AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks...

51
AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ALOKSAN MAYANG SANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks...

Page 1: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA

SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS YANG

DIINDUKSI ALOKSAN

MAYANG SANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Aktivitas Ekstrak Etil Asetat

Daun Mimba sebagai Antihiperglikemik pada Tikus yang Diinduksi Aloksan

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Mayang Sani

B04063317

Page 3: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

ABSTRACT

MAYANG SANI. Anti-hyperglycaemia Activity of Neem Leaf Ethyl Acetate

Extract on Rats Induced by Alloxan. Supervised by IETJE WIENTARSIH and

BAYU FEBRAM PRASETYO.

The aimed of this study to assess the potency of ethyl acetate extract of neem

leaves which has the effect anti-hyperglycaemia in white rat as experimental

animals. Eighteen male white rats age 4-5 months was divided into six groups:

first as a normal control group (K1) which has given aquadest, second as a

negative control group (K2) which has given aquadest, a third group as a positive

control (K3) were have given glibenclamide; the treatment group (KP1, KP2,

KP3) were have given ethyl acetate extract of neem leaves dose of 30, 60, 90

mg/kg BW. All groups except K1 were induced by alloxan dose 150 mg / kg BW.

Phytochemical screening of neem leaves contained the active ingredients such as

flavonoids, saponins, and tannins. Blood glucose concentrations in rats was

examined before and after induction of alloxan and after treatment. The results

showed that the ethyl acetate extract of neem leaves significantly affected the

decrease blood glucose concentrations. The effective dose to decrease blood

glucose concentrations are 60 and 90 mg / kg BW. The study concluded that the

ethyl acetate extract of neem leaves can be recomended as anti-hyperglycaemia

effect.

Keywords: extract, ethyl acetate, neem leaves, alloxan, anti-hyperglycaemia

Page 4: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

RINGKASAN

MAYANG SANI. Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Daun Mimba sebagai

Antihiperglikemik pada Tikus yang Diinduksi Aloksan. Dibimbing oleh IETJE

WIENTARSIH dan BAYU FEBRAM PRASETYO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak etil asetat daun

mimba yang memiliki efek antihiperglikemik dengan menggunakan hewan coba

tikus. Sebanyak 18 ekor tikus putih jantan umur 4-5 bulan dibagi menjadi enam

kelompok perlakuan yaitu: kelompok pertama sebagai kontrol normal (K1)

disuntik NaCl dan diberi aquades; kelompok kedua sebagai kontrol negatif (K2)

yang diberi aquades; kelompok ketiga sebagai kontrol positif (K3) yang diberi

glibenklamid; kelompok keempat sebagai perlakuan KP1, diberi ekstrak etil asetat

daun mimba dosis 30 mg/kg BB; kelompok kelima sebagai perlakuan KP2, diberi

ekstrak etil asetat daun mimba dosis 60 mg/kg BB; kelompok keenam sebagai

perlakuan KP3, diberi ekstrak etil asetat daun mimba dosis 90 mg/kg BB. Semua

kelompok kecuali K1 diinduksi dengan aloksan dosis 150 mg/kg BB. Penapisan

fitokimia terhadap daun mimba menunjukan bahwa daun mimba mengandung

flavonoid, saponin, dan tanin. Kadar glukosa darah tikus diperiksa sebelum

induksi aloksan, setelah induksi aloksan dan setelah diberi perlakuan. Hasil yang

diperoleh menunjukan bahwa ekstrak etil asetat daun mimba berpengaruh nyata

terhadap penurunan glukosa darah tikus. Dosis efektif untuk menurunkan kadar

glukosa darah adalah 60 dan 90 mg/kg BB. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa ekstrak etil asetat daun mimba mempunyai efek antihiperglikemik.

Kata kunci : ekstrak, etil asetat, daun mimba, aloksan, antihiperglikemik.

Page 5: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA

SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS YANG

DIINDUKSI ALOKSAN

MAYANG SANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 7: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Daun Mimba sebagai

Antihiperglikemik pada Tikus yang Diinduksi Aloksan

Nama : Mayang Sani

NIM : B04063317

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dra. hj.Ietje Wientarsih, Apt, M.Sc. Bayu Febram Prasetyo,S.Si,Apt,M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Dra. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus :

Page 8: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

dimulai bulan Januari 2010 dengan mengambil judul “Aktivitas Ekstrak Etil

Asetat Daun Mimba sebagai Antihiperglikemik pada Tikus yang Diinduksi

Aloksan”. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Penulis ucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Ibu Dr. dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt, M.Sc, selaku dosen pembimbing I dan

Bapak Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si, sebagai dosen pembimbing II

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

petunjuk dan nasehat hingga tersusunnya karya ilmiah ini,

2. Ayahanda Saukat Ali dan Ibunda Iswanti Rustam atas segala perhatian, kasih

sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis, Nenek

tercinta Adjusna Yasin, kakak tersayang Andrika Saputra serta seluruh

keluarga besar yang telah memberikan limpahan doa, kasih sayang dan

semangat,

3. Ibu Dr. drh. Susdherti, M.Si dan Bapak drh. M. Fahrul Ulum yang telah

bersedia menjadi dosen penilai dan moderator pada seminar skripsi,

4. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Mirnawati S Bachrum dan Bapak drh. Huda S

Darusman, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada ujian akhir

sarjana dan atas saran-saran yang telah diberikan,

5. Bapak drh. Yudi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik,

6. Staf bagian Farmasi, Ibu Rini Madyastuti S.Si, Apt, M.Si, Ibu Lina

Noviyanti, S.Si, Apt, M.Si, dan Mas Koko yang telah memberikan saran dan

semangat,

7. Pak Edi yang telah membantu di kandang hewan percobaan,

8. Ardhinta Irawan, SKH atas semangat, kesabaran dan kasih sayangnya,

9. Sahabat seperjuangan dan sepermainan Dian Ariani, S.Pt, Irtas Monalisa,

A.Md, Niyamesa, A.Md, Thytit Arlianti A.Md, “akhirnya kita pulang

membawa gelar sarjana, semoga apa yang kita inginkan tercapai, Amin

Page 9: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

10. Teman seperjuangan Ikrar Trisnaning Hardi Utami, SKH dan Isnia

Nurulazmi, SKH, “Teman, akhirnya kita lulus juga”

11. Penghuni Istana 200, Dinda Trihandayani, Rahima, Rusyda Mulya Sari,

Sofi, Iffa, Nice, Tari atas semangat dan kebersamaannya,

12. Keluarga besar IKMP dan Aesculapius 43 yang telah menjadi keluarga

baru selama berada di Bogor,

13. Pimpinan beserta staf dan seluruh Civitas Akademika Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor atas bekal ilmu selama penulis mengikuti

proses pendidikan,

14. Semua pihak yang membantu tersusunnya karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dikemudian hari untuk

masyarakat luas.

Bogor, Agustus 2010

Mayang Sani

Page 10: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dangung-Dangung, Payakumbuh, Sumatera Barat

pada tanggal 31 Desember 1988 dari ayah Saukat Ali dan ibu Iswanti Rustam.

Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 60 Balai Talang dan

lulus tahun 2000. Pendidikan penulis dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Guguak

(2000-2003). Masa SMA penulis diselesaikan di SMA Negeri 1 Guguak dan

lulus tahun 2006 dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun

yang sama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Mayor yang dipilih

penulis di IPB adalah Kedoteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mendapatkan beasiswa Bantuan

Belajar Mahasiswa. Penulis juga aktif di Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan

(2008-2009). Selain itu penulis juga menjadi anggota Divisi Hewan Akuatik dan

Eksotik Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik.

Penulis juga berkesempatan menjadi sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah

Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Payakumbuh (OMDA IKMP), ketua Asrama

Palito Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Payakumbuh.

Page 11: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

Latar Belakang .......................................................................................... 1

Tujuan ........................................................................................................ 2

Manfaat ...................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

Mimba (Azadirachta indica Juss) .............................................................. 3

Ekstraksi ..................................................................................................... 5

Etil Asetat ................................................................................................... 6

Penapisan Fitokimia ................................................................................... 7

Glukosa ....................................................................................................... 8

Hiperglikemia ............................................................................................. 9

Obat Antihiperglikemik ............................................................................ 11

Aloksan ..................................................................................................... 12

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 13

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 13

Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 13

Metode Penelitian ..................................................................................... 13

Pembuatan Simplisia ........................................................................ 13

Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Mimba ................................... 13

Penapisan Fitokimia ......................................................................... 14

Pengujian Aktivitas Antihiperglikemik ........................................... 15

Pengukuran Glukosa Darah .............................................................. 15

Pengukuran Bobot Badan ................................................................. 16

Analisis statistik ................................................................................ 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 17

Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia ................................................. 17

Bobot badan .............................................................................................. 18

Kadar Glukosa Darah ............................................................................... 20

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 25

Simpulan ................................................................................................... 25

Saran ......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26

LAMPIRAN ......................................................................................................... 28

Page 12: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etil asetat daun mimba .......................... 18

2 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etanol daun mimba ............................... 18

3 Hasil analisis statistik antar perlakuan ............................................................. 22

4 Rata-rata kadar glukosa darah .......................................................................... 23

Page 13: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Daun mimba ....................................................................................................... 4

2 Struktur etil asetat .............................................................................................. 6

3 Rata-rata bobot badan tikus kelompok normal (K1) ........................................ 19

4 Rata-rata bobot badan tikus .............................................................................. 19

5 Rata-rata kadar glukosa darah tikus. ................................................................ 21

Page 14: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tahapan penelitian ........................................................................................... 29

2 Perhitungan dosis glibenklamid ....................................................................... 30

3 Hasil uji fitokimia ............................................................................................ 31

4 Rataan glukosa darah tikus............................................................................... 32

5 Rataan bobot badan tikus ................................................................................ 33

6 Hasil analisis ragam ........................................................................................ 34

Page 15: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati tinggi di dunia. Ribuan jenis tanaman telah dimanfaatkan sebagai bahan

baku obat tradisional (Bermawie et al. 1996). Banyak produk ramuan tradisional

baik yang telah diolah dengan teknologi modern maupun secara sederhana beredar

di masyarakat. Mengingat hal tersebut, perlu adanya pengujian untuk

membuktikan khasiat suatu bahan alam karena masih banyak yang didasarkan

pada pengalaman saja. Melalui penelitian ilmiah dapat diketahui masalah yang

berhubungan dengan bahan alam tersebut misalnya : khasiat, kandungan kimia

serta kemungkinan pengembangan untuk digunakan dalam pengobatan modern.

Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan menjadi obat adalah mimba

(Azadiracta indica J).

Mimba dikenal dengan sebutan nimba, imbo, imbau atau umbo di daerah

Jawa. Manfaat yang banyak dikenal masyarakat adalah sebagai bahan pestisida

nabati, selain itu juga sebagai tanaman penghijauan (Kardinan & Ruhnayat 2003),

bijinya digunakan untuk obat gatal, daunnya untuk mengusir lalat pada sapi,

batangnya dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga (Soewita 1995).

Beberapa kalangan masyarakat juga memanfaatkannya sebagai obat tradisional.

Berdasarkan keterangan dari para pengguna obat daun mimba, penyakit yang

dapat disembuhkan antara lain alergi, jantung, artritis (radang sendi), batuk,

demam, rematik, ginjal, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan diabetes melitus

(Kardinan & Ruhnayat 2003). Mimba juga diketahui mempunyai pengaruh

sebagai antihiperglikemik (menurunkan kadar glukosa darah).

Hiperglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat

glukosa yang masuk ke dalam darah tidak dapat dipindahkan ke dalam sel otot,

ginjal, adiposit, dan tidak dapat diubah menjadi glikogen dan lemak.

Hiperglikemia dapat terjadi akibat kekurangan insulin, reseptor insulin, dan

glucose carrier sehingga glukosa tertimbun di dalam darah. Hiperglikemia

merupakan salah satu gejala penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus ditandai

dengan gejala 3 P (poliuria, polidipsi, poliphagia), penurunan berat badan, lemas

Page 16: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

2

dan kematian (Tjay & Rahardja 2002). Penelitian mengenai pengaruh daun

mimba sebagai penurun glukosa darah telah banyak dilakukan. Menurut El-

Hawary & Kholief (1990), ekstrak daun mimba memproduksi agen hipoglikemia

pada tikus normal bila diberikan dengan 2 dosis, dapat menurunkan gula darah

pada tikus yang menderita hiperglikemia tetapi tidak meringankan diabetesnya.

Untuk pengobatan diabetes juga dapat digunakan campuran berbagai tanaman

berkhasiat obat, contohnya tanaman sambiloto, batang brotowali, daun mimba dan

daun sendok. Bahan tersebut dicuci dan direbus lalu diminum air rebusannya

(Soenanto 2005).

Ketersediaan tanaman obat yang berlimpah, khususnya tanaman mimba

membuat tanaman ini mudah di dapat dan harganya relatif murah. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui potensi antihiperglikemik ekstrak etil asetat daun

mimba, serta berapa dosis efektif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi kalangan medis dan

masyarakat umumnya, tentang peran daun mimba sebagai obat tradisional

alternatif khususnya sebagai obat anti diabetes melitus.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekstrak etil asetat

daun mimba yang memiliki efek antihiperglikemik pada hewan coba tikus.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang daun

mimba dan khasiatnya sebagai antihiperglikemik yang dapat dijadikan sebagai

obat tradisional alternatif yang bernilai ekonomis. Selain itu diharapkan dapat

memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut.

Page 17: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

3

TINJAUAN PUSTAKA

Mimba ( Azadirachta indica Juss)

Mimba merupakan tanaman yang berasal dari kawasan Asia Selatan dan

Asia Tenggara. Plasma nutfah tanaman mimba banyak di temukan di India dan

Thailand. Saat ini, tanaman mimba tersebar di berbagai negara tropis, seperti

Vietnam, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Myanmar, Indonesia, serta daerah-

daerah tropis di Amerika, Australia, dan Afrika. Di Indonesia, tanaman mimba

banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Nusa

Tenggara Barat (Rukmana & Oesman 2002). Di India mimba disebut “ the village

pharmacy ”. Di Indonesia tanaman ini memiliki berbagai nama daerah; Imba dan

Mimba (Jawa), Membha dan Mempheuh (Madura), Intaran dan Mimba (Bali),

sedangkan di Inggris/Belanda disebut Margosier, Margosatree, Neem tree (Heyne

1987).

Tanaman Azadirachta indica Juss merupakan pohon yang tinggi,

batangnya dapat mencapai 20 m. Kulitnya tebal, batang agak kasar, sedangkan

buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Tanaman mimba mulai

berbunga dan menghasilkan buah pada umur 4-5 tahun. Buah mimba dihasilkan

dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya

berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya

melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh

karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne 1987).

Di Indonesia tanaman mimba berbunga pada bulan Maret – Desember

(Rukmana & Oesman 2002). Bunga tanaman mimba bertipe bunga majemuk atau

rasemosa, terletak pada ketiak daun. Kelopak mahkota berwarna kekuning-

kuningan, berambut, dengan ukuran ± 1 mm. Daun mahkota bunga berwarna

putih kekuning-kuningan, berukuran panjang antara 1,5 cm – 2,0 cm.

Daun tanaman mimba bersirip genap (majemuk); berbentuk lonjong

dengan tepi bergerigi dan ujung meruncing. Anak daun berbentuk memanjang

(lanset) dan agak melengkung seperti bulan sabit, bagian tepi bergerigi

meruncing, berukuran panjang 3 cm – 10 cm, dan lebar 0,5 cm – 3,5 cm. Daun

berwarna hijau muda sampai hijau tua dengan permukaan bagian atas mengkilap.

Page 18: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

4

Gambar 1 Daun Mimba (Kardinan & Ruhnayat 2003)

Dalam sistematika (taksonomi) tanaman, tanaman mimba diklasifikasikan

sebagai berikut (Tjitrosoepomo 2005) :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Dialypetaleae

Ordo : Rutales

Famili : Meliaceae

Genus : Azadirachta

Spesies : Azadirachta indica Juss

Tanaman mimba sangat kaya dengan kandungan kimia antara lain :

azadirachtin, minyak gliserida, asetiloksifuranil, oksosiklopentanatolfuran,

hidroksitetrametil, fenantenon , nimbol (Dalimartha 2000). Menurut Gunasena &

Marambe (1998) mimba juga mengandung meliantriol, salannin, nimbin,

nimbidin, dan marrangin.

Tanaman Azadirachta indica Juss ini mempunyai banyak kegunaan, antara

lain untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri,

antidiabetes, penyakit kardiovaskular, dan insektisida. Daun Azadirachta indica

Juss juga digunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes,

anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Penggunaan kulit batangnya yang

pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu

setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai

obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan

Page 19: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

5

sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera

makan dan obat malaria (Heyne 1987).

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan istilah yang digunakan untuk setiap proses

mendapatkan komponen-komponen pembentuk suatu bahan berpindah dari bahan

ke dalam cairan lain (pelarut). Menurut Bombardelli (1991), ekstraksi senyawa

aktif dari tanaman obat adalah pemisahan secara fisik atau kimiawi dengan

menggunakan cairan atau padatan.

Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang akan diekstrak.

Suatu senyawa menunjukan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang

berbeda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah

selektivitas, kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemampuan untuk diuapkan dan

harga pelarut. Biasanya metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor

seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode

maserasi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna. Beberapa

metode ekstraksi yang sering digunakan adalah maserasi, perkolasi, refluks, dan

sokletasi (Harborne 1987).

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Dalam proses

maserasi, bahan yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau

bejana yang bermulut lebar, bersama pelarut yang telah ditetapkan. Bejana ditutup

rapat dan isinya diaduk berulang-ulang sekitar 2-14 hari. Pengadukan

memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh

permukaan dari bahan yang sudah halus. Setelah senyawa-senyawa metabolit

sekunder tertarik ke dalam pelarut ia akan turun ke dasar bejana karena

meningkatnya gaya berat cairan akibat penambahan berat. Kemudian pelarut yang

segar naik ke permukaaan dan proses ini berlanjut secara berkelanjutan. Ekstrak

dipisahkan dari ampasnya dengan menapis dan/atau menyaring ampas yang telah

dibilas bebas dari ekstrak dengan penambahan pelarut ke dalam ekstrak dalam

wadahnya. Maserasi biasanya dilakukan pada suhu ruangan selama 3 hari sampai

senyawa-senyawa metabolit tertarik ke dalam pelarut (Ansel 1989).

Page 20: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

6

Menurut List & Schmidt (1989) maserasi yaitu metode ekstraksi dengan

cara merendam sampel menggunakan pelarut dengan atau tanpa pengadukan.

Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sering digunakan.

Etil Asetat

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.

Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud

cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc,

dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi

dalam skala besar sebagai pelarut (Chang 2003).

Gambar 2 Struktur Etil Asetat (Chang 2003)

Etil asetat adalah pelarut semi polar yang volatil (mudah menguap), tidak

beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen

yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton

yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti

oksigen dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam

air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu

yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang

mengandung basa atau asam (Chang 2003).

Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan

etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat. Etil asetat dapat

dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol

kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena

berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Untuk

memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam kuat dengan

proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan

etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol (Chang

2003).

Page 21: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

7

Penapisan Fitokimia

Bahan bioaktif adalah senyawa aktif biologis yang dihasilkan tanaman

melalui proses metabolisme sekunder. Bahan bioaktif merupakan bahan alam

terpenting yang dibentuk dalam proses metabolisme sekunder. Tanaman

menghasilkan senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk melindungi tanaman

dari serangga, bakteri, jamur dan jenis patogen lainnya (Lakitan 1993). Untuk

mengetahui jenis-jenis senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman

dilakukan uji fitokimia. Senyawa metabolit sekunder yang umum diidentifikasi

adalah alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, steroid, dan triterpenoid.

Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, mengandung satu atau

lebih atom nitrogen. Alkaloid sebagian besar beracun bagi manusia dan banyak

mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga digunakan secara luas

dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan sering bersifat

optik aktif (memutar cahaya terpolarisasi datar). Kebanyakan berbentuk kristal

dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Harborne 1987). Pada tanaman,

alkaloid berfungsi untuk melindungi diri dari predator karena bersifat racun bagi

serangga, sebagai zat perangsang dan pengatur tumbuh, serta membantu aktivitas

metabolisme tanaman (Vickery 1981).

Tanin dapat bereaksi dengan protein pembentuk polimer mantap yang tak

larut air (Harborne 1987). Tanin secara umum didefenisikan sebagai senyawa

polifenol yang membentuk kompleks dengan protein dan membentuk senyawa

terbesar kedua yang menyusun etanol. Aktivitas biologis dan farmakologis yang

telah diketahui antara lain penghambatan karsinogenitas, anti tumor,

antihipertensi, antibakteri dan jamur, antihiperglikemik, dan antelmentik.

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru

dan sebagai warna kuning yang ditemukan dalam tanaman. Flavonoid umumnya

terdapat pada tanaman sebagai glikosida. Flavonoid berfungsi sebagai stimulan

pada jantung, diuretik, menurunkan kadar glukosa darah dan sebagai anti jamur.

Triperpenoid merupakan senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal,

seringkali bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan

karena tidak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid digolongkan menjadi empat

Page 22: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

8

golongan senyawa, yaitu triterpena, steroid, saponin dan glikosida jantung.

Tritrepena dan steroid terdapat dalam bentuk glikosida (Harborne 1987). Saponin

dapat membentuk larutan koloidal dalam air. Bila dikocok akan membuih.

Kemampuan menurunkan tegangan permukaan disebabkan molekul saponin

terdiri dari hidrofor dan hidrofil. Saponin berasa pahit dan dapat mengiritasi

membran mukosa. Saponin berhasiat menurunkan kadar kolesterol dalam darah,

beberapa ada yang beracun, sebagai antibiotik dan fungisidal.

Glukosa

Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting. Karbohidrat adalah

zat kimia yang terdapat dalam berbagai bentuk antara lain gula sederhana atau

monosakarida dan unit-unit kimia yang kompleks, disakarida dan polisakarida.

Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan

diabsorbsi terutama dalam duodenum dan jejunum proksimal. Sesudah diabsorbsi

sementara waktu kadar glukosa darah akan meningkat dan akhirnya akan kembali

pada batas dasarnya. Pengaturan fisiologis glukosa darah sebagian besar

tergantung dari ekstraksi glukosa, sintesis glikogen dan glikogenolisis dalam hati.

Selain itu, jaringan-jaringan perifer otot-otot dan adiposit juga menggunakan

glukosa sebagai sumber energi. Jaringan-jaringan ini ikut berperan dalam

mempertahankan kadar glukosa darah, meskipun secara kualitatif tidak sebesar

jaringan hati (Price & Wilson 1985).

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan

oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa

hormon. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang

menurunkan kadar glukosa darah dan yang meningkatkan kadar glukosa darah.

Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah. Insulin

dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans pankreas. Sebaliknya ada beberapa

hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, antara lain

glukagon yang diekskresikan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans pankreas,

epinefrin yang diekskresikan oleh medula adrenal dan glukokortikoid yang

diekskresikan oleh korteks adrenal. Glukagon, epinefrin dan glukokortikoid

Page 23: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

9

membentuk suatu counter-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia

akibat pengaruh insulin (Price & Wilson 1985).

Kadar glukosa plasma puasa normal manusia adalah 80-110 mg per 100

ml. Hiperglikemia didefenisikan sebagai kadar glukosa plasma yang lebih tinggi

dari 110 mg per 100 ml, dan hipoglikemia didefenisikan sebagai kadar glukosa

plasma yang lebih rendah dari 80 mg per 100 ml. Tikus dinyatakan menderita

hiperglikemia apabila kadar glukosa darahnya > 250 mg/dL (Gutirerrez & Vargas

2006). Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorbsi

oleh tubulus ginjal selama konsentrasi glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-

180 mg per 100 ml. Kalau konsentrasi glukosa plasma naik melebihi kadar ini,

maka glukosa akan keluar bersama urin, keadaan ini disebut glikosuria. Ambang

ginjal normal untuk glukosa plasma adalah sebesar 160-180 mg per 100 ml (Price

& Wilson 1985).

Hiperglikemia

Hiperglikemia merupakan kondisi dimana nilai ambang reabsorbsi glukosa

melebihi nilai normal. Gejala klinis hiperglikemia adalah glukosuria, yaitu

glukosa yang berlebih akan dikeluarkan bersama urin. Keadaan ini menyebabkan

terjadinya poliuria yang diikuti dengan polidipsi. Selain itu juga akan terjadi

polifagia akibat glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel karena gangguan insulin.

Sel kekurangan glukosa untuk metabolisme dan merangsang pusat lapar di

hipotalamus. Cadangan glukosa yang tidak cukup akan menyebabkan terjadinya

glukoneogenesis, dapat berasal dari asam amino hasil degradasi protein di otot

sehingga berkurangnya masa otot yang ditunjukkan dengan penurunan bobot

badan (Price & Wilson 1985).

Hiperglikemia merupakan salah satu gejala klinis penyakit diabetes

melitus. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang

dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat. Manifestasi klinis

hiperglikemia biasanya terjadi secara kronis dalam waktu yang bertahun-tahun

dengan gejala klinis penyakit vaskular. Diabetes mempunyai etiologi yang

heterogen, artinya berbagai lesi mengakibatkan insufisiensi insulin. Jenis-jenis

gangguan berikut ini dianggap sebagai kemungkinan etiologi diabetes, yaitu :

Page 24: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

10

kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik (menurun), faktor

lingkungan yang mengubah fungsi dan integritas sel beta, gangguan sistem

imunitas, dan kelainan aktivitas insulin (Price & Wilson 1985).

Penderita diabetes melitus dibedakan menjadi empat, yaitu : Tipe I

diabetes melitus (Insulin Dependent Diabetes Mellitus / IDDM). Penderita

diabetes jenis IDDM tidak dapat memproduksi insulin. Diabetes jenis IDDM

timbul bila pankreas kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan insulin.

Penderita tipe ini rentan terhadap ketosis dan frekuensi antigen

histokompatibilitas tertentu mungkin meningkat atau menurun. Penyakit ini sering

timbul pada usia muda (Laurence & Bennet 1992). Tipe II diabetes melitus (Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM). Penderita diabetes jenis NIDDM,

pankreas masih berfungsi tetapi menunjukan defisiensi relatif, sehingga tubuh

kehilangan kemampuan untuk memanfaatkan insulin secara efektif. Penderita

jenis ini tidak rentan terhadap ketosis. Tipe ini sering dikaitkan dengan obesitas

dan umur tua (Laurence & Bennet 1992).

Tipe III diabetes sekunder, jenis ini timbul sehubungan dengan penyakit

lain, seperti penyakit pankreas, sindroma Cushing dan akromegali. Beberapa

pasien memperlihatkan kelainan primer pada reseptor insulin. Tipe IV diabetes

gestasional, yaitu diabetes yang timbul selama kehamilan atau intoleransi glukosa

yang didapat selama masa kehamilan, disebabkan oleh peningkatan sekresi

berbagai hormon disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa. Diabetes

gestasional terjadi pada trimester kedua atau trimester ketiga. Pada pasien-pasien

ini toleransi glukosa dapat kembali normal setelah persalinan (Price & Wilson

1985).

Manifestasi klinis diabetes dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Pasien-pasien yang menderita defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi glukosa

sesudah makan karbohidrat.

Pasien penderita IDDM sering memperlihatkan timbulnya gejala-gejala

yang eksplosif disertai polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah

dan somnolen (mengantuk) yang berlangsung lama. Mereka bisa menderita sakit

berat, timbul ketoasidosis, yaitu terbentuknya badan-badan keton di dalam darah

Page 25: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

11

akibat pembakaran lemak dan terjadinya dehidrasi akibat kekurangan cairan tubuh

sehingga darah menjadi asam. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien meninggal

kalau tidak segera mendapatkan pengobatan. Pasien ini memerlukan terapi insulin

untuk mengontrol metabolisme dan biasanya peka terhadap insulin (Price &

Wilson 1985).

Sebaliknya, penderita NIDDM tidak memperlihatkan gejala apa pun,

diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan

melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien

menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya tidak menderita

ketoasidosis. Pada hiperglikemia yang parah dan tidak memberikan respon

terhadap terapi diet, diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar

glukosanya. Pasien ini biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas terhadap

insulin. Kadar insulinnya mungkin berkurang, normal atau tinggi, tetapi tidak

cukup untuk mempertahankan kadar glukosa normal darah (Price & Wilson

1985).

Obat Antihiperglikemik

Obat antihiperglikemik adalah senyawa yang dapat menurunkan kadar

gula darah. Berdasarkan struktur kimianya obat ini dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu turunan sulfonamid (sulfonilurea) dan turunan guanidin

(biguanida) (Laureance & Bennet 1992). Antidiabetes oral golongan sulfonilurea

memobilisasi insulin tubuh. Senyawa ini meningkatkan sekresi insulin sel-β pulau

Langerhans sekaligus insulin yang terikat pada protein plasma yang biologik tidak

aktif dapat dibebaskan dan diaktifkan kembali. Prinsip kerja sulfonilurea adalah

efek insulin, karena itu obat golongan ini diindikasikan pada penderita NIDDM.

Efek samping turunan sulfonilurea adalah terjadinya hipoglikemia (Schunack et al

1990).

Obat dengan turunan biguanida merangsang glikolisis anaerob,

meningkatkan sensitivitas dan jumlah reseptor insulin, menghambat

glukoneogenesis di hati dan menurunkan penyerapan glukosa di usus. Turunan

biguanida yang sekarang digunakan sebagai antidiabetes adalah metformin.

Metformin dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan jantung, sehingga hanya

Page 26: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

12

digunakan untuk penderita yang tidak menderita penyakit ginjal dan jantung.

Sedangkan turunan sulfonilurea yang sering digunakan adalah glibenklamid

(Schunack et al 1990).

Aloksan

Aloksan merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan pada sel β pankreas dan digunakan sebagai bahan untuk menginduksi

terjadinya hiperglikemia pada hewan coba. Aloksan akan memberikan efek

diabetogenik pada hewan coba di hari ke-2 setelah penyuntikan aloksan secara

intraperitonial. Pemberian aloksan secara intravena maupun intraperitonial dapat

menyebabkan terjadinya hiperglikemia pada tikus, kelinci, kucing, anjing,

hamster, kambing, dan monyet (Ellenberg & Rifkin 1970).

Penelitian secara in vitro yang dilakukan Balz et al (1980) menyatakan

bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion Ca2+

dari mitokondria yang

mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion Ca2+

dari

mitokondria ini mengakibatkan gangguan homeolisis yang merupakan awal

kematian sel. Menurut Colca (1993) aloksan menghambat aktivitas kalmodulin,

yaitu suatu senyawa yang berperan dalam proses transport ion Ca2+

di dalam sel.

Ion Ca2+

sangat diperlukan dalam memulai sejumlah proses seluler seperti

kontraksi sel, sekresi neurotransmitter, dan hormon. Kalmodulin merupakan

protein pengikat ion Ca2+

yang berperan sebagai aktivator agar sejumlah tertentu

ion Ca2+

berada di dalam sel. Penghambatan aktivitas kalmodulin menyebabkan

terjadinya penghambatan sekresi insulin. Faktor lain yang sangat dominan

menghasilkan sifat diabetogenik aloksan ialah pembentukan senyawa oksigen

reaktif yang terjadi dalam sel- sel β pankreas (Colca 1993).

Page 27: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

13

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2010 di

Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Kandang

Hewan Coba Bagian Farmakologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan antara lain tikus putih, pakan, air, daun

Mimba (Azadirachta indica juss), etil asetat, pereaksi Meyer, HgCl2, KI, pereaksi

Dragendorf, bismut subnitrat, pereaksi Wagner, I2, kloroform, NH4OH, H2SO4

2M, serbuk Mg, HCl pekat, pereaksi Lieberman-Burchard, H2SO4 pekat, FeCl3,

gelatin, NaOH 1 N, NaCl 0.90 %, aquades, aloksan, glibenklamid, alkohol 70%.

Alat yang digunakan antara lain syringe 1 ml, tempat makan dan minum,

kandang, lampu, kipas angin, timbangan gram kasar, botol ekstrak, maserator,

lemari pengering, Mesh 20, gelas ukur, corong, cawan porselen, batang pengaduk,

lap, spidol, stiker label, kapas, tisu, Blood Glucose Meter merk Finetest TM

, strip

glukosa.

Metode Penelitian

Pembuatan Simplisia

Daun mimba diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(BALITRO). Bagian yang digunakan adalah daun yang sudah tua. Daun mimba

dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dicuci dengan air mengalir

sampai bersih dan ditiriskan. Daun mimba dikeringkan dengan lemari pengering

pada suhu 40 °C selama empat hari. Daun yang telah kering dipisahkan dari

pengotornya kemudian digiling dan diayak sehingga diperoleh serbuk simplisia

dengan ukuran Mesh 20.

Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Mimba

Ekstraksi daun mimba kering dilakukan dengan metoda maserasi. Daun

mimba kering sebanyak 50 g dimasukan ke dalam maserator ditambah etil asetat

Page 28: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

14

sebanyak 500 ml dan direndam selama 24 jam, setiap 6 jam dilakukan

pengadukan. Disaring dan ditampung di dalam tabung. Proses ini dilakukan

pengulangan 2 kali. Hasil saringan dipekatkan dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 40 °C dan 50 rpm yang bertujuan menguapkan pelarutnya

hingga berupa ekstrak kental. Setelah itu ditimbang rendemennya.

Penapisan Fitokimia

Kandungan senyawa organik yang umum diidentifikasi adalah alkaloid,

tanin, flavonoid, saponin, steroid, dan triperpenoid.

Uji Alkaloid. Digunakan tiga pereaksi untuk uji alkaloid, yaitu pereaksi

Meyer, pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Wagner. Pereaksi Meyer dibuat

dengan melarutkan 1,36 g HgCl2 dalam 60 ml aquades, dicampur dengan larutan 5

g KI dalam 10 ml aquades, dan diencerkan sampai 100 ml dengan aquades.

Pereaksi Dragendorf dibuat dengn melarutkan 8 g KI dalam 20 ml aquades,

dicampur dengan larutan 0,85 g bismut subnitrat dalam 40 ml aquades dan

diencerkan sampai 100 ml dengan aquades. Pereaksi Wagner dibuat dengan

melarutkan 2 g KI dalam 40 ml aquades, ditambah 1 g I2 dan dikocok sampai

homogen, diencerkan dengan aquades sampai 100 ml.

Sebanyak 1 ml ekstrak etil asetat daun mimba ditambah 10 ml kloroform

dan 3 tetes NH4OH dalam tabung reaksi. Ekstrak kloroform dipisah dan diberi 10

tetes H2SO4 2M. Lapisan asam dipisah ke dalam 3 bagian ditetesi pereaksi Meyer,

Dragendorf dan Wagner. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya

endapan putih oleh pereaksi Meyer, endapan merah oleh pereaksi Dragendorf dan

endapan coklat oleh pereaksi Wagner.

Uji Flavonoid. Sebanyak 2 ml ekstrak etil asetat daun mimba dimasukkan

ke dalam air mendidih selama 5 menit. Ditambah serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan

20 tetes alkohol lalu dikocok kuat. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga

menunjukkan terdapatnya senyawa flavonoid.

Uji Terpenoid dan Steroid. Sebanyak 1 ml ekstrak etil asetat daun

mimba dimaserasi dengan 10 ml eter selama 10 menit. Lapisan eter dipisah lalu

ditambah 3 tetes pereaksi Lieberman-Burchard dan 1 tetes H2SO4 pekat.

Terbentuknya warna merah atau ungu menunjukkan kandungan triterpenoid

sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan kandungan steroid.

Page 29: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

15

Uji Saponin. Sebanyak 2 ml ekstrak etil asetat daun mimba dikocok

selama 15 detik. Timbulnya busa hingga selang waktu 10 menit menunjukkan

adanya saponin.

Uji Tanin. Sebanyak 1 ml ekstrak etil asetat daun mimba ditambah 2 tetes

FeCl3. Terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan

terdapatnya tanin.

Uji Kuinon. Sebanyak 5 ml larutan ekstrak etil asetat daun mimba

ditambahkan gelatin kemudian disaring filtratnya dan ditambahkan NaOH 1 N.

Jika terbentuk warna merah berarti mengandung kuinon.

Pengujian Aktivitas Antihiperglikemik

Penelitian mengenai aktivitas antihiperglikemik dari daun mimba ini

dilakukan dengan menggunakan 18 ekor tikus putih jantan galur Sparaque dawley

berumur 4-5 bulan, dengan bobot badan 180-280 gram. Tikus ini dibagi dalam 6

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Perlakuan untuk masing-

masing kelompok adalah :

1. Kelompok kontrol normal (K1) : tikus disuntik dengan NaCl 0.90 % dan

dicekok aquades.

2. Kelompok kontrol negatif (K2) : tikus disuntik aloksan dan dicekok

aquades.

3. Kelompok kontrol positif (K3) : tikus disuntik aloksan dan dicekok obat

glibenklamid dosis 3,5 x 10-6

mg/kgBB.

4. Kelompok perlakuan (KP1, KP2, KP3) : tikus disuntik aloksan dan dicekok

ekstrak etil asetat daun mimba dengan dosis 30, 60, 90 mg/kgBB.

Kelompok selain K1 ditingkatkan kadar glukosa darahnya dengan cara

disuntik aloksan dosis 150 mg/kgBB sampai terjadi hiperglikemia secara

intraperitonial. Penyuntikan aloksan dilakukan pada hari ke-0 dan perlakuan

diberikan pada hari ke-6 sampai hari ke-10 (Wardhana 2005).

Pengukuran Glukosa Darah

Konsentrasi glukosa darah diukur sebanyak 3 kali, yaitu sebelum percobaan

(hari ke-0), setelah pemberian aloksan (hari ke-6), dan setelah pemberian obat

Page 30: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

16

antihiperglikemik/ekstrak etil asetat daun mimba (hari ke-10). Pengukuran darah

pada hari ke-6 bertujuan untuk mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan

kadar glukosa darah dan pengukuran pada hari ke-10 untuk mengetahui kadar

glukosa darah setelah diberi perlakuan. Pengukuran glukosa darah tikus dilakukan

setelah tikus dipuasakan selama ± 16 jam. Glukosa darah tikus diukur

menggunakan Blood Glucose Meter merk Finetest TM

. Caranya dengan setetes

darah tikus yang berasal dari ujung ekor diteteskan pada strip glukosa yang telah

dimasukkan dalam glukometer. Sebelumnya pada glukometer dilakukan

penyesuaian kode yang tertera pada kemasan strip glukosa. Setelah darah

diteteskan pada strip, ditunggu selama 9 detik untuk menunggu hasil pembacaan

konsentrasi glukosa darah oleh glukometer. Nilai yang tertera pada glukometer

merupakan nilai konsentrasi glukosa darah dengan satuan mg/dL.

Pengukuran Bobot Badan

Bobot badan diukur 4 kali, yaitu saat tikus mulai dipelihara, sebelum

pemberian aloksan (hari ke-0), setelah pemberian aloksan (hari ke-6), dan setelah

pemberian perlakuan (hari ke 10). Pengukuran bobot badan menggunakan

timbangan gram kasar.

Analisis statistik

Data hasil uji pengukuran efek antihiperglikemik diolah secara statistika

menggunakan uji sidik ragam ANOVA yang dilanjutkan dengan uji wilayah

berganda Duncan untuk melihat ada tidaknya perbedaan. Adapun model tersebut

ialah :

Yij = µ + αi +εij

Keterangan :

µ = pengaruh rataan umum

αi = pengaruh perlakuan ke –i i= 1,2,3,4,5,6

εij = pengaruh galat perlakuan ke =i dan ulangan ke-j, j= 1,2,3,4

Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 31: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil

asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah menguap),

tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat akan melarutkan senyawa semi

polar. Simplisia daun mimba yang dimaserasi dengan perbandingan 1 : 10 dengan

pelarut, dilakukan berulang-ulang sampai filtrat yang dihasilkan relatif tidak

mengandung komponen tumbuhan dalam jumlah yang berarti atau warna filtrat

sudah tidak pekat lagi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan

menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 °C dan 50 rpm yang bertujuan

menguapkan pelarutnya hingga berupa ekstrak kental. Jumlah ekstrak hasil

maserasi sebanyak 10 liter. Volume yang dihasilkan setelah dievaporasi sekitar

1/10 volume awal, yaitu diperoleh 91,6 g ekstrak kental etil asetat daun mimba.

Hasil uji penapisan fitokimia terhadap ekstrak etil asetat daun mimba

menunjukan hasil positif terhadap senyawa flavonoid, saponin, dan tanin

sedangkan yang menunjukan hasil negatif adalah senyawa alkaloid, steroid,

triterpenoid, dan hidroquinon (Tabel 1). Uji penapisan fitokimia pada ekstrak

etanol daun mimba menunjukan hasil positif pada senyawa alkaloid, flavonoid,

tanin, kumarin, dan steroid serta hasil negatif pada saponin dan triterpenoid (Tabel

2). Gahukar (2010) menyatakan bahwa hasil fitokimia daun mimba mengandung

lebih dari 40 senyawa aktif biologis, termasuk lomonid, flavonoid, polisakarida

dan senyawa sulfur. Perbedaan kandungan senyawa metabolit sekunder pada

tanaman yang sama di tempat yang berbeda dipengaruhi oleh faktor lingkungan

tempat tumbuh, waktu pemanenan, umur tanaman dan sensitifitas metode untuk

analisis kandungan tersebut.

Senyawa yang diduga berpengaruh pada aktivitas antihiperglikemik

ekstrak etil asetat daun mimba adalah tanin dan flavonoid. Menurut Zabri et al.

(2008) flavonoid berfungsi menurunkan kadar gula darah. Tadera et al. (2005)

juga menyatakan bahwa senyawa tanin dan flavonoid memiliki potensi

antihiperglikemik dengan mekanisme penghambatan reversibel nonkompetitif

enzim glukosidase. Glukosidase adalah enzim yang sangat diperlukan dalam

Page 32: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

18

proses metabolisme karbohidrat yang terletak dibagian tepi permukaan sel usus

halus. Enzim glukosidase memecah karbohidrat menjadi glukosa pada usus.

Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim ini menunjukan indikasi bahwa

senyawa tersebut berpotensi menurunkan kadar gula dalam darah.

Tabel 1 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etil asetat daun mimba

Uji Hasil

Alkaloid Dragendorf

Mayer

Wagner

Negatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

Steroid

Triterpenoid

Negatif (-)

Negatif (-)

Tanin Positif (+)

Flavonoid Positif (+)

Saponin Positif (+)

Hidroquinon Negatif (-)

Tabel 2 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etanol daun mimba

Golongan senyawa Hasil uji Keterangan

Flavonoid ++ Warna jingga kemerahan

Saponin - Tidak berbuih

Alkaloid + Endapan putih dan endapan

merah jingga

Triterpenoid - Warna hijau

Tanin + Endapan hitam kehijauan

Kuinon + Endapan merah

Kumarin + Fluoresensi hijau pada sinar UV

366 nm

Steroid +++ Endapan biru

Ket : Tanda (+) menunjukan tingkat intensitas warna

Bobot Badan

Pengamatan terhadap bobot badan tikus selama tiga minggu adaptasi,

menunjukan kecenderungan kenaikan bobot badan tikus. Hal ini menandakan

tikus sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kelompok normal

(K1) yang tidak disuntik dengan aloksan terus mengalami kenaikan bobot badan

(Gambar 3), menunjukan tikus dalam keadaan sehat dan tumbuh dengan normal.

Page 33: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

19

Gambar 3 Rata-rata bobot badan tikus kelompok normal (K1)

Gambar 4 Rata-rata bobot badan tikus Ket : h0 = sebelum induksi aloksan, h6 = setelah induksi aloksan, h10 = setelah

perlakuan

Kelompok K2, K3, KP1, KP2 dan KP3 yang disuntik aloksan, pada hari

ke-6 menunjukan penurunan bobot badan (Gambar 4). Kelompok K2 mengalami

penurunan bobot badan dari 189 g menjadi 172 g (Lampiran 5). Begitu juga

Page 34: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

20

dengan dengan kelompok K3, mengalami penurunan bobot badan dari 176 g

menjadi 159 g (Lampiran 5). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penurunan bobot badan tikus akibat tikus telah menderita hiperglikemia.

Hiperglikemia merupakan kondisi dimana nilai ambang reabsorbsi glukosa

melebihi nilai normal. Glukosa yang berlebih akan dikeluarkan bersama urin.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya poliuria yang diikuti dengan polidipsi.

Glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel karena gangguan insulin, akibatnya terjadi

poliphagia dan glukoneogenesis. Sel yang kekurangan glukosa untuk metabolisme

akan merangsang pusat lapar di hipotalamus menyebabkan rasa lapar yang

berlebihan. Glukoneogenesis dapat berasal dari asam amino hasil degradasi

protein di otot sehingga berkurangnya masa otot yang ditunjukan dengan

penurunan bobot badan.

Setelah pemberian ekstrak etil asetat daun mimba, pada hari ke-10 bobot

badan tikus ditimbang lagi. Kelompok KP1 mengalami penurunan bobot badan

dari 168 g pada hari ke-6 menjadi 144 g pada hari ke-10. Kelompok KP2

mengalami kenaikan bobot badan sebanyak 2 g, sedangkan bobot badan

kelompok KP3 tidak mengalami perubahan dari hari ke-6 sampai hari ke-10, yaitu

180 g (Lampiran 5). Untuk mengetahui pengaruh bobot badan dan perlakuan

dilakukan analisis statistik yang menunjukan pemberian perlakuan pada tikus

tidak memberikan respon yang berbeda (p>0,05). Pemberian ekstrak etil asetat

tidak mempengaruhi bobot badan tikus.

Kadar Glukosa Darah

Pada penelitian ini digunakan aloksan dosis 150 mg/kgBB untuk

menginduksi terjadinya hiperglikemia pada tikus. Aloksan merupakan senyawa

kimia yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel β pankreas dan

digunakan sebagai bahan untuk menginduksi terjadinya hiperglikemia pada hewan

coba (Ellenberg & Rifkin 1970). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan

sesaat sebelum induksi aloksan, 6 hari setelah induksi aloksan, dan 10 hari setelah

induksi aloksan. Pengukuran kadar glukosa dilakukan pada hari ke-6 dengan

asumsi semua tikus telah menderita hiperglikemia. Tikus yang telah mengalami

hiperglikemia dicekok dengan ekstrak etil asetat daun mimba, glibenklamid dan

Page 35: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

21

aquades setiap hari selama empat hari. Pengukuran pada hari ke-10 dilakukan

dengan asumsi kadar glukosa darah sudah kembali mendekati nilai normalnya.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0, sesaat sebelum

induksi aloksan dari semua kelompok menunjukan nilai yang hampir sama. Kadar

glukosa darah tikus semua kelompok berkisar antara 70-110 mg/dL.

Enam hari setelah diinduksi, kelompok yang diinduksi aloksan mengalami

hiperglikemia, kadar glukosa darah tikus berkisar 360-460 mg/dL. Tikus

dinyatakan menderita hiperglikemia apabila kadar glukosa darahnya > 250 mg/dL

(Gutirerrez & Vargas 2006). Keadaan hiperglikemia pada tikus disertai dengan

kusamnya warna bulu serta meningkatnya intensitas minum dan urinasi.

Gambar 5 Rata-rata kadar glukosa darah tikus pada h0 = sebelum induksi

aloksan, h6 = setelah induksi aloksan, h10 = setelah perlakuan

Kelompok K1 tidak mengalami kenaikan glukosa darah pada hari ke-6,

cenderung mengalami penurunan karena tidak diinduksi aloksan. Kadar glukosa

darah kelompok K1 pada hari ke-0 74 mg/dL, turun menjadi 62 mg/dL pada hari

ke-6. Kelompok K2, K3, KP1, KP2 dan KP3 mengalami kenaikan kadar glukosa

darah pada hari ke-6 dengan nilai yang berbeda-beda (Gambar 5). Kadar glukosa

darah kelompok K2 berbeda nyata dengan KP1 dan KP3. Kelompok K2

mengalami kenaikan glukosa darah menjadi 454 mg/dL, sedangkan kelompok

KP1 dan KP3 mengalami kenaikan glukosa darah menjadi 370 mg/dL dan 363

mg/dL (Tabel 4).

Page 36: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

22

Kenaikan glukosa darah pada kelompok K3 berbeda nyata dengan KP3.

Kadar glukosa darah K3 yaitu 451 mg/dL sedangkan kadar glukosa darah KP3

adalah 363 mg/dL (Tabel 4). Perbedaan kenaikan kadar glukosa darah dapat

disebabkan oleh kondisi fisiologis hewan coba yang berbeda, pengulangan data

yang minim dan proses metabolisme obat yang berbeda di setiap individu.

Pengukuran kadar glukosa darah hari ke-10 pada kelompok K2 yang

dicekok dengan aquades tidak menunjukan penurunan glukosa darah. Kadar

glukosa darah tikus adalah 454 mg/dL pada hari ke-6 dan hari ke-10. Tikus tetap

menderita hiperglikemia karena aquades tidak dapat menurunkan kadar glukosa

darah.

Kadar glukosa darah K3 pada hari ke-10 menunjukan penurunan yang

berarti yaitu terjadi penurunan sebanyak 269 mg/dL (Tabel 3). Kadar glukosa

darah pada hari ke-6 adalah 451 mg/dL, turun menjadi 182 mg/dL (Tabel 4) pada

hari ke-10. Kelompok K3 dicekok dengan glibenklamid. Glibenklamid merupakan

obat oral golongan sulfonilurea. Senyawa ini memobilisasi insulin tubuh,

meningkatkan sekresi insulin sel-β pulau Langerhans sekaligus insulin yang

terikat pada protein plasma.

Tabel 3 Hasil analisis statistik antar perlakuan

Kelompok

Perubahan kadar glukosa darah (mg/dL)

H6

(setelah induksi hiperglikemia)

H10

(setelah perlakuan)

K1 -12,33±20,21d -23,33±14,84

d

K2 366,33±28,73a 0,33±4,16

c

K3 346,33±100,33ab

269,67±151,86a

KP1 261,67±18,01bc

79,33±34,01b

KP2 303,33±19,86abc

153,67±47,43ab

KP3 254,67±33,56c 149,67±28,94

ab

Ket : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan hasil

berbeda nyata (p<0,05)

Penurunan kadar glukosa darah kelompok KP1 berbeda nyata dengan K3.

Pemberian ekstrak etil asetat dengan dosis 30 mg/kg BB dapat menurunkan kadar

glukosa darah, tetapi dosis ini tidak mempunyai efek yang setara dengan

Page 37: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

23

glibenklamid. Kelompok KP1 mengalami penurunan kadar glukosa darah

sebanyak 79 mg/dL (Tabel 3). Kadar glukosa darah pada hari ke-6 yaitu 370

mg/dL turun menjadi 290 mg/dL (Tabel 4) pada hari ke-10. Kelompok KP1

belum mampu menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal karena dosis

yang digunakan kecil. Kadar glukosa setelah perlakuan >250 mg/dL.

Kelompok KP2 dan KP3 tidak terdapat perbedaan nyata dengan K3.

Pemberian ekstrak etil asetat 60 mg/kg BB dan 90 mg/kg BB menurunkan kadar

glukosa darah setara dengan glibenklamid. Sukrasno & Tim Lentera (2003)

menyatakan bahwa aktivitas hipoglikemik ekstrak daun maupun biji mimba

setingkat dengan glibenklamid.

Kelompok KP2 mengalami penurunan kadar glukosa darah sebanyak 153

mg/dL (Tabel 3). Penurunan ini belum dapat menurunkan kondisi hiperglikemia

menjadi normal. Kelompok KP3 sudah tidak menderita hiperglikemia, kadar

glukosa darah < 250 mg/dL. Terjadi penurunan kadar glukosa darah dari 363

mg/dL menjadi 213 mg/dL (Tabel 4).

Tabel 4 Rata-rata kadar glukosa darah

Perlakuan

H0

Sebelum induksi

hiperglikemia

(mg/dL)

H6

Setelah induksi

hiperglikemia

(mg/dL)

H10

Setelah diberi

perlakuan (mg/dL)

K1 74,67±11,67 62,33±9,81d 85,67±24,37

d

K2 88,00±19,00 454,33±40,20a 454,00±36,37

c

K3 105,33±4,16 451,67±101,08ab

182,00±145,34a

KP1 108,33±6,02 370,00±16,64bc

290,67±39,80b

KP2 110,67±6,65 414,00±18,52abc

260,33±29,4ab

KP3 108,33±4,04 363,00±32,78c 213,33±14,57

ab

Ket : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan

hasil berbeda nyata (p<0,05)

Hasil analisis secara statistik menunjukan bahwa pemberian ekstrak etil

asetat daun mimba pada kelompok KP1, KP2 dan KP3 berpengaruh nyata

(p<0,05) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Ekstrak etil asetat dengan

Page 38: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

24

dosis yang berbeda dapat menurunkan kadar glukosa darah. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Biswas et al. (2002) yang menyatakan bahwa daun, batang,

kulit dan minyak biji mimba mempunyai efek hipoglikemik (menurunkan kadar

glukosa darah). Sukrasno & Tim Lentera (2003) juga menyatakan bahwa

aktivitas hipoglikemik ekstrak daun mimba tidak mempengaruhi penggunaan

glukosa pada jaringan tetapi menghambat penguraian glikogen yang dirangsang

oleh epinefrin.

Page 39: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

25

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etil asetat daun mimba memiliki efek antihiperglikemik serta

mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, tanin dan saponin. Dosis

efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah 60 dan 90 mg/kg BB.

Bobot badan tikus tidak dipengaruhi oleh pemberian ekstrak etil asetat daun

mimba.

Saran

Perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja daun mimba

dalam menurunkan kadar glukosa darah, khususnya metode pemisahan komponen

bioaktif yang lebih spesifik untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang

mempunyai efek antihiperglikemik. Pengamatan patologi anatomi dan studi

histopatologi efektifitas ekstrak etil asetat daun mimba sebagai anti hiperglikemik

pada organ pankreas, hati dan ginjal tikus.

Page 40: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

26

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta : UI Press.

Balz F, Winterhalter KH, Ritcher C. 1980 . Mechanism of alloxan induced

calcium released from rat liver mitochondria. J Biol Chem 260 : 7394-

7401.

Bermawie N, Hadad EA, Ajijah N. 1996. Plasma Nutfah dan Pemuliaan

Tanaman Obat. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi

Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Bogor : Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat.

Biswas K, Chattopadhyay I, Banerjee RK, Bandyopadhyay U. 2002. Biological

activities and medical properties of Neem (Azadirachta indica). Curr Sci

82 (11) : 1336-1344.

Bombardelli E. 1991. Technologies for Processing of Medical Plants. Florida :

CRC Press.

Chang R. 2003. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Colca JR. 1993. Alloxan inhibition of Ca2+ and calmodulin dependent protein

kinase activity in pancreatic islet. J Biol Chem 258 : 7260-7263.

Dalimartha S. 2000. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.

El-Hawary ZM, Kholief TS. 1990. Biochemical Studies on Hypoglycemic Agent

(I) Effect of Azadirachta indica leaf extract. J Arch Pharm Res 13 : 108-

112.

Ellenberg M, Rifkin H. 1970. Diabetes Melitus : Theory and Practice, New York:

McGrawHill.

Gahukar RT. 2010. Role and perspective of phytochemicals in pest management

in India. Curr Sci 98 : 7.

Gan S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Bagian Farmakologi dan Terapi

FK UI.

Gutierrez RMP & Vargas S. 2006. Evaluation of the wound healing properties of

Acalyphalangiana in diabetic rats. Fitoterapia 77 : 286

Gunasena HPM, Marambe B. 1998. Neem in Sri Lanka a Monograph. Sri lanka :

UP-OFI Forestry Research Link.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Padmawinata K dan Sudiro I, penerjemah. Bandung: ITB.

Harkness R. 1989. Interaksi Obat. Agoes G dan Widiantono ME, penerjemah.

Bandung : Penerbit ITB.

Heyne K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II, Jilid II. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI.

Kardinan A, Ruhnayat A. 2003. Mimba Budidaya dan Pemanfaatan. Jakarta :

Penebar Swadaya.

Laurece DR, Bennet PN. 1992. Clinical Pharmacology. New York : Churchill

Livingstone.

Page 41: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

27

List PH, Schmidt PC. 1989. Phytopharmaceutical Technology. Boston : CRC

Press.

Morgan NG, Cable HC, Newcombe NR, William GT. 1994. Treatment of

Cultured Pencreatitic B cells with Sterptozotocin Induces Cells Death by

Apoptosis. Bioscience Report. 14 (5) : 243-250

Price SA, Wilson LM. 1985. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Rukmana R, Oesman YY. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami.

Yogyakarta : Kanisius.

Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat Buku Pelajaran Kimia

Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Soenanto H. 2005. Musnahkan penyakit dengan Tanaman Obat. Jakarta : Puspa

Swara.

Soewita OS. 1995. Ramuan Pusaka Prima Raga, Resep-Resep Pengobatan

Tradisional untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit. Jakarta : Penerbit

Titik Terang.

Sukrasno, Tim Lentera. 2003. Mimba, Tanaman Obat Multifungsi. Jakarta :

Agromedia Pustaka.

Tadera K, Minami Y, Takamatsu K, MatsuokaT. 2005. Inhibition α-glucosidase

and α-amilase of Flavonoids. J Nutr Sci Vitamicol 52 : 149-152

Tjitrosoepomo G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Tjay HT, Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting ed V. Jakarta : Elex Media

Komputindo.

Wardhana DW. 2005. Potensi senyawa triterpenoid dari ekstrak kloroform daun

tanaman anting-anting (Acalypha indica L.) sebagai penurun kadar

glukosa darah [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Zabri H, Charles K, Anoubilé B, Janat MB and Yves AB. 2008. Phytochemical screening and determination of flavonoids in Secamone afzelii

(Asclepiadaceae) extracts. Acad J 2 (8) : 080-082

Page 42: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

28

LAMPIRAN

Page 43: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

29

Lampiran 1 Tahapan penelitian

Daun Mimba

Simplisia

Maserasi dengan etil asetat

Selama 2 × 24 jam pada suhu kamar

Saring

Filtrat

Evaporator

40 °C dan 50 rpm

Ekstrak kental

Uji Fitokimia

Uji Aktivitas Antihiperglikemik

Page 44: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

30

Lampiran 2 Perhitungan dosis glibenklamid

Bobot 1 tablet glibenklamid = 0,17 gram

Bobot glibenklamid yang dicekokkan

= Bobot tikus × Bobot tablet glibenklamid

Bobot manusia (50kg)

Contoh perhitungan untuk tikus dengan bobot badan 173 gram

Bobot glibenklamid yang dicekokkan

= 0,173 × 0,17 g

50

= 0,0006 g

= 0,6 mg

Maka, bobot glibenklamid yang dicekok per gram bobot badan tikus adalah

= 0,6 mg / 173 g

= 3,5 × 10-3

mg / gram BB tikus

Page 45: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

31

Lampiran 4 Rataan glukosa darah tikus

No. Tikus Kadar glukosa darah ( mg/dL )

h0 h6 h10

kontrol normal (K1)

1 Tikus 1 85 51 58

2 Tikus 2 62 68 95

3 Tikus 3 77 68 104

Rataan 74,67 62,33 85,67

SE 11,67 9,81 24,37

kontrol negatif (K2)

4 Tikus 1 104 459 460

5 Tikus 2 93 492 487

6 Tikus 3 67 412 415

Rataan 88 454,33 454

SE 19 40,20 36,37

kontrol positif (K3)

7 Tikus 1 110 447 341

8 Tikus 2 102 353 56

9 Tikus 3 104 555 149

Rataan 105,33 451,67 182

SE 4,16 101,08 145,33

perlakuan 1 (KP1)

10 Tikus 1 114 358 245

11 Tikus 2 102 363 318

12 Tikus 3 109 389 309

Rataan 108,33 370 290,67

SE 6,02 16,64 39,80

perlakuan 2 (KP2)

13 Tikus 1 114 433 236

14 Tikus 2 103 413 252

15 Tikus 3 115 396 293

Rataan 110,67 414 260,33

SE 6,65 18,52 29,39

perlakuan 3 (KP3)

16 Tikus 1 106 398 215

17 Tikus 2 113 358 227

18 Tikus 3 106 333 198

Rataan 108,33 363 213,33

SE 4,04 32,78 14,57

Page 46: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

32

Lampiran 5 Rataan bobot badan tikus

No. Tikus

BB tikus (gram)

Bobot

awal

Sebelum

induksi

Setelah

induksi

Setelah

perlakuan

kontrol normal (K1)

1 Tikus 1 173 188 194 203

2 Tikus 2 193 208 226 232

3 Tikus 3 197 215 221 234

Rataan 187,67 203,67 213,67 223

SE 12,85 14,01 17,21 17,34

kontrol negatif (K2)

4 Tikus 1 174 198 172 170

5 Tikus 2 178 188 166 163

6 Tikus 3 169 181 180 166

Rataan 173,67 189 172,67 166,33

SE 4,509 8,54 7,02 3,51

kontrol positif (K3)

7 Tikus 1 198 210 173 141

8 Tikus 2 140 152 149 141

9 Tikus 3 151 168 156 159

Rataan 163 176,67 159,33 147

SE 30,80 29,95 12,34 10,39

perlakuan 1 (KP1)

10 Tikus 1 150 176 159 136

11 Tikus 2 152 176 168 147

12 Tikus 3 163 185 178 150

Rataan 155 179 168,33 144,33

SE 7 5,19 9,50 7,37

perlakuan 2 (KP2)

13 Tikus 1 196 210 159 214

14 Tikus 2 208 226 186 163

15 Tikus 3 187 201 177 151

Rataan 197 212,33 174 176

SE 10,53 12,66 13,74 33,45

perlakuan 3 (KP3)

16 Tikus 1 188 203 176 170

17 Tikus 2 200 212 178 182

18 Tikus 3 204 217 188 190

Rataan 197,33 210,67 180,67 180,67

SE 8,32 7,09 6,42 10,06

Page 47: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

33

Lampiran 6 Hasil analisis ragam

Respon : Kadar Glukosa Darah Tikus

1. Pengaruh Perlakuan terhadap respon (setelah induksi terhadap sebelum induksi) Output SAS :

Kadar Glukosa Darah Setelah Induksi - Sebelum Induksi

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Perlakuan 6 Negatif Normal P1 P2 P3 Positif

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 2.837.040.000 567.408.000 25.90 <.0001

Error 12 262.880.000 21.906.667

Corrected Total 17 3.099.920.000

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.915198 18.47548 46.80456 253.3333

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 2.837.040.000 567.408.000 25.90 <.0001

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 2.837.040.000 567.408.000 25.90 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for respon

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 2.190.667

Number of Means 2 3 4 5 6

Critical Range 83.27 87.15 89.51 91.07 92.15

Page 48: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

34

Means with the same letter are

not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 366.33 3 Negatif

A

B A 346.33 3 Positif

B A

B A C 303.33 3 P2

B C

B C 261.67 3 P1

C

C 254.67 3 P3

D -12.33 3 Normal

2. P engaruh Perlakuan terhadap respon (setelah perlakuan terhadap setelah induksi) Output SAS :

Kadar Glukosa Darah Setelah Induksi - Setelah Perlakuan

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 6 Negatif Normal P1 P2 P3 Positif

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 1.786.857.778 357.371.556 7.79 0.0018

Error 12 550.820.000 45.901.667

Corrected Total 17 2.337.677.778

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.980714 22.04689 0.576281 2.613.889

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 1.786.857.778 357.371.556 7.79 0.0018

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 1.786.857.778 357.371.556 7.79 0.0018

Page 49: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

35

Duncan's Multiple Range Test for respon

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 4.590.167

Number of Means 2 3 4 5 6

Critical Range 120.5 126.2 129.6 131.8 133.4

Means with the same letter are

not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 269.67 3 Positif

A

B A 153.67 3 P2

B A

B A 149.67 3 P3

B

B 79.33 3 P1

C 0.33 3 Negatif

D -23.33 3 Normal

Respon : Bobot Badan Tikus

1. Pengaruh Perlakuan terhadap respon (Setelah induksi terhadap

sebelum induksi)

Output SAS : Bobot Badan Setelah Induksi - Sebelum Induksi transformasi sqrt(X)

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 6 Negatif Normal P1 P2 P3 Positif

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Page 50: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

36

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 1.595.425.333 319.085.067 14.73 <.0001

Error 12 259.908.667 21.659.056

Corrected Total 17 1.855.334.000

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.859913 4.623.146 1.471.702 3.183.333

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 1.595.425.333 319.085.067 14.73 <.0001

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 1.595.425.333 319.085.067 14.73 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for respon

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 12

Error Mean Square 2.165.906

Number of Means 2 3 4 5 6

Critical Range 2.618 2.740 2.815 2.864 2.898

Means with the same letter are

not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 38.333 3 P2

A

B A 30.000 3 P3

B A

B A 17.333 3 Positif

B A

B A 16.333 3 Negatif

B

B 10.667 3 P1

C -10.000 3 Normal

Page 51: AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN MIMBA SEBAGAI ... · penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010

37

2. Pengaruh Perlakuan terhadap respon (Setelah perlakuan terhadap

setelah induksi)

Output SAS :

Bobot Badan Setelah Perlakuan - Setelah Induksi Ln

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlakuan 6 Negatif Normal P1 P2 P3 Positif

Number of Observations Read 18

Number of Observations Used 18

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 487.263.111 97.452.622 2.18 0.1249

Error 12 536.783.333 44.731.944

Corrected Total 17 1.024.046.444

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.475821 -2.730.981 2.114.993 -0.774444

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 4.872.631.111 974.526.222 2.18 0.1249

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlakuan 5 4.872.631.111 974.526.222 2.18 0.1249