Airindya Bella.docx

4
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Gambaran Klinis (Mekanisme dan Manifestasi) Mekanisme Mekanisme reaksi sensitivitas tipe I memiliki tiga fase atau urutan kejadian sebagai berikut 1. Fase sensitasi Fase ini mulai dari pembentukan IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik (Fc Reseptor) pada permukaan sel mast. Dimana fase ini dapat dianggap sebagai tahap pajanan pertama kali. Alergen akan masuk ke dalam tubuh. Kemudian, diproses dan dipresentasikan oleh APC dalam bentuk MHC Kelas II pada permukaannya. Sel T helper akan datang menghampiri dan mengenali alergen tersebut. Selanjutnya sel T akan membawa informasi tersebut menuju sel B dan mengeluarkan sitokin jenis Interleukin-4 untuk merangsang pembentukan IgE spesifik oleh sel B. Sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan melepas IgE dari alergen spesifik yang terdeteksi. Bagian Fc pada IgE akan mengikat reseptor Fc pada permukaan sel mast, sedangkan sisi Fab dari IgE akan berikatan dengan alergen spesifik pada pajanan selanjutnya. 2. Fase aktivasi Terjadi ketika pajanan ulang dengan alergen spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul sehingga menimbulkan reaksi. Ketika alergen datang kembali, maka akan langsung berikatan silang dengan IgE yang sudah terikat oleh sel mast. Ikatan silang ini yang akan mengaktivasi Syk (spleen tyrosin kinase) di dalam sel mast untuk mengeluarkan sinyal yang merangsang degranulasi, produksi Leukotrin, dan transkripsi gen sitokin. Degranulasi merupakan proses pemecahan granul sel mast yang kemudian dibawa ke luar sel. Granul terdiri dari banyak mediator yang dapat menimbulkan efek tertentu. Contoh produknya adalah histamin dan protease. Produksi Leukotrin satu jalur dengan terbentuknya Prostaglandin yaitu dari mediator lipid. Dimana sinyal Syk merangsang metabolisme asam arakidonat untuk merubahnya menjadi mediator jenis lipid dan kemudian disekresi keluar sel. Transkripsi gen sitokin akan melepas sitokin-sitokin keluar sel, misalnya adalah Interleukin dan TNF (Tumor necrosis factor).

Transcript of Airindya Bella.docx

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Gambaran Klinis (Mekanisme dan Manifestasi) MekanismeMekanisme reaksi sensitivitas tipe I memiliki tiga fase atau urutan kejadian sebagai berikut1. Fase sensitasiFase ini mulai dari pembentukan IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik (Fc Reseptor) pada permukaan sel mast. Dimana fase ini dapat dianggap sebagai tahap pajanan pertama kali. Alergen akan masuk ke dalam tubuh. Kemudian, diproses dan dipresentasikan oleh APC dalam bentuk MHC Kelas II pada permukaannya. Sel T helper akan datang menghampiri dan mengenali alergen tersebut. Selanjutnya sel T akan membawa informasi tersebut menuju sel B dan mengeluarkan sitokin jenis Interleukin-4 untuk merangsang pembentukan IgE spesifik oleh sel B. Sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan melepas IgE dari alergen spesifik yang terdeteksi. Bagian Fc pada IgE akan mengikat reseptor Fc pada permukaan sel mast, sedangkan sisi Fab dari IgE akan berikatan dengan alergen spesifik pada pajanan selanjutnya.

2. Fase aktivasiTerjadi ketika pajanan ulang dengan alergen spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul sehingga menimbulkan reaksi. Ketika alergen datang kembali, maka akan langsung berikatan silang dengan IgE yang sudah terikat oleh sel mast. Ikatan silang ini yang akan mengaktivasi Syk (spleen tyrosin kinase) di dalam sel mast untuk mengeluarkan sinyal yang merangsang degranulasi, produksi Leukotrin, dan transkripsi gen sitokin.Degranulasi merupakan proses pemecahan granul sel mast yang kemudian dibawa ke luar sel. Granul terdiri dari banyak mediator yang dapat menimbulkan efek tertentu. Contoh produknya adalah histamin dan protease.Produksi Leukotrin satu jalur dengan terbentuknya Prostaglandin yaitu dari mediator lipid. Dimana sinyal Syk merangsang metabolisme asam arakidonat untuk merubahnya menjadi mediator jenis lipid dan kemudian disekresi keluar sel.Transkripsi gen sitokin akan melepas sitokin-sitokin keluar sel, misalnya adalah Interleukin dan TNF (Tumor necrosis factor).3. Fase efektorFase ini terhitung ketika terjadinya respon kompleks sebagai efek dari mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik. Histamin akan dikeluarkan dan ditangkap oleh 4 macam jenis reseptor dengan distribusi yang berbeda. Reseptor H1 bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular, vasodilatasi, kontraksi otot polos. Sedangkan sekresi mukosa gaster adalah efek dari ikatan dengan Reseptor H2. Prostaglandin menimbulkan efek vasodilatasi, kontraksi otot polos paru, agregasi trombosit, kemotaktik neutrofil, potensiasi mediator lainnya. Leukotrin bertindak atas kontraksi otot polos (jangka lama), meningkatkan permeabilitas, kemotaksis, dan sekresi mukus.Sitokin dapat mengubah lingkungan mikro dan mengerahkan sel inflamasi seperti neutrofil dan eosinofil. Sitokin jenis Interleukin-4 (IL-4) dan IL-3 meningkatkan produksi IgE oleh sel B. IL-5 pengerahan dan aktivasi eosinofil. PMN beserta IL-4 dapat menjadi penyebab demam.

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Gambaran Klinis (Mekanisme dan Manifestasi)Reaksi diawali oleh reaksi antara antibodi dan dterminan antigen yang merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metabolisme sel dilibatkan. Istilah sitolitik bukanlah menggambarkan reaksi dengan efek toksik melainkan reaksi yang menyebabkan lisis. Antobodi mengaktifkan sel yang memiliki reseptor Fc-R dan juga sel NK yang dapat berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui toksisitas antibodi sel dependen.

Reaksi transfusiMekanisme pada transfusi adalah mekanisme umum yang juga terjadi pada berbagai kausa lainnya, namun hanya berbada jenis alergen saja. Reaksi ini terbagi atas dua jenis yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat. Dimana keduanya dibedakan berdasarkan jenis penggolongan darahnya.

REAKSI CEPATSetiap protein dan glikoprotein pada membran sel darah merah dikode oleh masing-masing gen sehingga memiliki tipe yang berbeda. Pada reaksi cepat, terjadi akibat inkompatibel antara golongan jenis ABO. Misalkan pada golongan darah A yang menerima darah dari golongan B. Pada tubuh resepian atau si golongan A akan terjadi pengikatan antara anti-B isohemaglutinin yang merupakan antibodi dengan sel darah B yang dianggap sebagai alergen. Ketika ikatan tersebut terjadi maka komplemen akan terangsang dan mengikat antibodi pada sisi lainnya, dan terjadi lah lisis pada sel darah B tersebut.Reaksi cepat dipacu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik.Gejala khasnya adalah demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah dan hemoglubinurua.

REAKSI LAMBATTerjadi pada mereka yang pernah mendapat transfusi berulang dengan arah yang kompatibel ABO namun inkompetibel dengan golongan lainnya. Darah yang ditransfusi akan memacu IgG terhadap antigen membrean golongan darah seperti, Rhesis, Kidd, Kell, dan Duffy. Reaksi terjadi 2 sampai 6 hari setelah transfusi.

LO 6.2 Memahami dan Menjelaskan Farmakokinetik Anti HistaminAda dua macam anti histamin yang bekerja dengan menghambat reseptor histamin H1 dan H2. Anti Histamin penghambat reseptor H1 berfungsi melawan eritem, edema, pruritus karena menghambat pelepasan histamin endogen. Sedangakan anti histamin penghambat reseptor H2 berfungsi menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Beberapa jenis anti histamin H1 adalah jenis obat yang dapat bekerja hingga menembus sawar otak, sehingga memiliki efek sedatif atau menimbulkan rasa kantuk. Anti Histamine 1 (AH1)Golongan dan Contoh ObatSifat

AH1 Sedatif

Etanolamina. Karbinoksaminb. DifenhidraminSedasi ringa sampai sedangSedasi kuat, anti-motion sickness

Etilenediamina. Pirilaminb. TripelenaminSedasi sedangSedasi sedang

Piperazina. Hidroksizinb. SiklizinSedasi kuatSedasi ringan, anti-motion sickness

Alkilamin : klorfeniraminSedasi ringan, komponen obat flu

Derivat fenotiazin : prometazinSedasi kuat, antlemetik

AH1 Non sedatif

AstemizolFeksofenadinMula kerja lambatRisiko aritmia lebih rendah

Lain-lain : loratadin dan setirizinMasa kerja lebih lama