ai_edisi_13

72
Edisi No.13/Tahun II/Desember 2008 a i A K U N T A N I N D O N E S I A mitra dalam perubahan Harga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa) Rp. 22.500,- (Luar Jawa) Mengelola Aset Saham Saat Krisis Salah Kelola Aset, Opini Disclaimer Menilai Aset Nirwujud Manajemen Aset

Transcript of ai_edisi_13

Page 1: ai_edisi_13

Edisi No.13/Tahun II/Desember 2008ai a k u n t a n i n d o n e s i a

mitra dalam perubahanHarga Rp.20.000,-(PulauJawa) Rp.22.500,-(LuarJawa)

Mengelola Aset Saham Saat Krisis

Salah Kelola Aset, Opini Disclaimer

Menilai Aset Nirwujud

Manajemen Aset

Page 2: ai_edisi_13

ai a k u n t a n i n d o n e s i a

mitra dalam perubahan

VisiIAIMenjadi organisasi terdepan dalam pengembangan pengetahuan dan praktek akuntansi, manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika dan tanggungjawab sosial serta lingkungan hidup dalam perspektif nasional dan internasional.

MisiIAIMemelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika, tanggungjawab, dan lingkungan hidup;Mengembangkan pengetahuan dan praktek bisnis, keuangan, atestasi, non-atestasi dan akuntansi bagi masyarakat; danBerpartisipasi aktif dalam mewujudkan good governance melalui upaya organisasi yang sah serta dalam perspektif nasional dan internasional.

a.

b.

c.

VIsI&MIsIIAI

NamaPengurus

Drs.Zaenalsoedjais Ketua Dewan Penasehat

Drs.soedarjono Anggota Dewan Penasehat

Prof.Dr.ZakiBaridwan,Msc.Anggota Dewan Penasehat

Drs.HansKartikahadi Anggota Dewan Penasehat

Prof.Dr.WahjudiPrakarsa Anggota Dewan Penasehat

Drs.AhmadiHadibroto,Msc.Ketua Dewan Pengurus Nasional

AliDarwin,Ak.,Msc.Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAM

Drs.Atjengsastrawidjaja Anggota Dewan Pengurus Nasional

Prof.Dr.Djokosusanto,MsA. Anggota Dewan Pengurus Nasional

Dr.AinunNa’im,MBA.,Ak.Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAPd

syafriAdnanBaharuddin,Ak.,MBA. Anggota Dewan Pengurus Nasional,

sunardji,sE.,MM.Anggota Dewan Pengurus Nasional

Dra.TiaAdityasih Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAP

Dr.IlyaAvianti,sE.,Msi.,Ak.Anggota Dewan Pengurus Nasional

Drs.MustofaAnggota Dewan Pengurus Nasional

Dr.HaryonoUmar,Ak.,Msc.Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KASP

Drs.KanakaPuradiredja Ketua Majelis Kehormatan

Drs.safaatWidjajabrataAnggota Majelis Kehormatan

B.Hartono,sH.,sE.,Ak.,MH. Anggota Majelis Kehormatan

supriyadiAnggota Majelis Kehormatan

VJH.Boentaran Anggota Majelis Kehormatan

AepsaefuddinRizal Anggota Majelis Kehormatan

Drs.EddieM.Gunadi Anggota Majelis Kehormatan

HerwidayatmoKetua Dewan Konsultatif SAK

ArifArryman Anggota Dewan Konsultatif SAK

Bambangsetiawan Anggota Dewan Konsultatif SAK

Bambangsubianto Anggota Dewan Konsultatif SAK

ErryFirmansyah Anggota Dewan Konsultatif SAK

HenryLumbanToruan Anggota Dewan Konsultatif SAK

IGustiAgungMadeRai Anggota Dewan Konsultatif SAK

IndartoAnggota Dewan Konsultatif SAK

IstiniT.siddharta Anggota Dewan Konsultatif SAK

JhonnyDarmawan Anggota Dewan Konsultatif SAK

JusufHalimAnggota Dewan Konsultatif SAK

Kuswonosoeseno Anggota Dewan Konsultatif SAK

sandiagas.Uno Anggota Dewan Konsultatif SAK

sitiChFadjrijah Anggota Dewan Konsultatif SAK

WahyuKaryaTumakaka Anggota Dewan Konsultatif SAK

Drs.MuhammadJusufWibisana,MEc. Ketua DSAK

AgusEdysiregar,sE. Anggota DSAK

Dr. Etty Retno Wulandari Anggota DSAK

DudiM.Kurniawan,Ak.,MBA.,BAP.Anggota DSAK

Dr.HekinusManao,Ak.,MAcc.,CGFM Anggota DSAK

Drs.JanHoesada,Ak.,MM. Anggota DSAK

Dr.siddhartaUtamaAnggota DSAK

Jumadi,sE.,Ak.,BAP.Anggota DSAK

Prof.Dr.JogiyantoHartonoM,MBA.Anggota DSAK

Merliyanasyamsul Anggota DSAK

RoyImanWirahardja Anggota DSAK

Dr.MeidyahIndreswari Anggota DSAK

RizaNoorKarim Anggota DSAK

RositaUlisinaga Ketua Dewan Penguji USAP

Dr.P.M.JohnL.Hutagaol,M.Com. Wakil Ketua I Dewan Penguji USAP

TohanaWidjajaWakil Ketua II Dewan Penguji USAP

ArzulAndarisaAnggota Dewan Penguji USAP

DwiMartaniAnggota Dewan Penguji USAP

EddyRintis,sE.,Ak.,BAP.Anggota Dewan Penguji USAP

Dra.FeniwatiChendana Anggota Dewan Penguji USAP

Dr.RobertPakpahan Anggota Dewan Penguji USAP

RudyanKopot,sE.,MBA.Anggota Dewan Penguji USAP

Prof.Dr.slametsugiri,MBA.,Akt. Anggota Dewan Penguji USAP

ErickAnggota Dewan Penguji USAP

AgungNugrohosoedibyoKetua Komite Etika

WawatsutantoAnggota Komite Etika

LinusM.setiadiAnggota Komite Etika

setiawanKriswanto Anggota Komite Etika

WiwikUtamiAnggota Komite Etika

sallysalamahAnggota Komite Etika

suyatnoHarunAnggota Komite Etika

syariefBasirAnggota Komite Etika

UntiLudigdoAnggota Komite Etika

Mirawatisudjono,Ak.,Msc.Ketua BPH-KUKK

BambangUtoyo,Ak. Wakil Ketua BPH-KUKK

BramantyoAnggota BPH-KUKK

RakhmatAdisantosa Anggota BPH-KUKK

RetnoWulandari Anggota BPH-KUKK

Dra.suhartatisuharso Anggota BPH-KUKK

UjianiPurnamaningsih Anggota BPH-KUKK

Prof.Dr.IndraWijayaKusuma,MBA.,Ak.Ketua KERPPA

Dr.HildaRossieta Anggota KERPPA

Drs.IndartoAnggota KERPPA

ItoWarsito,Ak.,MBA. Anggota KERPPA

Dr.sumarnoZain,MBA.,AkAnggota KERPPA

Page 3: ai_edisi_13

29

Daftar Isi aiBERITA:7

Laporan Utama :

1416

Interviu

20

Kris Kuntadi :

Opini

Salah Kelola Aset, LKPD Disclaimer

MENILAI ASET NIRWUJUD

Suyatno HarunCarut Marut Aset Negara

RUWETNYA INTERNAL KONTROL

PEMERINTAH KITA !

Sinergi Komite Audit, Internal Auditor, dan Whistleblower dalam Mengungkapkan Praktek Kecurangan

3236 MENGELOLA ASSET SAHAM

SAAT TERJADI KRISIS EKONOMI

23 Perubahan Mindset dalam Akuntansi Aset

Edisi No.13/Tahun II/Desember 2008ai a k u n t a n i n d o n e s i a

mitra dalam perubahanHarga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)

Rp. 22.500,- (Luar Jawa)

Mengelola Aset Saham Saat Krisis

Salah Kelola Aset, Opini Disclaimer

Menilai Aset Nirwujud

Manajemen Aset

Page 4: ai_edisi_13

KOREsPONDEN

IAI Wilayah Sulawesi Utara Coco Departement Store Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 458 Tlp 0431-822009 Fax 0431-852963

IAI Wilayah Kalimantan Barat KAP. Sardjono, Budi Sudarnoto Jl. Purnama No. 168 A Tlp 0561-763368

IAI Wilayah Riau Jl. Durian No. 1F Samping pemancar TVRI, Labu Baru Pekanbaru 28291 Tlp 0761-22769 Fax 0761-63268

IAI Wilayah Jawa Timur Bapak Tjiptohadi Sawarjuwono Jl. Ngabel No. 143 D Surabaya 60246 Tlp 031-5021125

IAI Wilayah Jambi BPKP Perw. Jambi Jl. HOS Cokrominoto No. 107 Jambi Tlp 0741-61682

IAI Wilayah Sumatera Barat BPKP Perw. Sumatera Barat Jl. HR. Rasuna Said No. 69 Padang 24114 Tlp 0751-33898 Fax 0751-31688

IAI Wilayah Jawa Tengah BPKP Perw. Jawa Tengah Jl. Raya Semarang, Kendal Km 12 Semarang 50138 Tlp 024-8663207

IAI Wilayah DI. Yogyakarta STIE YKPN Jl. Senturan Yogyakarta 55281 Tlp 0274-584321 Hp 0813-28379369 (Awan )email : [email protected]

IAI Wilayah Jawa Barat LPAP Widyatama Jl. Cikutra No. 204 A Bandung 40125 Tlp. 022-7206713

IAI Wilayah Sumatera Utara Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan 20152 Tlp 061-4155100

IAI Wilayah Sumatera Selatan Jl. Veteran/Vandi Angsoko I No. 324Palembang 30125 Tlp 0711-319876

IAI Wilayah Kalimantan Selatan BPKP Perw. Kalimantan Selatan Jl. Jend. Gatot Subroto No. 22 Banjarmasin Tlp 0511-3251409

IAI Wilayah Kalimantan Timur Jl. Ir. Hr. Juanda No. 94 Rt.7 Rw.3 Kel. Air Hitam Samarinda 75124 Tlp 0541-748442

TB GramediaTB Gunung AgungTB Kharisma

Selingan

ai

Feature :56

PLUS MINUS STRATEGI DIVERSIFIKASIKolomPasarModal

54

Khas Akuntan :39HASIL PENILAIAN INDEPENDEN DAN PENENTUAN HARGA AKUISISI

HUKUM BELUM PERHATIKAN ASET KEKAYAAN INTELEKTUAL

Laskar Akuntan Dituturkan Mustofa & Jan Hoesada 59

66MINUM AIR PADA SAAT PERUT KOSONG

KEWAJIBAN PENGHENTIAN AKTIVA TETAP Oleh: Marisi P. Purba* 49

Oleh : Golrida Karyawati P

Redaksi menerima tulisan, artikel, kritik dan saran. Silahkan kirim ke alamat redaksi di:

Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo no.111 Tebet, Jakarta Selatan 12810, Indonesia

faximile 021 829 0324 atau, email: [email protected]

InternasionalGlobal Standars

63

Page 5: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

5

PENGANTAR REDAKSI

SUSUNAN REDAkSI

PEMIMPIN UMUM J. Widodo H. Mumpuni PEMIMPIN USAHA Trya Perdana Mukna PEMIMPIN REDAkSI Ellya Noorlisyati REDAkTUR

PELAkSANA Monalisa DEWAN REDAkSI Cris kuntadi, Sri Penny Ratnasari, Bagus Rumbogo, M. Yasin Mustofa, Yusuf John, Handoko Tomo

SEkRETARIS REDAkSI Imam Basori MARkETING Ria REPoRTER Yessy M., Zubi Mahrofi DESAIN Ivhan SIRkULASI Suka

ALAMAT REDAkSI kantor IAI Wilayah Jakarta, Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo no.111 Tebet, Jakarta Selatan 12810, Indonesia

TELEPHoNE 021 837 07344, 8353588 fAxIMILE 021 829 0324 EMAIL [email protected] REkENING BCA cabang Tebet

Saharjo A/C No. 092.3009130 a/n IAI Wilayah Jakarta

opini yang diekspresikan dalam AkUNTAN INDoNESIA tidak merepresentasikan pandangan Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia atau editor tidak bertanggungjawab atas ketidakakuratan dari pernyataan, opini atau saran yang terdapat dalam tulisan maupun pariwara.

Manajemen Aset saat ini menjadi issue yang sangat penting setelah BPK memberikan Opini disclaimer pada berbagai departemen dan pemerintah daerah bahkan departemen keuangan merupakan departemen terbesar memperoleh opini disclaimer, begitu pula pemprov DKI Jakarta yang merupakan pemerintahan di Ibu Kota juga memperoleh opini disclaimer.

Ternyata biang kerok opini disclaimer dipengaruhi karena kurang tertibnya pengelolaan aset yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah. Bisa dibayangkan negara yang sudah 60 tahun lebih merdeka, tidak mempunyai catatan aset yang memadai, sedangkan aset negara adalah simbol kekayaan negara, maka semakin banyak aset negara yang terlantar, semakin miskin pula negara itu. Begitu juga sebaliknya, dengan demikian mengelola aset negara yang benar adalah suatu keharusan, demikian disampaikan oleh Suyatno Harun, salah satu direktur pada Direktorat Jenderal pengelolaan kekayaan negara Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Upaya pembenahan aset negara yang dilakukan oleh pemerintah sangat serius dengan keluarnya Kepres 17 tahun 2007 yang meminta menteri keuangan melakukan penertiban seluruh aset negara, maka penertiban aset negara itu mulai menemukan arah. Dan kita berharap semoga penertiban aset negara akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia.

Selamat membaca.

ManajemenAset

Page 6: ai_edisi_13

ApaKataMereka?

Sebagai Auditor kami harus berwawasan luas, majalah Akuntan Indonesia pilihan kami untuk bahan referensi.AuditorBadanPemeriksaKeuanganRepublikIndonesia

Walaupun Saya di semarang, saya baca majalah Akuntan Indonesia biar selalu up to date.

Venancia-akuntanpublikSaya tertarik juga untuk membaca majalah Akuntan Indonesia, buat lebih mengenal akuntansi

Jayasuprana-PakarKelirumologi

Page 7: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

7

Berita

PENGELOLAAN ASET NEGARA BELUM TERTIB

JAKARTA - Pengelolaan aset barang milik negara dan tanah yang dimiliki pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda) dinilai masih kurang tertib. Hal ini terlihat dari pencacatan dan bukti hak aset-aset tersebut.“Kurang tertibnya pencatatan berdampak

pada kewajaran pelaporan aset dalam laporan keuangan. Rawan terhadap penyalahgunaan, dan rawan pengakuan aset oleh pihak lain yang kemudian menjadi sengketa,” ujar Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution, dalam sidang paripurna penyerahan hasil pemeriksaan semester II tahun anggaran 2007 kepada DPR RI, di Gedung MPR-DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (10/4/2008).Menurutnya, pemeriksaan pengelolaan

aset tersebut dilaksanakan pada 19 departemen atau lembaga meliputi nilai aset sebesar Rp109,33 triliun, dengan cakupan pemeriksaan senilai Rp55,09 triliun. Sedangkan temuan pemerikasaan minimal Rp19,27 triliun.Sementara, pemeriksaan pada 52 pemda

meliputi nilai aset Rp54,07 triliun, cakupan pemerikasaan Rp46,68 triliun, dan nilai temuan pemeriksaan minimal Rp18,49 triliun.“BPK merekomendasaikan pemerintah

pusat dan pemda untuk melakukan inventarisasi atau penertiban aset barang milik negara dan hak tanah yang dikelola pemerintah pusat dan pemda,” katanya. (hsp)

JAKARTA - Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan kementerian atau lembaga (LKKL) tahun 2007 serta laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2006,

secara umum semakin memburuk. “Hasilnya menunjukan bahwa tiga tahun

terkahir ini kedua laporan ini memiliki tendensi yang semakin memburuk dari tahun ke tahun,” ujar Ketua BPK Anwar Nasution, dalam sidang paripurna di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (3/6/2008).Menurutnya, dari seluruh laporan, hanya

kementerian/lembaga (K/L) yang berskala kecil atau baru dibentuk yang mampu memperoleh opini wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion.Setidaknya BPK menemukan tiga kelemahan

yang menonjol dalam LKKL, yakni:1. Adanya pendapatan negara dan

hibah yang berada di luar APBN pada 15 departemen atau lembaga negara.2. Adanya belanja negara yang berada

di luar APBN pada 16 departemen atau lembaga negara. 3. Kurang tertibnya infentarisasi dan

penilaian aset tetap pada 58 departemen atau lembaga negara. Sedangan untuk LKPD, BPK melihat hampir

ada tidak kaitan dan keterpaduan antara APBN pemerintah pusat dan APBD provinsi atau kota atau kabupaten dan sebagian permasalahan daerah. Hal ini terjadi karena pemerintah pusat menerbitkan peraturan yang saling bertentangan dan berubah, serta multiintepretasi. (rhs)

IFRA TERAPKAN CORPORATE GOVERNANCE

Jakarta – Indonesian Financial Reporting Award (IFRA) 2008 yang digagas oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) adalah salah satu wujud sosialisasi dan apresiasi bagi perusahaan yang telah menerapkan prinsip Corporate Governance (CG) dengan baik terkait dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas, demikian perwakilan dewan

juri Bambang PS Brojonegoro, saat IFRA 2008 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. “IFRA memberikan penghargaan kepada

perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap ketentuan BAPEPAMLK No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik (P3LKE-PP),” jelas Bambang.Bambang menjelaskan, dalam rangka

mendorong peningkatan transparansi dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan khususnya perusahaan yang terdaftar di BEI diharapkan dapat memotivasi pelaku pasar modal dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pengungkapan informasi yang disajikan pada laporan keuangan.“Karena Profesi Akuntan selalu menjadi

sorotan publik bila terjadi krisis ekonomi atau yang berhubungan dengan angka dalam suatu negara,” terang Bambang, seraya menambahkan, maka itu kami mengadakan IFRA.Bambang mengatakan, penganugerahan

ini diawali oleh kebutuhan Departemen Akuntansi FEUI dalam membantu pihak regulator memberikan motivasi terhadap perusahaan publik untuk lebih transparan serta menjembatani penelitian dalam bidang akuntansi antara akademisi, praktisi dan regulasi.“BAPEPAMLK dan BEI dalam hal

ini mendorong perusahaan publlik meningkatkan transparansi dan leporan keuangan yang akuntabel sesuai ketentuan Surat Edaran BAPEPAM-LK No: SE-02/PM/2002,” ujar Bambang.Bambang mengatakan, IFRA 2008 yang

digagas Departemen FEUI ini bekerjasama dengan BAPEPAM-LK dan Harian Bisnis Indonesia yang didukung juga oleh organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).(**Is/)

Page 8: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

8

ANIS: PERLU ANTISIPASI KRISIS SEJAK DINI

Jakarta - Perekonomian dunia, saat ini sedang mengalami kekacauan. Turbulensi ekonomi akan terus berjalan sampai tahun 2009. Oleh karena itu, kata pejabat Bapepam Departemen Keuangan, para pelaku bisnis dituntut untuk mengantisipasi dari berbagai kemungkinan yang terjadi. Krisis ekonomi tersebut, kata Kepala

Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam LK, Anis Baridwan, di Jakarta, pekan lalu, akan memberikan dampak pada kemampuan likiuditas perusahaan. “Pemerintah menerbitkan PERPPU dan PP

tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),” jelas Anis, sebagai upaya mengantisipasi lari dana keluar atau rush. LPS menjamin dana nasabah sampai dengan

Rp 2miliar pernasabah, sebelumnya dana nasabah hanya dijamin sampai dengan 100 juta rupiah,” katanya. Anis mengatakan, dampak yang terjadi

sebagai akibat iklim bisnis global tersebut mempengaruhi kondisi berbagai industri usaha dan pasar modal di Indonesia.Sementara itu Direktur Pencatatan PT

Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito mengatakan, pemerintah menyiapkan beberapa langkah untuk menstabilkan, memenangkan, dan mengamankan pasar modal, diantaranya, pertama, dihapusnya aturan market to market untuk surat utang yang dimiliki perbankan.Kedua, pelonggaran aturan terkait buy

back oleh seluruh emiten di bursa, ketiga, menambah likuiditas melalui belanja kementrian dan lembaga. Keempat, pembelian saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “PERPPU No.4 tahun 2008 memungkinkan

Pemerintah dan BI untuk menyuntik likuiditas

dan memberi insentif baik untuk perbankan maupun institusi keuangan nonblank,” kata Eddy.Lebih lanjut Eddy mengatakan, peraturan

ini hanya dapat dipergunakan apabila terjadi masalah yang dianggap sistemik terhadap kondisi likuiditas dan solvency baik di bank dan institusi keuangan non bank.“Selain itu negara Asia Tenggara dengan

dukungan dari Jepang, China dan korea Selatan sedang menyususn sebuah lembaga ‘Crisis Fund’ yang mengelola puluhan miliar dolar untuk membeli utang macet dan membantu kawasan tersebut kaluar dari krisis,” tegasnya.(Ir/*)

Pelantikan Pengurus IAI Wilayah Jakarta Periode

2008-2012

Pada tanggal 7 November 2008 diadakan Pelantikan Pengurus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Jakarta dengan mengusung tema aktivasi Good Governance Sektor Publik dan Swasta melalui upaya-upaya layanan satu atap untuk pengembangan profesi akuntansi (akuntan publik, akuntan manajemen/perusahaan, akuntan sektor publik/pemerintah, dan akuntan pendidik), IAI Wilayah Jakarta telah menerbitkan majalah Akuntan Indonesia

yang dapat digunakan sebagai mitra dalam perubahan, termasuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (corporate social responsibility atau CSR).Dilantik oleh Pak Ahmadi Hadibroto

dengan dihadiri oleh Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia, Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia, Dewan Penasehat Ikatan Akuntan Indonesia.

PENGUSAHA DIHARAPKAN MENERAPKAN SISTEM PRUDENT

Jakarta - Ditengah ketidak pastian kondisi usaha, Bank Central Asia (BCA) senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam aktivitas penyaluran kredit serta menjaga posisi likuiditas dalam jumlah yang memadai, demikian kata Presiden Direktur Asia Tbk, D.E. Setijoso saat jumpa pers di Jakarta. “BCA membukukan kredit yang signifikan

sebesar 53,3 persen YoY menjadi Rp 105,5 triliun pada akhir September 2008 dibandingkan dengan Rp 68,8 triliun pada akhir September 2007,” katanya. Ia menambahkan, rassio kredit terhadap

dana pihak ketiga (LDR) meningkat menjadi 5,47 persen pada akhir September 2008 dari 40,7 persen pada akhir September 2007. “Sedangkan kredit korporasi tumbuh sebesar 74,9 persen YoY menjadi Rp 46,1 triliun didukung oleh tingginya permintaan kredit disektor telekomunikasi, perkebunan dan pertanian, dan sektor pertambangan,” ujarnya.Rasio kredit bermasalah (NPL) relative

cukup rendah tercatat sebesar 0,6 persen dengan cadangan kredit bermasalah sebesar 351,6 persen, sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 16,0 persen diatas

Page 9: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

9

angka minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 8 persen.“Saat ini PT BCA Tbk mendapatkan laba

bersih sebesar Rp 4,0 triliun sampai akhir triwulan ketiga 2008, meningkat 19,0 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” katanya.Setijoso menegaskan, BCA memiliki fondasi

yang kokoh untuk melanjutkan upaya pengembangan franchise value sebagai bank transaksional. “Upaya pengembangan franchis value kita melakukan investasi pada insfrastruktur jaringan serta memperkaya ragam produk dan layanan untuk memberikan kenyamanan bagi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan,” tegasnya. (Ay/*)

DANA KAMPANYE TAK DAPAT DI AUDIT ?

Jakarta, Ketua Dewan Pengurus Nasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dr. Ahmadi Hadibroto menegaskan, audit dana kampanye partai politik tak mungkin dilakukan, karena belum ada mandat kepada akuntan publik terhadap audit itu. Menurut Hadibroto, di Jakarta, pekan

lalu, Undang-undang No 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Anggota Legis Latif, tak memberikan ruang gerak untuk mengaudit masalah itu. ”Andaikan ada ruang gerak untuk mengaudit,

tak dapat dilaksanakan dalam waktu dekat, karena waktu yang diberikan hanya 30 hari sementara, jumlah partai cukup banyak dan masalahnya cukup komplek, sehingga tak akan ada akuntan publik yang sanggup mengerjakan masalah itu,” katanya. Menjawab pertanyaan, ia mengatakan, sulit

mencari solusi. ”Solusi apapun pasti juga

akan melanggar dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,” katanya. Sulitnya akuntan publik untuk mengaudit

dana kampanye dan para calon anggota legis latif itu, kata Ahmadi, jumlah calon legis latif lebih dari 1.000 orang sementara jumlah akuntan publik tak ada seribu orang. Jumlah partai juga lebih dari 38 partai yang

tersebar di seluruh cabang. Hal itu-lah yang menjadi kesulitan para akuntan untuk mengauditnya. Kesulitan untuk mengaudit dana kampanye

itu juga diakui oleh Anggot Komisi Pemilihan, Syamsul Bachri. Ia mengakui ada kesulitan soal audit dana kampanye. ”Dalam hal audit dana kampanye, Komisi Pemilihan juga menyadari akan terjadi kesulitan bagi yang mengaudit, karena partainya tersebar di beberbagai daerah di seluruh Indonesia,” katanya, seranya mengatakan, bagaimana mungkin dapat menngumpulkan dana secara cepat. Komisi, Pemilih, kata Syamsul, sampai saat

ini belum mengetahui solusi masalah itu. Ada kemungkinan laporan dana kampanye di tingkat kabupaten/kota akan di bawa ke tingkat pusat, sehingga mudah untuk mengauditnya. (**tem)

OBAMA MAMPU PERCEPAT SELESAIKAN KRISIS EKONOMI

Jakarta - Terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden AS dari Partai Demokrat, diyakini bakal mempercepat penyelesaian krisis keuangan global mengingat krisis ekonomi saat ini tak lepas dari kebijakan pemerintah AS sebelumnya. Skandal yang terjadi di kredit properti

(subprime mortgage) memiliki andil yang besar terhadap krisis ekonomi saat ini. .

Kemenangan Obama dalam Pemilihan Umum di AS pada 4 November 2008, diharapkan segera dapat menangani masalah ekonomi dalam negeri AS yang cenderung bangkrut, pengangguran yang tinggi, serta beban anggaran dan utang yang besar. “Karakter pribadi, garis partai serta dominasi

Demokrat di Kongres akan memberikannya kemampuan untuk menghadapi tantangan itu,” kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas, Bambang Prijambodo, belum lama ini. Menjawab pertanyaan, pengaruh Obama

pada ekonomi Indonesia, ada tetapi tidak serta merta. “ Politik luar negeri yang `softpower`

akan memberikan lingkungan global yang lebih kondusif bagi peningkatan hubungan ekonomi dunia yang bermanfaat bagi masing-masing negara,” katanya.Perhatian presiden baru itu, katanya, cukup

besar kepada masalah sosial dan ekonomi, serta posisi Indonesia yang strategis baik secara geopolitik dan geoekonomi akan mendorong hubungan ekonomi yang lebih baik **is/anti../

SUN PRIMADONA SARANA INVESTASI SEKTOR PERBANKAN

Jakarta, Sedikitnya 25 persen dari jumlah Surat Utang Negara (SUN), berada ditangan perbankan, sehingga harga SUN sulit melemah, kata Direktur Pengaturan dan Penelitian Perbankan Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah kepada pers di Jakarta, pekan silam. Kanjian Bank Indonesia menyebutkan,

perbankan Indonesia masih kuat untuk menghadapi gejolak finansial, karena semua masalah yang akan terjadi sudah

Page 10: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

10

diantisipasi. Dicontohkan, untuk melihat ketahananan

sektor perbankan, BI menggunakan beberapa skenario terburuk, diantaranya nilai tukar, harga SUN, dan suku bunga. Kesimpulannya perbankan Indonesia masih

cukup tahan menyerap berbagai gejolak itu. Kajian BI juga menyebutkan, perbankan

yang saat ini memiliki portofolio surat utang negara (SUN) yang cukup besar, mampu menahan penurunan SUN hingga 25 persen. Perbankan, menurut dia, cukup kuat

terhadap gejolak nilai tukar rupiah. “Tidak ada satupun perbankan yang kolaps bila rupiah melemah hingga Rp15.000 per dolar AS,” katanya.Selain itu, ia juga mengatakan perbankan

masih cukup tahan terhadap peningkatan suku bunga acuan. “Bila suku bunga naik sebesar satu persen, maka rasio kecukupan modal perbankan hanya tergerus 0,23 persen,” katanya.Sementara bila dinaikan hingga dua persen,

menurut dia, hanya terdapat satu bank yang tergerus rasio kecukupan modalnya hingga di bawah delapan persen.Di sisi resiko kredit, menurut dia, sampai

dengan saat ini perbankan masih memiliki kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin dari kredit bermasalah (NPL/non performing loan) yang hanya 3,9 persen.(***yubi)

CADANGAN DEVISA 50.58 MILIAR DOLAR AS

Jakarta, Jumlah cadangan devisa Indonesia per Oktober 2008 mencapai 50,58 miliar AS. Jumlah itu cukup aman untuk mendukung impor dan ekspor Indonesia. Pengamat ekonomi dari INDEF menilai

cadangan devisa Indonesia hingga saat ini

masih cukup aman untuk menangkal dampak krisis finansial global, kata Direktur INDEF, Mohammad Ikhsan Modjo. Dikatakan, nilai 50,8 miliar dolarAS itu

lima kali lebih besar dari nilai impor. “Masih bisa ditoleransi.” Meskipun demikian ia menyarankan, Bank

Indonesia untuk tetap waspada, jika dalam dua bulan cadangan devisa tergerus lebih dari 5 miliar dolar AS, hanya untuk intervensi pasar uang.Data Bank Indonesia menyebutkan

cadangan devisa akhir bulan Agustus 58,358 miliar dolar AS, dan akhir September 57,108 miliar dolar. “Sehingga dalam dua bulan terakhir sudah

tergerus hampir sekitar 8 miliar dolar. Padahal di akhir Pebruari 2008 cadangan devisa kita sempat menyentuh level 67,125 miliar dolar AS,” ingatnya.Ikhsan menambahkan, jika ‘trend’

penurunan tersebut berlanjut, ditambah defisit neraca perdagangan, dalam enam bulan ke depan ekonomi Indonesia bisa terganggu. (Is/IA)

PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL 6,2 PERSEN

Jakarta, Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2008 akanmencapai 6,2 persen sejalan dengan membaiknya ekonomi makro, seperti stabilnya nilai tukar dan harga barang pokok. Pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun

2008 diperkirakan sekitar 6,1 - 6,2 persen. “Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi kita masih bisa di sekitar 6,1-6,2 persen untuk tahun 2008,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono.Kegiatan ekonomi pada triwulan III

mencapai pertumbuhan 6,4 persen, cukup

tinggi. Namun demikian pada triwulan IV diperkirakan akan menurun. Sisa dua bulan ini menurut dia, penurunan perekonomian akan terasa.“Kita perkirakan dampak penurunan

ekonomi dunia akan mempengaruhi kegiatan ekonomi di Indonesia, sehingga maksimum yang didalam best line skenario mungkin di triwulan IV hanya 5,9 persen,” katanya.Sementara sumber lain juga menyebutkan,

neraca berjalan khususnya transaksi berjalan masih mengalami defisit sangat besar, karena harga komoditi dunia mulai turubn, permintaan turun sehingga membuat ekspor turun.“Namun triwulan IV ada sedikit kabar

baik, ditengah permintaan dunia yang uturun drastis, kita masih lihat ekpor kita masih bertahan, tidak seburuk dari yang kami perkirakan semula,” katanya. Ia menambahkan penurunan ekspor baru akan terasa pada 2009. Sementara itu,menurut dia, impor telah

mengalami penurunan yang cukup tinggi sehingga defisit di triwulan IV pada neraca berjalan (current account) telah menurun. (Yub/)

Page 11: ai_edisi_13
Page 12: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

12

Alumni Universitas Sumatera Utara lulus tahun 1980 menjalankan praktek akuntan publik dan menjadi dosen di Universitas Sumatera Utara.Erwin yang berpostur layaknya orang bule sering disangka wisatawan mancanegara dan diajak ngomong inggris padahal orang medan loh.Ayah satu putra yang selalu kelihatan trendy memiliki motto selalu berbuat yang terbaikmenjadi auditor dan dosen adalah pilihan hidupnya, karena kedua profesi ini akan membantu mahasiswa dan klien untuk berkembang. Motto IAPI jujur dan ahli sangat tepat dan berpesan kepada akuntan publik lain untuk selalu selaras dengan motto IAPI.

Managing Partner KAP. Drs. Hananta, Budianto & Rekan telah go internasional kerja sama dengan UHY Internasional adalah gelar akuntan diperoleh dari Universitas Erlangga tahun 1982, Bapak Hananta aktif sebagai pengurus IAPI, profesi sebagai akuntan publik awalnya terpaksa tetapi kini menjadi profesi yang ditekuninya sampai kapanpun karena menjadi akuntan publik membuatnya bahagia, dapat mencerdaskan para auditor muda. Hananta masih bertahan di Semarang tidak berminat untuk hijrah ke Jakarta dengan alasan karena di jakarta selalu macet dan persaingan sangat ketat, daerah lebih santai ujarnya. Motto hidupnya adalah hidup dijalanin dengan bahagia.

Drs.HanantaBudianto

Reuni

ErwinAbubakar

Page 13: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

13

Sofyan Lulusan tahun 1975 setelah itu langsung menjadi dosen oleh karena selalu haus menimba ilmu agar dapat mencerdaskan mahasiswa, oleh karenanya gelar Doktor diraihnya dan menjadi profesor.Untuk praktek, Sofyan mendirikan kantor akuntan publik Drs. Sofyan Syafri & Rekan di Jakarta.Sebagai seorang akuntan publik tantangan dan godaan sangat besar, tetapi karena motto hidupnya adalah jujur dan ahli maka godaan yang sangat besar tidak berarti. Untuk pemutakhiran pengetahuannya sofyan sering menghadiri seminar atau menjadi pembicara baginya proses belajar tidak pernah berhenti.

ProfDr.sofyansyafriHarahap

Suwardi adalah salah satu akuntan publik di pekan baru yang sangat sedikit, saat ini suwardi menjadi pimpinan cabang KAP. Drs. Gafar Salim & Rekan di Pekanbaru, Suwardi adalah alumni universitas Andalas lulus tahun 1990 langsung bekerja di Kantor Akuntan Publik sampai menduduki jabatan sebagai pimpinan cabang. Menjadi akuntan publik di daerah tantangannya adalah harus memberikan edukasi pada klien tentang manfaat jasa akuntan publik. Dengan adanya undang-undang keuangan negara maka akuntan publik didaerah menjadi sangat dibutuhkan.Oleh karena itu suwardi mengajak rekan-rekan akuntan publik dijakarta untuk hijrah ke pekan baru. Anda berminat ?

Reuni

suwardiGunawan

Page 14: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

14

BPK tak memberikan o p i n i (d i sc la imer) t e r h a d a p 58 laporan k e u a n g a n p e m e r i n t a h daerah, 282 l a p o r a n

k e u a n g a n pemerintah daerah diberi pendapat Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan 19 daerah mendapatkan opini terburuk

Menurut Chris Kuntadi, auditor BPK yang juga sekretaris IAI Jakarta, opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disclaimer berarti BPK tidak dapat menyimpulkan bagaimana laporan keuangan itu apakah wajar atau tidak atau auditor tidak mampu meyakinkan dirinya sendiri pada prosedur-prosedur yang telah dilakukan apakah laporan keuangan itu wajar atau tidak.

Ada beberapa sebab yang menyebabkan LKPD disclaimer. Pertama, karena pembatas ruang lingkup audit.

Kedua, auditor tidak dapat melakukan prosedur-prosedur tertentu untuk meyakinkan apakah laporan keuangan itu wajar. Misal, terkait dengan jumlah aset yang tidak sesuai. Antara data akuntansi yang dikelola oleh biro keuangan dan

data akuntansi yang dikelola oleh biro perlengkapan tidak cocok.

Ketiga, auditor tidak mendapatkan bukti-bukti suatu perkiraan yang signifikan.

Tak Berhubungan dengan Korupsi

Chris menambahkan, LKPD disclaimer jumlahnya mencapai 40-50%. “Sebetulnya opini itu tidak selalu berhubungan langsung dengan korupsi, artinya kalau opini Wajar tanpa Pengecualian (WTP) bukan berarti bahwa tidak ada korupsi sama sekali. Opini WTP bukan berarti tidak ada suatu masalah apapun, tetapi opini yang disclaimer atau tidak wajar itu bukan berarti bahwa didalamnya banyak sekali korupsi. Karena tidak ada hubungan langsung antara opini atau laporan keuangan dengan korupsi,” katanya

Ia berpendapat, opini yang diberikan oleh BPK mempunyai arti bahwa ada sesuatu masalah sehingga auditor tidak dapat meyakinkan dirinya terhadap kewajaran laporan keuangan. Biasanya di neraca unsur paling besar adalah aktiva tetap, sehingga jika BPK memberikan disclaimer berarti kemungkinan besar penyebabnya dari aktiva tetap.

Harus Perbaiki

Salah satu pemerintah daerah yang LKPD mendapat opini disclaimer adalah Jakarta. Terkait hal itu, Chris mengatakan bahwa pemerintah DKI harus serius menangani

Salah Kelola Aset, LKPD Disclaimer

Oleh : Cris Kuntadi

Miris memang. Diantara ratusan daerah di Indonesia, hanya sedikit saja yang bisa membuat laporan keuangan dengan baik. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sisanya, masih amburadul dan mendapat opini disclaimer. Data BPK tahun lalu menunjukkan, hanya tiga pemerintah daerah provinsi kota/kabupaten dari 362 pemerintah daerah, yang laporan keuangannya baik. Ketiga daerah tersebut, yakni Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, dan Kota Surabaya. Laporan keuangan tiga daerah tersebut mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) alias lulus 100%.

LAPORAN UTAMA

Page 15: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

15

aktiva tetap. “Artinya, DKI harus secara rutin, paling tidak setiap tahun melakukan inventarisasi aset. Aset apa saja yang dimiliki pemerintah propinsi DKI diinvetarisir lalu ditentukan nilainya. Inventarisir dimulai dari DKI berdiri sampai sekarang itu harus tercakup dalam neraca itu. Kemudian aset-aset yang bernilai budaya dan nilainya sulit ditebak maka tidak perlu masuk dalam neraca itu.

Chris menambahkan, unsur utama laporan keuangan adalah aktiva tetap, mereka harus memfokuskan diri dalam langkah perbaikan keuangannya. Karena aktiva tetap yang akan banyak menimbulkan suatu masalah.

Pemda juga harus serius mengelola aset dengan mempelajari manajemen aset. Apalagi, manajemen aset terkait dengan bagaimana cara mengelola aktiva tetap, agar aktiva tetap tersebut terinvetarisir, ternilai, tersajikan, serta terungkap dan memadai sesuai dengan undang-undang.

“Terinvetarisir artinya bahwa seluruh

aset itu tercatat semua dan ada daftarnya, disamping itu juga ada bukti pendukungnya kalau tanah ada sertifikatnya. Kalau tidak ada segera diurus sertifikatnya, kalau kendaraan ada BPKB nya begitu juga dengan barang-barang yang lain semua terinvetarisir,” jelasnya.

Di samping itu, aset yang disajikan dalam neraca harus ada nilai, berupa nilai yang wajar. Nilai yang wajar adalah apabila perolehannya sebelum neraca awal maka aset tetap dinilai berdasarkan harga wajar pada tanggal neraca awal tadi. Misal DKI mempunyai gedung DPRD yang dibangun 80-an, sedangkan neraca awalnya tahun 2005, maka gedung yang dibangun pada tahun 80-an itu dinilai pada tanggal 1 Januari 2005 berapa harga wajar pada saat itu.

Kalaupun sudah ada nilai tetapi perolehannya sebelum tahun 2005, berarti harus direvaluasi atau dinilai kembali supaya menjadi harga yang wajar pada 1 Januari 2005. Tujuannya agar mempunyai neraca yang nilainya adalah nilai yang wajar per neraca awal. Sedangkan untuk aktiva tetap yang diperoleh setelah tanggal neraca awal dinilai berdasarkan harga perolehan.

Aset-aset yang sudah terinvetarisir dan ternilai dimasukkan kedalam laporan keuangan di neraca pokok aktiva tetap. Setelah itu diungkapkan secara memadai, misal ada aset yang dipinjamkan

kepada instansi lain, maka diungkapkan bahwa aset gedung dan tanah bernilai sekian dipinjam pakaikan kepada instasi lain dengan berita acara lengkap.

Aset yang tidak digunakan, harus diprogram, apakah akan diperbaiki atau dijual. Jika hal itu dilakukan, maka pemerintah melakukan

proses pelelangan. “Jika semua aset

terkelola dengan baik, laporan k e u a n g a n pun akan baik ,”katanya. (Is/zubi)

Aset yang tidak digunakan, harus

diprogram, apakah akan diperbaiki atau dijual. Jika

hal itu dilakukan, maka pemerintah melakukan proses

pelelangan

Page 16: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

16

Kedudukan jenis asset nirwujud itu, kata pengamat ekonomi manajemen asset, Dr. Jan

Hoesada, mempunyai kedudukan sama penting dengan asset yang nyata. Seringkali lebih penting daripada aset berwujud. Pada perbankan, nama bank, kualitas SDM dan sistem informasi manajemen adalah penunjang sebaran mesin Anjungan Tunai Mandiri. Sebagai contoh manajemen asset dilingkungan perbankan.

Diantara variabel penting bagi sukses bank antara lain, rerata peringkat nasabah bank, peringkat jarak, rerata peringkat bank kali peringkat nasabah, volume merger, total research score, dan research score x bagian ekuitas nasabah yang dipegang investor institusional.

Ukuran sukses bank antara lain, kenaikan volume deposito, kenaikan volume kredit, jumlah dan sebaran nasabah, jumlah dan

sebaran deposan, jumlah cabang dan kantor perwakilan, market share, kenaikan aset, kenaikan aset bersih atau ekuitas, kenaikan ROI, kenaikan ROE, pemenuhan kriteria sehat perbankan seperti CAMEL dan lain-lain.

Kualitas aset adalah segala-galanya. Pada intinya ukuran sukses utama adalah volume transaksi, aset, laba dan nasabah. Berbagai nisbah stratejik juga digunakan untuk pengukuran persaingan bank, misalnya kridit bermasalah (NPL) atau Total Assets, Loan portfolio/Total assets, Securities portfolio/Total assets, ditambah faktor suku bunga jangka pendek, jumlah bank, jumlah cabang/populasi .

Manajemen risiko perbankan, juga harus berfokus pada penguatan kebijakan dan pengawasan pada tiga area yaitu manajemen risiko kredit, risiko operasional dan risiko pasar, terus menerus melakukan investasi

sistem informasi dan meng-upgrade sistem informasi untuk meningkatkan produk, mengurangi biaya operasi dan membantu mengelola risiko secara lebih baik.

Jaringan cabang bank, kata Jan, merupakan aset strategis terpenting. Strategi perang, eminjam istilah Zun Tsu, perbandingan outlet memungkinkan pilihan taktik frontal attack atau face to face combat, bahkan mungkin ”menang tanpa perlu berperang”, dari segi sebaran outlet yang merata didesa-desa terpencil dapat dikatagori taktik desa mengepung kota, dengan penyusupan/infiltrasi bergaya gerilya, strategi pertahanan rakyat semesta, dan gelombang besar serbuan tentara mengagumkan lawan sekaligus membuat lawan merasa tak berdaya.

Manajemen asset menjadi lebih berguna apabila informasi tentang aset bank dikaitkan dengan market share, jumlah kredit dan

MENILAI ASET NIRWUJUD

LAPORAN UTAMA

Seorang atlet Olympic menjaga tubuh 24 jam sehari, melatih tubuh untuk meningkatkan kondisi fisik dan kinerja otot. Tubuh adalah modal untuk merebut piala, cidera tubuh

menyebabkan atlet harus hengkang dari dunia olah raga. Serangkaian gelar juara, menggambarkan bahwa kondisi tubuh atlet adalah segala-galanya. Itu juga berlaku di dunia bisnis. Berbagai bisnis juga mengandalkan asset dan kelihaian manajemen

asset sebagai kunci sukses, misalnya penerbangan (pesawat terbaik berarti zero crash management), hotel (bangunan hotel, sebaran bangunan hotel), perbankan (jumlah cabang), dan jaringan retail (jumlah outlet). Itu semua juga harus dinilai sebagai asset, tetapi nirwujud,

yakni asset yang tidak tampak secara kasat mata.

Page 17: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

17

2002 2003 2004 Apr-05

No. Nama Bank Asset Persentase

(%)

1 PT Bank Mandiri 252.67 293.21 241.46 247.63 18.86

2 PT. BCA Tbk 116.94 132.80 149.83 148.47 11.31

3 PT.BNI Tbk 126.06 131.89 136.30 134.49 10.24

4 PT. BRI 104.13 99.22 107.02 107.75 8.21

5 PT. Bank Danamon Indonesia

47.43 52.75 58.37 59.62 4.54

6 PT. BII Tbk 36.18 34.60 35.79 39.17 2.98

7 PT. Bank Niaga( Citibank N.A)

(24.65)

(23.75)

30.82 32.28 2.46

8 PT. Bank Permata Tbk 29.26 29.08 31.70 29.68 2.26

9 PT.Lippo Bank Tbk 24.47 26.42 27.83 27.25 2.08

10 PT. PAN Indonesia Bank Tbk

(27.37)

(26.87)

(26.76) 27.17 2.07

(Bank Tabungan Negara)

Total 789.15 850.57 845.88 853.51 65.02

Sepuluh Bank dengan Kepemilikan Asset Terbesar Per April 2005(dalam triliun rupiah)

Sumber:Bank Indonesia, 2005 ( diolah)

jumlah simpanan yang dikelola. Informasi itu antara lain persentase aset bank tertentu terhadap total assets industri perbankan, persentase aset bank tertentu terhadap total assets dari 10 bank beraset terbesar untuk mengetahui dominasi pasar berbasis asset, persentase kredit yang diberikan terhadap total kredit 10 bank beraset terbesar, persentase kredit diberikan terhadap total asset bank untuk mengukur asset produktif , persentase kredit terhadap deposito pada bank tertentu untuk mengukur produktivitas deposito nasabah.

Manajemen aset membutuhkan informasi non-konsolidasian dari Marjin Pendapatan

Bunga bersih (Net interest Margin atau NIM), Rasio Biaya terhadap Pendapatan, Imbal Hasil Rata-rata Aktiva, Pulangan Ekuitas atau Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas, LDR dan Rasio Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah terhadap total assets bank tertentu, dibanding sepuluh bank lain beraset terbesar.

Manajemen aset dan manajemen risiko secara berkala meminta gambaran persaingan kesehatan modal dan kredit umumnya, khususnya tentang informasi non-konsolidasian dari Rasio Kredit Bermasalah, Rasio Aktiva Non-Produktif, Rasio Coverage, CAR Tier I, CAR Tier II dan CAR bank itu sendiri, dibandingkan

dengan sepuluh bank beraset terbesar.

Asset management juga berarti dominasi pasar dan kemampuan menjemput bola. Bagi bank berjaringan banyak seperti BRI, manajemen aset digambarkan pula berdasar jumlah propinsi, jumlah kabupaten, jumlah dan nama kota, jumlah unit dan jumlah pos layanan pada tiap kota atau wilayah khusus. Kepemimpinan asset adalah kepemimpinan pasar, dari mind share menjadi market share. Pemilihan aset yang tepat juga meningkatkan opportunity share (pasar masa depan).

Pembangunan aset berwujud harus diimbangi asset nirwujud; peningkatan jumlah BRI Unit juga disertai dengan perbaikan sistem teknologi yang digunakan

Page 18: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

18

pada sejumlah BRI Unit. BRI Unit telah mulai menggunakan sistem BRINets, yang merupakan sistem inti (core system) pemrosesan transaksi perbankan di Bank BRI. Per tanggal 30 Juni 2003, 115 BRI Unit telah mengimplementasikan sistem BRINets saat ini telah terintregasi secara penuh dengan sistem operasional terpusat di Bank BRI. Bank BRI mengimplementasikan sistem teknologi BRI Nets pada 1.000 BRI Unit di akhir 2004.

Selain itu, Bank BRI meng-upgrade sistem komputer yang masih berdiri sendiri (stand alone) pada BRI Unit yang tidak akan menggunakan sistem informasi BRINets dalam waktu dekat agar seluruh BRI Unit memiliki sistem dengan standar yang sama sehingga dapat mendukung peningkatan fungsi pelayanan, pelaporan dan penyimpanan data.

Peningkatan teknologi untuk memperbaiki pelayanan kepada nasabah dan meningkatkan produktivitas di BRI Unit, serta memungkinkan akses real time kepada data nasabah. Bank BRI berkeyakinan bahwa up-grading pada jaringan dan jaringan teknologi BRI Unit akan memungkinkan Bank BRI untuk bersaing secara lebih efektif dalam menghadapi banyaknya institusi perbankan lain yang memasuki sektor ini (khususnya di daerah perkotaan), serta memungkinkan Bank BRI mengelola operasinya secara lebih baik, termasuk dalam hal manajemen risiko kredit.

BRI menggunakan sistem pertahanan kantor layanan wilayah, sebuah strategi okupasi yang mengombinasikan secara manis strategi ofensif sekaligus strategi bertahan disuatu wilayah. Tak ada rumusan umum untuk seni bertahan dan menyerang. Bila seimbang lawan, jangan menyerang. Pada situasi tertentu, strategi pertahanan sempurna lebih baik dari menyerang. BRI menggunakan strategi sejalan dengan konsep perang yang menyatakan; Bertahan lebih kuat dari menyerang dengan membangun pertahanan unit kecil pada wilayah-wilayah, namun tak menggunakan kantor layanan untuk sekadar menangkis saja agresi/serangan lawan, karena bertolak belakang dengan konsep perang.

Apabila pertahanan efektif dan efisien,

mungkin lebih murah katimbang menyerang, sehingga pada akhirnya penyerang kehabisan amunisi dan pihak bertahan merebut kemenangan. Dengan demikian membangun kantor layanan adalah efektif dan murah. Dengan demikian perang bisnis bukan sekadar perebutan pelanggan dan pasar, namun

perebutan lokasi outlet/layanan, karyawan unggulan (setara perwira militer, pada bisnis dilakukan dengan pembajakan karyawan pesaing, membuat syarat masuk TK yang lebih berat), sarana (pesawat dan senjata pada militer, kualitas IT pada perbankan, kualitas pesawat pada penerbangan komersial), perebutan pemasok unggulan (importir bagi Hero,Carefour; logistik & pabrik senjata bagi militer, penabung bagi BRI) dan lain-lain.

Di Jakarta, tahun 2008 Carefour mengakuisisi Alfa. Jaringan toko Alfa atau semacamnya melakukan perang gerilya melawan Carefour atau Hero, kecil tapi banyak mengepung raksasa. Toko kecil yang tak laku dengan mudah dan cepat ditutup (peleton gerilya) setara dengan perang gurun pasir yang berpindah, buka lagi di wilayah lain secara cepat, dengan strategi mengganggu (serangan kecil-kecil namun sering dan banyak) dan menggerogoti syaraf lawan.

Sebaliknya dari perang padang pasir adalah strategi parit pertahanan; menggali parit dan bertahan sampai mati (massive strategy) untuk skala investasi besar seperti bandara, pelabuhan, bisnis hotel, Carefour, dan bank korporasi (corporate banking atau investment banking). Wal-Mart menduduki basis desa atau kota kecil Amerika Serikat yang diabaikan pesaing Wal Mart yang senang menyerang kota besar,

Sebaliknya dari perang padang

pasir adalah strategi parit pertahanan; menggali parit dan bertahan sampai

mati (massive strategy) untuk

skala investasi besar seperti bandara, pelabuhan, bisnis hotel, Carefour,

dan bank korporasi (corporate banking

atau investment banking).

Page 19: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

19

lalu membentuk organisasi jaringan antara outlet kota-kota kecil (hub and spoke) untuk mengukuhkan cengkeraman pasar. Manajemen aset memang adalah segala-galanya.

KomposisiassetnirwujudMakin modern dunia, makin besar komposisi

aset nir wujud. PSAK 19 tentang aset tak berwujud terlampau sederhana untuk mengakomodasi pernik-pernik manajemen aset nirwujud berbasis manajemen risiko yang sehat.

PSAK mengatur formula, patent, hak cipta, franchise, merk dagang dan goodwill, hak sewa, lisensi dan aset nirwujud lain. Aset nirwujud diperoleh dengan cara membeli atau membuat sendiri, bila perolehan tak teridentifikasi dimasukkan sebagai goodwill. Biaya pemeliharaan bila (1) tak dapat diidentifikasi, (2) tak terhindarkan dari kegiatan rutin usaha, maka masuk beban dan R/L. Biaya perolehan aset nirwujud, nilai pembayaran atau nilai wajar aktiva, menggunakan analogi perolehan aset tetap.

Masa manfaat aset nirwujud mempertimbangkan yang terpendek dari : Hukum, perjanjian, Kemungkinan memperpanjang, memperbaharui, Keusangan dan Perilaku pesaing mengganti aset sejenis lebih modern.

Masa manfaat aset nirwujud dapat tak terbatas, misalnya merek yang telah menjadi istilah umum. Misalnya, kalau piknik jangan lupa bawa kodak, kalau kotor ya dirinso saja. Suatu ATT mengandung beberapa unsur yang mempunyai masa manfaat berbeda.

Para akuntan harus berhati hati untuk penggunaan istilah penyusutan, amortisasi, deplesi, penghapusan, write-off, dan

penurunan nilai.

Aset nirwujud diamortisasi sepanjang masa manfaat, maksimun 20 tahun dengan metode garis lurus atau metode lain, bila dianggap lebih sesuai. Metode amotisasi harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan, baik pula dengan sisa umur ekonomis aset tersebut. Pemilihan metode amortisasi untuk penggunaan formula rahasia, hak patent, franchise harus diselaraskan dengan jangka waktu, pola penggunaan dan metode penyusutan mesin & sarana (AT berwujud) untuk menggunakan hak-hak (aset nirwujud) tersebut, whichever is shorter.

Evaluasi amortisasi harus periodik, entitas melakukan written down ke R/L bila besar manfaat lebih kecil dari nilai buku terakhir, kata Jan Hoesada yang kini sebagai konsultan berspesialisasi pada Strategic Management dan Corporate Planning.

(Van**)

Page 20: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

2020Suyatno Harun

Foto : Zubi

Interviu

Page 21: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

21

Carut Marut Aset Negara

Masalahnya, pengeloaan aset negara bermasalah sejak lama. Hal itu diimbangi oleh minimnya

kepedulian berbagai departemen atau lembaga terhada aset yang mereka kelola.

Contoh paling gamblang adalah tak tertatanya rumah dinas. Banyak rumah dinas, yang seharusnya dihuni pegawai aktif, justru sekarang ditempati pensiunan. Mirisnya lagi, tak sedikit rumah dinas tersebut yang akhirnya berpindahtangan menjadi kepemilikian pribadi. Padahal, nyata-nyata rumah dinas adalah aset negara yang ditujukkan bagi pegawai negara yang masih aktif. Inventarisasi aset negara, apapun bentuknya, manjadi kata yang tidak bisa ditawar lagi.

Dalam satu kesempatan, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan Hadiyanto mengatakan, inventarisasi aset negara menemui banyak kendala. Akibatnya, dari 77 kementerian/lembaga negara, hingga kini baru 20 kementerian/lembaga negara yang asetnya selesai diinventarisasi.

Nilai pembelian aset 20 kementerian/lembaga negara itu Rp 6,2 triliun. Saat ini,

nilai wajar aset tersebut mencapai Rp 17,9 triliun, naik hampir tiga kali lipat. Padahal, nilai total aset barang milik negara (BMN) yang dikelola Dirjen Kekayaan Negara per Juni 2007 Rp371,59 triliun dari 77 kementerian/lembaga negara. Adalah sebuah kehilangan yang sangat besar jika aset-aset itu berpindah tangan dari negara ke pribadi.

Direktur BMN II Ditjen Kekayaan Negara Depkeu Suyatno Harun yang juga Ketua Pokja Penertiban BMN menjelaskan di setiap departemen terdapat 150 ribu jenis aset. Ratusan aset di antaranya dalam bentuk tanah dan bangunan. Karena itu, pada 2008, Dirjen Kekayaan Negara berupaya untuk menyertifikasi seluruh aset tanah dan bangunan milik negara, kata Suyatno.

AsetRp.1Suyatno menambahkan, saat menyusun

Laporan Keuangan 2005, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melihat aset negara banyak yang nilainya Rp. 1. “Banyak tanah yang tidak bersertifikat karena kita dapat warisan dari Belanda dan pergi begitu saja,” kata pria

kelahiran Jakarta, 51 tahun lalu itu kepada Akuntan Indonesia.

Untuk menatanya, sejak tahun 2005, telah dibuat roadmap atau sistem petaan dan penataan aset negara.

Setahun kemudian, laporannya keluar dan pemerintah mulai berpikir bagaimana membenahi semua aset. Ketika keluar Kepres No.17 tahun 2007 yang meminta Menteri Keuangan melakukan penertiban seluruh aset negara, penertiban aset negara itu mulai menemukan arahnya. Dengan demikian, invetarisasi, mencatat semua aset negara, yang belum tercatat, mulai dilakukan. Aset yang awalnya hanya berharga Rp. 1, mulai memilki harga sebenarnya.

Pentingnya menata aset juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam laporan keuangan.

Suyatno mengemukakan, dalam dunia akuntansi setiap aset harus ada bukti berapa nilainya.

Target roadmap 2007-2008 yang dijalankan sampai pertengahan 2009 adalah membenahi administrasi aset negara.

“Mudah-mudahan kita mempunyai data

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

21

Aset negara adalah simbol kekayaan negara. Maka, semakin banyak aset negara yang terlantar, semakin miskin pula negara itu. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian,

mengelola aset negara yang benar adalah sebuah keharusan.

Page 22: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

22

aset yang benar dan objektif. Sambil berjalan kita juga melakukan pembenahan terhadap pemanfaatan aset karena selama ini ada aset-aset negara yang dipakai pihak ketiga tidak melalui mekanisme yang benar,” kata Suyatno.

Inventarisasi dan tata kelola aset negara juga dimaksudkan agar uang bisa mengalir masuk ke kas negara bukan masuk ke institusi yang menyewakan. Nantinya, aset yang belum tertata dengan baik akan dibenahi, invetarisasi, nilai, dan bukukan dalam laporan keuangan masing-masing aset lembaga.

ManajemenAsetPada dasarnya, kata Suyatno, manajemen

aset adalah seni bagaimana menata aset, mencatat, memanfaatkan dan menggunakannya dengan baik. “Jadi bagaimana aset itu di catat dengan baik, lalu dimanfaatkan untuk kepentingan yang benar sehingga tidak ada aset yang menganggur,”jelasnya.

Istilah yang populer dalam manajemen aset adalah highest and the best use (penggunaan

yang tertinggi dan terbaik). Konkretnya, jangan sampai sebuah perusahaan yang mengelola gedung 20 lantai, tapi yang disewa dan dipakai hanya 10 lantai, sementara sisanya tidak jelas.

“Aset memang harus dikelola apakah itu disewakan sehingga yang menyewakan masuk kas negara atau diisi instansi pemerintah yang tidak mempunyai gedung, itu yang disebut manajemen aset.”

Jadi bagaimana aset itu mulai direncanakan (planning), organizing. Kalau suatu lembaga sudah mempunyai aset dan dia sudah punya manajemen aset yang baik, pemakaian aset tidak akan tumpang tindih,” tambahnya.

Meski begitu, Suyatno mengakui, tidak mudah membenahi aset negara, perlu waktu yang panjang dan usaha yang luar biasa karena aset tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke.

“Saya menghimbau kepada pihat terkait atau lembaga agar mereka mencatat dan mengelola aset dengan baik, kalau berlebihan karena disewakan pihak ketiga atau lainnya dimasukkan ke kas negara. Jangan sampai kita punya aset dipakai orang lain kita tidak menerima uangnya,”jelas Suyatno.

Apalagi, dari sisi sumber daya manusia (SDM), sudah mulai dibenahi. Meski tidak semua orang punya kompetensi untuk mengelola aset dengan baik, namun dengan pelatihan yang memadai, kompetesi itu bisa datang dengan sendirinya.

“Saya sering mengadakan pelatihan-pelatihan agar banyak orang yang tahu tentang manajemen aset. Dan mereka mempunyai sense yang baik.”

Pada akhirnya, diharapkan kesadaran akan tumbuh di kalangan kementerian/lembaga tentang pentingnya manajemen aset. (Zub/Is).

“Saya sering mengadakan

pelatihan-pelatihan agar banyak orang yang tahu tentang manajemen aset.

Dan mereka mempunyai sense

yang baik.”

Page 23: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

23

Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005 menetapkan SAP, dan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah mengadaptasi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan International Federation of Accountant (IFAC). Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Lampiran II PP No. 24 Tahun 2005), aset didefinisikan sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Untuk nonpemerintahan, pada tahun 1994, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia mengadopsi Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements yang diterbitkan oleh International Accounting

Standards Committee (IASC), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), dan teks aslinya dicantumkan dalam buku Standar Akutansi Keuangan (SAK), yaitu yaitu “An assets is a resources controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise,” dan diterjemahkan sebagai “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 yang diterbitkan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika pada tahun 1985, “Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.”

Pada tanggal 31 Oktober 2008, International Accounting Standards Board (IASB) dan

FASB sedang mengerjakan projek untuk menyaring dan mengkonvergensikan rerangka konseptual (conceptual framework), dan disetujui bahwa definisi aset dalam rerangka konseptual sekarang mengandung kelemahan sebagai berikut: (1) beberapa pemakai keliru menginterpretasikan kata “expected” dalam definisinya IASB dan kata “probable” dalam definisinya FASB dengan mensyaratkan manfaat ekonomi di masa depan yang tinggi kemungkinan terjadinya (high likelihood), dan mengabaikan yang rendah (low likelihood); (2) terlalu menekankan pada identifikasi aliran manfaat ekonomi di masa depan, bukan memfokuskan pada apa yang ada sekarang, sebagai sumber daya ekonomi; (3) beberapa pemakai keliru menginterpretasikan kata “control” dan menggunakannya seperti dalam akuntansi konsolidasi; (4) menekankan secara kurang pantas pada identifikasi transaksi atau kejadian masa lalu yang menimbulkan aset, bukan memfokuskan pada apakah entitas mempunyai akses terhadap sumber daya ekonomi pada tanggal neraca.

PerubahanMindsetdalamAkuntansiAset

oleh Handoko Tomo

Pada tanggal 17 November 2008, dalam acara Audit Training Seminar and Visit 2008 yang diselenggarakan oleh Studi Profesionalisme Akuntan (SPA) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

J. Widodo H. Mumpuni, auditor utama Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI), mengemukakan pentingnya audit kepatuhan. Hasil pemeriksaan BPK pada Semester I tahun 2008 antara

lain menunjukkan pelaksanaan penilaian Barang Milik Negara (BMN) belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan mengakibatkan neraca departemen/lembaga belum menyajikan informasi nilai kekayaan yang sebenarnya, dan kegiatan penghapusan dan pemindahtanganan BMN

menyalahi ketentuan yang berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp7,41 triliun.

LAPORAN UTAMA

Page 24: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

24

IASB dan FASB telah mengadopsi secara tentatif definisi “An asset of an entity is a present economic resource to which the entity has a right or other access that others do not have.” Sampai di sini kita dapat melihat dinamisasi akuntansi aset, dan kita harus selalu siap menghadapi perubahan.

Konvergensi

Standar akuntansi di dunia sedang dalam tahap konvergensi. Sesuai hasil Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah menetapkan arah penyusunan dan pengembangan SAK ke depan, yaitu akan mengacu pada International Financial Reporting Standards (IFRSs) yang dikeluarkan oleh IASB.

Apabila kita memperhatikan buku SAK

edisi-edisi terdahulu, kita melihat dalam KDPPLK digunakan kata “aktiva” untuk terjemahan kata “asset”. Dalam buku SAK per 1 September 2007 Updated 2008 DSAK telah melakukan p e n g g a n t i a n penggunaan kata “aktiva” menjadi “aset” dalam seluruh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan reformat terhadap 27 PSAK dan 2 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan

(ISAK). Namun, perubahaan tersebut belum dilakukan secara menyeluruh. Dalam buku IFRSs per 1 Januari 2007 dicantumkan Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements yang disahkan IASC pada tahun 1989 dan diadopsi IASB pada tahun 2001, dan telah digunakan kata “entity” sebagai pengganti kata “enterprise” dalam definisi aset, sedangkan dalam buku SAK terbaru masih digunakan kata “enterprise” atau “perusahaan” dan belum diganti menjadi “entity” atau “entitas”.

PSAK terbaru yang harus dijadikan acuan dalam penyusunan laporan keuangan tahun buku 2008 adalah PSAK No. 13 (Revisi 2007) tentang Properti Investasi, PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap, dan PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa.

PSAK terbaru yang harus dijadikan acuan dalam penyusunan laporan keuangan mulai 1 Januari 2009 adalah PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, serta PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.

Kelima PSAK tersebut di atas adalah hasil adopsi/adaptasi dari International Accounting Standard (IAS)/IFRSs. PSAK yang baru ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan PSAK yang lama.

PerubahanMindset

Perubahan PSAK, yang mengadopsi/mengadaptasi IAS/IFRSs, bukan sekedar perubahan metode/kebijakan akuntansi, tetapi mengharuskan perubahan mindset kita. Contoh, PSAK No. 16 (Revisi 2007) yang diadopsi/diadaptasi dari IAS 16 (Revisi 2003), pada paragraf 64 menyatakan bahwa metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25.

Sesuai dengan PSAK No. 25 (Reformat 2007) tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, yang diadopsi/diadaptasi dari IAS 8 (versi 1993), pada paragraf 26 dinyatakan bahwa suatu

Page 25: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

25

perubahan estimasi akuntansi dapat hanya mempengaruhi periode berjalan ataupun mempengaruhi baik periode berjalan maupun periode-periode yang akan datang. Sebagai contoh, perubahan dalam estimasi masa manfaat aset yang dapat disusutkan akan mempengaruhi beban penyusutan pada periode berjalan dan pada setiap periode selama masa manfaat yang tersisa dari aset tersebut. Sedangkan, pada paragraf 41 dinyatakan bahwa suatu perubahan kebijakan akuntansi dapat diterapkan secara retrospektif ataupun secara prospektif, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK ini. Penerapan yang retrospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya, yaitu sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi. Penerapan yang prospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan, dan tidak ada penyesuaian yang berhubungan dengan periode sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal periode (retained earnings) atau dalam pelaporan laba atau rugi bersih untuk periode sekarang karena saldo yang ada tidak dihitung kembali.

Contoh penerapan yang prospektif adalah pada perubahan estimasi masa manfaat (useful life) aset tetap. Misal, suatu mesin diperoleh Rp600 juta, dan diestimasi mempunyai masa manfaat selama 15 tahun, serta disusutkan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) tanpa nilai sisa. Beban penyusutan per tahun dihitung sebesar Rp40 juta. Penyusutan selama 5 tahun sebesar Rp200 juta dan nilai buku pada akhir tahun ke-5 sebesar Rp400 juta.

Apabila pada akhir tahun ke-5 diestimasi sisa masa manfaat mesin tersebut hanya 4 tahun, bukan 10 tahun, karena ada perubahan teknologi misalnya, maka mesin tersebut akan disusutkan hanya 4 tahun lagi, dan penyusutan untuk tahun ke-6 sampai dengan ke-9 menjadi Rp100 juta per tahun. Perlakuan akuntansi yang baru mulai tahun ke-6 ini tidak memerlukan penyajian kembali (restatement) laporan keuangan periode-periode sebelumnya.

Sebelum terbit PSAK No. 16 (Revisi 2007), perubahan metode penyusutan (depreciation method) diperlakukan sebagai perubahan kebijakan akuntansi (change in an accounting policy), dan memerlukan penerapan yang retrospektif. Namun, dengan adanya PSAK No. 16 (Revisi 2007), metode penyusutan harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut, dan perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi (change in an accounting estimate) dan penerapannya prospektif.

Sementara kita masih menggunakan IAS 8 (versi 1993) Net Profit or Loss for the Period, Fundamental Errors and Changes in Accounting Policies, IASB telah menerbitkan IAS 8 (revisi 2003) dengan judul baru, Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors, dan diamandemen terus mengikuti IAS/IFRSs dan interpretasinya dari International Financial Reporting Interpretations Committee

(IFRIC)/Standing Interpretations Committee (SIC) yang terbaru dan berkaitan.

Model Biaya versus Model Revaluasi

KDPPLK menyatakan dasar pengukuran yang lazim digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis, dan ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain, misal persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 15, 23, 29, 36, dan 37 menyatakan suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan (historical cost), yaitu setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya. Selanjutnya, entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Contoh kelompok aset yang terpisah adalah tanah, tanah dan bangunan, mesin, kapal, pesawat udara, kendaraan bermotor, perabotan, dan peralatan kantor.

Pada model biaya, setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Pada model revaluasi, setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar

Page 26: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

26

pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan secara cukup reguler untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar aset tetap yang direvaluasi, misal beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.

Contoh, suatu mesin diperoleh Rp800 juta dan didepresiasi menggunakan metode garis lurus selama 20 tahun tanpa nilai sisa. Penyusutan tahun pertama Rp40 juta dan nilai buku mesin tersebut menjadi Rp760 juta. Pada awal tahun ke-2 dilakukan penilaian kembali mesin tersebut dan diketahui nilainya Rp891 juta, maka penyusutan mulai tahun ke-2 sampai ke-20 sebesar Rp46,9 juta per tahun, dan pada awal tahun ke-2 terdapat surplus revaluasi sebesar Rp131 juta. Sesuai PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 39, jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif.

Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba (retained earnings) pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (derecognized). Dampak atas

PPh, jika ada, yang dihasilkan dari revaluasi aset tetap diakui dan diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 46 (Reformat 2007) tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.

Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan, menetapkan bahwa untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, perusahaan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap (a) seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau (b) seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini (PMK 79/2008). Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai.

Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 10%. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula setelah dikurangi dengan PPh harus dibukukan dalam neraca komersial pada akun modal dengan nama “Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal ..............”

Dalam hal Perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap berupa: (a) aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2 yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru; atau (b) aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4, bangunan, dan tanah yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 10 tahun, maka atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan tambahan PPh yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri (WPBDN) yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.

Sampai di sini dapat dilihat beberapa perbedaan antara SAK dan ketentuan perpajakan (PMK 79/2008), misalnya menurut SAK frekuensi penilaian dimungkinkan dilakukan tahunan, sedangkan PMK 79/2008 menetapkan frekuensi 5 tahunan. PMK 79/2008 menetapkan (a) dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali; (b) masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh

Page 27: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

27

untuk kelompok aktiva tetap tersebut; (c) perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan.

Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan aset tetap berdasarkan kelompoknya dan untuk setiap kelompok telah ditentukan masa manfaatnya. Berdasarkan Undang-Undang PPh (UU No. 7/1983, terakhir diubah dengan UU No. 36/2008), pada Pasal 11 ditetapkan masa manfaat untuk tiap-tiap kelompok harta berwujud, yaitu bukan bangunan (kelompok I, II, III, IV) ditetapkan masa manfaat 4 tahun (I), 8 tahun (II), 16 tahun (III), dan 20 tahun (IV), sedangkan untuk bangunan ditetapkan masa manfaat 20 tahun (bangunan permanen) dan 10 tahun (bangunan tidak permanen). Penyusutan dipercepat dimungkinkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 16/PMK.03/2007 tanggal 19 Februari 2007, kepada WPBDN yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi, baik yang baru berdiri maupun yang telah ada, yang melakukan penanaman modal baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada pada bidang-bidang usaha tertentu atau bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu, dapat diberikan fasilitas PPh berupa penyusutan dipercepat, yaitu untuk aset tetap berwujud bukan bangunan (kelompok I, II, III, IV) masa manfaatnya menjadi 2 tahun (I), 4 tahun (II), 8 tahun (III), dan 10 tahun (IV), sedangkan bangunan menjadi 10 tahun (permanen) dan 5 tahun (tidak permanen).

Dengan demikian, tampak ada perbedaan waktu/sementara (temporary differences) antara pengukuran dan pengakuan aset tetap menurut pelaporan keuangan komersial dan fiskal.

PSAK No. 46 (Reformat 2007), yang diadopsi/diadaptasi dari IAS 12 (versi 1996), paragraf 40-41 menyatakan bahwa pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas, apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas. Pada kasus tertentu, jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berhubungan dengan transaksi yang dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas ditentukan dengan dasar alokasi proporsional (pro rata allocation) dari pajak kini dan pajak tangguhan atau metode lain yang menghasilkan alokasi yang lebih sesuai. Selanjutnya, pada paragraf 51-54 dinyatakan bahwa sesuai peraturan perpajakan, penghasilan yang telah dikenakan PPh Final tidak lagi dilaporkan sebagai penghasilan kena pajak, semua beban sehubungan dengan penghasilan yang telah dikenakan PPh Final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi menurut akuntansi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah PPh Final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi

diakui sebagai PPh Final Dibayar Dimuka dan PPh Final yang Masih Harus Dibayar. Akun PPh Final Dibayar Dimuka harus disajikan terpisah dari PPh Final yang Masih Harus Dibayar.

Penutup tahun buku 2008

Sekitar sebulan lagi tahun buku 2008 akan segera berakhir. Perusahaan harus segera menyusun laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008. PSAK terbaru yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2008 harus segera diterapkan. Berdasarkan pengamatan penulis atas laporan keuangan untuk periode 9 bulan yang berakhir 30 September 2008, yang dipublikasikan oleh perusahan-perusahaan yang go public, masih ada beberapa perusahaan yang belum menerapkan PSAK terbaru, misalnya dalam neraca sisi ekuitas masih mencantumkan angka Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap, sedangkan PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 84, menetapkan bahwa entitas yang sebelum penerapan PSAK ini pernah melakukan revaluasi aset tetap dan masih memiliki saldo selisih nilai revaluasi aset tetap, maka pada saat penerapan pertama kali PSAK ini harus mereklasifikasi seluruh saldo selisih nilai revaluasi aset tetap tersebut ke saldo laba.

Selain itu, berdasarkan pengalaman penulis, banyak perusahaan mencatat nilai buku suatu aset tetap Rp1 tetapi aset tersebut masih dapat digunakan untuk jangka waktu cukup lama. PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 54 dan 56 menyatakan nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun

Page 28: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

28

buku, dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai PSAK No. 25. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset adalah jumlah tercatatnya (baik mengikuti model biaya maupun model revaluasi) dikurangi dengan nilai residu aset yang bersangkutan.

PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 46-47 menyatakan bahwa setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Beberapa perusahaan telah mengungkapkan kesulitan mengidentifikasi komponen aset tetap, tetapi PSAK No. 16 (Revisi 2007) telah berlaku dan “the show must go on”.

PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 28 menyatakan bahwa aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa (a) entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut, dan (b) hibah akan diperoleh. Ketentuan ini dalam IAS 16 paragraf 18 mengacu kepada IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance, sedangkan IAS 20 ini belum diadopsi/

diadaptasi oleh DSAK. IAS 20 paragraf 7 dan 11 menyatakan “Government grants, including non-monetary grants at fair value, shall not be recognised until there is reasonable assurance that: (a) the entity will comply with the conditions attaching to them; and (b) the grants will be received. Once a government grant is recognised, any related contingent liability or contingent assets is treated in accordance with IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets.” Hal ini patut dicermati oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dalam neracanya terdapat akun Bantuan Pemerintah yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS), di-cross check dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-10/PB/2007 tanggal 7 Maret 2007, Pasal 3 menyatakan bahwa sesuai dengan prinsip substance over form Standar Akuntansi Pemerintahan, maka Barang Milik Negara yang digunakan oleh BUMN diperlakukan sebagai unsur modal. Barang Milik Negara yang digunakan oleh BUMN berdasarkan penyerahan dari pengelola barang dan prinsip substance over form wajib dilaporkan dalam Neraca BUMN sebagai ekuitas pemerintah pada BUMN dengan pengungkapan yang memadai.

PSAK No. 25 (Reformat 2007) paragraf 44 menyatakan bahwa jika suatu perusahaan belum menerapkan suatu SAK baru yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tapi masih belum berlaku resmi, perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan hakikat dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut di masa depan dan melakukan estimasi atas pengaruh perubahan tersebut pada laba atau rugi bersih dan posisi keuangan perusahaan tersebut. Kata “dianjurkan (encouraged)” dalam PSAK ini telah diganti

dalam IAS 8 menjadi “diharuskan (required)” pada paragraf IN13 dan 30. Dengan demikian, meskipun PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) akan berlaku untuk penyusunan laporan keuangan mulai 1 Januari 2009, perusahaan perlu mengestimasi pengaruh PSAK 50 dan 55 tersebut dalam laporan keuangan tahun buku 2008.

IASB melakukan pemutakhiran IFRSs/IASs dan IFRIC/SIC secara terus menerus, sedangkan DSAK berusaha melakukan konvergensi secara bertahap. Dapat diibaratkan orang yang hendak dikejar sedang berlari terus dan orang yang mengejar hanya berjalan cepat. Meskipun demikian, perusahaan-perusahan sudah kewalahan, contohnya ada organisasi yang meminta penundaan berlakunya PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Marilah kita mempersiapkan mindset kita untuk menghadapi perubahan yang tidak dapat dicegah lagi. Jalan cepat saja tidak cukup, kita harus melompat galah dan berlari sangat cepat.

Page 29: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

29

Opini

Sudah jelas bukan kalau BPKP sebagai pengawas internal atau dengan kata lain kita mengenalnya dengan internal

kontrol yang tentunya tugasnya mengawasi. Lalu mengapa Kepala BPKP Didi Widayadi jadi berang ketika lembaga-lembaga pemerintah sebagai penerima dana APBN atau pengguna keuangan negara menolak diperiksa BPKP. Tentu saja mereka menolak, karena tugas BPKP bukan memeriksa tetapi mengawasi. Seharusnya tugas pengawas itu mengawasi selama proses suatu kegiatan berlangsung, bukan setelah kegiatan selesai baru masuk ke instansi pelaksana kegiatan, sehingga dapat mencegah terjadi kesalahan-kesalahan secara dini.

Sedikit mengulas tentang definisi internal kontrol, menurut “Professional Practices Framework”: International Standards for The Professional Practice of Internal Audit, IIA (2004) adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi (consulting) yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah (to add value) serta meningkatkan

(improve) kegiatan operasi organisasi. Jadi pengawasan internal itu justru membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko (risk management), pengendalian (control) dan proses tata kelola (governance processes). Definisi tersebut telah menjelaskan bahwa tidak ada tugas memeriksa dalam ranah pengawas internal.

Lembaga pengawasan internal pemerintah selain BPKP yang ada di pusat maupun di daerah, juga terdapat Inspektorat di masing-masing departemen dan lembaga pemerintah non departemen, serta Badan Pengawas Daerah (Bawasda) di masing-masing pemerintah daerah. Jika dilihat dari keberadaan lembaga-lembaga tersebut terkesan tata kelola dan birokrasi pengawasan internal pemerintah tumpang tindih. Lembaga-lembaga tersebut terkesan terlalu banyak dan tidak jelas batas kewenangannya sehingga menyebabkan inefisiensi serta berpotensi terjadinya penyalahgunaan

wewenang dalam pengawasan.

Penyederhanaan jenis dan kewenangan lembaga pengawasan internal pemerintah harus segera dilakukan dengan cara mengatur secara tegas lembaga pengawasan mana yang harus tetap ada dan kejelasan terhadap kewenangan yang dimiliki. Sebagai contoh ilustrasi saja misalnya personil BPKP dengan ketersediaan SDM yang dimiliki bahkan dengan kualitas yang tidak diragukan lagi kompetensinya dalam pengawasan keuangan dan pembangunan negara yang jumlahnya mencapai 7000-an orang tersebut pada tingkat pusat dapat lebur atau masuk atau apapun istilahnya ke dalam Inspektorat, sedangkan di tingkat daerah ke dalam Bawasda atau bahkan di sektor BUMN atau BUMD bisa masuk ke dalam unsur Internal Auditnya. Namun keberadaan personil BPKP yang berada pada lembaga-lembaga tersebut tentunya selain memiliki kewenangan dan akses terhadap pimpinan atau kepala lembaga yang bersangkutan juga harus diberi kewenangan khusus serta akses langsung ke presiden sebagai pemegang

RUWETNYA

INTERNAL KONTROL PEMERINTAH KITA !

Harian KOMPAS tanggal 5 Agustus 2008 lalu memuat berita berjudul “Ada Upaya Kerdilkan BPKP”. Sebuah judul yang menggelitik pembaca tentunya. Di situ disebutkan bahwa peran

BPKP sebagai pengawas internal pemerintah telah dikerdilkan sehingga lembaga ini tidak leluasa mengawasi sistem keuangan negara yang indikasinya ditimbulkan dari adanya beberapa lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah yang mulai menolak diperiksa oleh BPKP, sebagaimana diungkapkan Kepala BPKP Didi Widayadi. Pertanyaannya sekarang siapa mengkerdilkan siapa

atau siapa yang merasa dirinya dikerdilkan atau justru merasa dirinya memang kerdil.

Oleh : Waskito Hadi, SE, Ak

Page 30: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

30

kekuasaan tertinggi pemerintahan karena keberadaannya yang dibentuk dengan Keputusan Presiden. Dengan demikian keberadaan mereka dalam instansi tersebut nantinya dapat meningkatkan SDM pada instansi yang bersangkutan dengan cara melatih dan membagi ilmu yang dimilikinya. Selain itu juga harus diubah orientasi dan paradigma terhadap lembaga pengawasan internal pemerintah yang ada, sebagaimana akan teruarai pada paragraf-paragraf selanjutnya ini.

Pertama, dalam hal peran pengawas internal pemerintah itu sendiri harus ada perubahan dari orientasi lama yang hanya sekedar supervisi atau bahkan dalam bahasa menengah ke bawahnya disebut sebagai mandor, maka pada paradigma baru harus juga dapat menjadi konsultan bagi instansi-instansi yang bersangkutan.

Kedua, segi pendekatan harus berubah dari pendekatan secara detektif yang hanya mendeteksi masalah saja menjadi pendekatan yang prefentif dimana segala masalah maupun kesalahan-kesalahan dapat dicegah sedini mungkin.

Ketiga, faktor sikap harus diubah dari semula seperti polisi menjadi sebuah mitra bisnis yang dapat melayani instansi sehingga dapat meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Keempat, mengubah paradigma lama yang selalu berfokus pada kelemahan atau penyimpangan-penyimpangan menjadi paradigma baru yang berfokus pada penyelesaian atau pencarian solusi terbaik atas segala masalah yang terjadi pada suatu pekerjaan yang sedang berjalan dengan pengawasan yang bersangkutan.

Dengan demikian diharapkan pengawasan internal pemerintah nantinya benar-benar dapat menjadi fungsi pengawasan yang baik di antaranya dapat;

1. Memberikan jaminan keyakinan terhadap publik melalui sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh sebuah lembaga pemeriksa atau auditor eksternal pemerintah dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dimana hasil pemeriksaannya akan diekspos secara umum untuk publik, bahwa sebuah instansi yang di dalamnya terdapat fungsi pengawasan yang dimaksud telah terhindar dari segala macam penyimpangan-penyimpangan di dalamnya serta dengan kata lain telah berjalan ataupun patuh sesuai aturan yang berlaku.

2. Memberikan konsultasi terhadap instansi yang bersangkutan sehingga dalam proses operasionalnya dapat mencegah terjadinya segala macam kesalahan atau error.

3. Memberikan nilai tambah terhadap instansi sehingga output sebuah instansi pemerintah tidak hanya dalam bentuk pelayanan terhadap publik atau pun kepuasan masyarakat secara umum namun juga dapat menjadi benchmarking ataupun contoh bagi instansi pemerintah negara lainnya.

4. Meningkatkan kinerja atas kegiatan operasional instansi yang bersangkutan.

Dalam perkembangan “internal auditing” sebenarnya sejak tahun 2002 telah ada The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) yang ditetapkan oleh The Institute of Internal Auditors yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2002 yang merupakan revisi dari SPPIA tahun 1999. Dimana tujuan dari SPPIA tersebut antara lain adalah;

1. Menggambarkan dengan jelas bahwa

prinsip dasar dari pelaksanaan audit internal diterapkan.

2. Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas audit internal yang lebih luas dengan nilai tambah.

3. Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan audit internal.

4. Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya.

Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang menjunjung tinggi standar terhadap mutu ataupun kualitas pekerjaannya. Dalam hal ini kepatuhan dan ketaatan terhadap SPPIA menjadi sangat penting supaya terdapat kesamaan persepsi dalam wewenang, fungsi dan tanggung jawab para auditor internal. Secara nasional pun dalam segi profesinya auditor internal telah memiliki kode etik tersendiri. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal pada tahun 2004 telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri atas 10 hal diantaranya sebagai berikut;

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.

2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.

3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.

4. Auditor internal harus menahan

Page 31: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

31

diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya secara obyektif.

5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.

7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.

8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hukum, (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.

9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.

10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.

Auditor internal harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach). Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko yang dilakukan oleh auditor internal lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan. Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu auditor internal untuk menyusun risk audit matrix. Walaupun SPPIA dan kode etik bagi pelaksananya yang ditetapkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal tersebut berawal dan berkembang dari sektor bisnis, namun sebetulnya dapat pula diadopsi untuk diterapkan pada sektor publik termasuk pada lingkungan pengawasan internal pemerintahan baik di pusat maupun di tingkat daerah.

Wacana perubahan terhadap sistem pengawasan internal pemerintah memang harus bergulir sesegera mungkin untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta dapat menjadi contoh bagi negara lain. Perubahan terhadap tata kelola dan birokrasi fungsi pengawasan internal pemerintah harus dilakukan sehingga menjadi handal dengan adanya kejelasan job deskripsi masing-masing dan melaksanakannya sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing lembaga. Sehingga tidak ada kesan lagi sebuah instansi pemerintah merasa diperiksa berulang-ulang oleh banyak lembaga terkadang dengan substansi yang sama pula, baik oleh pemeriksa maupun pengawas juga

melakukan pemeriksaan setelah segala kegiatan selesai dilaksanakan dan segalanya telah terjadi. Sebagai lembaga pemeriksa pun, tentunya BPK juga tidak diperkenankan memberikan konsultasi kepada instansi yang menjadi objek pemeriksaan karena itu sudah merupakan ranahnya instansi pengawasan internal pemerintah.

Jadi harus dibedakan siapa yang berfungsi sebagai lembaga pengawasan yang tentu fungsinya diharapkan dapat mencegah segala macam penyimpangan sebelum terjadi, siapa yang harus melakukan pemeriksaan yang akan memotret apa yang terjadi atas suatu pekerjaan atau suatu operasional kegiatan pemerintah, dan jika terjadi penyimpangan serta mengandung unsur melawan hukum maka lembaga mana yang harus dapat menindaklanjutinya untuk diproses secara hukum atas temuan-temuan pemeriksa tersebut. Sehingga tidak ada lagi istilah adanya sebuah upaya mengkerdilkan lembaga pengawasan internal pemerintah yang dibentuk presiden dan yang terpenting tidak ada lagi saling menghujat serta mencari kelemahan antar lembaga baik lembaga negara maupun lembaga pemerintah, karena yang terpenting adalah pencarian solusi demi kemajuan bangsa dan negara sebagai kado hari ulang tahun kemerdekaan Republik ini.

Referensi Opini:

Makalah (Paper) Seminar Kuliah Umum STIE

Trisakti Jakarta oleh Muh. Arief Effendi, SE,

MSi,Ak, QIA (Dosen FE Universitas Trisakti,

STIE Trisakti, FE Universitas Mercu Buana &

Program Magister Akuntansi Universitas Budi

Luhur) dengan judul “TANTANGAN UNTUK

MENJADI SEORANG AUDITOR INTERNAL

YANG PROFESIONAL (CHALLENGE TO BE

THE PROFESSIONAL INTERNAL AUDITOR)”

Penulis:

Page 32: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

32

Opini

Masalah keagenan ini dapat diminimalisasi oleh penerapan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-

prinsip GCG itu mencakup persamaan hak dan perlakuan kepada semua pemegang saham, perlakuan yang adil terhadap stakeholders perusahaan, transparansi dan pengungkapan informasi perusahaan yang material, serta pengawasan manajemen oleh dewan komisaris yang akan dipertanggung jawabkan kepada pemegang saham dan stakeholders perusahaan.

Praktek GCG saat ini telah mendorong dibentuknya komite audit yang merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris. Ia memiliki tanggung jawab khusus dalam melakukan pengawasan proses pelaporan keuangan, pengawasan audit laporan keuangan oleh pihak eksternal serta melakukan penilaian kewajaran audit fee yang diajukan oleh auditor eksternal, mengawasi proses manajemen risiko dan pengendalian internal,dan memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan GCG. Dalam menjalankan tugasnya ia akan berkoordinasi dengan internal auditor. Komite audit akan menggunakan laporan dari internal auditor dalam menjalankan fungsi pengawasannya tersebut. Jadi, komite audit dan internal

Sinergi Komite Audit, Internal Auditor, & Whistleblower

dalam Mengungkapkan Praktek Kecurangan

Oleh : Ekkyanshah

Masalah keagenan merupakan salah satu faktor yang mendorong penerapan good corporate governance (GCG) di perusahaan. Masalah keagenan ini dapat terjadi antara

pemilik dan manajemen, kreditor dan manajemen, ataupun antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham

minoritas. Masalah keagenan ini timbul akibat perbedaan kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang

membuat keduanya tidak bersinergi satu dengan yang lainnya. Manajemen yang diamanatkan pemegang saham untuk memaksimalkan kesejahteraannya terkadang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Tak jarang ia malah mengambil tindakan yang hanya menguntungkan dirinya

sendiri dan menomor duakan para pemegang saham dengan melakukan praktek manjemen laba yang akan meningkatkan

bonus yang akan ia terima. Padahal cepat atau lambat praktek manajemen laba tersebut akan terungkap ke publik

yang mana akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

Page 33: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

33

auditor akan bersinergi untuk memberikan informasi yang lebih akurat kepada dewan komisaris dalam mengambil keputusannya. Dengan begitu, dewan komisaris akan lebih optimal menjalankan fungsinya sebagai pengawas manajemen.

Meskipun hal yang telah dipaparkan di atas terlihat sebagai suatu sistem yang baik, ia masih memiliki kelemahan. Terkadang sistem tersebut tidak dapat ditangkap oleh praktek kolusi yang tertata rapih di dalam tubuh manajemen. Biasanya hal ini terungkap ke permukaan berkat pengakuan whistleblower. Whistleblower merupakan seseorang yang melaporkan praktek penyimpangan yang ada di dalam perusahaan. Biasanya seorang whistleblower ini kerap mendapatkan teror dan intimidasi atas tindakannya tersebut. Seseorang mungkin akan berpikir lebih baik tutup mulut daripada ia harus kehilangan pekerjaannya.

Sarbanes Oxley Act telah mengatur agar perusahaan tidak menurunkan pangkat, skorsing, intimidasi, diskriminasi terhadap karyawan yang melaporkan penyimpangan. Sedangkan Indonesia telah mengakomodasinya dengan UU No.13 / 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Perlindungan yang dimaksud dalam

UU tersebut meliputi perlindungan fisik dan mental yang membahayakan diri, keluarga, dan harta bendanya, serta pertimbangan untuk memperoleh keringanan hukuman.

Apakah peraturan tersebut telah cukup membesarkan nyali seseorang untuk mengungkapkan praktek kecurangan di tengah fakta bahwa supremasi hukum dan tingkat penerapan CG di Indonesia masih rendah? Sebenarnya dari mana harus kita mulai program perlindungan terhadap whistleblower ini?

Pertama, kita harus memulai dengan menata praktek GCG dalam arti kita harus memastikan bahwa semua orang yang ditempatkan dalam elemen CG seperti dewan komisaris, komite audit, dan internal auditor adalah orang-orang yang memiliki independensi dalam menjalankan perannya. Mereka adalah para profesional yang kompeten serta tidak memiliki hubungan dengan manajemen. Kedua, untuk mendorong pengungkapan terhadap penyimpangan, sebaiknya dewan komisaris membuat program yang memberikan perlindungan kepada whistleblower apabila ia melaporkan sesuatu praktek yang menyimpang di perusahaan. Program tersebut seharusnya telah tersurat dengan jelas dalam code of conduct perusahaan. Program tersebut misalnya adalah membuka jalur komunikasi langsung dengan dewan komisaris, komite audit, ataupun internal auditor. Mereka harus merahasiakan identitas whistleblower ini dari pihak manajemen ataupun eksternal perusahaan. Jadi, sifat dari komunikasi ini adalah rahasia dan tidak akan dipublikasikan. Laporan adanya penyimpangan dari whistleblower ini kemudian digunakan sebagai dugaan awal untuk melakukan audit investigasi. Kemudian komite audit dan internal auditor membuat perencanaan program audit untuk

membuktikan dugaan tersebut. Apabila dalam audit investigasi memang ditemukan penyimpangan, maka internal auditor dan komite audit akan menindaklanjuti hasil temuan dengan melaporkan hasilnya kepada dewan komisaris. Kemudian dewan komisaris akan membuat keputusan dari hasil investigasi yang dilakukan oleh komite audit dan internal auditor, bukan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh whistleblower. Jadi keputusan dewan komisaris itu didasarkan atas fakta dari audit investigasi yang dilakukan oleh komite audit dan internal auditor.

Penerapan ini memang tidak semudah dan sesingkat yang kita bayangkan. Banyak permasalahan yang menghambat terciptanya praktek GCG dan perlindungan terhadap whistleblower. Namun, kembali lagi kita sangat berharap kepada pihak regulator dalam hal ini Bapepam, BEI, dan BI yang sudah selayaknya membuat peraturan yang menuju ke arah sana serta mampu melakukan pengawasan terhadap ketaatan peraturan tersebut bagi para pelaku usaha.

Jadi keputusan dewan komisaris itu didasarkan atas fakta dari audit investigasi yang dilakukan oleh

komite audit dan internal auditor.

Page 34: ai_edisi_13

Toko IAIToko IAINamaBarang HargaJual

AnggotaNon

Anggota

1 PSAK No.50

15,000

20,000

2 PSAK No.55

15,000

20,000

3 Aplikasi PSAK No.46

20,000

25,000

4 Contoh Ilustrasi PSAK No.50 & 55

30,000

35,000

5 SAK Per 2007

300,000

325,000

6 Tas Ransel

95,000

110,000

7 MUG IAI

15,000

20,000

8 Soal Try-Out USAP Review (2003-2005)

150,000

175,000

9 Modul CPMA Review (paket)

360,000

380,000

10 Isu-isu Kontemporer Akuntansi Keuangan

40,000

45,000

11 Asumsi Going Concern

40,000

45,000

12 Komite Audit yang Efektif

90,000

95,000

13 Good Corporate Governance

90,000

95,000

14 Enterprise Risk Management

40,000

45,000

15 Akuntansi Aktiva Tetap

45,000

55,000

16 Balanced Scorecard

80,000

85,000

17 IFRS 2008: Willey

550,000

650,000

18 IFRS Workbhook and Guide Edisi 2

450,000

500,000

19 Sistem Informasi Akuntansi 1/Rama, Jones

72.000

81.000

20 Sistem Informasi Akuntansi 2/Rama, Jones

79.000

89.000

21 Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil/IAPI

56.000

63.000

22 Akuntansi Keuangan Daerah (ed.3)/Abdul Halim

60.000

68.000

23 Audit Kinerja pada Sektor Publik/I Gusti Agung Rai

56.000

63.000

24 Akuntansi Syariah di Indonesia/Sri Nurhayati

60.000

68.000

25 Akuntansi Biaya 1(ed.14)/Carter

80.000

90.000

26 Sistem Akuntansi/Mulyadi

104.000

117.000

27 Sistem Akuntansi Sektor Publik/Indra Bastian

96.000

108.000

28 Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.4)/Hall

88.000

99.000

29 Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.9)/Romney

72.000

81.000

30 Sistem Informasi Akuntansi 2(ed.4)/Hall

87.000

98.000

31 Sistem Informasi Akuntansi 2(ed.9)/Romney

71.000

80.000

32 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)/KSAP

40.000

45.000

33 Standar Profesional Akuntan Publik/IAI

240.000

270.000

34 Teori Akuntansi 1(ed.5)/Belkoui

68.000

77.000

35 Teori Akuntansi 2(ed.5)/Belkoui

60.000

68.000

36 Akuntansi Intermediate 1(ed.15)/Skousen, Stice

120.000

135.000

37 Akuntansi Intermediate 2(ed.15)/Skousen, Stice

112.000

126.000

38 Akuntansi Internasional 1(ed.5)/Choi

56.000

63.000

39 Akuntansi Internasional 2(ed.5)/Choi

64.000

72.000

40 Akuntansi Keperilakuan/Arfan, Ikhsan

72.000

81.000

41 Akuntansi Keuangan Lanjutan 1(ed.6)/Baker

96.000

107,910

42 Akuntansi Keuangan Lanjutan 2(ed.6)/Baker

92.000

104.000

43 Akuntansi Manajemen 1(ed.7)/Hansen, Mowen

80.000

90.000

44 Akuntansi Manajemen 2(ed.7)/Hansen, Mowen

80.000

90.000

45 Akuntansi Manajerial 1(ed.11)/Garrison

80.000

90.000

Page 35: ai_edisi_13

Formulir PemesananNama : …………………………………………………………………………………..............................No. kartu anggota : ..................................................................................................................Alamat : ……………………………………………………………………………….................................Kota / Kode pos : ........................................................................../......................................Telephone / HP : ………………………………………………………Fax :………………………….......................

No. Nama Produk Jumlah Unit Harga

Tanggal : .........../........../..............

Tanda Tangan & Nama Lengkap

()Transfer Bank BCA Cab. Saharjo A/C no. 092.300.9130a.n. IAI Wilayah Jakarta

()Cashat IAI wilayah Jakarta Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Sahardjo No.111, Jakarta

Pembayaran

Penerbit Salemba Empat

Supported By :

* Harga disamping belum termasuk ongkos kirim

* Harga sewaktu-waktu dapat berubah

Informasi & Pembelian Hubungi : Imam/RiaIAI Wilayah Jakarta - Gedung Gajah - Blok AE - Jl. Dr. Sahardjo 111 - Jakarta Selatan 021 8353588 8354031 Fax 8290324*Tersedia buku - buku terbitan SALEMBA EMPAT

MUG IAI Rp 15.000

46 Akuntansi Manajerial 2(ed.11)/Garrison

99,920

113.000

47 Akuntansi Pemerintahan/Deddi Nordiawan

64.000

72.000

48 Akuntansi Sektor Publik/Deddi Nordiawan

36.000

41.000

49 Akunt: Suatu Pengantar 1(ed.5)/Soemarso

68.000

77.000

50 Akunt: Suatu Pengantar 2(ed.5)/Soemarso

71.000

80.000

51 Analisis Laporan Keuangan 1 (ed.8)/Wild, Subramanyam

88.000

99.000

52 Analisis Laporan Keuangan 2 (ed.8)/Wild, Subramanyam

72.000

81.000

53 Audit dan Assurances 1 (ed.4)/Messier

88.000

99.000

54 Audit dan Assurances 2 (ed.4)/Messier

100.000

113.000

55 Audit Internal 1 (ed.5)/Sawyer

80.000

90.000

56 Audit Internal 2 (ed.5)/Sawyer

100.000

113.000

57 Audit Internal 3 (ed.5)/Sawyer

104.000

117.000

58 Audit Sektor Publik (ed.2)/Indra Bastian

48.000

54.000

59 Auditing 1(ed.6)/Mulyadi

60.000

68.000

60 Auditing 2(ed.6)/Mulyadi

72.000

81.000

61 Pengantar Akuntansi 1(ed.7)/Weygandt,Kieso

84.000

95.000

62 Pengantar Akuntansi 2(ed.7)/Weygandt,Kieso

80.000

90.000

63 Pengantar Akuntansi 1(ed.21) Edisi Khusus/Warren

60.000

68.000

64 Pengantar Akuntansi 2(ed.21) Cover Baru/Fess, Warren

80.000

90.000

65 Setengah Abad Profesi Akuntansi -Soft Cov/Tuanakotta

100.000

113.000

Page 36: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

36

Krisis keuangan di Amerika Serikat yang berawal dari krisis “subprime mortgage” atau yang sering disebut

krisis kredit property, kini telah menjalar dan merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS yang biasa bermain di pasar saham Wall Street.

Mengingat pasar saham di AS sebagai pasar utama para investor dan juga sebagai ephisentrum (kiblat bisnisnya para investor dunia), rontoknya pasar itu langsung berbepengaruh pada pasar saham dunia, termasuk juga pasar saham Indonesia.

Untuk menanggulangi masalah itu, pemerintah AS telah mengalokasikan dana segar sebesar 700 miliar dollar AS untuk mendongkrak harga saham sekaligus menggerakan roda ekonomi tumbuh kembali. Meskipun kebijakan itu mendapat tantangan keras dari partai demokrat, karena akan memperlebar defisit anggaran pemerintah, toh kongres AS/DPR-nya meloloskan bail out itu.

Krisis AS itu ternyata demikian cepat “mewabah” pada aktivitas pasar modal global, sehingga para investor mengalami kegamangan dalam menghitung, menjaga nilai assetnya jangan sampai turun secara drastis.

Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia yang sebelumnya menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang

tidak diperkirakan. Jika dibandingkan dengan awal tahun 2008, Indeks bursa saham Shanghai telah turun sebesar 64 persen, Kuala Lumpur Composite Index juga turun sebesar 34 persen.

Sedang Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia per tanggal 16 September 2008 menyentuh level terendah 1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung dari level IHSG tertinggi 9 Januari 2008 di level 2.830,260. poin.

Penurunan harga saham itu, tentu juga menurunkan asset yang dimiliki baik oleh investor individu maupun investor korporasi, karena harga saham terus jeblok, sehingga IHSG terus turun yang menjadikan kegamangan semua otoritas moneter di negeri ini. Itulah sebabnya, Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah tidak populer dalam sejarah pasar bursa di Indonesia.

Dirut BEI, Ery Fermansyah, pada 9 Oktober sekitar Pk 12 terpaksa membuat kebijakan yang tidak popular, yakni menghentikan penjualan saham sementara (suspend). Tujuannya, menahan jangan sampai asset berupa saham milik individu maupun perusahaan jatuh menjadi “sampah”. Pengehentian perdagangan itu, merupakan strategi perlindungan asset saham sebagian masyarakat saat terjadi krisis ekonomi dan keuangan, sehingga langkah itu mendapat sambutan posistif dari beberapa kalangan,

utamanya para investor yang mempunyai asset berupa saham dan obligasi milik swasta. Bagaimanan seandainya Dirut BEI tidak mengehntikan perdagangan pada kala itu, bisa jadi jutaan lembar saham yang tadinya punya nilai triliunan rupiah, dalam hitungan menit akan menjadi turun terus hingga tak ada nilainya. Untuk mendongkak harga saham ke tingkat yang wajar, tentu tidak mudah atau membutuhkan waktu lama.

Dalam kaitan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/SBY, telah memberikan apreasiasi kepada otoritas moneter yang telah bekerja untuk mengatasi krisis ekonomi nasional secara baik.

“Saya berpendapat , semua pihak harus berbuat nyata dalam mengatasi krisis ekonomi akibat dari terjadinya suprime morgate, karena meskipun pemerintah AS telah memberikan bantuan sebesar 700 miliar dolar AS, kita harus tetap waspada akan bahanya terjadinya kelesuan ekonomi pada tahun-tahun ke depan ini,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia saat ini tengah dan akan terus melakukan berbagai langkah antisipasi dan mengambil langkah responsif dalam membendung dampak krisis keuangan AS agar asset yang sudah likuit jangan sampai merosot tajam seperti yang terjadi di pasar saham di berbagai negara.

Oleh karena itu, secara khusus Presiden SBY, meminta Menteri Keuangan untuk ikut

MENGELOLA ASSET SAHAM SAAT TERJADI KRISIS EKONOMI

Opini

Oleh Ami Sudarmy Alwi.

Page 37: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

37

memikirkan jangan sampai pihak swasta dan negara salah dalam melakuikan pengelolaan asset.

“Saya telah meminta Menkeu Sri Mulyani bersama Gubernur Bank Indonesia Boediono untuk menjelaskan secara utuh antisipasi dan langkah kita sehubungan dengan krisis di AS,” paparnya, seraya menambahkan, kita harus pandai-pandai mengelola pasar keuangan dan pasar modal yang perkembangannya cenderung fluktuasi.

Foreign direct investment masih cukup penting, mski dalam pembangunan infrastruktur kita tidak bisa membiayai pembangunan dengan mengandalkan kapital market. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah kita, kata presiden.

Krisis ekonomi global, yang menyebabkan turunnya sejumlah asset sebuah korporasi, harus menjadikan pelajaran berharga agar jangan sampai asset yang telah dimiliki menjadi berkurang atau bahkan menjadi sampah. Inilah yang akan menjadi pokok bahasan tulisan ini sekaligus menyinggung kesalahan pengelolaan asset akan membawa kerugian yang cukup besar bagi masyarakat.

Pengelolaan asset saham saat krisis

Sebelum mengulas pengelolaan asset saat krisis, ada baiknya kita memahami pengertiannya. Banyak definisi yang digunakan untuk menjelaskan istilah manajemen asset. Secara umum manajemen asset didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dikaitkan dengan mengidentifikasi asset apa yang diperlukan, bagaimana cara mendapatkannya, cara mendukung dan memeliharanya, serta cara membuang atau memperbaruinya sehingga asset itu secara efektif dan efisien dapat mewujudkan sasaran/obyektif.

Sedangkan secara khusus manajemen asset didefinisikan sebagai serangkaian disiplin, metode, prosedur dan tool untuk mengoptimalkan dampak bisnis keseluruhan atas biaya, kinerja dan paparan risiko (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai, dan regulasi/keselamatan/kepatuhan pada aturan lingkungan hidup) dari asset fisik perusahaan.

Pengertian asset juga dapat disebut aktiva berwujud yang memiliki umur yang lebih panjang dari satu tahun. Sebagai contoh, pada perusahaan air minum. Asset utamanya adalah infrastruktur air minum seperti jaringan perpipaan, hidran, valves, sambungan, meteran, jaringan perpipaan air limbah, dam dan weirs.

Demikian juga asset perusahaan mesin dan tekstil, yang sudah melaksanakan go-publik. Sebut saja PT Texmaco. Jenis assetnya antara lain berupa gedung, mesin, tanah dan saham yang dijual kepada masyarakat.

Asset berupa saham, saat ini terancam menjadi ”sampah”. Sistuasi seperti itu, mengutip pendapat pakar manajemen Indonesia, Maikel Sajangbati, mengatakan, langkah yang perlu dilakukan, jika anda mempunyai deposito bertahanlah dengan deposito anda. Jangan ambil uang anda dari bank. Jika anda ikut ikutan mencairkan dana anda maka anda membuat keadaan semakin memburuk.

Jika anda memiliki saham dan turunannya, sebaiknya di “hold” dulu kecuali ada keperluan keuangan yang mendesak sehingga kita harus menjualnya. Ikut ikutan menjual saham akan memperburuk keadaan saja. Menjual saham dalam situasi tidak normal hanya akan membuat pikiran menjadi stres dan jengkel. Oleh karena itu, perlindungan asset terhadap saham sebaiknya tidak dilakukan penjualan. Jika dalam bayangan

situasi ekonomi akan seegara pulih dan mempunyai dana nvestasi yang ”nganggur” justru saat tepat untuk membelinya.

Dikatakan, krisis akan lebih cepat berlalu jika kita tenang dan waspada. Perekonomian akan cepat pulih. Harga saham akan cepat rebound. Dolar akan cepat menyesuaikan diri pada kurs yang rasional. Cadangan devisa kita cukup kuat.

Jika anda panik dan ikut ikutan menarik deposito, menjual saham dan memborong dolar, maka anda ikut memberikan kontribusi pada semakin dalamnya krisis di Indonesia.

Sedang pengelolaan asset di luar saham, Indonesia pernah mempunyai pengalamanyang berharga. Texmaco dinyatakan terlilit utang dan tidak dapat membayar, sehingga saham yang dulunya termasuk likuiit, saat ini beteul-betul menjadi sampah, termasuk mesin pabriknya banyak yang menjadi besi tua. Tekmaco diambil alih pemerintah Cq BPPN, tetapi tidak dikeola secara baik akhirnya semua saham yang diterbitkan betul menjadi sampah dan infrastruktur yang dibungunnya (Baca asset negara yang dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN). Rusak menjadi barang rongsokan.

Oleh karena itu, semestinya harus ada aturan yang berlaku, bahwa pengelolaan asset secara tidak serius, investor yang sengaja merusak harga saham yang menyebabkan kerugian keuangan kepada sebagian besar masyarakat, dan negara, dapat diberikan sanksi berat, karena hal itu termasuk kejahatan bidag ekonomi.

Page 38: ai_edisi_13

Dewasa ini perusahaan publik di Indonesia banyak yang belum mengetahui arti pentingnya pengendalian internal dalam rangka mencegah terjadinya praktik kecurangan

(fraud). Fraud bisa terjadi kapan saja di perusahaan mana saja. Fraud bisa dilakukan oleh pihak internal perusahaan (karyawan & manajemen) atau pihak eksternal perusahaan. Fraud bisanya terjadi karena adanya kolusi, baik yang dilakukan oleh pihak internal maupun dengan pihak eksternal perusahaan. Bagi perusahaan publik, fraud yang sangat merugikan pihak investor, pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya adalah kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting).

Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang- Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Eksistensi SOA tersebut diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes dari Maryland dan Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio. SOA telah disyahkan pada tahun 2002 oleh presiden AS (George W. Bush). UU tersebut mensyaratkan adanya pengungkapan (disclosure) tentang informasi keuangan yang cukup, keterangan tentang pencapaian hasil-hasil (kinerja) manajemen, kode etik bagi eksekutif di bidang keuangan dan independensi komite audit yang efektif serta pembatasan kompensasi bagi para eksekutif perusahaan termasuk pembaharuan tatakelola perusahaan (corporate governance). Latar belakang diundangkannya SOA, antara lain munculnya skandal akuntansi di Enron yang melibatkan kantor akuntan publik Arthur Andersen (the big five) serta adanya kasus kebangkrutan beberapa perusahaan besar seperti TICO, Worldcom dan Adelphia yang menimbulkan kepanikan luar biasa kalangan dunia usaha. Manfaat SOA secara langsung berdampak positif dalam rangka implementasi GCG di perusahaan publik di berbagai belahan dunia lainnya.

Perusahaan publik di Indonesia yang listing di NYSE juga harus tunduk pada ketentuan SOA tersebut, selain terikat oleh ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Di negara kita masih sedikit perusahaan yang menerapkan SOA, yaitu PT. Telkom dan PT. Indosat.

Tujuan

Tujuan utama SOA adalah meningkatkan kepercayaan publik

terhadap implementasi prinsip GCG bagi perusahaan yang telah go publik. SOA mewajibkan perusahaan yang listed di NYSE untuk mematuhi berbagai ketentuan yang berlaku untuk menjamin transparansi dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu, SOA juga menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan keuangan (integrity of financial reporting). United States - Securities Exchange Commission (US-SEC) juga telah mengadopsi SOA sebagai syarat untuk memperketat persyaratan disclosure laporan keuangan serta menjamin akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini, SOA mewajibkan perusahaan publik untuk mereformasi tanggungjawab manajemen perusahaan perihal keterbukaan informasi keuangan serta mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) yang bermula dari kecurangan akuntansi (accounting fraud). Amerika Serikat menerapkan regulasi ini secara ketat, antara lain meliputi pelaporan keuangan yang akurat dan tidak bias, review pengendalian intern serta kewajiban untuk menerapkan Code of Ethics dan Code of Corporate Governance. SOA juga menuntut standar yang sangat tinggi terhadap operasi bisnis dan pelaksanaan audit atas pengendalian intern.

SOA mewajibkan perusahaan yang listing di AS untuk membuat dokumentasi pengendalian kunci dan melaporkan kondisi pengendalian internnya secara periodik. SOA Section 302 tentang ”Corporate Responsibility for Financial Reports” menetapkan bahwa pejabat eksekutif perusahaan (CEO & CFO) harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap pernyataan prosedur pengendalian, internal control, dan jaminan atas kecurangan (fraud). Sedangkan SOA section 404 tentang “Management Assessment of Internal Controls” mengatur ketentuan yang mewajibkan terselenggaranya audit SOA tahunan yang menunjukkan laporan pengendalian internal (internal control report).

Laporan pengendalian internal antara lain berisi tanggung jawab manajemen untuk menyelenggarakan struktur & prosedur pengendalian intern atas pelaporan keuangan dan hasil asesmen atas efektivitas struktur & prosedur pengendalian internal atas pelaporan keuangan tersebut. Regulasi ini menuntut manajemen perusahaan untuk memahami, mendokumentasikan, dan menyempurnakan pengendalian internal terkait pelaporan keuangan, dengan terus meningkatkan keakuratan proses bisnis (business process) dan informasi transaksionalnya, serta membangun perbaikan proses secara berkelanjutan (continuous improvement process) mengenai

Page 39: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

39

KhasAkuntan

Kata kunci : Harga Akuisisi, Profesi Penilai (appraisal company), Penilaian Pihak Independen, Perusahaan pengakuisisi, Perusahaan Target, Nilai Buku Pendahuluan

Latar Belakang

Harga yang dibayar perusahaan pengakuisisi atas perusahaan yang diakuisisi (perusahaan target)

adalah didasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Perusahaan penilai (appraisal company) merupakan salah satu pihak independen yang dipersyaratkan dalam transaksi akuisisi yang berfungsi sebagai penilai kewajaran harga akuisisi. Hal ini diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tetang pasar modal. Opini perusahaan penilai diharapkan menjadi acuan untuk

menentukan harga akuisisi

Perusahaan penilai mengestimasi nilai wajar perusahaan target dengan metode-metode yang sesuai dengan kondisi perusahaan target. Keakuratan penilaian tersebut dapat dilihat dari penerimaan investor atau perusahaan pengakuisisi. Sejauh mana opini perusahaan penilai ini diterima perusahaan pengakuisisi tercermin dalam harga akuisisi yang diputuskan perusahaan pengakuisisi. Penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh nilai wajar yang ditetapkan perusahaan penilai atas perusahaan target terhadap penetapan harga akuisisi oleh perusahaan pengakuisisi

2. Mendapatkan bukti empiris apakah terdapat perbedaan yang signifikan

antara harga akuisisi dengan hasil penilaian independen atas perusahaan target.

Perumusan MasalahMasalah dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah hasil penilaian independen atas perusahaan target mempengaruhi penetapan harga akuisisi?

2. Apakah harga akuisisi tidak berbeda dengan harga yang ditetapkan penilai independen?

Manfaat dan Batasan PenelitianMayoritas akuisisi yang terjadi di Indonesia

hingga tahun 1996 adalah akuisisi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan atau akuisisi internal dimana perusahaan pengakuisisi memiliki benturan kepentingan dengan perusahaan target. Dalam hal ini perusahaan target berada dalam satu grup dengan perusahaan pengakuisisi. Penelitian ini dilakukan atas transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan.

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan secara akademis terhadap dunia praktek lewat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi masukan mengenai penetapan harga akuisisi bagi perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan akuisisi

Oleh : Golrida Karyawati P dari IBII

HASIL PENILAIAN INDEPENDEN &

PENENTUAN HARGA AKUISISI

AbstrakPenelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepercayaan investor

terhadap hasil penilaian independen atas transaksi akuisisi yang tercermin dari harga akuisisi yang ditetapkan.

Study ini menggunakan desain eksploratif atas 42 unit data dari tahun 1990 hingga tahun 1996. Ditemukan bukti empiris adanya pengaruh

yang signifikan atas hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target terhadap penentuan harga akuisisi. Harga akuisisi yang ditetapkan

perusahaan pengakuisisi tidak berbeda secara signifikan dengan hasil penilaian independen. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi penyempurnaan standar penilaian yang ada, dan penelitian lanjutan

atas faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepecayaan investor atas hasil penilaian independen atas transaksi akuisisi di Indonesia

Page 40: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

40

2. Landasan pemikiran yang memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya misalnya: penelitian untuk mengetahui korelasi penilaian dengan harga akuisisi yang ditetapkan atas transaksi akuisisi yang tidak mengalami benturan kepentingan; Penelitian mengenai perbedaan hasil penilaian pihak independen atas perusahaan target dengan metode penilaian yang berbeda; dan lainnya.

KajianLiteraturAkuisisi dan Perusahaan PenilaiAkuisisi merupakan salah satu bentuk

penggabungan usaha. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi keuangan no.22, Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan (perusahaan pengakuisisi) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi atau perusahaan target, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal pasal 64 dan 65 mensyaratkan keterlibatan perusahaan penilai (appraisal company) memberikan opini atas nilai wajar perusahaan target secara professional dan independen. Perusahaan penilai melakukan profesinya berdasarkan Standar Penilaian Indonesia (SPI) yang berisi prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam proses penilaian di Indonesia. Hasil dari penilaian adalah laporan penilaian yang merupakan dokumen berisikan perkiraan/estimasi atas nilai yang diestimasi pada suatu tanggal tertentu yang mengandung hasil analisis perhitungan dan opini penilai dari sebanyak mungkin data pendukung yang relevan yang dibutuhkan

dalam kegiatan suatu penilaian.

Sebagai hasil estimasi penilaian memiliki ketidak akuratan..Bretten et al(2001) mengatakan “Valuers do not operate with perfect market knowledge, they must follow client instructions, make judgements, analyse information and respond to different pressures when preparing a valuation and all these faktors influence the final valuation figure. Values can be difficult to assess due to the heterogeneity of property and the number of transactions that occur at prices that do not represent market values. The ability of valuers to make effective estimations of value has been subjected to intense scrutiny by academia, the media and the courts and the apparent lack of a coherent and consistent result from the valuation process has damaged the reputation of the valuation profession.

Baum and Crosby (1988) mengungkapkan “Appraisals can rarely be proved inaccurate for many reasons. All valuations are hedged by a series of assumptions. Special purchasers are excluded from consideration; a full exposure to the market, which is not defined, is assumed; no price movements over the marketing period are contemplated, even though full exposure may require a lengthy marketing period in an era of changing prices; and so on. Predictions of the most likely selling price will only be shown to be wrong when prices achieved are revealed, and this is rarely the case.” )

Survey Bretten et al (2001 ) mengungkapkan bahwa banyak penyimpangan dalam proses penilaian yang tidak terelakan. Sebagian besar penyimpangan tersebut adalah berhubungan dengan “behavioural characteristics” individu dari penilai. Penyimpangan dapat timbul pada proses disetiap tahap penilaian dimulai

dari terbit nya instruction letters dan negociation fee hingga tekanan luar yang memaksa penilai pada tahap akhir proses penilaian.

Penelitian Levy dan Schuck (1999) menemukan bukti bahwa klien memiliki insentif, kemampuan dan kesempatan untuk mempengaruhi opini perusahaan penilai atas keseluruhan proses. Sebelum kontrak dimulai klien bahkan memiliki pengaruh memilih perusahaan penilai yang mereka inginkan. Klien juga dapat mempengaruhi waktu penilaian yang mereka inginkan. Banyak pula informasi tentang properti yang bukan domain publik sehingga perusahaan penilai tidak memiliki akses sama dengan klien dan hal ini meningkatkan pengaruh klien terhadap perusahaan penilai. Praktek-praktek penilaian yang ada dapat pula menimbulkan konflik antara klien dan perusahaan penilai. Hubungan bisnis dengan klien dapat pula menjadikan penilai subjektif.

KerangkaPemikiranHarga yang dibayar perusahaan pengakuisisi

atas perusahaaan target merupakan cerminan kekayaan perusahaan target yang diperoleh pada saat akuisisi berlangsung (nilai buku kekayaan perusahaan target). Penilaian pihak independen didasarkan atas nilai buku kekayaan perusahaan target. UU no.8 tahun 1995 mensyaratkan auditor menilai laporan keuangan perusahaan target untuk memberi keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan dengan wajar sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Standar laporan keuangan yang wajar di Indonesia mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Opini wajar bagimanapun memiliki resiko yang timbul dari Standar Akuntansi

Page 41: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

41

Keuangan (Golrida, 2003), dan aspek auditor yang melakukan profesinya dengan mengacu pada Standar Profesionalisme Akuntan Publik ( IAI, 2007). Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik pada pasal 52 hingga 57 mensyaratkan pemeriksaan berkala maupun pengawasan sewaktu-waktu terhadap kantor akuntan memaksa kantor akuntan bekerja lebih professional sehingga opini atas laporan keuangan keuangan perusahaan yang diaudit lebih dapat dipertanggungjawabkan. Hipotesa pertama diturunkan sebagai berikut:

H1: Harga akuisisi dipengaruhi nilai buku perusahaan target.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-52/PM/1997 mensyaratkan dilakukannya analisis pihak independen atas kewajaran nilai saham dan aktiva tetap perusahaan yang melakukan penggabungan usaha. Penilaian yang dimaksud adalah untuk mendapatkan harga akuisisi yang layak.

Sebagian besar transaksi akuisisi yang terjadi di Indonesia adalah akuisisi yang mengalami benturan kepentingan. Yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Apabila terjadi transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan, sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1997, harus mendapat persetujuan oleh pemegang saham independen (pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan sehubungan dengan transaksi yang dimaksud) atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu. Transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan juga mengharuskan penunjukkan pihak independen untuk melaksanakan penilaian serta memberikan

pendapat tentang kewajaran dari transaksi akuisisi. Hipotesa kedua dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Harga akuisisi yang ditetapkan perusahaan

pengakuisisi atas perusahaan target dipengaruhi oleh hasil

penilaian independen

Hasil penilaian independen merupakan pertimbangan dalam menentukan harga akuisisi. Mc Allister et al (1997) melakukan simulasi mengenai keakuratan penilaian atas property menyarankan agar fund manager harus bersikap kritis atas hasil penilaian dan tidak menerima begitu saja, karena hasil penilaian memiliki tingkat kesalahan (error) Hasil penelitian Parker (1998) atas property di Australia dan menunjukkan potensi ketidak akuratan penilaian secara signifikan.

Keakuratan penilaian adalah didasarkan sudut pandang investor yang melakukan pembelian atau melakukan akuisisi. Keakuratan penilaian property seperti diungkapkan Waldy (1997) “ ... restricted to the question of valuation versus market price, i.e. how close a valuation is to the market price .. “(page 239). Market price dalam transaksi akuisisi adalah harga akuisisi.

Kepercayaan perusahaan pengakuisisi atas penilaian pihak independen dalam penelitian ini merupakan rujukan yang dapat diterima untuk menilai keakuratan hasil penilaian independen. Kepercayaan perusahaan pengakuisisi atas hasil penilaian independen tercermin dari harga akuisisi yang disetujui perusahaan pengakuisisi. Hipotesa ketiga ditetapkan sebagai berikut:

H3: Harga akuisisi yang ditetapkan perusahaan pengakuisisi sama dengan harga yang didasarkan hasil penilaian

independen.

MetodePenelitianPemilihan sampel Penelitian

Karena keterbatasan data yang up to date, penelitian ini diimplementasikan untuk transaksi-transaksi akuisisi yang terjadi dari tahun 1990 hingga tahun 1996 yang

implikasi dimasa mendatang diharapkan masih relevan. Satu transaksi akuisisi melibatkan satu perusahaan pengakuisisi dan satu perusahaan target. Apabila satu perusahaan pengakuisisi melakukan akuisisi pada tiga perusahaan target yang berbeda pada waktu yang bersamaan, dapat dihitung sebagai tiga transaksi akuisisi.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

sumber dan Teknik PengumpulanData

Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode pengamatan 1990 - 1996. Data diperoleh dari Bapepam dan BEJ. Data yang diperlukan antara lain: daftar nama-nama perusahaan yang melakukan transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan periode 1990 – 1996, data harga akuisisi, nilai buku perusahaan target,

Nilai Buku

Penilaian Independent

HargaAkuisisi

Gambar 1. Model pengambilan keputusan harga akuisisi

Page 42: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

42

Tahun Jumlah Data

Data Tidak Memenuhi Kriteria

Sampel Data

1990 4 4 0

1991 16 14 2

1992 17 14 3

1993 14 12 2

1994 20 2 18

1995 3 2 1

1996 22 6 16

Jumlah sampel

42

Tabel 1

Pengambilan Sampel

dan hasil penilaian atas perusahaan target oleh penilai independen.

Daftar nama-nama perusahaan yang melakukan akuisisi diperoleh dari Bapepam. Berdasarkan data-data tersebut peneliti menelusuri ke laporan prospektus masing-masing perusahaan pengakuisisi yang diumumkan di Harian Bisnis Indonesia dan Harian Kompas atau laporan prospektus yang terdapat di BEJ (Sekarang BEI).

ModelAnalisisdata

Analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Analisa regresi.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang ingin diteliti:

-Variabel independen : hasil penilaian pihak independen dan nilai buku perusahaan target

-Variabel dependen : harga akuisisi yang ditetapkan perusahaan pengakuisisi.

Karena variabel penelitian ada tiga buah, maka diperiksa kemungkinan dibuatnya analisa regresi berganda. Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y = Harga Akuisisi yang ditetapkan atas saham perusahaan target

X1 = Hasil Penilaian pihak independen

X2 = Nilai buku perusahaan target

A = Konstanta

b1 = Koefisien penilaian pihak independen

2 = Koefisien nilai buku perusahaan target

E = Error

Koefisien determinasi ditentukan untuk menentukan seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji Anova (F test) dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh berarti, atau dengan kata lain apakah variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan tingkat ơ: 5%. Dari persamaan diatas juga dilakukan pengujian atas derajat keeratan antar variabel dengan koefisien korelasi (R).

2. Uji perbedaan dua populasi independen (two sampel test)

Uji perbedaan populasi independen dimaksudkan untuk mengetahui apakah rata-rata harga akuisisi berbeda secara signifikan dengan hasil penilaian pihak independen. Berdasarkan hasil uji perbedaan ini ingin diketahui apakah harga akuisisi ditetapkan menurut hasil penilaian independen, sehingga hipotesis ketiga:

H3 : µ1 = µ2

Dimana:

µ1: Rata-rata Harga Akuisisi

µ2: Rata-rata Hasil Penilaian Pihak Independen

Uji perbedaan dilakukan dengan uji T( T test). Pengujian dilakukan dengan tingkat ơ : 5% (two tail)

Hasil Penelitian danPembahasanDeskripsi Statistik

Ada tiga komponen yang diteliti dari sampel yakni harga akuisisi, nilai buku perusahaan target pada tanggal akuisisi, dan hasil penilaian pihak independen terhadap nilai wajar perusahaan target. Statistik deskriptif dari sampel dapat dilihat dalam Tabel 2.

Rata-rata nilai buku perusahaan target (Rp 62.650.140.288) seperti yang terlihat pada table 2 berada jauh dibawah rata-rata hasil penilaian independen atas perusahaan target (Rp116.913.041.546) dan harga akuisisi yang ditetapkan (Rp114.233.412.108), sedangkan rata-rata harga akuisisi relatif hampir sama dengan rata-rata hasil penilaian independen. Bila dilihat dari nilai minimum ketiga variabel penelitian terdapat perbedaan yang sangat besar antara variabel nilai buku perusahaan target Rp 450.000) dan hasil penilaian independen (Rp 1.251.300.000. Perbedaan yang tajam ini disebabkan karena perbedaan metodologi penilaian yang digunakan.

AnalisaRegresiAnalisa regresi berganda dan regresi

sederhana disajikan dalam tabel 3 dan tabel 4. Nilai R Squared pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penetapan harga akuisisi dipengaruhi

Page 43: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

43

oleh hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target sebesar 93,2%. Perbandingan model regresi berganda dan sederhana menunjukkan adanya peningkatan nilai adjusted R.

Model regresi sederhana pada tabel 4 disajikan untuk melihat pengaruh individu masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai adjusted R masing – masing variabel independen secara individu adalah 0,69 dan 0,701. Bila variabel independen bekerja sama dalam model regresi berganda nilai adjusted R meningkat yakni 0,929. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan variabel independen secara inkremental memperbaiki model regresi, atau model regresi berganda lebih baik dalam meramalkan pengaruh variabel independen daripada model regresi sederhana. Dapat disimpulkan bahwa harga akuisisi ditentukan

secara bersamaan oleh variabel hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target, atau hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target secara bersamaan mempengaruhi harga akuisisi. Hal ini sesuai dengan peraturan Bapepam tentang tata cara penggabungan usaha yang antara lain mewajibkan direksi perseroan menjajagi kelayakan penggabungan usaha meliputi penelaahan laporan keuangan Perseroan yang telah diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam selama 3 tahun terakhir (nilai buku) dan hasil analisis pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan aktiva tetap perseroan.

Tabel 3 memperlihatkan nilai F sebesar 268,07 dengan siginifikan 0,000. Angka signifikan tersebut lebih kecil dari tingkat ơ yang ditetapkan yang artinya model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dapat diambil kesimpulan bahwa harga akuisisi dapat di prediksi dari hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target

Persamaan regresi untuk model regresi ini adalah sebagai berikut:

Harga Akuisisi = - 1.798.009.945 + 0,51 Penilaian Independen + 0,901 Nilai Buku

Persamaan diatas memiliki arti bahwa dalam kondisi nilai buku perusahaan target tetap, kenaikan hasil penilaian independen Rp1 akan menaikkan harga akuisisi Rp 0,51. Demikian pula dalam kondisi hasil penilaian independen tetap, kenaikan Rp 1 nilai buku

perusahaan target akan menaikkan Rp 0,901 harga akuisisi. Analisis regresi diatas telah memenuhi uji asumsi klasik yang disajikan pada lampiran 1.

Berdasarkan hasil analisa regresi atas hipotesis pertama dan kedua diambil kesimpulan bahwa harga akuisisi secara signifikan dipengaruhi oleh hasil penilaian independen dan nilai buku perusahaan target. Bukti empiris ini menunjukkan pentingnya peran profesi akuntan (auditor) sebagai pihak independen yang menilai laporan keuangan (nilai buku), dan profesi penilai, sehingga diperlukan pengendalian mutu atas kedua profesi tersebut. Peraturan

Menteri Keuangan No.17/PMK.07/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik diharapkan dapat meningkatkan kualitas nilai buku yang tersaji dalam laporan keuangan. Penyempurnaan Standar Penilaian Indonesia (SPI) merupakan keharusan untuk tidak menyesatkan pengambil keputusan.

- Dependent Variabel: Harga Akuisisi

- Durbin Watson 1.993

- R Square: .932

- Adjusted R : .929

- F: 268,071 (sig. .000)

AnalisaKorelasiAnalisa korelasi antara hasil penilaian

independen dan nilai buku perusahaan target dengan harga akuisisi diperlihatkan pada Tabel 5

Korelasi antara hasil penilaian independen dengan harga akuisisi sebesar 83,5%, dan antara nilai buku perusahaan target dengan harga akuisisi sebesar 84,2% menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Temuan ini mengindikasikan bahwa nilai akuisisi yang wajar dapat diestimasi dari nilai buku dan hasil penilaian independen dan diharapkan dapat membantu kelancaran negosiasi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan target untuk mencapai kesepakatan harga akuisisi.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Harga Akuisisi 42 30,000,000 921,884,275,000 114,233,412,108 197,630,011,449

Hasil Penilaian Independen 42 1,251,300,000 1,220,795,600,000 116,913,041,546 212,942,780,156

Nilai Buku Perusahaan Target 42 450,000 599,274,917,800 62,650,140,288 123,430,801,033

Tabel2:Deskripsistatistik

Page 44: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

44

UjiPerbedaanDuaPopulasiBerdasarkan hasil uji F pada lampiran 2

diketahui bahwa populasi harga akuisisi dan hasil penilaian pihak independen diasumsikan memilik kehomogenan ragam atau varians kedua populasi sama, sehingga uji perbedaan kedua populasi dilakukan dengan asumsi tersebut.

Dari hasil pengujian pada tabel 6 diperoleh P- value sebesar 0,48 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat ơ yang berarti bahwa harga akuisisi ditetapkan tidak berbeda secara signifikan dengan hasil penilaian independen. Hal ini menunjukkan bahwa

opini penilai independen disepakati perusahaan pengakuisisi dan perusahaan target sebagai harga akuisisi. Bukti empiris ini mengindikasikan kepercayaan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan target atas opini penilai independen. Kepercayaan ini dapat saja terjadi karena adanya campur tangan pihak tertentu. Merujuk pada pada hasil penelitian

Model Unstandardized

Coefficients

Beta

Standard

Error

Standardized

Coefficients

Beta

T Sig Partial Part Collinearity

Statistic

Tolerance

VIF

Constant - 1,798,009,945 9,568,086,454 -.188 .852

Hasil

Penilaian

Independen

.510 .045 .549 11..342 .000 .876 .473 .742 1.348

Nilai Buku

Perusahaan

Target

.901 .078 .563 11.625 .000 .881 485 .742 1.348

Tabel3.AnalisaRegresiBerganda

Simple Regression Model (Dependent Variabel : Harga Akuisisi) R Square Adjusted R Square

Std Error Of The Estimete

1. Hasil Penilaian Independen 0.697 0.690 110,095,908,579

2. Nilai Buku Perusahaan Target 0.701 0.701 108,024,749,768

Tabel4.AnalisaRegresisederhana

Page 45: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

45

Harga Akuisisi Hasil Penilaian Independen

Nilai Buku Prsh. Target

Hrg Akuisisi Pearson Correlation 1,000 0,835 0,842

Sig. (2-tailed) . 0,000 0,000

N 42 42 42

Penilain Independen

Pearson Correlation 0,835 1,000 0,508

Sig. (2-tailed) 0,000 . 0,001

N 42 42 42

Nilai Buku Prsh. Target

Pearson Correlation 0,842 0,508 1,000

Sig. (2-tailed) 0,000 0,001 .

N 42 42 42

Tabel5:KorelasiAntarVariabel

Keterangan : Korelasi dinyatakan signifikan pada level 0.01 (2-sisi).

Bretten et al (2001), Levy dan Schuck (1999) kondisi ini dapat terjadi karena pengaruh klien terhadap hasil penilaian pihak independen. Dalam transaksi akuisisi yang mengalami benturan kepentingan pengaruh ini berdampak signifikan, oleh sebab itu perlu dianalisis lebih lanjut faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan atas hasil penilaian independent.

KesimpulandanKeterbatasanPenelitian

Hasil eksplorasi atas unit analisa tahun 1990 hingga 1996 menunjukkan adanya pengaruh yang kuat antara hasil penilaian pihak independen

atas perusahaan target dan nilai buku perusahaan target terhadap pengambilan keputusan harga akuisisi. Harga akuisisi yang dibayar atas perusahaan target tidak berbeda secara signifikan dengan hasil penilaian pihak independen. Hasil eksplorasi ini diharapkan dapat diimplementasikan pada saat ini. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 17 Tahun 2008 yang mengharuskan pengendalian mutu kantor akuntan memaksa auditor lebih professional mengeluarkan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, penyempurnaan standar penilaian termasuk profesi penilai diharapkan membuat hasil eksplorasi up to date hingga kini.

Ada beberapa keterbatasan penelitian antara lain

1. Penelitian ini mengasumsikan keakuratan hasil penilaian independen tercermin dari penetapan harga akuisisi berdasarkan hasil penilaian tersebut. Asumsi tersebut menyederhanakan permasalahan, perlu di telaah lebih lanjut faktor-faktor yang dapat lebih menjelaskan keakuratan hasil penilaian independen atas transaksi akuisisi.

2. Hasil analisa dan penarikan kesimpulan akan lebih baik jika terdapat keseragaman metode penilaian pihak independen ini.

Tetapi karena keterbatasan data, peneliti tidak mengambil sampel untuk meneliti keberagaman metode penilaian ini.

3. Pengujian akan lebih akurat jika nilai ketiga variabel yang di

uji yakni harga akuisisi, penilaian pihak independen, dan nilai

Keterangan Variabel 1 Variabel 2

Mean 114,233,412,108 116,913,041,546

Variance 3.9058 x 1022 4.5345 x 1022

Observations 42 42

Pooled Variance 4.2201 x 1022

Hypothesized Mean Differenced

0.00

Df 82

t Stat -0.06

P(T<=t) one-tail 0.48

t Critical one-tail 1.66

P(T<=t) two-tail 0.95

t Critical two-tail 1.99

Tabel6:Uji–t:DuasampeldenganAsumsiVarianssama

Keterangan:

Variabel 1 : Harga Akuisisi

Variabel 2 : Penilaian Independen

Page 46: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

46

buku dibandingkan dalam periode waktu yang sama, yaitu pada tanggal akuisisi. Tetapi penelitian ini memiliki keterbatasan karena data-data yang diambil berasal dari laporan prospektus, dimana sebagian nilai kekayaan perusahaan target yang disajikan bukan berdasarkan nilai pada tanggal rencana akuisisi dilakukan.

saran

Saran sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain:

1. Study ini tidak mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan atas opini penilai independen. Perlu dilakukan study lebih lanjut apakah kepercayaan tersebut disebabkan oleh behavioural characteristics perusahaan pengakuisisi yang mempengaruhi objektifitas penilai profesi penilai

2. Study lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan atas metode penilaian yang dilakukan perusahaan penilai sehingga dapat diketahui kecenderungan pemilihan metode penilaian dan metode mana yang terbaik untuk kondisi dan waktu tertentu.

3. Penelitian perlu juga dilakukan dengan time horizon yang berbeda yakni tahun-tahun terakhir untuk mengetahui kecenderungan penetapan harga akuisisi saat ini.

DaftarReferensi

Bambang Budianto : Minggu 25 Mei 2008, Menilai Perusahaan Dengan Pendapatan Negatif, http://bambang77001.blogspot.com/2008/05/Perusahaan

Bretten, James; GVA Grimley; Bristol; UK; and Peter Wyatt : 2001, “Variance In Commercial Properti Valuations for Lending Purposes: An Empirical Study”, Journal of

Property, Investment & Finance Vol 19 No.3 PP 267-282

Baum, A and Crosby, N :1988, Property Investment Appraisal, Routledge, London

Crosby, Neil: 2000, “Conference Paper: Valuation Accuracy, Variation and Bias in The Contex of Standards and Expectation”, Journal of Property Investmment & Finance Vol 18 no.2 pp 130 - 161

Golrida Karyawati P: 2003, “Substansi Mengungguli Bentuk : Jembatani Gap Akuntan dan Masyarakat”, Media Akuntansi Edisi 33/Mei/Tahun X/2003

Ikatan Akuntan Indonesia: 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.22, Salemba, Empat Jakarta

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-52/PM/1997 Tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-06/PM/2000 Tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-12/PM/1997 Tentang Perubahan Peraturan Nomor IX.E1 Tentang Benturan Kepentingan Transaksi tertentu

Levy, Deborah and Edward Schuck: 1999, The Influence of Clients on Valuations : The Clients Prespective, RICS Research Conference The Cutting Edge 1999, The Royal Institution of Chartered Surveyor

MAPPI dan GAPPI: 2007, Standar Penilaian Indonesia, Salemba Empat Jakarta

Mc Allister, Pat ; and Graham Bowles : Cutting Edge 1997,

“Simulating The Effect of Valuation Error on Property Investment Perfomance Measurement”, RICS Research, , The Royal Institution of Chartered Surveyor

Parker, David RR: 1998, “Valuation Accuracy – An Australian Perspective”, 4th Pacific Rim Real Estate Society Conference Perth, 19-21 January 1998

Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.07/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik

Waldy, B : May 1997, “Valuation Accuracy”, 64th FIG Permanent Committee Meeting & International Symposium, Singapore

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Lampiran1

1. Uji Kenormalan Distribusi Data

Uji normalitas dilakukan dengan Jarque-Bera Test ( JB Test) yang melihat faktor skewness dan Kurtosis dari nilai residu model yang disajikan pada Tabel a.

Berdasarkan Tabel a diatas dihitung nilai JB sebagai berikut:

S2 (K – 3) 2

JB = n [ — + ———— ]

6 24

Valid Obsrvation

42

Mean -40,015,480

Standard Deviation

51,463,381,446

Sampel Variance

2,648,479,629,895,450,000,000

Kurtosis 3.496889

Skewness -0.741287

Range 299,083,970,575

Minimum -179,956,215,176

Maximum 119,127,755,399

Tabela:DeskripsistatistikNilaiResidu

Page 47: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

47

dari data diatas diperoleh nilai JB sebagai berikut:

- 0.7412 ( 3.497 – 3) 2

JB = 42 [ ——— + ———— ]

6 24

JB = 4. 276

Nilai JB diatas bila dibandingkan dengan Tabel Chi square ơ2 (0.05 ; 2) yakni senilai 5.991 adalah lebih kecil. Apabila nilai JB lebih kecil dari nilai Tabel, hal itu berarti data terdistribusi secara normal. Dengan demikian berdasarkan JB Test disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi normal.

Autokorelasi Dari hasil uji Durbin Watson pada tabel

3 diperoleh nilai 1.993 dimana angka ini mendekati angka 2 (dua). Hasil regresi akan bebas dari masalah autokorelasi jika hasil uji Durbin Watson mendekati angka 2.

MultikolinieritasMultikolinieritas terjadi apabila antar

variabel independen terdapat korelasi yang signifikan. Ada beberapa cara mendeteksi masalah multikolinieritas antara lain:

- Korelasi antara variabel independen lebih besar dari 0,60. Dari Tabel 5 terlihat bahwa korelasi antara variabel independen yakni hasil penilaian independen dan nilai buku ada sebesar 0,508. Dengan demikian tidak terdapat masalah multikolinieritas

- Jika uji F sigifikan ( lebih kecil dari ơ ) sedangkan uji T tidak signifikan maka patut dicurigai adanya multikolinieritas. Tetapi bila uji F dan T sama-sama signifikan berarti hasil analisa regresi akan bebas dari masalah multikolinieritas. Seperti yang

diperlihatkan pada Tabel 3, hasil uji F adalah 268,07 dengan signifikan 0,000. Sedangkan hasil uji T untuk masing-masing variabel independen adalah 11,342 pada signifikan 0,000 untuk variabel hasil penilaian independen, dan 11,625 pada signifikan 0,000 untuk variabel nilai buku perusahaan target. Dengan demikian analisa regresi bebas dari masalah multikolinieritas.

HomosedastisitasUji homosedastisitas dilakukan dengan

White’s General Heteroscedasticity test yang menurunkan persamaan regresi p e m b a n t u sebagai berikut:

Ûi2 = α1 + α2X2i + α3X3i + α4X2i2 + α5X3i2 + α6x2iX3i + Vi

B e r d a s a r k a n model regresi pembantu diatas, R2 yang dihasilkan dikalikan dengan jumlah sampel (n), kemudian dibandingkan dengan distribusi Chi Square:

n.R2 ~ ơ2df

Apabila n.R2 lebih kecil dari nilai Tabel, maka tidak ada masalah heterosedastisitas dalam model regresi.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan seperti terlihat tabel b dapat dihitung nilai n.R2 yakni : 42 x 0,112 = 4,704. Sedangkan nilai ơ2df yang dapat dilihat pada Tabel Chi Square ơ2 (0.05 ; 5) adalah senilai 11,070. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah heterosedastisitas

Lampiran 2

Uji Kehomogenan Varians.

Uji kehomogenan varians dilakukan dengan alat uji F test two sampel for variances. Probability value dari hasil F test dapat dilihat dalam Tabel c

Dengan pengujian ini apabila hasil F test lebih besar dari nilai ơ yang ditetapkan maka kedua populasi yang di uji tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil uji F diperoleh P-value : 0,32. Dengan demikian kedua populasi diasumsikan memiliki kehomogenan ragam atau dengan kata lain varians kedua populasi adalah sama

Model R R Square

Adjusted R

Std. Error of the Estimate

1 .335 .112 .067 5,628,553,643,612,570

,000

Tabelb:IkhtisarModelRegresiPembantu

Variabel Dependen : Harga Akuisisi

Page 48: ai_edisi_13

Variabel 1 Variabel 2

Mean 114.233.412.108 116.913.041.546

Variance 3,9058 x 1022 4,5345 x 1022

Observations 42 42

Df 41 41

F 0,86

P(F<=f ) one-tail 0,32

F Critical one-tail 0,60

Tabelc:UjiFatassampelDuaVarians

Keterangan:Variabel 1 : Harga AkuisisiVariabel 2 : Penilaian Independen

A K U N T A N I N D O N E S I A

Page 49: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

49

No. Jenis-Jenis Biaya Penjelasan

1. Harga beli. Harga beli adalah harga jual dari pemasok setelah dikurangi diskon dan rabat, termasuk bea impor dan pajak pertambahan nilai yang tidak dapat dikreditkan.

2. Biaya pemasangan aktiva. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menempatkan aktiva tersebut ke lokasi dan kondisi hingga aktiva tersebut dapat dioperasikan sesuai dengan rencana manajemen. Contoh-contoh dari biaya ini adalah biaya tenaga kerja, biaya instalasi, biaya pengujian berjalan tidaknya aktiva tersebut setelah dikurangi pendapatan yang mungkin diperoleh dari uji coba tersebut dan biaya konsultan.

3. Biaya bongkar muat dan pasang. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk membongkar dan menyiapkan tempat pemasangan aktiva tersebut.

4. Biaya pinjaman Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi atau produksi suatu aktiva atau biaya pinjaman yang bisa dihindari apabila tidak dilakukan perolehan aktiva.

5. Biaya penghentian aktiva Biaya yang wajib dikeluarkan oleh entitas bisnis pada saat penghentian penggunaan aktiva tetap.

Ha r g a perolehan s u a t u

aktiva tetap diakui sebagai aktiva hanya apabila manfaat ekonomi yang terkait dengan aktiva tersebut akan diperoleh pada

masa-masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langsung dan manfaat ekonomi tersebut dapat diukur dengan andal. Aktiva tetap berwujud yang memberikan manfaat langsung dapat berupa mesin-mesin produksi, bangunan dan kendaraan dan aktiva tetap berwujud yang tidak memberikan manfaat langsung dapat berupa infrastruktur penanganan limbah, infrastruktur penanganan polusi dan lain-lain.

Pada awal pengakuan aktiva tetap berwujud, biaya utama yang harus diakui adalah biaya penempatan awal, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap, seperti harga beli, biaya pemasangan, biaya bongkat muat dan pasang, biaya pinjaman dan biaya penghentian. Biaya penempatan awal yang harus dikapitalisasi dijelaskan sebagai berikut:

KEWAJIBAN PENGHENTIAN AKTIVA TETAP Oleh: Marisi P. Purba*

KhasAkuntan

Page 50: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

50

Biaya penghentian aktiva diatur dalam PSAK 16R, “Aset Tetap” dan SFAS 143, “Accounting for Asset Retirement Obligations”. Masing-masing standar akuntansi keuangan tersebut memberikan ketentuan sebagai berikut:

PSAK 16R

Prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia tidak memberikan pengaturan secara khusus atas kewajiban penghentian aktiva tetap. PSAK 16R paragraf 16 hanya menyebutkan sebagai berikut:

“Biaya perolehan aset tetap meliputi:

(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;

(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen,

(c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan”.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, PSAK 16R tidak memberikan panduan terhadap kapitalisasi biaya penghentian aktiva tetap berwujud. Namun sebagaimana diketahui, PSAK 57, ”Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi dan Aktiva Kontijensi” mengharuskan dilakukannya pengakuan kewajiban penghentian aktiva tetap berwujud. PSAK 57 paragraf 15 menyebutkan sebagai berikut:

”Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi:

(a) perusahaan memiliki kewajiban

kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif ) sebagai akibat peritiwa masa lalu,

(b) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan

(c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat”.

Dengan demikian, jika suatu pengadaan aktiva mengharuskan perusahaan melakukan pengeluaran sumber daya pada akhir masa penggunaan aktiva tersebut, maka kewajiban pengeluaran sumber daya tersebut harus dicatat sebagai kewajiban pada neraca perusahaan apabila memenuhi syarat a, b dan c di atas. Perlu ditambahkan bahwa, karena biaya yang dikeluarkan memiliki masa manfaat yang sama dengan masa manfaat aktiva tetap berwujud terkait, maka biaya tersebut seharusnya dikapitalisasi dan tidak

dibebankan sekaligus.

SFAS 143

US-GAAP memberikan ketentuan yang rinci terkait dengan panduan kapitalisasi biaya penghentian aktiva. SFAS 143 paragraf 11 menjelaskan sebagai berikut:

“Upon initial recognition of a liability for an asset retirement obligation, an entity

shall capitalize an asset retirement cost by increasing the carrying amount of the related long-lived asset by the same amount as the liability. An entity shall subsequently allocate that asset retirement cost to expense using a systematic and rational method over its useful life. Application of a systematic and rational allocation method does not preclude an entity from capitalizing an amount of asset retirement cost and allocating an equal amount to expense in the same accounting period”.

Estimasi biaya penghentian aktiva tetap berwujud harus dilakukan dengan menggunakan teknik nilai kini arus kas (present value technique). Arus kas yang didiskontokan diperoleh dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan ekspektasi arus kas. Jika pendekatan tradisional yang digunakan, maka arus kas tunggal didiskontokan dengan menggunakan tarif diskonto tunggal. Namun, jika pendekatan ekspektasi arus kas yang digunakan, maka yang didiskontokan adalah beberapa skenario arus kas yang mungkin terjadi (multiple cash flows scenario) dengan menggunakan tingkat suku bunga bebas resiko (credit-adjusted risk-free rate).

Sebenarnya tidak terdapat perbedaan antara PSAK 16R dan SFAS 143. Hanya saja SFAS 143 memberikan pedoman yang rinci terkait dengan kapitalisasi biaya penghentian aktiva tetap. Dengan demikian, SFAS 143 dapat digunakan dalam menerapkan PSAK 16R.

“jika pendekatan ekspektasi arus kas yang digunakan, maka yang didiskontokan adalah

beberapa skenario arus kas yang mungkin terjadi

(multiple cash flows scenario)”

Page 51: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

51

PROSEDUR KAPITALISASI BIAYA PENGHENTIAN AKTIVA

Dalam melakukan kapialisasi biaya penghentian aktiva, manajemen harus melakukan langkah-langkah sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Pada prosedur di atas, prediksi arus kas dapat dilakukan dengan menggunakan expected cashflow approach dan traditional

approach. Dalam menerapkan expected cashflow approach, manajemen harus melakukan inventarisir atas kemungkinan-kemungkinan arus kas keluar dan melakukan perhitungan berdasarkan probabilita terjadinya. Hasil

akhirnya kemudian di-present value-kan. Sedangkan, jika manajemen menggunakan traditional approach, maka manajemen cukup mengakomodir segala kemungkinan-kemungkinan dalam satu arus kas yang kemudian di-present value-kan.

Kasus I**:

PT A adalah perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batu bara, yang telah selesai melakukan pembukaan area tambang pada tanggal 1 Januari 2003. Area pertambangan ditaksir akan habis masa ekonomisnya selama sepuluh tahun. Pada 1 Januari 2003, PT A wajib melakukan pengakuan atas kewajiban penghentian aktiva. Besarnya kewajiban penghentian aktiva disajikan sebesar nilai wajar dengan mengunakan present value technique.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam menghitung kewajiban penghentian aktiva adalah sebagai berikut:

* Besarnya upah yang dibutuhkan untuk membersihkan area pertambangan didasarkan pada upah standar di pasar tenaga kerja, dengan menggunakan “expected cash flow approach” dengan rincian sebagai berikut:

* Besarnya biaya overhead yang dibutuhkan oleh PT A diestimasi sebesar 20% dari biaya upah sebagaimana rata-rata industri.

* Apabila pembersihan area pertambangan dilakukan oleh kontraktor, biasanya biaya akan ditambahkan dengan 20% marjin laba.

* Terdapat resiko ketidakpastian dan kondisi yang tidak terduga sebesar 5% selama 10 tahun.

* Tingkat suku bunga bebas resiko adalah sebesar 5% pada tanggal 1 Januari 20x3.Tingkat suku bunga ini disesuaikan oleh PT A sebesar 3,5%, sehingga tingkat suku bunga yang digunakan adalah 8,5%.

*Tingkat inflasi selama 10 tahun diperkirakan sebesar 4%.

* Pada tanggal 1 Januari 20x3, kewajiban biaya penghentian aktiva diakui dengan jumlah sebagai berikut:

MULA

Apakah terdapat biaya penghentian

aktiva tetap di kemudian hari?

Tidak dilakukan kapitalisasi biaya

penghentian aktiva tetap.

Tidak

Ya

Apakah terdapat kewajiban hukum

menyelesaikan biaya penghentian aktiva tetap

di kemudian hari?

Tidak

Ya

Lakukan penyusunan prediksi arus kas keluar biaya penghentian aktiva tetap berdasarkan expected

cashflow approach atau traditional cashflow approach.

Lakukan kapitalisasi atas biaya penghentian aktiva tetap

dan pengakuan kewajiban penghentian aktiva tetap.

Susun daftar bunga yang akan dialokasikan dan dibebankan

setiap tahunnya.

Taksiran Arus Kas

Probabilitas Ekspektasi Arus Kas

100.000 25% 25.000

125.000 50% 62.500

175.000 25% 43.750

131.250

Page 52: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

52

(Dalam jutaan Rupiah)

Ekspektasi Arus Kas per 1/1/x3

Ekspektasi upah buruh

(a) 131.250

Alokasi biaya perolehan dan peralatan (80% x (a))

(b) 105.000

Mark-up atas marjin laba (20% x (a)+(b))

(c) 47.250

Ekspektasi arus kas sebelum penyesuaian inflasi

283.500

Faktor inflasi 4% selama 10 tahun

1,4802

E k s p e k t a s i arus kas setelah p e n y e s u a i a n inflasi

(d) 419.637

R e s i k o ket idakpast ian (5% x (d))

20.982

Ekspektasi arus kas setelah resiko ketidakpastian

440.619

Present value dengan tingkat diskonto 8,5%

194.879

* Pada tanggal 31 Desember 2012, PT A menyelesaikan kewajiban penghentian aktiva dengan menggunakan tenaga kerja internal perusahaan dengan biaya sebesar Rp 351.000. Diasumsikan tidak terjadi perubahan selama 10 tahun, dan PT A mengakui laba sebagai akibat penyelesaian kewjaiban penghentian aktiva sebesar Rp 89.619. Perhitungan penyelesaian kewajiban penghentian aktiva adalah sebagai berikut:

(Dalam jutaan Rupiah) Jumlah

Upah Rp 195.000

Alokasi upah dan peralatan (80% x (a)) 56.000

Jumlah biaya 351.000

Kewajiban penghentian aktiva 440.619

Laba penyelesaian hutang penghentian aktiva Rp 89.619

* Alokasi dengan menggunakan metode bunga (interest method of allocation) adalah sebagai berikut:

(Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Saldo Awal Kewajiban

Penambahan Akibat Bunga

Saldo Akhir Kewajiban

2003 194.879 16.565 211.444

2004 211.444 17.973 229.417

2005 229.417 19.500 248.917

2006 248.917 21.158 270.075

2007 270.075 22.956 293.031

2008 293.031 24.908 317.939

2009 317.939 27.025 344.964

2010 344.964 29.322 374.286

2011 374.286 31.814 406.100

2012 406.100 34.519 440.619

* Skedul pembebanan biaya adalah sebagai berikut:

(Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Beban Bunga Beban Depresiasi

Jumlah Beban

2003 16.565 19.488 36.053

2004 17.973 19.488 37.461

2005 19.500 19.488 38.988

2006 21.158 19.488 40.646

2007 22.956 19.488 42.444

2008 24.908 19.488 44.396

2009 27.025 19.488 46.513

2010 29.322 19.488 48.810

2011 31.814 19.488 51.302

2012 34.519 19.488 54.007

Page 53: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

53

* Jurnal pencatatan kewajiban penghentian aktiva per tangal 1 Januari 2003 adalah sebagai berikut:

NO. KETERANGAN Dr Cr

1. Aktiva tetap 194.879

Kewajiban penghentian aktiva

194.879

* Jurnal penyusutan dan accretion untuk 31/12/03-31/12/12 adalah sebagai berikut:

NO. KETERANGAN Dr Cr

1. Beban depresiasi 19.488

Akumulasi depresiasi

19.488

2. Beban bunga Sesuai skedul

Kewajiban penghentian aktiva

Sesuai skedul

* Jurnal pencatatan penyelesaian kewajiban penghentian aktiva per tangal 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:

NO. KETERANGAN Dr Cr

1. Kewajiban penghentian aktiva

440.619

Hutang upah 195.000

Alokasi overhead dan beban peralatan

(80% x 195.000)

156.000

Laba atas penyelesaian

kewajiban penghentian aktiva

89.619

* Penulis adalah praktisi pelaporan keuangan di PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk.

** Contoh kasus disadur dari buku “Akuntansi Aktiva Tetap, Pembahasan Komprehensif Akuntansi Aktiva Tetap” yang diulis oleh Marisi P. Purba dan diterbitkan oleh Kris Consulting, Jakarta.

Page 54: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

54

Jelaskan pemahaman dan kritik Anda terhadap strategi diversifikasi. Itulah salah satu pertanyaan favorit saya dalam ujian mata kuliah Pasar Modal atau Manajemen Investasi di FEUI. Mahasiswa yang hanya mengandalkan buku teks umumnya akan memberikan gambar penurunan total risiko akibat diversifikasi dan jawaban berikut. ”Strategi diversifikasi adalah strategi untuk meminimumkan risiko investasi. Dengan diversifikasi, risiko nonsistematis mendekati nol namun risiko sistematis tidak berkurang dan tetap ada. Diversifikasi tidak memberikan manfaat jika koefisien korelasi adalah satu tetapi manfaat akan optimal jika koefisien korelasi mendekati negatif satu.”

Inilah jawaban standar yang diajarkan semua buku teks investasi bahwa kita sebaiknya tidak menaruh semua telur

yang kita miliki dalam keranjang yang sama. Tak dapat dibantah lagi kalau diversifikasi adalah kaidah terpenting dalam investasi sekaligus pilar utama dalam pembentukan portofolio. Investor umumnya percaya dan

menerima kredo ini bahwa diversifikasi itu hukumnya wajib. Sejatinya, jawaban di atas kurang lengkap karena hanya menjelaskan keunggulan tanpa menyebutkan kelemahannya.

Dipelopori MarkowitzKonsep diversifikasi berawal dari disertasi

Harry Markowitz pada tahun 1952. Dengan begitu indah dan gamblangnya, Markowitz menurunkan manfaat utama diversifikasi secara kuantitatif dengan menggunakan portofolio yang terdiri atas dua aset berisiko. Untuk itu, pemenang nobel ekonomi 1990 ini hanya memerlukan tiga variabel yaitu return dan risiko dari masing-masing aset dan koefisien korelasi antar kedua aset itu.

Dengan matematika sederhana, Markowitz berhasil membuktikan kalau risiko portofolio menjadi minimum jika kedua aset itu mempunyai koefisien korelasi negatif sempurna yaitu negatif 1. Contoh dua sekuritas seperti itu adalah dua saham yang harganya selalu bergerak secara berlawanan. Jika yang satu naik, yang lainnya turun dengan derajat yang sama, dan sebaliknya. Contoh konkritnya mungkin adalah dua saham perusahaan yang produknya ramai di musim hujan seperti jaket, jas hujan, dan payung; sedangkan yang satunya lagi justru laku di musim panas seperti es krim dan pakaian/perlengkapan ke pantai.

Markowitz juga menemukan kalau diversifikasi selalu dapat menurunkan risiko portofolio sepanjang koefisien korelasi tidak positif sempurna atau lebih kecil dari satu. Dengan return yang sama, portofolio

dengan risiko yang lebih rendah sudah tentu lebih disukai.

Itulah sebabnya, diversifikasi yang dianjurkan adalah yang memperhitungkan koefisien korelasi dan bukan yang acak (random) atau yang naif (polos) yaitu yang membagi dana ke dalam n alternatif investasi sebesar masing-masing 1/n.

Lain teori, lain praktikMasalahnya adalah, jika diversifikasi

demikian saktinya, mestinya sebagian besar investor menerapkannya. Kenyataannya, lain teori, lain praktik. Blume, Crockett, dan Friend (1974) menemukan kalau 34,1% investor Amerika dari sampel 17.056 investor hanya memegang satu saham pembayar dividen, 50% mempunyai dua saham, dan hanya 10,7% yang mengoleksi lebih dari 10 saham. Survey Reserve Board (1975) juga memberikan hasil yang sama bahwa rata-rata jumlah saham dalam portofolio investor individu adalah 3,41. Lease, Lewellen, dan Schlarbaum (1976), King dan Leape (1984), dan Starr-McCluer (1994) juga mengonfirmasi hal yang sama bahwa sebagian besar investor individu (70%) tidak melakukan diversifikasi, bahkan ketika aset selain saham diperhitungkan.

Terakhir, kita juga perlu menyimak penelitian Barber dan Odean selama periode Januari 1991 hingga Desember 1996. Hasil studi yang sudah dipublikasikan dalam Journal of Finance tahun 2000 dengan judul The Common Stock Investment Performance of Individual Investors ini mengambil sampel 78.000 investor saham di Amerika. Barber

PLUS MINUS STRATEGI DIVERSIFIKASI

KolomPasarModal

Page 55: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

55

dan Odean melaporkan kalau median jumlah saham yang dipegang investor itu nyatanya antara 2 dan 3. Sebanyak 49,3% investor yang disurvey ternyata dapat mengalahkan pasar sebelum memperhitungkan biaya transaksi dan 43,4% setelah memperhitungkan biayanya. Padahal mereka memegang rata-rata kurang dari 3 saham.

Ketika ditanyakan alasan tidak melakukan diversifikasi, hanya sedikit investor yang beralasan keterbatasan dana yang dimiliki yang menjauhkannya dari diversifikasi. Sebagian besar memberikan jawaban lain. Seorang investor Amerika yang memegang satu saham dalam portofolionya ada yang menjawab, ”I let Bill Gates manage my portfolio.” ”Kalau kita melakukan diversifikasi, return investasi kita tidak banyak bedanya dengan return IHSG atau return reksa dana saham yang dikelola manajer investasi,” ujar seorang investor di BEI. Lain lagi komentar rekan mengajar saya yang guru besar investasi, ”Diversifikasi itu hanya cocok untuk investor awam yang tidak yakin akan kemampuan pemilihan sahamnya.”

Empat kelemahan Dari behavioral finance, artikel dan

buku populer investasi, serta masukan dari beberapa investor cerdas yang tidak menerapkan diversifikasi, saya mendapatkan setidaknya empat kelemahan diversifikasi berikut. Inilah bagian kedua dari jawaban lengkap yang saya harapkan dari mahasiswa setelah mengikuti kuliah saya.

Pertama, diversifikasi itu berangkat dari paradigma minimisasi risiko dan premis bahwa investor itu adalah risk averse. Selama paradigma dan asumsi di atas berlaku, tidak ada seorang pun yang dapat menentang kedigdayaan diversifikasi. Namun demikian,

diversifikasi menjadi kurang ampuh untuk investor yang risk taker dengan paradigma utama maksimisasi return.

Kenyataannya, investor itu sebenarnya bukan risk averse tetapi loss averse. Ini sesuai dengan teori prospeknya Daniel Kahneman (1979), psikolog pertama dan satu-satunya yang memenangkan nobel ekonomi pada tahun 2002. Menurut Kahneman, investor itu risk averse kalau sedang mengalami untung. Tapi kalau sedang rugi, investor cenderung menjadi seorang risk taker (pengambil risiko).

Kedua, melakukan diversifikasi membuat Anda tidak fokus. Robert Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant (1998) mengakui kalau dia tidak melakukan diversifikasi karena dia menerapkan strategi fokus dan tidak ingin berinvestasi dalam bidang yang tidak dia pahami.

William J. Oneil dalam bukunya How to Make Money in Stocks: a Winning System in Good or Bad Times (2002) juga menegaskan hal yang sama. Bahwa hasil terbaik biasanya dicapai melalui konsentrasi yaitu dengan menaruh telur Anda hanya dalam beberapa keranjang yang Anda benar-benar pahami dan awasi dengan seksama dan bukan ke dalam banyak keranjang. “Bersediakah Anda pergi ke dokter gigi yang juga suka pekerjaan teknik atau pertukangan dan menulis musik serta merangkap tukang pipa dan perencana keuangan pada akhir pekan? The more you diversify, the less you know about any one area,” tulisnya. Menurutnya, banyak investor mempraktikkan diversifikasi secara berlebihan atau overdiversifikasi. Semakin banyak saham yang Anda koleksi, semakin sulit kita menerapkan strategi investasi ala Peter Lynch, manajer investasi nomor wahid dari reksa dana saham terbesar di Amerika,

yaitu Buy what you know and know what you buy.

Ketiga, strategi diversifikasi umumnya akan membuat beta portofolio sekitar satu sehingga kinerja investasi akan bergerak persis mengikuti pasar atau IHSG. Saat pasar turun 50% seperti bulan Oktober lalu, portofolio yang terdiversifikasi pun akan merosot sekitar itu. Jika Anda tidak percaya, silahkan teliti kerugian reksa dana saham dan bandingkan dengan penurunan IHSG pada tahun ini.

Kelemahan terakhir dari praktik diversifikasi adalah semakin banyak saham yang Anda miliki, semakin lambat Anda bereaksi untuk menjual saham Anda yang relatif sudah kemahalan dan membeli saham lain yang sangat tertekan ketika pasar mulai bearish. Inilah yang pernah dialami saya dan banyak rekan investor. Istilahnya, diversifikasi membuat Anda tidak gesit lagi dalam menyikapi dan mengantisipasi pasar.

Dengan memegang hanya lima saham atau kurang, sesuai rekomendasi Asosiasi Klub Investasi di Amerika (1995) yang mewakili 8000 klub pemilihan saham, Anda dapat dengan mudah keluar-masuk pasar. Menjual dua–tiga saham sudah membuat Anda dapat menyelamatkan sekitar 40 – 60 persen portofolio saat pasar menunjukkan tanda-tanda akan bearish beberapa bulan lalu. Menjadi jauh lebih sulit untuk mengamankan portofolio Anda jika jumlah saham mencapai belasan hingga puluhan saham seperti yang dialami banyak investor institusi dalam krisis keuangan tahun ini.

Koordinator Mata Ajar Pasar Modal & Manajemen Keuangan PPAk FEUI, dan

Penulis buku Matematika Keuangan

Page 56: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

56

Nilai dari kekayaan intelektual biasanya dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan hukum yang berbeda. Dalam prakteknya, dampak pertimbangan hukum atas penilaian kekayaan intelektual dan aset intangible kurang begitu diperhatikan.

Beberapa pengamat menyadari aspek hukum atas kekayaan intelektual dan aset intangible dapat memberikan

dampak yang signifikan atas penilaian aset tersebut, sehingga kekuatan dari aset intangible dapat diperhitungkan dalam model penghitungan aset.

Menurut Prof. Karl-Erik Sveiby, pakar Knowledge Management (KM) dari Polandia menyatakan, beberapa elemen dari hak paten seharusnya dimasukkan dalam proses penilaian aset. Elemen-elemen hak paten yang diidentifikasikan memberikan pengaruh yang signifikan atas nilai suatu aset adalah ruang lingkup atas hak paten tersebut,

hubungan antara temuan yang dipatenkan dengan temuan sebelumnya, dan inovasi atas temuan yang dipatenkan tersebut.

“Semakin besar ruang lingkup dan semakin maju temuan tersebut dibandingkan temuan sebelumnya, maka semakin besar nilai ekonomis atas kekayaan intelektual yang dipatenkan tersebut,” kata Sveiby.

Lebih lanjut Sveiby mengatakan, hal lain yang patut diperhatikan dalam menilai-nilai ekonomis atas aset intangible adalah kemampuan pemilik atas kekayaan intelektual itu untuk mengembangkan dan mengeksploitasi hak tersebut dibandingkan dengan pihak lain. Pengembangan optimal atas suatu hak legal tidak selalu dapat dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya dari pemilik hak legal tersebut.

Terdapat paling tidak dua komponen atas penilaian hak legal yang efektif untuk aset intangible. Pertama, ruang lingkup hak legal yang berkaitan dengan aset intangible tersebut. Secara umum, semakin besar ruang lingkupnya, maka semakin besar nilai hak kepemilikan atas aset intangible.

Komponen yang kedua, kemampuan untuk mengoptimalkan hak legal. Jika pemilik hak legal memiliki sumber daya untuk memelihara, memonitor, dan mengeksploitasi hak itu, semakin besar

nilai aset intangible tersebut. Bahkan apabila pemilik aset intangible memiliki sumber daya yang dibutuhkan, tidak ada jaminan, hak paten itu dapat dikembangkan secara maksimal.

Sebagai contoh, hak paten atas software komputer, yang sekalipun dilindungi oleh paten tetapi karena kecepatan perkembangan teknologi dalam software komputer, hak paten tidak dapat dikembangkan secara optimal.

Sveiby, mengatakan, untuk mengukur internal structure, terdapat tiga indikator yang perlu diperhatikan, yaitu growth/renewal, efficiency, dan stability. Dalam keempat model penilaian yang telah dibahas dalam artikel ini, ketiga indikator tersebut telah dimasukkan dalam perhitungan, sehingga untuk memasukkan aspek hak cipta dan kekayaan intelektual ke dalam keempat model tersebut, kita bisa menganalisnya melalui ketiga indikator itu.

Indikator growth/renewal bisa dengan mudah dilihat berdasarkan pertumbuhan jumlah hak cipta dan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan, atau berdasarkan nilai tambah yang diperoleh dari hak cipta dan kekayaan intelektual tersebut. Indikator efficiency bisa dilihat dari proporsi antara jumlah hak cipta dan kekayaan intelektual dengan besar pasar

HUKUM BELUM PERHATIKAN ASET KEKAYAAN INTELEKTUAL

Oleh Ria Andhini

Features

Page 57: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

57

yang dihasilkan, atau dengan ”penjualan” yang berhasil dilakukan oleh perusahaan.

Yang sedikit agak rumit barangkali adalah melihat indikator stability. Untuk beberapa macam hak cipta dan kekayaan intelektual, nilainya bisa bertahan cukup lama, misalnya paten untuk obat-obatan, sehingga nilainya bisa dikatakan lebih stabil. Namun untuk beberapa hak cipta dan kekayaan intelektual seperti program komputer dan buku, biasanya memiliki nilai yang tidak bertahan lama, karena bisa dengan cepat diikuti oleh para pesaing.

Ia menyimpulkan, terdapat berbagai macam model untuk penilaian atas kekayaan intelektual dan aset intangible. Penilaian atas aset intangible yang bermacam-macam ini akan memberikan hasil yang berbeda-beda. Semua model memiliki masing-masing kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Kelemahan yang dimiliki oleh semua

model penilaian adalah kegagalan untuk menghitung secara akurat aspek hukum atas pengembangan, perlindungan, dan transfer aset intangible.

Beberapa pengamat juga menyarankan, nilai aspek hukum dari suatu aspek intangible dapat diestimasi - paling tidak sebagian - untuk evaluasi inovasi dari aset intangible, kata Sveiby.

Kepemilikan hak atas suatu aset intangible akan lebih besar nilainya apabila dimiliki oleh pihak-pihak yang memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mengoptimalkan hak legal tersebut.(***)

Kepemilikan hak atas suatu aset intangible akan

lebih besar nilainya apabila dimiliki

oleh pihak-pihak yang memiliki

sumber daya yang diperlukan untuk

mengoptimalkan hak legal tersebut

Page 58: ai_edisi_13

U S A Sjian ertifikasi kuntansi yariahUjian Sertifikasi Akuntansi Syariah untuk tahun 2008 ini merupakan ujian pertama dan satu-satunya

diselenggarakan di Indonesia. Dalam tahun-tahun berikutnya direncanakan akan dilakukan ujian dalam2 (dua) periode per tahun, yaitu Periode I dan Periode II.

Dengan akan diselenggarakannya Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah (USAS) yang pertama pada tahun2008, Indonesia telah mempunyai suatu ujian sebagai suatu sistem pembelajaran yang baku bagi mereka

yang akan berpraktik di bidang Akuntansi Syariah. Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah merupakan suatustrategi pengembangan keilmuan dan keahlian Akuntansi Syariah dalam rangka penyesuaian dengan

perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.

Tanggal Ujian Periode Pendaftaran Batas Akhir Pendaftaran Batas Pengambilan Kartu16 Desember 2008 13 Okt s/d 5 Des 08 5 Desember 2008 12 Desember 2008

Tujuan Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah (USAS) diselenggarakandalam rangka :

Mengukur kemampuan/kompetensi peserta terhadap pemahamanilmu akuntansi syariah,Menjadi alat ukur standar kualitas bagi mereka yang ingin memahamiakuntansi syariah,Menjadi alat ukur standar kualitas bagi lembaga/institusi yang inginmendapatkan SDM yang memahami bidang akuntansi syariah,Dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk memasuki bidang profesitertentu yang bergerak di bidang akuntansi syariah.

Tujuan Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah Apa Yang Akan Anda Dapatkan ?Seseorang yang telah dinyatakan lulus untuk semua tingkat ujianUSAS

. Halini menyatakan bahwa mereka tersebut telah memperolehpengakuan atas kompetensinya dalam bidang akuntansi syariah,dan bidang-bidang terkait.

(Elementary, Intermediate & Advanced) berhakmemperoleh sebutan “Sertifikasi Akuntansi Syariah” (SAS).Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

Ujian hanya dapat diikuti oleh mereka yang memiliki gelar

Strata 1 (Sarjana) untuk jurusan apapun tanpa terkecuali, yang

dibuktikan dengan Ijazah yang telah dilegalisir.

Syarat Peserta Ujian

Sekretariat IAI - USASGraha Akuntan, Jl.Sindanglaya No.1, Menteng, Jakarta 10310Telp. (021) 3190-4232 ext.211, 777 / 715-444-55 / 391-9089Fax. (021) 724-5078 Email. [email protected] Website. ww.iaiglobal.or.id Blog. http://usas-iai.blogspot.comW

Untuk Pendaftaran Ujian

Siapa Yang Perlu Ikut Serta ?�

Praktisi yang bekerja dalam Entitas dan Lembaga-lembaga

Syariah seperti (Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, dan

Lembaga keuangan di bidang Syariah)PemerintahanAkademisi dan Umum

Page 59: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

59

Sebagai sebuah renungan spiritual ; apa yang dapat kita petik dari sebuah film kocak segar sarat pesan seperti

Laskar Pelangi ?

Seorang master of science bidang ilmu ekonomi Universitas de Paris, Sorbone-Perancis & Sheffield Halam University-UK; Andreas Hirata menerbitkan trilogi best seller; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endesor , mendapat sambutan luas dari masyarakat umunya, para sastrawan dan kritikus novel khususnya, antara lain Ahmad Syafi’I Maarif, Sapardi Djoko Damono, Korrie Layun Rampan, Garin Nugroho, Riri Riza, Kak Seto, ditambah hampir semua media massa terkemuka dinegeri ini.

Apabila Prof. Sapardi menengarai karya sastra bergaya realis bertabur metafora, berani, tak biasa, tak terduga, kadang kala ngawur dan memikat, Prof.Syafii Maarif menyatakan Andrea langsung membidik pusat kesadaran, sementara Ahmad Tohari menyebut sebagai karya sastra bergaya saintifik, cerdas dan menyentuh. Melampaui domain ilmu sastra, tak heran apabila Laskar Pelangi banyak dirujuk sebagai referensi karya akhir akademik dan ilmiah, diseminarkan, bahkan menjadi sumber gagasan para penyusun kebijakan pendidikan negeri ini.

Tersebut dalam cerita bahwa SD Muhammadiyah adalah sekolah paling miskin di Belitong nyaris tutup lantaran tak mampu memenuhi target murid minimum sebanyak 10 orang pada hari pertama masuk sekolah, padahal sekolah tak mewajibkan iuran

Aku Bermimpi Melihat Surga

Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku mimpi melihat surgaTernyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan

Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci

Aku meniti jembatan kecilSeorang wanita berwajah jernih menyambutku

”Inilah surga” katanyaIa tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadahSeketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja

Menyirami kubah-kubah istana

Mengapa sinar matahari berwarna perak, jingga dan biru ?Sebuah keindahan yang asing

Di istana surgaDahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar sunyi yang

bertingkat-tingkatGelas-gelas kristal berdenting dialiri air zam-zam

Menebar rasa kesejukan

Bunga petunia ditanam di dalam pot-pot kayuPot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru

Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan dibalik tilam, indah sekaliSinarnya memancar kedamaian

Tembus membelah perdu-perdu dihalaman

Surga begitu sepiTapi aku ingin tetap disini

Karena kuingat janjimu TuhanKalau aku datang dengan berjalan

Engkau akan menjemputlku dengan berlari-lari(kutipan halaman 181-182, Laskar Pelangi)

Features

Laskar Akuntan Dituturkan Mustofa & Jan Hoesada

Page 60: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

60

wajib apalagi uang sekolah. Hadir pada hari itu hanya sembilan orang calon siswa, dan Ibu Mus, guru sekolah amatlah cemas bahwa sekolah harus tutup karena tak mampu mencapai kuota minimum. Sekolah menerima sumbangan sukarela orang tua murid, memberi pendadaran Islam nan tangguh sejak dini dan menampung anak-anak yang ditolak oleh sekolah lain. Sekolah kayu itu telah tiris atapnya, doyong dan berlubang-lubang dindingnya , lantainya dari tanah. Kepala sekolah bernama K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A.Fadillah Zein Noor, sedang guru utama bernama panggil Ibu Mus, adalah N.A.Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.Abdul Hamid seorang perempuan muda rupawan selalu berjilbab. Parak jam 11, muncul Harun diantar bunda , maka kelas bersiswa minimum terpenuhi oleh kehadiran pemuda bermental terbelakang yang berkaki X itu. Harun merupakan pengecualian dari sistem , ia selalu ikut naik kelas walau tak dapat berhitung, menulis dan membaca. Ia bersahabat dengan Sahara.

Ibu Mus mengatur duduk, aku dan Lintang karena sama berambut ikal, Trapani dan Mahar karena keduanya paling tampan, Borek dan Kucai karena keduanya sulit diatur, N.A.Sahara Aulia Fadillah binti K.A.Muslim Ramdhani Fadillah duduk bersama Akiong.

Seluruh murid suka nonton pelangi sebagai kegiatan kolektif pada musim hujan, dan Ibu Mus kelompok laskar pelangi . Menurut Mahar, pelangi adalah lorong waktu

Dari semua murid baru, barangkali yang paling ingin bersekolah adalah Lintang adalah putra sulung nelayan Tanjong Kelumpang, bersendal cunghai-terbuat dari ban mobil dengan bau menyengat, setiap subuh harus bersepeda melewati empat kawasan nipah berawa-rawa dan berbuaya, sebuah pribadi amat bersemangat dengan dialek Belitong pelosok nan lucu. Matanya memancarkan gairah dan minat pada semua hal,

kepalanya berputar-putar bak burung hantu mengagumi penggaris kayu satu meter, vas bunga tanah liat, papan tulis lusuh dan sisa kapur tulis dilantai kelas. Pada hari pertama , Lintang yang kemudian tertengarai genius memegang pinsil seolah memegang belati.

Adalah ayah Lintang ingin putranya keluar dari lingkarab kemiskinan, dan adalah Lintang yang setiap pulang sekolah langsung bekerja sebagai kuli kopra sebagai tanda terima kasih bahwa ia diberi kemewahan bersekolah. Ayahnya berharap suatu hari nanti Lintang mampu menyekolahkan adik-adiknya.

Beautiful mind Lintang mengalami episode gemilang tatkala memenangkan lomba antar sekolah, lalu memasuki episode kelam tatkala ayahnya tak kunjung pulang dari melaut menangkap ikan. Lintang berhenti sekolah lantaran harus menafkahai adaik-adiknya dan menjadi kepala keluarga.

Sebaliknya dari Lintang adalah Floriana yang tomboy . Flo berasal dari sekolah mewah SD Timah, pindah ke SD Muhammadiyah karena merasa itulah tempat yang cocok bagi jiwanya, terutama setelah melihat Mahar dan kreasi tari SD Muhammadiyah pada suatu perlombaan antar sekolah. Flo melarikan diri malam hari agar ia dipindahkan ke SD tersebut. Flo memilih duduk disamping Mahar. Setiap pagi Flo diantar sopir , busana dan aksesoris Flo menyebabkan ia seperti mahluk asing di sekolah kumuh tersebut. Ia cantik, ramah dan rendah hati, sikapnya amat santun pada para guru, selalu datang pagi untuk menyapu sekolah dan menyiram bunga. Bukan sebagai kekasih, Flo bersahabat dengan Mahar, keduanya pecandu mistik dan mitologi.

Karena tak ada biaya, Mahar mencipta kereografi massal suku Masai dari Afrika adalah penyebab perolehan piala itu, suatu tarian dengan aksesoris kalung buqh aren, rumbai, bulu ayam dan lukisan tubuh. Tarian

harus dilakukan dengan gerakan cepat, ganas, rancak, patah-patah, bertenaga, kaki yang mengehentak bumi atau mengais-ngais, tangan dibuang kelangit, berputar dalam formasi limgkaran, menunduk bagai sapi menanduk lalu melompat berbalik, lari tanpa arah dan kembali ke formasi semula. Tak mengherankan performaing art itu menimba tepuk tangan , kekaguman penonot dan juri lomba. Sebagai pembangkit energi , Mahar berucap : “ Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan harus tampak gembira!. Bersukacitalah seperti karyawan PN baru terima jatah kain, seperti orang Sawang dapat utangan, seperti para pelaut terdampar di sekolah perawat!”. Inilah piala pengakuan Belitong pada SD Muhammadiyah Belitong. Piala kedua diperoleh pada pertandingan pengetahuan antar sekolah, terutama karena kemampuan Lintang berhitung diluar kepala.

Dilarang Masuk Bagi Yang Tidak Memiliki Hak adalah tanda larangan perusahaan tambang timah yang melukai hati orang banyak, demikian pula senjang ekonomi dan eksklusivitas gaya hidup penghuni kawasan tertutup tersebut , memberi kesan menjaga jarak dengan penduduk selebihnya. Rumah bergaya Victoria, pada umumnya berbangunan empat dan berselasar panjang , diletakkan pada sebidang tanah berkontur tinggi, ada taman, kolam, kaca kaca lebar bertirai berlapis , ada patung anak-anak gemuk dan telanjang memancarkan air dari kemaluannya yang kecil dan lucu. Selasar dihias barisan pot-pot kayu bunga anggrek dan bejana keramik antik untuk tanaman kaktus, dan rumah burung dara. Hamparan rumput Manila pad ataman tanpa parit, dihiasi palem raja, bambu Jepang dan pisang kipas , ayam kalkun, kucing angora dan anjing pudel.

SD Muhammadiyah itu menerima A Kiong, yang berasal dari keluarga menganut Kong

Page 61: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

61

Hu Cu . Tak ada diskriminasi , sebaliknya A Kiong si wajah buruk itu penolong dan ramah kepada siapapun, kecuali Sahara yang menuang air minum ketubuhnya pada hari pertama sekolah.

Kucai menjadi ketua kelas bertahun-tahun , walau ia sendiri tak suka. Pada suatu pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan Bu Mus menyitir Khalifah Umar Bin Khatab yang berujar bahwa barang siapa yang ditunjuk seabagi amir dan ditetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan.

Sekelas terpesona akan pencerahan itu, dan Kucai makin merasa diperlakukan tidak adil . Ujarnya ;”Ibunda guru, Ibunda mesti tahun bahwa anak-anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bias disuruh diam, terutama Borek, kalau tak ada guru ulahnya ibarat pasien rumah sakit jiwa yang buas. Aku sudah tak tahan, Ibunda, aku menunut pemungutan suara yang demokratis untuk memilih ketua kelas baru. Aku juga tak sanggup mempertanggungjawabkan kepemimpinanku di padang Masyar nanti, anak-anak kumal ini yang tak bias diatur ini hanya akan memberatkan hisabku!”. Menanggapi unjuk rasa ketua kelas, kelas mengadakan pemungutan suara, dan mayoritas mereka memilih Kucai, kembali.

Borek penemu kaleng bekas minyak penumbuh rambut bergambar pria bercelana dalam merah, berbadan tinggi besar, berotot kaat bertulang besi, berbulu bagi seekor gorilla jantan , membangun gagasan tentang diri, berlatih keras dan mendapat sebutan Samson , dan memprovokasi setiap orang untuk mencoba manfaat bola tennis dibelah dua sebagai peniruan benda pembersih kamar mandi yang bertangkai kayu dan berujung karet hitam. Borek mungkin orang pertama yang menetapkan dirinya ingin jadi apa kelak.

Kecuali Bab 34, Bab Terakhir yang dituturkan Syahdan Noor Aziz Bin Syahari Noor Aziz, novel Laskar pelangi diceritakan sebagai tuturan Ikal. Ikal berkolaborasi dengan Syahdan menjadi manajer pembelian kapur tulis sekolah, lantaran Ikal terpesona jari dan kuku putri pemilik toko kelontong. Cinta monyet berlangsung bertahun, adalah cinta bisu tanpa jumpa, surat dan puisi mengalir deras kepada A Ling mengandalkan A Kiong , sanak A Ling sebagai kurir rahasia , berpuncak pada katebelece “jumpai aku di acara sembahyang rebut” dan pertemuan remaja, dengan anti klimaks A Ling pindah sekolah ke Jakarta. Kepada A Kiong , Aling menitipkan sebuah buku harian yang berisi salinan semua puisi Ikal dan sebuah buku karya Heriot berjudul Seandainya Mereka Bisa Bicara.

SD Muhammadiyah menghantar siswa memahami keikhlasan, perjuangan dan integritas. Lebih dari itu, perintis perguruan ini mewariskan pelajaran yang amat berharga tentang ide-ide besar Islam yang mulia, keberanian untuk merealisasi ide itu meskipun tak putus-putus dirundung kesulitan, konsep menjalani hidup dengan gagasan memberi masfaat sebesar-besarnya untuk orang lain melalui pengorbanan tanpa pamrih. Ajaran menjauhi materi dan syirik , menjauhi budaya asing yang tak sesuai budaya Melayu , ajaran tentang keaneka ragaman masyarakat Indonesia , ajaran untuk selalu belajar dan memberi, merupakan inti pesan dari film dan novel.

Hikmah bagi profesi akuntan mungkin adalah sbb :

Mirip SD Muhammadiyah , keberadaan profesi akuntan serasa terabaikan. Disaat akuntan akan diatur dengan undang-undang profesi , IAI maupun IAPI tidak dimintai pendapat atau sumbangan pikiran oleh tim penyusun naskah atau oleh DPR.

Dalam posisi yang dipinggirkan ini ada kata-kata kepala sekolah SD Muhammadiyah kepada Laskar Pelangi, yang kurang lebih menyatakan jangan pernah kita menyerah, bahwa kita harus menegakkan cita-cita dan senantiasa berusaha. Pesan inilah selalu membakar semangat laskar pelangi.

Anggota Laskar Pelangi hanyalah 10 oramg terdiri dari murid pintar, agak pintar, kurang pintar dan terbelakang. Kalau kita mau jujur , golongan itu ada semua pada akuntan publik . MasyaAllah ! Bahkan akuntan publik muda jauh lebih sedikit dibanding akuntan uzur dan atau berusia diatas lima puluh ! Kondisi yang memprihatinkan, walaupun tanpa simbol gedung sekolah yang reyot laskar kita benar-benar reyot atau akan menuju keadaan yang reyot. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi. Sementara itu profesi lain seperti profesi dokter, hukum seperti SD Timah yang berlimpah fasilitas, kepercayaan masyarakat yg memadai dan diterima pemerintah dengan lebih baik.

Setelah nonton laskar pelangi di Surabaya, penulis meminta sahabat Erry Riana Hardjapamekas ,mantan dirut Timah, mantan wk ketua KPK dan mantan ketua Dewan Kehormatan IAI untuk nonton. Setelah beliau menonton , beliau membuat sms kepada penulis. Begini isinya ;

Tembok pemisah antara Timah dan masyarakat diruntuhkan oleh pak Kuntoro waktu beliau menjadi Dirut Timah (dan Erry Riyana Direktur Keuangan) kemudiaan disaat Erry menjadi Dirut PT Timah, maka SD Timah berubah menjadi SD negeri dan tidak ada lagi pembatasan penerimaan siswa. Seluruh masyarakat boleh masuk SD Timah dan SD reyot itu tidak ada lagi. Penulis belum bertanya apakah tidak ada lagi berarti sudah diperbarui atau sudah ambruk.

Apkah kita perlu seorang akuntan seperti

Page 62: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

62

Kuntoro dan Erry Riyana untuk mengangkat derajat kita , yang mampu membongkar yang reyot, membangun dan mengangkat kesetaraan ! Mari kita renungkan siapa dan perbuatan apa yang bisa mengangkat serajat kita para akuntan publik ?

Perubahan kepemimpinan PT Timah itu sekitar 20 tahun yang lalu terjadi pada saat Kuntoro dan Erry Ryana berumur sekitar 40. Saat ini para akuntan lebih banyak berumur diatas 50. Bahkan pengurus IAI yang dibawah umur 50 dapat dihitung dengan jari. Jadi, berlomba-lombalah hai kaum muda akuntan mengisi posisi dari atas sampai kebawah dari DPN, pengurus IAPI,Dewan Standar dan lain-lain. Kita tidak perlu mencari apa yang salah , bersegeralah bekerja tanpa perhitungan, membangun organisasi yang lebih mantap untuk kejajaan laskar kita, organisasi kita.

Yang dapat mengubah, apakah itu kepercayaan masyarakat maupun pemerintah adalah PRESTASI. Laskar pelangi dengan segala keterbatasannya memperoleh 2 piala kejuaraan antar sekolah di Belitong , mampu membuka mata masyarakat dan memperoleh kepercayaan kemudian bisa membuka kelas baru (sampai anak Lintang bersekolah di SD itu). Apa prestasi yang perlu kita bukukan;

A. Berpraktik dengan baik sesuai aturan profesi yang berlaku, menghindari kesalahan karena nafsu semata-mata untuk mendapat pekerjaaan dan tunduk terhadap klien. Ukurannya mudah, selama tidak banyak keluhan masyarakat atau kasus yg masuk ke dewan pengawas profesi atau hasil temuan review depkeu, artinya praktik kita sebagai akuntan publik profesional makin baik.

B. Kita harus segera menyelesaikan standar akuntansi internasional atau IFRS agar produk akuntansi Indonesia dapat disetarakan di dunia akuntansi internasional. DPN telah menetapkan 2011 (atau 2012) saat penerapannya, mudah-mudahan DSAK kita bisa berpacu dengan waktu dan menghasilkan yang terbaik.

Prestasi yang sebenarnya atau keadaan yg seharusnya dicapai, apa yg diperlukan ? Tidak cukup bekerja keras tetapi juga yang konsisten, taat azas, terus menerus, tidak pernah menyerah atau dalam bahasa sederhana “istiqomah” dari seluruh pengurus, anggota dewan standar dan para pelaku, para pekerja profesi. Mudah-mudahan semangat Laskar Pelangi membuka mata kita dan membakar semangat kita untuk bekerja dengan istiqomah.

Saudaraku, marilah kita bangun negeri kita.

Surabaya, Idhul Fitri ,1429 H, tahun kalender 2008.

Mustofa & Jan Hoesada.

Catatan Redaksi :

Tanggal 26 September 2008, Jan Hoesada mendapat SMS dari Mustofa yang meminta agar menikmati film laskar pelangi.Menghormati dengan tulusi pesan tersebut , Jan nonton sendirian malam hari tanggal yang sama, dan keesokan harinya mempersiapkan e-mail kepada Mustofa untuk proyek karangan bersama ini. Tanggal 28 September Mustofa melengkapi dan menyempurnakan makalah. Mustofa adalah seorang auditor senior, rekan senior KAP dan anggota senior DPN-IAI, seorang pemikir strategis terpenting pada IAI yang mereformasi IAI & IAPI. Jan Hoesada adalah anggota DSAK-IAI, anggota KSAP, sebagai pemerhati sastra Indonesia yang tak berdisiplin sejak SD, terutama puisi, pakar bahasa pada Pusat Bahasa-Depdiknas, anggota sidang pakar bahasa serumpun Indonesia, Malaysia & Brunei Darussalam..

Prestasi yang sebenarnya atau

keadaan yg seharusnya dicapai, apa yg

diperlukan ? Tidak cukup bekerja keras

tetapi juga yang konsisten, taat azas, terus menerus, tidak

pernah menyerah atau dalam bahasa

sederhana “istiqomah”

Page 63: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

63

Today, more than 100 countries on all five continents use International Financial Reporting Standards

(IFRS), and over the next few years they will be joined by many more. ‘The number of countries using IFRS is increasing rapidly,’ says Sir David Tweedie, chairman of the International Accounting Standards Board (IASB), ‘and it is expected to rise substantially within a relatively short timeframe.’ Which is why ACCA has made IFRS one of its themes for 2008, and is developing a microsite dedicated to the subject, and offering articles, events and a wealth of related resources (see the news section).

IFRS are now either required or permitted in numerous countries from Australia to Zambia. All European Union (EU) listed companies (more than 6,000) have been preparing accounts in accordance with IFRS since 1 January 2005; during 2007, Canada, Chile, Israel and Korea all announced plans to abandon national standards for IFRS; and the major emerging and transition economies of the world – Brazil,

Russia, India and China – are adopting or considering the adoption of IFRS. ‘There is a clear momentum towards accepting IFRS as a common financial reporting language throughout the world,’ says Sir David, and the benefits of adoption can be significant for companies, investors and regulatory

authorities.

In the EU, for example, IFRS is helping companies to cut their compliance costs, by removing the need to consolidate different national accounts into a single statement to meet their home country’s requirements; enabling investors to more easily compare

companies operating in different jurisdictions; and facilitating a more consistent approach to supervision by regulators across the region.

But whereas the EU and the European Parliament have spearheaded the global move towards international standards, not all jurisdictions have been quite so keen.

For IFRS to become anything approaching a ‘global standard’, some of the world’s most important economies still need to converge their national standards with international standards. Of the G8 countries, Japan and the US have been the most notable laggards, but over the past

Global StandardsThe US will now allow foreign private issuers to file financial statements prepared in

accordance with IFRS without reconciliation to US GAAP. So the world is closer than ever to a single, globally accepted set of financial reporting standards – and its many benefits.

Internasional

Page 64: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

64

year, both countries have made significant moves towards international standards.

In August 2007, the Accounting Standards Board of Japan (ASBJ) and the IASB announced the ‘Tokyo Agreement’, an initiative to accelerate convergence between Japanese GAAP and IFRS and eliminate major differences between the two by the end of 2008, with the remaining differences removed on or before 30 June 2011.

‘We have reaffirmed our commitment to convergence,’ says Ikuo Nishikawa, chairman of the ASBJ, ‘and are pleased to have an opportunity to increase the significant involvement of the ASBJ and Japan more generally in the international standard setting process.’

Fast forward?

Japan started the process of convergence back in 1997, with reforms to consolidation policies, income taxes, employee benefits and financial instruments, but bringing J-GAAP closer to IFRS GAAP has been a long and complex business. The Tokyo Agreement resulted in short-term and long-term convergence projects, but some of the areas where deliberations are expected to go on beyond 2011 may include financial instruments, fair value measurements and revenue recognition. All of which highlights what those involved mean by the term ‘convergence’.

Convergence has less to do with the use of identical standards than it does with comparability. It means that where transactions are the same or similar, the accounting should be the same, or there should be enough transparency in the disclosures to allow the reader to understand the differences. But it also means that the standard setters involved will make an ongoing effort to try to reduce differences between the systems over

time – and this calls for give and take from national and international standard setters.

The US and the IASB made a commitment to convergence in 2002 with the Norwalk agreement, in which they agreed to ‘seek to remove’ the differences between their two sets of standards, and this was reaffirmed in a February 2006 Memorandum of Understanding. But the US took its biggest step so far towards convergence in December 2007, when it adopted rules to allow foreign private issuers to file financial statements prepared in accordance with IFRS without reconciliation to US GAAP.

‘The expanded use of a single, high-quality accounting standard will eventually empower investors to make better-informed investment decisions by giving them information that is more easily comparable,’ says Christopher Cox, Securities and Exchange Commission (SEC) chairman. So, doing away with the need for reconciliation for foreign issues that comply with IFRS could be the first step in a process that eventually gives all US public issuers the choice between filing their financials using US GAAP or IFRS.

‘This has set off a debate about US companies’ use of IFRS,’ says Richard Martin, ACCA head of financial reporting, but he doesn’t expect to see much more convergence between the two sets of standards. ‘This is just the US saying that it’s contemplating the switch for all US companies,’ he suggests, somewhere down the line. ‘Maybe in 2011,’ he adds.

‘In recent years, the need for a common accounting language has become compelling,’ says Cox, as, increasingly, investors seek access to foreign markets and companies seek capital outside their home markets. ‘Addressing the use of IFRS in US markets is vitally important for American investors,

and will be critical in determining the role that American capital will play in global capital markets,’ he adds. ‘Also, this year, the SEC will consider how we will map the future for US firms and IFRS.’

If the US does decide to give US public issuers the choice between filing their financials using US GAAP or IFRS, it will face many of the resourcing issues that EU registrants faced in the run-up to the 2005 switch. IFRS are included in the ACCA Qualification syllabus, and ACCA has also introduced a Diploma in International Financial Reporting (DipIFR), but IFRS are not widely taught in the US (it is not covered in the CPA exams, for instance) and this lack of knowledge would make any move towards IFRS particularly challenging.

As well as training staff to understand the differences between US GAAP and IFRS, listed companies would also need to modify their information systems and internal controls. In the run-up to 2005, Barclays Bank spent more than £50m in Europe on its IFRS convergence project. The associated activities take a great deal of planning, coordination, time and effort, and US listed companies will need to dig deep and start planning as early as possible.

Clear as mud?

So, can we expect to see IFRS become a truly global set of standards? ‘Eventually,’ says Richard Martin, but there are still some barriers. Despite the worldwide convergence of financial reporting standards, there is still a chance that we will end up with too many variations on IFRS for the standard to be really global. ‘There is an issue with the application of IFRS in some jurisdictions,’ says Martin. ‘We need to encourage the minimisation of differences and delays,’ he adds, ‘particularly in Europe.’

The EU may have spearheaded the move

Page 65: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

N

A K U N T A N I N D O N E S I A

65

towards IFRS when it mandated their use for listed companies, but it has not been entirely happy with the international standards developed by the IASB. IAS 39, the standard that deals with the recognition and measurement of financial instruments, has been a particular stumbling block because of EU concerns about macro hedge accounting and fair value. So, rather than fully endorse IFRS as developed by the IASB, the EU has adopted a work around, resulting in financial statements that comply with ‘IFRS as adopted by the EU’.

Because of this sort of tinkering, a set of financial statements prepared using country A’s GAAP is not automatically comparable with a set prepared using country B’s GAAP, even if they have both been prepared using IFRS. ‘These differences must be eliminated,’ asserts Martin. ‘We need to be clear about IFRS in accounts. They need to be the IASB standard, not a version that is pretty close.’

Lack of commonality also worries SEC chairman Christopher Cox, and when he announced the SEC rule change on reconciliation he made it clear that it would apply only to financial statements prepared using IFRS as issued by the IASB. ‘We’ve always said that our recognition of IFRS depends on it being a single set of internationally accepted accounting standards, and not a multiplicity of accounting standards interpreted differently in every country that uses them,’ he commented, and there is still a possibility that we will end up with at least three different versions: IASB IFRS, EU IFRS and US IFRS.

IASB BACKGROUND

The move towards IFRS (as we now know it) began in 1973, when an agreement by professional accountancy bodies in Australia, Canada, France, Germany, Japan, Mexico, The Netherlands, the UK and

Ireland, and the US led to the foundation of the International Accounting Standards Committee (IASC), which preceded the International Accounting Standards Board (IASB).

The following year, the IASC published its first exposure draft and issued IAS 1, Disclosure of Accounting Policies. It also admitted its first associate members (from Belgium, India, Israel, New Zealand, Pakistan and Zimbabwe), and started the long and complicated process that could eventually result in a single set of internationally accepted accounting standards.

In 2001, 41 International Accounting Standards later, the IASC changed its structure. The International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF) was incorporated in the US State of Delaware, as a not-for-profit body with responsibility for raising finance, appointing members and acting as an oversight body for the newly formed IASB, a private UK company, which was established to act as an independent standard setter.

This makes the IASB a strange beast. Although it is concerned with developing and setting global standards, it does not have the power to make the standards obligatory. It does have immense power, however, and as international adoption of IFRS has increased, so have calls for the IASCF and the IASB to meet the highest levels of transparency and accountability. ‘Up to now, this has not been the case,’ says Richard Martin, ACCA head of financial reporting, ‘and this is needed.’

The IASCF and the IASB are working to improve their governance structure and strengthen their accountability to stakeholders (including the jurisdictions that apply IFRS). The IASCF is also trying to develop a sustainable, broad-based funding

regime.

At the moment, the IASB is funded by donations from the Big Four accountancy firms, central banks and professional accountancy bodies, plus contributions levied from some (but not all) of the world’s listed companies – and the influence of some jurisdictions and organisations is, arguably, disproportionate. ‘The funding of the IASB needs to be carefully balanced between different interest groups and geographies,’ says Martin, ‘so that it is not too dependent on any one interest group.’

This article is contributed by ACCA and first appeared in its Accounting Link magazine, a magazine for employers of finance professionals. ACCA is a leading global professional body with 122,000 members and 315,000 students in 170 countries. For more information about ACCA, please visit www.accaglobal.com

Page 66: ai_edisi_13

ai

M I

T R

A D

A L

A M

P E

R U

B A

H A

NA K U N T A N I N D O N E S I A

66

Di Jepang sekarang ini sangat popular sekali trend minum air segera setelah Bangun pagi. Apalagi, test

ilmiah telah membuktikan keampuhannya. Kami memberikan deskripsi penggunaan air kepada pembaca kami dibawah ini. Terapi air ini telah dibuktikan sukses oleh kumpulan pengobatan Jepang untuk penyakit lama dan serius dan juga penyakit modern.

Penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai berikut :

Sakit kepala, sakit badan, system jantung, arthritis, detak jantung cepat, epilepsi, kelebihan berat badan, asma bronchitis, penyakit ginjal dan urin, muntah-muntah, asam lambung, diare, diabetes, susah buang air besar, semua penyakit mata, rahim, kanker, datang bulan lancar, dan penyakit telinga, hidung dan kerongkongan.

METODE TERAPI

1. Setelah anda Bangun pagi sebelum mengosok gigi, minum 4 x 160ml gelas air

2. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan ataupun minum apapun selama 45 menit

3. Setelah 45 menit anda boleh makan dan minum seperti biasa

4. Setelah 15 menit sarapan, makan siang dan makan malam, jangan makan ataupun minum apapun selama 2 jam

5. Untuk anda yang tua ataupun sakit dan tidak dapat minum 4 gelas air pada saat mulai bisa digantikan dengan meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara berkala hingga 4 gelas per hari.

6. Metode diatas adalah terapi untuk mengobati penyakit dari orang yang sakit dan orang lain dapat menikmati hidup yang sehat.

Daftar berikut adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk terapi pengobatan/control/mengurangi penyakit utama :

1. Tekanan darah tinggi (30 hari)

2. Asam lambung (10 hari)

3. Diabetes (30 hari)

4. Susah buang air besar/konstipasi (10 hari)

5. Kanker (180 hari)

6. Tuberculosis (90 hari)

7. Pasien arthritis disarankan untuk mengikuti

terapi diatas ini hanya 3 hari pada minggu pertama dan dari minggu kedua dan seterusnya – setiap hari

Metode pengobatan ini tidak mempunyai efek samping, tetapi pada saat pelaksanaan pengobatan ini anda mungkin akan buang air beberapa kali.

Adalah lebih baik jika kita melanjutkan terapi ini dan menjadikan prosedur ini sebagai rutinitas kerja dalam kehidupan kita. Minum air dan tetap sehat dan aktif.

Hal ini masuk akal ... Orang Cina dan Jepang minum teh hangat pada saat makan mereka ... bukan air dingin. Mungkin sudah waktunya kita mengadopsi kebiasaan minum mereka sewaktu makan !!! Tidak ada yang

dirugikan dari hal ini ...

Untuk yang suka minum air dingin, artikel ini mungkin berguna untuk anda ... Adalah enak untuk minum minuman dingin setelah

makan. Bagaimanapun, air dingin akan memadatkan minyak yang anda konsumsi. Ia akan memperlambat pencernaan.

Sekali “kotoran” ini bereaksi dengan asam, ia akan dipecah dan diserap oleh intestine lebih cepat daripada makanan padat. Ia akan berbaris dalam usus besar. Dengan cepat, ini akan berubah menjadi lemak dan menjadi pemicu kanker. Adalah sangat bagus untuk minum sup hangat ataupun air hangat setelah makan.

Pesan yang serius untuk serangan jantung :

- Wanita seharusnya tahu jika tidak semua simptom serangan jantung adalah sakit pada lengan kiri.

- Berhati-hatilah terhadap sakit yang sangat pada garis rahang

- Kamu mungkin tidak pernah merasakan sakit pertama pada dada selama serangan jantung

- Pusing dan keringat berlebihan merupakan simptom pada umumnya.

- 60% dari orang mengalami serangan jantung ketika mereka sedang tidur tetapi tidak bangun lagi.

- Sakit pada rahang dapat membangunkan anda dari tidur yang lelap. Mari berhati-hati dan sadar. Makin banyak kita tahu, kesempatan bertahan hidup menjadi lebih besar ...

Seorang ahli jantung berkata jika semua orang yang mendapatkan email ini melanjutkan pengiriman kepada semua orang yang mereka kenal, anda akan bisa pastikan kita akan menyelamatkan setidaknya satu nyawa.

selingan

MINUM AIR PADA SAAT PERUT KOSONG

Page 67: ai_edisi_13

IKATAN AKUNTAN INDONESIAWilayah Jawa Timur

Dengan berakhirnya masa kepengurusan IAI Wilayah Jawa Timur periode 2003-2007,kami mengundang anggota IAI Wilayah Jawa Timur untuk hadir dalam Rapat Anggotapada :Hari/tanggal : Sabtu, 29 November 2008Waktu : Pukul 08.30 – selesai (didahului seminar “Risk Management:

Coordinating Corporate Investment and Financing Policies”dimulai jam 09.00 – 12.00)

Tempat : Aula Fadjar Notonegoro – Fakultas EkonomiUniversitas Airlangga SurabayaJl. Airlangga No. 4 Surabaya

Agenda Utama :- Pertanggungjawaban pengurus IAI Wilayah Jawa Timur periodetahun 2003-2007

- Program kerja pengurus periode tahun 2008-2012- Pemilihan dan pengesahan Ketua IAI Wilayah Jawa Timur yang baru

Surabaya, 12 November 2008Panitia PenyelenggaraSekretariat : - Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jawa Timur

Jl. Raya Ngagel 143 D SurabayaTelp. 031-5021125 , 031-70652649 ; Fax. 031-5034633

Page 68: ai_edisi_13

(021)715 - 444 - 55

IkatanAkuntan Indonesia menawarkan kegiatan Technical Workshop yang bervariasi. Kegiatan kami didesain untuk para profesional yangtertarik mengenai informasi terkini di bidang akuntansi, keuangan, auditing, dan jasa profesional lainnya dalam rangka pengembanganpengetahuan dan praktik bisnis, keuangan, atestasi, nonatestesi dan akuntansi, baik bagi mereka yang sudah berada pada tingkat lanjut,menengah, ataupun baru dibidang akuntansi.

IAI KNOWLEDGE CENTER

Kursus BrevetKursus Brevet AB

Kursus Brevet C

� Eksekutif Sore I (Selasa - Kamis): 9 Des 08 - 19 Peb 09

Eksekutif Sore II (Senin,Rabu,Jumat): 24 Nov 08 - 15 Peb 09Reguler Pagi & Siang (Sabtu & Minggu): 21 Des 08 - 5 Apr 09Eks Sore I (Selasa & Kamis): 30 Des 08 - 16 Apr 09Reguler Intensif (Senin s/d Jumat): 19 Jan 09 - 22 Apr 09Reguler Ekstra (Senin,Rabu,Jumat): 27 Okt 08 - 16 Jan 09

� Reguler Pagi (Sabtu & Minggu): 24 Jan 09 - 21 Mar 09

Informasi PendaftaranReza - Faiza

Divisi Pendidikan IAIGraha Akuntan, Jl.Sindanglaya No.1, Menteng

Jakarta Pusat.Tlp.(021) 319-04232 Ext.777,123,124,255 dan (021) 391-9089. Fax.(021)724-5078

Website : www.iaiglobal.or.id Email : [email protected]

Kursus Aplikasi Akuntansi

Kursus Aplikasi Akuntansi Dasar

Joinus

Workshops Desember

A G E N D A

WORKSHOP

KURSUS 2008

Informasi& Registrasi

&

PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan: Strategi PenyusunanSPT Pph Badan - Menghitung Mudah Pajak.

PSAK 16: Akuntansi Aset (PSAK Revisi 2007 sesuai dengan

IAS 16)

Pajak Pertambahan Nilai dan Cara Mudah Menguasai Teknik

Pemeriksaan PPN & Restitusi PPN

PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum dan Aspek

Perpajaknnya

Penanganan Pemeriksaan Pajak dan Proses Keberatan Pajak

yang Efektif dan Efisien

PSAK 50 & 55 (Revisi 2007 sesuai dengan IAS 32 & 39)

ISAK 8: Penentuan Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa

dan Penjelasan Lebih Lanjut Ketentuan Transisi PSAK 30 (2007)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)

Rp. 800.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)

Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :16

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)

Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :16

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 1.250.000,- (Anggota IAI)

Rp. 1.450.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)

Rp. 800.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)

Rp. 800.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :24

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 2.500.000,- (Anggota IAI)

Rp. 2.700.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 800.000,- (Anggota IAI)

Rp. 1.000.000,- (NonAnggota)

Jadwal Pelatihan :

SKP :8

Tempat Pelatihan : GrahaAkuntan (Jl.Sindanglaya No.1, Menteng)

Biaya Pelatihan : Rp. 600.000,- (Anggota IAI)

Rp. 800.000,- (NonAnggota)

2 Desember 2008

2 - 3 Desember 2008

4 - 5 Desember 2008

10 - 11 Desember 2008

11 Desember 2008

12 Desember 2008

16 - 18 Desember 2008

19 Desember 2008

22 Desember 2008

Corporate Financial Planning, Budgeting and Control.

RiskAnalysisi in Financial & Budgeting

Page 69: ai_edisi_13

p o

t o n

g

d i s

i n

i ai ai ai ai ai

Saya berminat berlangganan majalah Akuntan Indonesia :

Pulau Jawa Rp. 20.000 ,-:

Paket 1 = 12 Edisi Rp. 216.000 ,- (Harga termasuk diskon 10%)

Paket 2 = 6 Edisi Rp. 114.000 ,- (Harga termasuk diskon 5%)

Luar Pulau Jawa Rp. 22.500,- :

Paket 1 = 12 Edisi Rp. 243.000,- (Harga termasuk diskon 10%)

Paket 2 = 6 Edisi Rp. 128.000,- (Harga termasuk diskon 5%)

Nama

Alamat

Telp/Hp/Fax

Paket yg dipilih

Mulai Edisi

Formulir Berlangganan

Pembayaran Tunai Transfer

Pembayaran transfer:ke rekening IAI Wilayah JakartaBank Central Asia A/C No. 092.3009318Kirimkanformulirinike:RedaksiMajalahAkuntanindonesiaBagianLanggananTelpNo.83707344,8353588,FaxNo.8290324

Tanda tangan :_____________________________________

Edisi No.12/Tahun II/Oktober 2008ai a k u n t a n i n d o n e s i a

mitra dalam perubahanHarga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)

Rp. 22.500,- (Luar Jawa)

CSRVoluntary or Mandatory ?

Edisi No.11/Tahun II/September 2008ai a k u n t a n i n d o n e s i a

mitra dalam perubahanHarga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa)

Rp. 22.500,- (Luar Jawa)

SUKSESI KEPENGURUSAN IAI WILAYAH JAKARTA

2008

BUDGETING :CASH VS ACCRUAL BUDGETING

BEYOND BUDGETING

ACTIVITY BASED BUDGETINGREALISASI APBN RENDAH?

Page 70: ai_edisi_13
Page 71: ai_edisi_13

Contact your nearest IAI Branch Office for more information

Page 72: ai_edisi_13