. Saham yang mengalami suspend
atau diperhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa
mengakibatkan investor tidak dapat menjual saham hingga saham
suspend tersebut dicabut. Kondisi suspend diakibatkan oleh
saham yang mengalami lonjakan harga luar biasa, perusahaan
pailit, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas
bursa menghentikan sementara perdagangan saham.
6. Faktor-faktor Penggerak Harga Saham
Terdapat beberapa kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi
terjadinya fluktuasi harga saham (Fahmi, 2015:86), yaitu:
a) Kondisi mikro dan makro ekonomi.
b) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan
ekspansi (perluasan usaha).
c) Pergantian direksi secara tiba-tiba.
d) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya telah masuk ke pengadilan.
e) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
f) Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara
menyeluruh dan telah menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
g) Efek psikologis pasar yang mampu menekan kondisi teknikal dalam
jual beli saham.
7. Penilaian Saham Biasa
Secara umum dikenal adanya tiga jenis unsur penilaian saham biasa,
yaitu:
a) Nilai buku merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan
pembukuan perusahaan emiten. Nilai buku mencerminkan nilai
perusahaan dan nilai perusahaan pada nilai kekayaan bersih
ekonomisnya. “Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva
dengan total kewajiban (Halim, 2015:107).”
b) Nilai pasar adalah harga suatu saham di pasar.
29
c) Nilai intrinsik/nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau
yang seharusnya terjadi.
D. Return Saham
1. Pengertian Return Saham
Investasi merupakan salah satu alternatif bagi setiap individu dalam
menyimpan dananya. Investor dalam melakukan investasi mengharapkan
pengembalian atau return sebagai hasil investasinya, tanpa melupakan risiko
yang harus dihadapi. Return merupakan salah satu faktor pendorong dalam
berinvestasi dan sebagai imbalan atas keberanian investor untuk menanggung
risiko.
Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati
dari suatu investasi, tentunya pemodal tidak melakukan investasi (Robert Ang
dalam Hadi, 2013:194). Pendapat ini sejalan dengan Fahmi (2015:208) bahwa
return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu maupun
institusi dari hasil investasi yang dilakukan. Setiap investasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang yang dilakukan mempunyai tujuan utama
untuk memaksimalkan return.
2. Komponen Return
Sumber pendapatan dalam investasi saham terdiri dari dua komponen,
yaitu (Suteja dan Gunardi, 2016:21):
30
a) Yield
Yield merupakan komponen return yang berkaitan dengan jalannya
kinerja organisasi. Nilai yield akan diperoleh secara periodik dari suatu
investasi yang dilakukan.
b) Capital Gain (Loss)
Merupakan hasil yang diperoleh karena terdapat kenaikan (penurunan)
harga surat berharga yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi
investor.
3. Jenis Return
Kedua komponen return digunakan investor untuk memperkirakan total
return yang dapat diperoleh. Return dapat dibedakan menjadi dua (Suteja dan
Gunardi, 2016:22), yaitu:
a) Return realisasian (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi, yang dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja perusahaan. Return realisasian dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
atau
Sumber: Hartono (2015:264-265)
Keterangan:
Pt = harga saham pada waktu t
Pt-1 = harga saham pada waktu t-t
Dt = Dividen pada waktu t
b) Return ekspektasi (expected return)
Adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasi bersifat perkiraan dan belum terjadi dan
diterima investor. Penggunaan return ekspektasian ini lebih penting
dibandingkan return historis karena untuk pengambilan keputusan
investasi yang akan dilakukan (Hartono, 2015:280). Mengestimasi
return ekspektasian dapat dilakukan dengan banyak teknik, namun
terdapat tiga model yang digunakan secara luas untuk menguji pasar
efisiensi (Tandelilin, 2010:225).
.
Return = capital gain (loss) + yield
31
Brown dan Warner dalam Tandelilin (2010:225-226) untuk mengestimasi
return ekspektasian dapat menggunakan tiga model yaitu:
a) Mean-Adjusted Model
Model ini menganggap bahwa return ekpektasian bernilai konstan yang
sama dengan rata-rata return realisasian sebelumnya selama periode
estimasi. Return dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Hartono (2015:648)
Keterangan: E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i periode ke-t
Ri,j = return return realisasian sekuritas ke-i periode ke-t
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai t2
b) Market Model
Teknik ini menggambarkan hubungan antara sekuritas dengan pasar
dalam sebuah persamaan regresi linier sederhana antara return sekuritas
dengan return pasar. Market model digambarkan dengan persamaan
sebagai berikut:
Sumber: Hartono (2015:653)
Keterangan:
Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i periode estimasi ke-j
𝛼i = intersep dalam regresi untuk sekuritas ke-i
𝛽i = koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi
Rmj = tingkat pengembalian pasar pada hari t
𝜀i,j = kesalahan residu sekuritas ke-i periode estimasi ke-j
c) Market-Adjusted Model
Teknik ini menghitung return tak normal dengan menghilangkan
pengaruh pasar terhadap return harian pasar. Model ini tidak perlu
menggunakan periode estimasi dalam perhitungannya, karena return
sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Return ini
dihitung dengan rumus:
𝑅𝑖, 𝑗 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖. 𝑅𝑚𝑗 + 𝜀𝑖, 𝑗
32
Sumber: Hartono (2015:659)
Keterangan: E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas i pada hari t
Rm,t = return pasar pada hari t dapat dihitung dengan
rumus (IHSGt – IHSGt-1) / IHSGt-1
E. Pasar Efisiensi
1. Pengertian Pasar Efisiensi
Pasar efisien (efficient market) adalah suatu kondisi dimana informasi
tentang semua harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada
hambatan khusus (Fahmi, 2015:267). Mayo (2014:109) menyatakan “ ... the
efficient market hypothesis argues that the security’s price adjusts rapidly to
new information and must reflect all known information concerning the
firm.” (bahwa dalam pasar efisien harga saham dapat menyesuaikan dengan
cepat terhadap suatu informasi dan harus mereflesikan seluruh informasi
yang diketahui tentang perusahaan). Seluruh informasi dalam pasar efisien
dapat diketahui, bukan hanya informasi masa lalu tetapi juga informasi
terkini yag diterima orang secara umum dan informasi dalam.
Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) adalah teori yang
menyatakan bahwa dalam pasar bebas, dengan persaingan dalam persaingan
memperoleh keuntungan, semua informasi pengetahuan dan perkiraan
direfleksikan secara akurat di dalam harga-harga pasar (Shook dalam
Fahmi, 2015:268). Dunia dengan tingkat komunikasi yang lebih maju,
informasi menyebar secara cepat di dalam komunitas investasi. Pasar
kemudian menyesuaikan harga sebagai dampak dari informasi. Seiring
E(Ri,t) = Rm,t
33
dengan waktu, masing-masing investor telah mempelajari informasi, harga
saham mungkin akan segera berubah, sehingga investor tidak akan bisa
mengambil keuntungan dari adanya informasi.
2. Bentuk Pasar Efisiensi
Kompetisi antar investor, kecepatan penyebaran informasi, dan kecepatan
penyesuaian atas harga sekuritas dalam pasar efisien menyebabkan investor
tidak dapat mengharapkan kinerja pasar secara konsisten. Investor memang
mengetahui bahwa pasar efisien, tetapi mereka tidak tahu seberapa
efisiennya. Tingkat efisien merupakan hal penting karena digunakan untuk
menentukan nilai tempat investor dalam menggunakan berbagai jenis
analisis untuk memilih sekuritas. Terdapat tiga tingkatan dalam pasar
efisien, yaitu :
a. Pasar efisiensi bentuk lemah (weak form)
Pasar dalam bentuk ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan
semua informasi masa lalu. Keadaan seperti ini menyebabkan pemodal
tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan
menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi yang ada
pada catatan harga di waktu yang lalu. (Sjahrial, 2014:223).
b. Pasar efisiensi bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dalam bentuk ini menyatakan harga saham sesuai dengan
informasi yang ada di masyarakat. Informasi ini meliputi harga-harga di
masa lalu dan informasi tentang perusahaan yang dipelajari melalui
laporan keuangan, lingkup industri dan lingkungan ekonomi. Para
pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal
dengan memanfaatkan public information. (Sjahrial, 2014:223).
c. Pasar efisiensi bentuk kuat (strong form)
Pasar dalam bentuk ini menyatakan harga saham merefleksikan
informasi yang relevan baik itu informasi publik, khusus maupun
informasi dalam perusahaan. Keadaan semacam ini pasar modal akan
seperti rumah lelang yang ideal: harga selalu wajar dan tidak ada
investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang
harga saham (Sjahrial, 2014:223).
34
3. Kondisi Penyebab Pasar Efisien dan Tidak Efisien
Bentuk efisiensi pasar selain mempertimbangkan ketersediaan
informasi juga memperhatikan kecanggihan pelaku pasar. Pelaku pasar
yang canggih akan menganalisis terlebih dahulu informasi yang muncul
sebelum mengambil keputusan (Suteja dan Gunardi, 2016:82-83).
Menurut Hartono (2015:607-608), syarat-syarat tercapainya pasar efisien
adalah:
a. Investor adalah penerima harga (price taker), yang berarti bahwa
sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat
mempengaruhi harga dari suatu sekuritas.
b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat
yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut
murah.
c. Informasi yang terjadi bersifat random dan tiap-tiap pengumuman
informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya.
d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan
cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya
mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan
yang baru.
Sebaliknya jika kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar
tidak efisien dapat terjadi. Menurut Hartono (2015:609-610) terdapat
beberapa kondisi yang menyebabkan pasar tidak efisien:
a. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi
harga dari sekuritas.
b. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak
seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap
suatu informasi yang sama. Karena penyebaran informasi tidak
merata, ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi tepat
waktu, sebagian dengan terlambat dan sisanya mungkin tidak
menerima informasi.
c. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh
sebagian pelaku pasar.
d. Investor adalah individual-individual yang lugas dan tidak canggih.
35
F. Abnormal Return
1. Pengertian Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya
(realisasi) yang terjadi dengan return ekspektasi (Halim, 2015:89). Abnormal
return biasanya terjadi pada pasar yang tidak efisien. Pasar dikatakan tidak
efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati abnormal return
dalam waktu lama. Efisiensi dalam konteks ini adalah semua informasi dapat
diakses dengan mudah dan murah sehingga tidak ada investor yang bisa
memperoleh abnormal return dengan memanfaatkan informasi yang
dimilikinya. Abnormal return dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Halim (2015:90)
Keterangan: ARTNi,t = abnormal return sekuritas i pada waktu ke-t
A(Ri,t) = actual return sekuritas i pada waktu ke-t
E(Ri,t) = expected return sekuritas i pada waktu ke-t
2. Rata-rata Abnormal Return
Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap
sekuritas, melainkan dilakukan secara agregat dengan menguji seluruh rata-
rata abnormal return secara cross-section untuk tiap hari di periode peristiwa
(Hartono, 2015:660). Rata-rata abnormal retun dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
ARTNi,t = A(Ri,t) – E(Ri,t)
36
Sumber: Hartono (2015:660)
Keterangan: RRTNt = rata-rata abnormal return hari ke-t
RTNit = abnormal return sekuritas ke-i hari ke-t
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh
G. Aksi Korporasi (Corporate Action)
Corporate action adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang
bobotnya cukup material sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi
harga saham dari perusahaan yang bersangkutan di bursa efek (Robert Ang
dalam Hadi, 2013:177). Tindakan materil yang dimaksud adalah tindakan ini
dilakukan secara sadar dan direncanakan dengan harapan mampu mempengaruhi
harga saham perusahaan yang bersangkutan. Makna cukup materil yaitu aksi
korporasi ini mempunyai bobot yang cukup besar, tetapi hal ini bersifat relatif
tergantung pada persepsi investor. Basir dan Fakhrudin (2005:77) menyatakan
bahwa aksi korporasi berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham.
Pengaruhnya dapat berwujud perubahan jumlah saham beredar maupun harga
saham.
Terdapat beberapa bentuk aksi korporasi yang dilakukan perusahaan yaitu
pembagian dividen, pemecahan saham (stock split) atau penyatuan saham
(reverse stock split), penawaran umum terbatas (right issue), dan pembelian
kembali saham (stock buyback). “Aksi korporasi juga mencakup aksi strategis
emiten lainnya seperti merger, akuisisi, spin off, penawaran umum perdana
(IPO), secondary offering maupun additional listing seperti private placement,
37
dan konversi saham (Basir dan Fakhrudin, 2005:77).” Setiap keputusan aksi
korporasi harus mendapat persetujuan pemegang saham karena keputusan ini
bersifat strategis dan mempengaruhi pemegang saham.
H. Pembelian Kembali Saham (Stock Buyback)
1. Pengertian Pembelian Kembali Saham (Stock Buyback)
Kondisi pasar, baik itu eksternal maupun internal akan mempengaruhi
strategi manajemen perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan
kelangsungan usahanya tetap terjaga. Manajemen perusahaan harus mampu
untuk membaca, menangkap dan memahami setiap perubahan yang terjadi di
pasar. Strategi dibuat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. Salah
satu kebijakan dalam perusahaan adalah stock buyback.
Stock buyback merupakan kebijakan perusahaan untuk membeli kembali
beberapa saham beredar perusahaan. Pembelian kembali saham didasari atas
pertimbangan bahwa saham layak dibeli dan perusahaan memiliki kas yang
cukup. “Repurchased shares are generally held in the firm’s “treasury” for
future use “ (saham yang dibeli kembali biasanya digunakan sebagai “harta
karun” perusahaan yang digunakan di masa depan) (Mayo, 2014:279).
Meskipun biaya stock buyback akan akan mengurangi modal perusahaan,
saham tersebut tidak akan stagnan tetapi akan digunakan oleh perusahaan.
2. Alasan Pembelian Kembali Saham
Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan untuk melakukan stock
buyback, kemungkinan tersebut meliputi (Basir dan Fakhrudin, 2005:179-
183):
38
a) Untuk menjaga kewajaran harga saham.
Harga saham merupakan salah satu tolok ukur baik tidaknya
kinerja perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja perusahaan maka
akan semakin baik pula harga sahamnya (meningkat). Buyback
merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk
meningkatkatkan harga saham perusahaan yang jatuh.
b) Sinyal psikologis ke pasar.
Pengumuman buyback diharapkan mampu memberikan sinyal
positif ke pasar bahwa harga saham mungkin sudah undervalued,
dengan demikian diharapkan investor menangkap sinyal tersebut
sebagai sinyal positif.
c) Melakukan pembelian kembali saham untuk dijual kembali.
Jika saham yang telah dibeli kembali ini dapat dijual kembali
dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehannya, maka
selisih harga jual dan harga beli tersebut akan ditambahkan sebagai
tambahan modal disetor.
d) Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada
karyawan (ESOP).
Beberapa perusahaan membeli kembali saham dengan tujuan untuk
diberikan kepada karyawannya. Insentif ini disebut employee stock
option plan atau ESOP.
e) Untuk menghindarkan diri dari akuisi oleh perusahaan yang lain
karena memiliki dana kas yang melimpah.
Perusahaan yang mempunyai prospek bagus di masa depan dan
memiliki dana kas yang melimpah merupakan salah satu
perusahaan yang sering diincar untuk akuisisi. Sebagai salah satu
cara untuk pertahanan agar tidak diakuisisi adalah dengan
menggunakan dana kasnya untuk membeli kembali sahamnya.
f) Pertimbangan pajak.
Ketika seorang investor memperoleh dividen maka dia akan
dikenakan pajak atas dividen tesebut. Return yang diberikan emiten
kepada investor akan berkurang akibat adanya pajak atas dividen
yang tingkat pajaknya relatif besar. Untuk alasan demikian, emiten
memilih untuk melakukan buyback sehingga pemegang saham
diberikan pilihan untuk menjual saham ketika investor merasa
bahwa pilihan tersebut memberikan return yang lebih baik.
g) Faktor fleksibilitas bagi emiten.
Keputusan emiten untuk melakukan buyback bagi manajemen
merupakan hal yang fleksibel, karena emiten memiliki keleluasaan
untuk mengatur kapan dan seberapa besar transaksi yang akan
dilakukan.
h) Sebagai upaya penghematan dividen.
Pembelian kembali saham dapat mengurangi pembagian dividen
karena saham yang telah dibeli kembali tidak mendapatkan hak
dividen.
39
Wansley, Lane dan Sarkar dalam Mulia (2009) menjelaskan alasan-
alasan yang mungkin digunakan oleh perusahaan ketika melakukan stock
buyback dan mengelompokkannya ke dalam enam hipotesis, yaitu:
a) Dividend substitution hypothesis.
Pembelian saham kembali menjadi alternatif yang lebih baik
dibandingkan membagikan dividen dalam mendistribusikan
cashflow. Hal ini dikarenakan stock buyback dikenakan pajak
yang lebih rendah daripada dividen.
b) Leverage hypothesis.
Ketika perusahaan membagi kelebihan kapitalnya (melakukan
buyback) maka nilai ekuitas perusahaan menurun, sehingga debt
ratio akan meningkat. Meningkatnya debt ratio berarti meningkat
pula leverage perusahaan. Perusahaan lebih suka melakukan
buyback saham jika rasio leverage-nya di bawah angka yang
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.
c) Reissue hypothesis.
Pembelian kembali saham dilakukan dengan tujuan menyediakan
sejumlah saham untuk keperluan program pensiun, bonus, stock
option, atau bentuk stock reissue lainnya.
d) Investment hypothesis.
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan untuk berinvestasi
akan menggunakan kelebihan kasnya untuk membeli kembali
sahamnya.
e) Information signalling hypothesis.
Perusahaan melakukan buyback untuk memberikan sinyal positif
kepada investor tentang kinerja perusahaan.
f) Wealth transfer hypothesis.
Ketika saham mengalami undervalued maka akan menyebabkan
wealth transfer dari pemegang saham kepada pihak bukan
pemegang saham. Selain itu, buyback dilakukan untuk
memperoleh keuntungan bagi manajemen perusahaan, baik
dengan menurunnya kecenderungan perusahaan untuk diambil
alih, ataupun dengan meningkatnya persentase kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan.
3. Metode Pembelian Kembali Saham
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan stock
buyback. Beberapa diantaranya yaitu (Grullon and Ikenberry,2000; Hsieh
and Wang, 2009):
40
a) Fixed-price tender offers
Perusahaan dengan metode ini memberikan penawaran untuk membeli
saham dengan harga yang telah ditentukan kepada pemegang saham
pada periode tertentu. Harga saham yang telah ditentukan biasanya
lebih tinggi dari harga pasar, hal ini dimaksudkan untuk memberikan
penawaran premium kepada pemegang saham untuk menjual
sahamnya. Pemegang saham dapat memilih untuk menjual sahamnya
atau tetap mempertahankannya. Jika penawaran terlalu banyak, maka
manajemen dapat memilih untuk meningkatkan jumlah saham yang
dibeli. Jika penawaran sedikit, maka manajemen dapat mengakhiri
penawaran, memperpanjang periode, atau membeli saham yang telah
ditawarkan.
b) Dutch-auction tender offers
Perusahaan akan menentukan range harga saham yang akan dibeli
kembali. Manajer akan meminta pemegang saham untuk memilih
salah satu tingkat harga yang mereka tawarkan untuk dibeli kembali
perusahaan. Pada batas akhir penawaran, perusahaan akan memilih
harga saham yang terbaik untuk dibeli.
c) Open-market share repurchases
Metode ini menggunakan perantara pialang dalam mekanisme
pembelian kembali saham perusahaan. Program ini umumnya
dilakukan selama dua hingga tiga tahun. Perusahaan biasanya
membeli saham dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan
metode dutch-auction.
d) Transferable put-rights distributions (TPRs)
Perusahaan akan memberikan satu TPR untuk setiap pemegang
saham sesuai proporsi kepemilikannya. Setiap satu TPR yang dimiliki
pemegang saham dapat digunakan untuk menjual satu lembar saham
kepada perusahaan dengan harga yang telah ditentukan dalam periode
tertentu.
e) Targeted stock repurchases/privately negotiated
Targeted stock repurchase/ privately negotiated menggunakan
mekanisme negosiasi secara langsung antar pemegang saham dengan
perusahaan. Metode ini memungkinkan perusahaan membeli saham
dalam jumlah besar dari pemegang sahamnya dengan harga premium.
Perusahaan biasanya menggunakan metode ini untuk menghindari
ancaman pengambil-alihan yang tidak diinginkan. Namun, metode ini
tidak selalu untuk tujuan penghindaran ancaman pengambil-alihan.
Sebagai contoh, perusahaan menggunakan targeted stock repurchases
untuk mengurangi kepemilikan saham yang besar dari block holder.
Praktik stock buyback di Indonesia biasanya dilakukan dengan dua cara,
yaitu (Halim, 2015:77):
41
a) Tender
Perusahaan membuat tender penawaran formal kepada pemegang
saham untuk membeli sejumlah saham dengan tingkat harga tertentu
(biasanya lebih tinggi dari harga pasar).
b) Pembelian Langsung
Perusahaan membeli langsung di pasar modal melalui pialang dengan
memberikan fee sebesar persentase tertentu.
Penelitian ini menggunakan kedua jenis metode stock buyback dalam
pemilihan sampelnya.
4. Keuntungan dan Kerugian Melakukan Pembelian Kembali Saham
Adapun keuntungan dan kerugian melakukan stock buyback adalah
sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006:108-109):
a) Keuntungan pembelian kembali saham (stock buyback)
1) Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai sinyal positif
oleh investor karena biasanya dimotivasi oleh adanya keyakinan
manajemen bahwa saham perusahaan dinilai terlalu rendah.
2) Para pemegang saham dapat memilih untuk menjual atau
mempertahankan sahamnya. Jika para pemegang saham sedang
membutuhkan uang dapat menjual kembali sebagian saham
mereka, sedangkan yang tidak membutuhkan dapat tetap
mempertahankan saham mereka.
3) Pembelian kembali saham dapat menghilangkan satu blok besar
saham yang “menggantungi” pasar dan menahan harga per lembar
saham.
4) Manajemen lebih suka mendistribusikan kelebihan kasnya yang
dianggap sebagai hal yang sementara dengan melakukan
pembelian kembali saham daripada harus mengumumkan
kenaikan dividen tunai yang tidak dapat dipertahankan.
5) Perusahaan memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam
menyesuaikan total distribusinya karena pembelian kembali
saham dapat bervariasi dari tahun ke tahun tanpa akan
menimbulkan sinyal negatif.
6) Pembelian kembali dapat digunakan untuk menciptakan
perubahan struktur modal dalam skala besar.
7) Perusahaan dapat membeli kembali saham dan kemudian
menggunakannya untuk program kompensasi karyawan, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan saham baru.
42
b) Kerugian pembelian kembali saham (stock buyback)
1) Jika banyak perusahaan mengumumkan program pembelian
kembali secara rutin. Akumulasi pajak yang tidak tepat
kemungkinan dapat menjadi ancaman.
2) Para pemegang saham yang melakukan penjualan mungkin tidak
sepenuhnya menyadari seluruh implikasi dari pembelian kembali.
3) Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu tinggi untuk
membeli kembali saham.
I. Aktivitas Perdagangan Saham
Penelitian ini menggunakan aktivitas perdagangan saham real-time yang
tercatat melalui Jakarta Automated Trading System (JATS). Data ini dapat
diakses melalui situs resmi BEI. Peneliti menggunakan trading volume activity
(TVA) dan frekuensi perdagangan saham sebagai alat untuk mengetahui
pengaruh adanya event terhadap aktivitas perdagangan saham.
1. Trading Volume Activity (TVA)
Trading volume activity (TVA) merupakan jumlah total saham yang
diperdagangkan di pasar sekunder pada periode tertentu. TVA merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan dalam analisis teknikal. TVA
merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar
modal terhadap informasi melalui pergerakan aktivitas volume perdagangan
saham ((Ariyanto (2009) dalam Junizar, 2013)). Pendekatan menggunakan
trading volume activity digunakan untuk menguji pasar efisiensi bentuk
lemah (Nurhaeni, 2009). Hal ini dikarenakan dalam pasar efisien lemah,
perubahan harga pada saham tidak segera mencerminkan informasi yang
ada, sehingga peneliti hanya dapat mengamati reaksi pasar melalui
pergerakan trading volume activity saham yang diteliti.
43
Naik turunnya TVA mencerminkan tentang informasi yang diserap oleh
investor. Trading volume activity yang meningkat menunjukkan bahwa
informasi diserap investor sebagai berita baik (good news) dan menurun
ketika informasi dianggap sebagai berita buruk (bad news). Trading volume
activity yang menunjukkan kenaikan akan berpengaruh terhadap naiknya
harga atau return saham.
2. Trading Frequency Activity (Aktivitas Frekuensi Perdagangan)
Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali terjadinya transaksi jual
beli saham yang bersangkutan pada waktu tertentu. Frekuensi perdagangan
saham sangat mempengaruhi jumlah saham yang beredar, jika jumlah
frekuensi perdagangan besar maka saham tersebut dinyatakan sebagai
saham teraktif yang diperdagangkan (Taslim, 2015). Saham yang frekuensi
perdagangannya besar diduga karena transaksinya yang sangat aktif, hal ini
disebabkan karena tingginya minat investor. Semakin aktif suatu saham
diperdagangkan maka semakin likuid saham tersebut. Sebaliknya jika
frekuensi transaksi perdagangan suatu saham rendah maka saham tersebut
dianggap kurang likuid atau tidak diminati investor.
Frekuensi perdagangan saham merupakan salah satu elemen aktivitas
pasar modal yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap
informasi yang masuk ke pasar modal (Sandrasari, 2010). Perkembangan
aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan indikasi penting dalam
mempelajari tingkah laku pasar. Biasanya investor akan mendasarkan
keputusan pada berbagai informasi di dalam maupun di luar pasar modal.
44
J. Signaling Theory
Menurut Tandelilin (2010:579) signaling theory merupakan suatu tindakan
nyata yang dilakukan oleh manajer untuk memberikan koreksi informasi yang
terjadi di pasar yang ditangkap secara jelas sebagai sinyal yang membedakannya
dengan perusahaan lain. Informasi dapat berupa berita baik (good news) atau
berita buruk (bad news). Jika informasi mengandung berita baik (good news)
maka diharapkan pasar akan bereaksi positif, namun jika sebaliknya pasar akan
bereaksi negatif jika informasi tersebut merupakan berita buruk (bad news)
(Tandelilin, 2010:565). Reaksi pasar akan terlihat melalui abnormal return
positif (berita baik) dan abnormal return negatif (berita buruk).
Informasi stock buyback merupakan salah satu upaya manajemen untuk
memberikan koreksi informasi bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik
dan harga saham saat ini tidak mencerminkan kondisi perusahaan. Perusahaan
yang melakukan stock buyback mengindikasikan bahwa tingkat profitabilitas
perusahaan dalam keadaan baik sehingga perusahaan memiliki cukup banyak
free cash flow (Mulia, 2009). Dikarenakan hal tersebut perusahaan ingin
meyakinkan investor bahwa saham perusahaan memiliki nilai intrinsik yang
lebih besar daripada harga pasarnya, sehingga perusahaan ingin membeli
kembali saham dengan harga premium (Delphinea, 2016).
K. Studi Peristiwa (Event Study)
Studi peristiwa (event study) menurut Tandelilin (2010:239) merupakan
penelitian yang mengamati dampak dari adanya suatu pengumuman informasi
terhadap harga saham. Penelitian ini berkaitan dengan seberapa cepat suatu
45
informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin melalui harga saham. Event
study merupakan bagian dalam konsep hipotesis pasar efisien yang dikemukakan
oleh Fama. Event study merupakan bentuk studi untuk menguji efisiensi pasar
bentuk setengah kuat (semistrong form) (Tandelilin, 2010:565).
Menurut Tandelilin (2010:566-569) peristiwa yang menjadi fokus penelitian
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Studi peristiwa konvensional
Studi ini mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang sering
terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh perusahaan. Beberapa contoh
studi peristiwa konvensional antara lain: pengumuman laba, pembayaran
dividen, dan bentuk sejenisnya.
2. Studi peristiwa kluster
Studi ini mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang diumumkan
secara terbuka yang terjadi pada waktu yang sama dan berdampak pada
sekelompok perusahaan (kluster perusahaan) tertentu. Kluster dapat
bersifat relatif sempit hingga luas. Contoh peristiwa kluster adalah
pengumuman pemerintah membuat regulasi pada industri tertentu
sehingga diperkirakan berdampak pada aliran kas perusahaan.
3. Studi peristiwa tak terduga (unanticipated event)
Studi ini merupakan varian dari studi peristiwa kluster yang mempelajari
respons pasar terhadap suatu peristiwa tidak terduga. Contoh penelitian
tipe ini adalah dampak kebocoran nuklir Three Mile Island terhadap
return tak normal perusahaan utilitas bertenaga nuklir dan non-nuklir.
4. Studi peristiwa berurutan (sequential events)
Studi peristiwa berurutan juga merupakan varian dari studi peristiwa
kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap serangkaian
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situasi
ketidakpastian yang tinggi. Contoh penelitian tipe ini adalah dampak
kecelakaan kapal tanker Exon Valdes yang mengakibatkan ditutupnya
lalu lintas kapal minyak di perairan Alaska.
L. Model Konsep Penelitian dan Hipotesis
Perusahaan harus mampu mendeteksi ketika harga saham perusahaan turun
atau ketika mengalami undervalued (Junizar, 2013). Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi penurunan harga saham adalah kondisi ekonomi global yang
46
menurun. Hal ini diperkuat dengan adanya penurunan kepercayaan investor
terhadap kinerja perusahaan (Rasbrant dalam Junizar, 2013). Untuk meningkatkan
kembali kepercayaan investor, perusahaan dapat melakukan salah satu aksi
korporasi berupa pembelian kembali saham (stock buyback). Stock buyback
dianggap sebagai strategi untuk menjaga kewajaran harga saham dan
menginformasikan bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih besar di masa depan.
Respons investor terhadap pengumuman stock buyback dapat dilihat melalui
harga saham dan aktivitas perdagangan sahamnya. Keterbukaan informasi tentang
stock buyback dapat menjadi informasi baik (good news) ataupun informasi buruk
(bad news) bagi investor. Pengumuman stock buyback dianggap mampu
mempengaruhi dalam meningkatkan harga saham yang mengalami penurunan
(undervalued). Langkah perusahaan untuk melakukan stock buyback biasanya
direspons secara positif oleh investor, hal tersebut paling tidak dapat dilihat dari
tidak jatuhnya harga saham perusahaan secara drastis (Fahmi, 2015:126).
Pengumuman stock buyback digunakan perusahaan sebagai sarana untuk
menginformasikan kepada investor dan menyakinkan mereka bahwa saham
memiliki nilai intrinsik yang lebih rendah dibandingkan harga pasarnya (Mulia,
2009). Pengumuman dianggap sebagai peristiwa yang memiliki pengaruh penting
terhadap return saham. Grullon and Ikenberry (2000) menyatakan bahwa stock
buyback dapat meningkatkan laba per lembar saham karena jumlah saham yang
beredar berkurang sehingga harga saham juga meningkat. Penelitian oleh
Oktaviani (2016) menghasilkan kesimpulan bahwa pengumuman stock buyback
47
mampu meningkatkan harga saham, sehingga investor dapat menikmati abnormal
return.
Gambar 4. Model Konsep
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Efisiensi pasar mengandung makna bahwa pelaku pasar akan bergerak
mengikuti perubahan yang terjadi, informasi yang muncul di pasar akan diserap
dengan cepat dan tepat dalam pembentukan keseimbangan harga yang baru
(Tandelilin, 2010:565). Selain menggunakan average abnormal return, respons
pasar dapat dilihat melalui melalui average trading volume activity seperti
penelitian yang dilakukan oleh Junizar (2013). Berdasarkan penelitian Junizar
(2013) terdapat pengaruh signifikan terhadap rata-rata TVA.
Pengumuman
Stock Buyback
Aktivitas
Perdagangan
Saham
Average
Abnormal
Return
Average Trading
Frequency Activity
Average Trading
Volume Activity
48
Sebelum Sesudah
Gambar 5. Model Hipotesis
Sumber: Data diolah (2017)
Saham yang diminati investor akan banyak diperdagangkan, sehingga respons
pasar modal atas informasi yang masuk juga dapat diamati melalui average
trading frequency activity (Sandrasari, 2010). Terjadinya peningkatan permintaan
saham secara tidak langsung akan mempengaruhi frekuensi perdagangan saham
yang kemudian meningkatkan harga saham (Maknun, 2010). Adanya perubahan
average trading frequency activity yang signifikan sebelum dan sesudah
pengumuman dapat diartikan bahwa pengumuman yang dikeluarkan perusahaan
mengandung informasi positif bagi investor.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan average abnormal return sebelum dan
sesudah pengumuman stock buyback.
Pengumuman Stock Buyback
Average Trading
Frequency Activity
Average Trading
Frequency Activity
H3
Average Abnormal
Return
Average Trading
Volume Activity
Average Abnormal
Return
Average Trading
Volume Activity
H1
H2
49
H2 = terdapat perbedaan yang signifikan average trading volume activity sebelum
dan sesudah pengumuman stock buyback.
H3 = terdapat perbedaan yang signifikan average trading frequency activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
50
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan uji sampel
berpasangan Paired Sample T-Test untuk variabel average abnormal return dan
Wilcoxon Sign Rank Test untuk variabel average trading volume activity dan
average trading frequency activity. Penggunaan uji Paired Sample T-Test
dimaksudkan untuk menguji data dengan distribusi normal yaitu variabel
average abnormal return dan uji Wilcoxon Sign Rank Test untuk data dengan
distribusi tidak normal untuk variabel average trading volume activity dan
average trading frequency activity. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang menggunakan model matematik dan statistik yang menekankan analisisnya
berdasarkan angka-angka sebagai data utama dalam proses penyimpulan
(Kusumawati, 2012:10). Berdasarkan penjelasan di bab sebelumnya, tujuan dari
penelitian ini untuk menguji dan menganalisis adanya perbedaan average
abnormal return, average trading volume activity dan average trading frequency
activity sebelum dan sesudah adanya pengumuman stock buyback.
Bentuk penelitian ini adalah studi peristiwa (event study). Penelitian event
study digunakan untuk mengetahui reaksi pasar atas suatu peristiwa di pasar
modal seperti stock buyback. Menurut Tandelilin (2010:228) pengujian event
study untuk mengamati perubahan harga sekuritas sebagai pengaruh atas suatu
informasi. Event study digunakan untuk pengujian pada efisiensi pasar berbentuk
setengah kuat. Pengumuman stock buyback yang dipublikasikan perusahaan
51
51
diharapkan mampu mempengaruhi dan meningkatkan harga saham yang dinilai
undervalued.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)
yaitu www.idx.co.id. Dipilihnya www.idx.co.id sebagai tempat penelitian
dengan alasan bahwa website resmi BEI menyediakan data yang cukup lengkap
untuk penelitian ini. Data penelitian berupa harga saham penutupan harian,
tanggal pengumuman stock buyback, trading volume saham harian, IHSG
penutupan harian, jumlah saham perusahaan yang beredar dan frekuensi
perdagangan saham harian.
C. Periode Pengamatan
Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama 11 hari, yaitu 5 hari
sebelum, hari pengumuman stock buyback dan 5 hari sesudah. Lamanya periode
pengamatan berbeda tiap peristiwa tergantung pada jenisnya. Periode peristiwa
pendek biasanya untuk jenis peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan
oleh investor (pengumuman dividen). Jika nilai ekonomisnya sulit ditentukan
maka periodenya lebih lama. Pengambilan periode ini dirasa cukup untuk
meneliti abnormal return, trading volume activity, trading frequency activity
karena jika terlalu lama dikhawatirkan adanya gangguan dari munculnya
peristiwa lain seperti stock split, merger, akuisisi dan lain-lain.
51
52
-5 t0 +5
Gambar 6. Periode Pengamatan
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
1. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya (aktual) yang
terjadi dengan return ekpektasian. Abnormal return dalam penelitian ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Halim (2015:90)
Keterangan:
ARTNi,t = abnormal return sekuritas i pada waktu ke-t
A(Ri,t) = actual return sekuritas i pada waktu ke-t
E(Ri,t) = expected return sekuritas i pada waktu ke-t
Sebelum menghitung abnormal return perlu menghitung return realisasian
dan return ekspektasian dahulu. Return realisasian merupakan return yang
terjadi pada waktu ke-t atau return yang telah terjadi. Harga saham yang
digunakan adalah harga saham penutupan. Return realisasian dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Sumber: Hartono (2015:265)
Keterangan:
Pt = harga saham pada waktu t
Pt-1 = harga saham pada waktu t-t
Dt = Dividen pada waktu t
ARTNi,t = A(Ri,t) – E(Ri,t)
53
Merujuk pada penelitian Oktaviani (2016), penelitian ini menggunakan
market adjusted model untuk menghitung return ekspektasian. Market
adjusted model merupakan penduga terbaik untuk mengestimasi return
sekuritas adalah dengan return indeks pasar pada saat itu. Model ini tidak
perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi
karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return pasar. Data indeks
pasar yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian,
yaitu 5 hari sebelum, hari pengumuman, dan 5 hari setelah. IHSG yang
digunakan adalah IHSG penutupan. Untuk menghitung return ekspektasian
menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Hartono (2015:659)
Keterangan: E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas i pada hari t
Rm,t = return pasar pada hari t dapat dihitung dengan
rumus (IHSGt – IHSGt-1) / IHSGt-1
Selanjutnya untuk menghitung average abnormal return dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Sumber: Hartono (2015:660)
Keterangan: RRTNt = rata-rata abnormal return hari ke-t
RTNit = abnormal return sekuritas ke-i hari ke-t
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh
E(Ri,t) = Rm,t
54
Menghitung average abnormal return saham sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
2. Aktivitas Perdagangan Saham
Aktivitas perdagangan saham diukur melalui TVA dan frekuensi
perdagangan saham untuk mengetahui pengaruh dari adanya pengumuman
stock buyback.
a. Trading Volume Activity (TVA)
Trading volume activity (TVA) merupakan jumlah total saham yang
diperdagangkan di pasar sekunder pada periode tertentu. TVA
merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam analisis
teknikal. TVA merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
meilhat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui pergerakan
aktivitas volume perdagangan saham (Ariyanto dalam Junizar, 2013).
Untuk menghitung TVA menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Taslim (2015)
Menghitung average TVA sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
jumlah seluruh abnormal return saham ke-i periode ke-t
Jumlah hari AAR =
55
b. Trading Frequency Activity (Frekuensi Perdagangan Saham)
Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali terjadinya transaksi
jual beli saham yang bersangkutan pada waktu tertentu. Average
trading frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback dapat dihitung dengan menjumlahkan frekuensi perdagangan
saham dibagi dengan jumlah hari, atau dapat ditulis dengan rumus
sebagai berikut:
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sekaran dalam Zulganef (2008:133) mendefinisikan “populasi sebagai
keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang menarik bagi
peneliti untuk ditelaah.” Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock buyback pada
periode tahun 2015-2016. Terdapat 46 perusahaan yang tercatat melakukan
stock buyback. Apabila terdapat perusahaan yang melakukan lebih dari satu
kali stock buyback selama periode pengamatan, maka diartikan bahwa
perusahaan tersebut telah melakukan stock buyback lebih dari satu kali.
Jumlah seluruh TVA saham ke-i pada periode ke-t
Jumlah hari
ATVA =
Jumlah frek. perdagangan saham ke i periode ke-t
Jumlah hari
ATFAi,t =
56
Alasan pemilihan periode tahun 2015-2016 dikarenakan pada periode
tersebut pasar modal Indonesia sedang dalam kondisi tertekan dan
ketidakpastian yang menyebabkan IHSG menurun. Harga saham yang
seharusnya mencerminkan kondisi perusahaan dianggap telah undervalued.
Selain alasan tersebut, peneliti juga mempertimbangkan ketersediaan data di
website Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id.
2. Sampel
“Sampel merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari anggota-anggota
populasi yang terpilih (Zulganef, 2008:134).” Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu penentuan sampel
dengan kriteria dan karakteristik tertentu. Kriteria pengambilan sampel pada
penelitian ini, yaitu:
a) Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2016
yang melakukan pengumuman pembelian saham kembali (stock buyback)
dan melakukan stock buyback sesuai dengan peraturan OJK (POJK
nomor 02/POJK.04/2013 tentang pembelian kembali saham yang
dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar
yang berfluktuasi secara signifikan) dan (SEOJK nomor
22/SEOJK.04/2015 tentang kondisi lain sebagai kondisi pasar yang
berfluktuatif secara signifikan dalam pelaksanaan pembelian kembali
saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik).
57
b) Perusahaan tidak melakukan aksi korporasi lainnya seperti right issue,
merger, akuisisi, stock split dan aksi korporasi lainnya selama periode
pengamatan.
c) Perusahaan memiliki data yang cukup untuk dianalisis, yaitu harga
saham penutupan harian, tanggal pengumuman stock buyback, trading
volume saham harian, IHSG penutupan harian, jumlah saham perusahaan
yang beredar dan frekuensi perdagangan saham harian.
Tabel 2. Pemilihan Sampel
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan terdaftar di BEI selama periode 2015-2016
yang melakukan pengumuman stock buyback dan
melakukan stock buyback sesuai dengan peraturan OJK
(POJK nomor 02/POJK.04/2013) dan (SEOJK nomor
22/SEOJK.04/2015).
46
2. Perusahaan melakukan aksi korporasi lainnya selama
periode pengamatan.
(11)
3. Perusahaan tidak memiliki data yang cukup untuk
dianalisis, yaitu harga saham penutupan harian, tanggal
pengumuman stock buyback, trading volume saham
harian, IHSG penutupan harian, jumlah saham
perusahaan yang beredar dan frekuensi perdagangan
saham harian.
( 0 )
Jumlah sampel 35
Sumber: Data sekunder diolah, 2015-2016
Berikut ini merupakan daftar nama sampel perusahaan yang telah diolah
berdasarkan kriteria pemilihan sampel.
Tabel 3. Daftar Nama Perusahaan Sampel
No. Kode Nama Perusahaan Tanggal
Pengumuman
1 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 20 April 2015
2 APLI PT Asiaplast Industries Tbk 21 April 2015
58
Lanjutan Tabel 3.
3 BHIT PT MNC Investama Tbk 17 Juni 2015
4 BMTR PT Global Mediacom Tbk 17 Juni 2015
5 MSKY PT MNC Sky Vision Tbk 18 Juni 2015
6 MPMX PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk 24 Agustus 2015
7 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 26 Agustus 2015
8 MEDC PT Medco Energi Internasional Tbk 26 Agustus 2015
9 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 28 Agustus 2015
10 ACES PT Ace Harware Indonesia Tbk 31 Agustus 2015
11 CTRP PT Ciputra Property Tbk 31 Agustus 2015
12 SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 31 Agustus 2015
13 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk 31 Agustus 2015
14 PANS PT Panin Sekuritas Tbk 01 September 2015
15 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 01 September 2015
16 PTBA PT Bukit Asam (persero) Tbk 01 September 2015
17 SIDO
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk 01 September 2015
18 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 02 September 2015
19 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk 04 September 2015
20 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 07 September 2015
21 ECII PT Electronic City Indonesia Tbk 22 September 2015
22 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 28 September 2015
23 MAPI PT Mitra Adiperkasa Tbk 30 September 2015
24 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 09 Oktober 2015
25 MPMX PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk 29 Januari 2016
26 BTPN
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk 23 Februari 2016
27 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk 25 Februari 2016
28 MEDC PT Medco Energi Internasional Tbk 25 Februari 2016
29 PLIN PT Plaza Indonesia Realty Tbk 26 Februari 2016
30 LINK PT Link Net Tbk 08 Maret 2016
31 MICE PT Multi Indocitra Tbk 27 Mei 2016
32 ECII PT Electronic City Indonesia Tbk 08 September 2016
33 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 15 September 2016
34 HRUM PT Harum Energy Tbk 02 Nopember 2016
35 BJTM
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur Tbk 23 Desember 2016
Sumber: www.idx.co.id (data diolah peneliti, 2017)
59
F. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
Cooper dan Schindler dalam Zulganef (2008:159) mengungkapkan bahwa
data merupakan nilai-nilai yang diteliti oleh peneliti. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. “Data sekunder adalah
data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi,
2014:104).” Sumber data dalam penelitian ini diambil dari website resmi BEI
www.idx.co.id berupa tanggal pengumuman stock buyback, jumlah saham
beredar perusahaan, volume perdagangan saham harian, harga penutupan
saham harian, IHSG penutupan harian dan frekuensi perdagangan saham
harian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi. “Teknik dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan
data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan
(Sanusi, 2014:114).” Data sekunder yang didokumentasikan berupa harga
saham penutupan harian, jumlah saham perusahaan yang beredar, volume
perdagangan saham harian, frekuensi perdagangan saham harian, dan IHSG
penutupan harian.
G. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
“Statistik deskriptif merupakan bagian dari statistik yang mempelajari
alat, teknik, ataupun prosedur yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran
60
atau mendeskripsikan sekumpulan data dari hasil pengamatan (Lupiyoadi dan
Ikhsan, 2015:84).” Data yang telah dikumpulkan dan diolah selanjutnya akan
disajikan secara sistematik, rapi, dan menarik agar memudahkan pembaca
untuk memahaminya. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan
untuk menggambarkan average abnormal return, average trading volume
activity dan average trading frequency activity sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback.
2. Statistik Inferensial
Quadratullah (2014:194) menjelaskan statistik inferensial merupakan
pengambilan kesimpulan tentang parameter populasi berdasarkan data sampel
yang diambil dari populasi. Ketika statistik inferensial digunakan terhadap
data sampel, ada kemungkinan terjadinya kesalahan (error). Tingkat
kesalahan yang mungkin terjadi dipilih sekecil mungkin. Penelitian ini
menggunakan tingkat kesalahan 0,05 (5%) dan tingkat kepercayaan 0,95
(95%).
Statistik uji dalam statistik inferensial dapat dibedakan menjadi statistika
uji parametrik dan statistika uji non-parametrik. Statistika uji parametrik
mengasumsikan bahwa data terdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan
uji sampel berpasangan paired sample t-test dan wilcoxon sign rank test.
Pengujian dilakukan menggunakan program Statistical Package of Social
Science (SPSS) versi 21.
61
Uji Paired Sample T-Test dan Wilcoxon Sign Rank Test
Paired sample t-test digunakan untuk menguji adanya perbedaan yang
nyata atau tidak dari sampel dengan subjek sama namun mengalami
pengukuran yang berbeda (Lupiyoadi dan Ikhsan, 2015:128). Penggunaan uji
paired sample t-test digunakan untuk menguji adanya perbedaan rata-rata
yang nyata dari average abnormal return (AAR) sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback. Uji wilcoxon sign rank test juga digunakan
untuk menguji sampel berpasangan tetapi memiliki prasyarat yang lebih
longgar (Trihendradi, 2013:132). Average trading volume activity (ATVA)
dan average trading frequency activity (ATFA) diuji menggunakan wilcoxon
sign rank test.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk uji distribusi data yang akan
dianalisis, apakah penyebarannya normal atau tidak. Penelitian ini
menggunakan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikan
(𝛼) = 0,05. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi > 0,05
dan dikatakan tidak berdistribusi normal jika nilai signifikansi < 0,05.
Uji Hipotesis
Dari hasil uji normalitas data, maka tahapan uji hipotesis yang diambil
sebagai berikut:
a. Jika data terdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah
statistik parametrik menggunakan Paired Sample T-Test dengan nilai
62
signifikan (𝛼) = 0,05. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan
keputusan adalah:
a) Jika signifikansi (𝛼) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Jika signifikansi (𝛼) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika data tidak terdistribusi dengan normal, maka uji statistik yang
digunakan adalah statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon Sign Rank
Test dengan nilai signifikan (𝛼) = 0,05 (Mason and Lind dalam Junizar,
2013). Uji Wilcoxon Sign Rank Test digunakan untuk mengevaluasi efek
dari suatu perlakuan dan sampel yang berpasangan. Kriteria yang
digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:
a) Jika signifikansi (𝛼) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Jika signifikansi (𝛼) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Tujuan dari uji hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
yang signifikan terhadap average abnormal return, average trading volume
activity dan average trading frequency activity sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback. Setelah menentukan data terdistribusi dengan
normal atau tidak, maka langkah selanjutnya adalah menentukan rumusan
hipotesis sebagai uji hipotesis. Secara statistik hipotesis dibedakan menjadi
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternaltif (H1). Hipotesis nol merupakan hipotesis
yang menyatakan tidak ada perbedaan antara satu variabel dengan variabel
lainnya, sedangkan hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Sanusi, 2011:46).
63
1. Uji Hipotesis I
Pada hipotesis pertama dirumuskan bahwa terdapat perbedaan average
abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hipotesis
nol dan hipotesis alternatif dari hipotesis pertama yaitu:
H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap average abnormal
return sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan average abnormal return sebelum
dan sesudah pengumuman stock buyback.
Kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan, yaitu:
Jika nilai signifikansi (𝛼) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai signifikansi (𝛼) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2. Uji Hipotesis II
Pada hipotesis kedua dirumuskan bahwa terdapat perbedaan average trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hipotesis
nol dan hipotesis alternatif dari hipotesis kedua yaitu:
H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan average trading volume activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading volume activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan, yaitu:
Jika nilai signifikansi (𝛼) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai signifikansi (𝛼) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
64
3. Uji Hipotesis III
Pada hipotesis ketiga dirumuskan bahwa terdapat perbedaan average trading
frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari hipotesis ketiga yaitu:
H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan average trading frequency activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan average trading frequency activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan, yaitu:
Jika nilai signifikansi (𝛼) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai signifikansi (𝛼) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
65
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar Modal Indonesia telah berdiri sebelum Indonesia merdeka,
tepatnya pada tangal 14 Desember 1912 di Batavia. Masa itu perkembangan
pasar modal Indonesia masih pasang surut diakibatkan oleh berbagai faktor,
mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari
pemerintah kolonial ke Pemerintah Republik Indonesia (RI). Pihak
Pemerintah RI kemudian melakukan pembentukan ulang Pasar modal
Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 Tahun 1951 yang
kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15
Tahun 1952.
Selama (2) dua dasawarsa selanjutnya, Pasar Modal Indonesia
mengalami stagnansi akibat diberhentikannya aktivitas pasar modal selama
dekade 1960-an hingga pertengahan dekade 1970-an. Tahun 1977,
Pemerintah menghidupkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan
mencatatkan 13 saham perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Dunia
Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan sekitar
akhir dekade 1980-an. Hal ini ditandai dengan didirikannya PT Bursa Efek
Surabaya (BES) tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ)
tahun 1992.
66
Pasar Modal Indonesia semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES
melalui penetapan Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 sebagai
bagian dari Self Regulatory Organization (SRO). Sejak itu, BEJ
berkembang pesat dengan pencapaiannya di bidang teknologi perdagangan,
antara lain Jakarta Automatic Trading System (JATS) di tahun 1995,
perdagangan tanpa warkat di tahun 2001, remote trading system di tahun
2002, dan pengoperasian fasilitas Disaster Recovery Center tahun 2005. Di
sisi lain, BES mengembangkan pasar obligasi dan derivatif.
Tahun 2007, para pemegang saham kedua bursa menyetujui untuk
melakukan penggabungan BEJ dan BES menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penggabungan ini menandai sebuah era baru dalam perkembangan
Pasar Modal Indonesia yang diharapkan dapat semakin berperan dalam
perkembangan perekonomian Indonesia.
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Bursa Kompetitif: bursa yang kompetitif adalah bursa yang mampu bersaing
dengan bursa-bursa lain dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator.
Dikatakan sebagai bursa yang kompetitif, terdapat beberapa aspek yang
harus dipenuhi yaitu tingkat risiko yang rendah, instrumen perdagangan
yang lengkap, dan tingkat likuiditas yang tinggi.
Kredibilitas Tingkat Dunia: kredibilitas sebuah bursa dapat tercermin dari
cara pengelolaannya. Bursa dengan kredibilitas tingkat dunia yang dikelola
67
dengan baik dengan cara-cara yang berlaku secara internasional, yang
menciptakan perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.
Misi
Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui
pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapan good governance.
B. Gambaran Umum Profil Perusahaan
1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi,
komunikasi satelit, penyedia layanan internet, operator mobile,
pengembangan pemeliharaan jaringan telekomunikasi. Perusahaan didirikan
tanggal 8 November 2004. Pada tanggal 15 Oktober 2010 TBIG melakukan
penawaran umum perdana saham (IPO) kepada masyarakat 551.111.000
saham dengan nilai nominal Rp 100.
TBIG mengumumkan pembelian kembali saham pada 20 April 2015 dan
15 September 2016. Perusahaan akan membeli kembali saham maksimum 5
persen dari total modal ditempatkan dan disetor. Total saham yang telah
dibeli kembali hingga 31 Desember 2016 adalah sebanyak 74.651.800 saham
atau 1,6474 persen dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar pada
31 Desember 2016 yang sejumlah 4.531.339.889 lembar.
2. PT Asiaplast Industries Tbk (APLI)
APLI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri dan
perdagangan lembaran plastik PVC dan kulit imitasi. Asiaplast Industries Tbk
68
didirikan tanggal 5 Agustus 1992. 31 Maret 2000 APLI melakukan
penawaran umum perdana kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 saham
dengan nilai nominal Rp 500. Tanggal 21 April 2015 APLI mengumumkan
untuk membeli kembali 10 persen sahamnya setelah persetujuan RUPS.
Hingga akhir tahun 2015 APLI telah membeli 51.636.800 lembar saham
sebesar Rp 4.208.165.232 dari total saham beredar sejumlah 1.500.000.000
lembar.
3. PT MNC Investama Tbk (BHIT)
Ruang lingkup kegiatan BHIT meliputi bidang perindustrian,
pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan (pemborongan), jasa
dan perdagangan. MNC Investama Tbk didirikan 2 November 1989 berlokasi
di MNC Financial Center, lantai 21, jalan Kebon Sirih No.21-27, Jakarta
10340. Pada tanggal 28 Oktober 1997, BHIT melakukan penawaran umum
perdana (IPO) kepada masyarakat sebanyak 123.000.000 saham dengan nilai
nominal Rp 500. BHIT melalui RUPSLB menyetujui untuk melakukan
pembelian saham kembali saham sebanyak-banyaknya 10 persen dari total
modal ditempatkan dan disetor sejumlah 39.902.106.607 lembar. Hingga
akhir tahun 2015 perusahaan telah membeli 30.248.600 lembar saham dengan
biaya Rp 8.278.000.000.
4. PT Global Mediacom Tbk (BMTR)
Global Mediacom didirikan pada 30 Juni 1981 dengan nama PT Bimantara
Citra. Perusahaan bergerak di bidang media penyiaran, hiburan dan
telekomunikasi. BMTR melakukan penawaran umum perdana pada tanggal
69
20 Juni 1995 sebanyak 200.000.000 saham kepada masyarakat dengan nilai
nominal Rp 500. BMTR mengumumkan untuk membeli kembali sahamnya
pada 17 Juni 2015. Hingga akhir tahun 2015, perusahaan telah membeli
sebanyak 184.428.000 lembar dengan biaya perolehan Rp 339.599.000.000.
5. PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY)
MSKY adalah perusahaan pemegang lisensi pendistribusian tayangan
televisi berlangganan pertama di Indonesia di bawah nauangan MNC Media.
Awal didirikan pada tanggal 8 Agustus 1998 dengan nama PT Matahari
Lintas Cakrawala. Pada tanggal 27 Juni 2012 MSKY melakukan penawaran
umum perdananya kepada masyarakat sebanyak 1.412.776.000 (terdiri dari
847.666.000 saham baru dan 565.110.000 divestasi saham pendiri) dengan
nilai nominal Rp 100. Tanggal 27 Juli 2015 MSKY mengumumkan untuk
membeli kembali sahamnya sebanyak 5 persen dari modal ditempatkan dan
disetor atau sebanyak-banyaknya 353.000.000 saham. Perseroan juga telah
menunjuk PT MNC Securities sebagai perantara efek.
6. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)
Mitra Pinasthika Mustika Tbk didirikan tanggal 2 November 1987. Kantor
pusatnya berada di Lippo Kuningan, lantai 26, Jl. H.R. Rasuna Said Kav.B-12
Kuningan, Jakarta. MPMX bergerak di bidang industri, pengangkutan,
distributor, pemasok, dan perdagangan. Salah satu kegiatan usahanya yaitu
sebagai salah satu penyalur sepeda motor merek Honda. Tanggal 20 Mei
2013 perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak
970.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500.
70
MPMX melakukan pembelian kembali saham selama tahun 2015 dan
tahun 2016. Tahun 2015 perusahaan telah membeli 135.598.000 lembar
saham dengan nilai Rp 143.628.000.000. Akhir tahun 2016, perusahaan
menyatakan telah membeli 167.009.200 lembar saham senilai Rp
159.503.000.000.
7. PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri keramik dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Perusahaan didirikan tanggal 22 Februari
1993. Pada tanggal 17 Juli 2001 perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta
dengan kode emiten “ARNA”. Saham yang ditawarkan pada saat IPO
sebanyak 125.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 100. Tanggal 26
Agustus 2015 perusahaan mengumumkan untuk membeli kembali saham
sebanyak-banyaknya Rp 18.000.000.000. Total saham yang telah dibeli
kembali perusahaan hingga akhir tahun 2015 sebanyak 2.827.900 lembar
dengan nilai Rp Rp 1.264.458.800.
8. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
Didirikan dengan nama PT Meta Epsi Pribumi Drilling Company pada 9
Juni 1980. Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ekplorasi dan
produksi minyak dan gas. Wilayah operasi perusahaan meliputi Indonesia,
Oman, Yaman, Libya, dan Amerika Serikat. Perusahaan melakukan
penawaran umum perdananya pada 13 September 1994 kepada masyarakat
sebanyak 22.000.000 dengan nilai nominal Rp 1000.
71
MEDC melakukan pembelian kembali saham selama tahun 2015 dan
tahun 2016 dengan maksimal pembelian 10 persen saham perusahaan yang
beredar yaitu sejumlah 3.332.451.450 lembar. Akhir tahun 2015, perusahaan
telah membeli kembali saham senilai Rp 42.921.848.735 atau sebanyak
36.992.800 lembar saham. Tahun 2016, perusahaan membeli kembali saham
sebanyak 28.913.400 lembar saham dengan nilai Rp 23.654.670.005.
9. PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)
Merupakan perusahaan yang bergerak di pembangunan, perindustrian
perdagangan, perbengkelan, dan pengangkutan. Didirikan pada 17 September
1975. Kantor pusat perusahaan berada di Graha Cipta Building lantai 2, Jl.
D.I Panjaitan No.40, Jakarta. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Iakarta tahun
2013 dengan melakukan penawaran umum perdana 306.087.000 lembar
saham dengan nilai nominal Rp 100. Tanggal 28 Agusutus 2015 perusahaan
mengumumkan untuk melakukan pembelian kembali saham. Hingga akhir
tahun 2015, perusahaan telah membeli 46.514.300 lembar saham dengan nilai
Rp 30.109.175.159.
10. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
Didirikan tahun 1995 sebagai anak perusahaan dari PT Kawan Lama
Sejahtera. Ace Hardware Indonesia Tbk merupakan pemegang lisensi tunggal
Ace Hardware di Indonesia yang ditunjukkan langsung oleh Ace Hardware
Corporation, Amerika Serikat. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia 6
November 2007 dengan melakuakan penawaran umum perdana 515.000.000
lembar saham dengan nilai nominal Rp 100. ACES mengumumkan untuk
72
melakukan pembelian saham kebali pada tanggal 31 Agustus 2015 dengan
membeli maksimal 20 persen saham perusahaan yang beredar. Perusahaan
telah membeli kembali sebanyak 32.751.900 lembar saham senilai Rp
34.300.000.000.
11. PT Ciputra Property Tbk (CTRP)
Didirikan dengan nama PT Citraland Property pada tanggal 22 Desember
1994. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Prof.Dr. Satrio Kav. 32, Jakarta.
Ruang lingkup perusahaan meliputi mendirikan dan menjalankan usaha
pembangunan, pengelolaan, dan penyewaan di bidang perhotelan, apartemen,
perkantoran, pertokoan, pusat niaga, dan pusat rekreasi beserta fasilitasnya.
CTRP tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 7 November 2007 dengan
melakukan penawaran umum perdana 3.010.000.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp 250. CTRP mengumumkan pembelian kembali saham pada
31 Agustus 2015. Total saham yang telah dibeli perusahaan pada akhir tahun
2015 sebanyak 10.009.600 saham dengan biaya perolehan Rp 3.819.060.195.
12. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
Saratoga Investama Sedaya Tbk didirikan pada 17 Mei 1991 dan memulai
kegiatan komersialnya pada tahun 1992. Kantor pusat perusahaan beralamat
di Jl. Ir. Juanda III/8, Gambir, Jakarta Pusat. Ruang lingkup usaha SRTG
meliputi usaha di bidang pertanian, perkebunan, telekomunikasi,
perdagangan, industri, energi, pembangunan, transportasi, dan jasa.
Perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta pada 26 Juni 2013. Perusahaan
melakukan penawaran umum perdana sebanyak 271.297.000 lembar saham
73
dengan nilai nominal Rp 100. Pada tahun 2015, SRTG melakukan pembelian
kembali saham dengan realisasi sebanyak 1.422.700 lembar saham dengan
nilai Rp 142.000.000.
13. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP)
Didirikan pada 30 Januari 1971 dan memulai kegiatan komersialnya pada
tahun 1972. Kantor pusat perusahaan beralamat di Jl. Kalibutuh No. 189-191,
Surabaya. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri logam besi
dan baja. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 22 Februari 2013.
Perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) sebanyak
2.900.000.000 dengan nilai nominal Rp 100.
ISSP mengumumkan pembelian kembali saham pada 31 Agustus 2015.
Perusahaan berencana untuk membeli kembali saham sebanyak-banyaknya
Rp 50.000.000.000 dengan perkiraan biaya sekitar Rp 100.000.000 di luar
PPN. Hingga akhir tahun 2015 perusahaan telah melakukan pembelian saham
sebanyak 114.068.100 lembar dengan nilai Rp 19.640.000.000.
14. PT Panin Sekuritas Tbk (PANS)
Didirikan pada 27 Juli 1989 dengan nama PT Panin Sekuritasindo dan
memulai kegiatannya secara operasional pada 14 September 1989. Kantor
pusat perusahaan berada di Gedung Bursa Efek Indonesia – Menara II, lantai
17, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta. Lingkup kegiatan PANS
berupa jasa perantara perdagangan efek dan penjamin emisi efek. PANS
melakukan penawaran umum perdana dengan 80.000.000 lembar saham
74
dengan nilai nominal Rp 500. Sahamnnya tercatat di Bursa Efek Indonesia
pada 31 Mei 2000.
Tanggal 1 September 2015 PANS mengumumkan untuk membeli kembali
sahamnya dengan jumlah maksimal 2,5 persen dari jumlah saham yang telah
dikeluarkan perusahaan. Total pembelian kembali saham hingga 31 Desember
2015 adalah sebanyak 5.419.100 lembar atau 0,75 persen dari jumlah saham
yang ditempatkan. Biaya perolehan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
untuk 0,75 persen saham adalah sebanyak Rp 18.409.806.814.000.
15. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
Perusahaan didirikan pada 16 Januari 1984 dan memulai kegiatan
komersialnya pada tahun 1989. Kantor pusat perusahaan berada di Sinar Mas
Land Plaza, BSD Green Office Park, Tangerang. BSDE bergerak di bidang
real estate. Sahamnya tercatat di Bursa Efek indonesia pada 6 Juni 2008.
Perusahaan melakukan IPO sebanyak 1.093.562.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp 100. Perusahaan pada tanggal 1 September 2015
mengumumkan untuk membeli kembali sahamnya dengan alokasi dana Rp
2.000.000.000.000. Pembelian saham akan dilakukan paling lama 3 bulan,
yaitu terhitung tanggal 1 September 2015 sampai 30 November 2015.
16. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
PTBA didirikan pada 2 Maret 1981 dengan kantor pusat perusahaan
berada di Sumatera Selatan dan kantor korespondensi berada di Jakarta.
Perusahaan bergerak di bidang industri tambang batubara. PTBA melakukan
penawaran umum perdana sebanyak 346.500.000 lembar saham dengan nilai
75
nominal Rp 500 disertai waran seri I sebanyak 173.250.000. dan sahamnya
tercatat di Bursa Efek Indonesia tanggal 23 Desember 2001. Pada 1
September 2015 perusahaan mengumumkan untuk membeli kembali
sahamnya dengan jumlah maksimum sebanyak 101.330.000 saham.
Perusahaan melakukan realisasi pembelian saham tahun 2015 senilai Rp
402.220.000.000 dengan jumlah 66.059.200 lembar saham atau setara dengan
65,19 persen dari target pembelian kembali saham.
17. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Didirikan pada 18 Maret 1975. Merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang industri jamu yang berkaitan dengan obat-obatan, jamu,
kosmetika, makanan, dan minuman. Kantor pusat perusahaan berlokasi di
Gedung Menara Suara Merdeka lantai 16 Jl. Pandanaran No. 30
Semarang. Perusahaan melakukan IPO pada 10 Desember 2013 dan
sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 10 Desember 2013 dengan
kode saham “SIDO”. SIDO menawarkan kepada masyarakat sebanyak
1.500.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100.
SIDO mengumumkan untuk melakukan pembelian kembali saham pada 1
September 2015 berdasarkan keputusan Direksi Perusahaan. Perusahaan akan
membeli sekitar 2,2 persen dari modal disetorkan. Hingga akhir tahun 2015,
perusahaan telah membeli saham sebanyak 208.660.900 lembar dengan biaya
perolehan Rp 104.764.000.000.
76
18. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan umum yang
menjual berbagai macam barang berupa pakaian, aksesoris, tas, sepatu,
kosmetik, dan produk kebutuhan sehari-hari. Didirikan pada 14 Desember
1983 dengan kantor pusatnya berlokasi di Jl. K.H Wahid Hasyim No.220 A-
B, Jakarta. Sahamnya tercatat di Bursa Efek pada 24 juli 1996 dengan
melakukan IPO 80.000.000 lembar, nilai nominal Rp 500. Tanggal 2
September 2015 RALS mengumumkan untuk membeli kembali maksimum 8
persen saham beredarnya berdasarkan RUPSLB. Akhir tahun 2015, RALS
telah membeli 208.332.000 lembar saham dengan biaya perolehan Rp
135.846.000.000.
19. PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA)
Merupakan perusahaan yang meproduksi berbagai macam bahan gelas.
Didirikan pada 5 November 1986 dan mulai beroperasi secara komersial
tahun 1990. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Wisma Mulia, lantai 53, Jl.
Jenderal Gatot Subroto 42, Jakarta. MLIA melakukan penawaran umum
perdana pada 22 Desember 1993 dengan saham sebanyak 25.000.000, nilai
nominal Rp 1.000. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 17
Januari 1994.
Tanggal 4 September 2015 perusahaan mengumumkan untuk membeli
kembali saham. Hingga akhir tahun, perusahaan merealisasikan pembelian
kembali saham sebesar Rp 2.998.780.000 atau 4.826.600 lembar. Jumlah
tersebut setara dengan 0,36 persen dari total modal disetor.
77
20. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kelapa sawit dan
industri pengolahan kayu. DSNG didirikan pada 29 September 1980 dan
berkantor pusat perusahaan di Gedung Sapta Mulia Jl. Rawa Gelam V Kav.
OR/3B Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. DSNG melakukan penawaran
umum perdana pada 4 Juni 2013 dengan 275.000.000 lembar saham, dengan
nilai nominal Rp 100. Perusahaan mengumumkan untuk membeli kembali
sahamnya pada 7 September 2015 dengan maksimum pembelian 130.000.000
saham. Akhir tahun 2015, perusahaan telah melakukan realisasi pembelian
kembali saham sebanyak 127.593.600 lembar dengan biaya Rp
77.978.000.000.
21. PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII)
Perusahaan didirikan pada 11 November 1991. Electronic City merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ritel produk elektronik.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Sudirman Central Business District
(SCBD), Jl Jend Sudirman Head Office Kav 52-53 Lot 22, Jakarta Selatan.
Saham Electronic City telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 3 Juli
2013 dengan melakukan IPO 333.333.000 lembar saham dengan harga Rp
4.050 per saham.
ECII membeli kembali saham sebanyak 36.809.100 lembar tahun 2015
dan 10.075.900 lembar tahun 2016. Biaya yang diperlukan untuk pembelian
tersebut sebesar Rp 43.760.893.092 dan Rp 6.059.964.224, untuk tahun 2015
dan 2016. Masing-masing jumlah tersebut mewakili 2,76 persen dan 0,76
78
persen modal disetor dan ditempatkan tahun 2015 dan 2016 yaitu sejumlah
1.334.333.000 saham.
22. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
Tanggal 8 Maret 1995 Nippon Indosari Corpindo Tbk didirikan dengan
nama PT Nippon Indosari Corporation. Merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang pabrikasi, penjualan, dan distribusi roti dengan merek Sari Roti.
Sahamnya dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 28 Juni 2010 dengan
kode “ROTI”. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak
151.854.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100. Tanggal 28
September 2015 perusahaan mengumumkan untuk membeli kembali saham,
total saham yang telah dibeli hingga akhir tahun 2015 sebanyak 700.000
lembar dengan biaya perolehan Rp 767.101.075.
23. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
MAPI merupakan salah satu perusahaan ritel di Indonesia dengan lebih
dari 2.000 gerai ritel. Perusahaan berdiri pada 23 Januari 1995. Kantor pusat
perusahaan terletak di Sahid Sudirman Center lantai 29 Jl. Jenderal Sudirman
Kav. 86 Jakarta. MAPI melakukan penawaran umum perdananya kepada
masyarakat sebanyak 500.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp
500. Bursa Efek Indonesia mencatat saham MAPI pada 10 November 2004.
MAPI mengumumkan untuk membeli kembali sahamnya maksimal 2 persen
pada 30 September 2015 sebagai salah satu upaya mengurangi dampak
kondisi pasar yang berfluktuasi, hingga akhir tahun 2015 perusahaan telah
79
membeli 6.308.200 lembar saham setara dengan 0,38 persen dari total saham
beredar dengan biaya perolehan Rp 20.836.378.000.
24. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank milik pemerintah
terbesar di Indonesia. BRI didirikan pada 16 Desember 1895 di Purwokerto,
Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Kantor pusat Bank BRI
berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46 Jakarta. BRI
melakukan penawaran umum perdana sebanyak 3.811.765.000 lembar saham
dengan nilai nominal Rp 500. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia
pada 10 November 2003.
BRI menyampaikan keterbukaan informasi rencana pembelian kembali
pada tanggal 9 Oktober 2015. Perseroan akan membeli kembali saham
sebanyak-banyaknya Rp 2.500.000.000.000 atau maksimum 20 persen dari
total modal disetor . Hingga akhir tahun 2015, BRI merealisasikan pembelian
kembali saham sebanyak 210.118.600 lembar dengan harga perolehan Rp
2.286.375.000.000.
25. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN)
BTPN merupakan bank yang memfokuskan diri untuk melayani dan
memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah yang terdiri dari para
pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta
komunitas prasejahtera produktif (mass market). Didirikan di Bandung,
Jawa Barat, pada 1958 dengan nama Bapemil, kemudian berubah nama
menjadi Bank Tabungan Pensiunan Nasional di tahun 1986. Kantor pusat
80
BTPN berlokasi di Menara BTPN CBD Mega Kuningan, Jl. Dr. Ide Anak
Agung Gde Agung Kav. 5.5-5.6 Jakarta. BTPN mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia pada 12 Maret 2008. Bank BTPN melakukan
penawaran umum perdana sebanyak 267.960.220 dengan nilai nominal Rp
100.
BTPN mengumumkan pembelian kembali saham pada 23 Februari 2016.
Perusahaan mengalokasikan sebanyak-banyaknya Rp 535.500.000.000 untuk
membeli kembali saham maksimal 150.000.000 lembar. Akhir tahun 2016,
perusahaan telah membeli kembali saham sebanyak 95.198.900 lembar dari
total saham beredar 5.745.088.357 lembar dengan biaya perolehan Rp
262.404.000.000.
26. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
ITMG merupakan salah satu perusahaan pemasok batubara terkemuka
Indonesia untuk pasar energi dunia. Berdiri pada 2 September 1987 dan
memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1988. Kantor pusat perusahaan
beralamat di Pondok Indah Office Tower III, lantai 3, Jl. Sultan Iskandar
Muda, Pondok Indah Kav. V-TA Jakarta. ITMG melakukan penawaran
umum perdana sebanyak 225.985.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp
500. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 18 Desember 2007.
Menanggapi kondisi pasar yang berfluktuatif secara signifikan, ITMG
merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham yang disampaikan
pada tanggal 25 Februari 2016. Perusahaan berencana untuk membeli
sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah saham disetor yang sejumlah
81
1.096.555.900 lembar. Hingga akhir tahun 2016, perusahaan telah membeli
2,95 persen saham, yaitu sejumlah 33.369.100 lembar dengan biaya Rp
255.788.000.202.
27. PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN)
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti berupa
perhotelan, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan apartemen. PLIN berdiri
pada 5 November 1983 dengan nama PT Bimantara Eka Santosa. Kantor
pusat perusahaan berlokasi di The Plaza Office Tower lantai 10, Jl. MH.
Thamrin Kav.28-30 Jakarta Pusat. Perusahaan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia pada 15 Juni 1995. PLIN melakukan penawaran umum
perdana sebanyak 35.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000.
PLIN mengumumkan untuk membeli kembali saham pada tanggal 26
Februari 2016 sebagai langkah untuk mengurangi dampak dari pasar yang
berfluktuatif signifikan. Hingga akhir tahun 2016, perusahaan telah membeli
kembali saham sebanyak 213.000.000 lembar dengan biaya Rp
702.900.000.000. Jumlah tersebut setara dengan 6 persen dari total modal
disetor pada akhir tahun 2016 yang berjumlah 3.550.000.000 lembar.
28. PT Link Net Tbk (LINK)
Perusahaan didirikan pada 14 Maret 1996 dengan nama PT Seruling Indah
Permai. LINK bergerak di bidang penyediaan jaringan tetap nirkabel, layanan
multimedia, layanan internet, layanan telepon bernilai tambah dan layanan
konsultasi bisnis. Kantor pusat LINK berada di BeritaSatu Plaza, lantai 4,
Suite 401, Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.35-36, Jakarta Selatan. Saham
82
perusahaan tercatat di Bursa Efek indonesia pada 2 Juni 2014, LINK
melakukan penawaran umum perdana sebanyak 304.265.000 dengan nilai
nominal Rp 100. Perusahaan mengumumkan untuk membeli kembali saham
pada 8 Maret 2016, perusahaan telah melakukan pembelian kembali saham
sebanyak 83.963.800 lembar dari total saham beredar sejumlah 2.958.685.584
lembar dengan biaya perolehan Rp 386.228.000.000.
29. PT Multi Indocitra Tbk (MICE)
MICE bergerak di bidang pendistribusian produk perawatan kesehatan dan
aksesoris bayi, ibu hamil dan menyusui, serta seluruh jenis produk perawatan
kulit. Salah satu produk perusahaan berupa botol susu dan dot berlisensi
“Pigeon”. Awal pendirian perusahaan yaitu pada 11 Januari 1990 dengan
nama PT Modern Indocitra. Kantor pusat MICE terletak di Grenn Central
City Commercial Area, lantai 6, Jl. Gajah Mada No.188 Jakarta Barat.
Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 100.000.000
lembar saham dengan nilai nominal Rp 100. Saham MICE tercatat di Bursa
Efek Indonesia pada 21 Desember 2005.
MICE mengumumkan untuk melakukan pembelian kembali saham pada
27 Mei 2016. Perusahaan telah membeli kembali saham sebesar 0,21 persen
dari total modal disetor dan ditempatkan yang berjumlah 600.000.000 lembar.
Jumlah tersebut setara dengan 1.250.000 lembar saham dengan biaya
pembelian Rp 475.700.000.
83
30. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
HRUM didirikan dengan nama PT Asia Antrasit pada 12 Oktober 1995.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Deutsche Bank Building, lantai 9, Jl.
Imam Bonjol No.80 Jakarta Pusat. Kegiatan usaha utama HRUM saat ini
adalah di bidang pertambangan batubara dan logistik melalui entitas anak
perusahaan. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak
500.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100. Saham HRUM
tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 6 Oktober 2010.
Perusahaan mengumumkan rencana pembelian kembali saham pada 2
November 2016. Pembelian kembali saham dilakukan maksimal 10 persen
dari total saham disetor. HRUM melakukan realisasi pembelian kembali
saham hingga akhir tahun 2016 sebesar 63.128.000 lembar dengan biaya
USD 4.446.286.
31. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) (BJTM)
Bank Jatim didirikan dengan nama PT Bank Pembangunan Djawa Timur
pada 17 Agustus 1961. Kantor pusat Bank Jatim berlokasi di Jl. Basuki
Rachmat No. 98-104, Surabaya, Jawa Timur. Bank Jatim melakukan
penawaran umum perdana sebanyak 2.983.537.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp 250 dan sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia tanggal
12 Juli 2012. Berdasarkan RUPST yang dilakukan Bank Jatim tanggal 31
Januari 2017, telah disetujui bahwa Bank Jatim melakukan pembelian
kembali saham yang dilaksanakan pada 1 Februari 2017 sampai 1 Juni 2017.
84
Bank Jatim mengalokasikan dana sebanyak Rp 1.206.000.000 yang telah
dianggarkan melalui tahun buku 2016.
C. Penyajian Data
1. Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih dari return realisasian dengan return
ekpektasian. Tabel 4 menyajikan hasil perhitungan average abnormal return
(AAR) setiap perusahaan yang diteliti pada periode pengamatan sebelum dan
sesudah tanggal pengumuman stock buyback. AAR sebelum dan sesudah
diperoleh dengan menjumlahkan abnormal return (AR) 5 hari sebelum dan 5
hari sesudah pengumuman dibagi jumlah hari. Contoh perhitungan abnormal
return (AR) untuk perusahaan sampel sebagai berikut:
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk tahun 2015 (perhitungan return
realisasian dan return ekpektasian terlampir).
Return Realisasi
A(Ri,t) = Pt – Pt-1/Pt-1
Return Ekspektasian
E(Ri,t) = Rm,t
Rm,t = IHSGt – IHSGt-1/IHSGt-1
Abnormal Return (AR) = return realisasi – return ekspektasian
AR t-5 = (-0,015957) – (-0,008)
= -0,007957
Average Abnormal Return (AAR)
= Jumlah seluruh AR saham ke-t periode ke-t
Jumlah hari
AAR sebelum
= [(-0,007957)+0,005195+0,006247+0,012298+(-0,016706)]
5
= -0,000185
85
AAR sesudah
= [(-0,005734)+0,007160+(-0,005334)+(-0,037077)+(-0,000972)]
5
= -0,008391
Berdasarkan tabel 4, terdapat 23 perusahaan yang memiliki AAR positif
sebelum pengumuman stock buyback dan sisanya sebanyak 12 perusahaan
memiliki AAR negatif. 12 perusahaan yang memiliki AAR negatif yaitu PT
Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tahun 2015, PT MNC Investama
Tbk (BHIT), PT MNC sky Vision Tbk (MSKY), PT Mitra Pinasthika
Mustika Tbk (MPMX) tahun 2015, PT Medco Energi Internasional Tbk
(MEDC) tahun 2015, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT Ciputra Property
Tbk (CTRP), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Steel Pipe
Industry of Indonesia Tbk (ISSP), PT Panin Sekuritas Tbk (PANS), PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Nippon Indosari Corpindo
Tbk (ROTI). Pada periode pengamatan sesudah pengumuman stock buyback,
terdapat 20 perusahaan yang memiliki AAR positif dan 15 perusahaan dengan
AAR negatif. Perusahaan yang memiliki AAR negatif sesudah pengumuman
meliputi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Arwana
Citramulia Tbk (ARNA), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Panin
Sekuritas tbk (PANS), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Bukit
Asam (persero) Tbk (PTBA), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk (SIDO), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Electronic City
Indonesia Tbk (ECII) tahun 2015, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI),
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk
86
(MPMX) tahun 2016, PT Link Net Tbk (LINK), dan PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).
Tabel 4. Hasil Perhitungan Average Abnormal Return (AAR) Sebelum dan
Sesudah Pengumuman Stock Buyback
NO TAHUN KODE AAR
SEBELUM
AAR
SESUDAH
PERUBAHAN
(+/-)
1 2015 TBIG -0,000185 -0,008391 -
2 2015 APLI 0,011107 0,006343 +
3 2015 BHIT -0,007376 0,037985 +
4 2015 BMTR 0,006929 0,002561 -
5 2015 MSKY -0,014717 0,012484 -
6 2015 MPMX -0,027404 0,012009 +
7 2015 ARNA 0,001551 -0,002759 -
8 2015 MEDC -0,066798 -0,023970 +
9 2015 NRCA -0,031591 0,001730 +
10 2015 ACES 0,006679 -0,000763 -
11 2015 CTRP -0,029417 0,009912 +
12 2015 SRTG -0,021737 0,008830 +
13 2015 ISSP -0,049786 0,026103 +
14 2015 PANS -0,000063 -0,004679 -
15 2015 BSDE 0,013276 -0,005555 -
16 2015 PTBA 0,002972 -0,006478 -
17 2015 SIDO 0,005174 -0,002001 -
18 2015 RALS -0,008550 0,007606 +
19 2015 MLIA 0,001553 -0,006976 -
20 2015 DSNG 0,022382 0,026485 +
21 2015 ECII 0,000630 -0,023955 -
22 2015 ROTI -0,004346 -0,004322 +
23 2015 MAPI 0,002254 -0,004312 -
24 2015 BBRI 0,016357 0,008219 -
25 2016 MPMX 0,010235 -0,007903 -
26 2016 BTPN 0,000860 0,056651 +
27 2016 ITMG 0,030712 0,044992 +
28 2016 MEDC 0,024498 0,028202 +
29 2016 PLIN 0,005063 0,000065 -
30 2016 LINK 0,014577 -0,007966 -
31 2016 MICE 0,000528 0,019974 +
32 2016 ECII 0,004048 0,011708 +
33 2016 TBIG 0,006829 0,007732 +
34 2016 HRUM 0,046430 0,025412 -
87
Lanjutan Tabel 4.
NO TAHUN KODE AAR
SEBELUM
AAR
SESUDAH
PERUBAHAN
(+/-)
35 2016 BJTM 0,011799 -0,002458 -
Rata-rata -0,000444 0,006929
Tertinggi 0,046430 0,056651
Terendah -0,066798 -0,023970
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Keterangan:
Nilai AAR tertinggi
Nilai AAR terendah
Merujuk pada tabel 4, AAR untuk PT Indo Tambang Raya Megah Tbk
(TBIG) tahun 2015 mengalami penurunan pada saat sesudah pengumuman
stock buyback. AAR TBIG di tahun 2015 sebelum pengumuman adalah
sebesar -0,000185 dan menjadi -0,008391 setelah pengumuman. Tahun 2016,
PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (TBIG) kembali melakukan
pengumuman stock buyback. Berbeda dengan tahun 2015, AAR PT Indo
Tambang Raya Megah Tbk (TBIG) mengalami peningkatan sesudah
pengumuman, dari yang sebelum pengumuman senilai 0,006829 menjadi
0,007732 sesudah pengumuman stock buyback.
Terdapat 17 perusahaan yang nilai AAR-nya mengalami perubahan positif
setelah pengumuman stock buyback. Ke-17 perusahaan tersebut meliputi PT
Asiaplast Industries Tbk (APLI), PT MNC Investama Tbk (BHIT), PT Mitra
Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) tahun 2015, PT Medco Energi
Internasional Tbk (MEDC) tahun 2015 dan tahun 2016, PT Nusa Raya Cipta
Tbk (NRCA), PT Ciputra Property Tbk (CTRP), PT Saratoga Investama
Sedaya Tbk (SRTG), PT Steel Pipe Industries of Indonesia Tbk (ISSP), PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Dharma Nusa Satya Tbk
88
(DSNG), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Bank Tabungan
Pensiunan Negara Tbk (BTPN), PT Indo Tambang Raya Megah Tbk
(ITMG), PT Multi Indocitra Tbk (MICE), PT Electronic City Indonesia Tbk
(ECII) tahun 2016, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tahun
2016.
Berdasarkan perhitungan pada 35 perusahaan sampel, rata-rata AAR
sebelum pengumuman adalah senilai -0,000444 dan senilai 0,006929 sesudah
pengumuman. Perusahaan yang memiliki AAR tertinggi sebelum
pengumuman adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan nilai 0,046430
dan perusahaan dengan AAR terendah adalah PT Medco Energi Internasional
Tbk (MEDC) pada tahun 2015 dengan nilai -0,066798. Perusahaan yang
memiliki AAR tertinggi setelah pengumuman stock buyback adalah PT Bank
Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) dengan nilai 0,056651 dan
perusahaan dengan AAR terendah adalah PT Medco Energi Internasional Tbk
pada tahun 2015 dengan nilai -0,023970. Berdasarkan rata-rata AAR
perusahaan sampel sebelum dan sesudah pengumuman dapat dilihat adanya
perubahan yang positif. Adanya peningkatan ini membuat investor dapat
menikmati return yang besar.
Pada periode pengamatan sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tahun 2015 memiliki
AAR terendah yaitu sebesar -0,066798 dan sebesar -0,023970. Dapat dilihat
bahwa AAR PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami
peningkatan setelah pengumuman meskipun nilai AAR-nya negatif.
89
Berbanding terbalik dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk
(BTPN) yang memiliki nilai AAR tertinggi setelah pengumuman stock
buyback, yaitu sebesar 0,056651. Sebelum pengumuman nilai AAR PT Bank
Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) adalah 0,000860 sehingga dapat
disimpulkan bahwa AAR BTPN mengalami kenaikan.
2. Aktivitas Perdagangan Saham
a) Trading Volume Activity (TVA)
TVA merupakan jumlah saham yang ditransaksikan dalam suatu periode.
TVA digunakan sebagai salah satu indikator untuk melakukan analisis
teknikal. Tabel 5 menyajikan hasil perhitungan average trading volume
activity (ATVA) sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. ATVA
sebelum dan sesudah diperoleh dengan menjumlahkan trading volume
activity (TVA) 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman dibagi jumlah
hari.Contoh perhitungan ATVA adalah sebagai berikut:
Tower Bersama Infrasrtucture Tbk (TBIG) tahun 2015 (jumlah transaksi
saham harian perusahaan dan jumlah saham beredar terlampir)
Trading Volume Activity (TVA)
= Jumlah saham perusahaan i yang diperdagangkan pada periode ke-t
Jumlah saham perusahaan beredar pada periode ke-t
TVA t-5 = 1.247.800 lembar
4.796.526.199 lembar
= 0,000260
Average Trading Volume Activity (ATVA)
= Jumlah seluruh TVA saham ke-i periode ke-t
Jumlah hari
90
ATVA sebelum
= (0,000260+0,000466+0,000235+0,000398+0,000291)
5
= 0,000330
ATVA sesudah
= (0,000629+0,000761+0,000324+0,001860+0,002616)
5
= 0,001238
Berdasarkan tabel 5, terdapat 22 perusahaan dengan nilai perubahan
positif dari sebelum ke sesudah pengumuman, 12 perusahaan mengalami
perubahan negatif dan 1 perusahaan tidak mengalami perubahan (stagnan).
Perusahaan yang mengalami perubahan positif meliputi PT Tower Bersama
Infrastructure Tbk (TBIG), PT MNC Investama Tbk (BHIT), PT Global
Mediacom Tbk (BMTR), PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY), PT Mitra
Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) tahun 2015 dan tahun 2016, PT Medco
Energi Internasional Tbk (MEDC) tahun 2015 dan tahun 2016, PT Nusa Raya
Cipta Tbk (NRCA), PT ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Saratoga
Investama Sedaya tbk (SRTG), PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
(ISSP), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Dharma Nusa Satya Tbk
(DSNG), PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) tahun 2015 dan tahun
2016, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Mitra Adiperkasa Tbk
(MAPI), PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN), PT Indo
Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Link Net Tbk (LINK), dan PT Multi
Indocitra Tbk (MICE). Perusahaan yang nilai ATVA-nya tidak mengalami
perubahan adalah PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN).
91
Tabel 5. Hasil Perhitungan Average Trading Volume Activity (ATVA)
Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Buyback
NO TAHUN KODE ATVA
SEBELUM
ATVA
SESUDAH
PERUBAHAN
(+/-)
1 2015 TBIG 0,000330 0,001238 +
2 2015 APLI 0,001797 0,000067 -
3 2015 BHIT 0,000494 0,000752 +
4 2015 BMTR 0,001919 0,002020 +
5 2015 MSKY 0,000101 0,001294 +
6 2015 MPMX 0,000364 0,000527 +
7 2015 ARNA 0,000606 0,000321 -
8 2015 MEDC 0,000206 0,002385 +
9 2015 NRCA 0,001738 0,001868 +
10 2015 ACES 0,000466 0,000513 +
11 2015 CTRP 0,001001 0,000675 -
12 2015 SRTG 0,000002 0,000008 +
13 2015 ISSP 0,001279 0,002451 +
14 2015 PANS 0,000730 0,000082 -
15 2015 BSDE 0,001091 0,000426 -
16 2015 PTBA 0,001510 0,000685 -
17 2015 SIDO 0,000268 0,000194 -
18 2015 RALS 0,001113 0,000467 -
19 2015 MLIA 0,000025 0,000089 +
20 2015 DSNG 0,000083 0,000100 +
21 2015 ECII 0,000000 0,000041 +
22 2015 ROTI 0,000065 0,000146 +
23 2015 MAPI 0,000345 0,001337 +
24 2015 BBRI 0,001656 0,001103 -
25 2016 MPMX 0,000100 0,000164 +
26 2016 BTPN 0,000034 0,000246 +
27 2016 ITMG 0,003111 0,004135 +
28 2016 MEDC 0,000708 0,000893 +
29 2016 PLIN 0,000000 0,000000 0
30 2016 LINK 0,000093 0,000172 +
31 2016 MICE 0,000105 0,000624 +
32 2016 ECII 0,001706 0,001985 +
33 2016 TBIG 0,001238 0,001238 -
34 2016 HRUM 0,013779 0,012264 -
35 2016 BJTM 0,014767 0,005382 -
Rata-rata 0,001505 0,001306
Tertinggi 0,014767 0,012264
Terendah 0,000000 0,000000
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
92
Keterangan:
Nilai ATVA tertinggi
Nilai ATVA terendah
PT Tower Bersama Infrastructrure Tbk (TBIG) nilai ATVA-nya sebelum
pengumuman stock buyback adalah sebesar 0,000330 dan sesudah
pengumuman adalah sebesar 0,001238, pada tahun 2015. Tahun 2016, TBIG
kembali melakukan pengumuman stock buyback, nilai ATVA sebelum dan
sesudah pengumuman adalah sebesar 0,001238 dan 0,001238. Hasil
perhitungan ATVA diperoleh dengan cara jumlah transaksi perdagangan
saham dibagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Perusahaan dengan nilai ATVA tertinggi sebelum pengumuman stock
buyback adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)
dengan nilai 0,014767. Nilai ATVA terendah sebelum pengumuman stock
buyback adalah 0,000000. Terdapat 2 perusahaan yang memiliki nilai
terendah yaitu PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) tahun 2015 dan PT
Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN). Pada periode pengamatan, perusahaan
dengan nilai ATVA tertinggi sesudah pengumuman stock buyback adalah PT
Harum Energy Tbk (HRUM) dengan nilai 0,012264, sedangkan nilai
terendah sesudah pengumuman adalah 0,000000 milik PT Plaza Indonesia
Realty Tbk (PLIN).
Nilai ATVA PT Bank Pembangunan Daerah Jawa timur Tbk (BJTM)
sebelum dan sesudah pengumuman adalah 0,014767 dan 0,005382. PT
Harum Energy Tbk (HRUM) sebelum pengumuman memiliki nilai ATVA
sebesar 0,013779 dan sesudahnya sebesar 0,012264. Nilai ATVA PT Bank
93
Pembangunan Daerah Jawa timur Tbk (BJTM) dan PT Harum Energy Tbk
(HRUM) mengalami perubahan negatif sesudah pengumuman stock buyback.
Berdasarkan perhitungan ATVA dari seluruh perusahaan sampel, rata-rata
ATVA sebelum pengumuman adalah sebesar 0,001505 dan rata-rata ATVA
sesudah adalah sebesar 0,001306. Nilai tersebut mengalami penurunan
sebesar 13,2% dibandingkan sebelum pengumuman stock buyback.
b) Trading Frequency Activity
Diminati tidaknya suatu saham dapat dilihat melalui frekuensi
perdagangan sahamnya. Frekuensi perdagangan saham merupakan berapa
kali suatu saham ditransaksikan pada suatu waktu tertentu. Tabel 6
menyajikan hasil perhitungan average trading frequency activity (ATFA)
saham perusahaan sampel sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
ATFA sebelum dan sesudah diperoleh dengan menjumlahkan trading volume
activity (TFA) 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman dibagi jumlah
hari. Contoh perhitungan ATFA perusahaan sampel adalah sebagai berikut:
Tower Bersama Infrastructure Tbk tahun 2015 (frekuensi perdagangan saham
harian perusahaan terlampir).
Average Trading Frequency Activity (ATFA)
= Jumlah frekuensi perdagangan saham ke-i periode ke-t
Jumlah hari
ATFA sebelum
= (1.462+1.132+1.092+1.435+1.096)
5
= 1.243
94
ATFA sesudah
= (1.480+916+1.070+2.681+3.952)
5
= 2.020
Berdasarkan tabel 6, terdapat 17 perusahaan yang mengalami perubahan
positif sesudah adanya pengumuman stock buyback, 17 perusahaan dengan
nilai perubahan negatif dan 1 perusahaan yang tidak mengalami perubahan
(stagnan). Perusahaan yang mengalami perubahan positif terdiri dari PT
Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT MNC Investama Tbk (BHIT),
PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk
(MPMX), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Nusa Raya Cipta
Tbk (NRCA), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Steel Pipe
Industry of Indonesia (ISSP), PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII), PT
Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk
(BTPN), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Multi Indocitra Tbk
(MICE), PT Harum Energy Tbk (HRUM). Perusahaan yang tidak mengalami
perubahan sesudah pengumuman stock buyback adalah PT Plaza Indonesia
Realty Tbk (PLIN).
Tabel 6. Average Trading Frequency Activity (ATFA) Saham Seluruh
Perusahaan Selama Periode Pengamatan
NO TAHUN KODE ATFA
SEBELUM
ATFA
SESUDAH
PERUBAHAN
(+/-)
1 2015 TBIG 1243 2020 +
2 2015 APLI 37 8 -
3 2015 BHIT 1243 3745 +
4 2015 BMTR 4576 3389 -
5 2015 MSKY 162 741 +
6 2015 MPMX 226 445 +
7 2015 ARNA 901 461 -
95
Lanjutan Tabel 6.
NO TAHUN KODE ATFA
SEBELUM
ATFA
SESUDAH
PERUBAHAN
(+/-)
8 2015 MEDC 485 1378 +
9 2015 NRCA 364 381 +
10 2015 ACES 1051 826 -
11 2015 CTRP 745 629 -
12 2015 SRTG 1 9 +
13 2015 ISSP 253 1030 +
14 2015 PANS 102 31 -
15 2015 BSDE 3740 1737 -
16 2015 PTBA 2439 1011 -
17 2015 SIDO 835 431 -
18 2015 RALS 662 264 -
19 2015 MLIA 6 5 -
20 2015 DSNG 177 149 -
21 2015 ECII 0 9 +
22 2015 ROTI 149 138 -
23 2015 MAPI 484 1684 +
24 2015 BBRI 8109 5882 -
25 2016 MPMX 133 109 -
26 2016 BTPN 26 411 +
27 2016 ITMG 1858 2600 +
28 2016 MEDC 460 768 +
29 2016 PLIN 0 0 0
30 2016 LINK 496 460 -
31 2016 MICE 15 43 +
32 2016 ECII 4 20 +
33 2016 TBIG 1651 1719 +
34 2016 HRUM 4820 4928 +
35 2016 BJTM 4909 2265 -
Rata-rata 1210 1135
Tertinggi 8109 5882
Terendah 0 0
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Keterangan:
Nilai ATFA tertinggi
Nilai ATFA terendah
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) melakukan pengumuman
stock buyback pada tahun 2015 dan tahun 2016. Selama 2 tahun tersebut
96
sesudah melakukan pengumuman nilai ATFA TBIG mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015, ATFA perusahaan sebesar 1243 kali transaksi sebelum
pengumuman dan sesudah pengumuman sebesar 2020 kali transaksi. Tahun
2016, nilai ATFA sebelum dan sesudah pengumuman sebesar 1651 kali
transaksi dan 1719 kali transaksi.
Selama periode pengamatan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
(BBRI) memiliki nilai ATFA tertinggi sebelum dan sesudah pengumuman
stock buyback, yaitu sebesar 8109 kali transaksi dan 5882 kali transaksi. PT
Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dan PT Electronic City Indonesia Tbk
(ECII) tahun 2015 memiliki nilai ATFA terendah sebelum pengumuman
yaitu sebesar 0 kali transaksi. Pada periode sesudah pengumuman, PT Plaza
Indonesia Realty Tbk (PLIN) juga menjadi perusahaan dengan nilai ATFA
terendah. Berdasarkan perhitungan ATFA seluruh perusahaan, rata-rata
trading frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman adalah 1210
kali transaksi dan 1135 kali transaksi. Nilai tersebut mengalami penurunan
dibandingkan sebelum pengumuman stock buyback.
D. Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menurut Lind et.al dalam Zulganef (2008:189) adalah
metode yang digunakan untuk mengorganisasikan, mengikhtisarkan, dan
menyajikan data dengan cara yang informatif. Tabel 7, 9, dan 11 merupakan
ringkasan hasil analisis statistik deskriptif menggunakan program SPSS versi
97
21. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui gambaran analisis statistik
deskriptif masing-masing variabel.
a) Abnormal Return
Tabel 7. Ringkasan Output Statistik Deskriptif AAR
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
AARsebelum 35 -0,066798 0,046430 -0,00044363 0,021581229
AARsesudah 35 -0,023970 0,056651 0,00692900 0,017665978
Sumber: Output SPSS versi 21 (2017)
Variabel abnormal return terdiri dari average abnormal return (AAR)
sebelum dan sesudah pengumuman. Diketahui nilai minimum AAR sebelum
adalah sebesar -0,066798 yaitu PT Medco Energi Internasional (MEDC)
tahun 2015 dan maksimum sebesar 0,046430 yaitu PT Harum Energy Tbk
(HRUM). Minimum AAR sesudah sebesar -0,023970 yaitu PT Medco Energi
Internasional Tbk (MEDC) tahun 2015 dan maksimum sebesar 0,056651
yaitu PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN). Nilai rata-rata
AAR sebelum sebesar -0,00044363 dengan standar deviasi 0,021581229 dan
nilai rata-rata AAR sesudah sebesar 0,00692900 dengan standar deviasi
0,017665978. Adanya perubahan positif rata-rata AAR sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback mengindikasikan investor merespons positif atas
informasi yang dipublikasikan perusahaan.
Tabel 8 di bawah ini memaparkan AAR saham harian selama periode
pengamatan untuk 35 perusahaan yang mengumumkan stock buyback tahun
2015-2016. Nilai AAR seluruh perusahaan pada t-5 adalah 0,019443 dan
pada t-4 sampai t-1 bernilai negatif. Pada saat pengumuman stock buyback,
98
nilai AAR t-0 positif diikuti dengan t+1 sampai t+5. Nilai AAR ini
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari investor. Keputusan investor
dalam bertransaksi saham dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kinerja
perusahaan, kebijakan pemerintah dan perusahaan, kondisi ekonomi dalam
dan luar negeri dan lain sebagainya.
Tabel 8. Average Abnormal Return (AAR) Saham Harian Selama Periode
Pengamatan Seluruh Perusahaan
Periode Hari Average Abnormal Return
(AAR)
Sebelum
t-5 0,019443
t-4 -0,009595
t-3 -0,005566
t-2 -0,001110
t-1 -0,005390
Saat t-0 0,0013269
Sesudah
t+1 0,024727
t+2 0,004485
t+3 0,000447
t+4 0,004008
t+5 0,000979
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Gambar 7 mencerminkan tentang pergerakan average abnormal return
(AAR) saham harian seluruh perusahaan selama periode pengamatan. Dapat
dilihat AAR selama periode pengamatan t-5 sampai t+5 mengalami fluktuasi.
AAR mulai mengalami peningkatan pada t-3 yaitu sebesar -0,005566
kemudian menurun pada t-1 menjadi -0,005390 dan meningkat kembali pada
t-0 hingga t+1. Pada periode pengamatan t+1 AAR berada pada puncaknya
yaitu sebesar 0,024727. Pada hari setelahnya AAR mulai mengalami
penurunan, namun meningkat kembali pada t+4 sebesar 0,004008.
99
Nilai AAR sesudah pengumuman stock buyback bernilai positif
menunjukkan bahwa harga saham mengalami peningkatan sebagai bentuk
reaksi positif investor terhadap informasi yang masuk ke pasar. Stock buyback
sebagai salah satu langkah memberikan sinyal kepada investor bahwa kinerja
perusahaan dalam keadaan baik. Hal ini mendorong investor untuk
melakukan analisis lebih selektif. AAR yang positif dapat disimpulkan bahwa
investor percaya bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik untuk ke
depannya.
Gambar 7. Pergerakan Average Abnormal Return (AAR) Saham Harian
Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
b) Aktivitas Perdagangan Saham
1) Trading Volume Activity
Tabel 9. Ringkasan Output Statistik Deskriptif ATVA
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ATVAsebelum 35 0,000000 0,014767 0,00150511 0,003275665
ATVAsesudah 35 0,000000 0,012264 0,00130566 0,002244197
Sumber: Output SPSS versi 21 (2017)
t-5
-t-4
t-3 t-2
-t-1
t-0
t+1
t+2 t+3
t+4 t+5
-0,02
-0,01
0
0,01
0,02
0,03
AAR
100
Variabel trading volume activity juga terdiri atas average trading
volume activity (ATVA) sebelum dan sesudah. ATVA sebelum memiliki
nilai minimum sebesar 0,000000 yaitu PT Electronic City Indonesia Tbk
(ECII) dan PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN), dan maksimum sebesar
0,014767 yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).
ATVA sesudah memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yaitu PT Plaza
Indonesia Realty Tbk (PLIN) dan nilai maksimum 0,012264 yaitu PT
Harum Energy Tbk (HRUM). Rata-rata nilai ATVA sebelum dan sesudah
adalah 0,00150511 dan 0,00130566. Nilai standar deviasi untuk ATVA
sebelum sebesar 0,003275665 dan sebesar 0,002244197 untuk ATVA
sesudah. Nilai rata-rata ATVA yang menurun sesudah pengumuman stock
buyback diduga karena informasi yang dipublikasikan perusahaan belum
cukup kuat mendorong investor dalam berinvestasi.
Tabel 10. Average Trading Volume Activity (ATVA) Saham Harian
Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan
Periode Hari Average Trading Volume
Activity (ATVA)
Sebelum
t-5 0,001332
t-4 0,001936
t-3 0,001146
t-2 0,001363
t-1 0,001749
Saat t-0 0,001422
Sesudah
t+1 0,001396
t+2 0,001329
t+3 0,001438
t+4 0,001203
t+5 0,001163
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
101
Tabel 10 memaparkan nilai average trading volume activity (ATVA)
harian seluruh perusahaan selama periode pengamatan tahun 2015-2016.
Berdasarkan tabel tersebut, nilai ATVA pada saat pengumuman stock
buyback (t-0) adalah 0,001422, nilai tersebut lebih kecil dibandingkan
pada t-1 yang sebesar 0,001749. Nilai ATVA cenderung menurun sesudah
pengumuman, kemudian meningkat kembali pada t+3 yaitu sebesar
0,001438, kemudian menurun kembali pada t+4 yaitu sebesar 0,001203
dan t+5 sebesar 0,001163.
Gambar 8. Pergerakan Average Trading Volume Activity (ATVA)
Saham Harian Seluruh Perusahaan Selama Periode
Pengamatan
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Gambar 8 menyajikan pergerakan ATVA saham harian selama
periode pengamatan untuk seluruh perusahaan sampel. Berdasarkan
gambar tersebut dapat dilihat ATVA mengalami pergerakan yang
fluktuatif. Pada t-4 telah terlihat adanya reaksi pasar atas informasi
pengumuman stock buyback dan menurun pada t-3 kemudian meningkat
kembali pada t-2 dan t-1. Hal ini mengindikasikan adanya kebocoran
t-5
t-4
t-3
t-2
t-1
t-0 t+1 t+2
t+3
t+4 t+5
0
0,0005
0,001
0,0015
0,002
0,0025
ATVA
102
informasi dan kebocoran informasi ini hanya terjadi pada sebagian
investor sehingga pasar bereaksi mendahului pengumuman yang akan
dilakukan (Hartono, 2015:209 dan h.663). Pasar juga lambat dalam
menyerap informasi dilihat dari adanya peningkatan ATVA pada t+3.
2) Trading Frequency Activity
Tabel 11. Ringkasan Output Statistik Deskriptif ATFA
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ATFAsebelum 35 0 8109 1210,34 1853,851
ATFAsesudah 35 0 5882 1135,03 1450,445
Sumber: Output SPSS versi 21 (2017)
Variabel trading frequency activity terdiri atas average trading
frequency activity (ATFA) sebelum dan sesudah. ATFA sebelum memiliki
nilai minimum sebesar 0 kali transaksi yaitu PT Electronic City Indonesia
Tbk (ECII) dan PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN), dan maksimum
sebesar 8109 kali transaksi yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
ATFA sesudah memiliki nilai minimum sebesar 0 kali transaksi yaitu PT
Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dan nilai maksimum 0,012264 yaitu
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Rata-rata nilai ATFA sebelum
dan sesudah adalah 1210,34 dan 1135,03, sedangkan nilai standar deviasi
untuk ATFA sebelum sebesar 1853,851 dan sebesar 1450,445 untuk
ATFA sesudah. Dapat dilketahui bahwa nilai rata-rata ATFA mengalami
penurunan pada sesudah pengumuman stock buyback, diduga penurunan
terjadi karena investor memilih untuk wait and see, serta adanya
kebocoran informasi.
103
PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) merupakan perusahaan dengan
nilai frekuensi 0 kali transaksi pada periode pengamatan sebelum dan
sesudah pengumuman stock buyback. Tidak adanya transaksi yang terjadi
pada saham PLIN diduga karena investor terlambat menginterpretasikan
informasi yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini didukung perusahaan yang
memiliki kinerja baik di tahun 2016 dilihat dari pendapatan perusahaan
yang sebesar Rp 1.659,20 miliar, meningkat dari tahun 2015 yang sebesar
Rp 1.644,55 miliar.
Tabel 12. Average Trading Frequency Activity (ATFA) Saham Harian
Seluruh Perusahaan Selama Periode Pengamatan
Periode Hari Average Trading Frequency
Activity (ATFA)
Sebelum
t-5 1167
t-4 1378
t-3 1142
t-2 1111
t-1 1254
Saat t-0 1241
Sesudah
t+1 1244
t+2 1191
t+3 1226
t+4 1045
t+5 971
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 12, nilai ATFA berada pada kisaran ribuan kali
transaksi setiap harinya selama periode pengamatan kecuali pada t+5 yang
sebesar 971 kali transaksi. Nilai ATFA tertinggi terjadi pada periode
pengamatan t-4 dan terendah pada t+5. Pada periode saat pengumuman,
nilai ATFA mengalami penurunan dibandingkan pada hari sebelumnya (t-
1) sebesar 1254 kali transaksi menjadi 1241 kali transaksi. Nilai tersebut
104
kemudian meningkat kembali pada t+1 menjadi 1244 kali transaksi.
Mengalami penurunan kembali pada t+2, pada t+3 sempat meningkat
menjadi 1226 kali transaksi, dan menurun pada periode selanjutnya (t+4
dan t+5).
Gambar 9 menampilkan pergerakan nilai average trading frequency
activity (ATFA) selama periode pengamatan. Dapat dilihat, pergerakan
nilai ATFA mengalami fluktuasi selama periode pengamatan. Peningkatan
nilai ATFA terjadi pada periode t-4, t+1, dan t+3. Diduga terjadi
kebocoran informasi tentang adanya rencana stock buyback perusahaan,
hal ini terlihat dari pergerakan nilai ATFA di periode t-4, investor banyak
melakukan transaksi perdagangan saham yang menyebabkan nilai ATFA
periode tersebut meningkat tajam.
Gambar 9. Pergerakan Average Trading Frequency Activity (ATFA)
Saham Harian Seluruh Perusahaan Selama Periode
Pengamatan
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Reaksi pasar yang terlihat di sekitar tanggal pengumuman
mengindikasikan bahwa peristiwa mengandung informasi. Adanya
peningkatan kembali nilai ATFA pada periode t+3 mengindikasikan pasar
t-5
t-4
t-3 t-2
t-1
t-0 t+1 t+2
t+3
t+4 t+5
0
500
1000
1500ATFA
105
menyerap atau menginterpretasikan informasi secara lambat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tandelilin (2010:223), reaksi pasar yang berkepanjangan
(lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan sebagian respons pasar
terlambat dan pasar dianggap tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.
2. Analisis Statistik Inferensial
a) Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk menguji distribusi data penelitian,
yaitu data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi tidak normal
sehingga dapat diketahui alat uji statistik yang tepat. Pengujian normalitas
data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi (𝛼)
= 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Data yang berdistribusi normal akan
diuji menggunakan statistik parametrik Paired Sample T-test, dan jika data
berdistribusi tidak normal maka akan diuji dengan statistik non parametrik
Wilcoxon Sign Rank Test. Pada tabel 13, disajikan hasil uji normalitas data
menggunakan program Statistical Package of Social Science (SPSS) versi
21.
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Data
Periode Signifikansi
AAR ATVA ATFA
Sebelum 0,070 0,000 0,015
Sesudah 0,427 0,008 0,074
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 13, pengujian terhadap variabel AAR sebelum
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,070 dan sesudah pengumuman
106
sebesar 0,427. Hal ini berarti variabel AAR berdistribusi normal, sehingga
untuk uji beda akan menggunakan uji Paired Sample T-Test. Selain menguji
variabel AAR, peneliti juga menguji variabel ATVA dan ATFA. Nilai
signifikansi ATVA sebelum dan sesudah pengumuman adalah sebesar 0,000
dan 0,008. Nilai signifikansi untuk variabel ATFA sebelum dan sesudah
pengumuman adalah sebesar 0,015 dan 0,074.
Nilai signifikansi untuk variabel ATVA sebelum dan sesudah tidak
berdistribusi normal (signifikansi < 0,05). Hal ini juga terjadi untuk variabel
ATFA sebelum pengumuman (0,015 < 0,05), sedangkan untuk nilai sesudah
pengumuman berdistribusi normal. Dikarenakan data berdistribusi tidak
normal, maka pengujian untuk variabel ATVA dan ATFA menggunakan uji
Wilcoxon Sign Rank Test.
b) Hasil Uji Hipotesis I
Pengujian hipotesis I dilakukan dengan menggunakan uji statistik
parametrik Paired Sample T-Test untuk membuktikan atau menguji
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average abnormal
return (AAR) sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Penggunaan uji statistik parametrik didasarkan pada hasil uji normalitas data
yang berdistribusi normal. Langkah pertama dalam melakukan uji Paired
Sample T-Test adalah menentukan hipotesis, yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan average abnormal return
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
107
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan average abnormal return sebelum
dan sesudah pengumuman stock buyback.
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (𝛼) = 0,05 dan tingkat
kepercayaan sebesar 95%. Berikut hasil uji statistik parametrik Paired
Sample T-Test.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Paired Sample T-Test Average Abnormal
Return (AAR)
Variabel T Signifikansi
Average Abnormal Return sebelum –
Average Abnormal Return sesudah
-1,769 0,086
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan hasil uji beda menggunakan Paired Sample T-Test dapat
dibuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan average
abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hal ini
dapat diketahui dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 𝛼 (0,086 > 0,05),
maka diambil keputusan H0 diterima. Hasil ini membuktikan bahwa
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average abnormal
return sebelum dan sesudah pengumuman tidak dapat diterima.
c) Hasil Uji Hipotesis II
Pengujian hipotesis II dilakukan dengan menggunakan uji statistik non
parametrik Wilcoxon Sign Rank Test untuk membuktikan atau menguji
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average trading
volume activity (ATVA) sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
penggunaan uji Wilcoxon Sign rank Test dikarenakan data variabel average
trading volume activity (ATVA) tidak berdistribusi dengan normal. Langkah
108
pertama dalam melakukan uji Wilcoxon Sign Rank Test adalah menentukan
hipotesis, yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan average trading volume
activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan average trading volume activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (𝛼) = 0,05 dan tingkat
kepercayaan sebesar 95%. Berikut hasil uji statistik non parametrik
Wilcoxon Sign Rank Test.
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Average
Trading Volume Activity (ATVA)
Variabel Z Signifikansi
Average Trading Volume Activity
sebelum - Average Trading Volume
Activity sesudah
-0,624 0,533
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan hasil uji beda menggunakan Wilcoxon Sign rank test dapat
dibuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan average trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hal ini
dapat diketahui dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 𝛼 (0,533 > 0,05),
maka diambil keputusan H0 diterima. Hasil ini membuktikan bahwa
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman tidak dapat diterima.
109
d) Hasil Uji Hipotesis III
Pengujian hipotesis III dilakukan dengan menggunakan uji statistik non
parametrik Wilcoxon Sign Rank Test untuk membuktikan atau menguji
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average trading
frequency activity (ATFA) sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback. penggunaan uji Wilcoxon Sign rank Test dikarenakan data variabel
average trading frequency activity (ATFA) tidak berdistribusi dengan
normal. Langkah pertama dalam melakukan uji Wilcoxon Sign Rank Test
adalah menentukan hipotesis, yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan average trading frequency
activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan average trading frequency activity
sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback.
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (𝛼) = 0,05 dan tingkat
kepercayaan sebesar 95%. Berikut hasil uji statistik non parametrik
Wilcoxon Sign Rank Test.
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Average
Trading Frequency Activity (ATFA)
Variabel Z Signifikansi
Average Trading Frequency Activity
sebelum - Average Trading frequency
Activity sesudah
-0,120 0,905
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan hasil uji beda menggunakan Wilcoxon Sign rank test dapat
dibuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan average trading
110
frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hal ini
dapat diketahui dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 𝛼 (0,905 > 0,05),
maka diambil keputusan H0 diterima. Hasil ini membuktikan bahwa
pernyataan tentang adanya perbedaan yang signifikan average trading
frequency activity sebelum dan sesudah pengumuman tidak dapat diterima.
E. Pembahasan Penelitian
Investor dalam melakukan investasi perlu mengambil keputusan investasi
yang tepat. Keputusan investasi yang dimaksud adalah keputusan dalam
menentukan untuk membeli, menjual, atau mempertahankan kepemilikan saham.
Untuk dapat memutuskan investasinya secara tepat investor harus melakukan
analisis berupa informasi yang ada di pasar. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja sekuritas, baik itu dari dalam maupun luar perusahaan,
kondisi politik, ekonomi, sosial, bahkan lingkungan internasional.
Salah satu informasi yang muncul di pasar adalah informasi mengenai aksi
korporasi yang menarik investor untuk melakukan analisis terhadap arah
kebijakan perusahaan. Informasi yang dipublikasikan perusahaan merupakan
sinyal yang diharapkan mampu menarik reaksi investor. Salah satu contoh
informasi aksi korporasi yang dilakukan perusahaan adalah pembelian kembali
saham (stock buyback). Pengumuman stock buyback merupakan bentuk sinyal
positif perusahaan kepada investor yang mengindikasikan bahwa harga saham
sudah undervalued.
111
1. Uji Hipotesis I
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak adanya perbedaan yang
signifikan average abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock
buyback. Hasil ini mendukung penelitian Delphinea (2016) yang menyatakan
bahwa tidak ada reaksi AAR yang signifikan di sekitar pengumuman stock
buyback. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Junizar (2013) dan Oktaviani (2016).
Gambar 10. Rata-rata Harga Saham Harian Seluruh Perusahaan Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Perusahaan melakukan kebijakan stock buyback dikarenakan kondisi pasar
yang berfluktuasi secara signifikan sebagai langkah untuk menjaga kestabilan
harga saham. Meskipun aksi korporasi stock buyback yang dilakukan perusahaan
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai AAR sebelum dan sesudah
pengumuman, stock buyback mampu meningkatkan harga saham rata-rata
Rp2.050
Rp2.100
Rp2.150
Rp2.200
Rp2.250
Rp2.300
Rp2.350
Rp2.400
t-5 t-4 t-3 t-2 t-1 t-0 t+1 t+2 t+3 t+4 t+5
Harga Saham Linear (Harga Saham)
112
perusahaan sampel. Berdasarkan gambar 10, harga saham rata-rata meningkat
pada hari sesudah pengumuman (t+1) yaitu dengan harga Rp 2.303 dan terus
meningkat hingga t+4 pada Rp 2.317.
Hasil uji statistik yang menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan nilai
AAR sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor. Salah satunya adalah investor yang telah mengantisipasi kondisi
ini cenderung memilih untuk bersikap lebih selektif dengan melakukan
pengamatan terhadap kondisi ekonomi dan memilih untuk menunggu saat
perekonomian membaik. Periode pengamatan yang tergolong singkat dan jumlah
sampel yang digunakan juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
2) Uji Hipotesis II
Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap average trading volume
activity (ATVA) 35 perusahaan sampel menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat
ATVA sebelum dan sesudah yang signifikan. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian oleh Delphinea (2016) yang tidak
menemukan average trading volume activity (ATVA) yang signifikan di sekitar
hari pengumuman. Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Junizar
(2013) dan Oktaviani (2016) yang menemukan adanya reaksi pasar yang
signifikan akibat adanya pengumuman stock buyback.
Gambar 11 mencerminkan bahwa trending line rata-rata volume perdagangan
saham harian seluruh perusahaan mengalami trend menurun. Trend nilai ATVA
yang menurun diduga disebabkan oleh pasar bereaksi dahulu terhadap rencana
113
stock buyback perusahaan yang mengindikasikan adanya kebocoran informasi.
Hal ini terlihat dari rata-rata volume perdagangan saham yang meningkat pada
periode t-4 dan t-1 dengan volume masing-masing mencapai 14 juta lembar dan
16 juta lembar. Pada hari pengumuman volume perdagangan saham
menunjukkan penurunan yang kemudian meningkat pada periode t+3 dengan
volume mencapai 10 juta lembar.
Gambar 11. Rata-rata Volume Perdagangan Saham Harian Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Hasil pengujian statistik yang tidak menunjukkan adanya perbedaan ATVA
yang signifikan bukan berarti sia-sia. PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII)
tahun 2015 dan 2016, dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
merupakan beberapa perusahaan yang mengalami peningkatan volume transaksi
saham. Sebelumnya, saham ketiga perusahaan tersebut tidak atau kurang
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
18.000.000
t-5 t-4 t-3 t-2 t-1 t-0 t+1 t+2 t+3 t+4 t+5
volume perdagangan saham Linear (volume perdagangan saham)
114
diminati oleh investor ditunjukkan dari volume transaksi sahamnya yang kecil
bahkan tidak ada transaksi.
3) Uji Hipotesis III
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan average
trading frequency activity (ATFA) yang signifikan sebelum dan sesudah
pengumuman stock buyback. Informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan
diduga belum cukup mampu untuk meyakinkan investor untuk berinvestasi
akibat kondisi ekonomi yang masih berfluktuasi. Hal ini didukung oleh Maknun
(2010) bahwa frekuensi perdagangan saham yang besar disebabkan banyaknya
minat investor. Investor yang ragu cenderung memilih untuk menunggu waktu
yang menguntungkan untuk melakukan investasi. Perilaku investor yang ragu ini
mendukung pendapat Sandrasari (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi
perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan untuk
melihat tingkah laku di pasar terhadap informasi yang masuk.
Tidak meningkatkan transaksi frekuensi perdagangan saham secara
signifikan bukan berarti pengumuman stock buyback bersifat sia-sia dalam
meningkatkan nilai frekuensi perdagangan saham. Salah satu perusahaan yang
frekuensi perdagangan sahamnya meningkat dari sebelum sesudah pengumuman
adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM) (lihat tabel 6). Jumlah frekuensi
perdagangan saham HRUM meningkat diduga akibat kondisi perekonomian
global yang mulai membaik pada triwulan IV. Hal ini ditandai salah satunya
dengan meningkatnya ekspor dan ditopang naiknya harga komoditas diantaranya
115
batubara, tembaga, dan timah (Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Bank
Indonesia, Januari 2017).
PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) juga mengalami
peningkatan frekuensi perdagangan saham. Rata-rata frekuensi perdangan saham
BTPN sebelum pengumuman stock buyback hanya berada pada 26 kali transaksi,
tetapi sesudah pengumuman frekuensi perdagangannya meningkat dengan rata-
rata 411 kali transaksi. Hal ini diduga bahwa sebagian investor yang telah
melakukan analisis selektif percaya akan kinerja di masa depan perusahaan.
Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap variabel average abnormal
return, average trading volume activity, dan average trading frequency activity
tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan sebagai dampak dari
adanya keputusan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya (stock
buyback). Hasil yang tidak signifikan ini, selain disebabkan oleh sebab-sebab
yang telah dikemukakan sebelumnya juga disebabkan karena keputusan stock
buyback merupakan kebijakan perusahaan yang tidak bisa diamati hanya dengan
waktu singkat. Dampak dari adanya stock buyback dalam meningkatkan
earnings per share (EPS) akan dapat diketahui dalam periode pengamatan yang
lama (misal: 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah stock buyback). ). Hal ini
dikarenakan kebijakan stock buyback merupakan keputusan perusahaan yang
memerlukan analisis lebih mendalam dari para pelaku pasar modal.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis adanya
perbedaan yang signifikan average abnormal return, average trading volume
activity dan average trading frequency activity sebelum dan sesudah adanya
pengumuman stock buyback. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Average Abnormal Return (AAR) tidak mengalami perubahan yang
signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hal tersebut
terlihat dari hasil pengujian menggunakan Paired Sample T-Test yang
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,086 dengan (𝛼) = 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan bahwa investor telah
mengantisipasi kondisi pasar yang berfluktuatif signifikan sehingga lebih
selektif dalam menginvestasikan dananya. Investor juga memperoleh
informasi yang sama, meskipun penyebaran informasi tidak merata,
sehingga investor yang mendapat informasi lebih dulu tidak bisa mengambil
keuntungan berlebih dalam waktu lama.
2. Average Trading Volume Activity (ATVA) tidak mengalami perubahan yang
signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Hasil
pengujian menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test menghasilkan nilai
signifikansi 0,533 dengan (𝛼) = 0,05. ATVA cenderung mengalami
penurunan sesudah pengumuman stock buyback, hal ini diduga akibat
117
investor masih belum sepenuhnya percaya akan signaling yang dikeluarkan
oleh perusahaan mengenai kinerja perusahaan.
3. Average Trading Frequency Activity (ATFA) tidak mengalami perubahan
yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. ATFA
diuji menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan menghasilkan nilai
signifikan sebesar 0,905 dengan (𝛼) = 0,05. Pengumuman stock buyback
yang dipublikasikan perusahaan kurang mampu untuk menarik minat
investor dalam bertransaksi saham.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Bagi Investor
Investor harus lebih cermat dalam menganalisis informasi yang dikeluarkan
perusahaan seperti pengumuman stock buyback, agar informasi ini dapat
digunakan secara tepat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
investasi.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan disarankan untuk selalu menjaga dan meningkatkan kinerja di
masa depan, agar penggunaan kebijakan stock buyback dengan tujuan untuk
menstabilkan harga saham dapat berhasil.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada fokus sama
disarankan untuk menambahkan variabel selain abnormal return, trading
118
volume activity dan trading frequency activity, seperti earning per share
(EPS). Selain itu juga memperpanjang periode pengamatan agar dampak
dari pengumuman stock buyback dapat dilihat secara jangka panjang atau
mengambil fokus sektor tertentu dalam penelitiannya.
119
DAFTAR PUSTAKA
Literatur Buku
Basir, Saleh dan Fakhruddin. 2005. Aksi Korporasi: Strategi untuk Meningkatkan
Nilai Saham melalui Tindakan Korporasi. Jakarta:Salemba Empat.
Brigham, Eugene dan Joel F. Huston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Buku 2. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawaban Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Hadi, Dr.Nor. 2013. Pasar Modal: Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di
Instrumen Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi di Aset Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
. 2015. Analisis Investasi dan Aplikasinya: Dalam Aset Keuangan
dan Aset Riil. Jakarta: Salemba Empat.
Hartono, Jogiyanto. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Kesepuluh. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Kusumawati, Andriani. 2012. Metode Penelitian Bisnis: Filsafat Ilmu dan Metode
Penelitian. Malang: Universitas Brawijaya.
Lubis, Ade Fatma. 2008. Pasar Modal. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Lupiyoadi, Rambat dan Ridho Bramulya Ikhsan. 2015. Praktikum Metode Riset
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Mayo, Herbert B. 2014. Investment an Introduction. South-Western: Cengage
Learning.
Quadratullah, Mohammad Farhan. 2014. Statistika Terapan: Teori, Contoh
Kasus, dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Sanusi, Anwar. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sjahrial, Dermawan. 2014. Manajemen Keuangan Lanjutan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
120
Suteja, Jaja dan Ardi Gunardi. 2016. Manajemen Investasi dan Portofolio.
Bandung: PT Refika Aditama.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Trihendradi, C. 2013. Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Yuliana, Indah. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-
MALIKI PRESS.
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial & Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal dan Skripsi
Delphinea, Neola. 2016. Pengaruh Pengumuman Pembelian Kembali Saham
(Buyback) terhadap Reaksi Pasar. Universitas Brawijaya, Malang: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
Grullon, Gustavo dan David L. Ikenberry. 2000. What Do We Know About Stock
Repurchases?. Journal of Applied Corporate Finance Vol 13 No. 1.
Hsieh, Jim dan Qinghai Wang. 2009. Stock Repurchases: Theory and Evidence.
SSRN Electronic Journal.
Junizar, Muhammad Luky. 2013. Pengaruh Pembelian Kembali Saham (Buyback)
terhadap Respon Pasar: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Fakutas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Maknun, Lu’luil. 2010. Analisis Frekuensi Perdagangan, Volume Perdagangan,
Kapitalisasi Pasar, dan Trading Day terhadap Return Saham pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2006-2008.
Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Mieta, Rahma Mulia. 2009. Pengaruh Stock Repurchase terhadap Stockholder,
Bondholder, dan Value Perusahaan di Indonesia Periode 2001-2007. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Munawarah. 2009. Analisis Perbandingan Abnormal Return dan Trading Volume
Activity Sebelum dan Setelah Suspend di BEI. Jurnal Fakutas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro.
121
Nurhaeni, Nunung. 2009. Dampak Pemilihan Umum Legislatif Indonesia Tahun
2009 terhadap Abnormal Return dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham
di BEI. Jurnal Fakutas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Oktaviani, Rizka Hayyu. 2016. Analisis Perbedaan Trading Volume Activity dan
Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Buyback Saham.
Universitas Brawijaya, Malang: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Sandrasari, Wiedya Tri. 2010. Analisis Volume Perdagangan, Frekuensi
Perdagangan, dan Order Imbalance Terhadap Volatilitas Harga Saham pada
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
Taslim, Ahmad. 2015. Pengaruh Frekuensi Perdagangan Saham, Volume
Perdagangan Saham, Kapitalisasi Pasar dan Jumlah Hari Perdagangan
terhadap Return Saham. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
Internet
Anonim. Indeks Harga Saham. Diakses pada tanggal 14 Desember 2016 dari
dmia.danareksaonline.com/Edukasi/IndekHargaSaham.
Bank Indonesia. 2015. Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Desember
2015. Diakses pada tanggal 25 November 2016 dari www.bi.go.id.
. 2017. Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Januari 2017. Diakses pada tanggal 12 Juni 2017 dari www.bi.go.id.
Bursa Efek Indonesia. 2016. Pengertian Saham. Diakses pada tanggal 10
Desember 2016 dari www.idx.co.id.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Laporan Tahunan 2015. Diakses pada tanggal 25
November 2016 dari www.ojk.go.id.
. 2016. Statistik Mingguan Pasar Modal. Diakses pada tanggal 25
November 2016 dari www.ojk.go.id.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. 2016. Keterbukaan Informasi. Diakses pada
tanggal 8 Februari 2017 dari www.itmg.co.id.
Sukirno. 2015. Tower Bersama (TBIG) Buyback Saham Rp2,2 Triliun. Diakses
pada tanggal 8 Februari 2017 dari www.bisnis.com.