akhlak kalam filsafat

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu ilmu tak akan bisa berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan ilmu yang lain. Kaitan antara satu ilmu dengan ilmu yang lain disebut nisbat, yang artinya hubungan. Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lainnya saling berhubungan. Namun hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan, yang pertengahan, dan ada pula yang agak jauh. Ilmu-ilmu yang hubungannya dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan berdekatan antara lain Ilmu Akhlak Tasawuf, Ilmu Tauhid, dan filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan pertengahan adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Dan ilmu-ilmu yang agak jauh hubungannya dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu fisika, biologi, dan ilmu politik. Dalam uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan dibatasi pada ilmu-ilmu yang memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana tersebut di atas. Ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu Akhlak tersebut dapat dikemukakan pada bab selanjutnya. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan permasalahan yang akan kami ambil sebagai acuan pada makalah ini adalah sebagai berikut: Apa yang dimaksud dengan akhlak? Apa hubungan akhlak dengan ilmu kalam? Apa hubungan akhlak dengan imu filsafat? C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui: Pengertian akhlak Hubungan akhlak dengan ilmu kalam Hubungan akhlak dengan imu filsafat

description

Akhlak dan tasawuf

Transcript of akhlak kalam filsafat

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSuatu ilmu tak akan bisa berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan ilmu yang lain. Kaitan antara satu ilmu dengan ilmu yang lain disebut nisbat, yang artinya hubungan. Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lainnya saling berhubungan. Namun hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan, yang pertengahan, dan ada pula yang agak jauh.Ilmu-ilmu yang hubungannya dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan berdekatan antara lain Ilmu Akhlak Tasawuf, Ilmu Tauhid, dan filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan pertengahan adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Dan ilmu-ilmu yang agak jauh hubungannya dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu fisika, biologi, dan ilmu politik.Dalam uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan dibatasi pada ilmu-ilmu yang memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana tersebut di atas. Ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu Akhlak tersebut dapat dikemukakan pada bab selanjutnya.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan permasalahan yang akan kami ambil sebagai acuan pada makalah ini adalah sebagai berikut: Apa yang dimaksud dengan akhlak? Apa hubungan akhlak dengan ilmu kalam? Apa hubungan akhlak dengan imu filsafat?C. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui: Pengertian akhlak Hubungan akhlak dengan ilmu kalam Hubungan akhlak dengan imu filsafatBAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian AkhlakSecara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Kata akhlak mempunyai sinonim dengan etika dan moral. Etika dan moral berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata etos yaitu kebiasaan dan mores artinya kebiasaannya. Kata akhlak berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya menciptakan. Khaliq maknanya pencipta atau Tuhan dan makhluq artinya yang diciptakan, sedangkang khalaq maknanya penciptaan. Kata khalaqa yang mempunyai kata yang seakar di atas mengandung maksud bahwa akhlak merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan dan manusia. Pada makna lain kata akhlak dapat diartikan tata prilaku seseorang terhadap orang lain. Jika prilaku ataupun tindakan tersebut didasarkan atas kehendak Khaliq (Tuhan) maka hal itu disebut sebagai akhlak hakiki. Dengan demikian akhlak dapat dimaknai tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan serta alam semesta.Pengertian akhlak secara terminologis menurut ulama: a) Menurut Imam Gazali:

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Atau boleh juga dikatakan sudah menjadi kebiasaan. Orang yang pemurah sudah biasa memberi. Ia memberi itu tanpa banyak pertimbangan lagi. Seolah-olah tangannnya suda terbuka lebar untuk itu. Begitu juga orang kikir. Seolah-olah tangannya sudah terpaku saja dalam kantongnya, tidak mau mengulurkan bantuan kepada fakir miskin. Begitu juga orang pemarah. Selalu saja marah tanpa ada alasan.b) Menurut Ibnu Maskawaih:

Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran.B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Kalam

Secara harfiah, ilmu kalam berarti ilmu tentang kata-kata atau pembicaraan. Jika yang dimaksud adalah kalam adalah sabda Tuhan, maka yang di maksud adalah kalam Tuhan yang ada didalam al-Quran. Hal ini juga terjadi pertentangan, dari mereka ada yang mengatakan bahwa kalam Tuhan itu baru, makhluk atau diciptakan Tuhan, pendapat ini dianut oleh aliran Mutazilah.Selanjutnya yang dimaksud dengan kalam adalah kata-kata manusia, maka yang dimaksud dengan ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Ilmu kalam adalah ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni menyangkut aqidah dan keimanan. Akhlak yang baik menurut pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup sekedar disimpan dalam hati, melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa kalam Tuhan itu qadim. Pendapat inilah yang dianut oleh gologan Asyariyah dan lainnya.

Ilmu kalam disebut juga ilmu tauhid karena ilmu ini membahas tentang cara-cara mengesakan Tuhan, sebagai salah satu sifat yang terpenting diantara sifat-sifatNya yang lain. Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Tauhid dapat dilihat sebagai Berikut: 1) Dilihat dari segi objek pembahasannyaIlmu kalam atau ilmu tauhid membahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju semata-mata karena Allah SWT. Dan untuk mengarahkan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman:

Artinya: padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (QS.Al-Byyinah:5)

2) Dilihat dari segi fungsinya,

ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja tetapi juga meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat dalam rukun iman itu.

Hubungan ilmu tauhid dan ilmu akhlak dapat pula dilihat pada eratnya kaitan antara iman dan amal shalih. Misalnya dalam surat al Ashr:

Artinya: demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3)

3) Dilihat dari eratnya kaitan antara iman dan amal shalih.Hubungan antara iman dan amal shalih banyak sekali kita jumpai di dalam Al-Quran maupun hadist. Misalnya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. Al-Nisa, 4: 65).Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut secara seksama akan tampak bahwa ayat tersebut seluruhnya bertemakan keimanan dalam hubungannya dengan akhlak mulia. Ayat tersebut dengan jelas bahwa keimanan harus dimanifestasikan dalam perbuatan akhlak dalam bentuk kerelaan dalam menerima keputusan yang diberikan Nabi terhadap perkara yang diperselisihkan di antara manusia, patut dan tunduk terhadap keputusan Allah dan rasulnya, bergetar hatinya jika dibacakan ayat-ayat Allah, bertawakal, melaksanakan shalat dengan khusyu, berinfaq di jalan Allah, menjauhi perbuatan yang tidak ada gunanya, menjaga farjinya, dan tidak ragu-ragu dalam berjuang di jalan Allah SWT. Maka disinilah letaknya hubungan antara keimanan dengan pembentukan ilmu akhlak.C. Hubungan Akhlak dengan FilsafatFilsafat diambil dari bahasa arab yaitu falsafah, dari bahasa Yunani pilosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata philos yang artinya cinta atau suka, dan kata shopia yang artinya bijaksana. Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya disebut pilosopher atau failasuf (istilah failasuf, lihat ibn Mandzur dalam lisan al-Arab). Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan mengunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi: Metafisika: penyelidikan di balik alam nyata Kosmologia: penyelidikan tentang alam (filsafat alam) Logika

: pembahasan tentang cara berpikir cepat dan tepat Etika

: pembahasan tentang tingkah laku manusia Theodicea: pembahasan tentang ketuhanan Antropolgi: pembahasan tentang manusiaDengan demikian, jelaslah bahwa etika atau akhlak termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan bekembang yang pada akhirnya membentuk rumah tangganya sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika atau akhlak dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri. Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai ke akar-akarnya, universal dan tematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai segala sesuatu. Di dalam filsafat segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya.Di antara filsafat objek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu akhlak adalah tentang manusia. Para filosof Muslim seperti Ibn Sina (980-1037 M.) dan al-Gazali (1059-1111 M.) memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa. Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibn Sina merupakan petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu akhlak.Pemikiran al-Gazali ini memberikan petunjuk adanya perbedaan cara pendekatan dalam menghadapi seseorang sesuai dengan tingkat dan daya tangkapnya. Pemikiran yang demikian akan membantu dalam merumuskan metode dan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan akhlak.Pemikiran tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun. Dalam pemikiran Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan tewujud manakala ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia menunjukkan tentang perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam pembinaan manusia dalam pembinaan akhlaknya.Manusia dalam konteks insan adalah manusia yang berakal yang memerankan diri sebagai subjek kebudayaan dalam pengertian ideal. Gambaran tentang manusia yang terdapat dalam pemikiran filosof itu akan memberikan masukan yang amat berguna dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina manusia, memperlakukannya, berkomunikasi dengannya dan sebagainya. Dengan cara demikian akan tercipta pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai.Ilmu Akhlak Tasawuf sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Akhlak Tasawuf menyatakan :

1. Ilmu filsafat memberikan penjelasan terhadap terminologi-terminologi yang digunakan dalam Akhlak Tasawuf.

2. Ilmu Akhlak Tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati atau kebenaran tertinggi.

3. Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu Akhlak Tasawuf pada aplikasi.

4. Akhlak Tasawuf landasannya berpijak dan bertolak dari perasaan sedangkan filsafat landasannya berpijak pada rasio dan kepandaian menggunakan akal pikiran.

5. Filsafat turut mempengaruhi materi-materi dalam Akhlak Tasawuf.

BAB III

KESIMPULANHubungan antara Akhlak-Akhlak Tasawuf dengan Ilmu Kalam, maupun filsafat sangat erat sekali. Dari ketiganya tidak dapat dipisahkan meskipun ketiga ilmu ini berdiri sendiri-sendiri sehingga terdapat perbedaan-perbedaan yang membedakan antara yang satu dengan yang lain.

Ilmu Kalam atau ilmu ushuluddin yang membahas pokok-pokok dalam islam yang akan mengarahkan perbuatan manusia, Ilmu Jiwa mengarahkan pada aspek batin manusia dengan cara menginterprestasikan prilakunya yang tampak, dan Filsafat sebagai upaya berpikir mendalam, radikal, samapi ke akar-akarnya yang erat kaitannya dengan ilm akhlak adalah tentang manusia, Filsafat sebagai bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu akhlak.

Shaleh Al-Rosdi, Etika, akhlak dan moral (yogyakarta, Lkis, 1989), Hlm. 4

Ibit,. Hlm. 8

Muhammad inam Esha, Falsafah Kalam Sosial (Malang, UIN Maliki PRESS), Hlm. 5

Qs Al-Bayyinah, ayat 5

Qs. Al-Ashr ayat 1-3

Murtadha Mutohhari, Falsafah Akhlak: Kritik Atas Konsep Moralitas Barat (Pustaka Hidayah, 1995) hlm. 3