AIK VI

10
AIK VI TALAK A. Pengertian Talak Talak ( لاق لط ا) menurut bahasa adalah melepaskan ikatan. Kata tersebut diambil dari lafazh لاق ط لاyang maknanya adalah melepaskan dan meninggalkan. Sedangkan talak menurut istilah hukum syara’ adalah melepaskan atau memutuskan ikatan pernikahan. 1. Menurut ulama mazhab Hanafi dan Hanbali mengatakan bahwa talak adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang akan datang dengan lafal yang khusus 2. Menurut mahsab Syafi’I,talak adalah pelepasan akad nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu. 3. Menurut ulama Maliki,Talak adalah suatu sifat hukum yang menyebabkan gugur B. Hukum Talak 1. Talak hukumnya menjadi wajib, apabila dalam hubungan berumah tangga, pasangan suami istri sering bertikai. Kemudian seorang hakim mengutus dua orang juru damai dari kedua belah pihak untuk mendamaikan keadaan keduanya. Namun, setelah juru 34 Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

description

materi al islam kemuhammadiyaan

Transcript of AIK VI

Page 1: AIK VI

AIK VI

TALAK

A. Pengertian Talak

Talak ( الطالق ) menurut bahasa adalah melepaskan ikatan. Kata tersebut

diambil dari lafazh إلطالق yang maknanya adalah melepaskan dan

meninggalkan. Sedangkan talak menurut istilah hukum syara’ adalah

melepaskan atau memutuskan ikatan pernikahan.

1. Menurut ulama mazhab Hanafi dan Hanbali mengatakan bahwa talak

adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang

akan datang dengan lafal yang khusus

2. Menurut mahsab Syafi’I,talak adalah pelepasan akad nikah dengan lafal

talak atau yang semakna dengan itu.

3. Menurut ulama Maliki,Talak adalah suatu sifat hukum yang

menyebabkan gugur

B. Hukum Talak

1. Talak hukumnya menjadi wajib, apabila dalam hubungan berumah

tangga, pasangan suami istri sering bertikai. Kemudian seorang hakim

mengutus dua orang juru damai dari kedua belah pihak untuk

mendamaikan keadaan keduanya. Namun, setelah juru damai melihat

keadaan keduanya, mereka berpendapat bahwa perceraian adalah jalan

terbaik bagi keduanya. Maka, ketika itu suami wajib menceraikan

istrinya.

2. Talak hukumnya menjadi mustahab (dianjurkan), manakala seorang istri

melalaikan hak-hak Allah seperti shalat, shaum, dan yang semisalnya.

Sementara suami tidak memiliki kemampuan lagi untuk memaksanya

atau memperbaiki keadaannya.

3. Talak hukumnya menjadi mubah (diperbolehkan), ketika perceraian itu

sendiri dibutuhkan. Misalkan suami mendapati akhlak istrinya buruk,

34Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 2: AIK VI

sehingga suami merasa dipersulit olehnya. Sementara suami tidak

mendapatkan harapan dari kebaikan istrinya

4. Talak hukumnya menjadi makruh, ketika tidak ada alasan kuat untuk

menjatuhkan talak karena hubungan keduanya harmonis.

5. Talak hukumnya menjadi haram, manakala seorang suami mentalak

istrinya dalam keadaan haidh atau dalam keadaan suci setelah

menggaulinya. Dan ini dinamakan talak bid’ah/talak bid’i, sebagaimana

akan datang penjelasannya.

6. Hukum Talak tanpa Sebab

Pada dasarnya talak adalah perbuatan yang dihalalkan. Akan tetapi,

perbuatan ini disenangi iblis, karena perceraian memberikan dampak

buruk yang besar bagi kehidupan manusia. Terutama terkait dengan anak

dan keturunan. Oleh karena itu, salah satu diantara dampak negatif sihir

yang Allah sebutkan dalam al-Qur’an adalah memisahkan antara suami

dan istri.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 102

Yang artinya : “ Mereka belajar dari keduanya (harut dan marut) ilmu

sihir yang bisa digunakan untuk memisahkan seseorang dengan istrinya”.

C. Macam – Macam Talak

Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak

dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Talak Raj’i

2. Talak Bain

IDDAH

A. Pengertian

Dalam perjalanan perkawinan ternyata tidak berjalan dengan mulus

dan terdapat berbagai halangan dan rintangan yang mengakibatkan tujuan

35Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 3: AIK VI

perkawinan itu tidak bisa dicapai dan sebagai puncaknya terjadilah perceraian.

Akibat dari adanya perceraian inilah yang menyebabkan adanya kewajiban bagi

seorang perempuan untuk “beriddah” atau dalam istilah lain disebut “masa

tunggu”.

Kata iddah berasal dari bahasa Arab yang berarti menghitung,

menduga, dan mengira. Menurut istilah, ulama-ulama memberikan pengertian

sebagai berikut :

1. Syarbini Khatib dalam kitabnya Mugnil Muhtaj mendifinisikan iddah

dengan “Iddah adalah nama masa menunggu bagi seorang perempuan

untuk mengetahui kekosongan rahimnya atau karena sedih atas meninggal

suaminya.

2. Drs. Abdul Fatah Idris dan Drs. Abu Ahmadi memberikan pengertian

iddah dengan “Masa yang tertentu untuk menungu, hingga seorang

perempuan diketahui kebersihan rahimnya sesudah bercerai.”

3. Prof. Abdurrahman I Doi, Ph.D memberikan pengertian iddah ini dengan

“suatu masa penantian seorang perempuan sebelum kawin lagi setelah

kematian suaminya atau bercerai darinya.”

4. Sayyid Sabiq memberikan pengertian dengan “masa lamanya bagi

perempuan (istri) menunggu dan tidak boleh kawin setelah kematian

suaminya.

B. Hukum Iddah

Ulama sepakat atas wajibnya iddah bagi seorang perempuan yang telah

bercerai dengan suaminya. Mereka mendasarkan dengan firman Allah pada

surah Al Baqarah ayat 228 yang artinya “Wanita-wanita yang ditalak

hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”. Rasulullah juga pernah

bersabda kepada Fatimah bin Qais Artinya:  “Beriddahlah kamu di rumah

Ummi Kaltsum.”

36Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 4: AIK VI

C. Macam-macam iddah:

1. Iddah karena cerai mati.

Iddah perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, yaitu ada dua

keadaan, yaitu : Jika perempuan tersebut hamil, maka masa iddahnya

sampai melahirkan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surah Ath-

Thalaq ayat 4. Demikian pula telah disebutkan dalam sebuah Hadits

Rasulullah yang artinya :  “Kalau seorang perempuan melahirkan sedang

suaminya meninggal belum dikubur, ia boleh bersuami.”  Tetapi jika

tidak hamil, maka masa iddahnya empat bulan sepuluh hari.

2. Iddah cerai hidup.

Perempuan yang dicerai dalam posisi cerai hidup dalam hal ini ada

tiga keadaan yaitu :

Dalam keadaan hamil iddahnya sampai melahirkan.

Dalam keadaan sudah dewasa (sudah menstruasi) masa iddahnya

tiga kali suci.

Dalam keadaan belum dewasa (belum pernah menstruasi) atau

sudah putus menstruasi (menopause), iddahnya adalah tiga bulan.

3. Iddah bagi perempuan yang belum digauli, maka baginya tidak

mempunyai masa iddah. Artinya  boleh langsung menikah setelah dicerai

oleh suami.

RUJUK

A. Pengertian

Rujuk artinya kembali. Menurut syara’ adalah kembalinya seorang suami

kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam masa iddah sesudah ditalak

raj’iy.Pendapat lain mengatakan bahwa rujuk bermaksud mengembalikan

perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang daripada tiga kali dalam

masa idah dengan syarat-syarat tertentu. Islam mengajarkan kepada umatnya

untuk berkasih sayang, Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak

37Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 5: AIK VI

perlu mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri terlebih dahulu. Tetapi

seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua,

harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih

dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.

B. Hukum Rujuk

1. Wajib apabila suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-

isterinya dan dia belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap

isteri yang diceraikan itu.

2. Haram apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan

kepada isteri tersebut.

3. Makruh apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.

4. Harus jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belah

pihak.

5. Sunat apabila sekiranya mendatangkan kebaikan.

C. Macam – Macam Rujuk

Rujuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Rujuk untuk talak 1 dan 2 (talak raj’iy)

Dalam suatu hadist disebutkan : dari Ibnu Umar r.a. waktu itu ia

ditanya oleh seseorang, ia berkata, “Adapun engkau yang telah

menceraikan (istri) baru sekali atau dua kali, maka sesungguhnya

Rasulullah SAW telah menyuruhku merujuk istriku kembali” (H.R.

Muslim)

Karena besarnya hikmah yang terkandung dalam ikatan

perkawinan, maka bila seorang suami telah menceraikan istrinya, ia telah

diperintahkan oleh AllahSWT agar merujukinya kembali.

2. Rujuk untuk talak 3 (talak ba’in)

Hukum rujuk pada talak ba’in sama dengan pernikahan baru, yaitu

tentang persyaratan adanya mahar, wali, dan persetujuan.

38Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 6: AIK VI

D. Syarat – syarat Rujuk

Syarat-syarat rujuk yang harus dipenuhi antara lain :

1. Saksi untuk rujuk

Fuqaha berbeda pendapat tentang adanya saksi dalam rujuk, apakah

menjadi syarat sahnya rujuk atau tidak. Imam Malik berpendapat bahwa

saksi dalam rujuk adalah disunahkan sedangkan Imam Syafi’i

mewajibkan.

2. Rujuk dengan kata-kata atau pergaulan istri

Terdapat perbedaan pendapat pula dalam hal ini, sebagai berikut:

Menurut pendapat Imam Malik mengatakan bahwa rujuk dengan

pergaulan, istri hanya dianggap sah apabila diniatkan untuk

merujuk. Karena bagi golongan ini, perbuatan disamakan dengan

kata-kata dan niat.

Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, yang mempersoalkan rujuk

dengan pergaulan, jika ia bermaksud merujuk dan ini tanpa niat.

Menurut pendapat Imam Syafi’i, bahwa rujuk itu disamakan dengan

perkawinan dan Allah SWT memerintahkan untuk diadakan

persaksian, sedang persaksian hanya terdapat dalam kata-kata.

3. Kedua belah pihak yakin dapat hidup bersama kembali dengan baik

4. Istri telah dicampuri

Jika istri yang dicerai belumpernah dicampuri, maka tidak sah

rujuk, tetapi harus dengan perkawinan baru lagi

5. Istri baru dicerai dua kali

Jika istri telah ditalak tiga maka tidak sah rujuk lagi, melainkan

harus telah menikah dengan orang lain kemudian bercerai, barulah boleh

rujuk kembali dengan akad yang baru.

6. Istri yang dicerai dalam masa iddah raj’iy

Jika bercerainya dari istri karena fasakh atau khulu’ atau talak ba’in

atau istri yang dicerai belum pernah dicampuri, maka rujuknya tidak sah.

39Al-Islam Kemuhammadiyahan VI

Page 7: AIK VI

E. Rukun Rujuk

1. Ada suami yang merujuk atau wakilnya

2. Ada istri yang dirujuk dan sudah dicampuri

3. Kedua belah pihak sama-sama suka dan ridho

4. Dengan pernyataan ijab dan qobul

Misalnya, “Aku rujuk engkau pada hari ini” atau “Telah kurujuk

istriku yang bernama…… pada hari ini” dan lain sebagainya yang

semakna.

40Al-Islam Kemuhammadiyahan VI