AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke...

51
i AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN DESA (Studi di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Oleh Afdhalia Nurfitri Bestari 3312412028 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke...

Page 1: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

i

AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN DESA

(Studi di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal)

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh

Afdhalia Nurfitri Bestari

3312412028

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke

sidang panatia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Eko Handoyo, M.Si Puji Lestari, S.Pd., M.Si

NIP. 196406081988031001 NIP. 197707152001122008

Ketua Jurusan

Politik dan Kewarganegaraan

Drs. Tijan, M.Si

NIP. 196211201987021001

Page 3: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke

sidang panatia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Dosen Penguji I

Drs. Sumarno, M.A

NIP. 19561010 1985031 003

Dosen Penguji II Dosen Penguji III

Dr. Eko Handoyo, M.Si Puji Lestari, S.Pd., M.Si

NIP. 196406081988031001 NIP. 197707152001122008

Dekan,

Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA

NIP. 196308021988031001

Page 4: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2017

Afdhalia Nurfitri Bestari

NIM. 3312412028

Page 5: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Only God can keep your heart, remember your God and God always remember

you.” (Afdhalia Nurfitri Bestari)

Persembahan

Seberkas cinta bertaburan dalam karya ini, yang ananda persembahkan untuk :

1. Ayahanda Rony Yudiyantoro RS, S.Sos dan Ibunda Eni Setiyawati yang telah

memayungi dan mendekap ananda dengan do’a dan titikan air mata serta cinta

kasih sayang yang tak pernah padam.

2. Adik Ryesendra Hadyan Adiwidya Wicaksono, adik sepupu Rizqy Andrian

Pramana, Sari Fitri Fatimah, Ramadhan Ar Rasyid, Maulyta Wiraasti,

Fernanda Dwi Aulia Fajar, Maulana Alfasyahrial, Mufajar Tyas Adityanto,

Bryant Pradananta Wirajjudha Nayakatama, Ryland Wirrajudha Natanegara,

Karen Aulia Rahmananta, Hanania Sekar Asmanda, Om, Bulik, terimakasih

telah menjadi penyemangatku.

3. Mbah Rochmad Sukardi, Mbah Utami, Mbah Slamet Riyadi, Mbah Sunarti,

Alm. Mbh Soetam, Mbah Chasanah dan segenap keluarga serta sahabat

Mukhamad Ali Afif, Mahmudah, Menik Fatullatifah, Regina Singestecia, Adi

Prayitno, Chandra Kartika Kusman, Arum Roudlotul Jannah terimakasih telah

menjadi pelangi yang mewarnai hidupku. Kehidupanku adalah bingkaian

warna cinta dari mereka semua.

Page 6: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Akseptabilitas dan Kapabilitas

Kepala Desa Perempuan dalam Pemerintahan Desa (Studi di Desa Mindaka

Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal)” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bimbingan

dari banyak pihak, maka perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di

UNNES hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Tijan, M.Si Selaku Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan dan motivasi sehingga penulis dapat dengan

lancar menyelesaikan penyusunan skripsi.

4. Dr. Eko Handoyo, M.Si selaku dosen pembimbing I dengan sabar telah

memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, motivasi dan semangat

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Page 7: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

vii

5. Puji Lestari, S.Pd, M.Si selaku dosen Pembimbing II dengan sabar telah

memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, motivasi dan semangat

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

6. Drs. Sumarno, M.A. selaku dosen penguji utama yang memberikan

pengarahan dan masukan pada saat ujian skripsi ini.

7. Bapak Ibu dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu

Sosial yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang tak

ternilai harganya selama belajar di Jurusan Politik dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

8. Ibu Nur Yamah selaku Kepala Desa Mindaka yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melaksanaakan penelitian sampai selesainya

penulisan skripsi dengan baik.

9. Masyarakat Desa Mindaka yang telah bersedia memberikan informasi

dalam penelitian ini. Sahabat-sahabatku Mukhamad Ali Afif, Mahmudah,

Menik Fatullatifah, Regina Singestecia, Adi Prayitno, Chandra Kartika

Kusman, Arum Roudlotul Jannah dan semua sahabat yang selalu berbagi

baik dalam suka maupun duka selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuanganku Ilmu Politik angkatan 2012 dan Jurusan

Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial terimakasih untuk

kobaran api semangatnya UNNES.

11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu

terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Page 8: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

viii

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan

perkembangan pendidikan pada umumnya. Amin.

Semarang, Januari 2017

Penulis

Page 9: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

ix

SARI

Bestari, Afdhalia Nurfitri. 2017. Akseptabilitas dan Kapabilitas Kepala Desa Perempuan dalam Pemerintahan Desa (Studi di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Skripsi. Jurusan Politik Kewarganegaraan. Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing Dr. Eko Handoyo, M.Si dan Puji Lestari, S.Pd, M.Si, 98

halaman.

Kata Kunci: Akseptabilitas, Kapabilitas,Kepemimpinan Perempuan, Kepala Desa Perempuan

Budaya patriarki yang berkembang di Indonesia dimana kaum laki- laki

lebih memiliki kekuatan untuk memimpin dan kaum laki- laki lebih mendominasi

dibanding kaum perempuan. Hal tersebut menimbulkan stereotip dimana

masyarakat menganggap perempuan itu lemah tidak bisa berfikir rasional serta

dipandang nomer dua. Untuk itu terjadilah diskriminasi perempuan di ranah

politik. Perempuan dianggap tidak layak dan tidak mampu sebagai pemimpin.

Karena itu perlu adanya kajian mengenai kepimimpinan perempuan dalam

penelitian ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Mengkaji akseptabilitas

kepala desa perempuan di dalam pemerintahan Desa Mindaka Kecamatan Tarub

Kabupaten Tegal. (2) Mengkaji kapabilitas kepala desa perempuan di dalam

pemerintahan Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Fokus dalam penelitian ini adalah akseptabilitas masyarakat desa terhadap

kepala desa perempuan serta kapabilitas dari seorang kepala desa perempuan

sebagai pemimpin di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi lapangan, dan

dokumentasi. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa akseptabilitas keberadaan pemimpin

perempuan sudah mulai diterima oleh masyarakat. Terjadinya realitas sosial

mengenai pemimpin perempuan khususnya di Desa Mindaka dijelaskan melalui

tiga momen dialektis dari Peter Berger, yaitu eksistensi, objektivitas, dan

internalisasi. Kapabilitas kepala desa perempuan dalam memimpin desanya

berasal dari pengalaman berorganisasi yang dimiliki serta gaya kepemimpinan

Kepala Desa Mindaka yang memfokuskan perhatiannya kepada transaksi

interpersonal antar pemimpin dengan masyarakat yang melibatkan hubungan

pertukaran pemilihannya dengan adanya organisasi masyarakat.

Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah: Kepada Masyarakat

Perempuan Desa Mindaka untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam

kegiatan keorganisasian agar menjadi perempuan yang aktif dan menciptakan

suasana baru dengan melahirkan pemimpin – pemimpin perempuan dari generasi

ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar

menciptakan suatu yang erat antar pemerintahan Desa Mindaka dengan

Masyarakat dengan tujuan terciptanya kedekatan serta pemahaman secara tidak

langsung bahwa pemimpin perempuan juga mampu membangun desa.

Page 10: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA .......................................................................................................... vi

SARI .................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

Page 11: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xi

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

1.5. Batasan Istilah ......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

2.1. Landasan Konseptual ............................................................................... 10

2.2. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 22

2.3. Kerangka Berfikir ................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

3.1. Latar Penelitian ....................................................................................... 32

3.2. Fokus Penelitian ...................................................................................... 33

3.3. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 38

3.5. Uji Validitas Data ................................................................................... 50

3.6. Metode Analisis Data .............................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 58

4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58

4.1.1. Gambaran Umum Desa Mindaka ................................................ 58

4.1.2. Profil Kepala Desa Mindaka... .....................................................60

4.1.3. Akseptabilitas Kepala Desa Mindaka dalam Pemerintahan

Desa ................................................................................................ 69

Page 12: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xii

4.1.3.1. Keberterimaan Masyarakat terhadap Kepemimpinan Kepala

Desa Mindaka.......................................................................... 69

4.1.3.2. Pendapat Masyarakat yang Menolak Kepemimpinan

Kepala Desa Mindaka.............................................................. 73

4.1.4. Kapabilitas Kepemimpinan Kepala Desa Mindaka dalam

Pemerintahan Desa............................................................................ 75

4.2. Pembahasan ............................................................................................. 86

4.2.1. Akseptabilitas Kepala Desa Mindaka dalam Pemerintahan

Desa ................................................................................................. 86

4.2.2. Kapabilitas Kepala Desa Mindaka dalam Pemerintahan Desa

...................................................................................................... 90

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 95

A. Simpulan ............................................................................................... 95

B. Saran ..................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 99

Page 13: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xiii

DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 : Kerangka Berfikir .......................................................................... 31

Tabel 3.1 : Komponen dalam Analisis Data (Interaction Model) .................... 57

Page 14: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Daftar Informan Kunci ................................................................... 35

Tabel 3.2 : Daftar Informan Utama .................................................................. 35

Tabel 3.3 : Daftar Informan Pendukung .......................................................... 37

Tabel 3.4 : Daftar Hasil Wawancara ................................................................ 46

Tabel 4.1 : Daftar RW Desa Mindaka .............................................................. 58

Page 15: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. : Wawancara dengan Kepala Desa Mindaka (Nur Yamah) ........ 64

Gambar 4.2. : Wawancara dengan Bapak Wuswanto, S,Pd.............................. 70

Gambar 4.3. : Wawancara dengan Bapak Heru Setiyawan ............................... 71

Gambar 4.4. : Wawancara dengan Bapak Karmadi ........................................ 74

Gambar 4.5. : Papan Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa Mindaka ...................................................................................... 80

Gambar 4.6. : Pengaspalan Desa Mindaka RW 1 ............................................ 81

Gambar 4.7. : Pengaspalan Desa Mindaka RW 2 dan RW 3 ........................... 83

Gambar 4.8.: Pengaspalan Desa Mindaka RW 4 ................................................ 83

Gambar4. 9. : Pembangunan Makadam Desa Mindaka ...................................... 84

Gambar 4.10.: Pavingisasi Desa Mindaka RW 4 ............................................... 85

Gambar 4.11. : Draenase Desa Mindaka RW4 RT 2 .......................................... 86

Page 16: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 99

INSTRUMEN PENELITIAN ............................................................................ 100

PEDOMAN WAWANCARA ............................................................................ 112

DAFTAR INFORMAN ..................................................................................... 115

FOTO DOKUMENTASI ................................................................................... 123

SURAT - SURAT ............................................................................................... 128

Page 17: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada zaman kemajuan sekarang ini, para perempuan ikut serta mengambil

bagian dalam membangun rumah tangga masyarakat dan negara. Kepemimpinan

perempuan merupakan fenomena kemasyarakatan yang berpengaruh dalam

pembagian kerja terhadap perkembangan corak dan arah kehidupan masyarakat.

Pembagian kerja yang demikian sejak dulu kala sudah ada, tetapi dalam

perkembangannya pembedaan itu lebih mengukuhkan dominasi salah satu pihak

terhadap pihak lain. Oleh karena itu sering dijumpai adanya satu kelompok

memainkan lebih dari satu peran, sedangkan kelompok lainnya tidak demikian.

Konstruksi sosial perempuan dan image kaum perempuan melahirkan

konsep stereotip dilihat dari berbagai sektor. Image yang kebanyakan merupakan

stereotip tentang perempuan akhirnya ”ditarik” ke dunia publik termasuk di dunia

politik bahwa perempuan “tidak layak memimpin, karena perempuan tidak

rasional dan tidak dapat mengendalikan emosinya”. Akhirnya timbul ketimpangan

gender di berbagai sektor (Astuti, 2011:16).

Pandangan tersebut bahkan mendapatkan legitimasi dari adanya ideologi

gender yang sudah dianggap baku oleh masyarakat. Menurut Astuti (2011: 16),

faktor utama yang menghambat kesempatan perempuan untuk terjun dalam dunia

politik yaitu pandangan stereotip bahwa dunia politik adalah dunia yang keras,

memerlukan akal, dunia yang penuh debat, dan membutuhkan pikiran-pikiran

Page 18: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

2

cerdas, yang kesemuanya itu diasumsikan milik laki-laki bukan milik perempuan.

Perempuan tidak pantas berpolitik karena perempuan adalah penghuni dapur atau

domestik, tidak bisa berfikir rasional dan kurang berani mengambil resiko,

kesemuanya itu sudah menjadi stereotip perempuan. Apalagi dalam hal

memimpin atau menjadi seorang pemimpin di suatu wilayah atau desa.

Kegusaran laki-laki atas posisi yang dipersamakan dengan perempuan

nampak jelas pada pola relasi politik gender yang dikonstruksikan. Dominasi laki-

laki dalam tubuh privat rumah tangga maupun publik menjadi simbol superioritas

kekuasaan laki – laki pada ruang yang perempuan dianggap tidak mampu dan

tidak pantas menjamahnya. Namun ada hal yang unik ketika perempuan yang

menjadi pemimpin sebagaimana yang terjadi Desa Mindaka Kecamatan Tarub

Kabupaten Tegal.

Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada seorang pemimpin yang

berupa suatu sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability),

dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan

(activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (position)

serta perilaku pemimpin itu (Kaloh J, 2009). Fenomena perempuan terjun ke

dunia politik sebagai kepala desa memberikan motivasi yang berbeda dalam

konstruksi gender di Desa Mindaka. Perempuan mulai berani terjun ke dalam

ranah politik yang implikasinya menjadikan perempuan memiliki peran ganda.

Perempuan dianggap turut memiliki akses dalam memimpin dan mengontrol

pendayagunaan sarana prasarana sosial. Interpretasi progresif dari perempuan,

yang pada awalnya digambarkan sebagai sosok lemah, bodoh, dan dinomor

Page 19: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

3

duakan menjadi insan yang dianggap memiliki kapasitas mumpuni bahkan dalam

ruang privat kehidupannya (domestik-publik).

Hadirnya kepala desa perempuan memungkinkan perempuan untuk turut

menunjukkan eksistensinya dalam dunia politik ditengah hegemoni kaum laki-

laki dengan bekal intelektual, profesionalitas dan keterampilan yang ada, meski

dalam rangkaian relasi sosialnya kepala desa perempuan masih terkungkung

dalam persepsi tradisional dan konservatif yang mengagungkan supremasi laki –

laki (kepala desa laki- laki) atas perempuan (kepala desa perempuan). Sehingga

keberadaannya bukan sebagai jatidiri yang independen, namun tetap bersandar

dan melengkapi peran laki - laki (kepala desa perempuan) dalam sebuah

kepemimpinan di desa.

Cara pandang masyarakat yang hegemonis ini, lebih menitikberatkan pada

penempatan kepala desa perempuan sebagai aktor sosial yang pasif, bukan sebagai

makhluk yang aktif, yang tidak begitu saja menyerah pada ketentuan struktur dan

kultur. Namun hal tersebut tidak dirasakan sebagai suatu sistem yang secara

langsung menekan dan men-subordinasikan perempuan, karena status dan peran

perempuan telah terbatasi oleh persepsi masyarakat yang dilingkupi oleh nilai -

nilai patriarkis.

Secara tidak langsung, perempuan yang berpolitik dianggap sebagai

kompetitor dalam proses pendayagunaan sarana prasarana sosial. Oleh karenanya,

interpretasi akseptabilitas dan kapabilitas kepemimpinan perempuan yang

dicondongkan kearah patriarkis menjadi sebuah “realitas objektif” yang harus

diterima oleh masyarakat meskipun harus melanggengkan ketimpangan gender

Page 20: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

4

dalam relasi sosial yang ada. Apresiasi yang begitu rendah dan penghormatan

semu terhadap eksistensi kepala desa perempuan seakan menjadi hal yang wajar

oleh konsep kekuasaan dalam budaya patriarki. Seiring berkembangnya zaman

perempuan berpolitik muncul sebagai pemimpin perempuan merubah pandangan

khalayak tentang persepsi perempuan bahwa aktifitas perempuan tidak hanya

berada dirumah dan laki – laki beraktifitas diluar rumah. Munculnya wajah

perempuan di berbagai profesi semakin menguatkan eksistensinya di panggung

publik.

Perempuan yang terjun di dunia politik, pada umumnya diasumsikan

sebagai kaum marginal. Kepala desa perempuan memberikan suatu pandangan

konsep dari sebuah gaya kepemimpinan yang berbeda pada umumnya. Pemimpin

perempuan membuktikan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh perempuan tidak

kalah dengan kemampuan yang dimiliki oleh laki- laki. Oleh karenanya

perempuan mempunyai peran strategis dalam pencapaian bentuk kekuasaan

politik ketika dia memiliki prestasi dan ketrampilan yang mendukung

kompetensinya sebagai seorang pemimpin. Biasanya perempuan terkadang lebih

mencari garis aman dengan menduduki posisi yang tidak terlalu memiliki

tanggungjawab yang besar. Sama halnya dengan keikutsertaan perempuan untuk

maju menjadi pemimpin yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penelitian yang dilakukan oleh Partini dalam bukunya yang berjudul Bias

Gender dalam Birokrasi mengungkapkan bahwa sebagian besar PNS perempuan

tidak menginginkan menjadi orang teratas karena resiko yang di tanggung terlalu

berat. Pada lingkup DIY, jika ada perempuan yang menginginkan jabatan

Page 21: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

5

struktural, lebih senang pada tingkat menengah kebawah, misalnya Kakanwil

(Kepala kantor wilayah), Kepala Dinas, dan semacamnya, karena resiko dan

tanggungjawabnya tidak seberat pimpinan atas. Hal ini menunjukan bahwa hanya

sedikit perempuan yang berambisi dan berani untuk menjadi seorang pemimpin.

Banyak cara yang ditempuh para perempuan untuk mengapresiasikan

kemampuannya dalam memimpin dunia kerja. Perempuan berpolitik

membuktikan bahwa dirinya tidak selemah dengan apa yang dipandang oleh

masyarakat selama ini. Desa yang dipimpin oleh seorang perempuan membuka

mindset kita terhadap suatu asumsi bahwa perempuan juga bisa menjadi

pemimpin rakyat tanpa mengesampingkan peranannya sebagai istri. Sebagaimana

yang terjadi di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul

“Akseptabilitas dan Kapabilitas Kepala Desa Perempuan dalam Pemerintahan

Desa (Studi di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana akseptabilitas Kepala Desa perempuan di dalam Pemerintahan

Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal?

2. Bagaimana kapabilitas Kepala Desa perempuan di dalam Pemerintahan

Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal?

Page 22: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

6

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji akseptabilitas kepala desa perempuan di dalam pemerintahan

Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

2. Mengkaji kapabilitas kepala desa perempuandi dalam pemerintahan Desa

Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu politik khususnya mengenai kajian politik gender dan

konstruksi sosial dalam kaitan dengan akseptabilitas dan kapabilitas kepala

desa perempuan dalam pemerintahan desa.

2. Secara Praktis

A. Bagi Penulis

Penulis mendapatkan pengalaman serta mengetahui secara langsung

akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan dalam pemerintahan

desa di Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

B. Bagi Masyarakat

Memberikan sebuah deskripsi yang verstehen dan aktual mengenai urgensi

peran Kepala Desa Perempuan, sehingga diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pengetahuan bagi pemangku kebijakan dan masyarakat umum

untuk mencari sebuah solusi dalam mengatasi berbagai masalah, berupa

Page 23: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

7

perlakuan diskriminatif dan peran gender seorang Kepala Desa Perempuan

dilihat dari aspek akseptabilitas dan kapabilitas yang dimilikinya.

C. Bagi Civitas Akademika

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang

sejenis dan menambah referensi mata kuliah terkait.

1.5. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian maka perlu diberi

penegasan istilah dalam batasan sebagai berikut :

1. Akseptabilitas

Akseptabilitas memiliki makna keterimaan, kecocokkan dan kepantasan.

Dalam hal ini, keikutsertaan perempuan dalam pilkada mengisyaratkan

akseptabilitas perempuan dalam jabatan publik. Akseptabilitas perempuan dalam

jabatan publik setidaknya ditentukan oleh beberapa aspek. Pertama, perempuan

setidaknya telah memiliki ambisi personal, sebuah tahapan yang penting untuk

mendapatkan kekuasaan politik. Kedua, adanya peluang jabatan yang

memungkinkan perempuan muncul sebagai kandidat politik. Dalam konteks ini

perempuan setidaknya memiliki estimasi sumber-sumber politik sehingga bisa

mengkampanyekan dirinya dalam proses kandidasi. Ketiga, dukungan organisasi

politik yang memungkinkan perempuan dicalonkan oleh partai politik. Dukungan

menjadi sangat penting untuk membantu perempuan memutuskan untuk

mendapatkan jabatan (Hayunta dan Wasono, 2011 : 37).

Page 24: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

8

2. Kapabilitas

Kapabilitas adalah daya respon atau gabungan komponen yang sangat

berkaitan erat dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan atau beradaptasi

dengan lingkungannya yang berubah. Jadi konsep kapabilitas menunjukkan

adanya kelenturan dan dinamis (flexibility and dinamic) dalam kemampuan.

Kapabilitas memiliki arti yang sama dengan Kompetensi, yaitu Kemampuan.

Namun pemaknaan kapabilitas tidak sebatas memiliki keterampilan (skill) saja

namun lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar benar

menguasai kemampuannya dari titik kelemahan hingga cara mengatasinya (Yuni,

2010: 254).

3. Kepala Desa Perempuan

Kepala desa perempuan merupakan pimpinan penyelenggaraan

pemerintahan desa yang berjenis kelamin perempuan, yang memperoleh jabatan

sebagai pemimpin berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan

dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki

wewenang mendapatkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama

BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

oleh penduduk desa setempat (Mahmudi, 2011 : 7).

4. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan

keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu

Page 25: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

9

adanya Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan

pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda

pemerintahan berjalan dengan optimal Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa

dan Perangkat Desa, yakni terdiri atas sekretaris desa dan perangkat lainnya

(Purwanti Iga, 2013: 3).

Page 26: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Konseptual

2.1.1. Konsep Gender

Gender menjadi isu penting dan istilah yang sering diperbincangkan akhir-

akhir ini. Gender telah memasuki perbendaharaan di setiap diskusi dan tulisan

sekitar perubahan sosial dan pembangunan di Dunia Ketiga. Demikian juga di

Indonesia, hampir semua uraian tentang program pengembangan masyarakat

maupun pembangunan di kalangan organisasi non pemerintah diperbincangkan

masalah gender. Namun dari pengamatan, masih banyak terjadi kesalahpahaman

tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan

perjuangan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dan keadilan.

Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan

dengan perempuan, sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju

kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa

harus melibatkan laki-laki. Kesalahpahaman tentang konsep gender ini sebagai

akibat dari belum dipahaminya secara utuh atau kurangnya penjelasan tentang

konsep gender dalam memahami sistem ketidakadilan sosial dan hubungannya

dengan ketidakadilan lainnya. Oleh karena itu untuk memahami konsep gender

harus dibedakan kata gender dengan kata seks (Dewi Rostyaningsih, 2010 : 2).

Page 27: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

11

2.1.2. Pengertian Gender

Jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin

tertentu.Jenis kelamin laki-laki memiliki penis, jakala (kala menjing) dan

memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti

rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan

memunyai alat menyusui.Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada jenis

kelamin laki-laki maupun perempuan, artinya secara biologis alat-alat tersebut

tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki maupun

perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis

atau dapat dikatakan dengan kodrat (Fakih, 2012: 7-8).

Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran,

kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan

melaui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009). Sedangkan

menurut Oakley (1972) dalam Fakih (1999), gender adalah perbedaan perilaku

antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, yakni

perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan

oleh manusia melalui proses sosial dan kultural.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Irwan (2009:46) mengatakan bahwa gender

adalah perbedaan konsep tentang kepatuhan bagi perempuan dan laki- laki dalam

segala hal yang lebih banyak dipengaruhi oleh adat, tradisi, dan lingkungan

tempat mereka tinggal. Analisis gender pada dasarnya memberikan makina ,

konsepsi , asumsi, ideologi, dan praktik hubungan baru antara kaum perempuan

Page 28: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

12

dan laki- laki serta implikasinya terhadap aspek- aspek kehidupan lainnya yang

lebih luas. Gender menyangkut masalah sifat yang diberikan dan terwaris secara

kultural.

Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya

patriarkhal. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah

daripada laki- laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas

perempuan diberbagai bidang kehidupan (Muniarti, 2004:5)

2.1.3. Gender Stereotip

Menurut Astuti (2011: 3), konsep gender adalah suatu sifat yang melekat

pada laki-laki dan perempuan karena dikonstruksikan secara sosial dan kultural,

karena konstruksi tersebut berlangsung secara terus-menerus dan dilanggengkan

dalam berbagai pranata sosial, maka seolah-olah sifat yang melekat pada kaum

laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh keduanya.

Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, nrimo,

manut, dan tidak neka-neka. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

dan perkasa. Sebenarnya ciri atau sifat itu sendiri merupakan sifat yang dapat

dipertukarkan. Perubahan sifat-sifat yang dikonstruksikan pada laki-laki dan

perempuan tersebut dapat berubah dari tempat ke tempat lain, dari waktu ke waktu,

dan dari masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara

sifat laki-laki dan perempuan, bisa berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke

tempat lain merupakan pengertian konsep gender.

Perbedaan gender terkadang mengakibatkan ketidakadilan gender pada laki-

laki maupun perempuan, salah satunya stereotip atau pelabelan negatif. Menurut

Page 29: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

13

Astuti (2011:5), stereotip merupakan anggapan mengenai individu atau kelompok

atau obyek. Stereotip yang ada sampai saat ini adalah kerancuan membedakan

antara konsep gender dan kodrat, sayangnya stereotip ini lebih banyak yang

bersifat negatif untuk perempuan dan positif untuk laki-laki. Implikasi dari

pelabelan tersebut biasanya mengarah pada perbedaan peran-peran sosial baik

untuk laki-laki maupun perempuan. Terdapat peran-peran tertentu dalam

masyarakat, pendidikan, pekerjaan, yang hanya pantas untuk perempuan dan

sebaliknya juga ada yang pantas untuk laki-laki.

Menurut Inge Broverman (dalam Astuti, 2011: 85), penstereotipan

mengenai peran jenis kelamin yang berkaitan dengan ciri pribadi sangat luas

cakupannya. Sifat-sifat yang baik cenderung dilekatkan kepada laki-laki, sehingga

laki-laki mampu membentuk kelompok yang unggul, sementara ciri perempuan

membentuk kelompok yang hangat-ekspresif. Dengan demikian, perempuan

memiliki keterbatasan untuk bisa terjun ke dalam dunia publik, sehingga

perempuan merupakan nomordua atau tersubordinasi oleh laki-laki.

Subordinasi merupakan keyakinan salah satu jenis kelamin dianggap lebih

penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin yang lain, misalnya

keyakinan bahwa perempuan lebih rendah dan karenanya tidak sederajad dengan

laki-laki (Astuti, 2011:90). Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau

emosional, sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat

munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting

(Fakih, 2012: 15).

Page 30: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

14

2.1.4. Konsep Kepemimpinan

Kepemimpinan Bernard M. Bass (Bass,1990) menyatakan bahwa

pemimpin / leaders adalah agen perubahan, seorang yang bertindak untuk

mempengaruhi orang lain, sementara perbuatan kepemimpinan

/ Leadership terjadi apabila seorang anggota group melakukan modifikasi

terhadap motivasi atau kompetensi orang lain di dalam group tersebut. Pemimpin

merupakan orang yang mampu mempengaruhi orang-orang disekitarnya

khususnya bagian dari kelompoknya. Seorang pemimpin juga layaknya layar pada

perahu yang mampu membawa, mendorong, dan memanfaatkan daya disekitarnya

untuk menggerakkan anggota kelompoknya menuju visi dan misinya. Seorang

pemimipin adalah agen perubahan, dimana kelompoknya menaruh harapan-

harapan mereka pada sosok pemimpinnya. Seorang pemimpin harus mampu

merespon perubahan yang terjadi secara konstan dan memimpin organisasi

mereka, tidak sekedar bertahan hidup tetapi mentransformasi struktur, fungsi,

pendanaan, dan metode yang dapat mengantarkan organisasi secara efektif meraih

misinya (trautmann, 2007).

Kepemimpinan suatu daerah tertentu dan menunjukan eksistensinya, baik

sebagai pemimpin organisasi pemerintahan dalam mengayomi, melindungi, dan

melayani masyarakat maupun dalam memimpin organisasi administrasi

pemerintahan. Hal ini menunjukan urgensi dan eksistensi kepemimpinan Kapala

Daerah dalam mewujudkan tujuan organisasi administrasi pemerintahan daerah

dan peningkatan kehidupan serta kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan

keberhsilan tersebut, Kepala Daerah memerlukan kemampuan untuk menggerakan

Page 31: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

15

dan mengarahkan setiap anggota masyarakat dan seluruh aparatur untuk meraih

keberhasilan tersebut.

Kemampuan manajerial Kepala Daerah yang tampak dalam merencanakan,

menggerakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi serta mengendalikan kegiatan

di lingkungan organisasi pemerintah daerah sangat dipengaruhi oleh perilaku

(behaviour) Kepala Daerah sebagai kegiatan nyata yang dilakukan pemimpin di

dalam jabatannya. Konsep Yulk (1989) tentang perilaku kepemimpinan, yaitu

menyebarkan informasi (informing); merencanakan (planning); mengorganasir

(organizing); memecahkan masalah (problem solving); merumuskan peranan dan

tujuan (clarifying); memonitoring (controlling); memotivasi (motivating);

mencegah konflik dan mengembangkan kelompok (managing conflict and team

building); serta membuat jaringan (networking) (Kaloh J, 2009).

Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada seorang pemimpin yang

berupa suatu sifat tertentu, seperti: kepribadian (personality), kemampuan

(ability), dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan adalah serangkaian

kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan

(position) serta perilaku pemimpin itu. Kepemimpinan adalah serangkaian

kegiatan (activity) pemimpin yang terkait dengan kedudukan (posisi) serta gaya

atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebagai proses

antarhubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan, dan situasi (Kaloh J,

2009).

Pemimpin dan kepemimpinan, dua kata yang saling mempunyai keterkaitan

satu sama lain, ada batasan kriteria dari makna yang terkandung pada keduanya.

Page 32: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

16

Yang satu (pemimpin) berhubungan dengan subyek (personalifikasi) dengan

segala kriteria dan batasan terhadap tampakan kemampuan atas dasar “kekuatan”

yang dimilki personal yang bersangkutan.

2.1.5. Kepemimpinan Transaksional

Burns 1978 Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara

pemimpin konstituen maupun antar pemimpin dengan elit politik lainnya yang

dilandasi oleh semngat pertukaran kepentingan ekonomi atau politik untuk

memelihara atau melanjutkan status quo.

1. Pengertian menurut Beycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995)

Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang

pemimpin memfokuskan perhatiannya kepada transaksi interpersonal antar

pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran

tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja

dan penghargaan.

Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan transaksional sebagai cara yang

digunakan seseorang pemimpin dalam menggerakan anggotanya dengan

menawarkan imbalan atau akibat konstribusi yang diberikan oleh anggota kepada

organisasi.

2. Unsur –unsur kepemimpinan

A. Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual.

B. Unsur prestasi yang terukur.

C. Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas. (Burns 1978)

Page 33: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

17

2.1.6. Kepemimpinan Transformasional

Kemampuan melakukan transformasi aneka sumber daya sekolah

dimutlakkan dalam kerangka kepemimpinan sekolah yang dikelola secara berbasis

MBS. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna

mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda

misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, potensi

menjadi aktual, laten menjadi manifes, dan sebagainya. Transformasional,

karenanya, mengandung makna sifat- sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi

bentuk lain, misalnya mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif

berprestasi menjadi prestasi riil (Burns, 1978).

2.1.7. Kepemimpinan Perempuan

Pemimpin merupakan seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan

kelebihan, sehingga memunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan

dan membimbing bawahannya. Selain itu, seorang pemimpin mendapatkan

dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakkan bawahan ke arah tujuan

tertentu (Kartono, 2011: 38). Kepemimpinan merupakan hubungan antar manusia,

yaitu hubungan memengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhtaatan para

pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para

pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara

spontan rasa ketaatan pada pemimpin (Kartono, 2011: 2).

Menurut Kartono (2011: 57), kepemimpinan memiliki beberapa unsur,

yaitu:

1. Kemampuan memengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok.

Page 34: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

18

2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain.

3. Dapat mencapai tujuan organisasi kelompok.

Unsur-unsur kepemimpinan di atas dapat dihubungkan dengan penelitian

tentang persepsi masyarakat terhadap kepemimpinan kepala desa perempuan,

yaitu:

1. Kemampuan kepala desa perempuan dalam memengaruhi orang lain,

bawahan atau masyarakat.

2. Kemampuan kepala desa perempuan dalam mengarahkan tingkah laku

bawahan atau masyarakat.

3. Kemampuan kepala desa perempuan dalam mecapai tujuan kelompok

masyarakat.

Kepemimpinan perempuan, legitimasinya masih belum diakui oleh

masyarakat. Secara kuantitatif, perempuan merasa sulit untuk terjun di dunia

publik secara maksimal, ketika ada konstruksi atau budaya yang menganggap

bahwa perempuan mempunyai tanggung jawab mengurusi urusan domestik.

Misalkan gugatan sebagian kaum feminisme untuk mendapatkan suara tersendiri

(kuota perempuan) dalam pemilu. Oleh sebab itu, pandangan sebagian feminis

bahwa perempuan tidak seharusnya terjun dalam dunia publik disebabkan oleh

konstruksi sosial perlu dilihat dalam konteks filsafat budaya masyarakat dan

pandangan agama yang memengaruhi konstruksi sosial masyarakat (Faiqoh, 2003:

108).

Salenda (2012) menjelaskan bahwa, ulama pada zaman klasik memandang

kedudukan perempuan sebagai warga masyarakat kelas dua, sehingga tidak

Page 35: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

19

berhak untuk diangkat menjadi pemimpin. Akan tetapi, seiring perubahan zaman,

ternyata perempuan telah sanggup menunjukkan kemampuannya setara dengan

laki-laki. Karena itu, tidak ada alasan bagi ulama untuk memandang perempuan

sebagai bagian masyarakat yang termarginal. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi

masyarakat, sehingga persepsi mereka tentang perempuan mengalami perubahan

dengan menerima kepemimpinan perempuan. Semua itu, tidak dapat dilepaskan

dari pengaruh perubahan dan pola hidup masyarakat terhadap perkembangan

pemikiran ulama dalam hukum islam khususnya mengenai kepemimpinan.

2.1.8. Konsep Konstruksi Sosial

Penelitian mengenai akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan

dalam suatu pemerintahan desa di Desa Mindaka Kabupaten Tegal ini mengacu

pada teori Berger dan Luckmann tentang konstruksi sosial, Menurut Peter

BergerTeori konstruksi sosial (sosial construction)merupakan teori sosiologi

kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini

terkandung pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan

dan pengetahuan merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan

adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui

memiliki keberadaan (being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung kepada

kehendak manusia; sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomen-

fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik (2013:1).

Konstruksi sosial menurut Berger dan Luckmann (2013) ialah suatu proses

pemaknaan yang dilakukan oleh setiap individu terhadap lingkungan dan aspek

diluar dirinya,yakni makna subyektif dari realitas obyektif di dalam kesadaran

Page 36: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

20

orang yang menjalani aktifitas kehidupan sehari- hari. Teori L. Berger memiliki

tujuan untuk mendefinisikan kembali pengertian pengertian kenyataan dan

pengetahuan dalam konteks sosial.

Berger dan Luckmann (2013:83) berpandangan bahwa kenyataan itu

dibangun secara sosial , dalam pengertian individu- individu dalam masyarakat

yang telah membangun masyarakat, maka pengalaman individu tidak dapat

terpisahkan dengan masyarakat. Manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang

objektif melalui 3 (tiga) momen dialektis yang simultan, yaitu:

1) Eksternalisasi merupakan usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia

kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik . Proses

inimerupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu

dalam masyarakat.

2) Objektivitas merupakan hasil yang telah dicapai berupa realitas objektif

yang mungkin akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu

faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang

menghasilkannya.Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang

objektif atau proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang

dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.

3) Internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam

kesadaran sedemikian rupa, sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh

struktur dunia sosial.

Teori konstruksi sosial atas Peter L. Berger dan Thomas Luckmann menjadi

teori dalam penelitian ini. Berger dan Luckmann mengatakan bahwa realitas

Page 37: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

21

dibentuk oleh realitas obyektif dan realitas subyektif. Berger dan Luckmann

mengatakan bahwa ada beberapa kekuatan dari konstruksi sosial. Pertama, bahasa

adalah hal penting untuk membawa realitas kedalam kehidupan masyarakat,

mempengaruhi pikiran dan tingkah laku individu. Kedua, konstruksi sosial dapat

menandakan bahwa terdapat kerumitan dalam satu realitas. Ketiga, konstruksi

sosial akan selalu hadir sesuai dengan masyarakat dan waktu. Konstruksi sosial

yang dilakukan oleh setiap manusia akan terus menerus memengaruhi dan

membentuk tingkah laku individu, sehingga realitas terlihat seperti sesuatu yang

sudah melekat pada manusia.

Konstruksi tersebut telah membuat kaum perempuan seperti kelompok yang

terpinggirkan, bahwa perempuan hanya pantas berada di ranah domestik dan tidak

layak terjun ke dalam ranah publik terutama bidang politik. Hal ini menyebabkan

terkekangnya perempuan sehingga mereka tidak dapat berkembang dan berkiprak

seluas – luasnya dalam ruang publik. Konstruksi ini memandang ketidakmampuan

perempuan bersaing dengan laki- laki sehingga untuk menjalankan peran diruang

publik dianggap tidak mampu. Hal ini mengakibatkan rendahnya keterwakilan

perempuan.

Dalam Sastriyani (2009:69) telah dijelaskan bahwa konsep gender adalah

suatu konstruksi sosial yang dibentuk karena adanya nilai budaya yang berkaitan

dengan peranan laki-laki dan perempuan . Oleh sebab itu, ketika nilai sosial

budaya memposisikan perempuan tersubordinasikan oleh laki- laki, secara

otomatis peranan sosial yang dimainkan oleh laki- laki dan perempuan menjadi

Page 38: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

22

berbeda, sehingga menimbulkan dominasi laki- laki terhadap perempuan atau

eksploitasi terhadap perempuan dan sebagainya.

Seperti halnya konsep seorang perempuan telah dikonstruksi sama dengan

mengatakan bahwa perempuan itu sendirijuga dikonstruksi. Klaim bahwa entitas-

entitas itu diciptakan dari aktivitas manusia yang disengaja memang lebih kuat.

Dalam kasus perempuan, mudah saja mengetahui bagaimana perempuan bisa jadi

berubah haluansehingga dapat dikonstruksi. Konstruksi ini adalah salah satu

skenario yang masuk akal (namun sama sekali bukan sesuatu yang baru).

Sastriyani (2009:185) mengatakan bahwa dunia politik adalah dunia milik laki-

laki yang cara pandangnya selalu maskulin. Perempuan yang digambarkan

sebagai sosok yang halus dan lembut dianggap tidak cocok berada di zona politik

yang penuh intrik dan dipenuhi oleh aroma kecurangan, konspirasi

persekongkolan, dan hal- hal yang kejam. Konstruksi demikian yang

mengakibatkan kaum perempuan yang yang terjun ke bidang politik masih dapat

dihitung dengan jari. Akibatnya, kaum laki- laki menjadi pihak yang diuntungkan

karena mereka mendominasi wilayah politik di Indonesia.

2.2. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2004), Kurnia (2004), Partini

(2004), Ramli dan Hamid (2006), Situmorang (2011), Partini (2013). Penelitian

yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2004) yaitu tentang

potret kuota perempuan di parlemen. Metode dalam penelitian Partini adalah

metode yang berdasarkan kajian teoritis, sedangkan fokusnya yakni jumlah posisi

Page 39: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

23

perempuan yang ada di dalam struktur birokrasi parlemen khususnya keadilan

pengisian kuota perempuan tahun 2008 padakursi parlemen sebesar 30%.

Penelitian Ratnawati menggunakan konsep gender. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian Ratnawati adalah mengedepankan kesetaraan perempuan dalam kursi

parlemen dan partai, feminim transaksional.

Persamaan dalam penelitian Ratnawati dengan penelitian ini yaitu sama-

sama mengkaji keterlibatan perempuan di dunia publik dalam kesetaraan jumlah

kuota perempuan dalam kursi pemerintahan. Perbedaannya terletak pada metode

yang digunakannya, metode dalam penelitian Ratnawati yaitu metode yang

berdasarkan kajian teoritis, sedangkan metode dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Fokus penelitian Ratnawati dengan penelitian ini juga

berbeda, fokus dalam penelitian Ratnawati yakni posisi perempuan yang ada di

dalam struktur birokrasi khususnya dalam masalah pelayanan publik, sedangkan

fokus dalam penelitian ini adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa

perempuan dalam pemerintahan desa. Konsep yang digunakan dalam penelitian

ini adalah konsep gender dilihat dari akseptabilitas dan kapabilitas serta

subordinasi perempuan, serta kepemimpinan perempuan yang didalamnya secara

tidak langsung terdapat unsur konstruksi sosial, sedangkan dalam penelitian

Ratnawati menggunakan konsep gender dilihat dari keterlibatan perempuan dalam

birokrasi lokal .

Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2004) yaitu

tentang perempuan dalam dunia public relations. Metode dalam penelitian Kurnia

adalah metode yang berdasarkan kajian eksploratif, sedangkan fokusnya yaitu

Page 40: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

24

mengkaitkan peranan perempuan dengan PR dalam manejemen perusahaan.

Penelitian Kurnia menggunakan konsep gender. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian Kurnia adalah peranan dan status praktisi humas perempuan dalam

berbagai organisasi.

Persamaan dalam penelitian Kurnia dengan penelitian ini yaitu sama-sama

mengkaji keterlibatan perempuan di dunia publik. Perbedaannya terletak pada

metode yang digunakannya, metode dalam penelitian Kurnia (2004) yaitu metode

yang berdasarkan kajian eksplorasi, sedangkan metode dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif. Fokus penelitian Kurnia dengan penelitian ini juga

berbeda, fokus dalam penelitian Kurnia Yaitu mengkaitkan peranan perempuan

dengan PR dalam manejemen perusahaan, sedangkan fokus dalam penelitian ini

adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan dalam pemerintahan

desa. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gender dilihat

dari akseptabilitas dan kapabilitas dan subordinasi perempuan, serta

kepemimpinan perempuan yang didalamnya secara tidak langsung terdapat unsur

konstruksi sosial, sedangkan dalam penelitian Kurnia menggunakan konsep

gender dilihat dari keterlibatan perempuan dalam dunia PR (Public Ralation).

Penelitian ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Partini (2004) yaitu

tentang potret keterlibatan perempuan dalam pelayanan publik di era otonomi

daerah. Metode dalam penelitian Partini adalah metode yang berdasarkan kajian

teoritis, sedangkan fokusnya yakni posisi perempuan yang ada di dalam struktur

birokrasi khususnya dalam masalah pelayanan publik. Penelitian Partini

menggunakan konsep gender. Hasil yang diperoleh dalam penelitian Partini

Page 41: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

25

adalah mengedepankan keterlibatan perempuan dalam birokrasi lokal, yaitu:

feminim-maskulin, feminim transaksional, maskulin transformasional dan

transaksional-transformasional.

Persamaan dalam penelitian Partini dengan penelitian ini yaitu sama-sama

mengkaji keterlibatan perempuan di dunia publik. Perbedaannya terletak pada

metode yang digunakannya, metode dalam penelitian Partini yaitu metode yang

berdasarkan kajian teoritis, sedangkan metode dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Fokus penelitian Partini dengan penelitian ini juga berbeda,

fokus dalam penelitian Partini yakni posisi perempuan yang ada di dalam struktur

birokrasi khususnya dalam masalah pelayanan publik, sedangkan fokus dalam

penelitian ini adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan

dalampemerintahan desa. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

konsep gender dilihat dari akseptabilitas dan kapabilitas dan subordinasi

perempuan, serta kepemimpinan perempuan yang didalamnya secara tidak

langsung terdapat unsur konstruksi sosial, sedangkan dalam penelitian Partini

menggunakan konsep gender dilihat dari keterlibatan perempuan dalam birokrasi

lokal .

Penelitian keempat, penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Hamid

(2006) yaitu tentang gaya kepemimpinan wanita dan hubungannya dengan tahap

motivasi guru Sekolah. Metode dalam penelitian Ramli dan Hamid adalah metode

yang berdasarkan kajian kuantitatif deskriptif, sedangkan fokusnya yaitu meninjau

persepsi guru terhadap gaya kepimpinan wanita dan juga hubungannya dengan

tahap motivasi guru di sekolah-sekolah menengah. Penelitian Ramli dan Hamid

Page 42: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

26

menggunakan konsep gender dan gaya kepemimpinan. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian Ramli dan Hamid adalah Mengerti persepsi guru – guru di

sekolah menengah berdasarkan gaya kepemimpinan perempuan yakni kepala

sekolah di sekolah menengah dilihat dari persepsi hubungan kereja dari anggota

secara relevan.

Persamaan dalam penelitian Ramli dan Hamid dengan penelitian ini yaitu

sama-sama mengkaji keterlibatan perempuan sebagai pemimpin. Perbedaannya

terletak pada metode yang digunakannya, metode dalam penelitian Ramli dan

Hamid yaitu metode yang berdasarkan kajian kuantitatif deskriptif, sedangkan

metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Fokus penelitian

Ramli dan Hamid dengan penelitian ini juga berbeda, fokus dalam penelitian

Ramli dan Hamid yaitu meninjau persepsi guru terhadap gaya kepimpinan wanita

dan juga hubungannya dengan tahap motivasi guru di sekolah-sekolah menengah,

sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala

desa perempuan dalam pemerintahan desa. Konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konsep gender dilihat dari akseptabilitas dan kapabilitas dan

subordinasi perempuan, serta kepemimpinan perempuan yang didalamnya secara

tidak langsung terdapat unsur konstruksi sosial, sedangkan dalam penelitian Ramli

dan Hamid menggunakan konsep gender dan pemimpin perempuan dilihat dari

hubungan antara pemimpin perempuan perempuan dengan anggotanya secara

relevan dalam lingkup sekolah menengah.

Penelitian kelima, penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2011) yaitu

tentang gaya kepemimpinan perempuan. Metode dalam penelitian Situmorang

Page 43: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

27

adalah metode yang berdasarkan kajian teoretis, sedangkan fokusnya yaitu

menemukan model gaya kepemimpinan yang khas perempuan. Penelitian

Situmorang menggunakan konsep gender dan gaya kepemimpinan. Hasil yang

diperoleh dalam penelitian Situmorang adalah karakteristik pekerjaan dan gaya

kepemimpinan perempuan terbentuk menjadi empat gaya kepemimpinan, yaitu:

feminim-maskulin, feminim transaksional, maskulin transformasional dan

transaksional-transformasional.

Persamaan dalam penelitian Situmorang dengan penelitian ini yaitu sama-

sama mengkaji kepemimpinan perempuan. Perbedaannya terletak pada metode

yang digunakannya, metode dalam penelitian Situmorang yaitu metode yang

berdasarkan kajian teoritis, sedangkan metode dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Fokus penelitian Situmorang dengan penelitian ini juga

berbeda, fokus dalam penelitian Situmorang yaitu menemukan konsep gaya

kepemimpinan yang khas perempuan, sedangkan fokus dalam penelitian ini

adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan dalam pemerintahan

desa. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gender dilihat

dari akseptabilitas dan kapabilitas dan subordinasi perempuan, serta

kepemimpinan perempuan yang didalamnya secara tidak langsung terdapat unsur

konstruksi sosial, sedangkan dalam penelitian Situmorang menggunakan konsep

gender dan gaya kepemimpinan.

Penelitian keenam, Partini (2013) melakukan penelitian yang berjudul Glass

Ceiling dan Guilty Feeling sebagai Penghambat Karir Perempuan di Birokrasi.

Penelitian Partini menggunakan metode penggabungan antara kuantitatif dan

Page 44: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

28

kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bireuen dan Aceh Tengah. Fokus

dalam penelitian Partini adalah faktor-faktor yang menyebabkan belum

terbukanya akses untuk menjadi pejabat. Hasil penelitian Partini menunjukkan

perasaan ambigu, kurang percaya diri, dan kurangnya dukungan lingkungan sosial

yang disebabkan karena dominasi dari kultur dan struktur menguatkan fenomena

glass ceiling. Rendahnya akses perempuan dalam jabatan strategis akan

berdampak pada kualitas kebijakan publik yang dirumuskan menjadi tidak sensitif

gender.

Persamaan antara penelitian Partini dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang tentang perempuan dalam birokrasi. Perbedaannya terletak pada

metode yang digunakan dan fokus penelitiannya. Metode yang digunakan dalam

penelitian Partini adalah metode penggabungan antara metode kualitatif dengan

metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Fokus dalam penelitian Partini yaitu faktor-faktor yang menyebabkan

belum terbukanya akses untuk menjadi pejabat, sedangkan fokus dalam penelitian

ini adalah akseptabilitas dan kapabilitas kepala desa perempuan dalam

pemerintahan desa . Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep

gender dilihat dari akseptabilitas dan kapabilitas perempuan, serta kepemimpinan

perempuan yang di dalamnya secara tidak langsung terdapat unsur konstruksi

sosial.

Page 45: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

29

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka Berfikir “Akseptabilitas dan Kapabilitas Kepala Desa Perempuan

dalam Pemerintahan Desa (Studi Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten

Tegal)” yakni bertumpu pada akseptabilitas dan kapabilitas (penerimaan dan

kemampuan) kepala desa perempuan pada pemerintahan desa. Akseptabilitas dan

kapabilitas disini adalah sebuah kepantasan dan kemampuan yang muncul dari

seorang kepala desa perempuan karena pengaruh yang dimilikinya. Pengaruh ini

merupakan manifestasi dari konstribusi peran perempuan dalam ranah publik

seperti yang terjadi di desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Masyarakat Indonesia tergolong memiliki angka keterlibatan perempuan

dalam dunia politik publik yang tergolong masih rendah. Hal ini sesuai dengan

budaya patriakhi pada masyarakat yang menganggap bahwa kaum laki-laki

merupakan makhluk utama, sedangkan bagi kaum perempuan adalah makhluk

yang dinomor duakan. Perempuan dikenal sebagai sosok yang lemah lembut,

penyabar, irasional, keibuan, manut, dan tidak neka-neka, sedangkan sosok laki-

laki dikenal sebagai sosok yang kuat, rasional, bertanggung jawab, dan keras.

Dengan kata lain bisa melakukan kebebasan apapun. Persentase perempuan dalam

dunia publik masih di bawah laki-laki, sehingga perempuan dikesampingkan

posisinya dalam lingkup ruang publik. Hal ini menyebabkan kesenjangan gender

bagi perempuan, karena dengan sifat-sifat yang dikonstruksikan pada perempuan

menyebabkan perempuan dianggap lebih pantas untuk terjun dalam dunia

domestik daripada dunia publik. Dunia publik dianggap dunia yang keras,

sehingga dianggap hanya pantas untuk laki-laki.

Page 46: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

30

Di dalam pelayanan publik, budaya masyarakat setempat sangat besar

pengaruhnya terhadap budaya birokrasi di wilayah tersebut. Oleh karena itu tidak

mengherankan apabila ada asumsi yang berkembang yang menyatakan bahwa

birokrasi memperlihatkan citra laki- laki daripada citra kesetaraan. Struktur

birokasi bukan hanya memiliki pegawai dan pejabat struktural saja, tetapi juga ada

jabatan politik, terutama jabatan puncak seperti kepala daerah dan kepala dinas.

Mereka yang memegang jabatan jabatan politik inilah yang biasanya merumuskan

kebijakan. Sementara itu perempuan yang dapat menduduki jabatan puncak

jumlahnya masih sangat kecil.

Secara konseptual, birokrasi merupakan lembaga yang sangat berkuasa yang

mempunyai kemampuan sangat besar. Kekuatan yang dimiliki oleh adanya

fenomena kepala desa perempuan dalam pemerintahan desa ditinjau dari sudut

pandang akseptabilitas dan kapabilitas dengan memberikan tingkat partisipasi

masyarakat serta kepercayaan masyarakat terhadap adanya kepala desa

perempuan tersebut. Kepala desa perempuan tersebut dapat bersaing melihat

budaya patriarkhi yang kental menjadi sebuah terobosan untuk bangkit dan

membuktikan bahwa kemampuan dan kepantasan kaum perempuan tidak kalah

hebatnya dengan kaum laki-laki. Tidak hanya mampu tapi pantas menjadi sosok

Perempuan sebagai pemimpin, memunculkan persepsi atau anggapan masyarakat

terhadap kepemimpinan perempuan. Masyarakat memberikan penilaian terhadap

kepemimpinan perempuan yang meliputi kemampuan dalam memimpin dan

kemampuan untuk mencapai tujuan. Dari persepsi masyarakat terhadap

kemampuan memimpin dan mencapai tujuan ini, dapat dikaitkan dengan konsep

Page 47: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

31

gender stereotip dan subodinasi perempuan, kepemimpinan perempuan serta

Konstruksi sosial.

Berikut adalah bagan dari kerangka berpikir yang digambarkan dalam

penelitian ini :

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Budaya Patriaki Desa

Pemerintahan Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten T l

Kepala Desa Perempuan

Akseptabilitas kepala desa perempuan

dalam pemerintahan Desa Mindaka

Kapabilitas kepala desa perempuan

dalam pemerintahan Desa Mindaka Teori

Gender dan

Teori Konstruksi Sosial

Penerimaan Masyarakat terhadap Kepala Desa Perempuan Meningkat

Page 48: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

95

BAB V

PENUTUP

5.1. SIMPULAN

1. Akseptabilitas kepala desa perempuan Desa Mindaka mengenai

kepemimpinan perempuan di Desa Mindaka dimulai dari ekspresi individu

untuk menunjukan diri, kemudian dibuktikan dengan hasil dan yang

terakhir adalah proses penilaian masyarakat yang menimbulkan kesadaran

diri (menerima atau menolak).

2. Kapabilitas kepala desa perempuan dalam memimpin desanya berasal dari

pengalaman berorganisasi yang dimiliki serta gaya kepemimpinan Kepala

Desa Mindaka yang memfokuskan perhatiannya kepada transaksi

interpersonal antar pemimpin dengan masyarakat yang melibatkan

hubungan pertukaran pemilihannya dengan adanya organisasi masyarakat.

Hal ini terlihat pada kemampuan kepala desa perempuan dalam mencapai

tujuan visi dan misi. Pelayanan administrasi, pengembangan fisik desa

serta terbentuknya suatu kegiatan yang positif bagi masyarakat Desa

Mindaka yakni dengan dibentuknya paguyuban dimana paguyuban

dibentuk agar keterbukaan antar masyarakat dan pemerintahan desa

terserap lengkap informasi serta keluh kesah warga tersalurkan.

Page 49: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

96

5.2. SARAN

Saran yang dapat peneliti rekomendasikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kepada Masyarakat Perempuan Desa Mindaka untuk meningkatkan

partisipasi perempuan dalam kegiatan keorganisasian agar menjadi

perempuan yang aktif dan menciptakan suasana baru dengan

melahirkan pemimpin – pemimpin perempuan dari generasi ke

generasi.

2. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar

menciptakan suatu yang erat antar pemerintahan Desa Mindaka

dengan Masyarakat dengan tujuan terciptanya kedekatan serta

pemahaman secara tidak langsung bahwa pemimpin perempuan juga

mampu membangun desa.

Page 50: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

97

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2006. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Adi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Arkunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Astuti, Tri Marhaeni P. 2011. Konstruksi Gender dalam Realitas

Sosial.Semarang: Unnes Press.

Berger dan Luckmann. 2013. Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Jakarta. LP3ES

Burns, James MacGregor. 2010. Leadership. United States of America. Hepper

Perennial.

Charles R Ngangi, Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial, Jurnal Vol 7, No

2,Mei 2011, h 1.

Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Faiqoh. 2003. Nyai Agen Perubahan di Pesantren. Jakarta: Kucica.

Fithri, Muta’afi, Konstruksi Sosial Terhadap Penderita Kusta, Jurnal Vol 03, No 3,

2015, h 2-3.

Hayunta dan Wasono.2011. Perempuan dalam Pemilukada.Jakarta. Kemitraan

bagi Tata Pemerintah di Indonesia

Kaloh, J.2009.Kepemimpinan Kepala Daerah. Jakarta. Sinar Grafika.

Kartono, Kartini. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan

Abnormal itu?. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :

Gramedia.

Lovenduski, Joni. 2008. Politik Berparas Perempuan. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Mahmudi. 2011. Peran Ganda Perempuan dalam Pembangunan Desa Rembang,

Kebumen. UNNES. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Miles, Matthew B dan A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Page 51: AKSEPTABILITAS DAN KAPABILITAS KEPALA DESA …lib.unnes.ac.id/31869/1/3312412028.pdf · ke generasi. Kepada kepala Desa Mindaka perlu adanya tambahan kegiatan agar menciptakan suatu

98

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

RemajaRosdakarya.

Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Buku Kedua, Perempuan Indonesia

dalam Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga. Magelang: Indonesiatera.

Partini. 2013. Bias Gender dalam Birokrasi. Yogyakarta. Tiara Wacana

Partini. 2013. Glass Ceilling dan Guilty Feeling sebagai Penghambat Karir

Perempuan di Birokrasi. Jurnal Komunitas. Vol.5 No.2: 218-228.

Septianto.Marzuqo.2015.Nyai Lebe ; Otoritas Modin Perempuan Pada

Masyarakat Pesisir Jawa.UNNES.Skripsi: Tidak diterbitkan.

Situmorang, Nina Zulida. 2011. Gaya Kepemimpinan Perempuan.

JurnalProceeding PESAT. Vol 4. ISSN 1858-2559.

Suciptaningsih, Oktaviani Adhi. 2010. Partisipasi Perempuan dalam Lembaga

Legislatif di Kabupaten Kendal. Jurnal Komunitas, Vol. 2 No. 2: 66-73.

Supartiningsih. 2003. Peran Ganda Perempuan, Sebuah Analisis Filosofis Kritis.

Jurnal Filsafat, Jilid 33. Nomor 1: 42-54.140

Suparno. 1997. “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan”.Yogyakarta.Kanisius.

Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Yuni.2010.Pemodelan Kapabilitas Organisasi terhadap Kinerja Ditinjau dari

Faktor Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Perilaku Politik dalam

Organisasi Studi Kassnpada Kelompok Perkebuanan Kelapa Sawit

Swasta.Vol 9.Hal 254.