Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru...

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sragen Tahun 2012 SKRIPSI Disusun Oleh : Yazied Hussain Arrachim K5108078 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Transcript of Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru...

Page 1: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam

Lingkup Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Inklusi

di Kabupaten Sragen Tahun 2012

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Yazied Hussain Arrachim

K5108078

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Yazied Hussain Arrachim

NIM : K5108078

Jurusan/ Program Studi : P.I.P/ Pendidikan Luar Biasa

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “AKSESIBILITAS BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM LINGKUP PENDIDIKAN INKLUSI

DI SEKOLAH DASAR INKLUSI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber

informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 19 Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Yazied Hussain Arrachim

K5108078

Page 3: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup

Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Inklusi

di Kabupaten Sragen Tahun 2012

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

Disusun Oleh :

Yazied Hussain Arrachim

K5108078

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui sebagai salah satu syarat penyusunan Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 19 Juli 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Gunarhadi, MA, Ph.D Priyono, S.Pd, M.Si

NIP. 19550210 198203 1 004 NIP 19710902 200501 1001

Page 5: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Ketua : Drs. Hermawan, M. Si ……………………

Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd ……………………

Anggota 1 : Drs. Gunarhadi MA, Ph.D ……………………

Anggota II : Priyono, S.Pd, M. Si ……………………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si

NIP. 19660415 199103 1 002

Page 6: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Yazied Hussain Arrachim. AKSESIBILITAS BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM LINGKUP PENDIDIKAN INKLUSI DI

SEKOLAH DASAR INKLUSI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Juli, 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas

aksesibilitas yang telah diperoleh anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

inklusi di Kabupaten Sragen tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Sumber data yang

digunakan adalah informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen.

Teknik pengumpulan data melalui kuisoner, wawancara, observasi, dan analisis

dokumen. Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan adalah teknik purposive

sampling. Validitas data yang digunakan adalah uji validitas tes dan reliabilitas tes

dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Analisis data yang

digunakan adalah analisa data yang bersifat kualitatif dengan model deskriptif.

Data hasil penelitian menunjukkan rata – rata skor pengukur tingkat

aksesibilitas yang diperoleh dari responden guru 3,35 (sedang) dan rata – rata skor

pengukur tingkat aksesibilitas dari responden siswa ABK 3,44 (Sedang), sehingga

diperoleh skor rata – rata total 3,39 (Sedang) sebagai nilai rata – rata total yang

diperoleh dari responden guru dan responden siswa ABK, yang menunjukkan

bahwa aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus dalam lingkup pendidikan

inklusi di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen tahun 2012 cukup aksesibel.

Kata kunci : Aksesibilitas, Anak Berkebutuhan Khusus, Pendidikan Inklusi

Page 7: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Yazied Hussain Arrachim. ACCESIBILITY FOR CHILDREN WITH

SPECIAL NEEDS WITHIN THE SCOPE OF INCLUSIVE EDUCATION

IN PRIMARY SCHOOL OF SRAGEN REGENCY IN THE YEARS 2012.

Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas

Maret University. July. 2012.

The purpose of this study was to determine the extent quality of the

accessibility of that has gained a child with special needs in inclusive primary

school of Sragen regency at 2012. This study used a qualitative descriptive

method. Techniques of data collection through questionnaires, interviews,

observation, and document analysis. Sampling technique used was purposive

sampling technique. The validity of the data used is the test validity and reliability

tests using Pearson product moment correlation formula. Analysis of the data used

is a qualitative data analysis with descriptive models.

Data showed the average score gauges the level of accessibility provided

by the teacher respondents is 3,35 (medium) and the average score gauges the

level of accessibility of children with special needs student respondents is 3,44

(Medium), to obtain total average scores is 3,39 (Medium) as the total average

obtained from the teacher respondents and children with special needs student

respondents, which shows that accessibility for children with special needs within

the scope of inclusive education in primary schools of Sragen Regency inclusion

in the year 2012 is quite accessible.

Key Words : Accessibility, Children With Special Needs, Inclusive Education

Page 8: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

” Tak ada yang jatuh dari langit dengan

cuma – cuma, semua didapat dari usaha dan do’a ’’

(penulis)

Page 9: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Seiring syukurku pada-Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya ini untuk:

Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya, dukungan,

motivasi terutama do‟a semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan

kemuliaan di dunia dan akhirat

Ambarwati yang selalu jadi sumber semangat yang tak pernah habis

Kakak dan adik tercinta yang selalu memberiku semangat

Rekan – rekan liga ngangkruk sebagai tempat melepas penat

Sahabatku Dessi, Retno, Ridwan, Albiz yang sudah bersedia membagi

tawa denganku

Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah banyak memberikan ilmu

Teman-teman PLB angkatan 2008

Almamater

Page 10: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat

dan karuniaNya, taufiq dan hidayahNya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis merasa memperoleh suatu

kebahagiaan tersendiri. Meskipun demikian tidak berarti penulisan ini tanpa

hambatan, namun setidaknya pula hambatan tersebut dapat diantisipasi dan

diatasi. Hal tersebut tidak lain berkat dorongan, motivasi, dan saran dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin

penelitian guna menyusun skripsi ini.

4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS

Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

5. Drs. Hermawan, M. Si, Ketua Program Studi Pendidikan Khusus FKIP UNS

yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi

6. Priyono, S.Pd, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan

Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta sekaligus selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing

dengan profesional dalam penulisan skripsi

7. Drs. Gunarhadi MA, P.hD selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

Page 11: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Seluruh kepala sekolah SD inklusi yang ada di Kabupaten Sragen atas ijin

untuk melakukan penelitian di sekolah

9. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Khusus yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan

penulisan skripsi ini

10. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti demi lancarnya penulisan skripsi

ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita.

Surakarta, 19 Juli 2012

Penulis

Page 12: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACK..................................................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... . 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI....................................................................... ....... 7

A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 7

1. Tinjauan Tentang Aksesibilitas................................... .......... 7

2. Tinjauan Tentang Anak berkebutuhan khusus..................... 10

a. Tunanetra………………………………………………. 11

b. Tunarungu……………………………………………… 12

c. Tunagrahita…………………………………………….. 13

d. Tunadaksa……………………………………………… 15

Page 13: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Tunalaras……………………………………………….. 16

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Inklusi…………………........ 17

a. Pengertian Pendidikan inklusi ...................................... 17

b. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi............. 20

c. Sarana Prasarana dan Komponen Pendidikan Inklusi ... 21

d. Model Pendidikan Inklusi ……………………............. 25

B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 28

C. Hipotesis ...................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... . 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 29

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................. 30

C. Data dan Sumber Data ............................................................... 30

D. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31

F. Uji Validitas……………………………………………………. 33

G. Tekhnik Analisis Data………………………………… ............. 37

H. Rancangan Penelitian………………………………………….. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... . 40

A. Deskripsi Data…………………………………………………. 40

1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….………………………. 40

2. Deskripsi Responden Penelitian……….…………………. 41

a. Responden Guru……………………………………… 42

b. Responden Siswa ABK………………….…………… 43

3. Data Hasil Penelitian ……………………………………… 45

B. Hasil Analisis Data …………………………………………... 49

BAB V KESIMPULAN, IMPIKASI DAN SARAN....................................... 56

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 56

B. Implikasi ……………………………………………………… 56

C. Saran…………………………………………………………... 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58

Page 14: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal penelitian .............................................................................. 29

Tabel 3.2 Koefisien reliabilitas dari Strand, B.N dan Wuilson R. ................... 37

Tabel 4.1 Daftar SD inklusi di Kabupaten Sragen ........................................... 41

Tabel 4.2 Daftar persebaran responden guru.......................................... ......... 42

Tabel 4.3 Daftar responden guru ...................................................................... 43

Tabel 4.4 Daftar responden siswa ABK ........................................................... 44

Tabel 4.5 Skor skala penilaian ......................................................................... 45

Tabel 4.6 Perbandingan hasil antar responden ................................................. 55

Page 15: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 28

Page 16: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Try Out Guru ................................................................ 61

Lampiran 2. Soal Try Out Guru ....................................................................... 62

Lampiran 3. Kisi-kisi Try Out ABK ............................................................. 65

Lampiran 4. Soal Try Out ABK ....................................................................... 66

Lampiran 5. Perhitungan Reliabilitas ............................................................... 68

Lampiran 6. Perhitungan Validitas .................................................................. 69

Lampiran 7. Kisi-kisi kuisoner Guru .............................................................. 94

Lampiran 8. Soal kuisoner Guru ...................................................................... 95

Lampiran 9. Kisi-kisi kuisoner ABK .............................................................. 98

Lampiran 10. Soal kuisoner ABK .................................................................... 99

Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Responden Guru ...................................... 101

Lampiran 12. Distribusi Frekuensi Respoden Siswa ABK ............................. 108

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 114

Page 17: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan aksesibilitas sebenarnya sudah lama didengungkan oleh

para aktivis gerakan penyandang ketunaan di Indonesia, karena hal itu merupakan

salah satu bentuk perlakuan diskriminasi yang utama terhadap para penyandang

ketunaan, hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan atau

kebijakan untuk penyediaan fasilitas yang aksesibel bagi para penyandang

ketunaan. Pada tahun 1997 muncullah Undang – Undang No.4 Tahun 1997

Tentang Penyandang Cacat yang kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa

keputusan menteri yang menyangkut tentang akses fasilitas bangunan fisik yaitu

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 468 Tahun 1998 tentang Aksesibilitas,

berisi Petunjuk Teknis untuk bangunan dan lingkungan yang aksesibel bagi para

penyandang ketunaan. Selanjutnya Keputusan Menteri Transportasi No.KM 71

tahun 1999 tentang Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat pada Fasilitas

Transportasi Umum, petunjuk aksesibilitas fasilitas transportasi darat, laut, dan

udara bagi penyandang cacat.

Sejauh ini persepsi masyarakat tentang aksesibilitas hanya mencakup pada

individu yang memiliki ketunaan fisik saja. Padahal individu dengan ketunaan

atau gangguan intelegensi dan emosional juga membutuhkan suatu aksesibilitas

untuk lebih memudahkan mereka dalam kehidupan. Permasalahan tentang

aksesibilitas untuk penyandang ketunaan sekarang menjadi sangat kompleks

karena pemerintah selalu menunda untuk merealisasikannya. Jadi masalah

aksesibilitas, baik aksesibilitas dalam fasilitas umum maupun dalam hal

pendidikan yang ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus yang berada dalam

lingkup sekolah inklusi belum terwujud dengan baik.

Aksesibilitas dalam hal pendidikan, khususnya dalam lingkup pendidikan

inklusi bagi anak berkebutuhan khusus sampai saat inipun dirasa masih kurang.

Hal tersebut dikarenakan masih banyak sekolah – sekolah inklusi yang belum

Page 18: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mampu menyediakan sarana aksesibilitas yang dapat memudahkan anak

berkebutuhan khusus untuk mendapatkan persamaan kesempatan untuk lebih

mempermudahkan mereka dalam segala kegiatan pembelajarannya disekolah.

Aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah tidak kalah

pentingnya dengan aksesibilitas fisik pada tempat umum. Dalam hal ini

aksesibilitas yang dimaksud adalah segala sesuatu yang memudahkan anak

berkebutuhan khusus dalam upaya mewujudkan pemenuhan kebutuhan yang

mampu membantu anak mencapai potensi maksimalnya. Wujud aksesibilitas bagi

ABK di sekolah dapat berupa tulisan braile pada pegangan pintu bagi siswa

tunanetra untuk mengetahui ruang apa yang hendak dimasukinya tersebut, untuk

siswa tunarungu dapat berupa running text yang dipampang di sekolah untuk

memudahkan siswa tunarungu untuk mengetahui informasi yang ada. Bagi siswa

tunagrahita dapat diwujudkan dengan menghindari adanya sudut lancip pada

bangunan, bagi siswa tuna daksa wujud aksesibilitas dapat berupa diperbanyaknya

bidang miring yang ada di sekolah sehingga memudahkan kursi roda untuk

berjalan diatasnya. Sedangkan bagi siswa tunalaras bias berupa disediakannya

terapis khusus untuk mengontrol tingkah laku anak.

Pada dasarnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus disediakan

dalam tiga macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah

Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB sebagai wadah

pendidikan khusus tertua lebih fokus untuk menampung anak dengan jenis

kecacatan yang sejenis, sehingga ada SLB - A untuk penyandang Tunanetra, SLB

– B untuk penyandang Tunarungu, SLB – C untuk penyandang Tunagrahita, SLB

– D untuk penyandang Tunadaksa, SLB – E untuk penyandang Tunalaras, dan

SLB Tunaganda untuk penyandang lebih dari satu kecacatan. Berbeda halnya

dengan SDLB, SDLB menampung berbagai jenis anak berkelainan, yang

mendapatkan layanan pendidikan ditempat tersebut tidak hanya difokuskan pada

satu jenis kecacatan layaknya di SLB sehingga tidak menutup kemungkinan

terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan/atau

tunaganda yang mendapatkan layanan pendidikan disana. Sedangkan pendidikan

terpadu adalah sekolah reguler yang juga menampung anak berkebutuhan khusus

Page 19: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk diberikan layanan pendidikan, dengan kurikulum, guru, sarana dan

prasarana pendidikan, dan kegiatan belajar mengajar yang relatif sama.

Keterbatasan SLB di Kabupaten Sragen yang sebagian besar berada di

wilayah Kecamatan kota atau pusat Kabupaten Sragen itu sendiri mengharuskan

pelayanan bagi ABK tidak hanya di SLB saja. Sekolah reguler pun harus siap

menampung siswa ABK yang bertempat tinggal di lokasi sekitar sekolah,

dikarenakan sulitnya bagi ABK untuk mengakses pendidikan di SLB. Dengan hal

ini, mau tidak mau pihak pemerintah Kabupaten harus menyediakan wadah

sekolah reguler yang dapat mencakup siswa ABK untuk bersekolah di dalamnya.

Dengan demikian pelayanan bagi ABK tidak hanya berpusat di SLB saja. Namun

bagi sekolah inklusi yang menampung siswa ABK didalamnya juga tidak bias

sembarangan memberikan pelayanan bagi ABK yang bersekolah disana, perlu

suatu wujud aksesibilitas yang dapat memudahkan siswa dalam segala kegiatan

siswa di sekolah mulai dari kegiatan pembelajaran, interaksi sosial, serta

pembekalan suatu keterampilan harus dibekalkan kepada sekolah yang

menampung siswa ABK didalamnya.

Dengan mulai diselenggarakannya program pendidikan inklusi di yang

ditujukan untuk mengakomodasi anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu

menjangkau SLB, pemerintah Kabupaten Sragen pun mulai menunjuk beberapa

sekolah untuk menjalankan program pendidikan inklusi. Sejalan dengan hal itu

pihak pemerintah pun memberikan suatu anggaran khusus yang kaitannya

mengenai pelaksanaan program pendidikan inklusi tersebut. Dengan adanya

anggaran khusus dari pemerintah tersebut, diharapkan sekolah – sekolah inklusi

dapat memberikan suatu layanan pendidikan yang baik bagi anak berkebutuhan

khusus yang berada di sekolah inklusi. Sekolah inklusi berbeda dengan SLB yang

hanya menerima siswa dengan jenis kelainan yang homogen, sekolah inklusi

menerima siswas dengan berbagai macam ketunaan sehingga pihak sekolah

diharuskan dapat mengakomodasi kebutuhan anak berkebutuhan khusus sesuai

dengan karakteristik mereka masing – masing. Dengan kata lain sekolah inklusi

haruslah menyediakan aksesibilitas untuk setiap karakter keterbatasan anak

berkebutuhan khusus.

Page 20: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi memegang

peranan yang sangat penting. Apabila sebagian besar aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus dapat terpenuhi dapat menjadi suatu hal yang mendukung

berjalannya suatu pendidikan inklusi yang baik. Akan tetapi bila sebagian besar

aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah inklusi belum

bias terpenuhi dengan baik, maka hal tersebut dapat menghambat jalannya proses

belajar, interaksi sosial, dan pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu,

pemenuhan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi

sangatlah penting guna berjalannya program pendidikan inklusi yang baik bagi

anak berkebutuhan khusus.

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, khususnya di sekolah dasar

inklusi di Kabupaten Sragen terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas

layanan pendidikan yang dapat diberikan. Faktor penghambat dan faktor

pendukung inilah yang memegang peranan penting pada proses pelaksanaan suatu

layanan pendidikan, dengan pengadaan aksesibilitas yang baik bagi anak

berkebutuhan khusus terutama yang masih dalam usia sekolah, diharapkan

kualitas pendidikan yang didapatkan anak berkebutuhan khusus yang bersekolah

di sekolah inklusi sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti berniat untuk melakukan studi tentang : Aksesibilitas Bagi

Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Lingkup Pendidikan Inklusi di Sekolah

Dasar Inklusi di Kabupaten Sragen Tahun 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus terutama dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di

Kabupaten Sragen masih perlu ditingkatkan.

Page 21: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Terdapat banyak faktor penghambat dan faktor pendukung yang

mempengaruhi kualitas layanan pendidikan inklusi di sekolah dasar

inklusi di Kabupaten Sragen.

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian ini adalah siswa dan sekolah dasar inklusi di

Kabupaten Sragen.

2. Obyek penelitian ini adalah aksesibilitas bagi anak bekebutuhan

khusus dalam layanan pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di

Kabupaten Sragen serta faktor penghambat dan faktor pendukungnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah terurai di atas, maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja wujud aksesibilitas yang didapat oleh anak berkebutuhan

khusus di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen tahun 2012 ?

2. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung penyelenggaraan

pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen tahun

2012 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas aksesibilitas yang telah diperoleh

anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen

tahun 2012.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung

penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di Kabupaten

Sragen tahun 2012.

Page 22: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan luar biasa tentang peran

penting aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusi.

2. Sebagai gambaran sekaligus memberi informasi pada pemerintah

Kabupaten Sragen mengenai proses pelaksanaan pendidikan inklusi di

sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen.

3. Dengan informasi tersebut, diharapkan kendala-kendala dalam

penyelenggaraan sekolah inklusi di Kabupaten Sragen dapat terjembatani

dengan baik dan anak berkebutuhan khusus dapat mengakses pendidikan

dengan lebih leluasa.

Page 23: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Aksesibilitas

Kata aksesibilitas berasal dari bahasa Inggris (accessibility) yang artinya

kurang lebih kemudahan. Jadi aksesibilitas dapat kita pahami sebagai kemudahan

yang diberikan pada penyandang cacat untuk dapat mengembangkan dirinya

sebagai kompensasi dari tidak berfungsinya bagian – bagian tubuh si penyandang

cacat (Tangkesalu, 2005).

Sejauh ini masyarakat hanya mengetahui bahwa kata aksesibilitas hanya

berkaitan dengan penyandang ketunaan fisik saja. Hal ini dikarenakan banyak

tenaga ahli yang hanya memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang ketunaan

fisik saja sedangngkan bagi penyandang kecacatan intelejensi dan emosi masih

kurang diperhatikan. Seperti pengertian aksesibilitas menurut Undang-Undang No

4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 1 ayat 4 „Aksesibilitas‟ adalah

kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan

kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan‟.

Dalam hal ini undang undang tersebut dimaksudkan untuk tujuan

berusaha mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan agar penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat.

Tujuan tersebut diwujudkan dengan janji Undang Undang tersebut memberikan

kemudahan kemudahan aksesibilitas yang menjamin tujuan tersebut diantaranya

dengan adanya fasilitas ramah difabel berupa alat transportasi, sarana pendidikan,

lapangan kerja, maupun tempat rekreasi ataupun ruang terbuka public termasuk

sekolah yang dapat mereka manfaatkan dengan nyaman.

Setidaknya terdapat empat azas yang dapat menjamin kemudahan atau

aksesibilitas difabel tersebut yang mutlak mestinya harus dipenuhi oleh

pemerintah yakninya:

1. Azas kemudahan, artinya setiap orang dapat mencapai semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

Page 24: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Azas kegunaan, artinya semua orang harus dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

3. Azas keselamatan, artinya setiap bangunan dalam suatu lingkungan

terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang termasuk

difabel.

4. Azas kemandirian, artinya setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan

mempergunakan semua tempat atau bangunan dalam suatu lingkungan

dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

Pada umumnya dalam lingkungan ruang publik kebutuhan akan aksesibilitas

terbagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Kecacatan fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan kursi roda, semi-

ambulant, dan mereka yang memiliki hambatan manipulatoris yaitu kesulitan

gerak otot

2. Kecacatan sensoris (alat indra) yang meliputi orang tunanetra, tunarungu, dan

tunawicara.

3. Kecacatan intelektual / mental (tunagrahita,tunalaras).

Aksesibilitas diharapkan mengedepakan kebutuhan seseorang sesuai

dengankecacatan yang dimiliki. Karena setiap penyandang ketunaan pastilah

memiliki keterbatasan yang berbeda – beda pula seperti bagi penyandang tuna

daksa pasti akan mengalami kesulitan dalam hal perubahan tingkat ketinggian

permukaan yang mendadak seperti pada tangga atau parit, tidak adanya pertautan

landai antara jalan dan trotoar, tidak cukupnya ruang untuk lutut di bawah meja

atau wastafel, tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor

yang terlalu sempit, permukaan jalan yang tidak rata atau berlubang (misalnya

karena adanya bebatuan) menghambat jalannya kursi roda dan masih banyak lagi.

Sedangkan hambatan yang bias dialami oleh tuna netra antara lain, tidak adanya

petunjuk arah atau ciri-ciri yang dapat didengar atau dilihat dengan penglihatan

terbatas yang menunjukkan nomor lantai pada gedung-gedung bertingkat,

rintangan – rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke luar atau papan

Page 25: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

reklame yang dipasang di tempat pejalan kaki, cahaya yang menyilaukan atau

terlalu redup. lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan

bermacam-macam tombol, atau petunjuk suara untuk menunjukkan nomor lantai

dan masih banyak lagi.Hambatan yang dapat dialami penyandang tunarungu

antara lain : tidak mungkin dapat memahami pengumuman melalui pengeras

suara, kesulitan membaca bibir di tempat dengan pencahayaan yang buruk, tidak

dapat mendengar bunyi tanda bahaya. sedangkan bagi para penyandang

tunagrahita yang memiliki masalah dengan keintelektualannya akan mengalami

kesulitan mencari jalan di dalam lingkungan baru jika di sana tidak terdapat

petunjuk jalan yang jelas dan baku.

Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi difabel guna

mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan sebagai suatu kemudahan bergerak melalui dan menggunakan

bangunan gedung dan lingkungan dengan memperhatikan kelancaran dan

kelayakan, yang berkaitan dengan masalah sirkulasi, visual dan komponen setting.

Sehingga aksesibilitas wajib diterapkan secara optimal, guna mewujudkan

kesamaan kesempatan dalam mencapai segala aspek kehidupan dan penghidupan,

menuntut adanya kemudahan dan keselamatan akses bagi semua pengguna tanpa

terkecuali (Lubis, 2009).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aksesibilitas

bukan hanya milik para penyandang ketunaan fisik saja melainkan bagi semua

orang dengan ketunaan apapun, dan dalam aspek apapun tanpa terkecuali

termasuk dalam aspek pendidikan. Bagi anak berkebutuhan khusus yang berada

dalam lingkup layanan pendidikan inklusi, wujud dari aksesibilitas bagi mereka

adalah segala sesuatu yang lebih memudahkan mereka guna mendapatkaan hak

dan pelayanan yang benar – benar mereka butuhkan dari dalam lingkungan

sekolah untuk dapat membantu membantu mengembangkan potensi maksimal

yang dimiliki. Dalam hal pendidikan hal ini dapat berupa wujud sebuah layanan

pendidikan yang lebih memudahkan mereka mencapai potensi maksimal yang

dimiliki. Wujud aksesibilitas dalam sekolah inklusi haruslah mencakup semua

Page 26: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jenis ketunaan dari anak berkebutuhan khusus sehingga sekolah dapat

menampung anak berkebutuhan khusus tidak hanya dari satu jenis ketunaan saja.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang berbeda

dengan layanan pendidikan bagi anak normal pada umumnnya menyebabkan anak

berkebutuhan khusus memerlukan suatu bentuk layanan khusus yang dapat

memudahkan anak dalam kegiatan pembelajarannya, mulai dari aspek

keselamatan, kemandirian, hingga proses pembelajaran harus aksesibel.

Aksesibilitas dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus memegang

peranan yang penting dalam tingkat keberhasilan belajar anak berkebutuhan

khusus. Semakin baik tingkat aksesibilitas yang mampu disediakan penyelenggara

pendidikan, dapat diartikan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh anak

berkebutuhan khusus dalam pendidikannya. Begitu pula jika tingkat aksesibilitas

bagi anak berkebutuhan khusus kurang baik, bukan tidak mungkin hasil belajar

yang dicapai anak berkebutuhan khusus juga tidak maksimal. Dengan demikian

dapat diartikan aksesibilitas dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran bagi anak

berkebutuhan khusus.

5. Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak

cacat memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-

anak pada umumnya. Tipe anak berkebutuhan khusus bermacam-macam dengan

penyebutan yang sesuai dengan bagian diri anak yang mengalami hambatan baik

telah ada sejak lahir maupun karena kegagalan atau kecelakaan pada masa

tumbuh-kembangnya.

Karakteristik anak berkebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami

seringkali menyulitkan mereka mengakses layanan publik, seperti fasilitas di

tempat umum yang tidak aksesibel bagi mereka, hingga layanan tumbuh –

kembang dan pendidikan yang relatif membutuhkan usaha dan biaya ekstra.

Perbedaan karakteristik siswa ABK disbanding anak – anak pada umumnya

Page 27: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membutuhkan bentuk penanganan dan layanan khusus yang sesuai dengan kondisi

mereka. Kondisi mereka yang berbeda bukan menjadi alasan untuk menghindari

atau membuang mereka, melainkan justru membuahkan kesadaran untuk

menghargai keragaman individu dan memberi perhatian dan layanan seideal yang

seharusnya mereka terima. Sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Bandung:

Indonesia menuju Pendidikan Inklusi 2004 menyatakan bahwa keberadaan anak

berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia berhak

mendapatkan kesamaan hak dalam berbicara, berpendapat, memperoleh

pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan, sebagaimana yang dijamin oleh UUD

1945; serta mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh sebagai warga negara.

Macam dan karakteristik anak berkebutuhan khusus yang berada di tengah

masyarakat kita antara lain :

a. Tunanetra

Menurut Supartinah (1995) “ Anak tunanetra tidak hanya anak yang

tidak mampu melihat sama sekali (buta), tetapi juga anak yang hanya mampu

melihat dalam keterbatasan (low vision)” (hlm. 16).

Gangguan penglihatan atau kebutaan berarti adanya kerusakan pada

mata seseorang, sehingga menyebabkan kemampuan indera penglihatan

seseorang tidak dapat berfungsi dengan baik atau bahkan tidak dapat berfungsi

sama sekali. Kaufman dan Hallahan mendefinisikan makna tunanetra sebagai

individu yang memiliki lemah penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi

atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena keterbatasan penyandang

tunanetra dalam hal penglihatan, maka dalam proses pembelajarannya lebih

menekankan pada alat indera yang lain yaitu indera perabaan dan

pendengaran. Oleh karena itu, prinsip yang harus diperhatikan dalam dalam

memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang

digunakan hendaknya bersifat faktual dan bersuara. Contohnya, tulisan

Braille, gambar timbul dan model benda nyata. Sedangkan media bersuara

dapat menggunakan tape recorder dan piranti lunak (software) JAWS.

Page 28: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Melalui pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang termasuk

dalam klasifikasi tunanetra adalah seseorang yang memiliki kemampuan

penglihatan tidak seperti orang awas pada umumnya.

b. Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam

pendengaran permanen maupun temporer (tidak permanen). Soemantri (1996)

menyatakan bahwa “Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat

menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaran” (hlm.

74).

Menurut Dwidjosumarto (1990) “seseorang yang tidak atau kurang

mampu mendengar suara dikatakan tunarungu”. Ketunarunguan dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).

Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam

taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang

dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan,

tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa

menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) (hlm. 1).

Tunarungu di klasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan

pendengaran, Menurut Moores dalam Soemantri (1996) tentang Anak

Tunarungu :

Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar

pada tingkat 70 dB ISO atau lebih sehingga ia tidak mengerti

pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau

menggunakan alat bantu mendengar. Orang kurang dengar adalah

seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB

sampai 69 dB ISO sehingga ia mengalami kesulitan untuk mengerti

pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau

dengan alat bantu mendengar (hlm. 27).

Dengan adanya hambatan pendengaran pada individu tunarungu

berakibat terjadinya hambatan dalam berbicara. Sehingga, tunarungu identik

dengan tunawicara. Individu tunarungu menggunakan bahasa isyarat untuk

berkomunikasi melalui abjad jari yang sudah dipatenkan secara internasional.

Page 29: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Saat ini di SLB bagian B tengah mengembangkan metode komunikasi total,

yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal, bahasa isyarat dan

bahasa tubuh.

c. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di

bawah rata – rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku

yang muncul siring masa tumbuh kembangnya. Menurut Soemantri (1996),

anak tunagrahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya dibawah rata –

rata, yang ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam

interaksi social (hlm 38). Sedangkan menurut Munzayanah (2000), anak

tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual

serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya (hlm. 13). Amin (1995)

mengemukakan:

Anak Tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah

rata- rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam

memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan berbelit-belit.

Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan hanya dalam

satu hal tetapi hampir dalam segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran

seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-

simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan

juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan (hlm. 11).

Somantri (2007), mengelompokkan tunagrahita berdasarkan tingkat

intelegensinya yang diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler, yaitu:

1) Anak tunagrahita Ringan

Disebut moron atau debil, yang memiliki IQ antara 68-52 (menurut Skala

Binet) atau IQ antara 69-55 (menurut Skala Weschler), mereka masih

dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada

saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

2) Anak tunagrahita sedang

Disebut imbesil , yang memiliki IQ antara 51-36(menurut Skala Binet)

atau IQ antara 54-40 (menurut Skala Weschker). Anak terbelakang mental

sedang bisa mencapai perkembangan Mental Age (MA) sampai kurang

Page 30: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lebih 7 tahun. mereka masih dapat dididik mengurus dirinya sendiri,

melindungi dirisendiri dari bahaya seperti berjalan di jalan raya,

berlindung dari hujan,menghindari kebakaran dan sebagainya.

3) Tunagrahita berat

Disebut Idiot yang memilki IQ antara 32-20 (menurut Skala Binet) atau IQ

antara 39-25 (menurut Skala Weschler). Mereka tidak dapat dididik

mengurus dirinya sendiri, sehingga ia memerlukan bantuan total seperti

mandi, berpakaian, makan, minum dan lain-laindan memerlukan

perlindung dari bahaya seumur hidup. Apalagi anak tunagrahita sangat

berat yang memilki IQ di bawah 19 (menurut Skala Binet) atau IQ di

bawah 24 (menurut Skala Weschler), ia sangat memerlukan bantuan total

seumur hidupnya (hlm. 106).

Menurut Efendi (2006) yang mengklasifikasikan anak tunagrahita untuk

keperluan pendidikan yaitu:

“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak

normal berusia 3 tahun. Imbisil kecerdasan maksimal tak lebih dari

kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil perkembangan kecerdasannya

antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada

usia dewasa kecerdasannya maksimal kira-kira sama dengan anak normal

usia 12 tahun. Moron kecerdasan maksimal tak lebih dari kecerdasan anak

normal usia 16 tahun” (hlm. 90).

Somantri (2007), mengelompokkan tunagrahita berdasarkan tingkat

intelegensinya yang diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler, yaitu:

1) Anak tunagrahita Ringan

Disebut moron atau debil, yang memiliki IQ antara 68-52 (menurut Skala

Binet) atau IQ antara 69-55 (menurut Skala Weschler), mereka masih

dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada

saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

2) Anak tunagrahita sedang

Disebut imbesil , yang memiliki IQ antara 51-36(menurut Skala Binet)

atau IQ antara 54-40 (menurut Skala Weschker). Anak terbelakang mental

sedang bisa mencapai perkembangan Mental Age (MA) sampai kurang

lebih 7 tahun. mereka masih dapat dididik mengurus dirinya sendiri,

melindungi dirisendiri dari bahaya seperti berjalan di jalan raya,

berlindung dari hujan,menghindari kebakaran dan sebagainya.

3) Tunagrahita berat

Disebut Idiot yang memilki IQ antara 32-20 (menurut Skala Binet) atau IQ

antara 39-25 (menurut Skala Weschler). Mereka tidak dapat dididik

mengurus dirinya sendiri, sehingga ia memerlukan bantuan total seperti

mandi, berpakaian, makan, minum dan lain-laindan memerlukan

perlindung dari bahaya seumur hidup. Apalagi anak tunagrahita sangat

Page 31: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berat yang memilki IQ di bawah 19 (menurut Skala Binet) atau IQ di

bawah 24 (menurut Skala Weschler), ia sangat memerlukan bantuan total

seumur hidupnya (hlm. 106).

Karena individu tunagrahita memiliki keterbatasan dalam kemampuan

intelejensia dan perilaku sosialnya, maka pembelajaran bagi anak tunagrahita

lebih dititikberatkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

d. Tunadaksa

Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh, cacat

fisik, dan cacat ortopedi. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang

berarti rugi atau kurang dan ”daksa” yang berarti tubuh. Tunadaksa adalah

anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat

tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota

tubuhnya, bukan cacat indranya. Selanjutnya istilah cacat ortopedi terjemahan

dari bahasa Inggris orthopedically handicapped. Orthopedic mempunyai arti

yang berhubungan dengan otot, tulang, dan persendian. Dengan demikian,

cacat ortopedi kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan persendian

atau dapat juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat

pengatur sistem otot, tulang dan persendian. Menurut Somantri (2007) “tuna

daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan

bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang

normal. Kondisi ini dapat disebabkan olah penyakit, kecelakaan, atau dapat

juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir”(hlm.126).

Efendi (2006) juga menyatakan bahwa “anak tuna daksa adalah

ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan

oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi

secara normal akibat luka, penyakit atau pertumbuhan yang tidak sempurna”

(hlm.114).

Oleh karena itu pembelajaran bagi tunadaksa hendaknya disesuaikan

dengan karakteristik mereka juga, dengan cara meminimalisir aktivitas

pembelajaran yang menggunakan aktivitas motorik serta mengakomodasi dan

menyesuaikan fasilitas sekolah dengan kebutuhan anak tunadaksa sendiri.

Page 32: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Tunalaras

Banyak istilah yang berbeda-beda digunakan untuk menggambarkan

anak-anak yang mempunyai masalah berat dalam hubungan sosial,

interpersonal dan intrapersonal (seperti berfikir, berperasaan, bersikap). Belum

ada definisi yang dapat diterima secara umum tentang anak-anak yang

mengalami gangguan emosional dan gangguan perilaku. Banyak ahli atau

kelompok-kelompok profesi yang menangani anak-anak semacam ini merasa

bebas untuk menyusun berbagai macam definisi berdasarkan maksud-maksud

profesinya. Ada beberapa alasan mengapa belum ada definisi yang jelas

tentang kelainan perilaku tersebut. Pertama, adanya masalah tentang alat ukur

yang dapat digunakan. Kedua, belum ada kesepakatan yang jelas tentang

bagaimana keadaan kesehatan mental yang baik. Ketiga, berbagai macam teori

yang berbeda-beda tentang gangguan emosional dalam terminologi dan

definisi mereka.

Berdasarkan masalah-masalah diatas telah banyak usaha untuk

menyusun definisi gangguan emosional tersebut. Anak tuna laras adalah anak

yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya (Somantri,

2007). Pokok kajian dalam bahasan ini adalah anak yang mengalami

gangguan tingkah laku yang memerlukan layanan pendidikan luar biasa.

Dalam dunia pendidikan luar biasa, anak yang mengalami masalah tingkah

laku disebut anak tunalaras yang di dalamnya mencakup anak yang

mengalami gangguan emosi (emosional disturbance) dan anak dengan

gangguan perilaku (behavioral disorder).

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam

mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Definisi anak tuna laras atau

emotionally handicapped atau behavioral disorder lebih terarah berdasarkan

definisi dari (Bower, 1981) yang menyatakan bahwa anak dengan hambatan

emosional atau kelainan perilaku, apabila menujukkan adanya satu atau lebih

dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajar bukan disebabkan karena

Page 33: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk melakukan

hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru; bertingkah laku atau

berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan

tidak gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti

merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di

sekolah (Delphie, 2006). Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku

menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di

sekitarnya.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunalaras dalam

hal mengendalikan emosi dan kontrol sosialnya, secara tidak langsung akan

berimbas pada kemampuan anak dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu

anak tunalaras termasuk dalam kelompok anak yang memerlukan layanan

khusus dalam hal pendidikannya.

6. Tinjauan Tentang Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia. Ada

beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya pendidikan inklusi

merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan

dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa

untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait

dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan

kata lain pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus

yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk memaksimalkan

potensinya. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang

sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang cacat

adalah pentingnya pendidikan inklusi. Tidak hanya memenuhi target pendidikan

dasar, akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak

asasi manusia dan hak-hak anak berkebutuhan khusus tetapi lebih penting lagi

bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan inklusi mulai dengan merealisasikan

Page 34: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan menjadi bagian

dari keseluruhan. Dengan demikian anak berkebutuhan khusus merasa tenang,

percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung

jawab. Pendidikan inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, Pada

keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, pada institusi-institusi

kemasyarakatan lainnya. Sebuah masyarakat yang melaksanakan pendidikan

inklusi berkeyakinan bahwa hidup dan belajar bersama adalah cara hidup yang

terbaik, yang menguntungkan semua orang, karena tipe pendidikan ini dapat

menerima dan merespon setiap kebutuhan individual anak.

Sri Widati, dkk (2010) menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan

inklusif dapat memberikan kesempatan akses yang seluas – luasnya bagi seluruh

anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan

kebutuhan mereka tanpa diskriminasi. Dengan diterapkannya pendidikan inklusif

memungkinkan anak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah manapun sesuai

dengan keinginannya (hlm. 194).

Baihaqi dan Sugiarmin (2006) menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah

mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual.

Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk

mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan

memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka

yang memiliki ketidakmampuan khusus dan/atau memiliki kebutuhan belajar yang

luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan

tepat. Dengan demikian, jika dipakai pengertian di atas, dengan pendidikan

inklusif, semua anak berkebutuhan pendidikan khusus harus belajar di kelas yang

sama dengan teman – teman sebayanya (hlm. 75). Hal ini sejalan dengan

Praptiningrum (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan inklusi merupakan

suatu system layanan pendidikan khusus yang mensyaratkan agar semua ABK

dilayani di sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman – teman seusisanya.

Hallahan (2009) mengemukakan pengertian pendidikan inklusif sebagai

pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam

sekolah reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini, guru memiliki

Page 35: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut (hlm.

53). Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa pendidikan inklusif

menyamakan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Untuk

itulah, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap proses pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan dalam

menghadapi banyaknya perbedaan dan keragaman karakteristik peserta didik.

Senada dengan pengertian yang disampaikan Hallahan, dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang

memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan

secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pengertian pendidikan dalam Permendiknas di atas memberikan

penjelasan secara lebih rinci mengenai siapa saja yang dapat dimasukkan dalam

pendidikan inklusif. Perincian yang diberikan pemerintah ini dapat dipahami

sebagai bentuk kebijakan yang sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia,

sehingga pemerintah memandang perlu memberikan kesempatan yang sama

kepada semua peserta didik dari yang normal, memilik kelainan, dan memiliki

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan. Dengan

demikian pemerintah mulai mengubah model pendidikan yang selama ini

memisah-misahkan peserta didik normal ke dalam sekolah reguler, peserta didik

dengan kecerdasan luar biasa dan bakat istimewa ke dalam sekolah (baca: kelas)

akselerasi, dan peserta didik dengan kelainan ke dalam Sekolah Luar Biasa (SLB).

Rumusan mengenai pendidikan inklusif yang disusun oleh Direktorat Pendidikan

Sekolah Luar Biasa (PSLB) Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah (Mandikdasmen) Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)

mengenai pendidikan inklusif menyebutkan bahwa pendidikan inklusif adalah

sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar

di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama teman seusianya.

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung

Page 36: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

semua murid di sekolah yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan

yang layak dan menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru

agar anak-anak berhasil (“ Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

” hlm. 4).

b. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Landasan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di

Indonesia yaitu landasan filosofis, landasan yuridis, dan landasan empiris. Secara

terperinci, landasan-landasan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Landasan Filosofis

Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijelaskan

sebagai berikut: Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan

lambang negara Burung Garuda yang berarti Bhinneka Tunggal Ika.

Keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi dan budaya

merupakan kekayaan bangsa yang tetap menjunjung tinggi persatuan dan

kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

2. Landasan Yuridis

Secara yuridis, pendidikan inklusif dilaksanakan berdasarkan atas:

1) UUD 1945

2) UU Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

3) UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

4) UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

5) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

6) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

7) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen No. 380/C.C6/MN/2003 Tanggal 20

Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif : Menyelenggarakan dan

Page 37: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengembangkan di setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat)

sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK.

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70

tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki

Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa

3. Landasan Empiris

1) Landasan empiris yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan inklusif

yaitu:

1) Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 (Declaration of Human Rights)

2) Konvensi Hak Anak 1989 (Convention of The Rights of Children)

3) Konferensi Dunia Tentang Pendidikan untuk Semua 1990 (World

Conference on Education for All)

4) Resolusi PBB nomor 48/96 Tahun 1993 Tentang Persamaan

Kesempatan Bagi Orang Berkelainan (the standard rules on the

equalization of opportunitites for person with dissabilities)

5) Pernyataan Salamanca Tentang Pendidikan Inklusi 1994

(Salamanca Statement on Inclusive Education)

6) Komitmen Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua 2000 (The

Dakar Commitment on Education for All)

7) Deklarasi Bandung 2004 dengan komitmen “Indonesia Menuju

Pendidikan Inklusif”

c. Sarana Prasarana dan Komponen Pendidikan Inklusi

Menurut direktorat manajemen pendidikan dasar dan menengah No. 9.

Th.II/2008, terdapat berbagai perbedaan dalam konsep dan model pendididikan

inklusi dengan pendidikan noninklusi, oleh karena itu komponen dan syarat yang

harus dipenuhi suatu sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi juga

berbeda dengan sekolah regular noninklusi. Komponen pendidikan yang perlu

dikelola dalam penyelenggaraan suatu sekolah inklusi, antara lain: manajemen

kesiswaan, manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen

sarana dan prasarana, manajemen keuangan/dana, manajemen lingkungan

(hubungan sekolah dan masyarakat), manajemen layanan Khusus (hlm. 6–9).

Page 38: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu komponen pendidikan

inklusi yang perlu mendapat perhatian dan pengelolaan lebih. Hal ini dikarenakan

kondisi peserta didik pada pendidikan inklusi yang lebih majemuk daripada

kondisi peserta didik pada pendidikan reguler. Tujuan dari manajemen kesiswaan

ini tidak lain agar kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar,

tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendidikan inklusi masih menggunakan kurikulum standar nasional yang

telah ditetapkan pemerintah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, kurikulum

pada pendidikan inklusi disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta

didik. Berdasarkan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 pasal 7, Pemerintah

menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat,

minat dan potensinya. Menurut direktorat manajemen pendidikan dasar dan

menengah No. 9. Th.II/2008, berikut ini adalah model kurikulum yang digunakan

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi :

1. Model kurikulum reguler

2. Model kurikulum reguler dengan modifikasi

3. Model kurikulum Program Pembelajaran Individual (PPI) (hlm. 19).

Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta

didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama seperti

kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang sama. Model kurikulum reguler dengan

modifikasi, yaitu kurikulum yang dimodifikasi oleh guru pada strategi

pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada program tambahan lainnya dengan

tetap mengacu pada kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Di dalam

model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki PPI. Model

kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI yang

dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru

pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait.

Kurikulum PPI atau dalam bahasa Inggris Individualized Education

Program (IEP) merupakan karakteristik paling kentara dari pendidikan inklusi.

Page 39: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Konsep pendidikan inklusi yang berprinsip adanya persamaan mensyaratkan

adanya penyesuaian model pembelajaran yang tanggap terhadap perbedaan

individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu mendapat penekanan lebih.

Stephens (1982) menyatakan bahwa “IEP merupakan pengelolaan yang melayani

kebutuhan unik peserta didik dan merupakan layanan yang disediakan dalam

rangka pencapaian tujuan yang diinginkan serta bagaimana efektivitas program

tersebut akan ditentukan” (hlm. 27).

Manajemen sarana dan prasarana sekolah bertugas merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkordinasikan, mengawasi, dan

mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana dan prasarana agar dapat

memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar mengajar khususnya

bagi anak berkebutuhan khusus. Adapun sarana dan prasarana yang wajib

dipenuhi oleh suatu sekolah inklusi antara lain :

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah bertugas sebagai manajer, administrator, edukator, dan

supervisor.

2. Wakil Kepala Sekolah

Tugas Wakil Kepala sekolah adalah membantu tugas kepala sekolah, dan

dalam hal tertentu mewakili kepala sekolah baik di dalam maupun ke luar, bila

kepala sekolah berhalangan.

3. Tata Usaha

Ruang lingkup tugas Tata Usaha adalah membantu kepala sekolah dalam

menangani pengaturan:

administrasi kepesertadidikan

administrasi kurikulum

administrasi ketenagaan

administrasi sarana-prasarana

administrasi keuangan

administrasi hubungan dengan masyarakat

administrasi kegiatan pembelajaran

Page 40: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Guru Pembimbing Khusus (GPK)

Guru Pembimbing Khusus adalah guru yang berkualifikasi sarjana (S1)

pendidikan luar biasa (ortopedagog) yang memiliki tugas dan fungsi

sebagai pendamping, dan bekerja sama dengan guru kelas atau guru

bidang studi dalam memberikan assesment, menyusun program pengajaran

individual. Disamping itu, GPK bertugas memberikan layanan pendidikan

bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusif.

5. Guru Kelas

Guru kelas adalah guru yang mengikuti kelas pada satuan pendidikan

sekolah dasar atau yang sederajat, yang bertugas melaksanakan

pembelajaran seluruh mata pelajaran pada satuan pendidikan tersebut,

kecuali pendidikan agama dan olahraga.

6. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran adalah guru yang bertanggung jawab melaksanakan

pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan sekolah

dasar dan yang sederajat.

7. Tenaga Ahli

Tenaga ahli pada sekolah inklusif adalah tenaga professional pada disiplin

ilmu tertentu yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran pada sekolah

inklusif. Tenaga ahli tersebut antara lain pedagog, psikolog, psikiater,

dokter spesial, serta rohaniwan.

Pihak sekolah hendaknya menyesuaikan sekolah mereka dengan

kebutuhan dari anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah seperti tulisan

braile pada pegangan pintu bagi siswa tunanetra untuk mengetahui ruang apa yang

hendak dimasukinya tersebut, untuk siswa tunarungu dapat berupa running text

yang dipampang di sekolah untuk memudahkan siswa tunarungu untuk

mengetahui informasi yang ada. Bagi siswa tunagrahita dapat diwujudkan dengan

menghindari adanya sudut lancip pada sudut banguna agar tidak membahayahkan

siswa.

Page 41: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam pendidikan inklusi terdapat komponen manajemen layanan khusus.

Manajemen layanan khusus ini mencakup manajemen kesiswaan, kurikulum,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pendanaan dan lingkungan. Kepala

sekolah dapat menunjuk stafnya, terutama yang memiliki dasar pendidikan PLB,

untuk melaksanakan manajemen layanan khusus ini.

d. Model Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi atau juga sering disebut pendidikan inklusif merupakan

perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusi setiap anak

sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara

optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari

kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem

pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Pendidikan inklusi mensyaratkan

pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu

peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem

persekolahan. Menurut Lindgren (1967) Pandangan mengenai pendidikan yang

harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik ini sangat terkait dengan adanya

perbedaan yang terdapat dalam diri peserta didik. Pandangan lama yang

menyatakan bahwa peserta didiklah yang harus menyesuaikan dengan pendidikan

dan proses pembelajaran di kelas lambat laun harus berubah (hlm. 503-504).

Menurut Reid (2005) istilah inklusif berimplikasi pada adanya kebutuhan

yang harus dipenuhi bagi semua anak dalam sekolah. Hal ini menyebabkan

adanya penyesuaian –penyesuaian yang harus dilakukan oleh guru dalam proses

pembelajaran. Penyesuaian pendidikan (adaptive education) dilaksanakan dengan

menyediakan pengalaman-pengalaman belajar guna membantu masing-masing

peserta didik dalam meraih tujuan-tujuan pendidikan yang dikehendakinya (hlm.

85). Sedangkan menurut Morisson (2009) Penyesuaian pendidikan dapat

berlangsung tatkala lingkungan pembelajaran sekolah dimodifikasi untuk

merespon perbedaan-perbedaan peserta didik secara efektif dan mengembangkan

kemampuan peserta didik agar dapat bertahan dalam lingkungan tersebut (hlm.

462).

Page 42: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan melihat adanya penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik

yang berbeda-beda, maka dalam setting pendidikan inklusif model pendidikan

yang dilaksanakan memiliki model yang berbeda dengan model pendidikan yang

lazim dilaksanakan di sekolah-sekolah reguler.

Pendidikan inklusi pada dasarnya memiliki dua model. Pertama yaitu

model inklusi penuh (full inclusion). Model ini menyertakan peserta didik

berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas

reguler. Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial ini

mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sebagian

pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-

kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus. Model lain misalnya

dikemukakan oleh Brent dan Maria (2004) model pendidikan inklusif yang

mereka sebut inklusif terbalik (reverse inclusive). Dalam model ini, peserta didik

normal dimasukkan ke dalam kelas yang berisi peserta didik berkebutuhan

khusus. Model ini berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan

peserta didik berkebutuhan khusus ke dalam kelas yang berisi peserta didik

normal (hlm. 46-48). Dengan pengandaian demikian seolah sekolah untuk anak

berkebutuhan khusus secara kuantitas lebih banyak dari sekolah untuk peserta

didik normal, atau bisa juga tidak. Model pendidikan inklusif seperti apapun

tampaknya tidak menjadi persoalan berarti sepanjang mengacu kepada konsep

dasar pendidikan inklusif.

Berdasarkan Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif,

Model pendidikan inklusif yang diselenggarakan pemerintah Indonesia yaitu

model pendidikan inklusif moderat. Pendidikan inklusif moderat yang dimaksud

yaitu:

1. Pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan inklusi penuh

2. Model moderat ini dikenal dengan model mainstreaming (hlm. 6-9).

Menurut Schulz (1991), model pendidikan mainstreaming merupakan

model yang memadukan antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus

(Sekolah Luar Biasa) dengan pendidikan reguler. Peserta didik berkebutuhan

khusus digabungkan ke dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja

(hlm. 20-21). Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam praktiknya anak

Page 43: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhannya. Dalam pelayanannya menurut Agustyawati dan

Solicha (2009) Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk

layanan ke bentuk layanan yang lain, seperti:

1) Bentuk kelas reguler penuh

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di

kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.

2) Bentuk kelas reguler dengan cluster

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler

dalam kelompok khusus.

3) Bentuk kelas reguler dengan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler

namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang

sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

4) Bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler

dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari

kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru

pembimbing khusus.

5) Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian

Anak berkelainan belajar di kelas khusus pada sekolah reguler, namun

dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di

kelas regular

6) Bentuk kelas khusus penuh di sekolah regular

Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular (hlm.

100).

Dengan demikian, pendidikan inklusif seperti pada model di atas tidak

mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan

semua mata pelajarannya (inklusi penuh). Hal ini dikarenakan sebagian anak

berkelainan dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi dengan gradasi

kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi

kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus

pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya

sangat berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat

disalurkan ke sekolah luar biasa (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).

Page 44: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alur penalaran yang didasarkan oleh tema

dan masalah dalam penelitian. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah:

Bagan 2.1 Kerangka berpikir

C. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan itu.

Hipotesis yang dapat penulis kemukakan yaitu: terdapat banyak faktor – faktor

penghambat dan pendukung yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan

inklusi khususnya dalam aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah

dasar inklusi di Kabupaten Sragen Tahun 2012.

Sekolah Dasar Inklusi Aksesibilitas

Bagi ABK

Faktor Penghambat

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Indikator Output:

1. Kemudahan

2. Kegunaan

3. Keselamatan

4. kemandirian

Faktor Pendukung Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusi

Page 45: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih tempat penelitian di sekolah dasar

inklusi yang berada di di Kabupaten Sragen.

2. Waktu Penelitian

Seperti diuraikan di atas, penelitian ini merupakan bagian awal dari

serangkaian penelitian dan pengembangan. Secara keseluruhan, jadwal kegiatan

seperti pada tabel berikut:

No Kegiatan Bulan / Minggu

Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan judul x

2. Pengajuan

Proposal

x x x

3. Pengajuan

Ijin Penelitian

x x

4. Pengumpulan

Data :

a. Pengambilan

Data

b. Pengolahan

Data

c. Analisis Data

x

x

x

x

x

x

x

5. Penyusunan

Laporan

x x x

Tabel. 3.1 Jadwal Penelitian

29

Page 46: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut

Bogy dan Tylor yang dikutip Moleong (2005) yang dimaksud dengan pendekatan

kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.(hlm. 4).

Tujuan dari pendekatan kualitatif deskriptif adalah menggambarkan atau

mendeskripsikan keadaan atau fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa adanya

manipulasi data atau menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam

penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan gambaran deskriptif tentang

aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus dalam lingkup pendidikan inklusi di

kabupaten sragen tahun 2012.

C. Data dan Sumber Data

Jenis data menunjuk data apa saja yang menjadi fokus penelitian. Data

atau informasi yang penting akan digali dari beragam sumber data. “Sumber data

merupakan benda, hal, atau tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya

tentang data” (Arikunto, 2007: 88). Sumber – sumber data dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Informan

Informan yaitu orang yang benar-benar mengetahui secara mendalam tentang

obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah guru,

murid serta pihak – pihak yang berada didalam lingkup sekolah dasar inklusi

di Kabupaten Sragen.

2. Tempat dan peristiwa

Tempat dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan yang

dilakukan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi melibatkan

tempat, peristiwa, dan perilaku. Tempat dalam penelitian ini ialah seluruh

sekolah dasar inklusi yang berada di Kabupaten Sragen. Sedangkan peristiwa

Page 47: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus dalam sekolah dasar inklusi.

3. Arsip atau dokumen

Arsip atau dokumen dalam penelitian ini dapat berupa data dan profil sekolah

dasar inklusi yang ada di kabupaten Sragen serta sejarah berlangsungnya

program inklusi yang dijalankan disekolah.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (hlm. 118). Berdasarkan

uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi.

Sampel dalam penelitian ini ialah guru dan siswa yang berda di sekolah dasar

inklusi di Kabupaten Sragen.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling atau sampe pertimbangan. Menurut Sugiyono (2009), Teknik purposive

sampling ialah Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu (hlm. 300). Teknik pengambilan sampel adalah purposive, dengan

pertimbangan murid dan guru yang berada di sekolah dasar inklusi. Terdapat 5

sekolah dasar inklusi di kabupaten Sragen, setiap sekolah diambil 3 siswa dan 4

guru sebagai sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

antara lain sebagai berikut :

1. Kuesioner/Angket

Menurut Azwar (2011) Kuesioner (questionnaire) merupakan suatu

bentuk instrument pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah

digunakan” (hlm. 101). Data yang diperoleh lewat kuesioner adalah berupa

data – data faktual. Menurut Sugiyono (2010) “Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”

(hlm. 199).

Page 48: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penelitian ini menggunakan angket/kuesioner yang berupa pernyataan

untuk mengukur sejauh mana aksesibilitas yang dimiliki sekolah dasar inklusi

di Kabupaten sragen dengan sebelumnya dilakukan uji validitas pada angket

yang digunakan. Angket/kuisoner yang digunakan dibedakan menjadi 2 jenis.

Yang pertama, angket untuk diisi guru memiliki 25 item pertanyaan yang

didalamnya terdapat aspek – aspek yang berkaitan dengan sekolah inklusi

antara lain : aksesibilitas, sarana dan prasarana, model layanan pendidikan

inklusi, model pembelajaran yang digunakan sekolah, manajemen

sumberdaya manusia sekolah, dan sikap anggota sekolah.

2. Wawancara / Interview

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. (Moleong, 2004).

Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang aksesibilitas bagi

anak berkebutuhana khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusi di

kabupaten Sragen, peneliti melakukan wawancara secara mendalam (indepth

interview), melalui komunikasi lisan secara langsung atau bercakap-cakap,

bertatap muka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada

“key informan” yang dianggap paling mengetahui praktek pelaksanaan

program tersebut (hlm. 186). Dalam kegiatan ini peneliti akan melakukan

wawancara dengan guru dan murid secara terpisah untuk memperjelas data

yang telah diperoleh dari pengambilan angket. Poin – poin yang disinggung

dalam wawancara sama dengan yang terdapat dalam kuisoner yaitu :

aksesibilitas, sarana dan prasarana, model layanan pendidikan inklusi, model

pembelajaran yang digunakan sekolah, manajemen sumberdaya manusia

sekolah, dan sikap anggota sekolah.

3. Telaah Dokumen

Peneliti juga menggunakan telaah dokumen untuk memperoleh data-

data yang berkaitan dengan obyek penelitian, dengan cara mencari dokumen-

dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang tersedia dan berkaitan dengan

sekolah inklusi. Menurut Suwarsih (2007) Analisis dokumen yaitu ”tentang

persoalan, sekolah, atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat

dikontruksi dengan menggunakan berbagai dokumen : surat, memo untuk staf,

Page 49: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

edaran, untuk orang tua atau karyawan, memo guru dan sebagainya” (hlm.

82). Dalam penelitian ini peneliti menelaah arsip – arsip yang dimiliki sekolah

seperti profil sekolah, data siswa, dan data guru, serta arsip yang berkaitan

dengan program inklusi.

4. Observasi Langsung

Menurut Suwandi (2008), observasi adalah upaya merekam segala

peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung

dengan atau tanpa alat bantu (hlm. 46). Hal ini diperkuat dengan pernyataan

Sutopo (2002), yang menyatakan bahwa metode ini digunakan untuk menggali

data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda,

serta rekaman gambar (hlm. 64). Peneliti mengamati keadaan sekolah untuk

mengetahui bagaimana keadaan sekolah, interaksi siswa ABK di lingkungan

sekolah serta masalah – masalah yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran

maupun diluar pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan program

inklusi.

F. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002), sabuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur

harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :Validitas, artinya dapat diukur

apa yang hendak diukur

a. Reliabilitas, artinya tes yang mempunyai ketetapan, maksudnya taraf

sejauh mana tes itu sama dengan dirinya sendiri, artinya bahwa hasil

pengukuran dengan tes itu adalah relatif sama.

b. Obyektivitas, artinya tes yang mampu menyingkirkan faktor subjektif

pada individu-individu yang bersangkutan dengan tes tersebut.

c. Praktisibilitas, artinya tes itu bersifat praktis, mudah

pengadministrasiannya.

Tes yang praktis itu adalah tes yang :

1) Mudah dilaksanakan

2) Mudah pemeriksaannya

Page 50: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat

diberikan oleh orang lain

d. Ekonomis, artinya bahwa pelaksanaan tersebut tidak membutuhkan

biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama (hlm.

57)

Berdasarkan pendapat tersebut tes dapat dikatakan baik jika memenuhi

kriteria-kriteria diatas oleh sebab itu dalam penyusunan tes perlu

mempertimbangkan validitas, reabilitas, objektivitas, praktisibilitas dan ekonomis.

1) Validitas Tes

Menurut Arikunto (2002: 145), ”sebuah instrumen dapat dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti secara tepat”. Menurut Azwar (2004 : 5-6) ”

tes dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya”. Sesuai dengan cara pengujiannya validitas ada dua

macam yaitu :

a) Validitas Eksternal

Validitas yang berasal dari luar tes yang kita selidiki.

b) Validitas internal

Validitas yang berasal dari dalam tes yang kita selidiki validitasnya, yang

berupa total skor daripada tes tersebut.

Berdasarkan pendapat, dapat disimpulkan bahwa validitas

menunjukkan sejauh mana instrument alat pengukur mampu mengukur apa

yang diukur.

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji validitas tiap

butir instrument menggunakan korelasi product moment pearson. Uji

validitas digunakan dengan mengkorelasikan skor masing – masing butir

dengan skor total, menggunakan rumus product moment pearson sebagai

berikut :

Page 51: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

rxy = ∑ ∑ ∑

√( ∑ (∑ ) ( ∑ (∑ ) ))

(Suharsimi Arikunto, 1998 : 164)

dimana :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

X = Nilai masing-masing item

Y = Nilai total

∑XY = Jumlah perkalian antara X dan Y

∑X2

= Jumlah kuadrat X

∑Y2

= Jumlah kuadrat Y

N = Jumlah subyek

Dari hasil perhitungan rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf

signifikansi 5%. Jika rhitung >rtabel, maka butir tersebut valid. Selanjutnya item

yang dipakai adalah item-item yang valid. Item yang tidak valid dibuang atau

tidak dipakai.

2) Reliabilitas Tes

Menurut Arikunto ( 2002 ), “ Reliabilitas adalah suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik” (hlm.154). Sedangkan Azwar (2004)

berpendapat bahwa “ konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Beberapa pendekatan dalam menguji reliabilitas

suatu tes yaitu :

a) Pendekatan Reliabilitas Bentuk Paralel

Reliabilitas bentuk paralel ini dilakukan dengan menyusun dua tes

berdasarkan kisi-kisi dan spesifikasi yang sama. Penyusunan dua bentuk

paralel tidaklah mudah dan bila dapat dilakukan bentuk paralel ini

merupakan bentuk setimabi yang sangat mendekati konsep reliabilitas.

b) Pendekatan ulang

Pendekatan reliabilitas dengan teknik ulang ini disebut juga dengan teknik

tes retest reliability. Pendekatan disini dilakukan dengan cara memberikan

Page 52: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tes yang akan dicari reliabilitasnya kepada sekelompok subyek, kemudian

untuk selang beberapa waktu kita berikan kembali lagi tes itu kepada

subyek yang sama. Hasil dari pelaksanaan dua kali pengukuran tersebut

kemudian dilakukan penghitungan korelasinya.

c) Pendekatan belah dua

Pendekatan reliabilitas dengan teknik belah dua ini sering disebut dengan

teknik gasal-genap, karena pembelahan item tes dilakukan dengan

membagi tes bernomor gasal sebagai tes kedua (hlm. 4).

Dalam pengujian reliabilitas untuk kuisoner dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan tekhnik belah dua. Menurut Arikunto (1998),

pengujian reliabilitas instrumen dengan panjang sama digunakan rumus belah

dua dari Spearman Brown. Skor dijumlahkan menjadi dua belahan, yaitu

belah ganjil dan belah genap kemudian dihitung dengan menggunakan rumus

product moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√* (∑ ) +*

(∑ ) +

(hlm. 173)

Dimana :

: Korelasi antara

Y1 : Belahan Ganjil

N : Jumlah Sampel

∑ : Jumlah

Hasil perhitungan korelasi kemudian dimasukkan kedalam formula

reliabilitas dari Spearman Brown sebagai berikut :

r1

=

dimana :

r : koefisien reliabilitas

: koefisien korelasi antara Y1 dan Y2

Page 53: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut

menggunakan pedoman table koefisien reliabilitas dari Strand, B.N dan

Wuilson R. (1993), yaitu :

Kategori Reliabilitas

Excellent

Very good

Acceptable

Poor

Questionable

0,95 – 0,99

0,90 – 0,94

0,80 – 0,89

0,70 – 0, 79

0,60 – 0,69

Tabel 3.2 Koefisien reliabilitas dari Strand, B.N dan Wuilson R (hlm. 11)

G. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

menggunakan tekhnik analisa gabungan antara kualitatif dan kuantitatif dengan

pola deskriptif. Pada awalnya data yang didapat melalui kuisoner diolah secara

kuantitatif untuk memperoleh hasil yang berupa angka – angka, yang kemudian

data kuantitatif yang diperoleh tersebut diperkuat dengan data – data kualitatif

yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pola deskriptif.

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif. Menurut Faisal (2001)

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu

fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel

yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (hlm. 20).

Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang sejauh mana bentuk

layanan dan sarana prasarana yang dimiliki sekolah dasar inklusi di kabupaten

Sragen hingga faktor – faktor yang dapat menghambat dan mendukung

pelaksanaan pendidikan inklusi di kabupaten Sragen. Data dalam penelitian ini

nantinya sebagian besar data berupa kata-kata (kualitatif), namun begitu

disertakan pula data berupa angka (kuantitatif). Data – data yang telah terkumpul

selain dipaparkan juga dianalisa sesuai dengan apa yang ditemui di lapangan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

Page 54: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bagaimana aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di

sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen tahun 2012.

H. Rancangan penelitian

Adanya rancangan penelitian akan memudahkan kejelasan langkah-langkah

peneliti dari awal sampai akhir. Penelitian ini dirancang dalam dua tahapan yaitu :

a. Tahap pra lapangan

Tahap ini adalah tahap awal dari kegiatan penelitian, kegiatannya

dimulai dengan penentuan lokasi penelitian, peninjauan lokasi penelitian.

Adapun penelitian ini dilaksanakan diSekolah Dasar inklusi yang berada

di di Kabupaten Sragen tahun 2012.

b. Tahap pelaksanaan lapangan

Tahap ini dilakukan dengan pengumpulan data di lokasi

penelitian serta menentukan hari pelaksanaan penelitian. Tahap ini

meliputi :

a. Persiapan

Menyusun dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan

peneliti agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, seperti

menyusun angket dan pedoman wawancara yang akan digunakan

untuk mencari data di tempat penelitian.

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1) Observasi Langsung

Peneliti melakukan observasi untuk melihat secara langsung

keadaan sekolah serta masalah – masalah yang ada yang berkaitan

dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi disekolah.

2) Pengisian Angket/ kuisoner

Pengisian dilakukan oleh guru dan siswa yang bernaung di

sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen. Setiap sekolah

mewakilkan 4 guru dan 3 siswa sebagai responden.

Page 55: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan guru, siswa normal serta

siswa ABK yang berada di Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten

Sragen guna mempertajam informasi yang di dapatkan dari

kuisoner.

4) Telaah Dokumen

Peneliti melakukan telaah dokumen guna mengetahui sejarah dan

profil sekolah yang dijadikan lokasi penelitian.

Page 56: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilaksanakan di Sragen pada bulan Mei hingga Juni 2012, dengan

mengangangkat judul “Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam

Lingkup Pendidikan Inklusi di Kabupaten Sragen Tahun 2012 ”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aksesibilitas yang diberikan oleh

sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen untuk anak berkebutuhan khusus, serta

mengetahui faktor – faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen pada tahun 2012

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Sragen, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

Ibukotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten

Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan,

serta Kabupaten Boyolali di barat. Kabupaten ini dikenal dengan sebutan

"Bumi Sukowati”, nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan

(Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan

berada di Sragen.

Kabupaten Sragen terletak secara geografis antara 110.45‟ dan

111.10‟ BT serta 7.15‟ dan 7.30‟LS. Sragen berada di lembah daerah aliran

Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebelah utara berupa

perbukitan, bagian dari sistem Pegunungan Kendeng. Sedangkan di selatan

berupa pegunungan, lereng dari Gunung Lawu.

Dalam hal pendidikan inklusi, Kabupaten Sragen terhitung baru dalam

menerapkan program inklusi, dibandingkan dengan Kabupaten – Kabupaten

lainnya. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya jumlah sekolah dasar

inklusi yang tersebar di Kabupaten Sragen. Menurut data dari dinas

pendidikan Kabupaten Sragen, hingga tahun 2012 ini terdapat 5 sekolah

dasar inklusi, dan tiap – tiap sekolah dasar inklusi tersebut tersebar di

berbagai kecamatan. Hal ini ditengarai untuk menyikapi terbatasnya jumlah

SLB yang ada di Kabupaten Sragen yang hanya berjumlah 2 sekolah yaitu

40

Page 57: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang berada di Kecamatan Gemolong dan Kecamatan Sragen kota. Dengan

adanya sekolah dasar inklusi yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan –

kecamatan di Kabupaten Sragen, diharapkan pelayanan bagi anak

berkebutuhan khusus yang tidak mampu menjangkau keberadaan sekolah luar

biasa (SLB) yang ada di Kabupaten Sragen dapat lebih terlayani dengan baik.

Sekolah dasar inklusi yang berada di lingkup Kabupaten Sragen antara lain :

No Nama Sekolah Alamat

1 SD N Sragen 2 Kecamatan Sragen

2 SD N Doyong 2 Kecamatan Miri

3 SD N Pengkol 2 Kecamatan Tanon

4 SD N Kedawung 4 Kecamatan Mondokan

5 SD N Karungan 1 Kecamatan Plupuh

Tabel 4.1 Daftar SD inklusi di Kabupaten Sragen.

Keberadaan sekolah yang penyebaranya terdapat dalam berbagai

kecamatan inilah yang menunjukkan bahwa pihak pemerintah Kabupaten

Sragen memiliki tujuan untuk memberikan suatu layanan pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus yang tersebar di berbagai pelosok desa. Dengan

adanya sekolah – sekolah inklusi yang tersebar di berbagai Kecamatan,

diharapkan pemenuhan kebetuhan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

yang tidak mampu menjangkau keberadaan SLB dapat lebih terlayani dengan

lebih baik.

2. Deskripsi Umum Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 50 orang yang masing-

masing adalah 25 guru yang berada di sekolah dasar inklusi di Kabupaten

Sragen, serta siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang

bersekolah di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen pada tahun 2012.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuisoner

yang telah di ujicobakan terlebih dahulu di SD N Jembungan 1 Banyudono

Boyolali yang juga termasuk salah satu sekolah dasar inklusi di Kabupaten

Boyolali. Dari 40 butir soal yang di uji cobakan dan dilalukan uji validitas

dengan menggunakan rumus product moment pearson, terdapat 6 item soal

Page 58: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang tidak valid. Sedangkan dari 30 item soal yang ditujukan untuk

responden siswa ABK terdapat 9 item soal yang tidak valid. Oleh karena itu,

peneliti mengurangi jumlah item soal menjadi 30 item soal untuk responden

Guru dan 20 item soal untuk responden siswa ABK.

a) Responden Guru Sekolah Dasar Inklusi

Data menunjukkan terdapat 5 Sekolah Dasar (SD) lnklusi yang

berada di lingkup Kabupaten Sragen. Setiap sekolah mewakilkan 5

guru untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara

mengisi angket yang telah disediakan oleh peneliti serta menjawab

pertanyaan dalam kegiatan wawancara dengan peneliti. Responden

yang diambil diutamakan dari guru yang pernah mendapatkan

pelatihan tentang Inklusi atau yang di kelasnya terdapat siswa ABK.

Adapun rincian nama sekolah yang diberi angket dan jumlah angket

yang diberikan tiap sekolah tersebut, sebagai berikut:

No Nama sekolah Jumlah Responden guru

1 SD N Sragen 2 4

2 SD N Doyong 2 4

3 SD N Pengkol 2 4

4 SD N Kedawung 4 4

5 SD N Karungan 1 4

Jumlah 20

Tabel 4.2 Daftar persebaran responden guru.

Pemerataan dalam penyebaran angket bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana aksesibilitas yang ditujukan bagi para ABK

serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pendidikan inklusi di masing – masing sekolah. Karena di tiap – tiap

sekolah tidak selalu memiliki masalah yang sama, sehingga dengan

adanya pemerataan jumlah responden di tiap – tiap sekolah dapat

memberikan suatu gambaran yang lebih jelas tentang keadaan sekolah.

Alasan dipilihnya responden guru yang telah mendapatkan

penataran tentang pendidikan inklusi atau guru yang dikelasnya

terdapat siswa ABK karena guru yang telah mendapatkan penataran

Page 59: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau yang memiliki siswa ABK didalam kelasnya akan lebih paham

tentang permasalahan – permasalahan seputar pendidikan inklusi serta

kebutuhan apa saja yang diperlukan suatu sekolah untuk dapat

menyediakan suatu layanan pendidikan yang baik bagi ABK. Berikut

adalah daftar responden guru yang berpartisipasi dalam pengisian

angket serta wawancara :

Tabel 4.3 Daftar nama responden guru

Penyebaran angket untuk responden praktisi pendidikan dimulai

dari SD N 2 sragen, Kemudian secara berurutan dilaksanakan di SD

N Karungan 1, SD N Pengkol 2, SD N Kedawung 4, dan yang terakhir

SD N Doyong 2. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei dan

selesai bulan Juni tahun 2012.

b) Responden Siswa ABK

Selain melalui responden guru, guna melihat tingkat aksesibilitas

dan faktor – faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen,

NO NAMA Instansi Jabatan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

M

S.A

D.H

S

S

S.K

T

S.A

J

S.E.S

P

S.M

S

S

R.A.K

D.H

A.N.H

B.R

S

S

SD N Sragen 2 Guru kelas

SD N Sragen 2 Guru kelas

SD N Sragen 2 Guru kelas

SD N Sragen 2 Guru kelas

SD N Doyong 2 Kepala Sekolah

SD N Doyong 2 Guru kelas

SD N Doyong 2 Guru kelas

SD N Doyong 2 Guru kelas

SD N Pengkol 2 Kepala Sekolah

SD N Pengkol 2 Guru kelas

SD N Pengkol 2 Guru kelas

SD N Pengkol 2 Guru kelas

SD N Kedawung 4 Kepala Sekolah

SD N Kedawung 4 Guru kelas

SD N Kedawung 4 Guru kelas

SD N Kedawung 4 Guru kelas

SD N Karungan 1 Guru kelas

SD N Karungan 1 Guru kelas

SD N Karungan 1 Guru kelas

SD N Karungan 1 Guru kelas

Page 60: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

peneliti menggunakan responden siswa untuk melihat permasalan serta

gambaran sekolah melalui sudut pandang lain. Alas an dipilihnya

responden siswa ABK adalah karena siswa ABK adalah sasaran

langsung dari program pendidikan inklusi serta komponen – komponen

yang terdapat didalamnya, sehingga secara otomatis siswa ABK akan

memberikan informasi tentang apa saja yang mereka alami dan mereka

dapatkan disekolah.

Karena jumlah siswa ABK belum terlalu banyak, maka setiap

sekolah mewaakilkan 3 responden siswa ABK untuk mengisi kuisoner.

Adapun rincian responden ABK sebagai berikut :

No Nama Instansi

1 D SD N Sragen 2

2 R SD N Sragen 2

3 D SD N Sragen 2

4 D SD N Doyong 2

5 U SD N Doyong 2

6 A.E SD N Doyong 2

7 H SD N Pengkol 2

8 A SD N Pengkol 2

9 W SD N Pengkol 2

10 S SD N Kedawung 4

11 N SD N Kedawung 4

12 I.S SD N Kedawung 4

13 L SD N Karungan 1

14 R SD N Karungan 1

15 R SD N Karungan 1

Tabel 4.4 Daftar responden siswa ABK

Dengan disebarkan pula angket untuk responden siswa ABK,

diharapkan dapat memberikan suatu gambaran atau penjabaran dari

sudut pandang siswa ABK yang dimana dalam pendidikan inklusi

sebagai pihak yang menerima layanan pendidikan dalam sekolah,

sehingga dapat diketahui sejauh mana aksesibilitas yang diberikan oleh

suatu sekolah inklusi kepada mereka, dan juga faktor – faktor yang

mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan inklusi di

sekolah mereka.

Page 61: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Data Hasil Penelitian

Berdasarkan kegiatan penelitian tentang aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus di sekolah dasar Inklusi di Kabupaten Sragen yang

dilaksanakan pada rentang bulan Mei hingga Juni 2012 telah menghasilkan

suatu data hasil penelitian. Data hasil penelitian didapatkan dari pemberian

skor dari rentang 1 sampai 5 pada skala yang berjumlah 30 item pernyataan

untuk responden guru dan 20 soal pada responden siswa ABK. Adapun

rincian rentangan skor skala penilaian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Skor skala penilaian

a. Data Hasil Penelitian Responden Guru

Data yang diperoleh dari responden guru meliputi perolehan rata –

rata skor dari 6 komponen yang digunakan untuk mengukur tingkat

aksesibilitas sebuah sekolah inklusi. Berikut perolehan skor tiap – tiap

komponennya.

1. Komponen Aksesibilitas

Perolehan skor tiap – tiap point dalam komponen aksesibilitas

sebagai berikut: Aliran dana pemerintah 4,05 (Baik), layanan

pendidikan bagi ABK 2,5 (Kurang), penyediaan GPK oleh sekolah

2,95 (Kurang), tata ruang sekolah 3,75 (Sedang), keberadaan guru

lulusan PLB di sekolah 2,65 (Kurang). Berdasarkan skor dari point –

point tersebut diperoleh rata – rata yang menjadi skor bagi komponen

aksesibilitas. Dan rata – rata yang diperoleh adalah 3,18 (Sedang).

2. Komponen Sarana dan Prasarana

Perolehan skor yang didapat sebagai berikut : program satu

GPK untuk satu ABK 2,15 (Kurang), fasilitas alat bantu mobilitas

3,4 (Sedang), bantuan alat bantu ajar dari pemerintah 3,85 (Sedang),

No Skor Kategori

1 5 Sangat Baik

2 4 Baik

3 3 Sedang

4 2 Kurang

5 1 Sangat Kurang

Page 62: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemenuhuan fasilitas bagi siswa ABK 3,6 (Sedang), pengaruh

fasilitas bagi siswa ABK 4,2 (Baik). Rata – rata skor yang diperoleh

komponen sarana dan prasarana adalah 3,44 yang termasuk kategori

sedang.

3. Komponen Model Layanan Pendidikan

Perolehan skor dalam komponen ini sebagai berikut :

pemberian jam tambahan untuk siswa ABK 4 (Baik), pelajaran

keterampilan khusus bagi ABK 2,3 (Kurang), keberadaan guru yang

mengajarkan keterampilan khusus di sekolah 2 (Kurang),

pembelajaran vokasional bagi siswa ABK 2,7 (Kurang), penyamaan

kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah bagi siswa ABK dengan

siswa normal 3,7 (Sedang). Dari hasil tersebut diperoleh rata – rata

skor bagi komponen model layanan pendidikan sebesar 2,94 yang

dikategorikan kurang.

4. Komponen Model Pembelajaran

Perolehan skor tiap – tiap poin sebagai berikut : pemberian

PPI bagi siswa ABK 3,15 (Sedang), frekuensi pemberian PPI 3,05

(Sedang), kurikulum khusus bagi ABK 2,85 (Kurang), pembedaan

standar ketuntasan antara siswa ABK dengan siswa normal 3,4

(Sedang), hasil belajar siswa ABK 2,65 (Kurang). Berdasarkan hasil

tersebut diperoleh hasil rata – rata 3,02 (Sedang) yang menjadi skor

dari komponen model pembelajaran.

5. Komponen Manajemen Sumberdaya Manusia

Perolehan skor tiap – tiap poin dalam komponen ini adalah

sebagai berikut : Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan

sekolah sebagai sekolah inklusi 3,9 (Sedang), Pemberitaan informasi

tentang sekolah kepada masyarakat 4 (Baik), Kerjasama sekolah

dengan masyarakat dalam penjaringan ABK 3,15 (Sedang), Asal

tempat tinggal siswa ABK 3,1 (Sedang), Kedekatan orang tua siswa

ABK dengan sekolah 3,8 (Sedang). Berdasarkan hasil tersebut

Page 63: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh hasil rata – rata 3,59 (Sedang) yang menjadi skor dari

komponen manajemen sumber daya manusia.

6. Komponen Sikap Anggota Sekolah

Perolehan skor tiap – tiap poin dalam komponen ini adalah

sebagai berikut : hubungan antara siswa ABK dengan guru 4,1

(Baik), hubungan antara siswa ABK dengan siswa normal 4,5 (Baik),

sikap guru tentang kesadaran tanggung jawab penuh terhadap siswa

ABK 4 (Baik), sikap guru tentang kelayakan layanan khusus bagi

siswa ABK 3,55 (Sedang), sikap guru tentang kelayakan siswa ABK

bersekolah di sekolah inklusi 3,1 (Sedang). Berdasarkan hasil

tersebut diperoleh hasil rata – rata 3,79 (Sedang) yang menjadi skor

dari komponen sikap anggota sekolah.

Dari hasil yang diperoleh dari komponen – komponen tersebut,

diperoleh skor rata – rata tentang aksesibilitas bagi siswa ABK dalam

lingkup pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen berdasarkan responden

guru. Dan perolehan rata – rata skor yang dari responden guru adalah 3,35

yang termasuk kategori sedang.

b. Data Hasil Penelitian Responden Siswa ABK

Data yang diperoleh dari responden siswa ABK meliputi perolehan

rata – rata skor dari 6 komponen yang digunakan untuk mengukur tingkat

aksesibilitas sebuah sekolah inklusi. Berikut perolehan skor tiap – tiap

komponennya

1. Komponen Aksesibilitas

Perolehan skor tiap – tiap point dalam komponen aksesibilitas

sebagai berikut: layanan khusus bagi ABK 4,13 (Baik), penyediaan

GPK oleh sekolah 2,8 (Kurang), tata ruang sekolah 3,3 (Sedang).

Berdasarkan skor dari point – point tersebut diperoleh rata – rata yang

menjadi skor bagi komponen aksesibilitas. Dan rata – rata yang

diperoleh adalah 3,41 (Sedang).

Page 64: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Komponen Sarana dan Prasarana

Perolehan skor yang didapat sebagai berikut : kelengkapan

peralatan yang dimiliki sekolah 3,33(Sedang), kelengkapan fasilitas

pendidikan inklusi 3,33 (Sedang), alat dan media pembelajaran bagi

siswa ABK 3,53 (Sedang). Rata – rata skor yang diperoleh

komponen sarana dan prasarana adalah 3,35 yang termasuk kategori

sedanng.

3. Komponen Model Layanan Pendidikan

Perolehan skor dalam komponen ini sebagai berikut :

pemberian jam tambahan untuk siswa ABK 3,73 (Sedang), pelajaran

keterampilan khusus bagi ABK 2,93 (Kurang), penyamaan kegiatan

ekstrakurikuler wajib dari sekolah bagi siswa ABK dengan siswa

normal 4,06 (Baik). Dari hasil tersebut diperoleh rata – rata skor bagi

komponen model layanan pendidikan sebesar 3,57 yang

dikategorikan sedang.

4. Komponen Model Pembelajaran

Perolehan skor tiap – tiap poin sebagai berikut :daya tangkap

siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan kurikulum

reguler 2,6 (Kurang), frekuensi pemberian PPI 3,26 (Sedang), hasil

belajar siswa ABK 2,46 (Kurang). Berdasarkan hasil tersebut

diperoleh hasil rata – rata 2,77 (Kurang) yang menjadi skor dari

komponen model pembelajaran.

5. Komponen Manajemen Sumberdaya Manusia

Perolehan skor tiap – tiap poin dalam komponen ini adalah

sebagai berikut : frekuensi rapat dengan orang tua siswa ABK 3,93

(sedang), frekuensi rapat dengan orang tua siswa normal 3,93

(sedang), tentang sekolah kepada masyarakat 4 (Baik), Asal tempat

tinggal siswa ABK 3,26 (Sedang), Berdasarkan hasil tersebut

diperoleh hasil rata – rata 3,70 (Sedang) yang menjadi skor dari

komponen manajemen sumber daya manusia.

Page 65: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Komponen Sikap Anggota Sekolah

Perolehan skor tiap – tiap poin dalam komponen ini adalah

sebagai berikut : hubungan antara siswa ABK dengan sekolah 3,8

(Sedang), hubungan antara siswa ABK dengan siswa normal 3,8

(Sedang) hubungan antara siswa ABK dengan guru 3,6 (Sedang),

hubungan antara siswa ABK dengan orang tua 3,46 (Sedang),

kenyamanan siswa di sekolah 3,86 (Sedang). Berdasarkan hasil

tersebut diperoleh hasil rata – rata 3,6 (Sedang) yang menjadi skor

dari komponen sikap anggota sekolah.

Dari hasil yang diperoleh dari komponen – komponen tersebut,

diperoleh skor rata – rata tentang aksesibilitas bagi siswa ABK dalam

lingkup pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen berdasarkan responden

siswa ABK. Dan rata – rata skor yang diperoleh dari responden siswa

ABK adalah 3,44 yang termasuk kategori sedang.

B. Hasil Analisis Data

Dalam pembahasan hasil ini akan di deskripsikan tentang aksesibilitas bagi

anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen

berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuisoner yang telah disebarkan kepada

responden guru seklah dasar inklusi serta responden siswa ABK. Hasil yang

didapat berupa angka yang akan dideskripsikan beserta hasil observasi dan

wawancara untuk memperkuat data kuantitatif yang didapat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden guru dan respondensiswa

ABK, dapat dilihat bahwa skor tertinggi adalah 4,5 termasuk kategori Baik.

Pernyataan yang mendapat skor tersebut adalah dalam komponen sikap anggota

sekolah dalam point “ hubungan siswa ABK dengan siswa normal”. Hal ini

menandakan bahwa di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen, siswa ABK

tidak mengalami masalah berarti dalam kegiatan interaksi mereka dengan teman

satu sekolah lainnya. Sedangkan skor terendah dari penilaian aksesibilitas bagi

anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen ini

adalah 2 yang termasuk kategori kurang. Nilai tersebut terdapat dalam komponen

Page 66: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

model layanan pendidikan dalam point “keberadaan guru yang mengajarkan

keterampilan khusus”. Item pernyataan yang mendapat skor 2 ini menunjukkan

bahwa sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen tidak memberikan suatu

pelatihan keterampilan khusus bagi ABK sebagai bekal keterampilan untuk siswa

ABK setelah lepas dari sekolah kelak. Dengan diajarkannya suatu keterampilan

khusus diharapkan siswa ABK dapat memiliki suatu bekal keterampilan untuk

menjadi pegangan hidupnya kelak.

Berikut ini adalah hasil analisa dari responden guru dan siswa ABK

tentang aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi di

Kabupaten Sragen berdasarkan susunan tiap – tiap komponennya.

1. Komponen Aksesibilitas

Didalam komponen aksesibilitas terdapat point – point yang mengukur

sejauh mana upaya sekolah dalam menyediakan kemudahan – kemudahan

dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dari

masalah bangunan dan tata ruang sekolah yang disesuaikan dengan penderita

tunadaksa ata tuna netra hingga masalah penyediaan GPK untuk menunjang

proses pembelajaran bagi siswa ABK. Beberapa hal yang membantu tuna

daksa dan ditetapkan pada standar penyandang cacat Peraturan Menteri PU

tahun 2007 yakninya: Ramp (bidang miring pengganti tangga bagi tuna daksa)

dengan perbandingan 1 :12 sampai dengan 1 : 15 antara tinggi dan alas ramp

agar memudahkan mendorong kursi roda, Lebar pintu dibuat selebar kursi

roda, Toilet duduk dengan railing (tempat berpegang). Dan contoh aksesibilitas

fasilitas ideal bagi tuna netra seperti dituliskannya huruf Braille pada handle

tangga dan petunjuk arah.

Dalam data yang diperoleh dari responden guru, komponen

aksesibilitas sekolah mendapatkan rata – rata skor 3,18 (Sedang), dan dari data

yang diperoleh dari responden siswa ABK, mendapatkan rata – rata skor 3,41

(Sedang) . Hal ini di karenakan rendahnya pemanfaatan dana yang telah

disediakan pemerintah yang khusus dialokasikan untuk pengembangan

infrastruktur pendidikan inklusi yang baik di sekolah. Hal ini dapat dilihat

dalam perolehan skor dalam point “penyediaan Guru Pembimbing Khusus

Page 67: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(GPK) oleh sekolah” serta “keberadaan guru lulusan PLB disekolah” yang

mana dalam point penyediaan GPK oleh sekolah hanya mendapatkan skor 2,95

(kurang), dan dalam poin keberadaan guru lulusan Pendidikan Luar Biasa

(PLB) hanya mendapatkan skor 2,65 (kurang) serta dalam point “penyediaan

GPK oleh sekolah” dari data yang diperoleh dari responden guru juga

mendapatkan nilai rata – rata rendah yaitu 2,8 (Kurang). Hal ini diperkuat

dengan pendapat dari “S” guru di SDN Sragen 2 yang menyatakan :

“Untuk guru lulusan PLB di sekolah ini belum ada, soalnya sekolah ini masih

baru dalam menerapkan inklusi”. (wawancara 5 Mei 2012).

Namun adapula sekolah yang menyediakan GPK lulusan PLB untuk

memberikan layanan pendidikan di Sekolahnya.

“Disini ada guru inklusinya mas,tapi datangnya setiap hari Kamis. Kalau hari –

hari biasa beliau mengajar di SLB Gemolong, tai kalau hari kamis mengajar di

sekolah ini. Data dan absen ABK juga yang bawa beliau”. ( “S.M” SD N

Karungan 1 wawancara 6 Juni 2012 ).

Sedangkan menurut permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 ayat 1

menyatakan “Pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit 1

(satu) orang guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang ditunjuk

untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif ”. Hal ini menunjukkan bahwa

kemudahan yang dapat ditawarkan dari pihak sekolah masih belum maksimal

guna memenuhi kebutuhan ABK.

2. Komponen Sarana dan Prasarana

Di dalam komponen ini terdapat data yang menyangkut sejauh mana

aliran dana dan bantuan dari pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusi, serta pengaplikasian bantuan dari pemerintah tersebut dalam

penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran inklusi yang

aksesibel bagi ABK. Berdasarkan data yang diperoleh dari reponden guru dan

responden siswa ABK, diketahui dalam komponen sarana dan prasarana

mendapatkan rata –rata skor 3,44 (Sedang) dan 3,35 (Sedang). Hal ini

menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dasar

inklusi di Kabupaten Sragen cukup baik terutama dalam hal media

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Sutjiono (2005) yang menyimpulkan

Page 68: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau

sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya

perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan

dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain,

media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia

dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan

karakteristik siswa.

Namun dalam point program satu GPK untuk satu ABK hanya

memperoleh rata – rata skor 2.15 (Kurang). “S.E.S”, guru SD N Pengkol 2

berkomentar

“Sekolah biasanya dapat bantuan berupa peralatan, seperti komputer dan LCD,

nanti setelah itu bantuan yang lain baru menyusul” (wawancara 23 mei 2012).

Menurut permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 ayat 4 “Pemerintah

dan pemerintah provinsi membantu dan menyediakan tenaga pembimbing

khusus bagi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusi yang

memerlukan sesuai dengan kewenangannya”. Kemudian hal tersebut diperkuat

dalam ayat 5 yang berbunyi “Pemerintah dan pemerintah provinsi membantu

meningkatkan kompetensi dibidang pendidikan khusus bagi pendidik dan

tenaga kependidikan pada satuan”. Bisa disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana yang disediakan oleh pemerintah bagi sekolah hanya meliputi aspek

alat bantu dan media ajar saja, namun untuk pemenuhan tenaga didik yang di

khususkan untuk siswa ABK masih belum berjalan dengan baik.

3. Komponen Model Layanan Pendidikan

Di dalam komponen model layanan pendidikan terdapat point – point

tentang layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada siswa ABK di

sekolah sebagai bentuk akomodasi dari sekolah bagi keberadaan siswa ABK.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, diketahui komponen model

memiliki skor rata – rata 2,94 (Kurang) dan 3,57 (Sedang). Point yang sama-

sama memiliki skor rata – rata kurang adalah dalam point pengajaran

keterampilan vokasional bagi siswa ABK. Di dalam point ini hanya diperoleh

rata – rata 2,7 dalam hasil perolehan data dari responden guru dan 2,93 dalam

data hasil responden siswa ABK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 69: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembekalan keterampilan khusus bagi siswa ABK kurang diperhatikan oleh

sekolah. Padahal hal ini sangat penting karena dengan dibekalinya siswa ABK

dengan suatu keterampilan khusus, diharapkan keterampilan tersebut dapat

dijadikan sebuah pegangan untuk mengarungi hidupnya kelak.

4. Komponen Model Pembelajaran

Di dalam komponen model pembelajaran mencakup tentang kurikulum

yang digunakan dalam mengajar siswa ABK, frekuensi pemberian program

pembelajaran individual (PPI) bagi siswa hingga Hasil belajar siswa ABK di

sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, diketahui

komponen model memiliki skor rata – rata 3,02 (Sedang) dan 2,77 (Kurang).

Hal yang mendasari kurang aksesibelnya model pembelajaran yang diterapkan

sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen dapat diketahui dari hasil belajar

siswa ABK yang kurang baik dikarenakan dalam pembelajaran bagi siswa

ABK masih menggunakan kurikulum untuk sekolah reguler.

Dari data yang diperoleh dari responden guru, point penerapan

kurikulum yang dikhususkan bagi siswa ABK memperoleh rata – rata 2,85

(Kurang) dan dalam point hasil belajar siswa ABK mendapat rata – rata 2,65

(Kurang). Sedangkan data yang diperoleh dari responden siswa ABK, point

penerapan kurikulum yang dikhususkan bagi siswa ABK memperoleh rata –

rata 2,6 (Kurang) dan dalam point hasil belajar siswa ABK mendapat rata – rata

2,46 (Kurang). Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan yang sedang namun

menunjukkan prestasi belajar yang buruk karena adanya umpan balik yang

tidak mendukung. Hal ini menunjukkan perlunya kajian yang lebih mendalam

terhadap aspek kepribadian dan lingkungan agar siswa dapat memiliki prestasi

belajar sesuai dengan potensinya (Fahmi, 2003).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

yang digunakan oleh sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen kurang

aksesibel bagi anak berkebutuhan khusus.

5. Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data yang diperoleh dari reponden guru dan responden

siswa ABK, diketahui komponen manajemen sumberdaya manusia

Page 70: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendapatkan rata – rata skor 3,59 dari responden guru dan 3,70 dari responden

siswa ABK, yang termasuk kategori sedang. Hubungan antara pihak sekolah,

masyarakat dan orang tua siswa berjalan dengan baik. Menurut pendapat

sukinah (2010), keterlibatan orang tua aktif terhadap pendidikan anak disekolah

sangat penting dalam kaitannya dengan negosiasi dalam mencari solusi

berkenaan dengan pendidikan anak baik di sekolah maupun di rumah.

Dalam permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 ayat 5 disebutkan

“Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat bekerjasama dan

membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguruan tinggi,

organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumah sakit dan pusat kesehatan

masyarakat, klinik terapi dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM),

dan masyarakat.” Didalam pelaksanaanya, kerjasama sekolah inklusi di

Kabupaten Sragen dengan instansi pendidikan khusus, panti rehabilitasi serta

klinik terapi masih kurang, sehingga masalah yang dialami oleh siswa ABK

belum bias terselesaikan dengan baik pula.

6. Komponen Sikap Anggota Sekolah

Berdasarkan data yang diperoleh dari reponden guru dan responden

siswa ABK, komponen sikap anggota sekolah memiliki skor rata – rata 3,79

(Sedang) dan 3,44 (Sedang). Komponen ini merupakan komponen yang

memiliki perolehan nilai rata – rata tertinggi. Di dalam komponen ini terdapat

point – point yang mendeskripsikan tentang hubungan interaksi siswa ABK

dengan anggota sekolah baik sesama siswa, hubungan siswa ABK dengan guru

hingga keadaan psikologis yang dialami siswa ABK di sekolah secara

keseluruhan. Di dalam komponen ini terdapat point yang mendapatkan nilai

rata – rata tertinggi yaitu point “hubungan siswa ABK dengan siswa normal”

yang mendapatkan skor rata – rata 4,5. Hal ini diperkuat dengan pendapat guru

SDN Pengkol 2 “S.E.S” yang berpendapat:

“Siswa ABK disekolah ini tidak dibeda – bedakan, hubungan dengan siswa

yang lain juga baik saat istirahat sering bermain bersama (wawancara 23 Mei

2012).

Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap anggota sekolah yang

ditujukan pada siswa ABK di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen sudah

Page 71: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

baik. Dengan nyamannya kondisi psikis siswa ABK saat berada di sekolah

dapat mempengaruhi proses belajar anak disekolah dengan baik. Apabila siswa

kusang nyaman di sekolah bukan tidak mungkin siswa akan kesulitan dalam

kegiatan belajarnya atau bahkan minder dan putus sekolah.

Berdasarkan hasil yang didapat dari kuisoner tentang aksesibilitas bagi

ABK dalam lingkup pendidikan inklusi di sekolah dasar inklusi di Kabupaten

Sragen kepada responden guru dan responden siswa ABK, diperoleh hasil sebagai

berikut :

No Responden Perolehan skor rata-

rata

Kategori

1 Guru 3.35 Sedang

2 Siswa ABK 3.44 Sedang

Tabel 4.6 Perbandingan hasil antar responden

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat aksesibilitas

yang dimiliki oleh sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen oleh responden

guru memperoleh skor 3,35 (Sedang) termasuk dalam kategori sedang dan

dinyatakan cukup aksesibel bagi siswa ABK. Sedangkan hasil yang didapat

dari responden siswa ABK memperoleh skor 3,44 (Sedang) sehingga jika

diambil rerata dari kedua responden diperoleh rata – rata skor 3,39 (Sedang).

Dengan ini dapat disimpulkan secara garis besar bahwa aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus dalam lingkup pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen

tahun 2012 cukup aksesibel.

Page 72: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang aksesibilitas bagi anak

berkebutuhan khusus dalam lingkup pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen,

diperoleh berbagai kesimpulan antara lain, lancarnya aliran dana khusus dari

pemerintah, serta hubungan baik siswa ABK dengan sekolah serta individu yang

berada dalamnya, merupakan faktor – faktor yang mendukung pelaksanaan

pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen. Sedangkan hal – hal yang berkaitan

dengan layanan pembelajaran bagi siswa ABK seperti minimnya lulusan PLB

yang bekerja di sekolah inklusi dan ketiadaan GPK di sekolah hingga model

pembelajaran yang kurang mendukung bagi siswa ABK, menjadi faktor paling

utama yang menghambat berjalannya program inklusi di sekolah dasar inklusi di

Kabupaten Sragen tahun 2012.

Ditinjau dari perolehan rata – rata skor penilaian dari penelitian tentang

aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus dalam lingkup pendidikan inklusi di

Kabupaten Sragen, menghasilkan skor rata – rata 3,35 (Sedang) yang diperoleh

dari responden guru dan skor rata – rata 3,44 (Sedang) yang diperoleh dari

responden siswa ABK menghasilkan skor total rata – rata 3,39 (Sedang) . Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aksesibilitas bagi anak berkebutuhan

khusus dalam lingkup pendidikan inklusi di Kabupaten Sragen tahun 2012 cukup

aksesibel.

B. Implikasi

Berdasarkan kajian teori serta melihat hasil penelitian ini, akan

disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.

dalam mempelajari bagaimana menyediakan layanan dalam sekolah inklusi yang

aksesibel.

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis merupakan dampak atau hubungan yang berkaitan

dengan kontribusi terhadap teori – teori tentang aksesibilitas bagi ABK dalam

56

Page 73: Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Lingkup ...... · diperoleh dari responden guru dan ... semua didapat dari usaha dan do’a ... -Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pendidikan inklusi seperti, memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca

mengenai layanan aksesibilitas yang baik bagi ABK dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusi, serta sebagai salah satu sumber acuan/referensi bagi peneliti

lain yang akan mengadakan penelitian mengenai aksesibilitas bagi ABK di

sekolah inklusi.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat menjadi masukan bagi sekolah

inklusi dalam penyediaan aksesibilitas yang baik bagi anak berkebutuhan khusus

khususnya sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen. Adapun implikasi praktis

yang didapat oleh siswa ABK adalah, siswa ABK dapat mengetahui bagaimana

bentuk pendidikan yang aksesibel baginya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran –

saran sebagai berikut:

1. Hasil rata – rata skor rendah yang diperoleh dalam komponen model

layanan pendidikan dari responden guru yaitu 2,94 (Kurang),

mengindikasikan bahwa sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sragen

perlu meningkatkan layanan pendidikan bagi siswa ABK seperti

penambahan jam tambahan khusus bagi siswa ABK, pemberian

pelajaran keterampilan khusus bagi siswa ABK, serta pemberian

pembekalan keterampilan vokasional sebagai bekal keterampilan

siswa ABK.

2. Rata – rata skor rendah yang diperoleh dalam komponen model

pembelajaran dari responden siswa ABK yaitu 2,77 (Kurang),

mengindikasikan bahwa terdapat hal – hal yang perlu di tingkatkan

antara lain, perlunya penambahan frekuensi pemberian PPI bagi

siswa ABK, pembedaan penerapan pembelajaran antara siswa ABK

dengan siswa normal, sekolah hendaknya tidak menyamakan standar

ketuntasan hasil belajar siswa ABK dengan siswa Normal.