Ahmad Jumadil Kubro-Vitamin

39
LAPORAN ANALISA MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN ‘’VITAMIN C’’ Disusun oleh : Ahmad Jumadil Kubro 121710101110 THP C JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

Transcript of Ahmad Jumadil Kubro-Vitamin

LAPORAN ANALISA MUTU PANGAN

DAN HASIL PERTANIAN

‘’VITAMIN C’’

Disusun oleh :

Ahmad Jumadil Kubro 121710101110

THP C

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan

dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk

fungsi metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak.

Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, dan yang larut

dalam air adalah vitamin B dan C (Dorland, 2006).

Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),

korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna

melalui mekanisme transport aktif (Sherwood, 2000).

Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA, dengan

cara : (1) Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi

dengan oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi berikutnya akan

menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan proses radikal

bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga tidak terjadi

interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya pembentukan

lipid hidroperoksida. (2) Untuk protein, vitamin C mencegah reaksi oksigen dan

asam amino pembentuk peptide, atau reaksi oksigen dan peptida pembentuk

protein. (3) Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan

kerusakan pada DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti, 2003).

Untuk mengetahui lebih banyak tentang vitamin C pada buah dilakukan

praktikum untuk menguji kandungan vitamin C, dan mengetahui cara

mengekstrak vitamin C dalam buah segar.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui cara analisis kadar vitamin C pada bahan pangan dan

hasil pertanian,

Untuk mengetahui kadar vitamin C pada bahan pangan dan hasil

pertanian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C dan Kegunaan Bagi Tubuh dan Makanan

Vitamin C pertama kali ditemukan oleh Albert Szent-Györgyi, seorang

ilmuwan berkebangsaan Hungaria yang memenangkan Noble Prize in

Physiology or Medicine pada tahun 1937 atas karyanya dalam menemukan

rumus bangun vitamin C. Szent-Györgyi berhasil menemukan vitamin C saat

mengisolasinya dari paprika pada tahun 1930. (Douglas, 2001).

Ada beberapa manfaat vitamin C yang telah diketahui sampai saat ini,

yaitu:

1.Vitamin C sebagai Penguat Sistem Imun Tubuh

Vitamin C dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Akan tetapi hal ini

masih kontroversial, dan belum ada kesepakatan yang jelas untuk

mekanismenya (Guyton, 2008).

2. Vitamin C sebagai Antioksidan

Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut

anti oksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah

senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C

sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut, sehingga

menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).

Reaksinya adalah sebagai berikut:

Menurut Padayatty (2003), setelah terbentuk, radikal askorbil (suatu

senyawa dengan elektron tidak berpasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat

tereduksi kembali menjadi asam askorbat dengan bantuan enzim 4-

hidroksifenilpiruvat dioksigenase. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya

hanya terjadi secara parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi

tidak seluruhnya kembali. Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa

lain yang berpotensi pada penyakit. Jenis-jenis senyawa yang menerima

elektron dan direduksi oleh vitamin C, dapat dibagi dalam beberapa kelas,

antara lain:

1. Senyawa dengan elektron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya

radikal-radikal oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil,

radikal sulfur, dan radikal nitrogen-oksigen).

2. Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam

hipoklorit, nitrosamin, asam nitrat, dan ozon.

3. Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas

pertama atau kelas kedua dengan vitamin C.

4. Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau cuprum)

Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA, dengan

cara : (1) Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi

dengan oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi berikutnya akan

menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan proses radikal

bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga tidak terjadi

interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya pembentukan

lipid hidroperoksida. (2) Untuk protein, vitamin C mencegah reaksi oksigen dan

asam amino pembentuk peptide, atau reaksi oksigen dan peptida pembentuk

protein. (3) Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan

kerusakan pada DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti, 2003)

3. Vitamin C sebagai Obat untuk Common Cold

Menurut Pauling (1981) dalam Douglas (2001), vitamin C megadosis dapat

menyembuhkan common cold, akan tetapi hal ini juga dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain sistem imun penderita dan gejala yang timbul, serta derajat

keparahan penderitanya. Penggunaan vitamin C dengan dosis 3-10 g/ hari, akan

dapat mengurangi insidensi dari common cold.

.4. Vitamin C sebagai Obat Anti-penuaan

Vitamin C juga terkenal dengan fungsinya sebagai pencegah penuaan.

Menurut Hahn (1996), vitamin C bila dikonsumsi secara teratur dapat

melindungi kulit dari proses oksidasi ataupun sengatan sinar ultraviolet, yang

merupakan penyebab kerusakan kulit.

Proses vitamin C dalam mencegah penuaan adalah dengan terus-menerus

mensintesis kolagen pada kulit, seperti yang akan dijelaskan berikut.

5. Vitamin C sebagai Pensintesis Kolagen

Kolagen adalah protein terbanyak pada serat-serat jaringan ikat kulit, tulang,

dan kartilago. Kolagen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah dicerna dan

mudah larut dalam basa (Dorland, 2000).

Seperti halnya protein lainnya, kolagen juga mengandung rantai polipeptida.

Rantai panjang dari molekul-molekul kolagen mengandung kira-kira seribu

residu asam amino, sekitar enam ribu atom. Proses sintesis kolagen dimulai

dengan reaksi hidroksilasi, dimana reaksi ini terjadi dalam tiga tahap, yaitu: (1)

suatu struktur tiga dimensi terbentuk, dengan asam amino prolin dan glisin

sebagai komponen utamanya. struktur tiga dimensi ini belum menjadi kolagen,

tetapi masih berupa prekursornya yaitu prokolagen. Karena vitamin C

dibutuhkan pada proses ini, maka vitamin C ikut berperan dalam proses

pembentukan rantai peptida menjadi prokolagen. (2) Proses konversi ini

membutuhkan ion hidroksida (OH-) untuk bereaksi dengan hidrogen (H+). (3)

Reaksi katalisis. Reaksi hidroksilasi ini dikatalisis oleh enzim prolyl-4-

hidroksilase and lisil-hidrokslase (Padayatty, 2003).

b.Jambu biji

Jambu biji merah banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai

Asia

Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki

banyak cabang

dan ranting, batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji

berwarna coklat dan

licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan

batang kayunya

basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak

besar.

Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun.

Tanaman ini dapat

tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter

diatas permukaan

laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Bijinya banyak dan

terdapat pada

daging buahnya.

Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari

berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga

berasal

dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim

tropis.

Buah jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging

buah berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah

memiliki

kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak

dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan

renyah.

Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya

(Bambang,2010)

2.2Bahan baku

a.strowberyy

Buah khas strawberry berasal dari Amerika dan dikembangbiakan dengan

baik di daerah Amerika Utara untuk jenis Fragaria virginiana yang terkenal

akan

rasanya dan Amerika Selatan, Chile untuk jenis Fragaria chiloensis untuk

ukuran

besarnya (Han, et al., 2004)

Beberapa manfaat buah strawberry yang telah diketahui adalah untuk

menyusutkan kadar kolesterol, membantu melumpuhkan kerja aktif kanker

karena

asam ellagic yang dikandungnya, meredam gejala stroke, mengandung zat anti

alergi dan anti radang, kaya akan vitamin C yang bermanfaat bagi

pertumbuhan

anak, hanya sedikit mengandung gula sehingga cocok bagi pengidap diabetes,

jika dimakan secara teratur dapat menghaluskan kulit dan membuat warna

kulit

terlihat lebih cerah dan bersih, dan mencegah terjadinya keriput, dapat

dijadikan

sebagai pemutih gigi, dengan menghancurkannya kemudian di tempelkan pada

gigi selama satu atau dua menit, kemudian gosok dengan sikat gigi secara

menyeluruh, ampuh melawan encok dan radang sendi, zat astringent yang

terdapat

di daun strawberry berkhasiat untuk menghentikan serangan diare, caranya

dengan meminum tiga hingga empat cangkir air hasil rebusan daun strawberry.

Zat astringent yang terdapat di daun strawberry berkhasiat untuk

menghentikan

serangan diare, caranya dengan meminum tiga hingga empat cangkir air hasil

rebusan daun strawberry (Hern’andez, et al,. 2006).

2.3 Macam-macam Analisa Vitamin c

2.3.1 Metode Titrasi Iodometri

Prinsip Kerja

Banyaknya zat pengoksida kuat dapat dianalisa dengan menambahkan

kalium iodida berlebih dan menitrasi iodida yang dibebaskan. Karena banyak

zat pengoksida yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide,

natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran (Day dan Underwood, 1989).

Kelebihan, Kekurangan, dan Spesifikasi

Analisa vitamin C dengan metode iodometri memiliki kelebihan yaitu

prosedur analisa yang mudah dilakukan, tidak membutuhkan waktu yang lama,

instrumen yang dibutuhkan cukup sederhana, perhitungan hasil analisa dapat

langsung didapatkan.

Namun, analisa dengan iodometri ini memiliki kekurangan dalam

melakukan analisa vitamin C. Hasil analisa vitamin C yang diperoleh kurang

akurat karena penggunaan standart Na2S2O3 tidak stabil dalam waktu lama.

Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses

metaboliknya akan mengakibatkan pembentukkan SO32-, SO4

2-, dan belerang

koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul keruh harus

dibuang.

2.3.2 Metode Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma

atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.  Alat

yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk

menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan

mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari

konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu

berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,

sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar.

Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic

(Harjadi, 1990).

Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer

adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini

diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada

fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan

trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin

diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu

trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,

panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan

alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari

sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk

larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi

antara sampel dan blanko ataupun pembanding  (Khopkar, 2002).

2.4Prinsip Analisa Titrasi Iodin

Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) hal ini berdasarkan

bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin Cara melakukan analisis

dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut

iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-

reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya

Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan iodin 0,01 N

sebagai titrant.

Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah buah segar yang banyak

dijual di pasaran(Sudarmadji et all, 1981).

Dalam titrasi metode iodimetri sering dilakukan penambahan pati, hal ini

dilakukan karena pati bisa dijadikan sebagai indikator titik akhir titrasi.

komponen utama pati yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai

lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin

memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi

dengan iodium. Keuntungan penggunaan pati adalah harganya murah,

sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil

pada suspensi dengan air. Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai

berikut :

                  Amilum + I2 → iod-amilum (biru)

Indikator yang digunakan pada titrasi iodometri adalah larutan kanji.

Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa

(1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa.

Warna larutan iod 0,01 N cukup tua, tetapi diperlukan penambahan 2mL

amilum 2 % sebagai disperse koloid, karena warna biru tua kompleks pati-iod

berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Molekul iod diikat pada permukaan

suatu konstituen amilum. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam 

daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.

Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin,

maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium,

yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan

bercabang dengan Mr = 50.000 – 1.000.000.

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan cara Iodometri,dimana vitamin

C mereduksi I2 menjadi I-. Titik akhir titrasi ditentukan dari warna biru amilum.

Kadar vitamin C dapat dihitung sebagai berikut:

Kadar Vit C = V ( I 2 ) × N ( I 2)

0,01×0,88 mg=a mg

Kadar Vit C = 100 × a× 100 %

Vsampel×berat sampel (mg)

2.5Prinsip Analisa Titrasi Iodin

Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) hal ini berdasarkan

bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin Cara melakukan analisis

dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut

iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-

reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya

Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan iodin 0,01 N

sebagai titrant.

Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah buah segar yang banyak

dijual di pasaran(Sudarmadji et all, 1981).

Dalam titrasi metode iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen

pengoksidasi, namun hanya sedikit substansi yang cukup kuat sebagai unsur

reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Prinsip penetapannya yaitu apabila

zat uji (reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I2 ) sebagai larutan

standart.

Reaksinya : Reduktor      → oksidator + e

I2 + 2e         → 2I

Dalam titrasi metode iodimetri sering dilakukan penambahan pati, hal ini

dilakukan karena pati bisa dijadikan sebagai indikator titik akhir titrasi.

komponen utama pati yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai

lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin

memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi

dengan iodium. Keuntungan penggunaan pati adalah harganya murah,

sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil

pada suspensi dengan air. Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai

berikut :

                  Amilum + I2 → iod-amilum (biru)

Indikator yang digunakan pada titrasi iodometri adalah larutan kanji.

Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa

(1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa.

Warna larutan iod 0,01 N cukup tua, tetapi diperlukan penambahan 2mL

amilum 2 % sebagai disperse koloid, karena warna biru tua kompleks pati-iod

berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Molekul iod diikat pada permukaan

suatu konstituen amilum. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam 

daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.

Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin,

maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium,

yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan

bercabang dengan Mr = 50.000 – 1.000.000.

2.6Faktor Kerusakan Vitamin C

Vitamin C pada makanan agak labil dan mudah rusak oleh oksidasi. Oleh

karenanya, pemasakan yang terlalu lama dengan temperatur yang tinggi harus

dihindarkan. Selain itu, pemasakan di atas tembaga dan besi juga mempercepat

oksidasi (Hardiansyah dan Martianto, 1992).

Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi panas

dan alkali. Karena itu, agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pengisian

dan penghancuran yang berlebihan dihindari. Pemasakan dengan air sedikit dan

tertutup rapat sehingga empuk dapat banyak merusak vitamin C. Penambahan

baking soda untuk mencegah hilangnya warna sayuran selama pemasakan akan

menurunkan kandungan vitamin C dan mengubah rasa sayuran (Winarno,

2002).

Dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan

udara (osidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan

kehadiran tembaga dan besi (Almatsier, 2009). Ditambahkan pula oleh

Rahmawati et al. (2009), kandungan vitamin C mengalami penurunan selama

penyimpangan dan suhu yang berbeda.

BAB 3

BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Labu takar

Neraca

Buret

Erlenmeyer

Pipet volum

Corong kaca

Beakerglas

Spatula besi

Batang sentrifus

Batang stirrer

Labu ukur

3.1.2 Bahan

Jambu merah

Aquades

Larutan pati

Iodium 0,01 N

3.1.3 Pembuatan Reagen Iodin

Pembuatan larutan standar iodium 0.1 N. Ditimbang 2,5 g kristal KI lalu

dilarutkan dalam 25 ml aquades. Kemudian ditimbang 12,7 g kristal I2 dan

dimasukkan dalam larutan KI sedikit demi sedikit sampai semuanya larut

(dimasukkan dalam botol tertutup dan dikocok). Kemudian ditera menggunakan

aquadest sampai 1000 ml. Untuk mendapat iodin dengan konsentrasi 0,01 N

dilakukan dengan pengenceran larutan iodin o,1 N yaitu dengan menga,bil 0,1

ml dari 100ml iodin 0,1 N dan ditera kedalam 100ml.

Sedangkan pembuatan larutan amilum 1% yaitu dengan melarutkan 1 gr

amilum kedalam 100 ml aquadest.

3.2 Prosedur analisa

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PEMBAHASAN

a. Sampel strobery

Ulangan Volume titrasi Kadar Vit C

(ml) (%)

1 3,3 29,04

2 3,1 27,28

3 2,8 26,98

Rata-rata 26,98

SD 2,214

RSD 8,88

b. Sampel Jambu Merah

Ulanga

n

gr

bahan

Skala

awal

titrasi (ml)

Skala

akhir

titrasi(ml)

Volume

titrasi

(ml)

Kadar Vitamin C(

mg100 gr ba h an

)

1 20,425 7 14,4 7,4 255,0

2 20,425 14,5 20,8 6,3 217,1

3 20,425 5,7 11,5 5,8 199,9

Rata ” 224

SD 17,7

RSD 7,9

4.2 sampel jeruk

Ulanga

n

Berat

Botol

Berat

Sampe

l

Beaker +

Sampel

Sampel Skala

Awal

Skala

Akhi

r

ml

titras

i

1 71,924 19,1 91,0249 Pengulangan 3,6 5,8 2,2

1

Pengulangan

2

5,8 8,2 2,4

Pengulangan

3

8,2 10,7 2,5

2 67,173 20,0 87,112 Pengulangan

1

10,7 12,6 1,9

Pengulangan

2

12,5 15,2 2,7

Pengulangan

3

15,2 18,1 2,9

4.3 Hasil perhitungana.Jambu Merah

Ulanga

n

gr

bahan

Skala

awal

titrasi

(ml)

Skala

akhir

titrasi(ml

)

Volum

e titrasi

(ml)

Kadar Vitamin C(

mg100 gr ba han

)

1 20,425 7 14,4 7,4 255,0

2 20,425 14,5 20,8 6,3 217,1

3 20,425 5,7 11,5 5,8 199,9

Rata ” 224

SD 17,7

RSD 7,9

b.strawberry

Ulanga

n

gr

bahan

Skala

awal

titrasi

(ml)

Skala

akhir

titrasi(ml

)

Volum

e titrasi

(ml)

Kadar Vitamin C(

mg100 gr ba h an

)

1 20,425 7 14,4 7,4 255,0

2 20,425 14,5 20,8 6,3 217,1

3 20,425 5,7 11,5 5,8 199,9

Rata ” 224

SD 17,7

RSD 7,9

c.Jeruk

Ulangan

Berat Botol

Berat Sampel

Beaker +

Sampel

Sampel Skala

Awal

Skala

Akhir

ml titrasi

1 71,924

19,1 91,0249 Pengulangan 1

3,6 5,8 2,2

Pengulangan 2

5,8 8,2 2,4

Pengulangan 3

8,2 10,7 2,5

2 67,173

20,0 87,112 Pengulangan 1

10,7 12,6 1,9

Pengulangan 2

12,5 15,2 2,7

Pengulangan 3

15,2 18,1 2,9

Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) hal ini berdasarkan

bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin Penentuan ini dilakukan

dengan menggunakan larutan I2 0,01 N sebagai titrant.

Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah jeruk,jambu merah

biji,,strawberry

Vitamin C atau asam bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton

atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C

sukar larut dalam pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan

lemak.

Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator.

Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah

reduksi analat oleh I2 menjadi I-.

ARed + I2 Aoks + I-

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang

merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata kadar vitamin C

pada setiap bahan dapat disajikan datanya:

Pada sampel jeruk ulangan pertama dilakukan 3 kali pengulangan titrasi

yang menghasilkan ml titrasi secara berurutan sebanyak 2,2 ml, 2,4 ml, 2,5 ml

dan pada sampelulangan kedua secara berurutan sebanyak 1,9 ml, 2,7 ml, 2,9

ml. Sampel ulangan pertama menghasilkan nilai SD sebesar 5,629 dan nilai

RSD sebesar 6,45 %. Sedangkan untuk sampel ulangan kedua menghasilkan

nilai SD sebesar 18,626dan RSD sebesar 21,165 %.Hal ini menunjukan bahwa

data yang diperoleh memiliki tingkat keakurasian yang buruk. Karena

keakurasian dalam suatu analisa dilihat dari nilai SD dan RSD dengan ketentuan

% RSD sesuai standar AOAC (2002) adalah sebagai berikut (1) sangat teliti: %

RSD <1, (2) teliti: % RSD 1 (3) sedang: % RSD 2-5, dan (4) tidak teliti: %

RSD >5.

Pada sampel jambu merah didapatkan data bahwa pada jambu merah rata-

rata nilai kadar vitamin C dengan sebesar 55,933 mg/100gr bahan. Hasil

kandungan vitamin C pada jambu ini jauh dibawah Kandungan jambu merah

yang ada pada literatur. Pada literatur di katakan bahwa dalam 100 gr jambu

merah memiliki kandungan vitamin C sebesar 87 mg. Hal ini disebabkan karena

faktor praktikan yang kurang terlatih dan banyak terjadi ketelodoran selama

praktikum. Data yang dihasilkan pada praktikum menunjukan nilai RSD sebesar

12,6. Hal ini menunjukan bahwa data yang diperoleh memiliki tingkat

keakurasian yang buruk.

Pada smpel strowberry adalah 1,079%. Kadar vitamin C yang dihasilkan

pada praktikum lebih kecil daripada literatur (27,3-28%). Hal ini disebabkan

karena kurang ketelitian dan keterampilan pada saat analisis jumlah vitamin C

dan Ektraksi vitamin C yang kurang optimal, sehingga jumlah vitamin C

strawberry yang dianalisis hanya sedikit.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang sudah di lakukan dapat disimpilkan :

Metode analisa kadar vitamin C menggunakan metode titrasi kurang akurat

dalam memperoleh data

Prinsip analisa kadar vitamin C dengan metode titrasi iod adalah reaksi

vitamin C dengan iodin membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3

sehingga ikatan rangkapnya hilang dan terbentuk kompleks iod-amilum

berwarna biru gelap.

Kadar dari vitamin C , dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan buah

dan waktu dalam mengekstraksi.

5.2 Saran

waktu praktikum sebaiknya digunakan sebaik mungkin dan lebih efisienkan

lagi, agar berjalan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Burkla, K.A. R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootom.2007. Ilmu Pengetahuan IPS Bogor.

Juri, E. S. 2008 . Pentingnya Penguyah Kandungan Dan Pada Jeruk Pentindak (Sitrus, Nobita Vab Mionsapa) Sebagai Jaminan Kualitas Rasa. Unit PSM8 Diros Perindang-Pontianak.

Hardinyah dan D. Mustianto, 1992.Gizi Cepaka. Institur Bogor Bogor

Mudantasi D.2009. Pengatur Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung

Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta

Industri,S,B. Hangmu dan Mordi. 2003. Proses Analisa Untuk Bahan Makan Dan Pertanian. Liberty Yogyakarta.

______ . 2007. Analisis Bahan Makan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta.

Suhardjo.1989. Berbagai Cara Pendalam Gizi Untuk Pertanian. Bogor

Storkop,M.K. 2000. Ifin Mediane Narcart Brace Jovanvizi. Inc, Phindelphia. Londom, Tonoto Monterak. Sydney Tokyo

Kuncoro, Ilmu dan Sumardi,2007, Uji Aktivitas Antioksidan Fiktrac Bimoli untuk (Averhan bilibil) . Seminar Nasional teknologi 2007 (SNT 2007), Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setiabudi. Yogyakarta

Wikipedia.2001.Jeruk.http//id.wikipedia.org.Diakses tanggal 10 Juni 2010 Pukul 19.00 WIB

Winarno . F. G. 2000. Kimia Pagan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Arifia,H. Vivi Delvita dan Anmodi A. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C

Terhadap Faktur Pada Merek Diabetes. Jumlah Siswa Dan Teknologi

Farmasi Vol 12 Nol 2007. Halaman 32-40 Universitas Andalas.

LAMPIRAN

a.perhitungan strobery

kadar vitamin C =

Kadar Vitamin C ulangan 1 :

=

=

= 1,161

Kadar Vitamin C ulangan 2 :

=

=

= 1,091

Kadar Vitamin C ulangan 3 :

=

=

= 0,985

Rata – rata =

= 1,079

SD ( Standard Deviasi) =

= 0.087

RSD = x 100

=8,06

b perhituan jambu merah

Ulangan 1

Volume titrasi = Skala akhir – Skala awal

= 14,4 – 7

= 7,4

Kadar Vitamin C = ml titrasi x N x FP x100 x 0,88¿¿

= 7,4 x0,01 x 0,88 x 2x 100

(0,01 x20,425 x25)x 100

= 255,0 mg

100 gr bahan

Ulangan 2

Volume titrasi = Skala akhir – Skala awal

= 20,8 – 14,5

= 6,3

Kadar Vitamin C = ml titrasi x N x 0,88 mg x FP x 100

(0,01 gr x gr bahan x 25 ml)x100

= 6,3 x 0,01 x0,88 x 2x 100

(0,01 x20,425 x25)x100

= 217,1 mg

100 gr bahan

Ulangan 3

Volume titrasi = Skala akhir – Skala awal

= 11,5 – 5,7

= 5,8

Kadar Vitamin C = ml titrasi x N x 0,88 mg x FP x 100

(0,01 gr x gr bahan x 25 ml)x100

= 5,8 x 0,01 x0,88 x2 x100

(0,01 x20,425 x25)x100

= 199,9 mg

100 gr bahan

Rata- Rata = 217,1+255,0+199,9

3 = 224 mg/100gr bahan

SD = √ (xi−x rata)2

n−1 = 17,7

RSD = SD

xrata X 100% = 7,9 %