Akhlak Para Sahabat

5
 Akhlak Para Sahabat : Zuhud Rasulullah saw bersabda:Sahabat-sahabatku itu bagaikan bintang-bintang. Dengan (sahabat- sahabat) manapun kalian mengarahkan (pandangan)-nya, maka (keberadaannya) menjadi  petunjuk bagi kalian. Zuhud Dari Jundab bin bdullah al-!ajali, ia berkata: "ku datang ke #adinah guna menimba ilmu, lalu aku masuk ke masjid Rasulullah saw. #aka di dalamnya $rang-$rang membentuk beberapa hal%ah guna membahas berbagai perkara. ku kemudian mengikuti semua hal%ah itu, hingga tiba  pada satu hal%ah yang di dalamnya ada se$rang laki-laki yang kurus, ia memakai dua buah baju seakan-akan baru tiba dari satu perjalanan. ku mendengarnya berkata: "&elakalah mereka yang memiliki kekuasaan dan mempunyai kedudukan. 'iadalah $bat yang bisa men$l$ng mereka. ku mengira bahwa ia mengatakan hal itu berkali-kali. ku duduk mendekatinya, ia menerangkan atwanya, ke mudian berdiri. ku menanyakannya pada yang hadir setelah dia berdiri: "Siapa gerangan $rang ini* #ereka menjawab: "+nilah sayyidul muslimin (pemimpin kaum #uslim) bay bin aab". alu aku mengikutinya, hingga tiba dirumahnya. 'e rnyata rumahnya begitu usang, begitu pula dengan bentuknya. +a se$rang laki-laki /uhud yang tiada bandingannya, walaupun semua $rang saling menggabungkan ke/uhudannya untuk menandingi ke/uhudannya. Sa0id bin mir , adalah $rang yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan tugasnya, dan ia berhak mendapatkan gaji yang besar karenanya, tetapi ia hanya mengambil apa sekedarnya untuk men1ukupi diri dan isterinya saja, membagikan sisanya ke pada $rang-$rang akir. 2ernah dikatakan kepada dirinya: "!agikanlah kelebihan harta ini se1ara berlimpah kepada keluarga dan kerabatmu. +a malah bertanya: "enapa harus pada keluarga dan kerabatku. Demi l lah tidak, aku tidak akan menjual ridla llah dan menukarnya dengan kerabat. +a juga pernah berkata kepada $rang yang meminta-minta padanya: "ku tidak ingin ketinggalan dari barisan terdepan, yang pertama kali akan masuk surga, setelah aku dengar Rasulullah saw  bersabda: l lah mengumpulkan manusia untuk dihisab. alu datanglah $rang-$rang akir dari kalangan kaum mukminin, mereka segera berkumpul sebagaimana merpati berkerumun, lalu dikatakan pada mereka: !erdirilah kalian untuk dihisab. alu mereka berkata: ami tidak memiliki apapun yang bisa dihisab. #aka llah berkata: 3amba-hambaku ini berkata benar. alu mereka masuk surga sebelum $rang-$rang lain masuk surga. Salman berkeinginan untuk membangun rumah, lalu ia bertanya pada tukang bangunan: "!agaimana rupa rumah yang akan engkau bangun itu. 'ukang bangunan itu sangat 1erdik dan ia mengetahui ke/uhudan dan ke-wara0-an Salman, lalu ia menjawab: "Janganlah engkau khawatir, rumah ini hanya sebuah bangunan yang bisa engkau gunakan untuk bernaung dari terik  panas matahari, yang bisa engkau tempati untuk melindungimu dari dinginnya malam hari. Jika engkau berdiri di dalamnya, kepalamu akan men1apai langit-langitnya, dan jika engkau  berbaring, kakimu akan terantuk ke dindingnya. #aka Salman berkata: "4a, kal au seperti itu maka bangunlah rumah tersebut.

description

ok

Transcript of Akhlak Para Sahabat

Akhlak Para Sahabat : Zuhud

Rasulullah saw bersabda:Sahabat-sahabatku itu bagaikan bintang-bintang. Dengan (sahabat-sahabat) manapun kalian mengarahkan (pandangan)-nya, maka (keberadaannya) menjadi petunjuk bagi kalian.

Zuhud

Dari Jundab bin Abdullah al-Bajali, ia berkata: Aku datang ke Madinah guna menimba ilmu, lalu aku masuk ke masjid Rasulullah saw. Maka di dalamnya orang-orang membentuk beberapa halqah guna membahas berbagai perkara. Aku kemudian mengikuti semua halqah itu, hingga tiba pada satu halqah yang di dalamnya ada seorang laki-laki yang kurus, ia memakai dua buah baju seakan-akan baru tiba dari satu perjalanan.

Aku mendengarnya berkata: Celakalah mereka yang memiliki kekuasaan dan mempunyai kedudukan. Tiadalah obat yang bisa menolong mereka. Aku mengira bahwa ia mengatakan hal itu berkali-kali. Aku duduk mendekatinya, ia menerangkan fatwanya, kemudian berdiri. Aku menanyakannya pada yang hadir setelah dia berdiri: Siapa gerangan orang ini? Mereka menjawab: Inilah sayyidul muslimin (pemimpin kaum Muslim) Ubay bin Kaab.

Lalu aku mengikutinya, hingga tiba dirumahnya. Ternyata rumahnya begitu usang, begitu pula dengan bentuknya. Ia seorang laki-laki zuhud yang tiada bandingannya, walaupun semua orang saling menggabungkan kezuhudannya untuk menandingi kezuhudannya.

Said bin Amir, adalah orang yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan tugasnya, dan ia berhak mendapatkan gaji yang besar karenanya, tetapi ia hanya mengambil apa sekedarnya untuk mencukupi diri dan isterinya saja, membagikan sisanya kepada orang-orang fakir. Pernah dikatakan kepada dirinya: Bagikanlah kelebihan harta ini secara berlimpah kepada keluarga dan kerabatmu. Ia malah bertanya: Kenapa harus pada keluarga dan kerabatku. Demi Allah tidak, aku tidak akan menjual ridla Allah dan menukarnya dengan kerabat.

Ia juga pernah berkata kepada orang yang meminta-minta padanya: Aku tidak ingin ketinggalan dari barisan terdepan, yang pertama kali akan masuk surga, setelah aku dengar Rasulullah saw bersabda: Allah mengumpulkan manusia untuk dihisab. Lalu datanglah orang-orang fakir dari kalangan kaum mukminin, mereka segera berkumpul sebagaimana merpati berkerumun, lalu dikatakan pada mereka: Berdirilah kalian untuk dihisab. Lalu mereka berkata: Kami tidak memiliki apapun yang bisa dihisab. Maka Allah berkata: Hamba-hambaku ini berkata benar. Lalu mereka masuk surga sebelum orang-orang lain masuk surga.

Salman berkeinginan untuk membangun rumah, lalu ia bertanya pada tukang bangunan: Bagaimana rupa rumah yang akan engkau bangun itu. Tukang bangunan itu sangat cerdik dan ia mengetahui kezuhudan dan ke-wara-an Salman, lalu ia menjawab: Janganlah engkau khawatir, rumah ini hanya sebuah bangunan yang bisa engkau gunakan untuk bernaung dari terik panas matahari, yang bisa engkau tempati untuk melindungimu dari dinginnya malam hari. Jika engkau berdiri di dalamnya, kepalamu akan mencapai langit-langitnya, dan jika engkau berbaring, kakimu akan terantuk ke dindingnya. Maka Salman berkata: Ya, kalau seperti itu maka bangunlah rumah tersebut.

Datang sebuah hadiah untuk Abdullah bin Umar dari salah seorang temannya yang datang dari Khurasan. Hadiah tersebut berupa pakaian yang sangat halus dan anggun. Sang teman berkata kepadanya: Aku membawakan baju ini dari Khurasan untukmu, sungguh sangat menyenangkan hatiku jika melihatmu menanggalkan bajumu yang kasar itu, dan engkau kenakan baju yang bagus ini. Ibnu Umar berkata padanya: Perlihatkanlah baju itu padaku. Kemudian ia merabanya, seraya berkata: Apakah ini terbuat dari sutera? Sang teman menjawab: Bukan, baju ini terbuat dari katun. Abdullah memakainya sebentar, kemudian mengembalikan baju itu dengan tangan kanannya seraya berkata: Tidak, aku mengkhawatirkan diriku, aku takut baju ini membuat diriku menjadi seorang yang sombong dan angkuh, sedang Allah tidak mencintai orang yang sombong lagi bermegah diri.

Suatu hari, Abdullah bin Umar diberi hadiah oleh temannya sebuah bejana yang penuh berisi. Ibnu Umar bertanya: Apakah ini? Temannya menjawab: Ini obat mujarab yang aku bawa untukmu dari Irak. Ibnu Umar berkata: Apa khasiat obat ini? Temannya menjawab: (Membantu) mencernakan makanan. Ibnu Umar tersenyum dan berkata pada temannya: Membantu mencernakan makanan? Sesungguhnya aku tidak pernah kenyang makan makanan selama empat puluh tahun. Ibnu Umar ra takut, jika pada hari kiamat kelak dikatakan padanya: Engkau telah menghabiskan segala yang lezat milikmu sepanjang hidupmu di dunia, dan hidup bersenang-senang dengannya. Sebagaimana ia sering katakan pada dirinya: Aku tidak membuat bangunan dengan dinding tembok, dan tidak menanam sebatang kurma pun sejak Rasulullah saw wafat. Maimun bin Mahran berkata: Aku memasuki rumah Ibnu Umar, lalu aku menaksir segala sesuatu yang ada di rumahnya, mulai dari tempat tidur, selimut dan periuk besar, dan semua perabotannya, aku tidak mendapati nilainya mencapai seratus dirham.

Diposkan oleh Mush'ab Abdurrahman di 02:19

Optimislah Pada Rahmat Allah, Kemuliaan Umat Akan Segera Kembali

Oleh : Mas Karebet

Sahabat Pembangkit Umat,Apa kabar hari ini? AlhamdulillahLuar BiasaAllahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap bersyukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat Sebaik-baik Penciptaan lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,Pada tiga tulisan terdahulu, kita mencermati kondisi umat telah sedemikian rupa sakitnya. Tantangan dakwah pun tak kalah beratnya. Yang satu muncul karena sebab eksternal, yang lainnya tumbuh dan berkembang karena faktor internal. Mewujud dalam tantangan dan tuntutan dakwah yang harus dihadapi, bukan dihindari! Karena memang hanya ada dua pilihan hidup, hadapi atau hindari. Keduanya sama beresiko. Hanya saja muslim terbaik pasti memilih yang pertama. Karena hanya dengan ini, kerja besar peradaban yang kita lakukan akan segera dapat mengembalikan kemuliaan umat ini. Insya Allah.

Dalam kupasan edisi ini, agar kita bisa menghadapi segala tantangan dan tuntutan dakwah dengan mantap dunia akhirat, ada satu modal dasar yang harus kita kuasai. Modal ini muncul, tumbuh dan berkembang dari worldview atau way of life atau metanoiac atau juga ideologi yang kita emban secara fitrah, yakni Dien Islam yang mulia. Modal dasar itu tak lain adalah optimis pada rahmat Allah. Modal ini sesungguhnya adalah kado istimewa dari ustadz Muhammad Ahmad Jannati yang saya tayang dan reka ulang sedemikian rupa khusus buat Sahabat Pembangkit Umat.

Sungguh, optimis, penuh harapan, pantang menyerah, dan tak kenal putus asa, adalah jiwa seorang mukmin dalam mengarungi dunia ini, hingga kembali ke haribaan-Nya. Jiwa tersebut akan muncul dari kesadaran dan keyakinan yang mendalam akan kekuasaan dan pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang mengimaninya dan tekun beribadah kepada-Nya. Ada dua perkara yang menjadikan orang selalu optimis: (1) Selalu berharap kepada rahmat Allah, (2) Tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Yang pertama adalah Selalu Berharap Kepada Rahmat Allah. Berharap kepada rahmat Allah adalah berbaik sangka kepada-Nya. Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah Swt telah memuji orang yang penuh harap seperti halnya Allah memberikan pujian kepada orang yang takut kepada Allah. Allah juga telah mewajibkan roja dan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Baqarah [2]: 218)

"Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS.Al-Araf [7]: 56)

Dari Watsilah bin Asqa, ia berkata; berbahagialah karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Allah berfirman: Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan baginya". (HR. Ahmad dengan sanad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).

Apabila ia berprasangka buruk maka keburukan baginya, adalah indikasi bahwa tuntutan dalam hadits tersebut bersifat pasti. Artinya perintah untuk senantiasa berharap kepada Allah dan berbaik sangka kepada-Nya pada ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah tuntutan yang bersifat wajib.

Lalu yang kedua, Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah. Putus asa (al-qanut dan al-yasu) adalah lawan dari berharap (roja). Putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya hukumnya haram. Allah SWt berfirman:"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf [12]: 87)

Dari Habah dan Sawa bin Khalid, keduanya berkata; Kami masuk bertemu dengan Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang menyelesaikan suatu perkara. Kemudian kami berdua membantunya, maka Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kamu berdua berputus asa dari rizqi selama kepalamu masih bisa bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian Allah memberikan rizqi kepadanya". (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dalam kitab shahihnya)

Dari Ibnu Abas, ada seorang lelaki berkata, Ya Rasulullah saw.! apa dosa besar itu? Rasulullah saw. bersabda: Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah. (Al-Haitsami berkata telah diriwayatkan oleh Al-Bazar dan Thabrani para perawinya terpercaya, As-Suyuti dan Al-Iraqi menghasankan hadits ini)

Sahabat Pembangkit Umat, inilah modal sangat mendasar itu. Kita punya kekuatan spiritual yang membuat kita maju terus pantang mundur dalam menegakkan kalimat Allah! Yang membuat kita menegakkan dakwah di jalan Allah agar kemuliaan umat segera kembali. Dakwah yang membangkitkan lalu memotivasi umat untuk segera sembuh dari segala sakitnya dan menggerakkan umat untuk meraih kembali kemuliaannya. Dan, rahmat Allahlah yang membuat kita optimis atas semua ini.

Nah, agar makin muantap, berikut adalah gambaran optimis pada rahmat Allah yang ditampilkan oleh generasi terbaik, generasi sahabat Nabi SAW.

Ketika Rasulullah SAW menghadapi tantangan Perang Badar dan karenanya memerlukan komitmen umat, Sahabat menjawabnya dengan komitmen lebih, seperti ucapan Sahabat Saad bin Muaz kepada Rasulullah SAW : Sepertinya Engkau ragu pada kami, Wahai Rasulullah. Dan sepertinya Engkau khawatir bahwa orang-orang Anshar, sebagaimana yang nampak pada pandanganmu, tidak akan menolongmu, kecuali di negerinya. Saya bicara atas nama orang Anshar, dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka. Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Ikatlah tali siapapun yang Engkau kehendaki. Dan putuskanlah ikatan siapa saja yang Engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami yang Engkau kehendaki. Dan berikanlah yang mana saja yang Engkau kehendaki. Apa saja yang Engkau ambil niscaya lebih kami sukai daripada yang Engkau tinggalkan. Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga ke barak Al Ghamad (kota Habasyah), kami semuanya akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti kami akan lalui bersamamu. Subhanallah.

Ketika Rasullullah SAW membutuhkan dana untuk perang Tabuk yang mahal dan sulit karena medannya jauh, ditambah situasi Madinah yang sedang musim panas. Abdurrahman bin Auf, pebisnis kelas dunia di zaman Nabi SAW dan termasuk generasi sahabat yang masuk Islam sangat awal memeloporinya dengan menyumbang dua ratus uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan 50 dinar). Sampai-sampai Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah SAW Sepertinya Abdurrahman berdosa kepada keluarganya karena tidak meninggali uang belanja sedikitpun untuk keluarganya. Mendengar ini, Rasulullah SAW bertanya pada Abdurrahman bin Auf, Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu ?, Ya! Jawab Abdurrahman, Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan. Berapa ? Tanya Rasulullah. Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah. Jawabnya. Subhanallah.

Banyak sungguh teladan lain yang digelar sejak era sahabat hingga kini. Lalu, bagaimana dengan kita ketika dakwah mulia ini memanggil?

Nah, Sahabat Pembangkit Umat, kalau sudah begini, tunggu apa lagi. Sekali lagi, tantangan dakwah memang akan selalu ada. Seberat apapun ia, hanya satu sikap yang harus muncul, yaitu Hadapi (bukan Hindari). Yup, hadapi dengan penuh optimis pada rahmat Allah dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Allah yang memberikan kemenangan dan kemuliaan pada kita, bukan yang lain. Seperti sikap luar biasa yang ditunjukkan oleh sahabat Nabi SAW, Saad bin Muaz beserta kaum Anshar dan juga Abdurahman bin Auf. Insya Allah akan terus lahir banyak Saad bin Muaz dan Abdurrahman bin Auf lainnya. Dan kitalah salah satunya. Insya Allah.

AlhamdulillahLuar BiasaAllahu Akbar!!!(http://dakwahkampus.com/index.php/Optimislah-Pada-Rahmat-Allah-Kemuliaan-Umat-Akan-Segera-Kembali.html)

Diposkan oleh Mush'ab Abdurrahman di 19:56