Akhr Bntg Alam

17
BAB I BENTANG ALAM 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi. Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada. 1.2 Maksud dan Tujuan Pratikum 1.1.1 Maksud Paraktikum 1

description

BENTANG ALAM

Transcript of Akhr Bntg Alam

BAB I

BENTANG ALAM

1.1 Latar Belakang

Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan

poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform

(bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya

dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di

tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit;

harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface

terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk

dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.

Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan

latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa

tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan

sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur

geologi yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan Pratikum

1.1.1 Maksud Paraktikum

Sebagai suatu persyaratan dan bentuk pertanggung jawaban setelah

mengikuti mata kuliah praktikum geologi fisik

1.1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum mengenai analisis bentang alam ini diadakan mempunyai

tujuan yaitu:

1. menerti tentang keadaan-keadaan geologi, keadaan topografi serta

hidrografi

2. praktikan diharapkan mampu membuat peta persen lereng dari peta

topografi dengan menggunakan grid-grid.

3. paham dan mampu menghitung beberapa kerapatan sungai

1

4. dapat menyajikan suatu karakter suatu daerah dengan menyajikan

peta super impose

2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Morfologo/Detail Lereng

2.1.1 Sudut lereng

Sudut lereng disajikan dalam bentuk “Peta Pudut Lereng “ yang

dinyatakan dalam persen lereng. Persen lereng didefenisikan sebagai

nisbah dari beda tinggi dua jarak mendatar antara kedua titik

tersebut.

2.1.2 Lereng Bukit (Hill Slope)

Merupakan suatu bentang alam yang terletak antara puncak dengan

dasar. Suatu lereng mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Sangat tergantung pada batuan yang sangat menyusun lereng

tersebut

b. Proses terjadi tergantung kepada iklim.

2.2Keadaan Hidrografi

Keadaan hidrografi menggambarkan keadaan pola aliran sungai yang

terdapat pada permukaan bumi.

2.2.1 Pola Aliran Sungai

Dapunbeberapa pola aliran sungai adalah sebagai :

a. Denditik : mepunyai pola seperti ranting pohon dimana anak

sungai menyatu dengan sungai utama dengan sudut yang tajam,

menunjukan batuan yang homogenterdiri dari batuan sediment

yang lunak atau batuan vulkanik.

b. Rectangular : merupakan anak sungai dan hubungan dengan

sungai utama dikontrol oleh kekar dan bidang foliasi umumnya

terdapat pada batuan metamorf.

c. Trellis : mempunyai anak sungai yang pendek-pendek dan sejajar.

Pola ini lebih menunjukan dari pada jenis batuannya.

3

d. Parallel : merupakan sudut anak sungai utama umunya hampir

sama, sungai utama umumnya dikontol adanya sesar atau

rekahan-rekahan dan terbentuk pada permukaan yang

mempunyai seragam.

e. Radial : merupakan aliran sungai-sungai yang menyebar darui

bagian puncak yang lebih tinggi. Umumnya berasosisai dengan

gunung atau bukit.

f. Angulate : mempunyai anak sungai yang pendek-pendek, sejajar

anak sungai dikontrol oleh sifat seperti batu pasir yang

mempunyai kekar pararel.

2.2.2 Kerapatan sungai

Kerapatan jaringan sungai sangat bervariasi dari suatu cekungan

pengairan dari lain cekungan. Ini disebabkan perbedaan geologi,

hidrologi dan topografi.

Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut

KS=L / A

Daerah aliran sungai (watershed) adalah darah yang mensuplai air

dan sedimen. Batas antara daerah aliran sungai dengan dengan

daerah aliran sungai lainnya yang disebut garis Pemisah Air (Water

Devide).

Garis pemisah air umumnya menghubungkan titik-titik tertinggi dari

puncak atau punggungan yang memisahkan dae4rah aliran satu

dengan lainnya.

2.3 Proses-Proses Geomorfilogi

2.3.1 Erosi

Erosi adalah sutau proses hilangnnya permukaan tanah yang disebabkan

oleh air maupun angina. Pada prinsipnya gaya pengikis “erosi” cenderung

untuk meratakan muka bumi sampai batas dasar erosi yang berupa laut,

danau atau sungai saja

Berdasarkan tingkat erosinya suatu wilayah

Tertentu dikenal jenjeng (stadium) erosi yaitu :

4

a. Muda (youth) dicirikan oleh bentuk benda curam, berbentuk , lurus

erosi vertical.

b. Dewasa (mature), erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai

landai dan mulai ada pengendapan di tepi sungai.

c. Lanjut (old), bentuk lembah sudah sangat landai, terdapat dataran

lipasan banjir, banyak meander yang sudah terputus membentuk

“Oxbow Lake”

2.3.2 Sedimentasi

Dalam sejarah perjalanan aliran sungai dari hulu di pegunungan

sampai muara dilaut banyak menghasilkan cirri endapan/sedimentasi

sungai yaitu :

a. Akumulasi mineral kasar dapat terjadi di kaki pegunungan dan di

tepi alur

b. Akumulasi mineral krikil-krikil dapat terjadi di mulut ngarai kaki

pegunungan.

c. Akumulasi pasir-krikil terdapat pada pulau-pulau di beberapa alur

sungai.

d. Akumulasi pasir, lanau, lempung dapat terjadi pada dataran

banjir .

2.3.3 Dataran Banjir

dataran banjir (flood plain) adalah dataran luapan banjir sungai akibat

hujan atau lelehan salju. Pada tepi sungai sering di jumpai tanggul

alam (nature leave).

Daerah dataran banjir mempunai sifat-sifat yaitu :

Ketinggian tanah/dataran hampir sama dengan muka sungai?

interval kontor jarang

Tanah lunak dan air tanah dangkal

2.3.4 Pelapukan

Pelapukan adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga

eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari

5

daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat

dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub

tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja. Menurut proses terjadinya

pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

- pelapukan fisik atau mekanik

- pelapukan organis

- pelapukan kimiawi

Penjelasan ketiga jenis tersebut adalah:

a. Pelapukan fisik dan mekanik.

Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk

maupun ukuranya.

Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan

ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara

mekanik.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi. Peristiwa ini terutama terjadi

di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun

temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari

bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam

hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi

secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-

retak.

 

2. Adapun pembekuan air di dalam batuan. Jika air membeku maka

volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan

tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah

pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan

pembekuan hebat.

3. Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung

garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan

6

mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan

pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

b. Pelapukan organic

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan

manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah,

serangga.

Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat

oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat

bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya

akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya.

Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar

serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan

sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan

dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun

penambangan.

c. Pelapukan kimiawi

Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang

umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada

pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air

dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang)

dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini

merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia

pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di

Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya

pelapukan kimiawi.

   

Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina

Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi

karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di

semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di

pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah

7

Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan

semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena

pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah

sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.

Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut

kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di

Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di

Kebumen, Jawa Tengah.

2.3.4 pengikisan.

Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah dan batuan yang di

laluinya. Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin

besar. Kecepatan air juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) Lahan

juga besar. Gesekan antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan

gesekan antara benda benda padat yang terangkat air oleh tanah atau batuan di

bawahnya dapat menyebabkan terjadinya pengikisan. Pengikisan oleh air sungai

yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan terbentuk v, jurang atau

ngarai, aliran deras dan air terjun.

a. Lembah

Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi

pengikisan di dasar sungai capat maka akan terjadi pengikisan di dasar

sungai atau sering di sebut erosi vertical. Apabila aliran aliran air yang cepat

terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke

arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertical, sungai semakin

lama semakin dalam, sedang erosi ke samping menyebabkan sungai

samakin lebar. Erosi vertical membentuk huruf v. Contoh lembah aria,

Ngarai sihanok serta Grand Canyon di Amerika Serikat.

b. Jurang

Perhatikan anda melihat adanya sungai yang sangat dalam dan sempit.

Bentang alam seperti itu termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan

terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resistenyang ada di kanan kiri

sungai tidak mudah terkikis oleh air, sedangkan erosi veritikal terus

8

berlangsung. Oleh karena itu erosi vertical berlangsung lebih cepat

dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring

atau cenderung vertical dan dasar sungai dalam.bahan yang resisten

adalah batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.

c. Aliran deras

Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagianya sangat deras,

sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras

terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang- seling antara batuan yang

resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air

melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan,

akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati batuan

yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun pendek

yang aliranya deras. Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.

d. Air terjun

Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang

resisten yang tidak resisten.Proses yang terjadi hampir sama dengan aliran

deras. Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup

besar antara batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh

dari ketinggian membentuk air terjun.

BAB III

PEMBAHASAN

9

3.1 Kerapatan Sungai

Dari peta topografi kabupaten Tasikmalaya, kita dapat menghitung

kerapatan sungai pada daerah tersebut dengan menggunakan rumus

Kerapatan Sungai= LA

dengan menghitung panjang sungai pada grid-grid yang dibuat terlebih

dahulu untuk memudahkan dalam perhitungan. Dan akan mendapatkan hasil

seperti pada lampiran.

3.2 Water Devide

Dari peta topografi Kabupaten Tasikmalaya, kita juga dapat menentukan

water devide, dengan menentukan kemana arah pola aliran arah sungai

terhadap aliran sungai lainya.

3.3 Persen Lereng

Dari peta topografi Kabupaten Tasikmalaya, kita juga dapat menentukan

persen lereng dari beda tinggi antar kontur yang terdapat pada peta. Untuk

mencari persen lereng kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Persen Lereng=∆ Hdx100%

Dan akan mendapatkan data seperti pada lampiran.

BAB IV

ANALISA

10

4.1Kerapatan Sungai

Daerah Tasikmalaya mempunyai kerapatan sungai yang sangat beragam

mulai dari 0.2 sampai yang terbesar yaitu 3,58. Oleh sebabitu dapat di katakana

bahwa daerah tasikmalaya mempunyai tingkat kerapatan yang sangat beragam,

dan jumlah sungai yang banyak.

4.2Water Divide

Dari data yang diperoleh setelah mengolah data yang terdapat pada peta

topografi daerah Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan bahwa daerah

tasikmalaya mempunyai beragam water divide.

4.3Persen Lereng

Daerah Tasikmalaya mempunyai persen lereng yang beragam karena

daerah tasikmalaya merupakan daerah dataran tinggi jika dilihat dari ketinggian

yang bisa dilihat dari kontur-konturnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

11

5.1 Kesimpulan

Dari data yang telah didapat dari peta topografi daerah Tasikmalaya

dapat disimpulkan bahwa daerah ini mempunyai kerapatan sungai yang beragam

dan perbedaan tinggi yang beragam, ini dapat dilihat dari persentase kemiringan

lereng yang telah diperoleh.

5.2 Saran

Pada perhitungan kerapatan sungai sebaiknya menggunakan grid 4 cm x

4 cm, supaya dalam perhitungan menggunakan rumus menjadi mudah, karena

jika 4 dikalikan dengan kontur(25.000) dan dibagi 100.000 akan mendapatkan

hasil 1 sehingga akan memudahkan dalam perhitungan

DAFTAR PUSTAKA

Modul III Pendahuluan Dan Batuan Staff Asissisten Laboratorium Geologi

Universitas Islam Bandung, 1425 H/2004 M.

12

http//: google/bentang alam/

13