Akhlak Dan Tasawuf

18
Nama: FARIDAH RUSDIANI NIM: 0900390 TUGAS PAI AKHLAK DAN TASAWUF A. ISLAM DAN PROBLEMA NILAI 1. Problema Nilai baik-buruk dan Benar salah Dalam kehidupan sehari-hari, kita memberi penilaian terhadap beberapa perilaku orang, sering kali kita menentukan baik buruknya sesuatu itu didasarkan psda perasaan dan ukuran-ukuran yang kita tetapkan sendii. Bahkan sering didasarkan pada kepentingan- kepentingan dan tujuan-tujuan yang kita kehendaki sendiri. Kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh setiap manusia dalam menjalani hidupnya sering berbeda-beda. Oleh karena itu alat unk mengukur dan menilai baik buruknya sesuatu jadi tergatung pada diri masing-masing. Ukuran baik buruk pun menjadi tidak jelas dan beraneka ragam. Orang kadang-kadang cenderung menganggap bak buruk suatu perbuatan apabila menguntungkan dirinya sendiri dan 1

Transcript of Akhlak Dan Tasawuf

Nama: FARIDAH RUSDIANI

NIM: 0900390

TUGAS PAI

AKHLAK DAN TASAWUF

A. ISLAM DAN PROBLEMA NILAI

1. Problema Nilai baik-buruk dan Benar salah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memberi penilaian terhadap beberapa

perilaku orang, sering kali kita menentukan baik buruknya sesuatu itu didasarkan

psda perasaan dan ukuran-ukuran yang kita tetapkan sendii. Bahkan sering

didasarkan pada kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang kita kehendaki

sendiri.

Kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh setiap

manusia dalam menjalani hidupnya sering berbeda-beda. Oleh karena itu alat unk

mengukur dan menilai baik buruknya sesuatu jadi tergatung pada diri masing-

masing. Ukuran baik buruk pun menjadi tidak jelas dan beraneka ragam. Orang

kadang-kadang cenderung menganggap bak buruk suatu perbuatan apabila

menguntungkan dirinya sendiri dan menganggap buruk atau salah suatu perbuatan

yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Untuk itulah dalam meniti dan menata kehidupan itu, kita memerlukan

norma dan nilai.untuk menentukan secara obyektif apakah perbuatan dan tindakan

yang kita pilih itu baik atau tidak sehuingga yang terperhatikan bukan lagi

kepentingan diri kita sendiri saja melainkan juga kepentingan orang lain,

kepentingan bersama, kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Dan untuk

itu setiap individu dituntut memiliki komitmen moral yaitu akatan spiritual pada

norma kebajikan dan kebaikan.

2. Manusia dan nilai-nilai kehidupan

1

Kehidupan yang kita tempuh di dunia ini tidak terlepas dari nilai-nilai

kehidupan dimana manusia dalam membuat keputusan untuk bertindak atau tidak

bertindak dalam kehidupan itu, didasari dan didorong oleh nilai-nilai kehidupan

yang mereka anut. Nilai-nilai dalam kehidupan itu sendiri dapat diartikan sebagai

seperangkat tentang keyakinan baik buruk, benar salah, yang dirasakan oleh

individu-individu.

Jadi nilai merupakan ukuran (barometer) yang dipakai oleh individu untuk

mempertimbangkan apakah sesuatu perbuatan itu baik atau buruk.

Sebagai standar nilai membantu seseorang untuk menentukan apakah ia suka

terhdap sesuatu atau tidak.

Nilai kehidupan itu ada yang muncul dan berkembang dari dalam diri

individu sendiri. Nilai ini sering disebut dengan nilai subyektif. Dan ada juga

nilai-nilai yang datang dan diperoleh dari luar dirinya yang merupakan nilai baku.

Nilai ini sering disebut dengan nilai obyektif.

Nilai subyektif biasanya didasarkan pada tujuan-tujuan untuk memuaskan

keinginan-keinginan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri.

Nilai obyektif biasanya didasarkan pada tujuan dan kepentingan bersamadalam

menata kehidupan bersama sehingga tidak terjadi perbedaanpenilaian terhadap

suatu tindakan yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam kelompoknya.

3. Islam sebagai Sebagai Norma Kehidupan

Norma-norma kehidupan yang ditetapkan oleh Islam datang dari Allah, bersifat

sakral, absolut, imperatif, akurat, dan univesal dn memiliki makna ukrawi.

Norma-norma keislaman ditentukan dengan pola-pola perilaku yang disebut

dengan akhlak. Norma-norma Islam (akhlak) diwujudkan dengan bentuk perintah

dan larangan, serta harapan dan penyesalan atas sesuatu perbuatan yang

dilakukan.

B. AKHLAK: MISI DAN TUJUAN UTAMA AGAMA ISLAM

1. Tujuan Ajaran Akhlak

Akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran Islam setelah aqidah dan

syariah.

2

Dengan ajaran akhlak manusia baik sebagai pribadi-pribadi atau secara

bersama-sama, dibersihkan jiwanya, ditingkatkan derajat moral kemanusiaannya,

dan dijauhkan dari kecenderungan-kecenderungan untuk melekukan tindakan

yang mungkin dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

2. Akhlak Sebagai Misi Utama Agama Islam

Perbuatan akhlak merupakan misi inti dari setiap diutusnya Rasul ditengah-tengah

suatu umat.

Di saat suatu masyarakat telah bobrok akhlak dan moralitasnya, maka nabi

atau Rasul mengajarkan akhlak mulia dan mencontohkannya kepada mereka.

“Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan akhlak-akhlak yang

tinggi, mengingatkan manusia pada negeri akhirat” (QS Shad:46)

3. Cakupan dan Lingkup Ajaran Akhlak

Akhlak sebagai ajaran tentang moral dalam Islam mencakup dimensi yang

sangat luas, meliputi seluruh aspek hubungan yang terjalin pada manusia,

termasuk pada dirinya sendiri dan kepada Allah juga dengan alam sekitarnya.

Oleh karena itu norma-norma ynag Islam melingkupi:

a. Akhlak terhadap Allah

b. Akhlak terhadap diri sendiri

c. Akhlak terhadap sesama manusia

d. Akhlak terhadap lingkungan alam

C. SUMBER DAN MODEL AKHLAK ISLAMI

1. Sumber Akhlak Islami

Ukuran-ukuran normatif yang tercakup dalam ajaran akhlak Islam tersebut

bersumber dai Al-Quran yang kebenarannya tidak dapat dibantah dan tidak perli

diperdebatkan. Juga bersumber dari As-Sunnah yang tertuang dalam hadis-hadis

sebagai keterangan dan penjabaran serta petunjuk operasional dari apa yang

dimaksud dalam Al-Quran, As-Sunnah pun merupakan sebuah ketetapan yang

harus diikuti dan petunjuk yang harus ditaati, karena As-Sunnah lahir atas dasar

wahyu dari Allah juga.

2. Nabi Muhammad Saw Sebagai Model dalam Melaksanakan Akhlak Islami

Firman Allah:

3

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak (moral) yang tinggi

QS Al-Qalam: 4

Oleh karena itulah Rasulullah Saw dijadikan oleh Allah swt sebagai model

kepribadian yang sempurna dala menampilkan nila-nilai moral ketuhanan dalam

kehidupan.

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu ketauladanan(ikutan) yang

sebaik-baiknya bagi kamu yang mengharapkan (ridlo) Allah dan (kebahagiaan)

hari akhirat.(QS. Al-Ahzab: 21)

D. TASAWUF: EKSPRESI BATIN MORAL ISLAM

1. Akar Linguistik Kata Tasawuf

Tasawuf berasal dari empat akar kata:

Diambil dari kata bahasa arab shafa atau shafun yang berarti bersih

Dari istilah Ahlus-Shuffah (penghuni serambi) yaitu mereka yang tinggal

di mesjid nabi saw selama beliau masih hidup

As-shuf artinya bulu domba karena mengenakan pakaian bulu domba

merupakan kebiasaan orang-orang di Kuffah

Berakar dari kata shuffatul-kaffa artinya sepon halus yang menunjukan

kepada kaum sufi yang hatinya begitu halus karena kebersihannya.

Orang yanng mengamalkan tashawwuf disebut sufi.

2. Tujuan dan Sumber Tasawuf

a. Tujuan Tasawuf

Tasawwuf adalah suatu cabang dari ilmu keislaman yang leih menekankan

pada tujuan pembersihan diri melalui penerapan ajaran-ajaran akhlak secara

sistemtis dan peresapan nilai-nilai agama secara batiniyah

Tujuan utama orang enempuh jalan tasawuf adalah keinginan kuat untuk merasa

dekat dengan Allah (taqarrub) sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya.

b. Sumber-Sumber Ajaran Tasawuf

Ayat-ayat suci Al-Quran

Perikehidupan, perilaku, dan perkataan Rasulullah saw

4

Perikehidupan para sahabat yang shaleh dan para nabi sebelum Nabi

Muhammad saw

c. Perkembangan Ilmu Tasawuf

Istilah tasawuf muncul pada awal abad 3 Hijriyah dan berkembang menjai

sebuah ilmu dengan ciri-cii tersendiri yang terpisah dari lmu fiqh.

Sekitar abad ke 4H munculah gerakan-gerakan dalam tasawuf yang

dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang lurus. Hal ini terjadi tatkala

pengaruh asing berupa ajara falsafah dan mistik mempengaruhi sebagian penganut

shufi

Pada abad ke 5 H Imam Al Ghazali berusaha mengembalikan tasawuf ke

jalannya yang lurus dan selaras dengan yang digariskan dalam Al-Quran dan As-

Sunnah.

Setelah itu munculah sufi-sufi besar yang membangun tarekat-tarekat lain

dan diakui karena ajarannya selaras dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah

Sejak abad ke 8 H ilmu tasawuf tidak berkembang lagi dan tarekat-tarekat

barupun tak muncul lagi.

d. Konsep-Konsep Ilmu Tasawuf

konsep-konsep dan istilah-istilah yang diperkenalkan dalam ilmu tasawuf

serimgkali memiliki arti sendiri sebagaimana dirasakan oleh pelaku jalan tasawuf

masing-masing. Sebab konsep tersebut memiliki makna batiniyah yang dalam dan

sering kali tidak sanggup diungkapkan dengan kata-kata biasa.

5

DAKWAH DAN AMAR MA’RUF NAHYI MUNKAR

A. DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut bahasa berarti memanggil, menanamkan, mengundang,

menyeru, mengajak, mendoakan yang terkandung di dalamnya artinya

menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapa tujuan tertentu.

Pengertian dakwah menurut istilah Toha Yahya Qemar adalah dapat ditinjau

secara umum dan secara khusus. Pengertian secara umum ialah suatu ilmu

pengetahuan yang berisikan cara-cara, tuntutan, bagaimana seharusnya menarik

perhatian manusia untuk menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat dan

pekerjan tertentu.

2. Tujuan Dakwah

a. menurut M. Natsir

Memanggil kiti kepada syariat, untuk memecahkan persoalan

hidup

Memanggil kita kepada fungsi hidup kita sbagai hamba Allah

Memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki, yakni

menyembah Allah.

b. Menurut Rafiuddin, tujuan dakwah adalah mengajak manusia ke jalan

Tuhan, jalan yang benar, mempengaruhi cara berfikir manusia, cara

berbicara dan bertindak agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

c. Menurut Barmawie Umari, tujuan dakwah adalah memenuhi perintah

Allah swt sesuai dengan (QS Ali Imran: 110)

3. profile seorang Da’i

mempunyai lmu pengetahuan yang luas

Pandangan jauh ke masa depan

Arif bijaksana

Adil dalam bertindak

Sehat jasmani dan rohani

Pandai berkomunikasi

Iklas serta optimis

6

B. AMAR MA’RUF NAHYI MUNKAR

1. Urgensi Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Islam tidak terlepas dari konteks sosialnya. Konsep ummah dalam Al-Quran

menekankan manusia dalam mengembangkan hidup dan mengaktualisasikan

dirinya.

Kesempurnaan pribadi seorang muslim dinyatakan dalam kebersamaanya.

Pertama, kebersamaan dengan kholiknya dalam seluruh pikiran (hablum

Minallah)

Kedua, kebersamaan dengan lingkungannya (hablum minnanas). Karena

itu nilai kualitas dan keislaman seseorang disamping di tentukan oleh ibadah

sangat tergantung pula kepada kontribusinya terhadap lingkungan sosialnya.

Khoirul ummah itu akan tercapai apabila amar ma’ruf nahyi munkar yang

berangkat dari landasan dan tolak ukur iman penuh kepada Allah benar-benar jadi

kenyataan dalam kehidupan muslim.

Amar ma’ruf nahyi munkar merupakan puncakkepentingan dalam Islam. Oleh

karena itu orang beriman harus bagaikan satu badan yang kompak dalam menata

kesolehan, seorang muslim tidak boleh sendirian, ia harus memiliki kepedulian

terhadap orang lain dan lingkungannya. Jika tidak melakukan amar ma’ruf nahyi

munkar sama artinya dengan membiarkan ancaman bahaya menghampiri dirinya.

2. Pengertian dan Hukum Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Kata Amar (memerintahkan) untuk tindakan menuntut pelaksanaan dan kata

nahyi(mencegah/melarang) untuk tindakan pencegahan.

Tindakan amar ma’ruf nahyi munkar pada hakikatnya merupakan tindakan

membentengi diri dan menjaga hak orang lain untuk bebas dari pengaruh

kemunkaran. Itulah sebabnya banyak ulama yang menetapkan hukumnya

wajib, atau paling tidak wajib kifayah. Artinya, jika terjadi suatu kemunkaran

tapi tidak di cegah, padahal ada orang yang bisa melakukannya, maka dosanya

kena kepada semua orang yang kena kewajiban tersebut. Kewajiban inipun

beda-beda tingkatannya sesuai dengan kapasitas dan otoritas yang dimilikinya.

3. Pengaruh kemunkaran

7

Kemunkaran dapat merasuki hati, meracuni fikiran, melemahkan dorongan

berbuat baik, membutakan mata hati, menghilangkan rasa malu, menjauhkan

fikiran dan kesadaran diri mengingat Allah, menimbulkan berbagai macam

rasa takut, dan hal- hal lainnya yang menjurus kepada kenegatifan.

4. Pencegahan Kemunkaran

“ Barang siapa melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan

tangannya jika tidak mampu maka dengan lisannya.Dan jika tidak mampu

juga maka dengan hatinya dan tindakan itu merupakan selemah-lemahnya

iman”

C. JIHAD

1. Konsep Jihad

Jihad bukan semata-mata mengajarkan ibadah ritual dan nilai-nilai moral. Tapi

juga melawan kedzaliman dan ketidak adilan sistem yang berlaku.juga

membimbing kaum lemah-papa untuk mengubah nasibnya dan sebaliknya

menentang kaum aristokrat supaya menghentikan kesewenangan dan

keserakahannya, tentunya itu semua semata-mata untuk berjihad di jalan

Allah.

2. Sabar dalam berjihad

Jihad mengandung makna ujian/cobaan yakni ujian bagi kualitas seseorang

, oleh karena itu jihadmemerlukan ketabahan dan kesabaran.

Jihad adalah pengorbanan dan dengan demikian orang yang berjihad tidak

menuntut atau mengambil tetapi memberi. Jihad tidak mengenal putus asa,

jihad dilakukan semata demi Allah dan berjalan dijalan Allah.

“Hai Nabi kobarkanlah semangat kaum mukmin untuk berperang. Jika ada

diantara kamu dua puluh orang yang sabar maka mereka dapat mengalahkan

dua ratus orang musuh. Kalau ada diantara kamu seratus orang (yang sabar)

maka mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir (Q.S Al-Anfal: 65)

3. Macam-macam Jihad

Jihad dengan harta

Jihad dengan fisik

Jihad dengan nyawa

8

Jihad dengan totalitas manusia

Jihad dengan apapun sesuai bentuk serangan lawan.

4. Jihad Sebagai Upaya Mencapai Syahadah

Banyak ayat al-Quran yang menjelaskan keistimewaan orang yang mati

syahid, mereka diberi rahmat yang tidak ada bandingannya serta ampunan

Untuk menyimpulkan seluruh kemuliaan mati syahid ini Nabi saw bersabda:

“di atas kebajikan tidak ada lagi kebajikan kecuali mati syahid. Tak ada lagi

kebajikan yang lebih utama dari pada itu.”

“Hiduplah dengan penuh kemuliaan atau matilah secara syahid”

9

ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER

A.DEMOKRASI DAN KEPEMIMPINAN ISLAM

1. Musyawarah Islami Versus Demokrasi Dalam sejarah Islam pengalaman empirik demokrasi yang sring

dinisbatkan kepada contoh dari Rasul Allah dan al-Khulafa al-Rasyididun.Secara terminologis, demokrasi tidak dikenal dalam Islam.Adapun istilah musyawarah yang terdapat dalam praktik penyelenggaraan negara modern diidentikan dengan demokrasi.

Ayat al-Qur’an menjelaskan tentang prinsip musyawarah dalam pemerintahan negara oleh Muhammad Yusuf Musa dijadikan dasar musyawarah dengan prinsip:a. Memelihara amanat Allah dengan sebaik-baiknya, menyampaikan hak kepada ahlinya dan mengakui segala hak dengan penuh.b. Menegakkan keadilan dalam urusan ekonomi, sosial, politik,c. Taat dan patuh kepada undang-undang yang telah di tetepkan.

2. Teokrasi dan DemokrasiTeokrasi dalam arti yang sebenar-benarnya sudah tidak ada lagi di dunia.

Secara ontologis Islam dan demokrasi berada pada tataran yang berbeda islam sebagai sebuah sistem keyakinan mengajarkan kesetiaan total manusia terhadap Allah secara vertikal. Sementara demokrasi sebagai idiologi adalah konsepsi produk manusia yang merelatifkan pandangan dogmatis serta absolut, dan senantiasa mengasumsikan proses tawar menawar antara sesama manusia secara horizontal.

3.Titik Temu Demokrasi Dalam mencari hubungan Islam dan demokrasi ini, secara historis

menunjukkan kenyataaan bahwa agama sering kali digunakan oleh para penguasanya dijadikan alat politik dan untuk membela kepentingan kelompok dan melahirkan berbagai kelompok sosial yang berbeda-beda.

4. Demokrasi dan Muslim Indonesia Menurut Notonegoro Pancasila itu adalah mono-dualisme, perpaduan

antara nilai-nilai spiritual dan pemuasan material, yang ukhrawi dan yang duniawi. Di sini ada keunikan pancasila dalam kekuasaan yang diletakkan di bawah Tuhan dan rakyat. Namun istilah yang dimunculkan ini kemudian tidak dikenal di negeri ini kecuali yang populer dengan ciri khas demokrasi yang

10

dikembangkan pada masa Orde baru dengan istilah demokrsi pancasila, sebagai alat legitimasi adanya perbedaan antara demokrasi barat dan demokrasi yang dikembangkan di Indonesia saat itu.Dalam konteks kewanitaan, UUD 45 menjamin kesetaraan pria dan wanita dan pemerintaha kita telah meratifikasi Convention on the elimination of descrimination convention against women, akan teapi bukan tetapi kekuatan undang-undang dan peraturan pemerintah itu dapat menjamin kesetaraan.Pengalaman sejarah wanita membuat jalannya sendiri melalui pengalaman empiriknya, karena alasan terus menerus mendapat perlakuan hak yang marginal itu akhirnya mereka membangun sebuah gerakannya sendiri sebagai perlawanan. Gerakan itu merupakan akibat dari sistem yang tidak adil.

B. GENDER DALAM WACANA ISLAM

1. Konsep gender Respon atas konsep-konsep gender:

a. Hubungan antara manusia yang berjenis kelamin berbeda dan itu

merupakan hubungan hirarkis yang bisa menimbulkan masalah sosial

b. Gender merupakan eksplanatoris tentang tingkah laku, kedudukan sosial

dan pengalaman konsep yang cenderung diskriminatif antara pria dan wanita

c. Gender memformulasikan bahwa hubungan asimetris pria-wanita sebagai

natural order atau normal.

Adapun konsep gender ini dapat dimisalkan dengan: a. Wanita dikenal lemah lembut, cantik, emosional, tidak mandiri, pasif, atau

keibuan.

b. Pria dianggap kuat, rasional, jantan, mandiri, agresif, eksploitatif, dan

perkasa.

Penjelasan-penjelasan konsep gender kemudian di perlukan sehubungan upaya-upaya emansipasi kaum wanita yang sarat dengan persoalan sosial dewasa ini.

2. Keadilan GenderKonsep keadilan dalam gender menurut Islam bahwa Islam mengakui

kesamaan martabat laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar dalam berbagai bidang. Konsep kesejajaran yang mencerminkan keadilan tampak secara normatif.

3. Keadilan gender dalam KeluargaAl-quran mengunggulkan laki-laki diatas perempuan karena kesadaran

perempuan pada zaman itu rendah dan berkewajiban perempuan untuk melakukan

11

pekerjaan domestik.di lain pihak laki-laki dianggap dirinya superioritas lebih unggul karena kekuasaan dan kemampuan mencari nafkah serta membelanjai kaum perempuan.

a. Hak talakDalam konsep tentang talak atau perceraian suami istri diakui adanya hak

cerai dari istri yang disebut khulu’. Hak ini tidak dapat dihalang-halangi oleh siapapun Pada dasarnya Islam memberikan status yang sejajar dan adil bagi wanita tidak hanya dalam menentukan pilihan suami tetapi juga ketika terjadinya ketidakcocokan yang tidak bisa islah (rekonsiliasi) antara keduanya

b. Waris Meskipun dalam kewarisan Islam yang normatif telah ditetapka oleh Al-

Quran bagi orang yang ditinggal mati. Massalah kewarissan ini menjadi isu penting dalam pembahasan keadilan dari sudut pandang gender bagaimana antara laki-laki dan perempuan.

Konsep kewarisan ini ternyata berlatar belakang sosial ekonomi keluarga, maka bisa dipahami bahwa tidak ada halangan untuk memodifikasi terhadap ketentuan waris itu sendiri. Dalam hal ini ajaran atau normatif dalam Islam tentang keadilan gender tetap ditegakkan. Dalam kompilasi hukum Islam di Indonesia baik menurut ketentuan dapat berubah bila para ahli waris baik laki-laki maupun perempuan rela mengadakan perdamaian dalam pembagian harta waris, setelah masing-masing menyadari.

12